Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan mata sangatlah penting karena penglihatan tidak dapat digantikan dengan

apapun, maka mata memerlukan perawatan yang baik. Kebutaan yang diakibatkan

karena katarak merupakan masalah kesehatan secara global yang harus segera

ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan penglihatan dapat mengakibatkan

kebutaan dan kehilangan fungsi mata. Penyakit umum pada mata dapat digolongkan

dalam beberapa kelompok, salah satu penyebab dari kebutaan di seluruh dunia

adalah katarak. Katarak adalah dimana keadaan suatu lensa mata yang pada

awalnya jernih menjadi keruh (Ilyas Sidarta, 2015).

Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di Indonesia (0,78%) diikuti

gloukoma (0.20%), kelainan refraksi (0,14%), sedangkan sisanya akibat penyakit

kornea, retina dan kekurangan vitamin A (xeroptalmia) diperkirakan setiap menit

terdapat satu orang menjadi buta dan tiap tahun bertambah 500.000 orang buta

terutama bagi penduduk yang berada didaerah miskin dengan sosisal ekonomi

lemah. Hal ini menunjukan adanya kecenderungan peningkatan kebutaan akibat

katarak dari tahun ketahun (Ady N, 2011).

1
2

Sampai saat ini belum ada obat tetes mata maupun pengobatan lainnya yang efektif untuk

mengatasi buramnya penglihatan akibat katarak, salah satu alternatif adalah dengan

tindakan operasi. Saat ini ada 2 teknik operasi katarak yang umum di lakukan, yaitu

operasi katarak tanpa bantuan mesin dan dengan bantuan mesin, yaitu Manual EKEK (

Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular), dan EKIK ( Ekstraksi Katarak Intra Kapsular), dokter

mengeluarkan lensa yang keruh tidak dengan menggunakan mesin, sehingga sayatan lebih

besar sekitar 9-10 mm. Sedangkan operasi dengan tehnik Fakoemulsifikasi, dokter

menghancurkan lensa di dalam mata dengan bantuan mesin, sehingga tidak perlu

membuat sayatan yang lebar, cukup sekitar 2-3 mm. Operasi mata khususnya katarak

telah meningkat dari 60% sampai 93% lebih di berbagai negara dan hal ini di respon

langsung oleh perawat mata (Ilyas Sidarta, 2015).

Menurut World Health Organizaton (WHO, 2014) , mengestimasikan jumlah orang

dengan gangguan penglihatan di seluruh dunia pada tahun 2010 adalah 285 juta orang dan

39 juta orang diantaranya menderita kebutaan. Katarak merupakaaan penyebab gangguan

penglihatan terbanyak di seluruh dunia kedua (33%) setelah gangguan refraksi yang tidak

terkoreksi (42%). Berbagai studi cross-sectional melaporkan jumlah prevalensi katarak

pada individu berusia 65-74 tahun sebanyak 50%. Jumlah prevalensi ini meningkat

hingga 70% pada individu diatas 75 tahun (Vaughan, 2017). Di Indonesia (Riskesdas,

2013), prevalensi katarak secara nasional adalah sebesar 1,8 %. Prevalensi terjadinya

katarak tertinggi di Sulawesi Utara (3,7%) diikuti oleh Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%).

Prevalensi katarak terendah ditemukan di DKI Jakarta (0,9%) diikuti Sulawesi Barat
3

(1,1%). Di RS Mata Jakarta Eye Center prevalensi pasien katarak dari bulan januari

sampai bulan November 2018 sebanyak perkiraan 6039 pasien dan 2210 pasien yang

telah melakukan operasi katarak.

Pada umumnya pasien yang akan menjalani operasi akan merasa cemas, karena pasien

merasa takut dari tindakan dan efek samping dari operasi. Kecemasan yang dialami

pasien apabila tidak ditangani maka pasien akan menambah masalah keperawatan pada

pasien itu sendiri. Adanya masalah keperawatan akan menghambat penyembuhan.

Kecemasan merupakan respon fisiologis secara umum ditandai dengan nadi meningkat,

reflek-reflek meningkat, gangguan tidur, wajah tegang, jantung berdebar-debar,

kelemahan, sering berkemih, sesak nafas, dan tekanan darah meningkat (Fitria, Sriati,

Hernawaty, 2013 ). Menurut (Ilyas Sidarta, 2014) sebelum dilakukan operasi (pre operasi)

katarak bahkan sampai dilakukan tindakan operasi katarak (intra operasi) biasanya pasien

diliputi oleh perasaan cemas. Ditandai dengan pasien tegang, gelisah, ketakutan, dan

sering bertanya kepada perawat apakah proses operasinya masih lama (Long, 2012).

Namun, tingkat kecemasan dan respon pasien berbeda-beda antara satu dengan yang

lainnya.

Pembedahaan atau operasi katarak ini merupakan salah satu stressor bagi pasien penderita

katarak, yang dapat menimbulkan krisis situasi yaitu gangguan internal yang ditimbulkan

seperti ; menegangkan, mengancam dan meningkatkan kecemasan (Hawari, 2011).

Banyak faktor faktor yang berhubungan dengan kecemasan menurut (Adilah A, 2010),
4

diantaranya: Pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, pengetahuan, pelayanan kesehatan,

umur, dan keadaan fisik.

Hasil penelitian (Rolly R & dkk, 2014), Hubungan pengetahuan dengan tingkat

kecemasan pada klien pre operasi katarak di Balai kesehatan mata masyarakat ( BKKM)

Manado dengan hasil penelitian responden yang tidak memiliki kecemasan dengan

berpengetahuan baik ada 2 orang, kecemasan ringan dengan pengetahuan baik ada 15

orang, kecemasan sedang dengan pengetahuan baik ada 10 orang, maka dapat di

simpulkan pendidikan kesehatan dapat menurunkan tingkat kecemasan dan meningkatkan

pengetahuan pada pasien pre operasi katarak.

Hasil penelitian serupa yang dilakukan Septia (2015), di Rumah Sakit Mata Solo dari 97

reponden selama tingkat kecemasan pada tindakan Phacoemulsifikasi didapat 31

reponden mengalami kecemasan ringan, 39 reponden mengalami kecemasan sedang dan

27 responden mengalami kecemasan berat. Menggunakan uji korelasi Spearman Rank (

Rho) dengan p-value 0.05 didapatkan hasil p-value 0.001dengan hasil tingkat

pengetahuan masyarakat tentang tindakan operasi katarak phacoemulsifikasi sebagian

besar adalah cukup, tingkat kecemasan pada pasien katarak terhadap tindakan

phacoemulsifikasi sebagian besar adalah sedang, ada hubungan antara tingkat

pengetahuan tindakan phacoemulsifikasi dengan kecemasan pada pasien katarak.


5

Pasien katarak di Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya yang menjadi responden dalam

penelitian ini 60 orang. Responden yang melakukan operasi sebanyak 54 orang

sedangkan yang tidak melakukan operasi sebanyak 6 orang. Responden pada penelitian

ini memiliki rentang umur antara 38–85 tahun dan umur terbanyak adalah 60 tahun.

Pengetahuan responden terbanyak tergolong baik, sikap responden terbanyak juga

memiliki sikap yang baik terhadap operasi katarak. Rata-rata pendidikan responden

adalah SMA. Tingkat pendapatan responden rata-rata adalah 800.000. Sebagian besar

responden menyatakan biaya katarak di Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya adalah

terjangkau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap, pengetahuan dan biaya

berhubungan dengan tindakan untuk melakukan operasi katarak. Variabel sikap

merupakan variabel yang memiliki hubungan yang kuat terhadap tindakan untuk

melakukan operasi katarak (Aminatul Fitria, 2016).

Hasil penelitian tingkat kecemasan pada pasien lansia yang mengalami penyakit kronis di

banda aceh. Semakin bertambahnya umur, lansia menjadi lebih rentan terhadap berbagai

keluhan fisik, baik karena faktor alamiah seperti menurunnya daya tahan tubuh maupun

karena faktor penyakit, salah satunya adalah penyakit kronis. Jumlah populasi pada

penelitian ini adalah 50 orang lansia yang mengalami penyakit kronis ( hipertensi,

penyakit sendi dan diabetes melitus) dengn jumlah sampel 37 responden. Hasil penelitian

diperoleh 18 orang lansia ( 48.6%) mengalami tingkat kecemasan sedang. ( Uswatun

Khasanah, Khairani, 2016 ).


6

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada pasien di ruangan penerimaan pasien di

ruangan bedah lantai V, dengan rentang usia pasien 50 sampai dengan 70 tahun ada 13

pasien yang menjalani operasi katarak di RS Jakarta Eye Center, pasien mengatakan takut

saat akan di operasi. Setelah ditanya peneliti, 8 orang ( 61.5 %) pasien merasa takut akan

hasil operasinya, ada 4 orang (30,8%) pasien riwayat diabetes dan hipertensi belum

mengetahui yang harus di lakukan selama di rumah, pasien banyak bertanya apa saja

pantangannya dan 1 orang (7,7%) pasien yang batal operasi karena gula darahnya diatas

normal . Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk meneliti “Faktor-faktor yang berhubungan

dengan kecemasan pada pasien pre operasi katarak senilis di RS Jakarta Eye Center

Menteng 2019”.

B. Rumusan Masalah

Katarak merupakaaan penyebab gangguan penglihatan terbanyak di seluruh dunia kedua.

Salah satu pengobatan katarak yaitu dilakukan tindakan operasi katarak, merupakan terapi

pengobatan yang bisa mendatangkan kecemasan pada pasien. Kecemasan ditandai dengan

nadi meningkat, reflek-reflek meningkat, gangguan tidur, wajah tegang, jantung berdebar-

debar, kelemahan, sering berkemih, sesak nafas dan tekanan darah meningkat.

Di RS Jakarta Eye Center prevalensi pasien katarak dari bulan januari sampai bulan

November 2018 sebanyak perkiraan 6039 pasien dan 2210 pasien yang telah melakukan

operasi katarak. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada pasien di ruangan

penerimaan pasien di ruangan bedah lantai V, dengan rentang usia pasien 50 sampai

dengan 70 tahun ada 13 pasien yang menjalani operasi katarak di RS Jakarta Eye Center,
7

pasien mengatakan takut saat akan di operasi. Setelah ditanya peneliti, 8 orang ( 61.5 %)

pasien merasa takut akan hasil operasinya, ada 4 orang (30,8%) pasien riwayat diabetes

dan hipertensi belum mengetahui yang harus di lakukan selama di rumah, pasien banyak

bertanya apa saja pantangannya dan 1 orang (7,7%) pasien yang batal operasi karena gula

darah nya diatas normal. Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dibuat rumusan

masalah yaitu “Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan kecemasan pada

pasien pre operasi katarak senilis di RS Jakarta Eye Center Menteng 2019. Di RS Jakarta

Eye Center Menteng itu sendiri belum ada yang meneliti “Faktor-faktor yang

berhubungan dengan kecemasan pada pasien pre operasi katarak senilis”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pasien pre operasi

katarak senilis di RS Jakarta Eye Center Menteng 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi karakteristik ( Usia, Jenis Kelamin, pendidikan ) pasien pre

operasi katarak Senilis di RS Jakarta Eye Center Menteng 2019.

b. Diketahui distribusi tingkat kecemasan pasien pre operasi katarak senilis di RS

Jakarta Eye Center Menteng 2019.

c. Diketahui hubungan usia dengan kecemasan pada pasien pre operasi katarak senilis

di RS Jakarta Eye Center Menteng 2019.


8

d. Diketahui hubungan pengetahuan dengan kecemasan dalam menjalankan

perawatan pre operasi katarak senilis di RS Jakarta Eye Center Menteng 2019.

e. Diketahui hubungan Riwayat penyakit dengan kecemasan pada pre operasi katarak

senilis di RS Jakarta Eye Center Menteng 2019.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu:

1. Insitusi Pelayanan Kesehatan

Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada pasien

pre operasi katarak senilis, maka diharapkan dapat memberi tambahan informasi dan

pengembangan pelayanan kesehatan dalam meningkatkan kualitas hidup dan

pelayanan kesehatan.

2. Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dipakai untuk menambah informasi baru mengenai “faktor-

faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada pasien pre operasi katarak senilis”

dan menambah masukan untuk pengembangan ilmu keperawatan medikal bedah.

3. Penelitian

Manfaat bagi penelitian selanjutnya adalah dapat digunakan sebagai data dasar untuk

penelitian terkait dengan “faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada

pasien pre operasi katarak senilis”.

Anda mungkin juga menyukai