PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan mata sangatlah penting karena penglihatan tidak dapat digantikan dengan
apapun, maka mata memerlukan perawatan yang baik. Kebutaan yang diakibatkan
karena katarak merupakan masalah kesehatan secara global yang harus segera
kebutaan dan kehilangan fungsi mata. Penyakit umum pada mata dapat digolongkan
dalam beberapa kelompok, salah satu penyebab dari kebutaan di seluruh dunia
adalah katarak. Katarak adalah dimana keadaan suatu lensa mata yang pada
terdapat satu orang menjadi buta dan tiap tahun bertambah 500.000 orang buta
terutama bagi penduduk yang berada didaerah miskin dengan sosisal ekonomi
1
2
Sampai saat ini belum ada obat tetes mata maupun pengobatan lainnya yang efektif untuk
mengatasi buramnya penglihatan akibat katarak, salah satu alternatif adalah dengan
tindakan operasi. Saat ini ada 2 teknik operasi katarak yang umum di lakukan, yaitu
operasi katarak tanpa bantuan mesin dan dengan bantuan mesin, yaitu Manual EKEK (
Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular), dan EKIK ( Ekstraksi Katarak Intra Kapsular), dokter
mengeluarkan lensa yang keruh tidak dengan menggunakan mesin, sehingga sayatan lebih
besar sekitar 9-10 mm. Sedangkan operasi dengan tehnik Fakoemulsifikasi, dokter
menghancurkan lensa di dalam mata dengan bantuan mesin, sehingga tidak perlu
membuat sayatan yang lebar, cukup sekitar 2-3 mm. Operasi mata khususnya katarak
telah meningkat dari 60% sampai 93% lebih di berbagai negara dan hal ini di respon
dengan gangguan penglihatan di seluruh dunia pada tahun 2010 adalah 285 juta orang dan
penglihatan terbanyak di seluruh dunia kedua (33%) setelah gangguan refraksi yang tidak
pada individu berusia 65-74 tahun sebanyak 50%. Jumlah prevalensi ini meningkat
hingga 70% pada individu diatas 75 tahun (Vaughan, 2017). Di Indonesia (Riskesdas,
2013), prevalensi katarak secara nasional adalah sebesar 1,8 %. Prevalensi terjadinya
katarak tertinggi di Sulawesi Utara (3,7%) diikuti oleh Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%).
Prevalensi katarak terendah ditemukan di DKI Jakarta (0,9%) diikuti Sulawesi Barat
3
(1,1%). Di RS Mata Jakarta Eye Center prevalensi pasien katarak dari bulan januari
sampai bulan November 2018 sebanyak perkiraan 6039 pasien dan 2210 pasien yang
Pada umumnya pasien yang akan menjalani operasi akan merasa cemas, karena pasien
merasa takut dari tindakan dan efek samping dari operasi. Kecemasan yang dialami
pasien apabila tidak ditangani maka pasien akan menambah masalah keperawatan pada
Kecemasan merupakan respon fisiologis secara umum ditandai dengan nadi meningkat,
kelemahan, sering berkemih, sesak nafas, dan tekanan darah meningkat (Fitria, Sriati,
Hernawaty, 2013 ). Menurut (Ilyas Sidarta, 2014) sebelum dilakukan operasi (pre operasi)
katarak bahkan sampai dilakukan tindakan operasi katarak (intra operasi) biasanya pasien
diliputi oleh perasaan cemas. Ditandai dengan pasien tegang, gelisah, ketakutan, dan
sering bertanya kepada perawat apakah proses operasinya masih lama (Long, 2012).
Namun, tingkat kecemasan dan respon pasien berbeda-beda antara satu dengan yang
lainnya.
Pembedahaan atau operasi katarak ini merupakan salah satu stressor bagi pasien penderita
katarak, yang dapat menimbulkan krisis situasi yaitu gangguan internal yang ditimbulkan
Banyak faktor faktor yang berhubungan dengan kecemasan menurut (Adilah A, 2010),
4
Hasil penelitian (Rolly R & dkk, 2014), Hubungan pengetahuan dengan tingkat
kecemasan pada klien pre operasi katarak di Balai kesehatan mata masyarakat ( BKKM)
Manado dengan hasil penelitian responden yang tidak memiliki kecemasan dengan
berpengetahuan baik ada 2 orang, kecemasan ringan dengan pengetahuan baik ada 15
orang, kecemasan sedang dengan pengetahuan baik ada 10 orang, maka dapat di
Hasil penelitian serupa yang dilakukan Septia (2015), di Rumah Sakit Mata Solo dari 97
Rho) dengan p-value 0.05 didapatkan hasil p-value 0.001dengan hasil tingkat
besar adalah cukup, tingkat kecemasan pada pasien katarak terhadap tindakan
Pasien katarak di Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya yang menjadi responden dalam
sedangkan yang tidak melakukan operasi sebanyak 6 orang. Responden pada penelitian
ini memiliki rentang umur antara 38–85 tahun dan umur terbanyak adalah 60 tahun.
memiliki sikap yang baik terhadap operasi katarak. Rata-rata pendidikan responden
adalah SMA. Tingkat pendapatan responden rata-rata adalah 800.000. Sebagian besar
responden menyatakan biaya katarak di Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya adalah
merupakan variabel yang memiliki hubungan yang kuat terhadap tindakan untuk
Hasil penelitian tingkat kecemasan pada pasien lansia yang mengalami penyakit kronis di
banda aceh. Semakin bertambahnya umur, lansia menjadi lebih rentan terhadap berbagai
keluhan fisik, baik karena faktor alamiah seperti menurunnya daya tahan tubuh maupun
karena faktor penyakit, salah satunya adalah penyakit kronis. Jumlah populasi pada
penelitian ini adalah 50 orang lansia yang mengalami penyakit kronis ( hipertensi,
penyakit sendi dan diabetes melitus) dengn jumlah sampel 37 responden. Hasil penelitian
ruangan bedah lantai V, dengan rentang usia pasien 50 sampai dengan 70 tahun ada 13
pasien yang menjalani operasi katarak di RS Jakarta Eye Center, pasien mengatakan takut
saat akan di operasi. Setelah ditanya peneliti, 8 orang ( 61.5 %) pasien merasa takut akan
hasil operasinya, ada 4 orang (30,8%) pasien riwayat diabetes dan hipertensi belum
mengetahui yang harus di lakukan selama di rumah, pasien banyak bertanya apa saja
pantangannya dan 1 orang (7,7%) pasien yang batal operasi karena gula darahnya diatas
normal . Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk meneliti “Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kecemasan pada pasien pre operasi katarak senilis di RS Jakarta Eye Center
Menteng 2019”.
B. Rumusan Masalah
Salah satu pengobatan katarak yaitu dilakukan tindakan operasi katarak, merupakan terapi
pengobatan yang bisa mendatangkan kecemasan pada pasien. Kecemasan ditandai dengan
nadi meningkat, reflek-reflek meningkat, gangguan tidur, wajah tegang, jantung berdebar-
debar, kelemahan, sering berkemih, sesak nafas dan tekanan darah meningkat.
Di RS Jakarta Eye Center prevalensi pasien katarak dari bulan januari sampai bulan
November 2018 sebanyak perkiraan 6039 pasien dan 2210 pasien yang telah melakukan
penerimaan pasien di ruangan bedah lantai V, dengan rentang usia pasien 50 sampai
dengan 70 tahun ada 13 pasien yang menjalani operasi katarak di RS Jakarta Eye Center,
7
pasien mengatakan takut saat akan di operasi. Setelah ditanya peneliti, 8 orang ( 61.5 %)
pasien merasa takut akan hasil operasinya, ada 4 orang (30,8%) pasien riwayat diabetes
dan hipertensi belum mengetahui yang harus di lakukan selama di rumah, pasien banyak
bertanya apa saja pantangannya dan 1 orang (7,7%) pasien yang batal operasi karena gula
darah nya diatas normal. Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dibuat rumusan
masalah yaitu “Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan kecemasan pada
pasien pre operasi katarak senilis di RS Jakarta Eye Center Menteng 2019. Di RS Jakarta
Eye Center Menteng itu sendiri belum ada yang meneliti “Faktor-faktor yang
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
c. Diketahui hubungan usia dengan kecemasan pada pasien pre operasi katarak senilis
perawatan pre operasi katarak senilis di RS Jakarta Eye Center Menteng 2019.
e. Diketahui hubungan Riwayat penyakit dengan kecemasan pada pre operasi katarak
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu:
pre operasi katarak senilis, maka diharapkan dapat memberi tambahan informasi dan
pelayanan kesehatan.
2. Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dipakai untuk menambah informasi baru mengenai “faktor-
faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada pasien pre operasi katarak senilis”
3. Penelitian
Manfaat bagi penelitian selanjutnya adalah dapat digunakan sebagai data dasar untuk