Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan penglihatan masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di tingkat global maupun nasional. Pada tahun 2015 diperkirakan
dari 7,33 triliun penduduk dunia terdapat 253 juta orang (3,38%) yang
menderita ganguan penglihatan, yang terdiri dari 36 juta orang mengalami
kebutaan, 217 juta mengalami gangguan penglihatan sedang hingga berat
(Kemenkes, 2018). Di samping itu terdapat 188 juta orang mengalami
gangguan penglihatan ringan. Prevalensi kebutaan pada penduduk Indonesia
sebesar 3,0% umur 50 tahun ke atas hasil RAAB di 15 provinsi berkisar
antara 1,4% Sumatera Barat sampai 4,4% Jawa Timur (Kemenkes, 2018).
Provinsi Sulawesi Selatan memiliki prevalensi gangguan penglihatan parah
tertinggi yaitu 3.4%, disusul dengan Provinsi Jawa Timur dan Provinsi NTB
masing-masing 3.3% dan 3.1% (Substansi et al., 2014). Angka Kebutaan di
Indonesia akibat katarak mencapai (50%). Meningkatnya usia harapan 2
hidup, juga seiring dengan meningkatnya prevalensi gangguan penglihatan
dan kebutaan. Hal ini dikarenakan katarak merupakan salah satu masalah
kesehatan utama pada usia lanjut (KemenKes, 2012).
Pada penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat didapatkan
adanya 10% orang menderita katarak, dan prevalensi ini meningkat sampai
50% pada mereka yang berusia 65-75 tahun dan meningkat lagi sekitar 70%
pada usia 75 tahun. Katarak congenital, katarak traumatik dan katarak jenis-
jenis lain lebih jarang ditemukan (Vaugan, 2000). Katarak dapat terjadi
sebagai akibat dari penuaan atau sekunder oleh faktor herediter, trauma,
inflamasi, metabolisme atau kelainan nutrisi, dan radiasi. Tiga jenis umum
katarak adalah nuleus cortical, dan posterior subcapsular (Murril et al.,
2004).
Katarak merupakan penyakit degeneratif yang dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor, baik faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik (Tamsuri,
2010). Faktor intrinsik yang antara lain umur, jenis kelamin dan faktor

1
2

genetik (Irawan, 2008). Sedangkan faktor ekstrinsik yang berpengaruh antara


lain pendidikan dan pekerjaan, yang berdampak langsung pada status sosial
ekonomi dan status kesehatan seseorang serta faktor lingkungan dalam
hubungannya dengan paparan sinar ultraviolet dan perokok (Rachmawati,
2006). Walaupun umumnya katarak adalah penyakit usia lanjut (Ilyas, 2015).
Namun buta katarak telah dialami oleh penduduk Indonesia pada usia 40-54
tahun, yang menurut kriteria Badan Pusat Statistik (BPS) termasuk dalam
kelompok usia produktif. Makin tingginya angka harapan hidup penduduk
Indonesia maka jumlah penderita katarak makin meningkat (Ilyas, 2006).
Beberapa penderita katarak kurang menyadari tentang gejala yang
dialami. Gejala yang dialami hanya seperti gangguan penglihatan yang
ringan. Kekeruhan tersebut terjadi karena adanya proses pengapuran pada
lensa mata sehingga lensa mata menjadi buram dan tidak elastis (Djing,
2006). Pengapuran akan menyebabkan jalannya sinar yang masuk ke mata
akan berkurang atau terhambat, sehingga lensa tidak dapat fokus (Ali, 2003).
Salah satu penyebab terjadinya
Pengobatan katarak hanya dapat dilakukan dengan tindakan
pembedahan (Tamsuri, 2010). Pasca operasi katarak, klien dapat dirawat di
rumah sakit dalam sehari dan dapat dilanjutkan dengan perawatan di rumah
(Ilyas, 2006). Klien pasca operasi katarak mengalami ketidakmampuan dalam
beberapa aktifitas karena prosedur yang harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya komplikasi dan hasilnya akan sangat berpengaruh pada proses
kesembuhan serta keberhasilan setelah operasi (Ilyas, 2015). Klien
diharapkan tidak mengalami infeksi, perdarahan, sembab, amblasi retina dan
kerusakan mata yang lebih lanjut (Ilyas, 2016). Klien pasca operasi katarak
akan dibatasi dalam mengerjakan pekerjaan sampai waktu tertentu. Klien
pasca operasi katarak tidak melakukan pekerjaan ringan minimum selama 3
hari dan maksimum 8 minggu, sedangkan pekerjaan sedang pekerjaan
berat selama 4 minggu sampai 8 minggu. Hal ini berpengaruh pada kualitas
hidup klien pasca operasi katarak, sehingga sangat memerlukan bantuan dari
anggota keluarga untuk melakukan perawatan di rumah (Ilyas, 2006).
3

Klien pasca operasi katarak mengalami ketidakmampuan dalam


beberapa aktifitas karena prosedur yang harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya komplikasi seperti infeksi, perdarahan, sembab, amblasi retina dan
kerusakan mata yang lebih lanjut dan hasilnya akan sangat berpengaruh pada
proses kesembuhan serta keberhasilan setelah operasi. Menurut Smeltzer &
Bare (2013) pasien yang telah selesai dilakukan pembedahan operasi
dibutuhkan perawatan post operasi mata antara lain yaitu berbaring pada sisi
yang dioperasi, menggunakan kacamata hitam sebagai pelindung mata
setelah 2-3 hari post operasi mata kacamata hitam digunakan untuk sehari-
hari, pemberian obat tetes mata secara rutin, tidak membungkuk melewati
pinggang, tidak mengangkat benda berat, mata tidak boleh terkena air ± 3
hari, mata tidak boleh terkena debu, mengedan selama defekasi karna
pembatasan tersebut diperlukan untuk mengurangi gerakan mata dan
mencegah peningkatan tekanan okuler (Purwaningsih, 2021). Hal tersebut
dapat mempengaruhi pada kualitas hidup klien pasca operasi katarak,
sehingga sangat memerlukan bantuan anggota keluarga untuk melakukan
perawatan di rumah.
Menurut Suhaiba (2012) bahwa pengetahuan keluarga masih
rendah karena kurangnya akses informasi mengenai penyebab penyakit
katarak dan cara pengobatan, terutama dalam merawat klien pasca operasi
katarak. Berdasarkan hasil wawancara pada bulan November 2022 pada 4
keluarga klien pasca operasi katarak di di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.
Soedjati Soemodiarjo Purwodadi,, 3 dari ke 4 keluarga tersebut tidak
mengetahui imformasi tentang perawatan pasca operasi katarak. Ditambah
lagi 2 dari ke 4 klien pasca operasi katarak tersebut mengalami kemerahan
pada mata yang telah dioperasi. Keluarga masih tampak bingung dalam
melaksanakan perawatan klien pasca operasi katarak di rumah. Pihak RSUD
menyatakan bahwa tidak pernah dilakukan pendidikan kesehatan mengenai
perawatan klien pasca operasi katarak. Hal tersebut berdampak pada
pengobatan pasca operasi katarak menjadi tidak optimal.
Kurangnya akses informasi menyebabkan kurangnya pengetahuan
keluarga mengenai perawatan pasca operasi katarak, lama perawatan di
4

rumah sakit yang begitu singkat dan jenis obat yang banyak beraneka ragam
sehingga keluarga kurang kompeten memberikan perawatan. Berdasarkan
hasil wawancara pada bulan januari 2022 pada 5 keluarga klien pasca operasi
katarak di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soedjati Soemodiarjo
Purwodadi, 3 dari ke 5 keluarga tersebut kurang mengetahui informasi
tentang perawatan pasca operasi katarak. Keluarga masih tampak bingung
dalam melaksanakan perawatan klien pasca operasi katarak di rumah. Pada
hasil penelitian (Femri et al., 2021) menunjukan adanya hubungan
pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan perawatan post operasi katarak di
Klinik Mata Totabuan Kotamobagu.
Perawat di ruang Lavender RSUD Dr. R. Soedjati Purwodadi
menyatakan bahwa klien dan keluarga di edukasi mengenai perawatan klien
pasca operasi katarak pada saat rencana pulang saja karena beberapa kondisi
sehingga hal tersebut berdampak pada pengobatan pasca operasi katarak
menjadi tidak optimal dan terjadinya rehospital klien karena komplikasi.
Komplikasi yang harus diwaspadai pada pasien pasca operasi katarak ialah
risiko terjadinya endophtalmitis, merupakan salah satu kegawatdaruratan
mata, yang dapat mengakibatkan kebutaan, kejadian ini didapatkan sekitar
0,04 - 4% dari seluruh tindakan operasi mata pada tahun 2020 (Dewanti
Widya Astari, 2021).
Salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan keluarga dalam merawat klien pasca operasi katarakyaitu dengan
pemberian edukasi dini. Edukasi kesehatan secara dini dapat meningkatkan
pengetahuan keluarga mengenai perawatan pasca operasi katarak, sehingga
lebih memudahkan di edukasi pada saat pulang dan keluarga lebih
memahami. Edukasi merupakan upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga
mereka melakukan apa yang di harapkan oleh pelaku pendidikan. Media
penyampaian edukasi bermacam-macam, dapat menggunakan media visual
seperti media cetak (booklet, leaflet, flipchart, poster dan tulisan), media
elektronik (televisi dan slide) dan media papan atau billboard (Priya Utama,
2021). Peran perawat kepada klien adalah memberikan pendidikan
5

kesehatan (penyuluhan) mengenai perawatan post operasi katarak dan


melakukan evaluasi perawatan post operasi katarak atau kontrol post operasi
hari pertama (Amalia et al., 2019). Pada tahun 2020 tercatat ada 549 orang
dan tahun 2021 ada 117 orang yang melakukan operasi katarak di ruang
Lavender RSUD Dr. R. Soedjati Purwodadi.
Berkaitan dengan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pengaruh edukasi dini terhadap kemampuan keluarga
dalam perawatan pasien pasca operasi katarak, karena keluarga memegang
peran sangat penting dalam keberhasilan pengobatan dan mencegah
komplikasi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas bahwa perlunya edukasi dini
terhadap keluarga agar tidak terjadi komplikasi pada pasien pasca operasi,
apalagi lama rawat klien yang begitu singkat di rumah sakit sehingga kurang
efektifnya edukasi pada saat pasien dinyatakan pulang oleh dokter, maka dari
itu edukasi secara dini diharapkan dapat tersampaikan secara benar dan
efektif kepada keluarga klien. Oleh karena itu, rumusan masalah yang dapat
diambil adalah bagaimana pengaruh edukasi dini terhadap kemampuan
keluarga dalam perawatan pasien pasca operasi katarak di ruang Lavender
RSUD Dr. R. Soedjati Purwodadi?.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh edukasi dini terhadap kemampuan
keluarga dalam perawatan pasca operasi katarak.

2. Tujuan Khusus.
a. Mengidentifikasi karakteristik anggota keluarga yang merawat klien
pasca operasi katarak di ruang Lavender RSUD Dr. R. Soedjati
Purwodadi.
6

b. Mengidentifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien pasca


operasi katarak sebelum diberikan edukasi di ruang Lavender RSUD
Dr. R. Soedjati Purwodadi.
c. Mengidentifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien pasca
operasi katarak sesudah diberikan edukasi di ruang Lavender RSUD
Dr. R. Soedjati Purwodadi
d. Mengetahui pengaruh edukasi dini terhadap kemampuan keluarga
dalam perawatan pasca operasi katarak.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Keperawatan.
Memberikan masukan bagi perawat untuk menerapkan edukasi s
ecara dini pasien untuk meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga
serta lebih paham mengenai perawatan pasca operasi katarak.
2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan.
Sebagai referensi dalam melakukan pendidikan kesehatan dalam
meningkatkan kemampuan keluarga merawat klien pasca operasi katarak
sehingga diintegrasi dalam pembelajaran.
3. Bagi Penelitian Keperawatan
Menambah wawasan bagi peneliti serta dapat mengembangkan
penelitian yang lain dalam penggunaan metode pendidikan kesehatan
untuk klien pasca operasi katarak.

E. Keasliahan Penelitian
1. Penelitian yang dilakukan Anis Prabowo, Weni Hastuti (2014) melakukan
penelitian dengan judul “ Hubungan edukasi dini terhadap kemampuan
keluarga dalam perawatan pasien pasca Operasi Katarak di RS PKU
Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar“. Penelitian ini menggunakan
metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah
responden sebanyak 64 orang.. Perbedaan penelitian ini, judul “Hubungan
Hubungan Edukasi Dini Terhadap Kemampuan Keluarga dalam
7

Perawatan Pasien Paska Operasi Katarak. Desain yang digunakan dalam


penelitian ini adalah komparasi – case control.
2. Abdurrahim Senuk, Wenny Supit, Franly Onibala ( 2013 ) melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Hubungan Edukasi Dini Terhadap
Kemampuan Keluarga dalam Perawatan Pasien Katarak Di Poliklinik
RSUD Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara “ Desain penelitian
ini menggunakan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional
study. Jumlah responden sebanyak 69 orang.
3. Penelitian ini belum pernah dilakukan di Kamar Operasi RSUD Dr.R.
Soedjati Soemodiarjo Purwodadi dan peneliti mengacu pada penelitian
yang dilakukan oleh Sawitri (2014) yang meneliti pengaruh pemberian
informasi pra bedah terhadap kecemasan pasien pre operasi di Rumah
Sakit Umum Islam Kustati Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah
pasien pre operasi di ruang operasi, teknik pengambilan sampel
menggunakan accidental sampling, teknik analisa data menggunakan
korelasi regresi. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah
teknik analisa data menggunakan chi square.
4. Achyarini (2018) dengan judul penelitian Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien Pre Operatif Di Instalasi
Bedah Sentral (IBS) Rumah Sakit Umum Bhakti Asih Tangerang.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriftif analitik.
Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling sebanyak
30 responden. Teknik analisa data menggunakan korelasi regresi.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah variable bebas adalah caring
perawat sedangkan variable terikat ada 2 yaitu kecemasan dan kepuasan
pasien. Teknik analisa yang digunakan dimana penelitian ini
menggunakan teknik chi square.

Anda mungkin juga menyukai