Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.

M DENGAN
DIAGNOSA MEDIS KATARAK DI PUSKESMAS PAHANDUT
PALANGKA RAYA

OLEH :
DANDUNG SETIADI
(2017.C.09a.0880)

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun oleh:


Nama : Dandung Setiadi
NIM : 2017.C.09a.0880
Program studi : Sarjana Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Gerontik pada Ny. M dengan
Diagnosa Medis Katarak di Puskesmas Pahandut
Palangka Raya

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Tugas Praktik Pra Klinik Keperawatan IV Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Asuhan Keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

Ika Paskaria, S.Kep., Ners


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan
pratikum yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gerontik pada Ny. M dengan
Diagnosa Medis Katarak di Puskesmas Pahandut Palangka Raya” ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes. Selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Meilitha Carolina, Ners, M.Kep. Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ika Paskaria, S,Kep., Ners. Selaku Koordinator PPK 4 Prodi S1 Keperawatan
STIKes Eka Harap Palangka Raya dan Selaku Pembimbing Akademik di
Keperawatan Gerontik yang telah banyak memberi saran dan bimbingan
dalam menyelesaikan Asuhan keperawatan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Asuhan keperawatan ini masih


jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, untuk perbaikan di masa yang akan mendatang. Akhir kata penulis
mengucapkan sekian dan terima kasih.

Palangka Raya, Oktober 2020

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak orang lanjut usia atau lansia yang mempunyai masalah pada
penglihatan seperti penyakit katarak. katarak menyebabkan penderita tidak bisa
melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina
dan akan menghasilan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk
kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi(Ode, SL. (2012)). Katarak
menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini menyerang
tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan-lahan. Katarak
baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.
Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan
meningkat dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan
diobati. Kebutaan merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi
yang serius bagi setiap negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence
Research Group (2004) memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit
mata dan kebutaan didunia akan mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut
menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan meningkat terutama bagi mereka yang
telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi usia, semakin tinggi pula resiko
kesehatan mata, WHO memiliki catatan mengejutkan mengenai kondisi kebutaan
didunia, khususnya dinegara berkembang.Saat ini terdapat 45 juta penderita
kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada di negara miskin atau berkembang.
Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi di Asia Tenggara dengan angka
sebesar 1,5%. Menurut spesialis Mata dari RS Pondok Indah Dr Ratna Sitompul
SpM, tingginya angka kebutaan di Indonesia disebabkan usia harapan hidup orang
Indonesia semakin meningkat, Karena beberapa penyakit mata disebabkan proses
penuaan. Artinya semakin banyak jumlah penduduk usia tua, semakin banyak
pula penduduk yang berpotensi mengalami penyakit mata.Hingga kini penyakit
mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak (0,8%), glukoma (0,2%)
serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan kelainan mata yang terjadi
karena perubahan lensa mata yang keruh. Dalam keadaan normal jernih dan
tembus cahaya. Selama ini katarak banyak diderita mereka yang berusia tua.
Karena itu, penyakit ini sering diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat
berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta
orang Indonesia mengalami kebutaan karena katarak dan rata-rata diderita yang
berusia 40-55 tahun.Penderita rata-rata berasal dari ekonomi lemah sehingga
banyak diantara mereka tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan
katarak terjadi karena proses degeneratif atau semakin bertambahnya usia
seseorang. Bahkan, dari data statistik lebih dari 90 persen orang berusia di atas 65
tahun menderita katarak, sekitar 55 persen orang berusia 75-85 tahun daya
penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2008).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dirumuskan bagaimana penerapan
asuhan keperawatan gerontik pada Ny.M dengan Katarak di Puskesmas Pahandut
Palangka Raya.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Didapatkan atau diperoleh kemampuan menyusun dan menyajikan laporan
asuhan keperawatan gerontik.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu menerapkan proses keperawatan gerontik dengan
masalah katarak.
1.3.2.2 Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan gerontik
dengan masalah katarak.
1.3.2.3 Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan gerontik baik dengan
memeriksa fisik dan dengan memberikan penyuluhan.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan
Laporan ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang asuhan
keperawatan gerontik dengan masalah katarak.
1.4.2 Bagi Wahana Praktik
Sebagai sumber informasi bagi penentu kebijakan dalam upaya
meningkatkan program pelayanan dan penanganan dengan masalah katarak.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah wawasan pembaca terutama untuk mahasiswa sebagai
masukan informasi tentang Asuhan Keperawatan gerontik.
1.4.4 Bagi keluarga dan Pasien
Agar keluarga dapat mengerti bagaimana Asuhan keperawatan gerontik
dengan masalah katarak.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Definisi
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13
Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang
telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).
Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia)
apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan
tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah
keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan
penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara
individual (Efendi, 2009).
2.1.2 Batasan Umur Lanjut Usia
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan
umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1
ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60
(enam puluh) tahun ke atas”.
b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi
empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun,
lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90
tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu :
pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-
55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase
senium) ialah 65 hingga tutup usia.
d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric
age): > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri
dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-
80 tahun), dan very old ( >80 tahun) (Efendi, 2009).
2.1.3 Etiologi Lansia
Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :
1. Fisik
2. Kimia
3. Penyakit predisposisi
4. Genetik dan gangguan perkembangan
5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
6. Usia
2.1.4 Karakteristik Lansia
Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut: berusia lebih dari 60 tahun
(sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan), kebutuhan dan
masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan
biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi
maladaptif, lingkungan tempat tinggal bervariasi (Maryam dkk, 2008).
2.1.5 Tipe Lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kodisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho 2000 dalam
Maryam dkk, 2008). Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut.
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas.
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut.
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif, dan acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe independen
(ketergantungan), tipe defensife (bertahan), tipe militan dan serius, tipe
pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe
putus asa (benci pada diri sendiri).
2.1.6 Proses Penuaan
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang kompleks
multidimensional yang dapat diobservasi di dalam satu sel dan berkembang
sampai pada keseluruhan sistem. (Stanley, 2006).
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang
maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah
sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami
penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan
(Maryam dkk, 2008).
Aging process atau proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang
tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan-lahan (gradual) kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti serta mempertahankan struktur dan fungsi
secara normal, ketahanan terhadap cedera, termasuk adanya infeksi.
Proses penuaan sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa,
misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan
jaringan lain sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada
batasan yang tegas, pada usia berapa kondisi kesehatan seseorang mulai menurun.
Setiap orang memiliki fungsi fisiologis alat tubuh yang sangat berbeda, baik
dalam hal pencapaian puncak fungsi tersebut maupun saat menurunnya.
Umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada usia 20-30 tahun.
Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh
beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai dengan
bertambahnya usia (Mubarak, 2009).
Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah, baik secara
biologis, mental, maupun ekonomi. Semakin lanjut usia seseorang, maka
kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga dapat mengakibatkan
kemunduran pada peran-peran sosialnya (Tamher, 2009). Oleh karena itu, perlu
perlu membantu individu lansia untuk menjaga harkat dan otonomi maksimal
meskipun dalam keadaan kehilangan fisik, sosial dan psikologis (Smeltzer, 2001).
2.1.7 Teori-Teori Proses Penuaan
Menurut Maryam, dkk (2008) ada beberapa teori yang berkaitan dengan
proses penuaan, yaitu : teori biologi, teori psikologi, teori sosial, dan teori
spiritual.
a. Teori biologis
Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow
theory, teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.
1) Teori genetik dan mutasi
Menurut teori genetik dan mutasi, semua terprogram secara genetik
untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan
setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
2) Immunology slow theory
Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi efektif dengan
bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat
menyebabkan kerusakan organ tubuh.
3) Teori stres
Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-sel
yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan
stres yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
4) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan
organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-
sel tidak dapat melakukan regenerasi.
5) Teori rantai silang
Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang
tua menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan
ini menyebabkan kurangnya elastisitas kekacauan, dan hilangnya
fungsi sel.
b. Teori psikologi
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan
keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Adanya
penurunan dan intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan
kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit
untuk dipahami dan berinteraksi.
Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan. Dengan
adanya penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula
penurunan kemampuan untuk menerima, memproses, dan merespons
stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi/reaksi yang berbeda dari
stimulus yang ada.
c. Teori sosial
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu
teori interaksi sosial (social exchange theory), teori penarikan diri
(disengagement theory), teori aktivitas (activity theory), teori
kesinambungan (continuity theory), teori perkembangan (development
theory), dan teori stratifikasi usia (age stratification theory).
1) Teori interaksi sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu
situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Pada
lansia, kekuasaan dan prestasinya berkurang sehingga menyebabkan
interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga
diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti perintah.
2) Teori penarikan diri
Teori ini menyatakan bahwa kemiskinan yang diderita lansia dan
menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara
perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan di sekitarnya.
3) Teori aktivitas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung
bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan
aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting
dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan.
4) Teori kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus
kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini
dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang
ternyata tidak berubah meskipun ia telah menjadi lansia.
5) Teori perkembangan
Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua
merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap
berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif ataupun negatif.
Akan tetapi, teori ini tidak menggariskan bagaimana cara menjadi tua
yang diinginkan atau yang seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut.
6) Teori stratifikasi usia
Keunggulan teori stratifikasi usia adalah bahwa pendekatan yang
dilakukan bersifat deterministik dan dapat dipergunakan untuk
mempelajari sifat lansia secara kelompok dan bersifat makro. Setiap
kelompok dapat ditinjau dari sudut pandang demografi dan
keterkaitannya dengan kelompok usia lainnya. Kelemahannya adalah
teori ini tidak dapat dipergunakan untuk menilai lansia secara
perorangan, mengingat bahwa stratifikasi sangat kompleks dan
dinamis serta terkait dengan klasifikasi kelas dan kelompok etnik.
7) Teori spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian
hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang
arti kehidupan.
2.1.8 Tugas Perkembangan Lansia
Lansia harus menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik yang terjadi
seiring penuaan. Waktu dan durasi perubahan ini bervariasi pada tiap individu,
namun seiring penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi tubuh
akan terjadi. Perubahan ini tidak dihubungkan dengan penyakit dan merupakan
perubahan normal. Adanya penyakit terkadang mengubah waktu timbulnya
perubahan atau dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari.
Adapun tugas perkembangan pada lansia dalam adalah : beradaptasi
terhadap penurunan kesehatan dan kekuatan fisik, beradaptasi terhadap masa
pensiun dan penurunan pendapatan, beradaptasi terhadap kematian pasangan,
menerima diri sebagai individu yang menua, mempertahankan kehidupan yang
memuaskan, menetapkan kembali hubungan dengan anak yang telah dewasa,
menemukan cara mempertahankan kualitas hidup (Potter & Perry, 2009).
2.2 Konsep Penyakit
2.2.1 Definisi Katarak
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau
dapat juga akibat dari kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua mata dan
berjalan progesif. (Mansjoer, 2000 : 62)
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-
duanya yang disebabkan oleh berbagai keadaan. (Sidarta Ilyas, dkk, 2008)
Katarak adalah opasitas lensa kristalina atau lensa yang berkabut (opak) yang
normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat
timbul pada saat kelahiran (katarak congenital). 
2.2.2 Etiologi Katarak
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,
2000):
1. Usia lanjut dan proses penuaan 
2. Congenital atau bisa diturunkan
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh factor lingkungan, seperti merokok
atau bahan beracun lainnya.  
4. Katarak bias disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolic (misalnya
diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).  
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/
gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes
melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang,
seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).
2.2.3 Klasifikasi Katarak
Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk
bercak – bercak kekeruhan yang tidak teratur.
2. Katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung,
menyebabkan terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik
mata depan menjadi dangkal.
3. Katarak matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi
kekeruhan lensa.
4. Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat
mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa
2.2.4 Patofisiologi 
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar.  Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di
perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan
posterior.  Dengan bertambahnya  usia, nucleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan.Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan dalam serabut halus multiple (zonula) yang memanjang dari
badan silier ke sekitar daerah di luar lensa.  Perubahan kimia dalam protein lensa
dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina.  Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal disertai influx air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan
serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan
bahwa suatu  enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.
Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau
sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang 
normal.  Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan
yang kurang dalam jangka waktu yang lama.
WOC KATARAK

KATARAK

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Kapsul lensa Intumesensi lensa Blocking sinar yang Intumesensi lensa Ansietas Sinar terpantul kembali
rusak masuk kornea
Massa asing bagi Massa asing bagi HCl meningkat
Cahaya ke retina
Zonulla zinni lepas jaringan uvea jaringan uvea berkurang
Mengaburkan
bayangan yang semu Peristaltik
Peradangan pada yang sampai pada Peradangan pada meningkat
Dislokasi lensa
retina Visus menurun
uvea uvea

Uveitis Otak Mual, muntah Penglihatan kabur


Suplai O2 tidak Suplai O2 tidak seimbang
menginterpretasikan
seimbang akibat dari akibat dari demam
sebagai bayangan
Suplai O2 tidak seimbang
demam berkabut Anoreksia Imobilisasi kurang
akibat dari demam
Evaporasi
Peningkatan kerja Pandangan kabur meningkat MK: Perubahan nutrisi MK : Gg. immobilitas
Peningkatan kerja
napas kurang dari kebutuhan fisik
napas
tubuh
MK : Gg.Persepsi sensori Dehidrasi
Perfusi jaringan
(visual)
menurun
2.2.5 Manifestasi Klinis
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya pasien
mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional
sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan
objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmosk. Ketika lensa sudah menjadi
opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam
menjadi bayangan terfokus pada retina.
Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil
yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak
biasanya terjadi bertahap selama bertahun - tahun, dan ketika katarak sudah sangat
memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki
penglihatan
2.2.6 Komplikasi
1. Glaucoma
2. Uveitis
3. Kerusakan endotel kornea
4. Sumbatan pupil
5. Edema macula sistosoid
6. Endoftalmitis
7. Fistula luka operasi
8. Pelepasan koroid
9. Bleeding
2.2. 7 Pemeriksaan Diagnostik
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit system saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan mungkin karena massa tumor, karotis,
glaukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng
optik, papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM   
10. Keratometri.
11. Pemeriksaan lampu slit.
12. A-scan ultrasound (echography).
13. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi&implantasi.
14. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
2.2. 8 Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak
mengandung vitamin C, vitamin B2, vitamin A dan vitamin E. Selain itu,
untuk mengurangi pajanan sinar matahari (sinar UV) secara berlebih, lebih
baik menggunakan kacamata hitam dan topi saat keluar pada siang hari.
2. Penatalaksanaan medis
Ada dua macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan katarak :
a. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98%
pembedahan katarak.  Mikroskop digunakan untuk melihat
struktur mata selama pembedahan. Prosedur ini meliputi
pengambilan kapsul anterior, menekan keluar nucleus lentis, dan
mengisap sisa fragmen kortikal lunak menggunakan irigasi dan
alat hisap dengan  meninggalkan kapsula posterior dan zonula
lentis tetap utuh. Selain itu ada penemuan terbaru pada ekstrasi
ekstrakapsuler, yaitu fakoemulsifikasi. Cara ini memungkinkan
pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan
menggunakan alat ultrason frekwensi tinggi untuk memecah
nucleus dan korteks lensa menjadi partikel yang kecil yang
kemudian di aspires melalui alat yang sama yang juga
memberikan irigasi kontinus.
b. Ekstraksi katarak intrakapsuler
Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula
dipisahkan, lensa diangkat dengan cryoprobe yang diletakkan
secara langsung pada kapsula lentis. Ketika cryoprobe diletakkan
secara langsung pada kapsula lentis, kapsul akan melekat pada
probe. Lensa kemudian diangkat secara lembut. Namun,  saat ini
pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan. Pengangkatan
lensa memerlukan koreksi optikal karena lensa kristalina
bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan focus mata.
Koreksi optikal yang dapat dilakukan diantaranya:
1) Kaca Mata Apikal
Kaca mata ini mampu memberikan pandangan sentral yang
baik, namun pembesaran 25% - 30% menyebabkan
penurunan dan distorsi pandangan perifer yang menyebabkan
kesulitan dalam memahami relasi spasial, membuat benda-
benda Nampak jauh lebih dekat dan mengubah garis lurus
menjadi lengkung. Memerlukan waktu penyesuaian yang
lama  ampai pasien dapat mengkoordinasikan gerakan,
2) Implan Lensa Intraokuler ( IOL )
IOL adalah lensa permanen plastic yang secara bedah
diimplantasi ke dalam mata. Mampu menghasilkan bayangan
dengan bentuk dan ukuran normal, karena IOL mampu
menghilangkan efek  optikal lensa apakia. Sekitar 95% IOL
di pasang di kamera posterior, sisanya di kamera anterior.
Lensa kamera anterior di pasang pada pasien yang menjalani
ekstrasi intrakapsuler atau yang kapsul posteriornya rupture
tanpa sengaja selama prosedur ekstrakapsuler. 
2.3    Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien(Nursalam, 2010).
Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah:
a. Aktivitas /Istirahat : Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/ hobi
sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b. Makanan/cairan : Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut)
c. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas),sinar
terang menyebabkan silau  dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
kesulitan memfokus kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,
kehilangan penglihatan perifer, fotofobia (glaukoma akut). Dan tandanya
yaitu Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil menyepit
ddan merah/mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat),dan
Peningkatan air mata.
d. Nyeri/Kenyamanan : Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata berair
(glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan pada dan
sekitar mata, sakit kepala  (glaukoma akut).
e. Penyuluhan / Pembelajaran : Gejala yaitu Riwayat keluarga glaukoma,
diabetes, gangguan sistem vaskuler, Riwayat stres, alergi, gangguan
vasomotor (contoh peningkatan tekanan vena), dan ketidakseimbangan
endokrin, diabetes (glaukoma).
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari individu atau
kelompok. Dimana perawat secara kontabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberi intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan , menurunkan,
membatasi,  mencegah dan merubah (Nursalam, 2001)
Menurut Doenges Marylin diagnosa keperawatan yang ditemukan pada
pasien dengan  penyakit katarak adalah:
1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan
intraokuler, kehilangan vitreous.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan
katarak).
3. Gangguan sensori-perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan
sensori/status organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d
menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respons
biasanya terhadap rangsang.s
4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis,
pengobatan b/d  tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi
informasi, keterbatasan kognitif.
2.3.3 Perencanaan
Perencanaan adalah meliputi perkembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diindetifikasi pada diagnosa
keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan
menyimpulkan rencana dokumentasi(Nursalam,2010).
Menurut Doengoes Intervensi yang dilakukan pada pasien katarak adalah:
Diagnosa Keperawatan 1
Intervensi:
Mandiri:
1) Diskusi apa yang terjadi pada pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan
aktivitas, penampilan, balutan mata.
2) Beri pasien posis bersandar, kepala tinggi, atau mirng ke sisi yang tak sakit
sesuai keinginan.
3) Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata ,
membongkok.
4) Ambulasi dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari
anestesi.
5) Dorong nafas dalam, batuk untuk bersihan paru.
6) Anjurkan menggunakan teknik manajemen stres contoh, bimbingan imajinasi,
visualisasi, nafas dalam dan latihan relaksasi.
7) Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.
8) Minta pasien untuk membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri mata
tajam tiba-tiba. Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan.
Observasi hifema (perdarahan pada mata) pada mata dengan senter sesuai
indikasi.
9) Observasi pembengkakan luka, bilik anterior  kempes, pupil berbentuk buah
pir.
Kolaborasi:
Berikan obat sesuai indikasi:
1) Antiemetik, contoh proklorperazin (Compazine)
2) Beri obat sesuai indikasi: Asetazolamin (Diamox).
3) Sikloplegis.
4) Analgesik, contoh Empirin dengan kodein, asetaminofen (Tyenol).
Diagnosa Keperawatan 2
Intervensi
Mandiri:
1) Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati mata.
2) Gunakan /tunjukan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam
keluar dengan tisu basah/ bola kapas untuk tiap usap, ganti balutan , dan
masukan lensa kontak bila menggunakan.
3) Tekankan pentingnya tidak menyentuh /menggaruk mata yang dioperasi.
4) Observasi /diskusikan tanda terjadinya infeksi contoh kemerahan , kelopak
bengkak , drainase purulen. Indentifikasi tindakan kewaspadaan bila terjadi
ISK.
Kolaborasi:
1) Beri obat sesuai indikasi:
1) Antibiotik (topikal , parenteral, atau subkonjungtival).
2) Streoid.
Diagnosa Keperawatan 3
Intervensi
Mandiri:
1) Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau keduanya terlibat.
2) Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain diareanya.
3) Observasi tanda-tanda dan gejala –gajala disorientasi ; pertahankan pagar
tempat tidur sampai benar-benar sembuh dari anestesia.
4) Pendengkatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dan menyentuh sering;
dorong orang terdekat tinggal dengan pasien.
5) Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat
terjadi bila menggunakan tetes mata.
6) Ingatkan pasien bila menggunakan kacamata katarak yang tujuannya
memperbesar kurang lebih 25%, penglihatan perifer hilang , dan buta titik
mungkin ada.
7) Letakkan barang yang dibutuhkan /posisi bel pemanggil dalam jangkauan pada
sisi yang tak dioperasi.
Diagnosa Keperawatan 4
Intervensi
Mandiri:
1) Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis tipe prosedur/lensa.
2) Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan
penglihatan berawan.
3) Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
4) Diskusikan kemungkinan efek/ interaksi antara obat mata dan masalah medis
pasien, contoh  peningkatan hipertensi,PPOM, diabetes. Ajarkan metode yang
tepat memasukkan obat tetes untuk meminimalkan efek sistemik.
5) Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip; mengangkat berat,
mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung;
penggunaan sprei, bedak bubuk, merokok (sendiri/orang lain).
6) Dorong aktivitas pengalih seperti mendengar radio, berbincang-bincang,
menonton televisi.
7) Anjurkan pasien memeriksa ke dokter tentang aktivitas seksual.
8) Tekankan kebutuhan untuk menggunakan kaca pelindung selama hari
pembedahan / penutup pada malam.
9) Anjurkan pasien tidur telentang, mengatur intensitas lampu dan menggunakan
kacamata gelap bila keluar / dalam ruangan terang, keramas dengan kepala
belakang (bukan kedepan), batuk dengan mulut/mata terbuk.
10) Anjurkan mengatur posisi pintu sehingga mereka terbuka atau tertutup penuh;
pindahkan perabot dari lalu lalang jalan.
11) Dorong pemasukan cairan adekuat, makan berserat/kasar; gunakan pelunak
feses yanbg dijual bebas, bila diindikasikan.
12) Identifikasi tanda/ gejala memerlukan upaya evaluasi medis, contoh nyeri
tajam tiba-tiba, penurunan penglihatan , kelopak bengkak, drainase purulen,
kemerahan, mata berair, fotofobia.
Rasional:
Diagnosa keperawatan 1
1) Membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkankerja sama dalam
pembatasan yang diperlukan.
2) Istirahat hanya beberapa menit sampai beberapa jam pada bedah rawat jalan
atau menginap semalam bila terjadi komplikasi. Menurunkan tekanan pada
mata yang sakit, meminimalkan resiko perdarahan atau stres pada jahitan
terbuka.
3) Menurunkan stres pada area operasi/menurunkan TIO
4) Memerlukan sedikit regangan daripada penggunaan pispot, yang dapat
meningkatkan TIO.
5) Meningkatkan relaksasi dan koping, menurunkan TIO.
6) Digunakan untuk melindungi dari cedera kecelakaan dan menurunkan
gerakan mata.
7) Ketidak nyamanan mungkin karena prosedur pembedahan; nyeri akut
menunjukkan TIO ddan/atau perdarahan, terjadi karena regangan atau tak
diketahui penyebabnya (jaringan sembuh banyak vaskularisasi, dan kapiler
sangat rentan).
8) Menunjukkan proplaps iris atau ruptur luka disebabkan oleh kerusakan
jahitan atau tekanan mata.
9) Mual/muntah dapat meningkatkan TIO, memerlukan tindakan segera untuk
mencegah cedera okuler.
10) Diberikan untuk menurunkan TIO bila terjadi peningkatan. Membatasi kerja
enzim pada produksi akueus humor.
11) Diberikan untuk melumpuhkan otot siliar untuk dilatasi dan istirahat iris
setelah pembedahan bila lensa tidak terganggu.
12) Digunakan untuk ketidaknyamanan ringan, meningkatkan istirahat/ mencegah
gelisah, yang dapat mempengaruhi TIO.
Rasiomal:
Diagnosa Keperawatran 2
1) Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area
operasi.
2) Teknik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi
silang.
3) Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.
4) Infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan memerlukan upaya
intervensi. Adanya ISK meningkatkan kontaminasi silang.
5) Sediakan topikal diguna setelah profilaksis, dimana terapi lebih agresif
diperlukan bila terjadi infeksi.catatan: Steriod mungkin ditambahkan pada
antibiotik topikal bila pasien mengalami implantasi IOL.
6) Digunakan untuk menurunkan inflamasi.
Rasional:
Diagnosa Keperawatan 3
1) Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan
penglihatan terjadi lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat
berlanjut pada laju yang berbeda. Tetapi biasanya hanya saja satu mata
diperbaiki per prosedur.
2) Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan. Menurunkan cemas
dan disorientasi pascaoperasi.
3) Terbangun dalam lingkungan yang tidak dikenal dan mengalami
keterbataasan penglihatan dapat mengakibatkan bingung pada orang tua.
Menurunkan resiko jatuh bila pasien bingung/ tak kenal ukuran tempat tidur.
4) Memberi rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung.
5) Gangguan penglihatan/ iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata
tetapi secara bertahap menurun dengan penggunaan.catatan: iritasi lokal
harus dilaporkan ke dokter, tetapi jangan hentikan penggunaan obat
sementara.
6) Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung,
penglihatan/ meningkatkan risiko cedera sampai pasien belajar untuk
mengkompensasi.
7) Memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan
panggilan untuk pertolongan bila diperlukan.
Rasional:
Diagnosa Keperawatan 4
1) Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dengan program
pascaoperasi.
2) Pengawasan periodik menurunkan risiko komplikasi serius. Pada beberapa
pasien kapsul posterior dapat menebal atau menjadi berkabut dalam 2
minggu sampai beberapa tahun pascaoperasi, memerlukan terapi laser untuk
memperbaiki defisit penglihatan.
3) Dapat bereaksi silang/campur dengan obat yang diberikan.
4) Penggunaan obat mata topiukal, contoh agen simpatomimetik , penyekat
beta ,dan agen antikolinergik dapat menyebabkan TD meningkat pada
pasien hipertensi;pencetus dispenea pada pasien PPOM; gejala krisis
hipoglikemik pada diabetes tergantung pada insulin. Tindakan benar dapat
membatasi absorpsi dalam sirkulasi sistemik, meminimalkan masalah
seperti interaksi obat dan efek sistemik tak diinginkan.
5) Aktivitas yang menyebabkan mata lelah /regang, manuver Valsava ,atau
meningkatkan TIO dapat mempengaruhi hasil bedah dan mencetus
pendarahan. Catatan: Iritasi pernapasan yang menyebabkan batuk/bersin
dapat meningkatkan TIO.
6) Memberikan masukan sensori, mempertahankan rasa normalitas, melalui
waktu lebih mudah bila tak mampu menggunakan penglihatan secara penuh.
Catatan:menonton televisi frekuensi sedang menuntut sedikit gerakan mata
dan sedikit menimbulkan stres dibanding membaca.
7) Dapat meningkatkan TIO, menyebabkan cedera kecelakaan pada mata.
8) Mencegah cedera kecelakaan pada mata dan menurunkan risiko peningkatan
TIO sehubungan dengan berkedip atau posisi kepala.
9) Mencegah cedera kecelakaan pada mata.
10) Menurunkan penglihatan perifer atau gangguan kedalaman persepsi dapat
menyebabkan pasien jalan kedalam pintu yang terbuka sebagian atau
menabrak perabot.
11) Mempertahankan konsistensi feses untuk menghindari mengejan.
12) Intervensi dini dapat mencegah terjadinya komplikasi serius, kemungkinan
kehilangan penglihatan.
2.3.4 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Nursalam, 2001).
Diagnosa Keperawatan 1
1) Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
2) Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor risiko
dan untuk melindungi diri dari cedera.
3) Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
Diagnosa Keperawatan 2
1) Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen,
eritema, dan demam.
2) Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah /menurunkan risiko infeksi.
Diagnosa Keperawatan 3
1) Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.
2) Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
3) Mengidentifikasi/ memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Diagnosa Keperawatan 4
1) Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan.
2) Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1.1 Data Biografi


Nama Ny.M Tempat & Tanggal Lahir Mentangai, 15-05-1957 (61) Gol.Darah B
Pendidikan SD Agama Kristen Protestan Status Perkawinan Cerai Mati TB/BB
139 CM/51,5 Kg Penampilan Rapi Alamat Jln. T. Tilung IX
3.1.2 Riwayat keluarga
No Nama Jenis Hubungan Pendidikan Pekerjaan Keterangan
Kelamin Keluarga
1 Tn.A Laki-laki Anak SMA Swasta
2 Ny. Y Perempua Ibu SD IRT
n

3.1.3 Riwayat Pekerjaan


Pekerjaan saat ini : IRT
Alamat Pekerjaan : Jln. T. Tilung IX
Berapa jarak dari rumah :-
Alat Transportasi :-
Pekerjaan Sebelumnya : Jaga toko
Sumber Pendapatan dan Kecukupan :Cukup untuk makan sehari-hari
(500ribu)

Genogram:

Keterangan :

:Laki : Laki-Laki
: Perempuan

: Ny.M

: Meninggal

Tipe/Bentuk Keluarga: Single Family

3.1.4 Riwayat Lingkungan Hidup (Denah)


Ny. M tinggal di jalan Temanggung Tilung. Tipe tempat tinggal Ny. M
semi permanen dan berjumlah 3 kamar.Kondisi tempat tinggal klien cukup bersih,
pencahayaan baik, ventilasi cukup dan tidak pengap.Jumlah orang yang tinggal 2
orang yang terdiri dari laki-laki 1 orang dan perempuan 1 orang.
3.1.5 Riwayat Rekreasi
Klien sering berkumpul dengan anak-anak, cucu dan menantu, klien
biasanya menghabiskan waktu luang dengan menonton TV, klien biasanya tidak
melakukan liburan atau perjalanan jauh.
3.1.6 Sistem Pendukung
Puskesmas Terdekat ± 1-2 km, dari rumah klien.
3.1.7 Diskripsi Kekhususan
Kebiasaan klien beribadah di hari minggu dan juga mengikuti ibadah di
rumah-rumah jemaat lain.
3.1.8 Status kesehatan
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu :Klien mengatakan
penglihatannya kabur dan tidak jelas dan memiliki riwayat hipertensi.
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu :Klien mengatakan
hanya tekanan darah tinggi tidak ada riwayat penyakit lain dan penyakit
hipertensinya sudah lama dia alami karena genetik faktor keturunan klien
mengatakan bapak dan adiknya juga punya penyakit hipertensi seperti yang
dialami
Keluhan utama :
Ny.H mengatakan penglihatannya kabur dan tidak jelas.
Alergi: ( catat agen dan reaksi spesifik)
1. Obat-obatan: tidak ada
2. Makanan: tidak ada
3. Factor lingkungan: tidak ada
Penyakit yang diderita:
Katarak
Hipertensi(Tekanan darah tinggi)
3.1.9 Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari (ADL)
Keemampuan Independen Bantuan Bantuan Bantuan Dependent
Perawatan Diri Alat Orang lain orang lain
& perawat


3. Berpakaian √

5.Transfering/pindah √
6. Ambulasi √

3.1.10 Data penunjang


Tidak ada ditemukan data penunjang laboratorium maupun rontgen
Keadaan Umum :
Klien tampak sakit ringan, klie tampak memakai kacamata katarak,
kesadaran compos mentis, pupil isokor, TTV : TD : 140/80 mm Hg, Nadi : 80
x/mnt, Suhu : 36’70C, RR 18 x/mnt. Akral : hangat, merah, lembab. CRT :< 2
detik, konjungtiva : tidak anemis, sklera normal. Kulit normal, turgor kulit elastis.
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
GCS : Eye : 4 (dapat membuka mata secara spontan), Verbal : 5
(orientasi baik), Motorik : 6 (mengikuti perintah ).
Tanda-Tanda Vital :Nadi : 80x/mnt, RR : 18x/menit, S: 36,7 0C TD : 140/80
mmHg.

Sistem Kardiovaskuler : Tekanan darah klien 140/80 mmHg.


Sistem Pernafasan : RR :18x/menit, bentuk thorax simetris,tidak ada
bunyi nafas tambahan.
Sistem Integumen : Kulit tampak keriput, elastisitas kulit berkurang,
warna kulit kuning langsat.
Sistem Perkemihan :BAK 4x/hari, warna kekuningan jumlah ± 900 ml
Sistem : Tidak ada fraktur, lesi, kelemahan otot pada
Muskuluskeletal ekstremitas.
Sistem Endokrin : tidak ada riwayat tpenyakit endokrin atau
hipotirioid.
Sistem Gastrointestinal : tidak ada mual atau muntah, nafsu makan baik,
BAB 1x/hari konsistensi lembek
Sistem reproduksi : Menopause
Sistem Persyarafan : Tidak ada cedera kepala, tidak ada riwayat kejang.
Sistem Penglihatan : Klien menggunakan kacamata katarak, penglihatan
klien kabur dan tidak jelas melihat objek.
Sistem Pendengaran : Dapat mendengar dengan baik, tidak ada keluaran
cairan.
Sistem Pengecapan : dapat mengecap dengan baik
Sistem Penciuman : Ny. M masih mampu mencium bau dengan baik dia
bisa membedakan aroma kopi dan aroma teh

3.1.11 Status Kognitif/Afektif/Sosial


Short Portable Mental Status Questionnaire(SPMSQ):
Mini Mental State Exam (MMSE):
Inventaris Depresi Beck :
APGAR keluarga :

INDEKS KATZ

Indeks Kemandirian Pada Aktivitas kehidupan Sehari-hari


Nama klien :Ny. M Tanggal : 07 Oktoboer 2020
Jenis kelamin : Perempuan TB/BB :139/51,5
Agama : Kristen protestan Gol darah: B
Pendidikan : SD
Alamat : Jln. Temanggung tilung IX
Nama pewawancara :
Skore Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
kecil, berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
dan satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat di
lain klasifikasikan sebagai C.D.E Atau F

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)

Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia


Nama klien :Ny. M Tanggal : 07 Oktober 2020
Jenis kelamin : Perempuan TB/BB :139/51,5
Agama : Kristen protestan Gol darah: B
Pendidikan : SD
Alamat : Jln. Temanggung tilung IX

SKORE
NO PERTANYAAN JAWABAN
+ -
 1 Tanggal berapa hari ini? 28/06/2018
 2 Hari apa sekarang ini? Kamis
 3 Apa nama tempat ini? Puskesmas
 4 Berapa nomor telepon anda? 0813xxxxxx
 5 Berapa umur anda? 61 tahun
 6 Kapan anda lahir? 15 Mei 1957
 7 Siapa presiden Indonesia sekarang? Jokowi
 8 Siapa presiden sebelumnya? SBY
 9 Siapa nama kecil ibu anda? Nanie
 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap
penggurangan 3 dari setiap angka baru,
semua secara menurun?
Jumlah kesalahan total 0

Keterangan:
Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 kerusakan intelektual sedang

MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)


Menguji Aspek – Kognitif Dari Fungsi Mental
NILAI Maks KLIEN PERTANYAAN
ORIENTASI
5 5 (Tahun, musim, Tgl, Hari, Bulan, apa sekarang? Dimana
5 4 kita : (Negara, bagian, Wilayah, Kota).
REGISTRASI
3 3 Nama 3 objek (1 detik untuk mengatakan masing-
masing) tanyakan klien ke 3 obyek setelah anda telah
mengatakan. Beri 1 point untuk tiap jawaban yang benar,
kemudian ulangi sampai ia mempelajari ke 3 nya
jumlahkan percobaan dan catat.
PERHATIAN & KALKULASI
5 2 Seri 7’s (1 point tiap benar, berhenti setelah 5 jawaban,
berganti eja kata belakang) (7 kata dipilih eja dari
belakang).
MENGINGAT
3 3 Minta untuk mengulangi ke 3 obyek diatas, beri 1 point
untuk kebenaran.
BAHASA
9 9 Nama pensil & melihat (2 point)
Mengulang hal berikut tak ada jika (dan atau tetapi) 1
point.
30 26 Nilai total 26

KETERANGAN:
Mengkaji tingkat kesadaran klien sepanjang kontinum: Compos mentis.
Nilai maksimum 30 (nilai 21/ kurang indikasi ada kerusakan kognitif perlu
tindak lanjut)
Ny. M mampu berorientasi terhadap tahun, musim, tanggal, hari, dan bulan
sekarang, mampu beregistrasi terhadap nama objek, mampu berhitung, dan
mampu mengingat nama-nama benda.

INVENTARIS DEPRESI BECK


(PENILAIAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DARI BECK DAN DECLE, 1972)
Nama klien :Ny. M Tanggal : 07 Oktober 2020
Jenis kelamin : Perempuan TB/BB :139/51,5
Agama : Kristen protestan Gol darah: B
Pendidikan : SD
Alamat : Jln. Temanggung tilung IX

URAIAN
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih

B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan

C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal

D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas

E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah

F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI


3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI


3 Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
2 Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan diri sendiri

H MENARIK DIRI DARI SOSIAL


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli
pada mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik

J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI


3 Merasa bahwa saya jelek/tampak menjijikan
2 Merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan
1 Saya khawatir saya tampak tua/tidak menarik dan ini membuat saya tidak
menarik
0 Tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya

K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya

L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya

M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya

Keterangan:
0-4 : depresi tidak ada/ minimal
5-7 : depresi ringan
8-15 : depresi sedang
16+ : depresi berat

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA

Alat skrining singkat yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi social lansia
Nama klien :Ny. M Tanggal : 07 Oktober 2020
Jenis kelamin : Perempuan TB/BB :139/51,5
Agama : Kristen protestan Gol darah: B
Pendidikan : SD
Alamat : Jln. Temanggung tilung IX

No Uraian Fungsi Skore


1 Saya puas bahwa saya dapat kembali ADAPTATION 2
pada keluarga (teman-teman) saya
untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara keluarga (teman- PARTNERSHIP 1
teman) saya mebicarakan sesuatu
dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya
3 Saya puas dengan cara keluarga (teman- GROWTH 2
teman) saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
aktivitas/ arah baru
4 Saya puas dengan cara keluarga (teman- AFFECTION 2
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi-emosi saya
seperti marah, sedih/ mencintai.
5 Saya puas dengan cara teman-teman RESOLVE 2
saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama.
Penilaian: TOTAL 9
Pertanyaan-pertanyaan yang di jawab:
 Selalu: skore 2
 Kadang-kadang: skore 1
 Hampir tidak pernah: skore 0

2.2 ANALISA DATA

Obyektif dan Data


No Subyektif Etiologi Problem
(sign/symptom)
1 DS: Katarak Gangguan Persepsi
- Ny.M dan Sensori (visual)
mengatakan
penglihatannya Blocking sinar yang
kabur dan tidak masuk
jelas
DO:
- Px tampak sakit Mengaburkan
ringan bayangan yang semu
- Saat pengkajian yang sampai pada
pasien nampak retina
px tidak
memperhatikan
- TTV= TD : Otak
140/80 mm Hg, menginterpretasikan
Nadi : 80 x/mnt, sebagai bayangan
Suhu : 36’70C, berkabut
RR 18 x/mnt.
Pandangan Kabur

Gangguan perspsi
dan sensori (visual)

2 DS: Kurangnya Defisit Pengetahuan


- Px bertanya-tanya Informasi tentang
apa masalah mata Katarak
saya

DO:
- Px tampak
bertanya-tanya
kepada perawat
- Px tampak bingung

2.3 PRIORITAS MASALAH


1. Gangguan persepsi dan sensori (visual) berhubungan dengan Blocking sinar
yang masuk
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan Kurangnya informasi tentang
katarak
2.4 Rencana dan Implementasi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional


1 Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji tanda-tanda disorisntasi 1. Mengetahui tingkat disorientasi pasien
persepsi dan tindakan keperawatan 2. Ingatkan klien menggunakan 2. Mencegah terpaparnya langsung sinar
sensori sebayak 2 x Kunjungan kacamata katarak matahari langsung
(visual) di harapkan px bisa 3. Letakkan barang yang di butuhkan 3. Memudahkan klien untuk beraktivitas
berhubungan mengerti bahwa dalam jangkaun klien 4. Membantu px agar tidak terjadi cidera
dengan ketajaman 4. Anjurkan kepada keluarga 5. Untuk melakukan perawatan yang lebih
Blocking penglihatannya untuk membantu dalam aktivitas pasien lanjut
sinar yang sementara menurun 5. Kolaborasi dengan dokter dalam
masuk dengan kriteria: melakukan rujukan ke RS dr. Doris
Sylvanus
1. Mengenal gangguan
sensori dan
berkompensasi
terhadap perubahan
2. Mengidentifikasi
potensial bahaya
dalam lingkungan

2 Defisit Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan 1. Mengukur tingkat pengetahuan pasien
pengetahuan tindakan keperawatan keluarga 2. Menambah pengetahuan pasien
berhubungan sebanyak 1x 30 menit 2. Berikan penkes tentang katarak pada
dengan diharapkan pasien dapat pasien dan keluarga
Kurangnya mengetahui apa itu - Pengertian katarak
informasi katarak, penyebab - Penyebab katarak
tentang katarak dengan kriteria - Tanda dan gejala katarak
katarak hasil: - Klarifikasi katarak
- Penatalaksanaan Katarak
1. Px tidak bingung - Komplikasi katarak
2. Px tidak lagi
bertanya-tanya
2.5 Impelementasi Keperawatan
No Hari/tgl/ Dx kep Implementasi Evaluasi Ttd/nama
jam
1. kamis, Gangguan 1. Mengkaji tanda-tanda S:
07/10/20 persepsi dan disorisntasi - Ny.M mengatakan penglihatannya
09.30 sensori (visual) 2. Mengingatkan klien kabur dan tidak jelas
Wib berhubungan menggunakan kacamata katarak O:
dengan 3. Menganjurkan keluarga untuk - Px tampak sakit ringan Dandung
Blocking sinar membantu dalam aktivitas klien - Pc tampak menggunakan kacamata
yang masuk 4. Berkolaborasi dengan dokter katarak
dalam melakukan rujukan ke RS - Saat pengkajian tampak pasien tidak
dr. Doris Sylvanus memperhatikan perawat
- TTV= TD : 140/80 mm Hg, Nadi :
80 x/mnt, Suhu : 36’70C, RR 18
x/mnt.
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

2 Kamis Defisit 1. Mengkaji tingkat pengetahuan S:


07/10/20 pengetahuan pasien dan keluarga - Pasien dan keluarga sudah mengetahui dan
09.30 berhubungan menyebutkan pengertian katarak, Penyebab Dandung
Wib dengan 2. Memberikan penkes tentang katarak, tanda dan gejala katarak,
Kurangnya katarak pada pasien dan keluarga klarifikasi katarak, penatalaksanaan
informasi katarak, komplikasi katarak
- Pengertian katarak
tentang katarak O:
- Penyebab katarak
- Px dan keluarga tidak nampak bingung
- Tanda dan gejala katarak - Px dan keluarga tidak lagi bertanya-tanya
- Klarifikasi katarak pasien
- Penatalaksanaan Katarak A: Masalah teratasi
- Komplikasi katarak P: Hentikan intervensi
CATATAN PERKEMBANGAN
No Hari/ Tanggal/ Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD/ Nama
Jam Perawat
1 Sabtu, 1. Gangguan persepsi dan 1. Memberikan pendidikan S. Pasien mengatakan :
10 Oktober 2020 sensori visual kesehatan tentang penglihatan mata sebelah
10:00wib berhubungan dengan penyakit katarak dengan kanan masih kabur
blocking sinar yang
cara menjelaskan tanda O. mata sebelah tampak keruh Dandung Setiadi
masuk
dan gejala katarak serta A. Masalah teratasi sebagian
bagaimana cara P. Lanjutkan Intervensi
2. Defisit pengetahuan
pencegahan nya
berhubungan dengan
2. Mengetes lapang pandang
kurangnya informasi
tentang katarak.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Topik : Penyakit Katarak
B. Sasaran
1. Program : Di Ruang Gerontik Puskesmas Pahandut Palangka Raya
2. Penyuluhan : Di Ruang Gerontik Puskesmas Pahandut Palangka Raya
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga pasien di
Puskesmas Pahandut Palangka Raya dapat memahami tentang Penyakit katarak.
2. Tujuan Khusus
1) Pasien dan keluarga pasien di Puskesmas Pahandut Palangka Raya
mengerti tentang Penyakit katarak.
D. Materi : Penyakit Katarak
E. Metode :Bimbingan dan penyuluhan, ceramah, dan Tanya jawab
F. Media : Leaflet
G. Waktu Pelaksanaan
1. Hari/Tanggal :
2. Pukul : 09.00 - Selesai
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pembukaan 2 Menit Secara langsung
2 Perkenalan (Perkenalan kelompok oleh 2 Menit Secara langsung
moderator )
3 Menyampaikan Kontrak 2 Menit Secara langsung
(Menyampaikan tujuan)
4 Menyampaikan Materi Penyuluhan 10 Menit Secara langsung
( Penyampaian Materi oleh Leader )
5 Evaluasi (Tanya Jawab oleh 5 Menit Secara langsung
Demonstrator )
H. Tugas Pengorganisasian
1) Moderator : Dandung Setiadi
1. Membuka acara penyuluhan
2. Memperkenalkan anggota kelompok
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalannya diskusi
2) Leader : Dandung Setiadi
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Mengucapkan salam penutup
3) Fasilitator : Dandung Setiadi
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir
3. Membagikandanmengedarkan leaflet
I. TEMPAT
1. Setting Tempat :

Keterangan:

:Moderator dan Leader

:Peserta

:Fasilitator
Materi Pendidikan Kesehatan
Penyakit Katarak
1. Pengertian Katarak
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang jernih dan bening
menjadi keruh.
2. Apa penyebab terjadinya Katarak
1) Proses penuaan/usia lanjut>60 th
2) Penyakit kronis, seperti Diabetes Melitus
3) Kelainan bawaan
4) Infeksi virus pada saat kehamilan
5) Obat-obatan yang dapat mengakibatkan kekeruhan lensa, seperti
kortikosteroid
6) Trauma / cedera
7) Rokok
3. Jenis-jenis Katarak
Secara umum terdapat 4 jenis katarak seperti berikut:
1. Katarak Kongenital
Adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah bayi lahir
dan bayi berusia kurang dari satu tahun.
2. Katarak Traumatik
Merupakan katarak yang terjadi karena cedera pada mata.
3. Katarak Komplikata
Merupakan katarak akibat penyakit kronis (kencing manis) dan keracunan
beberapa jenis obat.
4. Katarak Senilis
Merupakan katarak yang berkaitan dengan usia, merupakan jenis katarak
yang paling umum.

4. Apa tanda-tanda Katarak


1. Penglihatan semakin lama semakin kabur
2. Ketajaman penglihatan berkurang.
3. Cenderung melihat jelas pada malam hari
4. Peka terhadap sinar atau cahaya.
5. Kadang penglihatan menjadi berbayang.
6. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
7. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
5. Bagaimana cara pencegahannya
1) Mengkonsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C, sayuran
hijau, kacang-kacangan, susu, hati, vitamin E.
2) Mengontrol gula darah, penderita diabetes melitus.
3) Tidak merokok dan menghindari asap rokok.
4) Tidak mengkonsumsi kortikosteroid jangka panjang.
5) Mencegah trauma langsung terhadap mata.
6) Kurangi paparan langsung sinar UV.
7) Deteksi dini katarak ke Dokter Spesialis Mata.
6. Bagaimanakah penanganan katarak?
Pembedahan terdiri dari dua langkah penting :
1. Pengangkatan lensa
2. Penggantian lensa dengan lensa buatan
JENIS-JENIS KATARAK:
KATARAK
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN
KATARAK ? Secara umum terdapat 4 jenis
Katarak adalah suatu keadaan dimana katarak seperti berikut:
lensa mata yang jernih dan bening 1. Katarak Kongenital
adalah katarak yang mulai
terjadi sebelum atau segera
setelah bayi lahir dan bayi
berusia kurang dari satu
Disusun Oleh: tahun.
2. Katarak Traumatik
DANDUNG SETIADI merupakan katarak yang
terjadi karena cedera pada
S1 Keperawatan Tingkat 4B mata.
STIkes Eka Harap 3. Katarak Komplikata
Palangka Raya merupakan katarak akibat
penyakit kronis (kencing
APA PENYEBAB TERJADINYA
manis) dan keracunan
KATARAK ?
beberapa jenis obat.
1. Proses penuaan/usia lanjut>60 th 4. Katarak Senilis
2. Penyakit kronis, seperti Diabetes merupakan katarak yang
Melitus berkaitan dengan usia,
3. Kelainan bawaan merupakan jenis katarak yang
4. Infeksi virus pada saat kehamilan paling umum
5. Obat-obatan yang dapat
S1 Keperawatan Tingkat 4B mengakibatkan kekeruhan lensa,
STIkes Eka Harap seperti kortikosteroid
Palangka Raya 6. Trauma / cedera
APA TANDA-TANDA BAGAIMANA CARA BAGAIMANAKAH
KATARAK ? PENCEGAHANNYA ? PENANGANAN KATARAK?

1. Penglihatan semakin lama


semakin kabur
1. Mengkonsumsi buah-buahan
yang mengandung vitamin C,
“PEMBEDAHAN”
2. Ketajaman penglihatan sayuran hijau, kacang-kacangan,
berkurang. susu, hati, vitamin E. Pembedahan terdiri dari dua
3. Cenderung melihat jelas 2. Mengontrol gula darah, langkah penting :
pada malam hari penderita diabetes melitus.
4. Peka terhadap sinar atau 3. Tidak merokok dan menghindari 1. Pengangkatan lensa
cahaya. asap rokok.
2. Penggantian lensa dengan
5. Kadang penglihatan menjadi 4. Tidak mengkonsumsi
berbayang. kortikosteroid jangka panjang.
lensa buatan
6. Memerlukan pencahayaan 5. Mencegah trauma langsung
yang terang untuk dapat terhadap mata.
membaca. 6. Kurangi paparan langsung sinar
7. Lensa mata berubah UV.
menjadi buram seperti kaca 7. Deteksi dini katarak ke Dokter
susu. Spesialis Mata

SEGERA
HUBUNGI
DOKTER!!!
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3227707
E-Mail : stikesekaharap110@yahoo.com
LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Dandung Setiadi


NIM : 2017.C.09a.0880
Angkatan : IX Sembilan
TahunAjaran/Semester : 2020/ 2021
Pembimbing : Ika Paskaria, S. Kep.,Ners

No Hari/Tgl/ Catatan Pembimbing Pembimbing Mahasiswa


Waktu

1. Kamis, 1. Pre Conference


Tanggal 8 Sarjana Keperawatan 4B is inviting you to a
Oktober scheduled Zoom meeting.
2020 Topic: PPK IV Kasus Gerontik
Time: Oct 8, 2020 09:00 AM Jakarta
Join Zoom Meeting
https://zoom.us/j/91316436029?
pwd=NDg5R1BhQStKS29oSXJsa1AyZ2d
DQT09
Meeting ID: 913 1643 6029
Passcode: ppk4

Anda mungkin juga menyukai