Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. KD PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK

DISUSUN OLEH :
NAMA : ERA
NM : 2019.C.11a.1043

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh :


Nama : Era
NIM : 2019.C.11a.1043
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn. KD Pasien Gagal
Ginjal kronik

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh Praktik


Praklink Keperawatan 1(PPK1) Pada Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

Ika paskaria, S.Kep.,Ners


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, sehingga dapat menyelesaikan “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada
Pasien gagal ginjal kronik “dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Saya
berharap laporan pendahuluan penyakit ini dapat berguna dan menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Parasomnia.
Laporan Pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak .Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid ,S.Pd,.M.Kes Selaku Ketua STIKES Eka Harap Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina ,Ners., M.Kep Selaku Ketua Program Studi Ners STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
3. Ibu Meida Sinta Araini , S.Kep.,Ners Selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah Praktik
Praklinik Keperawatan I.
4. Yelstria Ulina .T.,S.Kep., Ners Selaku dosen pembimbing Akademik di ruang
Pendengaran
5. Secara Khusus kepada pihak dari Rumah Sakit Doris Sylvanus yang telah memberikan
izin tempat
Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami
bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-katan yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan.

Palangkaraya, 28 Juli 2021


Era

DAFTAR ISI
Halaman
Halaman sampul dalam dan persyarat......................................................................i
Halaman Pernyataan................................................................................................ii
Halaman Persetujuan..............................................................................................iii
Halaman Pengesahan .............................................................................................iv
Daftar Riwayat Hidup ............................................................................................v
Halaman Kata Pengantar........................................................................................vi
Daftar Isi.................................................................................................................ix
Daftar Tabel ...........................................................................................................xi
Daftar Gambar.......................................................................................................xii
Daftar Lampiran....................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................5
1.4 Manfaat ...........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Kasus .........................................................................................7
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan .........................................................................16
BAB III METODE PENULISAN
3.1 Rancangan Penulisan ......................................................................................38
3.2 Subyek Studi Kasus ........................................................................................39
3.3 Definisi Operasional........................................................................................40
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ..........................................................................40
3.5 Prosedur Studi Kasus......................................................................................40
3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data......................................................42
3.7 Keabsahan Data...............................................................................................42
3.8 Analisis Data ...................................................................................................43
BAB IV TINJAUAN KASUS
4.1 Hasil Studi Kasus
4.1.1 Pengkajian Keperawatan.......................................................................45
4.1.2 Diagnosa Keperawatan .........................................................................52
4.1.3 Perencanaan Keperawatan ....................................................................54
4.1.4 Pelaksanaan Keperawatan.....................................................................57
4.1.5 Evaluasi Keperawatan...........................................................................62
4.2 Pembahasan ................. ..................................................................................70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .....................................................................................................79
5.2 Saran................................................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gagal ginjal merupakan suatu keadaan dimana terjadinya penurunan fungsi ginjal secara
optimal untuk membuang zat-zat sisa dan cairan yang berlebihan dari dalam tubuh
(Vitahealth,2007). Penurunan fungsi ginjal dapat terjadi akibat suatu penyakit, kelainan
anatomi ginjal dan penyakit yang menyerang ginjal itu sendiri. Apabila hanya 10 % dari
ginjal yang berfungsi, pasien dikatakan sudah sampai pada penyakit ginjal endstage renal
disease (ESRD) atau penyakit ginjal tahap akhir. Awitan gagal ginjal mungkin akut, yaitu
berkembang sangat cepat dalam beberapa jam atau dalam beberapa hari. Gagal ginjal
dapat juga kronik, yaitu terjadi perlahan dan berkembang perlahan, mungkin dalam
beberapa tahun (Baradero, 2009).
Pada pasien gagal ginjal membutuhkan terapi pengganti ginjal yaitu hemodialisa. Pasien
ini harus menjalani terapi hemodialisa sepanjang hidupnya, biasanya 3 kali seminggu selama
paling sedikit 3 jam atau 4 jam per kali terapi (Smeltzer, 2002). Dukungan keluarga sangat
dibutuhkan oleh pasien agar patuh menjalani terapi hemodialisa seumur hidupnya. Dalam
menjalani terapi hemodialisa ini pasien menglami perubahan-perubahan dalam hidupnya.
Banyak reaksi emosional yang dialami pasien GGK yang menjalani hemodialisa dan
mengharuskan pasien tersebut bereaksi dan menghadapi masalah yang dialaminya dengan
menggunakan kooping yang ada dalam dirinya. Dalam hal ini pasien akan merasa sengan
bila ada 2 2 dukungan dari keluarga secara emosional pasien akan merasa lega bila ada
perhatian dari keluarga, serta mendapat saran, kesan atau pesan pada dirinya (Imelda
Tharob, 2012).
Berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), secara global lebih dari 500 juta orang
mengalami penyakit gagal ginjal kronik. Sekitar 1,5 juta orang harus menjalani hidup
bergantung pada cuci darah (Hemodialisis). Di Indonesia, berdasarkan Pusat Data dan
Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, jumlah pasien gagal ginjal kronik
diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta penduduk, 60% nya adalah usia dewasa dan usia
lanjut. Menurut Depkes RI (2009) pada peringatan Hari Ginjal Sedunia, menyatakan bahwa
hingga saat ini terdapat sekitar 70 ribu orang pasien gagal ginjal kronik yang memerlukan
penanganan terapi cuci darah. Di Jawa Timur, 1-3 dari 10.000 penduduknya menderita PGK.
Di Ponorogo pada bulan Januari sampai September 2014 jumlah pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa sejumlah 8.617 pasien. Terdiri dari pasien baru sejumlah 170
pasien, dan pasien lama sejumlah 8.447 pasien (Rekam Medik RSUD Dr. Doris Sylvanus
palangka raya
Pada pasien GGK terdapat tiga pilihan untuk mengatasi masalah yang ada yaitu; tidak
diobati, dialisis kronis (hemodialisa), serta transplantasi. Pilihan tidak diobati pasti
dipertimbangkan tetapi jarang dipilih, kebanyakan orang memilih untuk mendapatkan
pengobatan dengan hemodialisa atau transplantasi dengan harapan dapat
mempertahankan hidupnya (Hudak, Gallo, Fontaine, & Morton, 2006).
Keadaan ketergantungan pada mesin dialisa seumur hidupnya serta penyesuaian diri
terhadap kondisi sakit mengakibatkan terjadinya perubahan dalam kehidupan pasien.
Perubahan dalam kehidupan, merupakan salah satu pemicu terjadinya stres. Pasien
biasanya menghadapi masalah keuangan, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan,
dorongan seksual yang menghilang serta impotensi, khawatir terhadap perkawinan dan
ketakutan terhadap kematian. Dalam hal ini pada pasien GGK yang menjalani terapi
hemodialisa membutuhkan dukungan dari keluarga. Dukungan ini sangat penting dalam
menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol. (Taylor ,1999).
Gagal Ginjal Kronik merupakan penyakit degeneratif dimana pada penderita penyakit
tersebut akan mengalami tahapan-tahapan dalam penerimaan penyakitnya yaitu
penyangkalan (denial), marah (anger), menawar (bargaining), deperesi (depression), dan
penerimaan (acceptance). Pasien selayaknya sadar bahwa tahapan-tahapan tersebut akan
lewat dengan sendirinya dan pada akhirnya tahapan "Penerimaan" (Acceptance) akan
dicapai. Namun kebanyakan orang tidak siap menghadapi duka, karena seringkali, tragedi
terjadi begitu cepat, dan tanpa peringatan. Pasien harus bekerja keras melalui proses
tersebut hingga akhirnya sampai pada tahap Penerimaan. Selama proses tersebut
berlangsung, dukungan keluarga sangat penting terhadap kondisi pasien GGK karena pada
umumnya klien GGK yang menjalani terapi hemodialisa membutuhkan dukungan dalam
proses pengobatan dan terapi hemodialisa.
(Santrock, J. W 2007) 4 4 Dukungan keluarga dibutuhkan pasien GGK yang menjalani
terapi hemodialisa untuk mendapatkan perhatian dari keluarganya dan juga dukungan
harga diri. Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif terhadap individu, pemberian
semangat, persetujuan terhadap pendapat individu, perbandingan yang positif dengan
individu lain. Bentuk dukungan ini membantu individu dalam membangun harga diri dan
kompetensi. Sebaliknya apabila keluarga tidak memahami kebutuhan anggota keluarganya
yang sakit, maka akan memperburuk keadaan pasien dengan tidak mendapatkan perhatian
dan dukungan yang semestinya diberikan oleh keluarganya. (Taylor, 1999)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin meneliti
bagaimana Dukungan Keluarga Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUD dr. doris Sylvanus palangka raya.
1.3 Tujuan Penulisan
Mengetahui bagaimana dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal
yang menjalani terapi hemodialisa di RSUD dr. doris Sylvanus palangka raya

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Iptek
Bagi iptek dapat digunakan sebagai masukan untuk bahan
referensi bagaimana dukungan keluarga pada pasien GGK yang
menjalani terapi hemodialisa
2. Bagi Institusi
Bagi Institusi dapat digunakan sebagai salah satu referensi
bagi mahasisiwa serta sebagai perbendaharaan kepustakaan.
3. Bagi Keperawatan
Bagi Perawat sebagai bahan masukan dalam pemberian
pendidikan kesehatan kepada keluarga penderita GGK dalam
memberikan dukungan menjalani terapi hemodialisa

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Bagi klien dan keluarga
Sebagai tambahan pengetahuan bagi klien dan keluarga untuk
dapat melakukan perawatan pada klien atau anggota keluarga yang
anggota keluarganya menderita penyakit gagal ginjal kronik,
sehingga dapat mengambil keputusan yang sesuai dengan masalah
serta ikut memperhatikan dan melaksanakan tindakan yang
diberikan oleh perawat.

2. Bagi perawat
Dapat dijadikan bahan masukan bagi perawat di rumah sakit dalam
melakukan tindakan asuhan keperawatan dalam rangka
meningkatkan cara pelayanan dan mutu pelayanan yang baik
khususnya klien gagal ginjal kronik.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai referensi pengembangan masalah keperawatan yang
dilakukan oleh peneliti selanjutnya.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Gagal Ginjal Kronik


2.1.1 Definisi Gagal Ginjal Kronik

Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu keadaan menurunnya fungsi


ginjal yang bersifat kronis akibat kerusakan progresif sehingga terjadi
uremis atau penumpukan akibat kelebihan urea dan sampah nitrogen di
dalam darah (Priyanti & Farhana, 2016).
Gagal Ginjal Kronik adalah suatu kondisi dimana tubuh mengalami
kegagalan untuk mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan dan
elektrolit dikarenakan kemunduran fungsi ginjal yang bersifat progresif
dan irreversible. Kerusakan pada ginjal ini menyebabkan menurunnya
kemampuan dan kekuatan tubuh untuk melakukan aktivitas, sehingga
tubuh menjadi lemah dan lemas dan berakhir pada menurunnya kualitas
hidup pasien (Wijaya & Putri, 2013).
Gagal ginjal kronik atau End Stage Renal Desease (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana
tubuh mengalami kegagalan untuk mempertahankan metabolisme,
keseimbangan cairandan elektrolit, sehimgga menyebabkan uremia (retensi
urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Smeltzer & Bare, 2008).
Menurut proses terjadinya penyakit, gagal ginjal dibagi mnejadi 2 yaitu
gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis. Dikatakan akut apabila penyakit
berkembang sangat cepat, terjadi dalam beberapa jam atau dalam beberapa
hari.Sedangkan kronis, terjadi dan berkembang secara perlahan, sampai
beberapa tahun (Baradero, Dayrit, & Siswadi, 2009).
keseimbangan cairan dan elektrolit serta lingkungan
dalam yang cocok untuk bertahan hidup sebagai akibat terminal dari
destruksi atau kerusakan struktur ginjal yang berangsur – angsur,
progresif, ireversibel dan ditandai dengan penumpukan sisa
metabolisme (toksik uremik), limbah nitrogen lainnya yang beredar
dalam darah dan fungsi filtrasi glomerulus yang tersisa kurang dari
25% serta komplikasi dan berakibat fatal jika tidak dilakukan dialisis
atau transplantasi ginjal.

2.1.2 Etiologi
a. Gangguan pembuluh darah ginjal
Salah satu lesi vaskular yang dapat menyebabkan iskemik pada ginjal
dan kematian jaringan ginjal yang paling sering adalah atreosklerosis
pada arteri renalis besar, dengan konstriksi skleratik progresif pada
pembuluh darah. Hiperplasia fibromuskular dapat menyebabkan
sumbatan pada pembuluh darah. Hipertensi lama yang tidak diobati
mengakibatkan nefrosklerosis yang dicirikan antara lain terjadinya
penebalan, hilangnya elastisistas sistem, perubahan darah ginjal
mengakibatkan aliran darah menurun dan akhirnya terjadi gagal
ginjal.

b. Gangguan imunologis
Seperti glomerulonefritis (peradangan pada glomerulo) dan SLE
(System Lupus Erythematosus).
c. Infeksi
Infeksi ini bisa disebabkan oleh bakteri seperti Echerichia Coli berasal
dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri. Bakteri
Echerichia Coli mencapai ginjal melalui aliran darah dari traktus
urinarius lewat ureter ke ginjal sehingga dapat mengakibatkan
kerusakan irreversible ginjal atau biasa disebut plenlonefritis.
d. Gangguan metabolik
Contoh penyakit gangguan metabolik yaitu Diabetes Mellitus (DM)
dapat menyebabkan mobilisasi lemak meningkat kemudian terjadi
penebalan membran kapiler dan ginjal berlanjut dengan disfungsi
endotel nefropati amiloidosis yang disebabkan
endapan zat-zat proteinemia abnormal pada dinding pembuluh darah
secara serius dan menyebabkan membran glomerulus rusak.
e. Gangguan tubulus primer
Terjadinya nefrotoksis akibat analgesik atau logam berat.
f. Obstruksi traktus urinarius
Oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan konstriksi uretra.
g. Kelainan kongenital dan herediter
Dapat terjadi karena kondisi keturunan dengan karakteristik kista atau
kantong berisi cairan di dalam ginjal dan organ lain serta tidak adanya
jaringan ginjal yang bersifat kongenital.
2.1.3 Klasifikasi

Menurut Wijaya & Putri (2013) dalam buku Keperawatan Medikal


Bedah, gagal ginjal kronik dibagi menjadi 3 stadium yaitu :
1. Stadium 1
Pada stadium 1, didapati ciri yaitu menurunnya cadangan ginjal,
pada stadium ini kadar kreatinin serum berada pada nilai normal
dengan kehilangan fungsi nefron 40 sampai 75%. Pasien biasanya
tidak menunjukkan gejala khusus, karena sisa nefron yang tidak
rusak masih dapat melakukan fungsi–fungsi ginjal secara normal.
2. Stadium 2
Pada stadium 2, terjadi insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75%
jaringan telah rusak, Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin
serum meningkat akibatnya ginjal kehilangan kemampuannya
untuk memekatkan urin dan terjadi azotemia.
3. Stadium 3
Gagal ginjal stadium 3, atau lebih dikenal dengan gagal ginjal
stadium akhir. Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN
(Blood Urea Nitrogen) akan meningkat dengan menyolok sekali
sebagai respon terhadap GFR (Glomerulo Filtration Rate) yang
mengalami penurunan sehingga terjadi ketidakseimbangan kadar
ureum nitrogen darah dan elektrolit sehingga pasien diindikasikan
untuk menjalani terapi dialisis atau bahkan perlu dilakukan
transplantasi ginjal.

2.1.4 PATOFISIOLOGI

Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung akibat
penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif.
Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup dan meningkatkan
volume residu ventrikel. Tekanan rteri paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap
peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan tahanan
terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan kejadian seprti yang terjadi pada jantung kiri,
juga akan terjadi pada jantung kanan, dimana akhirnya akan terjdi kongesti sistemik dan
edema. Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat
dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dan katub-katub trikuspidalis atau mitralis
bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari annulus katub
atrioventrikularis atau perubahan-perubahan pada orientasi otot papilaris dan
kordatendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang. Sebagai respon terhadap gagal
jantung ada tiga meknisme primer yang dapat dilihat; meningkatnya aktifitas adrenergik
simpatik, meningkatnya beban awal akibat aktivasi istem rennin-angiotensin-aldosteron dan
hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curh
jantung. Meknisme-meknisme ini mungkin memadai untuk mempertahnkan curah jantung
pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini, pada keadaan istirahat.
Tetapi kelainan pad kerj ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada
keadaan berktivitas. Dengn berlanjutny gagal jantung maka kompensasi akan menjadi
semakin luring efektif.

JENIS DAN KLASIFIKASI


1. Gagal jantung kiri
2. gagal jantung kanan

GAGAL JANTUNG KIRI


 Gagal jantung kiri disebabkan oleh penyakit jantung koroner, penyakit katup aorta dan
mitral serta hipertensi.
 Gagal jantung kiri berdampak pada : Paru-Paru. Ginjal. dan Otak.

GAGAL JANTUNG KANAN


 Penyebab gagal jantung kanan harus juga termasuk semua yang dapat menyebabkan
gagal jantung kiri, seharusnya stenosis mitral gagal jantung kiri, seharusnya stenosis
mitral yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru.sirkulasi paru.
 Gagal jantung kanan dapat berdampak pada : Hati, Ginjal, Jaringan subkutis, Otak,
Sistem Aliran aorta.
2.1.6 patway
2.1.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari gagal ginjal kronik :
a.       Gastrointestinal: ulserasi saluran pencernaan dan perdarahan.
b.      Kardiovaskuler: hipertensi, perubahan elektro kardiografi (EKG), perikarditis, efusi
pericardium dan tamponade pericardium.
c.       Respirasi: edema paru, efusi pleura, dan pleuritis.
d.      Neuromuskular: lemah, gangguan tidur, sakit kepala, letargi, gangguan muskular,
neuropati perifer, bingung dan koma.
e.       Metabolik / endokrin: inti glukosa, hiperlipidemia, gangguan hormon seks
menyebabkan penurunan libido, impoten dan amenor.
f.       Cairan-elektrolit: terjadi ketidakseimbangan antara lain :
Ketidakseimbangan cairan
1)       Kelebihan cairan: edema, oligori, hipertensi, gagal jantung kongestif.
2)      Penipisan volume vaskuler: poliuri, penurunan asupan cairan, dehidrasi.
 Ketidakseimbangan elektrolit :
1)      Hiperkalemia: gangguan irama jantung, disfungsi miokardial.
2)      Hipernatremia: haus, stupor, takikardi, membran kering, peningkatan reflrk tendon
profuda, penurunan tingkat kesadaran.
3)      Hipokalemia dan hiperfosfatemia: iritabilitas, depresi, kram otot, parastesia, psikosis,
tetani.
4)      Hipokalemia: penurunan reflek tendon profunda, hipotonia, perubahan EKG.
g.       Dermatologi: pucat, hiperpigmentasi, pluritis, eksimosis dan uremia frost.
h.      Abnormal skeletal: osteodistrofi ginjal menyebabkan osteomalasia.
i.        Hematologi: anemia, defek kualitas platelet dan perdarahan meningkat.
j.        Fungsi psikososial: perubahan kepribadian dan perilaku serta gangguan proses
kognitif.
(Nursalam, 2006)

2.1.6 Penatalaksanaan

 Fungsi renal menurun karena produk akhir metabolisme protein tertimbun dalam darah,
sehingga mengakibatkan terjadinya uremia dan mempengaruhi seluruh system tubuh.
Semakin banyak timbunan produksi sampah maka gejala semakin berat.
Gangguan clearanse renal terjadi akibat penurunan jumlah glomerulus yang berfungsi.
Penurunan laju filtrasi glomerulus dideteksi dengan memeriksa clearanse kreatinin urine
tampung 24 jam yang menunjukkan penurunan clearance kreatinin dan peningkatan kadar
kreatinin serum.
           Retensi cairan dan natrium dapat mengakibatkan edema, CHF, dan hipertensi.
Hipotensi dapat terjadi karena aktivitas aksis renin angitensin dan kerja sama keduanya
meningkatkan sekresi aldosteron. Kehilangan garam mengakibatkan resiko hipotensi dan
hipovolemia. Muntah dan diare menyebabkan perpisahan air dan natrium sehingga status
uremik memburuk.
           Asidosis metabolik akibat ginjal tidak mampu mensekresi asam (H+) yang berlebihan.
Penurunan sekresi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu mensekresi ammonia (NH3-) dan
mengabsorbsi natrium bikarbonat (HCO3-). Penurunan ekskresi fosfat dan asam organik lain
terjadi.
           Anemia terjadi akibat produksi eritropoietin yang tidak memadai, memendeknya usia
sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat
status uremik pasien, terutama dari saluran penceranaan. Eritropoitein yang diproduksi
oleh ginjal, menstimulasi sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah merah, dan 
produksi eritropoitein menurun sehingga mengakibatkan anemia berat yang disrtai
keletihan angina, dan sesak nafas.
           Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan metabolisme. Kadar
serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan timbal balik. Jika salah satunya
meningkatr, maka fungsi yang lain akan menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui
glomerulus ginjal, maka meningkatkan kadar fosfat serum dan sebaliknya, kadar serum
kalsium menurun. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dan
kelenjar paratiroid. Tetapi, gagal ginjal tubuh tidak merespon normal terhadap peningkatan
sekresi parathormon, sehingga kalsium ditulang menurun, menyebabkan terjadinya
perubahan tulang dan penyakit tulang. Demikian juga, vitamin D (1,25 dihidrokolekalsiferol)
yang dibentuk diginjal menurun seirng perkembangan gagal ginjal.(Nursalam, 2006).
5.      KOMPLIKASI
           Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain :
a.       Hiperkalemia
b.      Perikarditis, efusi perikardialdan tamponade jantung
c.       Hipertensi
d.      Anemia
e.       Penyakit tulang (Brunner & Suddarth, 2002)

kronik untuk memfasilitasi perawatan pasien ini oleh dokter umum dan spesialis, termasuk
spesialis penyakit dalam, ahli endokrinologi, spesialis jantung, dan spesialis nefrologi. Secara
khusus, pedoman ini dibuat untuk perawatan pasien yang tidak menerima dialisis. Dalam
ulasan ini, kami menguraikan rekomendasi dari pedoman mengenai aspek pengobatan
gagal ginjal kronik, termasuk target untuk berbagai abnormalitas, strategi untuk
pengobatan dan frekuensi follow up berdasarkan bukti yang tersedia. 7 Setiap rekomendasi
digolong-golongkan dengan menggunakan skema yang dibentuk oleh Canadian
Hypertension Education Program8 dan digunakan oleh Canadian Society of Nephrology
Guidelines Committee. Kriteria untuk menggolong-golongkan rekomendasi ini berkisar dari
yang mencerminkan penelitian yang sangat valid, tepat dan dapat diaplikasikan (derajat A)
sampai yang berdasarkan pada tingkat bukti yang lebih rendah dan pendapat ahli (derajat
D). Derajat B dan C mengacu pada penelitian dengan validitas yang lebih rendah derajatnya,
termasuk hasil atau perhitungan hasil peneltian lainnya. Rekomendasi klinis Rujukan pasien
dewasa dengan berkurangnya fungsi ginjal Tersedia pedoman untuk pemberi pelayanan
primer dan para spesialis untuk merujuk pasien dengan gagal ginjal kronik ke spesialis
nefrologi. Kebanyakan kasus gagal ginjal kronik nonprogresif dapat diobati tanpa perlu
merujuk ke spesialis nefrologi. Merujuk ke spesialis nefrologi biasanya direkomendasi pada
pasien dengan gagal ginjal akut, kecepatan filtrasi glomerulus persisten kira-kira kurang dari
30mL/menit/ 1.73m2 , berkurang fungsi ginjal secara progresif, rasio protein urin dengan
kreatinin lebih besar dari 100mg/mmol (sekitar 900mg/24 jam) atau rasio albumin urin
dengan kreatinin lebih besar dari 60mg/mmol (sekitar 500mg/24 jam), ketidakmampuan
untuk mencapai target pengobatan, atau cepatnya perubahan fungsi ginjal. Hipertensi
Hipertensi sering terkait dengan gagal ginjal kronik. Ini terjadi lebih dari 75% pasien dengan
gagal ginjal kronik pada stadium manapun.9 Ini merupakan penyebab dan akibat gagal ginjal
kronik. Bagian pedoman ini menyoroti aspek kunci pengobatan hipertensi pada pasien
dengan gagal ginjal kronik. Aspek ini termasuk target pembuluh darah, terapi obat awal
untuk gagal Universitas Sumatera Utara 9 ginjal kronik proteinuria dan nonproteinuria, dan
pengobatan hipertensi dalam hubungan dengan diabetes dan penyakit vaskular renal
pembuluh darah besar.

2.1.7 pemeriksaan penunjang

1.FOTO POLOS DADA


 Foto polos dada dapat menunjukkan adanya hipertensi vena paru, sembab paru atau
kardiomegali.
 Sembab paru dan hipertensi vena pulmonal: tanda awal adanya hipertensi vena
pulmonal ialah adanya peningkatan aliran darah ke daerah paru atas dan peningkatan
kaliber vena (flow redistribution). Jika tekanan paru makin tinggi, maka sembab paru
mulai timbul, dan terdapat garis Kerley B. Akhirnya sembab alveolar timbul dan tampak
berupa perkabutan di daerah hilus. Efusi pleura seringkali terjadi terutama di sebelah
kanan. 
 Kardiomegali: dapat ditunjukkan dengan peningkatan diameter transversal lebih dari
15,5 cm pada pria dan lebih 14,5 cm pada wanita. Atau peningkatan CTR (cardio thoracic
ratio) lebih dari 50%.'

2.ELEKTROKARDIOGRAFI
 Kelainan EKG dibawah ini dapat ditemukan pada GJA:
 Gelombang Q (menunjukkan adanya infark miokard lama) dan kelainan gelombang ST-T
menunjukkan adanya iskemia miokard.
 LBBB (left bundle branch block), kelainan ST-T dan pembesaran atrium kin menunjukkan
adanya disfungsi bilik kiri.
 LVH (left ventricular hypertrophy) dan inversi gelombang T menunjukkan adanya
stenosis aorta dan penyakit jantung hipertensi.
 Aritmia jantung.

3.ANALISIS GAS DARAH


 Regangan pare berkurang dengan penurunan volume total pare dan kapasitas vital.
Gambaran analisis gas darah berupa penurunan tekanan oksigen arterial dengan
tekanan CO2 arterial normal atau menurun. Pada GJA yang berat, tampak penurunan
hebat tekanan oksigen arterial, asidosis metabolik dan tekanan CO2 arterial menurun.
  Asidosis yang terjadi akibat penumpukan asam laktat karena penurunan perfusi
perifer.2

2.2 konsep kebutuhan dasar manusia

2.3 menajemen asuhan keperawatan


2.3.1 Pengkajian asuhan keperawatan

1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Gejalanya adalah kelelahan, malaise, gangguan tidur ditandai dengan kelemahan otot,
kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
b. Sirkulasi
Gejalanya adalah riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada, ditandai dengan
hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan umum, disritmia jantung, nadi lemah halus,
hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning,
kecenderungan perdarahan.
c. Integritas Ego
Gejalanya adalah faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan
ditandai dengan menolak, ansietas, takut, mudah tersinggung, perubahan kepribadian.
d. Eliminasi
Gejalanya adalah penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, abdomen kembung, diare
atau konstipasi ditandai dengan perubahan warna urine contoh kuning pekat, merah,
coklat, berawan, oliguria, dapat menjadi anuria.
e. Makanan/cairan
Gejalanya adalah oedema, malnutrisi, anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah ditandai
dengan distensi abdomen/asites, pembesaran hati, perubahan turgor kulit, ulserasi gusi,
penurunan otot, penurunan lemak subkutan, peampilan tak bertenaga.
f. Neurosensori
Gejalanya adalah sakit kepala, penglihatan kabur, kejang, kesemutan ditandai dengan
gangguan status mental, kejang, fasikulasi otot, rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
g. Pernafasan
Gejalanya adalah nafas pendek, dispnea noktural paroksimal, batuk dengan atau tanpa
sputum ditandai dengan takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi pernafasan kusmaul,
batuk produktif edngan produksi sputum merah muda.
h. Nyeri/kenyamanan
Gejalanya adalah nyeri panggul, sakit kepala, kram/nyeri kaki ditandai distraksi, gelisah.
i. Keamanan
Gejalanyaadalah kulit gatal, ada atau berulangnya infeksi ditandai dengan pruritus, demam
(sepsis, dehidrasi), peteki, area ekomosis pada kulit, fraktur tulang, defesi fosfat kalsium
pada kulit, jaringan lunak, sendi, keterbatasan gerak sendi.
j. Seksualitas
Gejalanya adalah penurunan libido, amenore, infertilitas.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosa keperawatan dengan kegagalan ginjal kronis adalah sebagai
berikut:
1.      Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet
berlebih dan retensi cairan serta natrium.
2.      Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.
3.      Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk sampah.
4.      Resiko tinggi terhadap penururnan curah jantung berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial, dan tahanan
vaskular sistemik.
5.      Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi
toksin dalam kulit.
6.      Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan
diagnostik, rencana tindakan dan prognosis.

a.       Gagal Ginjal Akut


1)      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dehidrasi.
2)      Penurunan curah jantung berhubungan dengan suplai oksigen menurun.
3)      Kelelahan berhubungan dengan penurunan Hb mengikat oksigen sekunder anemia.
4)      Volume cairan berlebih berhubungan dengan retensi air dan Na.
5)      Nyeri berhubungan dengan dysuria.
6)      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan oedema.
7)      Gangguan pola nafas berhubungan dengan dyspnea.
b. Gagal Ginjal Kronik
1)      Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema.
2)      Kelelahan berhubungan dengan anemia.
3)      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan oedema.
4)      Perubahan pola nafas berhubungan dengan penurunan fungsi paru
5)      Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
6)      Resti infeksi berhubungan dengan penurunan imun.

2.3.3 Intervensi keperawatan

1.     Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebih
dan retensi cairan serta natrium.
a.      Kaji status cairan : Timbang BB/H, distensi vena jugularis, balance cairan, vital sign
b.      Batasi intake cairan
c.       Jelaskan mengenai pembatasan cairan pada pasien & keluarga
d.      Tingkatkan oral higine
2.      Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut
a.      Kaji status nutrisi: Perubahan BB, protein ,kadar besi,BUN, elektrolit serum
b.      Kaji pola diet : riwayat diet, makan kesukaan, hitung kalori
c.       Kaji faktor yg mempengaruhi masukan nutrisi : anoreksia, mual muntah, depresi,
stomatitis, makanan yg tidak menyenangkan, pengetahuan manfaat makan
3.      Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk sampah.
a.       Kaji faktor yg menyebabkan keletihan : anemia, ketidakseimbangan cairan & elektrolit,
retensi produk sampah, depresi
b.      Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yg dapat ditoleransi, bantu
jikan keletihan, Anjurkan istirahat setelah dialisis.

2.3.4 lmplementasi keperawatan

Implementasi Keperawatan Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan


dalam rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi
(Wartonah, 2015). Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat
mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmadi, 2008). Implementasi
keperawatan terdiri dari beberapa komponen: a. Tanggal dan waktu dilakukan
implementasi keperawatan b. Diagnosis keperawatan 88 c. Tindakan keperawatan
berdasarkan intervensi keperawatan d. Tanda tangan perawat pelaksana.

2.3.5 Evaluasi keperawatan


Menurut Mahyar (2010) evaluasi keperawatan terdiri dalam beberapa komponen
yaitu, tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan, diagnosa keperawatan,
dan evaluasi keperawatan. Evaluasi keperawatan ini dilakukan dalam bentuk
subjektif, objektif, assessment, dan planning (SOAP). Evaluasi yaitu penilaian hasil
dari proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai
sebagai keluaran dari tindakan, Penilaian ini merupakan proses untuk menentukan
apakah ada atau tidak kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian
hingga pelaksanaan. Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai
efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian hingga pelaksanaan.
Menurut Dermawan D. (2012) evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan
keperawatan yang membandingkan antara proses dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dan menilai efektif tidaknya dari proses keperawatan yang dElaksanakan
serta hasil dari penilaian keperawatan tersebut digunakanuntuk bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi.

Setelah melakukan tindakan keperawatan maka hasil evaluasi


yang diharapkan untuk pasien Gagal Ginjal Kronik yaitu :
a. Pertukaran gas efektif
b. Tidak ada nyeri
c. Kelebihan cairan atau edema tidak terjadi
d. Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
e. Perfusi jaringan efektif
f. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
g. Tidak terjadi pendarahan
h. Tidak terjadi infeksi

BAB III
TINJAUAN KASUS

Nama : Era
Nim : 2019. C.11a.1043
Ruang praktek :
Tanggal praktek :
Tanggal & jam pengkajan :

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Tn. KD
Umur : 37 tahun
Tanggal Lahir : 23 maret 1971
Jenis Kelamin : laki laki
Pendidikan : SMA
Suku Bangsa : dayak indonesia
Tanggal Masuk : 9 juni 2021
Waktu : 14.00 WIB
Diagnosa Medis : Gagal Ginjal

Dentitas Penanggung Jawab


Nama klien : An. E
Umur : 35
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Kristen
DX media : Gagal ginjal kronis
Suku : Dayak
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Alamat : G.obos Xl
Hubungan keluarga : orang tua

II. RIWAYAT KESEHATAN ATAU PERAWATAN


1. Pengkajian
Pasien bernama Tn. KD, berumur 48 tahun, jenis kelamin laki –
laki, suku Timor Leste, menganut agama Katholik, pekerjaan pasien petani,
pendidikan terakhir Sekolah Dasar dan bertempat tinggal di Naibonat.
Keluhan utama Tn. KD mengeluh mual, pusing; Tn. KD
mengatakan ia sudah menderita sakit gagal ginjal sejak bulan Februari
tahun 2018 dan sementara melakukan haemodialisa (HD) 2 kali seminggu yaitu setiap hari
Selasa dan Jumat. Pada tanggal 12 Juli 2019 saat akan
melakukan HD pasien merasa pusing, mual dan lemah serta gatal – gatal
pada daerah perut. Pasien mengatakan ada bengkak pada punggung kaki
kanan, nyeri saat buang air kecil
Riwayat keluhan utama : mulai timbul keluhan sejak bulan februari,
tahun 2018, pasien didiagnosa CKD stadium V, terdapat oedema pada
punggung kaki kanan, keluhan lain yang menyertai Tn. KD batuk
berdahak, sering sesak napas dan gatal – gatal di perut.
Riwayat penyakit sebelumnya : Tn. KD pernah menderita sakit
arah tinggi sejak bulan februari tahun 2018 dan cara mengatasinya
berobat jalan di Puskesmas. Pasien alergi makan ikan segar sejak tahun
1993. Kebiasaan pasien merokok 2 bks/hari sejak usia remaja dan baru
berhenti merokok pada tahun 2018, pasien sering mengkonsumsi alkohol
jika diajak teman dan baru istirahat tahun 2004.

C.PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum :

Status Mental

Tingkat Kesadaran : Compos Mentis


Ekspresi Wajah :
Bentuk badan : Endomorph
Cara berbaring/bergerak : Terlentang/normal
Bicara : Lancar
Suasana Hati : Cemas
Penampilan :
Fungsi kognitif :
Orientasi Waktu : Klien dapat membedakan Pagi, Siang, Malam

Orientasi Orang : Klien dapat membedakan perawat dan keluarga

Orientasi Tempat : Klien Sadar sedang berada di Rumah Sakit

i. Halusinasi : Dengan / Akustik Lihat / Visual

Lainnya...........................

j. Proses Berfikir : Blocking Cricumstansial


Flight oh ideas Lainnya ............................

k. Insight : Baik Mengingkari

Menyalahkan Orang lain

l. Mekanisme Pertahanan Diri :  Adaftip Mal Adaftip

m. Keluhan Lainnya :

....................................................................................................................................................

....................................................................................................................................................

da Vital :
a. Suhu/T : 36,20 C Axilla Rektal Oral

b. Nadi /HR : 76 x/Menit

c. Pernapasan/RR : 80 x/Menit

d. Tekanan Darah/BP : 110/70 mmHg

ASAN (BREATHING)
Bentuk Dada : Simetris

Kebiasaan merokok : Tidak Ada Batang/hari

Batuk, sejak ………………….

Batuk darah, sejak ……………

Sputum, warna ……………….

Sianosis
Nyeri dada

Dyspnoe Orthopnoe Lainnya ……………………..

Sesak nafas Saat inspirasi Saat aktivitas Saat istirahat

Type Pernafasan Dada Perut  Dada dan perut

Kusmaul Cheyne-stokes Biot

Lainnya ………………………………………

Irama Pernafasan Teratur Tidak teratur

Suara Nafas Vesikuler Bronchovesikuler

Bronchial Trakeal

Suara Nafas tambahan Wheezing Ronchi kering

Ronchi basah (rales) Lainnya ……………….

Keluhan lainnya : Tidak Ada

Masalah Keperawatan : Tidak Ada maslah

CARDIOVASCULER ( BLEEDING )

Nyeri dada Kram kaki Pucat

Pusing/sinkop Clubing finger Sianosis

Sakit Kepala Palpitasi Pingsan

Capillary refill > 2 detik < 2 detik

Oedema : Wajah Ekstrimitas atas

Anasarka Ekstrimitas bawah

Asites, lingkar perut …………………Cm

Ictus Cordis Terlihat Tidak Melihat

Vena Jugularis Tidak Meningkat Meningkat

Suara Jantung Normal, lup dup

Ada kelainan ……………………………………...................

Keluhan Lainnya : Tidak ada


Masalah : Tidak ada masalah keperawatan

PERSYARAFAN (BRAIN)

Nilai GCS : E : 4 membuka mata spontan

V : 5 komunikasi verbal baik

M : 6 mengikuti perintah

Total Nilai GCS (15) : 13

Kesadaran : Compos Menthis SomnolentDelirium

Soporus Coma Sulit dinilai

Pupil : Isokor Anisokor

Midriasis Meiosis

Refleks Cahaya : Kanan Positif Negatif

Kiri Posistif Negatif

Nyeri, lokasi …………………………….

Vertigo  Gelisah Aphasia Kesemutan

Bingung Disarthria Kejang Tremor

Pelo

Uji Syaraf Kranial :

Nervus Kranial I: (olfaktorius)Penghidu

Nervus Kranial II : (Optikus) penglihatan

Nervus Kranial III: (Okulomotoris) Pergerakan mata ke dalam, ke atas, elevasi alis, mata kontraksi
pupil, reaksi bersamaan

Nervus Kranial IV: (Trokhlearis)Pergerakan mata ke bawah, keluar


Nervus Kranial V: (Trigeminus) Mengunyah, sensasi wajah, kulit, kepala, dan gigi)

Nervus Kranial VI: (Abdusen) Pergerakan mata lateral

Nervus Kranial VII: (Facialis) Ekspresi Wajah

Nervus Kranial VIII : (Akustikus) Pendengaran dan keseimbangan

Nervus Kranial IX : (Glosofaringeus) Menelan, Pengecapan

Nervus Kranial X : (Vagus) Menelan Berbicara

Nervus Kranial XI : (Asesoris) Pergerakan bahu, rotasi kepala

Nervus Kranial XII: (Hipoglosus) Pergerakan Lidah

Uji Koordinasi :

Ekstremitas Atas : Jari Ke Jari Positif Negatif

Jari Ke Hidung Positif Negatif

Ekstremitas Bawah : Tumit Ke Jempol Kaki Positif Negatif

Uji Kestabilan Tubuh : Positif Negatif

Refleks :

Bisep : Kanan +/- Kiri +/- Skala............... Trisep :

Kanan +/- Kiri +/- Skala................ Brakioradialis

Kanan +/- Kiri +/- Skala................ Patella

Kanan +/- Kiri +/- Skala................ Akhiles

Kanan +/- Kiri +/- Skala................ Refleks Babinski

Kanan +/- Kiri +/-

Refleks Lainnya : ........................................................................................................

Uji Sensasi : ........................................................................................................

Keluhan Lain :

…………………………………………………………………….……………………

………………………………….……………………………………………………..

Masalah Keperawatan :

………………………………….....................................................................................

RI (BLADDER) :
Produksi Urin : 200cc 7x /hr
Warna : kuning

Bau : seperti bau amonik

Tidak ada masalah/lancar Menetes Inkotinen

Oliguri Nyeri Retensi

Poliuri Panas Hematuri

Dysuri Nocturi

Kateter Cystostomi

Keluhan Lainnya :
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………..................................................

.............................................................................................................................................

Masalah Keperawatan :

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :

Mulut dan Faring

Bibir : Stomatitis

Gigi : Bersih

Gusi : warnanya kemerahan,

Lidah : Bersih

Mukosa : ………………………………………………………..

Tonsil : Normal.

Rectum :

Haemoroid :

BAB : ……1 x/hr Warna :……. Konsistensi : lunak

Tidak ada masalah Diare Konstipasi Kembung

Feaces berdarah Melena Obat pencahar Lavement

Bising usus : 18x/i


Nyeri tekan, lokasi : lumbal dextra

Benjolan, lokasi : ………………………....

Keluhan Lainnya :
………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………

Masalah Keperawatan:

………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………

TULANG – OTOT – INTEGUMEN ( BONE )

Kemampuan pergerakan sendi Bebas Terbatas

Parese/lemah, lokasi………………………………………

Paralise/paraplegia/lumpuh, lokasi…………………………………….

Hemiparese, lokasi…………………………………………………….

Nyeri, lokasi…………………………………….

Bengkak, lokasi……………………………………

Kekakuan Lokasi .........................................................

Flasiditas .....................................................................

Spastisitas, Lokasi .......................................................

Ukuran Otot Simetris

Atropi

Hipertropi

Kontraktur

Malposisi

Uji Kekuatan otot : Ekstrimitas Atas………… . Ekstrimitas


Bawah…………………

Deformitas tulang, lokasi…………………………….

Peradangan, lokasi……………………………………

Perlukaan, lokasi……………………………………..
Patah tulang, lokasi…………………………………..

Tulang Belakang Normal Skoliosis

Kifosis Lordosis

10. KULIT – RAMBUT - KUKU

Riwayat Alergi Obat …………………………………………………..

Makanan ……………………………………………………

Kosametik ………………………………………………….

Lainnya …………………………………………………….

Suhu Kulit Hangat Panas Dingin

Warna kulit Normal Sianosis/biru Ikterik/kuning

Putih/pucat Coklat tua/hyperpigmentasi

Turgor Baik Cukup Kurang

Tekstur Halus Kasar

Lesi : Macula, lokasi …………………………


Pustula, lokasi…………………………

Nodula, lokasi …………………………

Vesikula, lokasi …………………………

Papula, lokasi …………………………

Ulcus, lokasi ………………………….

Jaringan Parut, lokasi ……………………………………………………….....................

Tekstur rambut: ……………………………………………………….

Distribusi rambut: …………………………………………………….

Bentuk kuku Simetris Irreguler

Clubbing Finger Lainnya ……………….

Masalah Keperawatan :

…………………………………………….…………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………….
SISTEM PENGINDRAAN
Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan : Berkurang Kabur Ganda
Buta/gelap

Gerakan bola mata Bergerak normal Diam


Bergerakspontan/nistagmus

Visus : Mata Kanan (VOD) : …………………………….

Mata Kiri (VOS) : …………………………….

Sclera : Normal/putih Kuning/ikterus Merah/hifema

Konjunctiva Merah muda Pucat/anemic

Kornea Bening Keruh

Alat Bantu Kacamata Lensa kontak Lainnya …….

Nyeri : ….……………………………………………………………………...

Keluhan Lain : …………………………………………………………………………

Masalah : ………………………………………………………………………….

Telinga/Pendengaran :
Fungsi Pendengaran : Berkurang Berdengung Tuli

Hidung/Penciuman :
Bentuk : Simetris Asimetris

Lesi

Patensi

Obstruksi

Nyeri tekan sinus

Transluminasi

Cavum Nasal Warna ……………….. Integritas ………………..

Septum nasal Deviasi Perforasi Peradarahan

Sekresi, warna …………………

Polip Kanan Kiri Kanan dan kiri

Masalah Keperawatan :
……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

LEHER DAN KELENJAR LIMFE


Massa Ya Tidak

Jaringan Parut Ya Tidak

Kelenjar limfe Teraba Tidak teraba

Kelenjar Tyroid Teraba Tidak teraba

Mobilitas leher Bebas Terbatas

SISTEM REPRODUKSI
a. Reproduksi Pria

Kemerahan, Lokasi : …………………………........

Gatal-gatal, lokasi : …………………………........

Gland Penis : ……………………………….

Maetus Uretra : …………………………….....

Discharge, warna : ………………………….........

Srotum : ……………………………….

Hernia : ……………………………….

Kelainan : ……………………………………………………………………..

..........................................................................................................

Keluhan lain : ……………………………………………………………………..

..........................................................................................................

b. Reproduksi Wanita

Kemerahan, lokasi : ………............………….....…………

Gatal-gatal, lokasi : ............……………….....……………

Perdarahan : …………………….....………………

Flour Albus : ……………….......…………………..


Clitoris : ……………………………………….

Labia : ……………………………………….

Uretra : ………………………………………..

Kebersihan : Baik Cukup Kurang

Kehamilan : ………….............………. minggu

Taksiran Partus : ……………………...……

Lainnya : ......................................................................................................

Payudara :

Simetris Asimetris

Sear Lesi

Pembengkakan Nyeri tekan

Puting : Menonjol Datar Lecet Mastitis

Warna areola …………………………………………..

ASI Lancar Sedikit Tidak keluar

Keluhan Lainnya : ……………………………………………………………………….............

Masalah keperawatan :

………………………………........................................................................................................

……………………………………………………………………………………………………

D. POLA FUNGSI KESEHATAN

1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………….........................................................................................
.............................................................................................................................................

2. Nutrisi dan Metabolisme

TB : Cm

BB Sekarang : 56Kg
BB Sebelum sakit : 56 Kg

Diet :

Biasa Cair Saring Lunak

Diet Khusus :

Rendah Garam Rendah Kalori TKTP

Rendah Lemak Rendah Purin Lainnya ………………

Mual Muntah ……….. kali/hari

Kesukaran menelan Ya Tidak

Keluhan Lainnya : ……………………………………………………………………....................

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit


Frekeunsi/hari 3 x perhari setengah porsi 3 x perhari
Porsi

Nafsu makan kurang baik


Jenis Makanan

Jenis Minuman

Jumlah minuman/cc/24 1500 cc cc

jam
Kebiasaan Makan

Keluhan/masalah Tidak Nafsu Makan Tidak Ada

Masalah Keperawatan : Defisit berhubungan dengan kurangnya asupan makanan


………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………........................................
…………………………………

3. Pola istirahat dan tidur : Sebelum sakit klien mengatakan istirahat dan tidur 6 jam dalam
sehari, klien mengatakan sering terbangun malam kalau ada masalah pekerjaan yang
belum selesai. Pada saat mengkaji klien mengatakan kemarin malam pada tanggal 21 Juli
2012 klien nyenyak tidur, dan pada tanggal 22 Juli 2012 klien mengatakan tidurnya
sekitar 5 jam. Pada saat pengkajian terdapat lingkaran hitam dibawah mata. Klien terlihat
menguap pada saat di wawancara.

Masalah Keperawatan : Ganggun Pola istirahat dan tidur


………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………...............................
…………………………………….

4. Kognitif :

………………………………………………………………………………….………………..
…………………………………………………………………………………………………….....
.............................................................................................................................................................
.................................

Masalah Keperawatan:

…………………………………………………………………………………………

5. Konsep Diri :

Gambaran Diri : …………………………………………………………………………………..

Ideal Diri : …………………………………………………………………………………..

Identitas Diri : …………………………………………………………………………………..

Harga Diri : …………………………………………………………………………………..

Peran :………………………………………………………………………..

Masalah Keperawatan :

…………………………………………………………………………………………

6. Aktivitas Sehari-hari :

………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………
…………….........................................................................................................................................
.....................

Masalah Keperawatan

……………………………………………………………………………………
7. Koping-Toleransi terhadap Stress

………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………
…………….........................................................................................................................................
.....................

Masalah Keperawatan:

……………………………………………………………………………….……

Nilai-Pola Keyakinan
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………
…………….........................................................................................................................................
...................

Masalah Keperawatan:

……………………………………………………………………………….……

E. SOSIAL – SPIRITUAL.

1. Kemampuan berkomunikasi :

………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………
…………….........................................................................................................................................
.....................

2. Bahasa sehari-hari :

…………………………………………………………........................................
...................................................................................................................................

3. Hubungan dengan Keluarga :


.........................................................................................................................................

.........................................................................................................................................

……………………………………...........................................................................
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
………………………………………………………………………………………

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

5. Orang berarti/terdekat :

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :

………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

7. Kegiatan beribadah :

Klien mengatakan beragama islam. Klien mengatakan sebelum sakit sering sholat dan
selama sakit klien mengatakan tidak sholat. Klien mengatakan ikut serta jika ada kegiatan di
masjid

F. DATA PENUNJANG ( RADIOLOGIS. LABORATORIUM, PENUNJANG LAIN)

No Parameter Hasil Nilai Normal


1 WBC
No Parameter Hasil Nilai Normal

1 WBC

Hasil Pemeriksaan

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

Obat/Terapi Dosis Indikasi Kontraindikasi


Medis
A. Analisis Data

No Data Kemungkinan penyebab Masalah


1 DS: Gangguan rasa
      mengatakan nyeri pada
Pasokan oksigen ke nyaman nyeri
kepala jaringan otak tidak adequat
      skala nyeri ringan (3)

DO:
-  TD : 110/80  mmHg
-  N   : 84  x/menit
-  R    : 20 x/menit

2 DS: Intoleran
        Pasien mengatakan penurunan produksi energi aktivitas
badannya terasa lemah metabolic, prosedur dialisa
        Pasien mengatakan
bila beraktivitas
kepalanya pusing
DO:

kebutuhan klien
        
dibantu oleh istrinya

3 DS: Resiko tinggi


        pasien mengatakan ketidakseimbangan cairan, terhadap
urinnya keluar sedikit kerja miokardial, dan penurunan curah
dan menetes jantung
        mengatakan urin yang tahanan vaskular sistemik.
keluar kira-kira 3
sendok makan
DO:
        BUN:55 mg/dl

    ( 7 - 18 mg/dl )
       Crea                       :

16,0 mg/dl
      ( 0,6  – 1,3mg/dl  )
       Uric                       :

10,2 mg/dl  
       ( 2,3  –  7,5 mg/dl )
        Obat captopril 12,5 mg
        TD 110/80 mmHg

C. Rencana Keperawatan

No DX
Data
Tujuan dan KH
Intervensi
rasional
1
Nyeri berhubungan dengan Pasokan oksigen ke jaringan otak tidak adequat ditandai
dengan:
DS:
- mengatakan nyeri pada kepala
- skla nyeri ringan (3)
DO:
- TD : 110/80 mmHg
- N : 84 x/m
- RR: 20x/i
- pasien tampak memegang kepalanya

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam gangguan rasa nyaman nyeri
dapat teratasi dengan
KH:
- TTV dalam batas normal
TD: 120/80mmHg
N: 60-80x/i
RR: 16-20x/i
- Pasien rileks
- Skala nyeri 1
1. Kaji karakteristik nyeri
2. Ukur tanda-tanda vital
3. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
4. kolaborasi dalam pemberikan analgetik
5. kolaborasi dalam perencanaan tindakan medik (operasi)

1. memberikan dasar untuk mengkaji perubahan pada tingkat nyeri dan mengevaluasi
intervensi.
2. sebagai indikator untuk mengetahui tingkat nyeri dan intervensi yang tepat
selanjutnya.
3. untuk merelaksasikan otot-otot sehingga mengurangi rasa nyeri
4. analgetik cenderung lebih efektif ketika diberikan secara dini pada nyeri.
5. mempercepat proses penyembuhan

6. Intoleransi aktifitas fisik berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolic,


keletihan ditandai dengan:
DS:
- Pasien mengatakan badannya terasa lemah dan lelah
- Pasien mengatakan bila beraktivitas (berjalan) kepalanya pusing dan nyeri
DO

- kebutuhan klien dibantu oleh istri


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam intoleransi aktivitas dapat
teratasi dengan
KH:
- klien dapat beraktivitas secara minimal
- keluarga terlibat dalam aktivitas klien
- kebutuhan dasar pasien terpenuhi seperti elliminasi, makan/minum, berpakaian,
kebersihan.

1. Kaji tingkat aktivitas klien.


2. Dekatkan kebutuhan yang diperlukan oleh klien.
3. Berikan kesempatan pada klien melakukan aktivitas mandiri.
4. Libatkan keluarga dalam perawatan mobilitas fisik
5. Bantu ambulasi secara bertahap.

1. mengetahui tingkat kemampuan dalam memenuhi kebutuhan ADL pedoman


untukintervensi selanjutnya
2. memudahkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
3. untuk mengetahui kemajuan yang dirasakan oleh klien
4. partisipasi keluarga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan mobilitasnya.
5. ambulasi yang tidak bertahap dapat menyebabkan kelelahan dan ambulasi bertahap
dapat mencegah terjadinya cedera krisis situasi (kanker).

Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan


cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial, dan tahanan vaskular sistemik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam masalah resiko penurunan curah
jantung dapat teratasi dengan KH:
- TD dalam batas normal
- Frekuensi jantung dalam batas normal
- Nadi perifer kuat
auskultasi bunyi jantung dan paru
kaji adanya hipertensi
kaji tingkat aktivitas
awasi pemeriksaan laboratorium
berikan obat anti hipertensi
siapkan dialysis
S3 atau S4 menunjukkan ketidaknormalan, adnya distensi jugularis menunjukkan GGK
hipertensi bermakna dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteron renin-
angiotensin
kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia
ketidakseimbangan dapat mengganggu konduksi elektrikal dan fungsi jantung
menurunkan tahanan vaskuler sistemik atau pengeluran renin
penurunan ureum toksik dan memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit.

BAB IV
KESIMPULAN

4.1 KESIMPULAN

1. Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang berjalan progresif


dan lambat (berlangsung dalam beberapa tahun), dimulai dengan:
penurunan cadangan ginjal, insufisiensi ginjal, gagal ginjal, penyakit
ginjal tingkat akhir yang disertai dengan komplikasi-komplikasi target
organ, dan akhirnya menyebabkan kematian.
2. Untuk memperlambat gagal ginjal kronik menjadi gagal ginjal terminal,
perlu dilakukan diagnosa dini, yaitu dengan melihat gambaran klinis,
laboratorium sederhana, dan segera memperbaiki keadaan komplikasi
yang terjadi.
3. Jika sudah terjadi gagal ginjal terminal, pengobatan yang sebaiknya
dilakukan adalah: dialisis dan transplantasi ginjal. Pengobatan ini
dilakukan untuk mencegah atau memperlambat tejadinya kematian.

4.2 SARAN
1. Dengan mengetahui permasalahan penyebab penyakit gagal ginjal
kronik, diharapkan masyarakat lebih berhati-hati dan menghindari
penyebab penyakit ini serta benar-benar menjaga kesehatan melalui
makanan maupun berolaharaga yang benar.
2. Para tenaga ahli juga sebaiknya memberikan penyuluhan secara jelas
mengenai bahayanya penyakit ini serta tindakan pengobatan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

    Doenges, Marilynn, E. dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, 2000. EGC, Jakarta.
      Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC,
Jakarta.
     Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine, Patofisiologi, buku-2, Edisi 4, EGC,
Jakarta.
    Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.
Amin, H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc. Mediaction : Yogyakarta
Badan Litbangkes. Suyono, S. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai
Penerbit FKUI : Jakarta.
Engram, B. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol.1. EGC :
Jakarta
Herdman H. 2015. Nanda Internasional Inc Diagnosa Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017, EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai