Dosen Pembimbing :
Paramita Ratna Gayatri, S.Kep.,Ns.,M.Kes
Disusun Oleh:
Kelompok 4
KELOMPOK 4
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan hidayahnya penulis
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Keluarga Dengan Gagal Ginjal Kronis”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Keperawatan Keluarga dengan tujuan agar
para mahasiswa lebih mengetahui dan lebih paham tentang asuhan keperawatan keluarga
dengan gagal ginjal kronis. Penulis sadar bahwa dalam makalah ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh kerena itu, selain membaca makalah ini pembaca bisa memberikan kritikan
dan tanggapan tentang makalah ini agar bisa lebih baik lagi nantinya.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan
pengetahuan mengenai osteoarthritis, khususnya bagi para mahasiswa perawat yang akan
menjadi perawat yang hebat.
Penyusun
Kelompok 4
DAFTAR ISI
Halaman Judul.............................................................................................................................i
Daftar Nama Anggota................................................................................................................ii
Kata Pengantar..........................................................................................................................iii
Daftar Isi...................................................................................................................................iv
BAB I Pendahuluan....................................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................2
BAB II Pembahasan...................................................................................................................3
A. Definisi...........................................................................................................................3
B. Etiologi...........................................................................................................................3
C. Patofisiologi...................................................................................................................3
D. Manifestasi Klinis..........................................................................................................4
E. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................5
F. Komplikasi.................................................................................................................... 6
G. Pencegahan komplikasi..................................................................................................6
H. Penatalaksanaan.............................................................................................................6
I. Pathway..........................................................................................................................9
BAB III Asuhan Keperawatan Keluarga (Teori).....................................................................10
BAB IV Asuhan Keperawatan Keluarga (Kasus)....................................................................19
BAB V Penutup............................................................................................................................
A. Kesimpulan......................................................................................................................
B. Saran.................................................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan WHO penyakit gagal ginjal dan saluran kemih telah menyumbang
850.000 kematian setiap tahunnya. Hal ini menyatakan bahwa penyakit gagal ginjal
kronik menduduki angka ke-12 tertinggi kematian atau angka ke-17 kecatatan. Hingga
tahun 2015 sebanyak 36 juta orang didunia meninggal akibat gagal ginjal kronik (Berita
Republika, 2016). Di Indonesia, kasus gagal ginjal diperkirakan terjadi sekitar 0.2%
setiap tahunya dari jumlah total penduduk, atau sekitar 490.000. Privalensi terbesar terjadi
pada kelompok umur >75 tahun dengan 0,5% lebih tinggi daripada kelompok umur yang
lain. Gagal ginjal juga menempati urutan ke-10 dalam penyakit tidak menular
(RISKESDAS,2013).
Gagal ginjal kronik terjadi perlahan-lahan bisa dalam hitungan bulan bahkan tahun,
dan sifatnya tidak bisa disembuhkan. Selama ini dikenal dua metode dalam penanganan
gagal ginjal yaitu transplantasi dan dialysis. Untuk transplantasi ginjal masih terbatas
karena banyak kendala yang harus dihadapi diantaranya ketersediaan donor, teknik
operasi, dan juga perawatan pada waktu pasca operasi. Sedangkan hemodialisa atau
proses cuci darah menggunakan mesin, membutuhkan waktu paling sedikit 3-4 jam setiap
kali terapi. Kegiatan ini berlangsung terus menerus sepanjang hidupnya. Tingginya biaya
yang harus dikeluarkan untuk satu kali proses cuci darah (setidaknya Rp.500.000,-per
terapi) kerap dirasakan membebani penderita dan keluarga. Ketergantungan pada mesin
dialysis juga membuat aktifitas penderita menjadi terbatas. Prosedur hemodialisa sangat
bermanfaat bagi pasien penyakit gagal ginjal tahap akhir, namun tidak berarti tidak
beresiko dan tidak mempunyai efek samping.
Berbagai permasalahan dan komplikasi dapat terjadi pada pasien yang mengalami
hemodialisa. Komplikasi hemodialisa dapat menimbulkan perasaan ketidaknyaman,
meningkatkan stress dan mempengaruhi kualitas hidup pasien, diantaranya adalah
kesehatan fisik, psikologis, spiritual, status social ekonomi, dan dinamika keluarga.
(Nurani, 2013). Dalam mengatasi masalah gagal ginjal, keluarga mempunyai tugas dalam
pemeliharaan kesehatan yaitu mengenal masalah gagal ginjal dalam sebuah keluarga,
pengambilan keputusan untuk tindakan yang tepat terkait masalah gagal ginjal,
perawatan keluarga dengan masalah gagal ginjal, memodifikasi lingkungan yang ada
serta perlu pemanfaatan fasilitas kesehatan secara tepat. Namun ketika salah satu anggota
keluarga mengalami masalah gagal ginjal dan keluarga tidak mampu mengenal tanda
gejala, penyebab, pencegahan serta perawatan pasien dengan masalah gagal ginjal secara
menyeluruh maka tugas keluarga yang lain juga tidak terpenuhi sehingga menimbulkan
dampak ketidakmampuan keluarga mengenal masalah dengan gagal ginjal,
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan terkait gagal ginjal, ketidakmampuan
keluarga merawat dengan gagal ginjal, ketidakmampuan keluarga memodifikasi
lingkungan dengan gagal ginjal, dan ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang mengakibatkan keluarga menjadi tidak produktif.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan gagal ginjal kronis?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran tentang asuhan keperawatan keluarga dengan gagal
ginjal kronis.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan keluarga dengan gagal ginjal kronis
b. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan keluarga dengan gagal ginjal kronis
c. Untuk mengetahui intervensi keperawatan keluarga dengan gagal ginjal kronis
d. Untuk mengetahui implementasi keperawatan keluarga dengan gagal ginjal kronis
e. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan keluarga dengan gagal ginjal kronis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Gagal Ginjal Kronik merupakan Gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (Retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah). (Bruner dan Suddart, 2001)
Gagal ginjal Kronik Merupakan Kerusakan Ginjal Progresif yang berakibat fatal
dan di tandai dengan uremia (urea dan Limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah
serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialysis atau transplantasi ginjal). (Nursalam,
2006)
Gagal Ginjal Kronik merupakan penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten
dan irrefersibel. (Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
Gagal Ginjal Kronik merupakan destruksi struktur ginjal yang progresif dan terus
menerus. (Patofisiologi, Elizabeth corwin, 2000)
B. Etiologi
Penyakit-penyakit sistemik seperti Diabetes Melitus, Glomerulonefritis kronis,
Pielonefritis, Hipertensi yang tidak dapat dikontrol, Obstruksi traktus urinarius, lesi
Herediter seperti penyakit Polikistik, gangguan vaskuler, infeksi. (Smeltzzer Suzzane,
2001)
C. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagai nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) di duga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesis nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR (daya saring). Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bsa diabsorpsi berakibat diuretik
osmotic disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yangrusak bertambah
banyak oligouri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala
pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-
kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai
kreatinin clearance turun 15ml/menit atau lebih rendah itu. (Barbara C.Long 1996 : 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normal
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap system tubuh. Semakin banyak timmbunan produk sampah maka gejala akan
semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Sunddarth,
2001 : 1448)
D. Manifestasi klinis
a. Manifestasi klinik menurut (Smeitzer, 2001 : 1449) antara lain :
Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sistem rennin-angiostenin-
aldosteron), gagal jantung kongesif dan odema pulmoner akibat cairan berlebihan dan
perikarditis (akibat iritasi pada lapisan pericardial oleh toksik pruritis, anoreksia,
mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak
mampu berkonsentrasi).
b. Manifestasi klinik menurut (Suyono, 2001) adalah sebagai berikut :
A. Sistem Kardiovaskuler
Hipertensi
Pitting
Edema
Edema periorbital
Pembesaran vena leher
Friction sub pericardial
B. Sistem Pulmoner
Krekel
Nafas dangkal
Sputum kental dan liat
C. Sistem Gastrointestinal
Anoreksia, mual dan muntah
Perdarahan saluran GI
Ulserasi dan perdarahan mulut
Nafas berbau amonia
D. Sistem Muskuloskeletal
Kram otot
Fraktur tulang
Kehilangan kekuatan otot
E. Sistem Integumen
Warna kulit abu-abu mengkilat
Pruritis
Kulit kering bersisik
Ekimosis
Kuku tipis dan rapuh
Rambut tipis dan kasar
F. Sistem Reproduksi
Amenorhoe
Atrofi testis
E. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Laboraturium
Laboraturium Darah :
BUN, Kreatinin, Elektrolit, (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb, trombosit, Ht,
leukosit), Protein antibody (kehilangan protein dan imunoglobulin).
Pemeriksaan Urine :
Warna, PH, BJ, Kekeruhan, Volume, Glukosa, Protein, Sedimen, SDM, Keton,
SDP, TKK/CCT.
2) Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan
gangguan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
3) Pemeriksaan USG
Menilai berat dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal,
anatomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih, serta prostat.
4) Pemeriksan Radiologi
Renogram, Intravenosus, Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal Arteriografi,
dan Venografi, CT scan, MRI, Renal Biopsi, Pemeriksaan Rontgen Dada,
Pemeriksaan Rotgen Tulang, Foto Polos Abdomen.
F. Komplikasi
Menurut Smeltzer (2000), komplikasi potensial gagal ginjal kronik yang
memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan, mencakup :
a. Hiperkalemia : akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme dan
masukan diet berlebih.
b. Perikarditis : efusi perikardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi : akibat retensi cairan dan natrium serta mal fungsi sistem renin,
angiotensin, aldosteron.
d. Anemia : akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastro intestinal.
e. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat.
G. Pencegahan komplikasi
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan
sering kali tidak menimbulkan gejala yang menunjukkan kerusakan dan kegagalan ginjal.
Penurunan kejadian yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian terhadap
peningkatan kesehatan. Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah, dan pemeriksaan
urinalis, pemeriksaan kesehatan umum, dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi
insufiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditunjukkan kepada pengobatan
masalah medis dengan sempurna., dan mengawasi status kesehatan orang pada waktu
mengalami stress (infeksi, kehamilan). (Barbara Long. 2001)
H. Penatalaksanaan
Pengobatan gagal ginjal kronik di bagi menjadi dua tahap :
a. Tahap pertama yaitu tindakan konservatif yang ditujukan untuk merendakan atau
memperlambat perburukan progresif gangguaan fungsi ginjal. Tindakan konservatif
dimulai bila penderita mengalami asotemia penatalaksanaan konservatif meliputi :
1. Penentuan dan pengobatan penyebab
2. Pengoptimalan keseimbangan garam dan air
3. Koreksi obstruksi saluran kemih
4. Deteksi awal pengobatan infeksi
5. Diet rendah protein, tinggi kalori
6. Pengendalian keseimbangan elektrolit
7. Pencegahan dan pengobatan penyakit tulang dan ginjal
8. Modifikasi dan terapi obat dengan perubahan fungsi ginjal
9. Deteksi dan pengobatan komplikasi
b. Tahap kedua pengobatan dimulai ketika tindakan konservatif tidak lagi afektif dalam
mempertahankan kehidupan. Pada keadaan ini terjadi penyakit ginjal stadium
terminal. Penatalaksanaan, meliputi :
1. Hemodialisa
Hemodialisa adalah dialisis yang dilakukan diluar tubuh. Tujuan hemodialisa
adalah untuk mengambil zat-zat toksik di dalam darah, menyesuaikan kadar air
dan elektrolit di dalam darah. Pada hemodialisa darah dikeluarkan dari tubuh
melalui sebuah kateter masuk ke dalam sebuah alat besar. Di dalam mesin
tersebut terdapat ruang yang dipisahkan oleh sebuah membran semipermeabel.
darah di masukan ke salah satu ruang, sedangkan ruang yang lain diisi oleh cairan
dialisis, dan diantara keduanya akan terjadi difusi darah dikembalikan ke tubuh
melalui sebuah pirau vena. Hemodialisa memerlukan waktu sekitar 3-5 jam dan
dilakukan sekitar seminggu. Pada akhir interval 2-3 hari di antara terapi,
keseimbangan garam,air, dan pH sudah tidak normal lagi. Hemodialisa tampaknya
ikut berperan menyebabkan anemia karena sebagian besar sel darah merah ikut
masuk dalam proses tersebut, infeksi juga merupakan resiko.
2. Dialisis peritoneum
Dialisis peritoneum berlangsung didalam tubuh. Pada dialisis peritoneal
permukaan peritoneum yang luasnya sekitar 22.000 cm 3 berfungsi sebagai difusi.
Membran peritoneum digunakan sebagai sawar semipermeabel alami. Larutan
dialysis yang telah dipersiapkan sebelumnya (sekitar 2 liter) di masukan ke dalam
rongga peritoneum melalui sebuah kateter tetap yang di letakan di bawah kulit
abdomen. Larutan dibiarkan di dalam rongga peritoneum selama waktu yang telah
di tentukan (biasanya 4-6 jam). Selama waktu ini, terjadi proses difusi air dan
elektrolit keluar masuk antara darah yang bersirkulasi. Dialysis peritoneum di
lakukan sekitar 4 kali/ hari. Masalah-masalah terjadi pada dialysis peritoneum
adalah infeksi dari kateter atau malfungsi kateter.
3. Transplantasi ginjal
Transplantasi atau pencangkokan ginjal adalan penempatan sebuah ginjal donor
ke dalam abdomen seseorang yang mengidap penyakit ginjal stadium akhir. Ginjal
yang di cangkok dapat di peroleh dari donor hidup atau mati. Semakin mirip
sifatsifat antigenik ginjal yang didonorkan dengan pasien, semakin tinggi
keberhasilan pencangkokan. Individu yang mendapat pengcangkokan ginjal harus
tetap mendapat berbagai obat imunosupresan seumur hidup untuk mencegah
penolakan ginjal, penolakan dapat terjadi sacara akut, dalam masa pasca
transpalntasi dini, atau beberapa bulan atau tahun setelah pencangkokan semua
orang yang mendapat terapi imunosupresi beresiko mengalami infeksi. (Price and
Wilson, 2005)
I. Pathway CKD/Gagal Ginjal
Hipertropi nefron tersisa untuk mengganti kerja nefron yang rusak peningkatan
kecepatan filtrasi, beban solute dan reabsorbsi tubulus dalam tiap nefron,
meskipun GFR untuk seluruh massa nefron menurun dibawah normal.
PK:Aritmia
PK:Ketidakseimbangan Cairan
& Elektrolit
BAB III
1. Pengkajian
Suprajitno (2012), mengatakan data yang dikaji asuhan keperawatan keluarga yaitu :
a. Berkaitan dengan keluarga
1) Data demografi dan sosiokultural
2) Data lingkungan
3) Struktur dan fungsi keluarga
4) Stres dan koping keluarga yang digunakan keluarga
5) Perkembangan keluarga
b. Berkaitan dengan individu sebagai anggota keluarga
1) Fisik
2) Mental
3) Emosi
4) Sosial
5) Spiritual
Menurut Nursalam (2008), ada tiga metode yang digunakan dalam pengumpulan data
pada tahap pengkajian, yaitu :
a. Komunikasi
Interaksi perawat dengan klien harus berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi
teraupetik adalah suatu tehnik dimana usaha mengajak klien dan keluarga untuk
menukar pikitan dan perasaan.
b. Observasi
Tahap kedua pengumpulan data adalah dengan observasi. Observasi adalah
mengamati perilaku, keadaan klien dan lingkungan.
c. Pemeriksaan fisik
Empat tehnik dalam pemeriksaan fisik, yaitu :
1) Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik.
Observasi dilaksanakan dengan menggunakan indra penglihatan, penciuman
sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data.
2) Palpasi adalah suatu tehnik menggunakan indra peraba. Tangan dan jari adalah
suatu instrument yang sensitif yang digunakan untuk mengumpulkan data
tentang : temperatur, tugor, bentuk, kelembaban, vibrasi, dan ukuran.
3) Perkusi adalah suatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk untuk
membandingkan kiri kanan pada setiap permukaan tubuh dengan tujuan
menghasilkan suara.
4) Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara yang
dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop.
Menurut Komang (2012) hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan keluarga
adalah :
a. Data umum
1) Nama KK
2) Umur KK
3) Pekerjaan KK
4) Pendidikan KK
5) Alamat dan nomor telepon
6) Komposisi anggota keluarga (nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan KK,
pendidikan, keterangan)
7) Genogram, menyangkut minimal 3 generasi, harus tertera nama, umur, kondisi
kesehatan tiap keterangan gambar
8) Tipe keluarga
9) Suku bangsa
a) Asal suku bangsa
b) Bahasa yang dipakai keluarga
c) Kebiasaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat mempengaruhi
kesehatan
10) Agama
a) Agama yang dianut keluarga
b) Kepercayaan yang mempengaruhi keluarga
11) Status ekonomi keluarga
a) Rata-rata penghasilan seluruh anggota keluarga
b) Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan
c) Tabungan khusus kesehatan
d) Barang (harta benda) yang dimiliki keluarga (perabot, transportasi)
12) Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua)
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti
a) Riwayat terbentuknya keluarga inti
b) Penyakit yang diderita keluarga orang tua (adanya penyakit menular atau
penyakit menukar di keluarga)
4) Riwayat keluarga sebelumnya
a) Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular di keluarga
b) Riwayat kebiasaan/gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan
c. Lingkungan
1) Karakteristik rumah (ukuran, kondisi dalam dan luar rumah, kebersihan, ventilasi,
SPAL, air bersih, pengelolaan sampah, kepemilikan rumah, kamar mandi, denah
rumah)
2) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal (aturan penduduk setempat,
budaya setempat, apa ingin tinggal dengan satu suku saja)
3) Mobilitas geografis keluarga (keluarga sering pindah rumah, dampak pindah
rumah terhadap keluarga)
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat (perkumpulan/organisasi
sosial yang diikuti keluarga)
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
2) Struktur kekuasaan keluarga
3) Struktur peran (formal dan informal)
4) Nilai dan norma keluarga
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Bagaimana cara keluarga mengekspresikan perasaan kasih sayang, perasaan saling
memiliki, dukungan terhadap anggota keluarga, saling menghargai, kehangatan.
2) Fungsi sosialisasi
Bagaimana memperkenalkan anggota keluarga dengan dunia luar, interaksi dan
hubungan dalam keluarga.
3) Fungsi perawatan keluarga
Kondisi perawatan kesehatan seluruh anggota keluarga (bukan hanya kalau sakit
diapakan tapi bagaimana prevensi/promosi). Bila ditemui data maladaptif,
langsung lakukan penjajagan II (berdasarkan 5 tugas keluarga seperti bagimana
keluarga mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga,
memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan).
f. Stres dan koping keluarga
1) Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan keluarga
2) Respon keluarga terhadap stres
3) Strategi koping yang digunakan
4) Strategi adaptasi fungsional (adakah cara keluarga mengatasi masalah secara
maladaptif)
g. Pemeriksaan fisik
1) Tanggal pemeriksaan
2) Pemeriksaan dilakukan pada seluruh anggota keluarga
3) Aspek pemeriksaan mulai tanda vital, rambut, kepala, mata, mulut, THT,
leher,thorax, abdomen, ekstremitas atas dan ekstremitas bawah, sistem genetalia.
h. Harapan keluarga
1) Terhadap masalah kesehatan keluarga
2) Terhadap petugas kesehatan yang ada
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan menurut Nursalam (2008) adalah suatu pernyataan yang
menjelaskan respon manusia dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan, membatasi, mencegah dan merubah.
Penilaian (skoring) Diagnosis keperawatan menurut Bailon dan Maglaya (1978)
dalam Komang (2012) sebagai berikut. Proses skoring dilakukan untuk setiap Diagnosis
keperawatan :
a. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.
b. Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot
skor
x bobo
angka tertinggi
c. Jumlahkan skor untuk semua kriteriaskor tertinggi adalah 5
a. Diagnosis aktual
Diagnosa sehat/wellness digunakan apabila keluarga mempunyai potensi untuk
ditingkatkan, belum ada data maladaptive perumusan diagnosis, keperawatan keluarga
potensial hanya terdiri dari komponen problem (P) saja atau P (Problem) dan S
(sympthom/sign), tanpa komponen etiologi E.
b. Diagnosis risiko atau risiko tinggi
Diagnosis ancaman, digunakan bila belum terdapat paparan masalah kesehatan,
namun semua sudah ditentukan beberapa data maladaptive yang memungkinkan
timbulnya gangguan. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga resiko, terdiri dari
Problem (P), etiologi dan Symptom/sign (S).
c. Diagnosis potensial
Diagnosis gangguan, digunakan bila sudah timbul gangguan/masalah kesehatan di
keluarga, didukung dengan adanya beberapa data maladaptive. Perumusan diagnosis
keperawatan keluarga nyata/gangguan, terdiri dari problem (P), etiologi dan
symptoms (S).
3. Perencanaan/Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang
akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.
Menurut Nursalam (2008) perencanaan meliputi pengembangan strategi desain
untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang di identifikasikan
pada diagnosis keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosis
keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi.
Kualitas rencana keperawatan dapat menjamin sukses dan keberhasilan rencana
keperawatan, yaitu :
a. Penentuan masalah kesehatan dan keperawatan yang jelas dan didasarkan kepada
analisa yang menyeluruh tentang masalah
b. Rencana yang realistis, artinya dapat dilaksanakan dan dapat menghasilkan apa yang
diharapkan
c. Sesuai dengan tujuan dan falsafah keperawatan
d. Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga dalam :
- Menentukan masalah dan kebutuhan perawatan keluarga
- Menentukan prioritas masalah
- Memilih tindakan yang tepat
- Pelaksanaan tindakan
- Penilaian hasil tindakan
4. Pelaksanaan/Implementasi Keperawatan
Menurut Nursalam (2008) asuhan keperawatan dibedakan berdasarkan
kewenangan dan tanggung jawab perawat secara prefesional sebagaimana terdapat dalam
standar praktik keperawatan, yaitu :
a. Independen. Asuhan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh perawat tanpa petunjuk dan interaksi dari dokter atau profesi lain.
b. Interdependen. Asuhan keperawatan interdependen menjelaskan kegiatatan yang
memperlukan kerja sama dengan profesi kesehatan lain, seperti ahli gizi, fisioterapi,
atau dokter.
c. Dependen. Asuhan keperawatan dependen berhubungan dengan pelaksanaan secara
tindakan medis. Cara tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan medis
dilakukan.
Setyowati dan Murwani (2008) menyebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan pada
saat melakukan tindakan keperawatan keluarga antara lain :
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan
sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor
“kealfaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan
tindakan, (Nursalam, 2008).
Nursalam (2008), menyatakan bahwa, dinyatakan evaluasi sebagai sesuatu yang
direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien. Dengan
mengukur perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan, maka perawat bisa
menentukan efektifitas tindakan keperawatan. Evaluasi kualitas asuhan keperawatan
dapat dilakukan dengan :
a. Evaluasi proses, fokus pada evaluasi proses adalah aktivitas dari proses keperawatan
dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus segera
dilaksanakan setelah perencanaan keperawatan diimplementasikan untuk membantu
menilai efektifitas interfrensi tersebut.
b. Evaluasi hasil, fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan
klien pada akhir asuhan keperawatan, bersifat objektif, feksibel, dan efesiensi.
BAB IV
Kasus
c. Genogram
Keluarga Ayah Keluarga Ibu
Anak
Ket :
: Laki – laki
: Perempuan
: Serumah
: Kepala keluarga
: Meninggal
d. Type Keluarga :
a) Jenis type keluarga : Keluarga Inti (Orangtua dan anak, tinggal satu rumah, terpisah dari
keluarga lain)
b) Masalah yang terjadi dengan type tersebut : Gagal ginjal kronis
e. Suku Bangsa :
a) Asal suku bangsa : Jawa
b) Budaya yang berhubungan dg kesehatan :
- Jika ada bayi yang masuk angin bawang merah untuk menggerok badan bayi
- Daun sangket,jeruk nipis dan minyak kayu putih untuk mengurut badan
f. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan :
- Puasa romadhon yang dijalankan oleh keluarga setiap tahun
Status Sosial Ekonomi Keluarga :
a) Anggota keluarga yang mencari nafkah : Ayah
b) Penghasilan : 2.500.00
c) Upaya lain : Tidak ada
d) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll):
- Meja, kursi,Almari,TV,Kulkas,Mesin Cuci,Kasur,Motor,Mobil
e) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : 1.500.00 untuk makan,bayar listrik
g. Aktivitas Rekreasi Keluarga :
- Keluarga jarang rekreasi,saat ada waktu senggang melakukan aktivitas rekreasi
diluar,Saat malam dirumah menonton Televisi bersama.
Imunisasi
Keadaan
No Nama Umur BB (BCG/Polio/DPT Masalah kesehatan Tindakan yang telah dilakukan
Kesehatan
/HB/Campak)
1 Tn.P 45 Th 50 kg Sakit Lengkap Gagal ginjal kronis Telah dilakukan pemeriksaan TKK
2 Ny.E 43 Th 59 kg Sehat Lengkap Tidak ada Tidak ada
3 An.A 19 Th 55 Kg Sehat Lengkap Tidak ada Tidak ada
b. Fungsi sosialisasi
a) Kerukunan hidup dalam keluarga :
- Jika ada konflik/masalah diatasi dengan cara kekeluargaan
b) Interaksi dan hubungan dalam keluarga :
- Interaksi dengan anggota keluarga sangat baik
c) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan :
- Kepala keluarga (Ayah)
d) Kegiatan keluarga waktu senggang :
- Berkumpul dan menonton Televisi
e) Partisipasi dalam kegiatan sosial :
- Ikut serta dalam kegiatan yang di adakan desa seperti kerja bakti
c. Fungsi perawatan kesehatan
a) Pengetahuan dan persepsi keluarga tentang penyakit/masalah kesehatan keluarganya :
- Jika ada keluarga yang sakit seperti pusing/batuk/pilek dibelikan obat ke apotik
b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat :
- Keluarga mengambil keputusan jika ada keluarga yang sakit segera diperiksakan ke dokter
c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit :
- Mengingatkan untuk minum obat.
- Mengantar anggota keluarga yang sakit ke dokter
- Mengingatkan untuk memakan makanan yang sehat dan minum air putih yang cukup.
d) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat :
- Lingkungan rumah dibersihkan setiap hari seperti menyapu
e) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat :
- Jika ada keluarga yang sakit dibawa ke puskesmas/dokter terdekat
d. Fungsi reproduksi
a) Perencanaan jumlah anak : Tidak ada
b) Akseptor : Ya - yang digunakan – lamanya -
c) Akseptor : Belum Alasannya Karena tidak ingin menunda untuk memiliki momongan
d) Keterangan lain : Tidak ada
e. Fungsi ekonomi
a) Upaya pemenuhan sandang pangan :
- Yang memenuhi kebutuhan adalah Ayah
b) Pemanfaatan sumber di masyarakat : Tidak ada
VI. STRES DAN KOPING KELUARGA
a. Stressor jangka pendek :
- Tn.P khawatir jika penyakitnya kambuh
b. Stressor jangka panjang :
- Adanya kekhawatiran tidak bisa meneruskan pengobatan karena perekonomian yang
kurang stabil dan adanya pandemi yang tak kunjung membaik
c. Respon keluarga terhadap stressor :
- Bekerja keras,berusaha dan memberi dukungan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga,selalu berdoa.
d. Strategi koping :
- Berusaha tetap bersabar harus tetap semangat dalam menghadapi masalah
e. Strategi adaptasi disfungsional :
- Tetap berusaha dan bekerja keras
f. Sistem Respirasi
- Px merasa sesak dengan saturasi O2 : 90 % dan RR : 30x/menit
g. Sistem Persyarafan
- Normal
i. Sistem Muskuloskeletal
- Px mengeluh sakit pinggang
j. Sistem Genetalia
- Normal
B. ANALISA DATA
DO:
- TD : 160/90mmHg
- Nadi : 50x/menit
- Hasil Laboratorium :
Ureum : 300mg/dl
Na : 150mEq
Kreatinin 5
Ht : 14,0%
Hb : 6,2 mg/dl
- TKK (total kreatinin
clearence) didapatkan
hasil 2,08 ml/menit
dan terjadi penurunan
GFR 10ml/menit/1,73
m2
- Hasil USG didapat
bagian kedua ginjal
mengecil
- Udem ekstremitas
bagian bawah
- Pitting edema +3
- CRT : >2 dt
- GFR : 10 ml/menit/
1,73 m2
2. DS : Ketidakmampuan Keluarga Intoleransi Aktivitas
- Pasien terlihat sesak Memodifikasi Lingkungan
napas Yang Sehat
DO :
- Pasien terlihat sesak
napas
- TD : 160/90 mmHg
- Nadi : 50x/menit
- RR : 30x/menit
- Hb : 6,2mg/dl
- jHt : 14,0%
- Saturasi O2 : 90%
3. DS : Ketidakmampuan Keluarga Defisit Pengetahuan
- Keluarga pasien Mengenal Masalah Kesehatan
mengatakan bahwa
pasien mengalami ini
sejak 3 tahun lalu
- Keluarga pasien
mengatakan hanya
mengonsumsi obat
warung
- Pasien mengatakan
mempunyai riwayat
hipertensi
- Pasien mengatakan
tidak mengetahui
tentang penyakit yang
dialaminya
DO:
- Pasien tidak
mengetahui tentang
penyakit gagal ginjal
kronis
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Masalah kesehatan keluarga tidak efektif b.d ketidakmampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit d.d pasien mengatakan terjadi pembengkakan dibagian
ekstremitas bawah
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat d.d
pasien terlihat sesak napas saturasi O2 : 90%
3. Defisit pengetahuan b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan d.d keluarga
pasien mengatakan hanya mengonsumsi obat warung
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
-E:
T: A:
- Masalah teratasi
Informasi kemajuan pasien
secara berkala atau
Informasikan fasilitas
perawatan kesehatan yang
tersedia. P:
K:
- Intervensi selesai
3
Defisit pengetahuan
b.d ketidakmampuan O S:
keluarga mengenal - Keluarga klien
masalah kesehatan Menginformasikan fasilitas mengatakan pasien
perawatan kesehatan yang sudah mau minum obat
tersedia. resep dokter
- Keluarga klien
mengatakan sudah tau
penyakit yang diderita
pasien
- Klien mengatakan sudah
E tau penyakit yang
diderita
Mengecek kesehatan secara
berkala
O:
T - Klien sudah tau penyakit
yang diderita dan cara
Dengarkan masalah ,perasaan pencegahannya
dan pertanyaan keluarga yang
di mengalami A:
- Masalah teratasi
K
P:
Selalu mengontrol pola - Intrvensi selesai
makanan yang sesuai dengan
kondisi ginjal
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal ginjal kronik adalah penyakit yang timbul karena kerusakan filtrasi dan
sekresi ginjal anak berujung pada gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronis disebabkan oleh
beberapa factor yaitu hipertensi, glomerulousitis, nefropatikanalgesic, nefropati diabetic,
nefropati refluk, ginjal polikistik, obstruksi dan gout. Gagal ginjal kronis sering kali
menjadi penyakit komplikasi dari penyakit lainnya, sehingga merupakan penyakit
sekunder (sekundery illnes). Penyebab yang sering adalah diabetes melitus dan hipertensi.
Penatalaksaan klien gagal ginjal kronis adalah untuk mengoptimalkan fungsi ginjal yang
ada dan mempertahankan keseimbangan secara maksimal untuk memperpanjang harapan
hidup klien.
B. Saran
Diharapkan mahasiswa keperawatan dapat memahami dan mengetahui pengertian
gagal ginjal kronis, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, komplikasi
serta asuhan keperawatan keluarga dengan gagal ginjal kronis. Sebagai tenaga kesehatan
khususnya perawat kita harus memberikan perawatan paliatif pada pasien dengan kondisi
terminal salah satunya gagal ginjal kronis, agar pasien dapat mempersiapkan diri
menghadapi kematian dengantenang dan nyaman tanpa meras tertekas atas penyakit yang
dideritanya.
DAFTAR PUSTAKA