KABUPATEN MIMIKA
TAHUN 2022/2023
1
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.Atas rahmat dan karunia-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah KMB I dengan judul:
“Asuhan Keperawatan pada pasien Gagal Ginjal Kronis”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.Oleh karena itu, kami mengharapkan segala
bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Cover...............................................................................................................................i
Kata Pengantar................................................................................................................i
Daftar Isi.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................................1
C. Rumusan masalah...............................................................................................2
D. Manfaat...............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan.........................................................................................................15
2. Saran...................................................................................................................15
DAFTAR PUSTA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Ginjal merupakan organ penting yang berfungsi menjaga komposisi darah dengan mencegah
menumpuknya limbah serta mengendalikan keseimbangan cairan dalam tubuh, menjaga keseimbangan
elektrolit seperti sodium, potassium, dan fosfat tetap stabil, serta memproduksi hormone dan enzim yang
membantu dalam mengendalikan tekanan darah, membuat sel darah merah dan menjaga tulang tetap kuat.
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan masalah kesehatan masyarakat global dengan prevalensi dan
insiden gagal ginjal yang meningkat, prognosis yang buruk dan biaya yang tinggi. Prevalensi penyakit
ginjal kronik meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan kejadian penyakit diabetes
mellitus serta hipertensi (Infodatin, 2017).
Secara definisi, gagal ginjal kronis (GGK) disebut juga sebagai Chronic Kidney Disease (CKD).
Gagal ginjal kronis atau penyakit gagal ginjal stadium akhir adalah gangguan fungsi renal yang progresif
dan irreversible dimana kemapuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan serta elektrolit sehingga menyebabkan uremia yaitu retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah (Smeltzer & Bare, 2013).
Gagal ginjal kronis merupakan penyakit pada ginjal yang perisisten (berlangsung lebih dari 3
bulan) dengan kerusakan ginjal dan kerusakan Glomerular Fitration Rate (GRF) dengan angka GRF lebih
dari 60 ml/menit/1.73 m2 (Prabowo & Pranata, 2014).Sindrom uremik adalah suatu kompleks gejala yang
terjadi akibat atau berkaitan dengan retensi metabolik nitrogen karena ginjal. Manisfestasi pada saluran
cerna dari uremia dapat menyebabkan pasien sangat terganggu. Anoreksia, mual dan muntah merupakan
gejala yang seringkali menjadi gejala-gejala awal penyakit. Gejala-gejala ini ikut bertanggung jawab atas
penurunan berat badan yang cukup besar pada pasien gagal ginjal kronik. Nausea adalah perasaan tidak
nyaman pada bagian belakang tenggorokan atau lambung yang dapat mengakibatkan muntah. Penyakit
ginjal kronik merupakan masalah kesehatan dunia dengan peningkatan insidensiprevalensi serta tingkat
morbiditas dan mortalitas. Prevalensi global telah meningkat setiap tahunnya.
4
Menurut data World Health Organizatio(WHO),penyakit ginjal kronik telahmenyebabkan
kematian pada 850.000 orang setiap tahunnya angka tersebut menunjukkan bahwa penyakit ginjal kronik
menduduki peringkat ke-12 tertinggi sebagai penyebab angka kematian dunia (Rajiv, 2016).
B.RUMUSAN MASALAH
Bagaimana asuhan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien dengan Gagal Ginjal Kronis?
C.Tujuan
Mengetahui asuhan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien dengan diagnos Gagal Ginjal Kronik
D.Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat :
1. Dari segi akademis, hasil studi ini merupakan sumbangan bagi ilmu
pengetahuan,khususnya dalam hal asuhan keperawatan dengan diagnosa medis Gagal
Ginjal Kronis.
2. Dari segi praktisi, makalah ini akan bermanfaat bagi :
1) Bagi Pelayanan Di Rumah Sakit
Hasil studi kasus ini, dapat di jadikan masukan bagi pelayanan di rumah sakitagar
dapat melakukan asuhan keperawatan bagi klien dengan diagnosa medis Gagal
Ginjal Kronis.
2) Untuk Penulis
Hasil makalah ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi penulis berikutnya,yang
akan melakukan studi kasus asuhan keperawatan pada klien dengandiagnosa
medis Gagal Ginjal Kronis.
3) Untuk Keluarga Klien
Hasil makalah ini dapat menjadi acuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang mengalami Gagal Ginjal Kronis.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan
komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal.Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi
dua kategori yaitu kronik dan akut.Penyakit ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang
progresif dan lambat pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun dan tidak
reversible).Penyakit ginjal kronik seringkali berkaitan dengan penyakit kritis, berkembang cepat dalam
hitungan beberapa hari hingga minggu, dan biasanya reversible bila pasien dapat bertahan dengan
penyakit kritisnya,(Price & Wilson, 2006 dalam Nanda Nic-Noc, 2015).
Penyakit ginjal kronik (Chronic Kidney Desease) adalah keadaan dimana terjadi penurunan
fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan-lahan (menahun) disebabkan oleh berbagai penyakit
ginjal.Peyakit ini bersifat progresif dan umumnya tidak dapat pulih kembali (irreversibel). Gejala
penyakit ini umumnya adalah tidak ada nafsu makan,mual,muntah, pusing,sesak nafas,rasa
Lelah,edema pada kaki dan tangan serta uremia.Apabila nilai Glomerulo Filtration Rate (GFR) atau Tes
Kliren Kreatinin (TKK) < 25 ml/menit, diberikan Diet Rendah Protein (Almatsier, 2004).
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan faal ginjal yang menahun mengarah pada
kerusakan jaringan ginjal yang tidak reversible dan progressif.Adapun GGT (Gagal Ginjal Terminal)
adalah fase terakhir dari Gagal Ginjal Kronik (GGK) dengan faal ginjal sudah sangat buruk. Kedua hal
tersebut bisa dibedakan dengan tes klirens kreatinin (Irwan, 2016).
1. Anatomi Fisiologi
6
Ginjal merupakan organ yang berada di rongga abdomen, berada di belakang peritoneum, dan terletak di
kanan kiri kolumna vertebralis sekitar vertebra T12 hingga L3.Ginjal pada orang dewasa berukuran panjang 11-
12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, berbentuk seperti biji kacang dengan lekukan mengahadap ke dalam, dan
berukuran kira-kira sebesar kepalan tangan manusia dewasa. Berat kedua ginjal kurang dari 1% berat seluruh
tubuh atau kurang lebih antara 120-150 gram.Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak yaitu lemak
pararenal dan lemak perirenal yang dipisahkan oleh sebuah fascia yang disebut fascia gerota. Dalam potongan
frontal ginjal, ditemukan dua lapisan ginjal di distal sinus renalis, yaitu korteks renalis (bagian luar) yang
berwarna coklat gelap dan medulla renalis (bagian dalam) yang berwarna coklat terang di bagian sinus renalis
terdapat bangunan berbentuk corong yang merupakan kelanjutan dari ureter dan disebut pelvis renalis. Masing-
masing pelvis renalis membentuk dua atau tiga kaliks rmayor dan masing-masing kaliks mayor tersebut akan
bercabang lagi menjadi dua atau tiga kaliks minor.Vaskularisasi ginjal berasal dari arteri renalis yang merupakan
cabang dari aorta abdominalis di distal arteri mesenterica superior.Arteri renalis masuk ke dalam hillus renalis
bersama dengan vena,ureter pembuluh limfe,dan nervus kemudian bercabang menjadi arteri interlobaris.
Memasuki struktur yang lebih kecil, arteri interlobaris ini berubah menjadi arteri interlobularis lalu akhirnya
menjadi arteriola aferenyang Menyusun glomerulusGinjal mendapatkan persarafan melalui pleksus renalis yang
seratnya berjalan bersama dengan arteri renalis. Impuls sensorik dari ginjal berjalan menuju korda spinalis
segmen T10-11 dan memberikan sinyal sesuai dengan level dermatomnya. Oleh karena itu, dapat dimengerti
bahwa nyeri di daerah pinggang (flank) bisa merupakan nyeri alih dariginjal.
Gmbr. Anatomi Ginjal
Ginjal memerankan berbagai fungsi tubuh yang sangat penting bagi kehidupan,yakni menyaring (filtrasi) sisa hasil
metabolisme dan toksin dari darah sertmempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit yang kemudian dibuang
melalui urine.Pembentukan urin adalah fungsi ginjal yang paling esensial dalam mempertahankan homeostatis
tubuh. Pada orang dewasa sehat, kurang lebih 1200 ml darah, atau 25% cardiacoutput, mengalir ke kedua ginjal.
Pada keadaan tertentu, aliran darah ke ginjal dapatmeningkat hingga 30% (pada saat latihan fisik) dan menurun
hingga 12% dari cardiacoutput.Proses pembentukan urine yang pertama terjadi adalah filtrasi, yaitu penyaringan
darah yang mengalir melalui arteria aferen menuju kapiler glomerulus yang dibungkus kapsula bowman untuk
7
menjadi filtrat glomerulus yang berisi zat-zat ekskresi. Kapiler glomerulus tersusun atas sel endotel, membrana
basalis dan sel epitel. Kapiler glomeruli berdinding porous (berlubang-lubang), yang memungkinkan terjadinya
filtrasi cairandalam jumlah besar (± 180 L/hari). Molekul yang berukuran kecil (air, elektrolit, dan sisametabolisme
tubuh, di antaranya kreatinin dan ureum) akan difiltrasi dari darah, sedangkan molekul berukuran lebih besar
(protein dan sel darah) tetap tertahan di dalam darah. Oleh karena itu, komposisi cairan filtrat yang berada di kapsul
Bowman, mirip denganyang ada di dalam plasma, hanya saja cairan ini tidak mengandung protein dan sel
darah.Volume cairan yang difiltrasi oleh glomerulus setiap satuan waktu disebut sebagai rerata filtrasi glomerulus
atau Glomerular Filtration Rate (GFR). Selanjutnya cairan filtrat akan direabsorbsi dan beberapa elektrolit akan
mengalami sekresi di tubulus ginjal, yangkemudian menghasilkan urine yang akan disalurkan melalui duktus
koligentes.Proses dari reabsorbsi filtrat di tubulus proksimal, ansa henle, dan sekresi di tubulus distal terus
berlangsung hingga terbentuk filtrat tubuli yang dialirkan ke kalises hingga pelvis ginjal.
Ginjal merupakan alat tubuh yang strukturnya amat rumit, berperan penting dalam pengelolaan berbagai faal utama
tubuh. Beberapa fungsi ginjal:
a.Etiologi
8
adanya massa kista.
4) Lupus Eritematosus Sistemik: Menyerang sistem kekebalan tubuh dan
menyerang ginjal sebagai jaringan yang asing.
5) Radang ginjal: Batu ginjal dan gangguan prostat memicu gagal.
6) Penggunaan obat-obatan dalam jangka waktu yang panjang memicu terjadinya
gagal ginjal.
b.Tanda dan Gejala
1) Gangguan kardiovaskular : hipertensi, nyeri dada, sesak nafas akibat
perikarditis, efusi perikardiak dan gagal jantung akibat penimbunan cairan,
gangguan irama jantung dan edema.
2) Gangguan pulmoner : nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental
dan riak, suara krekels.
3) Gangguan gastrointestinal : anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan
dengan metabolisme protein dalam usus, perdarahan pada saluran
gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau amonia.
4) Gangguan muskuloskeletal : restless leg sindrom (pegal pada kaki sehingga
selalu digerakkan), burning feet sindrom ( rasa kesemutan dan terbakar,
terutama di telapak kaki), tremor, miopati (kelemahan dan hipertropi otot-otot
ekstremitas).
5) Gangguan integumen : kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuningkuningan akibat
penimbunan urokrom, gatal-gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
6) Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam basa : biasanya retensi garam dan air tetapi
dapat juga terjadi kehilangan natrium dan dehidrasi,asidosis, hiperkalemia, hipoksemia.
7) Gangguan endokrin : gangguan seksual (libido fertilitas dan ereksi menurun),
gangguan menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolik lemak dan vita
min D.
8) Sistem hematologi : anemia disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga
rangsangan eritopoesis pada sum-sum tulang berkuranghemolisis akibat berkurangnya masa hidup
eritrosit dalam suasana uremiatoksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.
c. Klasifikasi
Pengklasifikasian stadium PGK berdasarkan LFG masih cukup baku (NKFK/DOQI, 2016). Klasifikasi stadium
PGK berdasarkan LFG terlihat pada table berikut:
9
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering muncul pada sesorang yang menderita gagal ginjal
1. Kardiovaskuler yang terdiri dari hipertensi, pitting edema, edema periorbital,friction rub perikardial,
pembesaran vena leher
muntah, konstipasi/ diare, nafas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan padamulut.
4. Patofisiologi
Menurut Bayhakki (2013), patogenesis gagal ginjal kronik melibatkan penurunan dan kerusakan
nefron yang diikuti kehilangan fungsi ginjal yang progresif. Total laju filtrasi glomerulus (LFG) menurun
dan klirens menurun, BUN dan kreatinin meningkat. Nefron yang masih tersisa mengalami hipertrofi
akibat usaha menyaring jumlah cairan yang lebih banyak. Akibatnya, ginjal kehilangan kemampuan
memekatkan urine. Tahapan untuk melanjutkan ekskresi, sejumlah besar urine dikeluarkan, yang
menyebabkan klien mengalami kekurangan cairan. Tubulus secara bertahap kehilangan kemampuan
menyerap elektrolit. Biasanya, urine yang dibuang mengandung banyak sodium sehingga terjadi poliuri
10
(Veronika, 2017). Pada gagal ginjal kronik, fungsi ginjal menurun secara drastis yang berasal dari nefron.
Insifisiensi dari ginjal tersebut sekitar 20% sampai 50% dalam hal GFR 18 (Glomerular Filtration Rate).
Pada penurunan fungsi rata-rata 50% , biasanya muncul tanda dan gejala azotemia sedang, poliuri,
nokturia, hipertensi dan sesekali terjadi anemia. Selain itu, selama terjadi kegagalan fungsi ginjal maka
keseimbangan cairan dan elektrolit pun terganggu. Pada hakikatnya tanda dan gejala gagal ginjal kronis
hampir sama dengan gagal ginjal akut, namun awitan waktunya saja yang membedakan. Perjalanan dari
gagal ginjal kronis membawa dampak yang sistemik terhadap seluruh sistem tubuh dan sering
mengakibatkan komplikasi.
5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat dtimbulkan dar penyakit gagal ginjal kronik adalah (Baughman, 2000): 1.
Penyakit tulang Penurunan kadar kalsium (hipokalsemia) secara langsung akan mengakibatkan
dekasifilkasi matriks tulang, sehinggal tulang akan menjadi rapuh (osteoporosis) dan jika berlangsung
lama makan menyebabkan phatologis. 2. Penyakit Kardiovaskuler Ginjal sebagai kontrol sirkulasi
sistemik akan berdampak secara sistemik berupa hipertensi, kelainan lipid, inteloransi glukosa, dan
kelainan himodinamik (sering terjadi hipertrofi ventrikel kiri). 3. Anemia 19 Selain berfungsi sebagai
sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian hormonal (endokrin). Sekresi eritropoetin yang
mengalami defisiensi di ginjal akan mengakibatkan penurunan hemoglobin. 4. Disfungsi seksual Dengan
gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering mengalami penurunan dan terjadi impotensi pada pria.
Pada wanita, dapat terjadi hiperprolaktinemia.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada gagal ginjal kronis menurut Doenges (2000) dalam penelitian
Kardiyudiani & Susanti (2019) adalah sebagai berikut: a. Urine : Volume, biasanya kurang dari 400 ml/24
jam (oliguria) atau urine tidak ada (anuria). Warna secara abnormal urine keruh disebabkan oleh pus,
bakteri, lemak, pertikel koloid, fosfat atau urat. Berat jenis urine : kurang dari 1,015, kreatinin menurun.
Natrium: lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium. Protein: derajat
tinggi proteinuria , terdapat oedem3-4+, secara kuat menunjukkan kerusakan glomerulus.
1) Darah : BUN dan serum kreatinin digunakan untuk mengevaluasi fungsi ginjal dan menilai
perkembangan kerusakan ginjal. Nilai BUN 20-50 mg/dl menandakan azotemia ringan; level lebih besar
11
dari 100 mg/dl mengindikasikan kerusakan ginjal berat; level BUN berkisar ≥200 mg/dl menjadi gejala
uremia. Nilai serum kreatinin ≥ 4 mg/dl mengindikasi bahwa teradi kerusakan ginjal serius (Najikhah &
Warsono, 2020)
4) GDA, pH menurun, asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal
untuk mengeksresi hydrogen dan amonia atau hasil akhir katabolisme prtein, bikarbonat menurun, PaCO2
menurun.
5) Kalium, peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai perpindahan seluler (asidosis) atau
pengeluaran jaringan)
6) Kalsium menurun
7) Protein (khusus albumin), kadar serum menurun dapat menunjukkan kehilangan protein melalui
urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan atau sintesa karena kurang asam amino esensial.
8) Osmolaritas serum: lebih beasr dari 285 mOsm/kg, sering sama dengan urin.
c. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan penunjang radiologis yang umumnya dilakukan pada pasien gagal ginjal kronis ialah
pemeriksaan ultrasonografi (USG). Ultrasonografi saat ini digunakan sebagai pemeriksaan pertama secara
rutin pada keadaan gagal ginjal untuk memperoleh informasi tentang parenkim, sistem collecting dan
pembuluh darah ginjal. Pemeriksaan USG pada ginjal untuk mengetahui adanya pembesaran ginjal,
kristal, batu ginjal, dan mengkaji aliran urin dalam ginjal. Ultrasonografi abdomen pada pasien gagal
ginjal kronis biasanya ditandai dengan korteks yang lebih hiperekoik hingga hampir sama dengan sinus
renalis. Selain itu dapat pula ditemukan ukuran ginjal yang mengecil dan batas korteks medula yang tidak
jelas. Pada pemeriksaan USG gambaran hiperekoik pada parenkim ginjal kanan dapat menimbulkan
kecurigaan adanya radang pada ginjal kanan. Normalnya, parenkim ginjal pada bagian korteks memiliki
sonodensitas yang lebih rendah dari pada hepar, sehingga bersifat hiperekoik. (Gani, Ali, & Paat, 2017)
12
7. Penanganan Medis Dan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik
a. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan dengan mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius,
biokimia, menyebabkan cairan, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas,
Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah adalah suatu metode terpi yang
bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja ginjal yaitu membuang zat-zat sisa dan
kelebihan cairan dari tubuh. Terapi ini dilakukan apabila fungsi kerja ginjal sudah
sangat menurun (lebih dari 90%) sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga
kelangsungan hidup individu, maka perlu dilakukan terapi. Selama ini dikenal ada 2
jenis dialisis :
yang berfungsi sebagai ginjal buatan. Pada proses ini, darah dipompa keluar dari tubuh,
masuk kedalam mesin dialiser. Didalam mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat-zat
racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan khusus untuk
13
dialirkan kembali kedalam tubuh. Proses ini dilakukan 1-3 kali seminggu di
rumah salit dan setiap kalinya membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam.
Terapi kedua adalah dialisis peritoneal untuk metode cuci darah dengan
bantuan membrane peritoneum (selaput rongga perut). Jadi, darah tidak perlu
dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan dan disaring oleh mesin dialisis.
d. Koreksi hiperkalemi
menimbulkan kematian mendadak. Hal pertama yang harus diingat adalah jangan
dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka
e. Koreksi anemia
Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Tranfusi
darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, misalnya ada infusiensi
coroner.
f. Koreksi asidosis
Natrium Bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada permulaan 100
14
mEq natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-lahan, jika diperlukan dapat
g. Pengendalian hipertensi
h. Transplantasi ginjal
8.Pathway Penyakit
15
C. Asuhan Keperawatan Pada Klien Endokarditis
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama proses perawatan yang akan membantu dalam
penentuan status kesehatan dan pola pertahanan pasien, mengidentifikasi kekuatan dan
kebutuhan pasien serta merumuskan diagnose keperawatan (Smeltezer and Bare, 2011 :
Kinta, 2012).
a. Identitas pasien
Meliputi nama lengkat, tempat tinggal, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama
b. Keluhan utama
16
Berapa lama pasien sakit, bagaimana penanganannya, mendapat terapi apa,
bagaimana cara minum obatnya apakan teratur atau tidak, apasaja yang dilakukan
d. Aktifitas/istirahat :
e. Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri dada (angina), hipertensi,
nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak tangan, nadi lemah,
f. Integritas ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, taka da harapan, taka da kekuatan, menolak,
g. Eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut), abdomen
kembung, diare, atau konstipasi, perubahan warna urine, contoh kuning pekat,
h. Makanan/Cairan
anoreksia, nyeriulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut
17
pembesaran hati (tahap akhir), perubahan turgor kulit/kelembaban, ulserasi gusi,
perdarahan gusi/lidah
i. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, syndrome “kaki gelisah”, rasa
kesadaran, stupor, kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang, rambut tipis, kuku rapuh
dan tipis
j. Nyeri/kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki dan perilaku berhati- hati/distraksi,
gelisah.
k. Pernapasan
Napas pendek, dyspnea, batuk dengan/tanpa sputum kental dan banyak, takipnea,
paru).
l. Keamanan
normotermia dapat secara actual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami
suhu tubuh lebih rendah dari normal, petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur
m. Seksualitas
18
n. Interaksi social
o. Penyuluhan/Pembelajaran
Riwayat Diabetes Melitus (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik,
2. Diagnosis
pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
dua jenis, yaitu diagnosis negatif dan diagnosis positif . diagnosis negatif
menunjukkan bahwa pasien dalam kondisi sakit atau beresiko mengalami sakit
ini terdiri atas Diagnosis Aktual dan Diagnosis Resiko. Sedangkan diagnosis
positif menunjukkan bahwa pasien dalam kondisi sehat dan dapat mencapai
kondisi yang lebih sehat dan optimal. Diagnosis ini disebut juga dengan Diagnosis
19
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data pasien. Kemungkinan
diagnosa keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal kronis adalah sebagai
a. Hipervolemia
b. Defisit nutrisi
c. Nausea
f. Intoleransi aktivitas
i. Nyeri akut
3. Perencanaan/Intervensi
dan orang terdekat pasien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan guna
20
keperawatan (Asmadi, 2008).
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
keperawatan
1. Hipervolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipervolemia
keperawatan selama 3x8 Observasi:
jam maka hipervolemia 1. Periksa tanda dan gejala
hipervolemia (edema, dispnea,
meningkat dengan kriteria
suara napas tambahan)
hasil: 2. Monitor intake dan output cairan
1. Asupan cairan 3. Monitor jumlah dan warna urin
meningkat Terapeutik
2. Haluaran urin meningkat 4. Batasi asupan cairan dan garam
3. Edema menurun 5. Tinggikan kepala tempat tidur
4. Tekanan darah membaik Edukasi
5. Turgor kulit membaik 6. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan cairan
Kolaborasi
7. Kolaborasai pemberian diuretik
8. Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat deuretik
9. Kolaborasi pemberian continuous
renal replecement therapy
(CRRT), jika perlu
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
keperawatan selama 3x8 Observasi
jam diharapkan pemenuhan 1. Identifikasi status nutrisi
kebutuhan nutrisi pasien 2. Identifikasi makanan yang disukai
tercukupi dengan kriteria 3. Monitor asupan makanan
4. Monitor berat badan
hasil:
Terapeutik
1. intake nutrisi tercukupi 5. Lakukan oral hygiene sebelum
2. asupan makanan dan makan, jika perlu
cairan tercukupi 6. Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
7. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
Edukasi
8. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
9. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
10. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
21
Diagnosa
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No. keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
keperawatan dan jenis nutrisi yang
untun menghindari
dibutuhkan, kulit terbakar
jika perlu
12.Anjurkan
11. Kolaborasi meminum
pemberian obat medikasi
Diagnosa Intervensi
pengontrol tekanan darah secara
No. Tujuan dan Kriteria Hasil sebelum makan
3. keperawatan
Nausea Setelah dilakukan tindakan Manajemen Mualteratur
keperawatan selama 3x8 7. Anjurkan
Kolaborasi
Observasi mandi dan
jam maka nausea membaik 13.Kolaborasi menggunakan sabun secukupnya
Diagnosa 1. Identifikasi pemberian
pengalaman mual
No. Tujuan
dengan dan Kriteria
kriteria hasil: Hasil 8.2.Intervensi
Anjurkan
Monitor
minum
kortikosteroid,
mual (mis.
airperlu
jika yang cukup
Frekuensi,
keperawatan 9. Anjurkan menghindari terpapar
9. Nyeri akut Setelah
1. Nafsudilakukan tindakan Manajemen
makan membaik durasi, dan Nyeri keparahan)
2. Keluhan mual menurun tentang
suhu caratingkat
ekstrem meningkatkan
keperawatan selama 3x8 Observasi
Terapeutik
3. asupan makanan
jamPucat
makamembaik
tautan nyeri 1. Identifikasifaktor
3. Kendalikan factorlingkungan
pencetus dan
4. Takikardia
meningkat membaik
dengantindakan
kriteria pereda nyeri
5. Gangguan Setelah dilakukan penyebab
Pemantauan (mis.respirasi
Bau tak sedap,
(60-100 kali/menit) 2. Monitor kualitas nyerivisual
pertukaran gas hasil:
keperawatan selama 3x8 suara, dan
Observasi rangsangan
7. Resiko Setelah dilakukan asuhan Perawatan
3. Monitor
yang tidak Jantung
lokasi dan
menyenangkan) penyebaran
1.
jamMelaporkan nyeri
diharapkan pertukaran 1. Monitor frekuensi, irama,
penurunan curah keperawatan selama 3x8 Observasi:
nyeri
4. Kurangi atau hilangkan keadaan
gas terkontrol meningkat
tidak terganggu dengak 1. kedalaman dan upaya napas
jantung diharapkan penurunan 4. Identifikasi
jamKemampuan
2. Monitorpola
penyebab tanda
intensitas
mual dannyeri
(mis. gejala
Kecemasan,
kriteria hasil: mengenali 2. Monitor primer penurunan
dengansaturasi
napas
menggunakan curah jantung
curah jantung
onset meningkat 3. ketakutan,
nyerimeningkat Monitor kelelahan)oksigenskala
1. Tanda-tanda vital dalam (mis. Dispnea, kelelahan)
3.
denganKemampuan
kriteria hasil: 4.5. Monitor durasi
Edukasi
Auskultasi bunyi dan napas frekuensi
rentang normal 2. Monitor
nyeri
5. Terapeutik tekanan darah
Anjurkan istirahat dan tidur
menggunakan teknik
2.1. Tidak
Kekuatan nadiotot
terdapat perifer
bantu 3.Teraupetik
Monitor
cukup saturasi oksigen
nonfarmakologis
meningkat 5. Atur interval pemantauan
napas Terapeutik:
6.
6. Ajarkan
Anjurkan Teknik
sering
meningkat membaik 4. respirasi sesuai kondisi pasien
3.2. Memlihara
Tekanan darahkebersihan Posisikan semi-fowler
nonfarmakologis untuk atau
4. Keluhan nyeri mmHg 6. membersihkan
100-130/60-90 Bersihkan sekret mulut,
pada kecuali
mulut dan
paru dan bebas dari fowler
mengurangi
jika merangsang rasamual
nyeri
penggunaan
3. tanda-tanda
Lelah menurun analgesik hidung, jika perlu
distress 5.
7. Berikan
7. Fasilitasi
Ajarkan terapi oksigen
istirahat
teknik dan tidurjika
nonfarmakologis
menurun 7. Berikan oksigen tambahan,
pernapasan Edukasi
Edukasi
untuk mengatasi mual(mis.
5. Meringismenurun
4. Dispnea menurun perlu
6.8. Ajarkan
Anjurkan teknik relaksasi
memonitor napas
6. Frekuensi nadi 16-24
dengan frekuensi 8. Relaksasi,
Dokumentasikan terapi hasil nyeri
musik,
dalam
secara mandiri
akupresur)
x/menit
membaik pemantauan
7.9. Anjurkan
Anjurkanberaktifitas
Kolaborasi menggunakan fisik sesuai
7. Pola nafas membaik Edukasi
toleransi
analgetiktujuansecara tepat
8. Kolaborasi
9. Jelaskan pemberian dan prosedur
8. Tekanan darah Kolaborasi
Kolaborasi
antiemetik,
pemantauan jika perlu
membaik 8.10.kolaborasi
Kolaborasi pemberian
pemberian antiaritmia,
obat
4. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 10. Perawatan
Informasikan
jika perlu integritas kulit
hasil pemantauan
integritas kulit keperawatan selama 3x8 analgetik
Kolaborasi
Obsevasi
8. Perfusi perifer Setelah dilakukan tindakan Perawatan sirkulasi
tidak efektif jam diharapkan integritas
perawatan selama 3x8 jam 11.
1. Kolaborasi
Identifikasi
Observasi penentuan
penyebab dosis
gangguan
kulit oksigen
dengan 1. integritas kulit (mis. Perubahan
makadapat terjaga
perfusi perifer Periksa sirkulasi perifer (mis.
6. Intoleransi Setelah
kriteria dilakukan
hasil: tindakan sirkulasi,
Manajemen
Nadi perubahan
perifer, Energi
edema, status nutrisi)
pengisian
meningkat dengan kriteria Terapeutik
Aktivitas 1.keperawatan selama
Integritas kulit yang3x8 kapiler, warna, suhu)
baik Observasi
hasil: 2.
2.1. Ubah posisi tiap 2 jam
perubahan kulitjika tirah
jam toleransi
bisa aktivitas
dipertahankan Monitor kelelahan fisik
1. denyut nadi perifer
2.meningkat
Perfusi jaringan kriteria 3.2. baring
dengan baik Monitor panas,
pola dan kemerahan,
jam tidur nyeri
meningkat
3.hasil:
Mampu melindungi kulit 3.Terapeutik
Lakukan
atau bengkak pemijataan pada area
2. danWarna kulit pucat
mempertahankan 4. tulang, jika
Identifikasi perlu
faktorrentang gerak
1. Keluhan
menurun lelah menurun 4.3. Hindari
Lakukan
risiko
latihan
produk
gangguan berbahan dasar
kelembaban kulit pasif/aktif
2. Saturasi
3. Kelemahan oksigen
otot dalam alkohol
rentang Libatkan keluarga kering
4. sirkulasi pada kulit dalam
menurunnormal (95%- 5. Terapeutik Bersihkan
100%) kapiler melakukan aktifitas,dengan
perineal air
jika perlu
4. Pengisian hangat
5.Edukasi
Hindari pemasangan infus atau
3. membaik
Frekuensi nadi dalam Edukasi
pengambilan darah diaktifitas
area
5. Akral normal (60-100 6.5. Anjurkan
rentangmembaik Anjurkan melakukan
menggunakan pelembab
keterbatasan
secara bertahap perfusi
kali/menit)
6. Turgor kulit membaik 6. (mis. Lotion atau serum)
4. Dispnea saat 6. Hindari
Anjurkanpengukuran
keluarga untuk tekanan
darah
memberikan penguatan dengan
pada ekstremitas positif
beraktifitas dan setelah
keterbatasan perfusi
Kolaborasi
beraktifitas menurun
7. Lakukan pencegahan infeksi
(16-20 kali/menit)
8.7. Lakukan
Kolaborasi perawatan
dengan ahli kakigizi
dan
kuku 4. Imp
Edukasi lem
9. Anjurkan berhenti merokok
enta
10.Anjurkan berolahraga rutin
22 11.Anjurkan mengecek air mandi
si
23
Proses pelaksanaan imolementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien,
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan dan kegiatan komunikasi (Kozier et al., 2010)
Menurut Purwaningsih & Karlina (2010) ada 4 tahap operasional yang harus
diperhatikan oleh perawat dalam melakukan implementasi keperawatan, yaitu
sebagai berikut :
a. Tahap Prainteraksi
Membaca rekam medis pasien, mengeksplorasi perasaan, analisis kekuatan dan
keterbatasan professional pada diri sendiri, memahami rencana keperawatan yang baik,
menguasai keterampilan teknis keperawatan, memahami rasional ilmiah dan tindakan
yang akan dilakukan, mengetahui sumber daya yang diperlukan, memahami kode etik dan
aspek hukum yang berlaku dalam pelayanan keperawatan, memahami standar praktik
klinik keperawatan untuk mengukur keberhasilan dan penampilan perawat harus
meyakinkan
b. Tahap Perkenalan
Mengucapkan salam, memperkenalkan nama, enanyakan nama, umur, alamat pasien,
menginformasikan kepada pasien tujuan dan tindakan yang akan dilakukan oleh perawat,
memberitahu kontrak waktu, dan memberi kesempatan pada pasien untuk bertanya
tentang tindakan yang akan dilakukan
c. Tahap Kerja
Menjaga privasi pasien, melakukan tindakan yang sudah direncanakan, hal- hal yang
perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan tindakan adalah energy pasien,
24
pencegahan kecelakaan dan komplikasi, rasa aman, kondisi pasien, respon
pasien terhadap tindakan yang telah diberikan.
d. Tahap Terminasi
Beri kesempatan pasien untuk mengekspresikan perasaannya setelah dilakukan
tindakan oleh perawat, berikan feedback yang baik kepada pasien dan puji atas
kerjasama pasien, kontrak waktu selanjutnya, rapikan peralatan dan lingkungan pasein
dan lakukan terminasi, berikan salam sebelum menginggalkan pasien, lakukan
pendokumentasian
5. Evaluasi
PENUTUP
1. Kesimpulan
Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang berjalan progresif dan lambat
(berlangsung dalam beberapa tahun), dimulai dengan: penurunan cadangan ginjal,
insufisiensi ginjal, gagal ginjal, penyakit ginjal tingkat akhir yang disertai dengan
komplikasi-komplikasi target organ, dan akhirnya menyebabkan kematian. Untuk
memperlambat gagal ginjal kronik menjadi gagal ginjal terminal, perlu dilakukan
diagnosa dini, yaitu dengan melihat gambaran klinis, laboratorium sederhana, dan segera
memperbaiki keadaan komplikasi yang terjadi. Jika sudah terjadi gagal ginjal terminal,
pengobatan yang sebaiknya dilakukan adalah: dialisis dan transplantasi ginjal. Pengobatan
ini dilakukan untuk mencegah atau memperlambat tejadinya kematian.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1) Pada Perawat
agar meningkatkan kualitas dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien dengan
gagal ginjal kronik dan meningkatkan pengetahuan dengan membaca buku-buku dan
mengikuti seminar serta menindak lanjuti masalah yang belum teratasi.
2) Pada Mahasiswa
Diharapkan dapat melaksanakan tekhnik komunikasi terapeutik agar kualitas
pengumpulan data dapat lebih baik sehingga dapat melaksanakan Asuhan Keperawatan
dengan baik
Andra, S.W., & Yessie, M.P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keprawatan,
Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI