Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF

PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Paliatif
yang dibina oleh Bu Maria Diah C.T., S.Kep., Ns., M.Kep. Sp.MB.

Kelompok 3:
1. Bima Ariyu Putra A. (P17211217137)
2. Khairun Nisa Oktafiani (P17211217142)
3. Tiami Feby Ayuningtyas (P17211217144)
4. Tsabitah Noer Yumna T. (P17211217153)
5. Balkizta Putri Nadia (P17211217156)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


PRODI DIV KEPERAWATAN MALANG
RINTISAN KELAS INTERNASIONAL
Oktober 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Chronic Kidney Disease (CKD).

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Maria
Diah Cipta Ningtyas, S.Kep., Ns., M.Kep. Sp.MB mata kuliah Keperawatan Paliatif.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Maria Diah Cipta Ningtyas, S.Kep., Ns.,
M.Kep. Sp.MB yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan dan
pengetahuan sesuai bidang studi yang kami tekuni.

Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah yang kami buat ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 12 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................4
1.3 Tujuan.............................................................................................................................4
1.4 Manfaat...........................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................5
2.1 Definisi.............................................................................................................................5
2.2 Etiologi.............................................................................................................................5
2.3 Patofisiologi.....................................................................................................................5
2.4 Manifestasi Klinis...........................................................................................................5
2.5 Klasifikasi........................................................................................................................5
2.6 Pemeriksaan Diagnostik................................................................................................5
2.7 Komplikasi......................................................................................................................5
2.8 Penatalaksanaan.............................................................................................................5
BAB III......................................................................................................................................6
STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN..................................................................................6
3.1 Pengkajian.......................................................................................................................6
3.2 Diagnosis..........................................................................................................................6
3.3 Rencana Keperawatan...................................................................................................6
3.4 Implementasi...................................................................................................................6
3.5 Evaluasi...........................................................................................................................6
BAB IV......................................................................................................................................7
PENUTUP.................................................................................................................................7
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................7
4.2 Saran................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan, maka rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana konsep dasar Chronic Kidney Disease (CKD)?
2. Bagaimana aplikasi proses asuhan keperawatan paliatif pada pasien dengan Chronic
Kidney Disease (CKD)?
3. Bagimana peran perawat dalam membantu meningkatkan kualitas hidup pasien
dengan Chronic Kidney Disease (CKD)?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Pembuatana makalah ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi asuhan keperawatan
paliatif pada pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD).
1.3.2 Tujuan Khusus
- Mampu mengetahui konsep dasar Chronic Kidney Disease (CKD)
- Mampu melakukan pengkajian keperawatan paliatif pada pasien dengan
Chronic Kidney Disease (CKD)
- Mampu menetapkan diagnosa keperawatan paliatif pada pasien dengan
Chronic Kidney Disease (CKD)
- Mampu menyusun rencana keperawatan paliatif pada pasien dengan Chronic
Kidney Disease (CKD)
- Mampu melakukan tindakan keperawatan paliatif pada pasien dengan Chronic
Kidney Disease (CKD)
- Mampu melakukan evaluasi keperawatan paliatif pada pasien dengan Chronic
Kidney Disease (CKD)
- Mengetahui peran perawat dalam membantu meningkatkan kualitas hidup
pasien dengan stroke non hemoragik
1.4 Manfaat
Pembuatan makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis dan pembaca guna menambah
wawasan mengenai asuhan keperawatan paliatif yang diberikan pada pasien dengan
Chronic Kidney Disease (CKD).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi

Ginjal adalah organ tubuh yang sangat penting dalam mengatur keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh. Melalui proses penyaringan, ginjal mengembalikan senyawa yang
diperlukan ke dalam darah dan membuang senyawa yang beracun melalui urine. Apabila
fungsi ginjal terganggu dimana tidak dapat menyaring darah maka disebut gagal ginjal
kronik (GGK) (Hinkle, Cheever dan Overbaugh, 2022).

Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan kelainan penurunan fungsi ginjal secara
progresif dan irreversible yang diakibatkan hilangnya kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh sehingga menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) dan azotemia (kenaikan
kadar kreatinin serum dan ureum dalam darah). The National Kidney Foundation (NKF)
menjelaskan CKD adalah kerusakan pada Glomerulus Filtration Rate (GFR) < 60
mL/menit/1.73 m3 selama lebih dari 3 bulan (Siregar, G. L., & Tambunan, E. (2023).

Menurut (Dila, R. R., & Panma, Y., 2019) gagal ginjal kronik merupakan akibat dari
terminal destruksi jaringan dan kehilangan fungsi ginjal yang berlangsung sedikit demi
sedikit. Keadaan ini juga dapat terjadi akibat dari penyakit yang progresif cepat disertai
awitan mendadak yang menghancurkan nefron dan menyebabkan kerusakan ginjal yang
irreversible
2.2 Etiologi

Gagal ginjal kronik sering menjadi komplikasi dari penyakit lainnya sehingga menjadi
penyakit sekunder (secondary illness), yang paling sering yaitu diabetes dan hipertensi
(Basuki, 2019). Selain itu terdapat beberapa hal penyebab lain dari CKD (Dila, R. R., &
Panma, Y., 2019)
1. Neftrosklerosis Hipertensi
Neftrosklerosis hipertensi merupakan komplikasi hipertensi yang dapat menyebkan
terjadinya gagal ginjal karena terjadinya kerusakan vaskularisasi di ginjal oleh
peningkatan tekanan darah, sehingga menghambat proses filtrasi pada ginjal.
2. Nefropati Diabetes
Nefropati diabetik merupakan komplikasi diabetes melitus pada ginjal yang dapat
berakhir sebagai gagal ginjal oleh peningkatan gula darah pada diabetes merusak
filter pada ginjal.
3. Pielonefritis
Pielonefritis terjadi karena infeksi ginjal pada salah satu atau kedua ginjal yang
disebabkan oleh bakteri atau virus. Kondisi ini merupakan salah satu jenis gangguan
pada sistem urinaria yang cukup umum terjadi.
4. Glomerulonefritis
Gelomerulonefritis merupakan peradangan yang terjadi pada glomerulus.
Sekelompok penyakit yang mengobarkan dan merusak kemampuan ginjal.
5. Lupus Eritematosa Sistemik (LES)
LES adalah penyakit autoimun sistemik yang ditandai dengan adanya autoantibodi
terhadap autoantigen, pembentukan kompleks imun, dan disregulasi sistem imun,
menyebabkan kerusakan pada beberapa organ tubuh.
6. Polycyctic Kidney Disease (PKD)
Polycystic kidney disease atau penyakit ginjal polikistik merupakan salah satu
penyakit ginjal yang berkembang secara perlahan dalam waktu yang lama.
Kemunculan banyak kista di ginjal dapat mengubah ukuran dan fungsi ginjal.
Penyakit ginjal ini umumnya merupakan penyakit bawaan yang menyebabkan
terbentuknya kista besar di ginjal dan merusak jaringan di sekitarnya, penyakit ginjal
polikistik dapat menyebabkan komplikasi berupa tumbuhnya kista di bagian tubuh
lain, termasuk hati.
7. Obat-obatan nefrotoksik
Nefrotoksik merupakan efek toksik dari obat-obatan atau bahan kimia lain yang bisa
memberikan pengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.
2.3 Patofisiologi
Berdasarkan proses perjalanan penyakit dari berbagai penyebab seperti penyebab
parenal, intra renal, dan postrenal yang menyebabkan kerusakan pada glomerulus sehingga
menyebabkan penurunan GFR < 60 mg/dL (Glomerulus Filtration Rate) dan berakhir
menjadi terjadinya gagal ginjal kronis, dimana ginjal mengalami gangguan dalam fungsi
ekskresi dan sekresi. Akibat rusakanya glomerulus, protein tidak dapat disaring sehingga
sering lolos kedalam urin dan mengakibatkan proteinuria. Hilangnya protein yang
mengandung albumin dan antibody yang dapat mengakibatkan tubuh mudah terkena
infeksi dan mengakibatkan penurunan aliran darah (Silbernagl & Lang, 2015).
Normalnya, albumin yang berfungsi sebagai pengatur cairan, menarik cairan dari
tubuh dan membersihkannya didalam ginjal. Ketika glomerulus mengalami kebocoran dan
albumin dapat masuk kedalam urin, darah kehilangan kemampuannya dalam menyerap
cairan ekstraseluler dari tubuh. Akibatnya cairan dapat menumpuk di rongga antar sel atau
di ruang interstisial yang mengakibatkan pembengkakan pada kedua ekstremitas atas dan
bawah, terutama ekstremitas bawah, pergelangan kaki, wajah, hingga bawah mata
(Silbernagl & Lang, 2015).
Ginjal juga kehilangan fungsinya dalam mengeluarkan produk sisa (sampah dari
tubuh) sehingga produk sampah tetap tertahan didalam tubuh. Produk sampah ini berupa
ureum dan kreatinin, dimana dalam jangka waktu panjang, penderita dapat mengalami
sindrom uremia yang dapat mengakibatkan pruritus kemudian dapat mengakibatkan
perubahan pada warna kulit. Sindrom uremia juga mengakibatkan asidosis metabolik yang
dapat meningkatkan produksi asam didalam tubuh dan mengakibatkan penderita
mengalami mual, muntah hingga gastritis akibat iritasi lambung. Kelebihan komponen
asam didalam tubuh juga mengakibatkan penderita bernapas dengan cepat dan pernapasan
yang dalam dan lambat (kusmaul), serta dalam keadaan berat, dapat menyebabkan koma
(Silbernagl & Lang, 2015).
Ginjal juga mengalami penurunan dalam mengeksresikan kalium, sehingga penderita
mengalami hiperkalemia. Hiperkalemia dapat menyebabkan gangguan ritme jantung,
dimana hal ini berkaitan dengan keseimbangan ion –ion dalam jaringan otot yang
mengatur elektrofisiologi jantung. Pompa natrium kalium berperan penting dalam menjaga
keseimbangan proses bioelektrikal sel – sel pacu jantung. Penghantaran listrik dalam
jantung terganggu akibatnya terjadi penurunan Cardiac Output (COP), sehingga
mengakibatkan penurunan curah jantung dan terganggunya aliran darah ke seluruh tubuh
(Smeltzer & Bare, 2015).
Ginjal juga mengalami penurunan dalam memproduksi hormon eritopoetin dimana
tugas dari hormone tersebut yaitu untuk merangsang sumsum tulang belakang dalam
memproduksi sel darah merah. Hal ini mengakibatkan produksi sel darah merah yang
mengandung hemoglobin menurun sehingga pasien mengalami anemia. Sel darah merah
juga berfungsi dalam mengedarkan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh, maka
ketika sel darah merah mengalami penurunan, tubuh tidak mendapatkan oksigen dan
nutrisi yang cukup sehingga tubuh menjadi lemas, tidak bertenaga, dan sesak. (Smeltzer &
Bare, 2015)
2.4 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronis dikarenakan gangguan yang bersifat
sistemik. Ginjal sebagai organ koordinasi dalam peran sirkulasi memiliki fungsi yang
banyak (organs multifunction), sehingga kerusakan kronis secara fisiologis ginjal akan
mengakibatkan gangguan keseimbangan sirkulasi dan vasomotor.Berikut ini adalah
tanda dan gejala yang ditunjukan oleh gagal himjal kronis (Dila, R. R., & Panma, Y.,
2019).

1. Hematopoietik
Terjadi anemia dikarenakan eritropoietin menurun, penurunan waktu hidup sel darah
merah (hemolisis), trombositopenia dampak dari dialisis, dan kerusakan platelet.
Biasanya masalah yang serius pada system hematologi ditunjukkan dengan adanya
perdarahan (purpura, ekimosis dan petechie).

2. Kardiovaskuler
Kardiovaskuler biasanya terjadi hipertensi, hipervolemia, hiperkalemia,
Hyperlipidemia, dan gagal jantung. Masalah ini ditunjukkan dengan adanya edema
periorbital, edema perifer, takikardia, disritmia, dan pembesaran vena-vena dileher .

3. Pernafasan
Biasanya menunjukan adanya halitosis uremik atau fetor, suara ronchi, batuk disertai
nyeri, nafas berbau ammonia, takipnea, sputum yang lengket, hilar pneumonitis,
pleural friction rub, dan edema paru

4. Gastrointestinal
Biasanya menunjukkan adanya inflamasi dan ulserasi pada mukosa gastrointestinal
karena stomatitis, ulserasi, dan perdarahan gusi, pengecapan rasa logam dan
kemungkinan juga disertai parotitis. Kejadian sekunder biasanya mengikuti seperti
anoreksia, nausea, dan vomiting, diare dan konstipasi.

5. Neurologi
Biasanya ditunjukkan dengan adanya neuropathy perifer, nyeri, gatal pada lengan
dan kaki. Selain itu, juga adanya kram pada otot dan refleks kedutan, daya memori
menurun, apatis, rasa kantuk meningkat, iritabilitas, pusing, koma, dan kejang. Dari
hasil EEG menunjukkan adanya perubahan metabolik encephalophaty.

6. Muskuloskeletal
Restless leg syndrome, burning feet syndrome,, rickets ginjal, dan nyeri pada sendi.

7. Intergumen
Kulit berwarna pucat, kekuning-kuningan, kecokelatan, kering dan ada scalp. Selain
itu biasanya juga menunjukan adanya purpura, ekimosis, petechie, dan timbunan
urea pada kulit.

8. Perkemihan
Tanda paling khas adalah terjadinya penurunan urine output dengan sadimentasi
tinggi.
9. Reproduksi
Bisa terjadi infertilitas dan penurunan libido, amenorrhea, dan gangguan siklus
menstruasi pada wanita, penurunan sekresi sperma, peningkatan sekresi aldosteron
dan kerusakan metabolisme karbohidrat.
2.5 Klasifikasi
Menurut Setiati (2015) dan Lemone, Burke, & Bauldoff (2016) gagal ginjal kronik
dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat penyakit dan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)
yaitu :
1. Stadium 1 : Kerusakan ginjal dengan nilai LFG > 90 ml/menit/1,73m²
2. Stadium 2 : Kerusakan ginjal dengan penurunan nilai LFG ringan 60 – 89
ml/menit/1,73m²
3. Stadium 3 : Penurunan nilai LFG sedang 30 – 59 ml/menit/1,73m²
4. Stadium 4 : Penurunan nilai LFG berat 15 – 29 ml/menit/1,73m²
5. Stadium 5 : Gagal ginjal, dengan nilai LFG <15 ml/menit/1,73m² atau dialisis
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang pada pasien penyakit ginjal kronik, meliputi :
a) Urinalisis
Pada pemeriksaan urinalisis yang dinilai adalah warna urin, bau urin yang khas,
turbiditas, volume, dan osmolalitas urin serta pH, hemoglobin (Hb), glukosa dan
protein yang terdapat di urin. Kelainan urinalisis yang terdapat pada gambaran
laboratoris penyakit ginjal kronik meliputi proteinuria, hematuria, leukosuria, cast
serta isostenuria.
b) Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Parameter untuk mengetahui fungsi ginjal dan progresifitas penyakit adalah Laju
Filtrasi Glomerulus (LFG) dan kemampuan eksresi ginjal. Kemampuan eksresi ginjal
dilakukan dengan mengukur zat sisa metabolisme tubuh melalui urin seperti ureum
dan kreatinin. Peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum merupakan indikasi
terjadinya penurunan fungsi ginjal. Pemeriksaan kadar ureum yang sering dilakukan
dengan menggunakan metode enzimatik yaitu enzim urease menghidrolisis ureum dan
menghasilkan ion ammonium yang kemudian diukur. Kadar ureum merupakan tanda
yang paling baik untuk timbulnya uremia toksik. Pemeriksaan kadar kreatinin juga
digunakan untuk menilai fungsi ginjal dengan metode Jaffe Reaction. Kadar kreatinin
digunakan dalam perhitungan klirens kreatinin dan LFG. Diagnosis gagal ginjal dapat
ditegakkan saat nilai kreatinin serum meningkat di atas nilai rujukan normal. Pada
keadaan gagal ginjal dan uremia, ekskresi kreatinin oleh glomerulus dan tubulus ginjal
menurun. Pemeriksaan lainya meliputi pemeriksaan kadar asam urat, cystatin C, β2
microglobulin, inulin, dan juga zat berlabel radioisotop.
c) Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan ini sangat bermanfaat untuk menentukan diagnosis. Beberapa gambaran
radiologis yang tampak pada pasien PGK, meliputi:
● Pada foto polos abdomen tampak batu radioopak
● Pielografi intravena jarang digunakan karena zat kontras sering tidak bisa
melewati filter glomerulus dan khawatir terjadinya efek toksik oleh zat kontras
terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan.
● Ultrasonografi (USG) ginjal pada pasien PGK dapat memperlihatkan ukuran
ginjal yang mengecil, korteks yang menipis, adanya hidronefrosis atau batu
ginjal, kista, massa dan kalsifikasi ginjal.
● Pemeriksaan renografi atau pemindaian ginjal dapat dilakukan apabila ada
indikasi.
d) Biopsi Ginjal dan Pemeriksaan Histopatologi Ginjal
Biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal dilakukan pada pasien dengan ukuran
ginjal yang masih mendekati normal, dimana diagnosis secara noninvasif tidak bisa
ditegakkan. Pemeriksaan histopatologi bertujuan untuk mengetahui etiologi,
menetapkan terapi, prognosis, dan mengevaluasi hasil terapi yang telah diberikan.
Biopsi ginjal dapat memberikan gambaran dasar klasifikasi dan kontraindikasi bila
dilakukan pada keadaan ukuran ginjal sudah mengecil (contracted kidney), ginjal
polikistik, hipertensi yang tidak terkendali, infeksi perinefrik, gangguan pembekuan
darah, gagal nafas, dan obesitas
2.7 Komplikasi
Menurut (Brunner & Suddarth, 2016) komplikasi gagal ginjal kronik antara lain :
1. Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme dan
masukan diet berlebih.
2. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialysis yang tidak adekuat
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system
renninangiotensin-aldosteron
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dna kehilangan drah selama
Hemodialisis
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal.
6. Asidosis metabolik, akibat kelebihan cairan yang tidak terkompensasi.
7. Osteodistropi ginjal, pembentukan tulang yang abnormal yang terjadi karena akibat
ginjal tidak berfungsi sehingga menyebabkan kadar fosfor dan kalsium menjadi tidak
seimbang.
8. Sepsiss, terjadi ketika sistem kekebalan tubuh melawan infeksi secara berlebihan dan
tidak terkendali sehingga berdampak buruk bagi tubuh penderitanya.
9. Neuropati perifer, terjadi kerusakan pada saraf tepi, yakni saraf yang menghubungkan
sistem saraf pusan dan anggota tubuh secara keseluruhan.
10. Hiperuremia, kondisi ketika kadar urea meningkat dan menyebabkan penumpukan
urea di dalam darah. Uremia menandakan bahwa ginjal tidak dapat bekerja dengan
baik dalam menyaring limbah dan membuangnya melalui urin.
2.8 Penatalaksanaan
Menurut Muttaqin dan sari (2014) penataklasaan yang muncul diantaranya
1. Dialysis.
Dialysis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius, seperti
hyperkalemia (Jumlah kalium dalam darah sangat tinggi), pericarditis (Iritasi dan
peradangan pada lapisan tipis yang malapisi jantung), dan kejang. Dialysis
memperbaiki abdormalitas biokimia; menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat
dikonsumsi secara bebas; menghilangkan kecenderungan pendarahan; dan membantu
penyembuhan luka.
2. Koreksi Hyperkalemia.
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hyperkalemia dapat menimbulkan
kematian mendadak. Hal yang pertama yang harus diingat adalah jangan
menimbulkan hyperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah, hyperkalemia juga
dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi hyperkalemia, maka
pengobatanya yang dilakukan yaitu dengan mengurangi intake kalium, pemberian Na
Bikarbonat, dan pemberian Infus Glukosa.
3. Transfusi sel darah merah
Transfusi sel darah merah untuk mengatasi anemia. Usaha pertama harus ditunjukan
untuk mengatasi faktor difisiensi, kemudian mencari apakah ada perdarahan yang
mungkin dapat diatasi. Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan dapat
meninggikan nilai Hb didalam tubuh. Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada
indikasi yang kuat, misalnya ada insufisiensi coroner.
4. Koreksi Asidosis.
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium
bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada permulaan 100 mEq natrium
bikarbonat diberi intaravena perlahan- 25 lahan, jika diperlukan dapat diulang.
Hemodialysis dan dialysis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis.
5. Pengendalian Hipertensi.
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan. Mengurangi
intake garam dalam mengendalikan hipertensi harus hatihati karena tidak semua gagal
ginjal disertai retensi natrium.
6. Transplantasi Ginjal.
Dengan mencangkokan ginjal yang sehat ke pasien Chronic Kidney Disease, maka
seluruh gagal ginjal diganti oleh ginjal yang baru

BAB III
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN CKD
3.1 Pengkajian
No. Reg : 1234-xxxx-xxx
Tanggal MRS : 10 Oktober 2023
Tanggal Pengkajian : 10 Oktober 2023
A. BIODATA PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Usia : 22 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jl. Jakarta No. 15, Malang
Diagnosa Medis : Chronic Kidney Disease (CKD)
2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. E
Usia : 43 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : PNS
Hubungan dgn Pasien: Ibu
B. KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluhkan sesak nafas
C. ANAMNESA
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh sesak sejak kemarin siang (09 Oktober 2023). Pasien
mengatakana sesak terjadi setelah ia pulang dari kuliah. Sesak juga diikuti
dengan batuk kering, nyeri dada, serta perasaan lemas dan kehilangan nafsu
makan. Pasien mengatakan ia mengalami sulit tidur semenjak 3 hari yang lalu.
Pasien belum mengkonsumsi obat – obatan apapun karena berpikir sesak yang
dialami dikarenakan kelelahan biasa, namun akhirnya ke rumah sakit karena
sesak semakin parah dan pasien tidak dapat bernapas. Pasien segera dibawa ke
IGD dan setelah dilakukan pemeriksaan dilakukan TTVpada pasien
TD:136/96 mmHg, N:112x/menit, RR:15x/menit, dan S:37,4°C.

2. Riwayat Penyakit Terdahulu


Pasien mengatakan bahwa ia tidak pernah sakit seperti ini. Pasien memiliki
riwayat penyakit gastritis dan hipertensi semenjak 2 tahun yang lalu. Pasien
juga rutin melakukan hemodialisis semenjak 2 tahun lalu.
3. Riwayat Alergi
Pasien tidak ada alergi obat, makanan, dan lain sebagainya
4. Riwayat Nyeri
Ya Tidak
Terus Menerus √
Kadang-kadang -
Frekuensi Dengan gerakan -
Istirahat -
Lain-lain -
Tajam - Rasa Terjepit -
Sakit - Nyeri kotik -
Berdenyut - Sengatan Listrik -
Kualitas Seperti ditekan √ Seperti Diremas -
Perih sekali - Rasa Terbakar -
Rasa tertarik - Kesemutan -
Seperti ditusuk - Matirasa -
Skala : 5
Pasien mengeluhkan nyeri seperti ditekan pada dada sebelah kanan dengan
skala 5
P : Klien mengeluhkan nyeri dada semenjak kemarin siang sebelum MRS
Q : Nyeri seperti ditekan
R : Di daerah dada sebelah kanan
S:5
T : Terus menerus
5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ada penyakit keturunan dalam keluarga


Ya Tidak
6. Keluhan Lain
Ya Tidak
D. PEMERIKSAAN
1. Fisik
- TTV
TD: 136/96mmHg N: 112x/menit RR: 15x/menit
0
S: 37,4 C CRT: <2 detik Akral : dingin
- Pasien mengeluhkan tubuh terasa lemas
- Keadaan Umum : Baik/Lemah/Kesakitan/Cachexia/Perilaku Silent
- Kesadaran : Compos Mentis / Apatis / Somnolen / Sopor/
Spoorcomatous/ Coms
- Sikap : tampak gelisah
- GCS :15 (E3M6V5)
a. Kepala-Leher : Anemia/Icteric
Stoma : Tidak ada
Tumor : Tidak ada
b. Pendengaran : Normal
Fungsi telinga : kiri dan kanan normal
Alat bantu dengar: tidak ada
Gangguan pendengaran : tidak ada
c. Pengelihatan : Normal
Alat bantu penglihatan: tidak ada
Konjungtiva : Anemis
Sklera : tidak ikterik
Pupil isokhor : 2/2 mm
Kebutaan / katarak : tidak ada
d. Perasa
Kebersihan lidah dan area mulut : kotor, lidah berwarna putih
Pasien mengeluhkan lidah terasa pahit
e. Pernapasan
Alat bantu nafas : Terpasang nasal kanul : 4 lpm
Kedalaman nafas : Tidak normal (lambat dan dangkal)
Pengembangan dada : Kanan kiri simetris
Suara nafas : Bersih
Irama nafas : Tidak teratur
Penggunaan otot bantu nafas : Ada
Pengembangan paru : simetris
Pernafasan cuping hidung : Tidak ada
Fremitus : Teraba (kanan dan kiri)
Cyanosis : Tidak ada
f. Abdomen : terdapat oedema
Stoma : Tidak ada
Tumor : Tidak ada
Hepar : Tidak ada
Lien : Tidak ada
g. Sistem urogenital : vaginal discharge/rectal discharge
Tumor :
h. Sistem muskuloskeletal & ekstremitas
Motorik Tangan dan kaki, Tumor Tidak ada
kanan dan kiri
tidak mengalami
kelemahan dan
dapat digerakkan
dengan normal.
Kekuatan otot :
5 5
5 5

Sensorik a. Pengelihatan: Fraktur Tidak ada


mata pasien
normal
b. Pendengaran:
Telinga pasien
normal
c. Perasa: pasien
dapat
merasakan
manis, asin,
asam, pahit
d. Penciuman:
tidak ada
masalah
Reflek Ulcus Tidak ada
-
fisiologis
Reflek Edema Ada, pada
-
patologis abdomen
Luas gerak - Rentang gerak:
sendi terbatas
-Kemampuan
ADL: dibantu

i. Sistem gastrointestinal
- BB : 48,5 kg
- TB : 165 cm
- Pasien kehilangan selera makan
- Pasien tidak mual/muntah
- Tidak ada alergi makanan
- Pasien mengeluh susah untuk menelan
- Turgor kulit : kering
- Mukosa : cyanocis

j. Sistem intergumen
- Turgor kulit : Kering
- Tidak ada masalah dalam sistem intergumen
k. Pola Tidur
- Kebiasaan tidur : 5 jam/malam hari dan tidak tidur siang
- Masalah tidur : Sulit tidur, cemas, dan tidak nyaman
- Tidak ada penggunaan obat tidur
- Keinginan kebutuhan tidur : Ingin agar dapat tidur lebih teratur dan cukup
2. Status Psikiatrik
a. Komunikasi terbuka / lancar / terputus-putus / bahasa non verbal /
mutisme
b. Memahami tentang penyakit dan harapan hidup
- Pasien : sudah tahu Fase : denial / anger / bergaining / depresi /
acceptance
- Keluarga : sudah tahu Fase : denial / anger / bergaining / depresi /
acceptance
c. Mood : Normal / Cemas / Depresi / Marah / Anhedonia
d. Afek :Serasi / Tidak Serasi
e. Proses Berpikir : Jernih / Bingung / Gangguan Insight / Preokupasi
f. Hub. Interpersonal : Biasa / Dingin / Menarik Diri / Cari Kambing Hitam
g. Persepsi : Normal / Halusinasi / Ilusi / Depersonalisasi
h. Arti nyeri / sakit : Hukuman / Tantangan / Musuh / Kegagalan / Nilai
Positif / Cobaan
i. Kemauan : Wajar / Menurun / Meningkat / Negativistik /
Ambivalen
j. Pola toleransi koping stress / persepsi diri / konsep diri
– Terdapat penurunan harga diri
– Pasien mengatakan takut meninggal karena penyakitnya
– Terdapat hambatan terhadap kesembuhan penyakit (penyakit terminal)
– Tidak ada masalah biaya perawatan RS
– Pola koping individual tidak efektif
– Pasien merasa tidak nyaman terhadap penyakitnya karena di usia muda
sudah memiliki penyakit terminal
– Pasien tidak mengisolasi diri tetapi tidak pernah memberi tahu
penyakitnya kepada orang lain kecuali keluarganya
3. Psikologis pasien berdasarkan HRDS
Status psikologi pasien : Tidak ada depresi
<6 : Tidak ada depresi
6-17 : Depresi ringan
18-24 : Depresi sedang
>24 : Depresi berat
E. PENGOBATAN YANG DITERIMA
1. Obat : Ya Tidak
Nama Dosis Sejak Hasil
Ringer Lactat/IV/12 tpm 2023 Baik
Furosemide 10 mg 1x1 2023 Baik
Amlodipine 5 mg 1x1 2023 Baik
Clonidine 5 mg 1x1 2023 Baik
PCT inf. 500 mg 2x1 2023 Baik
Lansoprazole 30 mg 2x1 2023 Baik
Ibuprofen 200 mg 2x1 2023 Baik
PRC 200 cc/3 kolf 1 x 1 kolf/Transfuse 2023 Baik
on HD 2 kolf
2. Operasi
Tidak ada riwayat operasi
3. Radioterapi
Tidak pernah radioterapi
4. Kemoterapi
Tidak pernah kemoterapi
5. Rehabilitasi
Tidak pernah rehabilitasi
6. Komplementer
Tidak pernah
7. Alternatif
Tidak pernah
F. STATUS SOSIAL
1. Yang merawat sehari-hari
Suami/Istri Perawat/ Nakes lain
Anak Anggota keluarga lain / kerabat
Orang tua Tidak ada yang merawat
Tetangga
2. Status tempat tinggal
Milik sendiri Ikut orang lain
Kontrak / sewa Tidak tetap
Menumpang keluarga
3. Hubungan penderita degan keluarga dan lingkungan
Mengerjakan sendiri
Sebagian dengan bantuan orang lain
Menggunakan alat bantu
Selalu tergantung pada orang lain
Hanya tiduran
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium

HEMATOLOGI
Paket Darah
Hasil Satuan Nilai Normal
Otomatis
WBC 5.78 10^3/uL 4.00-10.00
HGB 5.0 g/Dl 12.0-16.0
HCT 34.9 % 37.0-48.0
PLT 180 10^3/uL 150-400
LYMPH 0.81 10^3/uL 20.0-40.0
MONO 0.36 10^3/uL 2.00-8.00
Golongan Darah O
Kimia Darah
GDS 108 70-180 mg/dl
Ureum 224 15-44 mg/dl
Creatinin 19.7 0.5-1.2 mg/dl
Elektrolit
135-145
Natrium (Na) 115.7
mmol/L
Kalium (K) 5.66 3.5-5.5 mmol/L
Clorida (Cl) 125.8 98-108 mmol/L
Imun-Serologi
-S. typhi BH 1/80
Hbs-Ag reaktif

H. DIAGNOSA
1. Utama : CKD
Stagging :T N M
2. Paliatif
- Nyeri : Jenis Nosiseseptif Somatik Tulang
Nosiseseptif Somatik Bukan Tulang
Nosiseseptif Viseral
: Deaferentasi : Terus Menerus / Intermitten
: Sifat : Akut / Kronis
: Derajat : Ringan / Sedang
: Penyebab : Akibat Tumor / Pengobatan / Lain
- Selain Nyeri : -
I. PERMASALAHAN
1. Fisik
- Nyeri : Ada Lokasi : Dada sebelah kanan
- Selain nyeri : pasien kehilangan selera makan, serta mengeluh sulit
menelan
2. Psikologis
Depresi
Cemas
Lain-lain,
3. Sosial
Pasien tidak ada masalah hubungan sosial dengan keluarga, tetapi cenderung
menutupi sakitnya dari saudara jauh, teman, maupun tetangga
4. Spiritual
Pasien beragama Islam, pasien rutin melakukan ibadah sholat 5 waktu.
5. Kultural
Pasien berasal dari suku Jawa tetapi pasien dan keluarga tidak kental untuk
menerapkan adat istiadat budaya Jawa
6. Pola pemeliharaan kesehatan
Dalam Activity Daily Living (ADL) saat sakit pasien dibantu oleh keluarga.
DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Perfusi perifer tidak efektif
2. Hipervolemia
3. Ketidakberdayaan
ANALISA DATA
Hari/Tgl/ DATA ETIOLOGI MASALAH
Jam
Selasa, 10 DS : Kelainan rantai Hb Perfusi Perifer
Oktober 2023 – Pasien mengatakan tubuh ↓ Tidak Efektif
08.45 WIB terasa lemas Perubahan
DO : morfologi eritrosit
– Pasien tampak gelisah ↓
– Pasien sesak napas Sickle cells anemia
– Akral dingin ↓
– Membran mukosa kering Eritrosit yang
– CRT < 2 detik mengandung HBs
– TTV : melewati sirkulasi
TD : 136/96 mmHg mikro lebih lambat
RR : 15x/menit ↓
N : 15x/menit Sel sabit
S : 37,4 °C mengelompok dan
– Pemeriksaan penunjang : menyumbat
Ureum : 224 mg/dl pembuluh darah
Creatinin : 19.7 mg/dl ↓
HGB : 5.0 g/dl Aliran darah
melambat

Suplai oksigen
menurun pada
jaringan perifer

Perfusi perifer tidak
efektif
Selasa, 10 DS : Stimulus kronis Hipervolemia
Oktober 2023 - Pasien mengatakan lidah pada ginjal
08.45 WIB terasa pahit ↓
- Pasien mengatakan tidak Fungsi ginjal
nafsu makan menjadi abnormal
DO : ↓
– Klien tampak lemah dan Penurunan ekskresi
pucat air dan natrium
– Terdapat suara napas ↓
tambahan Hipervolemia
– Abdomen : Terdapat ↓
edema Edema
– TD : 136/96 mmHg
– RR : 15x/menit
– N : 112x/menit
– S : 37,4 °C
– CRT < 2 detik
– HGB : 5.0 g/dL
Selasa, 10 DS : Penyakit gagal Ketidakberdayaan
Oktober 2023 – Pasien merasa tertekan ginjal kronis
08.45 WIB terhadap penyakitnya dan ↓
takut meninggal Penyakit terminal
– Pasien merasa tidak ↓
berdaya karena di usia Tidak dapat
muda sudah memiliki disembuhkan
penyakit kronis ↓
– Pasien malu akan Pasien merasa malu
kondisinya sehingga tidak dan sedih karena di
pernah menceritakan pada usia yang masih
orang lain kecuali keluarga muda sudah
DO : memiliki penyakit
– Pasien tampak gelisah ini
– Pasien mengalami ↓
kesulitan tidur dan Pasien merasa tidak
kehilangan nafsu makan berdaya

Takut meninggal
karena penyakitnya

Khawatir
berlebiham

Sulit tidur dan
kehilangan nafsu
makan

Ketidakberdayaan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin d.b akral dingin,
nadi perifer menurun, kulit pucat, turgor kering, nyeri pada dada, dan edema
abdomen.
2. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi d.d edema pada abdomen, terdengar
suara napas tambahan, Hb menurun (5.0 g/dl), pasien tampak pucat dan sesak napas.
3. Ketidakberdayaan b.d program perawatan/pengobatan yang kompleks atau jangka
panjang d. d merasa khawatir terhadap penyakitnya, merasa malu karena masih muda
sudah terkena CKD, pasien merasa tertekan terhadap penyakitnya, tampak gelisah,
mengalami gangguan tidur dan kehilangan nafsu makan.

3.2 Diagnosa
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
(berdasarkan prioritas)
Nama pasien : Tn. A
No. RM : 1234-xxxx-xxx
NO. TANGGAL DIAGNOSIS TANGGAL
NO. TTD
DX DITEMUKAN KEPERAWATAN TERATASI
1. D.0009 10 Oktober Perfusi perifer tidak efektif 12 Oktober
2023 b.d penurunan konsentrasi 2023
hemoglobin d.b akral dingin,
nadi perifer menurun, kulit
pucat, turgor kering, nyeri
pada dada, dan edema
abdomen.
2. D.0022 10 Oktober Hipervolemia b.d gangguan 12 Oktober
2023 mekanisme regulasi d.d 2023
edema pada abdomen,
terdengar suara napas
tambahan, Hb menurun (5.0
g/dl), pasien tampak pucat
dan sesak napas.
3. D.0092 10 Oktober Ketidakberdayaan b.d 12 Oktober
2023 program 2023
perawatan/pengobatan yang
kompleks atau jangka panjang
d. d merasa khawatir terhadap
penyakitnya, merasa malu
karena masih muda sudah
terkena CKD, pasien merasa
tertekan terhadap
penyakitnya, tampak gelisah,
mengalami gangguan tidur
dan kehilangan nafsu makan.
3.3 Perencanaan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien : Tn. A
No. RM : 1234-xxxx-xxx
LUARAN INTERVENSI
NO. DIAGNOSA TTD
(SLKI) (SIKI)
1. Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi
b.d penurunan konsentrasi keperawatan selama 3 hari, Observasi :
hemoglobin d.b akral dingin, maka Pefusi Perifer 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer,
nadi perifer menurun, kulit meningkat dengan kriteria edema, pengisian kapiler, warna, suhu,
pucat, turgor kering, nyeri hasil: ankle-brachial index)
pada dada, dan edema – Denyut nadi perifer 2. Identifikasi faktor resiko gangguan Tyas

abdomen. (D.0009) meningkat sirkulasi


– Warna kulit pucat menurun 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri atau
– Edema perifer menurun bengkak pada ektremitas
– Pengisian kapiler membaik 4. Monitor adanya tromboplebitis
– Akral membaik Terapeutik :
– Turgor kulit membaik 1. Hindari pemasangan infus atau
– Tekanan darah sistolik pengambilan darah di area keterbatasan
membaik perfusi
Tekanan darah diastolic 2. Hindari pengukuran TD pada ekstremitas
membaik
dengan keterbatasan perfusi
3. Lakukan hidrasi
Edukasi :
1. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan
darah secara teratur
2. Anjurkan untuk mengurangi gerakan pada
area kepala, punggung dan leher
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik dan
terapi cairan

2. Hipervolemia b.d gangguan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipervolemia


mekanisme regulasi d.d keperawatan selama 3 hari, Observasi :
edema pada abdomen, maka Keseimbangan Cairan 1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia
terdengar suara napas meningkat dengan kriteria 2. Identifikasi penyebab hipervolemia
tambahan, Hb menurun (5.0 hasil : 3. Monitor status hemodinamik
g/dl), pasien tampak pucat – Kelembaban membran 4. Monitor intake dan output cairan Tyas

dan sesak napas. (D.0022) mukosa meningkat 5. Monitor tanda hemokonsentrasi


– Edema menurun 6. Monitor tanda peningkatan onkotik
– Tekanan darah membaik plasma
– Denyut nadi membaik 7. Monitor kecepatan infus secara ketat
– Membran mukosa 8. Monitor efek samping diuretic
membaik Terapeutik :
Turgor kulit membaik 1. Timbang berat badan setiap hari pada
waktu yang sama
2. Batasi asupan cairan dan garam
3. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40°
Edukasi :
1. Anjurkan melapor jika keluaran urin < 0,5
mL/kg/jam dalam 6 jam
2. Anjurkan melapor jika berat badan
bertambah > 1 kg dalam sehari
3. Ajarkan cara mengukur dan mencatat
asupan dan keluaran cairan
4. Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian diuretik
2. Kolaborasi penggantian kehilangan
kalium

3. Ketidakberdayaan b.d Setelah dilakukan tindakan Promosi Harapan


program keperawatan selama 3 hari, Observasi :
perawatan/pengobatan yang maka Keberdayaan 1. Identifikasi harapan pasien dan
kompleks atau jangka meningkat dengan kriteria keluarga dalam pencapaian hidup
panjang d. d merasa khawatir hasil : Terapeutik :
terhadap penyakitnya, merasa – Pernyataan mampu 1. Sadarkan bahwa kondisi yang Tyas
malu karena masih muda melakukan aktivitas dialami memiliki nilai penting
sudah terkena CKD, pasien meningkat 2. Pandu mengingat kembali kenangan
merasa tertekan terhadap – Pernyataan keyakinan yang menyenangkan
penyakitnya, tampak gelisah, tentang kinerja peran 3. Libatkan pasien secara aktif dalam
mengalami gangguan tidur meningkat perawatan
dan kehilangan nafsu makan. – Pernyataan frustasi 4. Kembangkan rencana perawatan
(D. 0092) menurun yang melibatkan tingkat pencapaian
– Ketergantungan pada tujuan sederhana sampai dengan
orang lain menurun kompleks
– Pernyataan rasa malu 5. Berikan kesempatan pada pasien dan
menurun keluarga terlibat dengan dukungan
Pernyataan tertekan menurun kelompok
6. Ciptakan lingkungan yang
memudahkan mempraktikkan
kebutuhan spiritual
Edukasi :
1. Anjurkan mengungkapkan
perasaan terhadap kondisi
yang realistis
2. Anjurkan mempertahankan
hubungan
3. Anjurkan mempertahankan
hubungan terapeutik dengan
orang lain
4. Latih menyusun tujuan yang
sesuai dengan harapan
5. Latih mengembangkan
spiritual diri
Latih cara mengenang dan menikmati masa
lalu
3.4 Implementasi dan Evaluasi
Nama pasien : Tn. A
No. RM : 1234-xxxx-xxx
TGL &
NO. DX IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI TTD
JAM
HARI KE-1
D.0009 Selasa, 10 Perawatan Sirkulasi
Oktober Observasi : S : Klien mengatakan masih terasa
2023 1. Memeriksa sirkulasi perifer (nadi sesak dan nyeri
09.00 perifer, edema, pengisian kapiler, O : -TD :136/96 mmHg
warna, suhu, ankle-brachial -Klien masih nampak gelisah
index) A : Masalah belum teratasi Tyas
2. Mengidentifikasi faktor resiko P : Intervensi no.
09.30 gangguan sirkulasi 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 dilanjutkan
3. Memonitor panas, kemerahan,
09.40 nyeri atau bengkak pada
ektremitas
4. Memonitor adanya
tromboplebitis
Terapeutik :
5. Menghindari pemasangan infus atau
10.00 pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
6. Menghindari pengukuran TD pada
ekstremitas dengan keterbatasan
perfusi
7. Melakukan hidrasi
Edukasi :
8. Menganjurkan minum obat serta
10.30 pengontrolan tekanan darah secara
teratur
9. Menganjurkan untuk mengurangi
gerakan pada area kepala, punggung dan
leher
Kolaborasi :
10. Kolaborasi pemberian analgetik dan
11.00 terapi cairan
D.0022 Selasa, 10 Manajemen Hipervolemia S:
Oktober Observasi : O:
2023 1.Memeriksa tanda dan gejala A:
hipervolemia P:
11.30 2. Mengidentifikasi penyebab
hipervolemia Tyas
3. Memonitor status hemodinamik
4. Memonitor intake dan output cairan
5. Memonitor tanda hemokonsentrasi
6. Memonitor tanda peningkatan
onkotik plasma
7. Memonitor kecepatan infus secara
ketat
8. Memonitor efek samping diuretic
Terapeutik :
13.00 9. Menimbang berat badan setiap hari
pada waktu yang sama
10. Membatasi asupan cairan dan garam
11. Meninggikan kepala tempat tidur
30-40°
Edukasi :
12. Menganjurkan melapor jika
keluaran urin < 0,5 mL/kg/jam
dalam 6 jam
13. Menganjurkan melapor jika berat
badan bertambah > 1 kg dalam
sehari
14. Mengajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan keluaran
cairan
15. Mengajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi :
16. Kolaborasi pemberian diuretik
17. Kolaborasi penggantian kehilangan
kalium

D. 0092 Selasa, 10 Promosi Harapan S:


Oktober Observasi : O:
2023 1. Mengidentifikasi harapan pasien A:
14.00 dan keluarga dalam pencapaian P:
hidup
Terapeutik : Tyas
2. Menyadarkan bahwa kondisi yang
14.10 dialami memiliki nilai penting
3. Memandu mengingat kembali
kenangan yang menyenangkan
4. Melibatkan pasien secara aktif
dalam perawatan
5. Mengembangkan rencana
perawatan yang melibatkan tingkat
pencapaian tujuan sederhana sampai
dengan kompleks
6. Memberikan kesempatan pada
pasien dan keluarga terlibat dengan
dukungan kelompok
7. Menciptakan lingkungan yang
memudahkan mempraktikkan
kebutuhan spiritual
Edukasi :
14.30 8. Menganjurkan mengungkapkan
perasaan terhadap kondisi yang
realistis
9. Menganjurkan mempertahankan
hubungan
10. Menganjurkan mempertahankan
hubungan terapeutik dengan orang
lain
11. Melatih menyusun tujuan yang
sesuai dengan harapan
12. Latih mengembangkan spiritual diri
Latih cara mengenang dan menikmati
masa lalu

HARI KE-2

D.0009 Rabu, 11 S : Klien mengatakan sesak dan


Oktober Perawatan Sirkulasi nyeri sudah berkurang
2023 Observasi : O : -TD :140/96 mmHg
1. Memeriksa sirkulasi perifer (nadi -Klien masih nampak lebih
perifer, edema, pengisian kapiler, tenang
warna, suhu, ankle-brachial -Oedema diperut sudah mulai Tyas
index) berkurang
2. Mengidentifikasi faktor resiko
gangguan sirkulasi A : Masalah belum teratasi
3. Memonitor panas, kemerahan, P : Intervensi no.
nyeri atau bengkak pada 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 dilanjutkan
ektremitas
4. Memonitor adanya
tromboplebitis
Terapeutik :
5. Menghindari pemasangan infus atau
pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
6. Menghindari pengukuran TD pada
ekstremitas dengan keterbatasan
perfusi
7. Melakukan hidrasi
Edukasi :
8. Menganjurkan minum obat serta
pengontrolan tekanan darah secara
teratur
9. Menganjurkan untuk mengurangi
gerakan pada area kepala, punggung
dan leher
Kolaborasi :
10. Kolaborasi pemberian analgetik dan
terapi cairan
D.0022 Rabu, 11 Manajemen Hipervolemia S:
Oktober Observasi : O:
2023 1.Memeriksa tanda dan gejala A:
hipervolemia P:
2. Mengidentifikasi penyebab
hipervolemia Tyas
3. Memonitor status hemodinamik
4. Memonitor intake dan output cairan
5. Memonitor tanda hemokonsentrasi
6. Memonitor tanda peningkatan onkotik
plasma
7. Memonitor kecepatan infus secara ketat
8. Memonitor efek samping diuretic
Terapeutik :
9. Menimbang berat badan setiap hari
pada waktu yang sama
10. Membatasi asupan cairan dan garam
11. Meninggikan kepala tempat tidur
30-40°
Edukasi :
12. Menganjurkan melapor jika
keluaran urin < 0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
13. Menganjurkan melapor jika berat
badan bertambah > 1 kg dalam sehari
14. Mengajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan keluaran cairan
15. Mengajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi :
16. Kolaborasi pemberian diuretik
17. Kolaborasi penggantian kehilangan
kalium

D. 0092 Rabu, 11 Promosi Harapan S:


Oktober Observasi : O:
2023 1. Mengidentifikasi harapan pasien A:
dan keluarga dalam pencapaian P:
hidup
Terapeutik : Tyas
2. Menyadarkan bahwa kondisi yang
dialami memiliki nilai penting
3. Memandu mengingat kembali
kenangan yang menyenangkan
4. Melibatkan pasien secara aktif
dalam perawatan
5. Mengembangkan rencana
perawatan yang melibatkan tingkat
pencapaian tujuan sederhana sampai
dengan kompleks
6. Memberikan kesempatan pada
pasien dan keluarga terlibat dengan
dukungan kelompok
7. Menciptakan lingkungan yang
memudahkan mempraktikkan
kebutuhan spiritual
Edukasi :
8. Menganjurkan mengungkapkan
perasaan terhadap kondisi yang
realistis
9. Menganjurkan mempertahankan
hubungan
10. Menganjurkan mempertahankan
hubungan terapeutik dengan orang
lain
11. Melatih menyusun tujuan yang
sesuai dengan harapan
12. Latih mengembangkan spiritual diri
Latih cara mengenang dan menikmati
masa lalu

HARI KE-3

D.0009 Kamis, 12 S : Klien mengatakan sesak dan


Oktober Perawatan Sirkulasi nyeri sudah tidak terasa
2023 Observasi : O : -TD :129/80 mmHg
1. Memeriksa sirkulasi perifer (nadi -Klien nampak nyaman
perifer, edema, pengisian kapiler, -Oedema diperut sudah hilang
warna, suhu, ankle-brachial index) A : Masalah teratasi Tyas
2. Mengidentifikasi faktor resiko P : Intervensi dihentikan
gangguan sirkulasi
3. Memonitor panas, kemerahan,
nyeri atau bengkak pada ektremitas
4. Memonitor adanya tromboplebitis
Terapeutik :
5. Menghindari pemasangan infus atau
pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
6. Menghindari pengukuran TD pada
ekstremitas dengan keterbatasan
perfusi
7. Melakukan hidrasi
Edukasi :
8. Menganjurkan minum obat serta
pengontrolan tekanan darah secara
teratur
9. Menganjurkan untuk mengurangi
gerakan pada area kepala, punggung
dan leher
Kolaborasi :
10. Kolaborasi pemberian analgetik
dan terapi cairan
D.0022 Kamis, 12 Manajemen Hipervolemia S:
Oktober Observasi : O:
2023 1. 1.Memeriksa tanda dan gejala A:
hipervolemia P:
2. Mengidentifikasi penyebab
hipervolemia Tyas
3. Memonitor status hemodinamik
4. Memonitor intake dan output cairan
5. Memonitor tanda hemokonsentrasi
6. Memonitor tanda peningkatan
onkotik plasma
7. Memonitor kecepatan infus secara
ketat
8. Memonitor efek samping diuretic
Terapeutik :
9. Menimbang berat badan setiap hari
pada waktu yang sama
10. Membatasi asupan cairan dan garam
11. Meninggikan kepala tempat tidur
30-40°
Edukasi :
12. Menganjurkan melapor jika
keluaran urin < 0,5 mL/kg/jam
dalam 6 jam
13. Menganjurkan melapor jika berat
badan bertambah > 1 kg dalam
sehari
14. Mengajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan keluaran
cairan
15. Mengajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi :
16. Kolaborasi pemberian diuretik
17. Kolaborasi penggantian kehilangan
kalium

D. 0092 Kamis, 12 Promosi Harapan S:


Oktober Observasi : O:
2023 1. Mengidentifikasi harapan pasien dan A:
keluarga dalam pencapaian hidup P:
Terapeutik :
2. Menyadarkan bahwa kondisi yang Tyas
dialami memiliki nilai penting
3. Memandu mengingat kembali
kenangan yang menyenangkan
4. Melibatkan pasien secara aktif dalam
perawatan
5. Mengembangkan rencana perawatan
yang melibatkan tingkat pencapaian
tujuan sederhana sampai dengan
kompleks
6. Memberikan kesempatan pada
pasien dan keluarga terlibat dengan
dukungan kelompok
7. Menciptakan lingkungan yang
memudahkan mempraktikkan
kebutuhan spiritual
Edukasi :
8. Menganjurkan mengungkapkan
perasaan terhadap kondisi yang
realistis
9. Menganjurkan mempertahankan
hubungan
10. Menganjurkan mempertahankan
hubungan terapeutik dengan orang
lain
11. Melatih menyusun tujuan yang
sesuai dengan harapan
12. Melatih mengembangkan spiritual
diri
13. Melatih cara mengenang dan
menikmati masa lalu
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

4.2 Saran
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD)
diharapkan penulis dapat memperluas wawasan mengenai CKD sehingga dengan wawasan
yang luas tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien CKD, serta diharapkan juga kepada tenaga kesehatan terutama perawat dapat
terus meningkatkan kemampuan komunikasi terapeutik pada pasien, terutama pada pasien
palliative care. Karena palliative care sangat penting bagi peningkatan kebutuhan pasien
dan pencapaian kualitas hidup baik fisik, psikososial, dan spiritual pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, D. (2022). ASPEK KLINIS DAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM


PENYAKIT GINJAL KRONIK. An-Nadaa Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9(2), 236.
https://doi.org/10.31602/ann.v9i2.9229

Dila, R. R., & Panma, Y. (n.d.). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
GAGAL GINJAL KRONIK RSUD KOTA BEKASI.

Lubis, A. R., Tarigan, R. R., Nasution, B. R., Ramadani, S., & Vegas, A. (n.d.). PEDOMAN
PENATALAKSANAAN GAGAL GINJAL KRONIK.

Rahmawati, F. (2018). Aspek Laboratorium Gagal Ginjal Kronik. Jurnal Ilmiah Kedokteran
Wijaya Kusuma, 6(1), 14. https://doi.org/10.30742/jikw.v6i1.323

Rita, A. R. A. (2022). Tinjauan Penatalaksanaan Pemeriksaan Usg 2D Dengan Klinis Chronic


Kidney Di Sease (CKD) Anemia Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung. Malahayati Nursing Journal, 4(4), 821–825.
https://doi.org/10.33024/mnj.v4i4.6249

Utama, H. (2023). JURNAL KEPERAWATAN SISTHANA. 8(1).

Maros, H., & Juniar, S. (2021). asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD
dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

Zeliger, H. I. (2023). Chapter 28—Chronic kidney disease (CKD). In H. I. Zeliger (Ed.),


Oxidative Stress (pp. 353–357). Academic Press. https://doi.org/10.1016/B978-0-323-91890-
9.00024-6

Saepuloh, T. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Chronic Kidney Disease (Ckd)
Dengan Kelebihan Volume Cairan Diruang Marjan Bawah Rumah Sakit Umum Daerah Dr
Slamet Garut.

MARGARETA, S. S. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M DENGAN


DIAGNOSA MEDIS CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN AKTIVITAS DI RUANG LAVENDER KOTA KENDARI (Doctoral dissertation,
Poltekkes Kemenkes Kendari).
https://doi.org/10.1016/B978-0-323-91890-9.00024-6

Anda mungkin juga menyukai