Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH GAGAL GINJAL KRONIS

Mata Kuliah : Keperawatan Paliatif

Dosen Fasilitator : Edy Siswantoro S.Kep.Ns. MMKes.M.Kep

Disusun oleh:

Kelompok 4

Alif Maahfudzoh 0120004

Ayu Sekar Putri Islami 010006

Dwi Hanif Illiyin 0120013

Widya Ike Murdani 0120039

Nanda Ummul R 0120025

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan YME. yang telah melimpahkan
karunia dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik” ini dengan baik.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu metode
pembelajaran bagi mahasiswa-mahasiswi STIKES DIAN HUSADA dan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Paliatif 1. Ucapan terima kasih tidak lupa penyusun sampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Penyusun menyadari atas kekurangan kemampuan dalam pembuatan makalah ini,
sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi penyusun apabila mendapatkan kritikan dan
saran yang membangun agar makalah ini selanjutnya akan lebih baik dan sempurna serta
komprehensif.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan pembelajaran budaya
khususnya dalam segi teoritis sehingga dapat membuka wawasan ilmu budaya serta akan
menghasilkan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Mojokerto, 15 Oktober 2022


Pen
yusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN...........................................................................................................................5
LATAR BELAKANG.................................................................................................................5
RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................5
TUJUAN......................................................................................................................................6
BAB II
PEMBAHASAN..............................................................................................................................7
Konsep Dasar Penyakit Gagal Ginjal Kronis...............................................................................7
DEFINISI.....................................................................................................................................7
Etiologi.........................................................................................................................................7
Patofisiologi.................................................................................................................................8
Klasifikasi....................................................................................................................................8
Gejala klinis.................................................................................................................................8
Pemeriksaan penunjang................................................................................................................9
Penatalaksanaan paliatif.............................................................................................................10
Pathway......................................................................................................................................11
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................12
Pengkajian..................................................................................................................................12
.Diagnosa....................................................................................................................................15
Intervensi....................................................................................................................................15
Evaluasi......................................................................................................................................19
BAB IV
PENUTUP.....................................................................................................................................20
Kesimpulan................................................................................................................................20
4.2. Saran....................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicable
diseases) terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit
ginjal kronik, sudah menggantikan penyakit menular (communicable diseases) sebagai
masalah kesehatan masyarakat utama. Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan
kondisi sistem vaskuler sehingga dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini
sebelum pasien mengalami komplikasi yang lebih parah seperti stroke, penyakit jantung
koroner, gagal ginjal, dan penyakit pembuluh darah perifer.
Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal yang memerlukan
terapi pengganti yang membutuhkan biaya yang mahal. Penyakit ginjal kronik biasanya
desertai berbagai komplikasi seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit saluran napas,
penyakit saluran cerna, kelainan di tulang dan otot serta anemia. Selama ini, pengelolaan
penyakit ginjal kronik lebih mengutamakan diagnosis dan pengobatan terhadap penyakit
ginjal spesifik yang merupakan penyebab penyakit ginjal kronik serta dialisis atau
transplantasi ginjal jika sudah terjadi gagal ginjal.
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa komplikasi penyakit ginjal kronik, tidak
bergantung pada etiologi, dapat dicegah atau dihambat jika dilakukan penanganan secara
dini. Oleh karena itu, upaya yang harus dilaksanakan adalah diagnosis dini dan
pencegahan yang efektif terhadap penyakit ginjal kronik, dan hal ini dimungkinkan
karena berbagai faktor risiko untuk penyakit ginjal kronik dapat dikendalikan. Pada
penyakit GGK stadium 5, terapi yang bisa dilakukan hanya pemberian hemodialisis yang
hanya bertujuan untuk mencegah kematian tetapi tidak dapat menyembuhkan atau
memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas
metabolic atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta
terapinya terhadap kualitas hidup pasien.Tindakan hemodialisis ini termasuk salah satu
dalam perawatan paliatif pada penyakit GGK.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana konsep dasar GGK?
2. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan Paliatif pada pasien GGK?

1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit GGK.
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan paliatif pada pasien GGK.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Dasar Penyakit Gagal Ginjal Kronis

2.1.1. DEFINISI
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang persisten dan irreversible
(Mansjoer, 2000). Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan
ireversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah) (Brunner and Suddarth, 2002).

Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat, biasanya berlangsung beberapa tahun ( Price,Silvia Anderson, 1995). Gagal
ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal
yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia(retensi urea
dan sampah nitrogen lain dalam darah). Ini dapat disebabkan oleh penyakit sistemik
seperti diabetes mellitus, glomerulonefritis kronis,pielonefritis, hipertensi yang tidak
dapat dikontrol, obstruksi traktus urinarius, lesi herediter. Dan penyakit ginjal polikistik
seperti gangguan vaskuler, infeksi, medikasi, atau agens toksik. Lingkungan dan agens
berbahaya yang mempengaruhi gagal ginjal kronis mencakup timah, cadmium, merkuri,
dan kromium.

2.1.2. Etiologi
a. Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis
b. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis
c. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa,sklerosis sistemik progresif
d. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis
tubulus ginjal
e. Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
f. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
g. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma,
fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur
uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
h. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis
2.1.3. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan
ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
( Barbara C Long, 1996, 368)

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya


diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin
berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 :
1448).

2.1.4. Klasifikasi
Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu atas dasar derajat
(stage) penyakit dan dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit
dibuat atas dasar LFG. Derajat Penjelasan LFG :

a) Derajat 1 : Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ > 90


b) Derajat 2 : Kerusakan ginjal dengan LFG↓ ringan 60-89
c) Derajat 3 : Kerusakan ginjal dengan LFG↓ sedang 30-59
d) Derajat 4 : Kerusakan ginjal dengan LFG↓ berat 15- 29
e) Derajat 5 : Gagal ginjal < 15 atau dialysis

2.1.5. Gejala klinis


Pada GGK semua sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia. Keparahan
gejala klinis tergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang
mendasari, dan usia pasien. Gejala klinis yang muncul antara lain :

a) Manifestasi kardiovaskuler mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan


natrium dari aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron), piting edema, edema
periorbital, frikctionrub pericardial dan pembesaran vena leher.
b) Gejala integumen mencakup : warna kulit abu-abu mengkilat, rasa gatal yang
parah (pruritus), kulit kering bersisik, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis
dan kasar.
c) Gejala gastrointestinal mencakup : napas berbau ammonia, ulserasi dan
perdarahan pada mulut, anoreksia, mual, muntah, cegukan, konstipasi dan diare,
perdarahan dari saluran GI.
d) Gejala Pulmoner mencakup : krekels, sputum kental, napas dangkal dan
pernapasan kussmaul.
e) Gejala neurologi mencakup : konfusi (perubahan tingkat kesadaran), tidak mampu
berkonsentrasi, kelemahan dan keletihan, disorientasi, kejang, kelemahan pada
tungkai, rasa panas pada telapak kaki, dan perubahan perilaku.
f) Gejala musculoskeletal mencakup : kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang
dan foot drop. Gangguan system reproduktif mencakup amenore dan atropi
testikuler.

2.1.6. Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan penunjang mencakup :

a. Pemeriksaan laboratorium :
a) Urine :
Volume : oligouria atau anuria, warna keruh, berat jenis kurang dari 1,015,
osmolalitas kurang dari 350 mOsm/kg, klirens kreatinin mungkin agak
menurun, natrium > 40 mEq/L, proteinuria (3-4+).
b) Darah :
BUN/Kreatinin meningkat (kreatinin 10 mg/dl), Hematokrit menurun, HB <
7-8 g/dL), Gas darah arteri : pH < 7,2 ,bikarbonat dan PCO2 menurun.
Natrium mungkin rendah atau normal, kalium, magnesium/ fosfat meningkat,
kalsium menurun, protein ( khususnya albumin) menurun,osmolalitas serum >
285 mOsm/kg.
b. Pemeriksaan Radiologi
a) USG Ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi
pada saluran kemih atas.
b) Biopsy ginjal : mungkin dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel
jaringan untuk diagnosis histologist.
c) Endoskopi ginjal, nefroskopi : menentukan pelvis ginjal; keluar batu,
hematuri, pengangkatan tumor selektif.
d) EKG : mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan
asam basa
e) KUB foto : menunjukkan ukuran ginjal/ ureter/ kandung kemih dan adanya
obstruksi batu.
f) Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal dan tangan : menunjukkan
demineralisasi dan kalsifikasi.

2.1.7. Penatalaksanaan paliatif


Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan
homeostasis selama mungkin. Seluruh factor yang berperan pada gagal ginjal tahap akhir
dan factor yang dapat dipulihkan (mis : obstruksi) diidentifikasi dan ditangani.
Komplikasi potensial gagal ginjal kronis yang memerlukan pendekatan kolaboratif dalam
perawatan mencakup :

a) Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.


b) Obat-obatan: diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium hidroksida untuk
terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta diberi obat
yang dapat menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa bila terjadi anemia.
c) Dialisis: dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang
serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki
abnormalitas biokimia; menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat
dikonsumsi secara bebas; menghilangkan kecendurungan perdarahan; dan
membantu penyembuhan luka.
d) Transplantasi ginjal (Reeves, Roux, Lockhart, 2001).
e) Penanganan hiperkalemia; Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan
masalah utama pada gagal ginjal akut; hiperkalemia merupakan kondisi yang
paling mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau akan
adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum
(nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak
gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis. Pningkatan
kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti resin (Natrium
polistriren sulfonat [kayexalatel]), secara oral atau melalui retensi enema.
f) Mempertahankan keseimbangan cairan; Penatalaksanaan keseimbanagan cairan
didasarkan pada berat badan harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi
urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan status klinis pasien.
Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari urine, drainase lambung, feses,
drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi
penggantia cairan.
2.1.8. Pathway
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian

1. Identitas
Terdiri dari Nama, No.Rek.Medis, Agama, Jenis Kelamin Pekerjaan, Alamat,
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
mulai dari urine keluar sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai
penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa
kering, rasa lelah, napas bau (ureum), dan gatal pada kulit (Muttaqin, 2011)
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien mengalami penurunan frekuensi urine, penurunan kesadaran,
perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas
berbau amoniak, rasa sakit kepala, nyeri panggul, penglihatan kabur, perasaan tak
berdaya dan perubahan pemenuhan nutrisi(Muttaqin, 2011).
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya klien berkemungkinan mempunyai riwayat penyakit gagal ginjal akut,
infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, penyakit
batu saluran kemih infeksi system perkemihan yang berulang, penyakit diabetes
mellitus, dan hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi
penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa
lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian
dokumentasikan(Muttaqin, 2011).
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya klien mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita penyakit
yang sama dengan klien yaitu gagal ginjal kronik, maupun penyakit diabetes
mellitus dan hipertensi yang bisa menjadi factor pencetus terjadinya penyakit
gagal ginjal kronik.
3. Pola Persepsi Dan Penanganan Kesehatan
Persepsi terhadap penyakit Biasanya persepsi klien dengan penyakit ginjal kronik
mengalami kecemasan yang tinggi. Biasanya klien mempunyai kebiasaan merokok,
alkohol dan obat-obatan dalam kesehari-hariannya.
4. Pola Nutrisi/Metabolisme
a. Pola Makan
Biasanya terjadi peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual dan muntah.
b. Pola Minum
Biasanya klien minum kurang dari kebutuhan tubuh akibat rasa metalik tak sedap
pada mulut (pernapasan ammonia).
5. Pola Eliminasi
a. Buang Air Besar
Biasanya abdomen kembung, diare atau konstipasi.
b. Buang Air Kecil
Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine <400ml/hari sampai anuria, warna
urine keruh atau berwarna coklat, merah dan kuning pekat.
6. Pola Aktivitas /Latihan
Biasanya kemampuan perawatan diri dan kebersihan diri terganggu dan biasanya
membutuhkan pertolongan atau bantuan orang lain. Biasanya klien kesulitan
menentukan kondisi, contohnya tidak mampu bekerja dan mempertahankan fungsi
peran dalam keluarga.
7. Pola Istirahat Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan tidur , gelisah karena adanya nyeri panggul,
sakit kepala dan kram otot/kaki ( memburuk pada malam hari).
8. Pola Kognitif & Persepsi
Biasanya tingkat ansietas pasien mengalami penyakit ginjal kronik ini pada tingkat
asietas sedang sampai berat.
9. Pola Peran Hubungan
Biasanya klien tidak bisa menjalankan peran atau tugasnya sehari-hari karena
perawatan yang lama. Pola Seksualitas/Reproduksi Biasanya terdapat masalah
Seksual berhubungan dengan penyakit yang di derita.
10. Pola Persepsi Diri/ Konsep Diri
a. Body image/gambaran diri
Biasanya mengalami perubahan ukuran fisik, fungsi alat tubuh terganggu, keluhan
karena kondisi tubuh, pernah operasi, kegagalan fungsi tubuh, prosedur
pengobatan yang mengubah fungsi alat tubuh
b. Role/peran
Biasanya mengalami perubahan peran karena penyakit yang diderita
c. Identity/identitas diri
Biasanya mengalami kurang percaya diri, merasa terkekang, tidak mampu
menerima perubahan, merasa kurang memiliki potensi
d. Self esteem/harga diri
Biasanya mengalami rasa bersalah, menyangkal kepuasan diri, mengecilkan diri,
keluhanfisik
e. Self ideal/ideal diri
Biasanya mengalami masa depan suram, terserah pada nasib, merasa tidak
memiliki kemampuan, tidak memiliki harapan, merasa tidak berdaya

11. Pola Koping-Toleransi Stres


Biasanya klien mengalami factor stress contoh financial, hubungan dan sebabnya,
perasaan tidak berdaya, tidak ada harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas,
takut,marah, mudah tersinggung, perubahan kepribadian dan perilaku serta perubahan
proses kognitif.
12. Pola Keyakinan Nilai
Biasanya tidak terjadi gangguan pola tata nilai dan kepercayaan.
13. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum dan TTV
a) Keadaan umum klien lemah, letih dan terlihat sakit berat
b) Tingkat kesadaran klien menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana
dapat mempengaruhi sistem saraf pusat.
c) TTV : RR meningkat, tekanan darah didapati adanya hipertensi.
2) Kepala
a) Rambut : Biasanya klien berambut tipis dan kasar, klien sering sakit kepala,
kuku rapuh dan tipis.
b) Wajah : Biasanya klien berwajah pucat
c) Mata Biasanya mata klien memerah, penglihatan kabur, konjungtiva anemis,
dan sclera tidak ikterik.
d) Hidung : Biasanya tidak ada pembengkakkan polip dan klien bernafas pendek
dan kusmaul
e) Bibir : Biasanya terdapat peradangan mukosa mulut, ulserasi gusi, perdarahan
gusi, dan napas berbau
f) Gigi : Biasanya tidak terdapat karies pada gigi.
3) Lidah : Biasanya tidak terjadi perdarahan
4) Leher : Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid atau kelenjar getah
bening.
5) Dada / Thorak
 Inspeksi : Biasanya klien dengan napas pendek, pernapasan kussmaul
(cepat/dalam)
 Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan
 Perkusi : Biasanya Sonor
 Auskultasi : Biasanya vesicular
6) Perut / Abdomen
 Inspeksi :Biasanya terjadi distensi abdomen, acites atau penumpukan
cairan, klien tampak mual dan muntah
 Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara 5-35 kali/menit
 Palpasi : Biasanya acites, nyeri tekan pada bagian pinggang, dan adanya
pembesaran hepar pada stadium akhir.
 Perkusi : Biasanya terdengar pekak karena terjadinya acites.
7) Genitourinaria
Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, distensi abdomen,
diare atau konstipasi, perubahan warna urine menjadi kuning pekat, merah, coklat
dan berawan.
8) Ekstremitas
Biasanya didapatkan adanya nyeri panggul, odema pada ektremitas, kram otot,
kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki,keterbatasan gerak sendi.
9) Sistem Integumen
Biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan bersisik, adanya area
ekimosis pada kulit.
10) Sistem Neurologi
Biasanya terjadi gangguan status mental seperti penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, penurunan tingkat kesadaran,
disfungsi serebral,seperti perubahan proses fikir dan disorientasi. Klien sering
didapati kejang, dan adanya neuropati perifer.

3.2.Diagnosa

1. Pola Napas tidak Efektif b.d. Hambatan upaya napas D.0005


2. Risiko Infeksi b.d. Penyakit kronis gagal ginjal D.0142
3. Gangguan Integritas Kulit b.d. perubahan siekulasi D.0129
4. Nyeri Akut b.d. Agen pencedera fisiologis D.0077

3.3.Intervensi
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL

1. Pola Napas  Tujuan: Setelah


Tidak Efektif dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas I.01011
b.d. Hambatan keperawatan
Observasi
Upaya napas diharapkan pola
D.0005 napas membaik  Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
 Kriteria hasil  Monitor bunyi napas tambahn
9mis. Gurgling, mengi, wheezing,
Pola Napas L.01004
ronkhi kering)
 Frekuensi napas  Monitor sputum (jumlah, warna,
membaik aroma)
 Kedalaman napas
Terapeutik
membaik
 Ventilasi semenit  Pertahankan kepatenan jalan
meningkat napas Posisikan semi-fowler atau
fowler Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15detik
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsep McGill Berikan
oksigen, jika perlu

Edukasi

 Anjurkan asupan cairan


2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
 Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

 Kolaborasi pembeian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

2. Risiko Infeksi Tujuan : Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi I.14539


b.d. Penyakit perawatan diharapkan
kronis gagal tingkat infeksi menurun Observasi
ginjal D.0142  Monitor tanda dan gejala infeksi
Kriteria Hasil : Tingkat local dan sistemik
Infeksi L.14137 Terapeutik
 Batasi jumlah pengunjung
 Kadar sel darah  Berikan perawatan kulit pada area
putih membaik edema
 Kultur darah  Cuci tngan sesudah kontak
membaik dengan pasien dan lingkungan
 Nyeri menurun pasien
 Pertahankan teknik aseptic pada
pasien berisiko tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan meningkatkan asupan
nutrisi
 Ajarkan menaikkan asupan cairan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian imunisasi

3. Gangguan Tujuan : Setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit (I.11353)


Integritas Kulit perawatan diharapkan
b.d. perubahan Integritas kulit dan jaringan Observasi
siekulasi D.0129 meningkat
 Identifikasi penyebab gangguan
Kriteria hasil : Integritas integritas kulit (mis. Perubahan
kulit dan jaringan L.14125 sirkulasi, perubahan status nutrisi,
peneurunan kelembaban, suhu
 Kerusakan jaringan lingkungan ekstrem, penurunan
menurun mobilitas)
 Nyeri menurun Terapeutik
 Perdarahan
menurun  Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah
 Kemerahan baring
menurun  Lakukan pemijatan pada area
penonjolan tulang, jika perlu
 Bersihkan perineal dengan air
hangat, terutama selama periode
diare
 Gunakan produk berbahan
petrolium atau minyak pada kulit
kering
 Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan hipoalergik pada
kulit sensitif
 Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering

Edukasi

 Anjurkan menggunakan pelembab


(mis. Lotin, serum)
 Anjurkan minum air yang cukup
 Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
 Anjurkan meningkat asupan buah
dan saur
 Anjurkan menghindari terpapar
suhu ektrime
 Anjurkan menggunakan tabir
surya SPF minimal 30 saat berada
diluar rumah

4. Nyeri Akut b.d. Tujuan : Setelah dilajkukan Manajemen Nyeri I.08238


Agen pencedera perawatan diharapkan
fisiologis Tingkat Nyeri menurun Observasi
D.0077  Identifikasi lokasi, karakteristik,
Kriteria Hasil : Tingkat durasi, frekuensi, kualitas,
Nyeri L.08066 intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Keluhan nyeri  Identifikasi respon nyeri non
menurun verbal
 Meringis menurun  Identifikasi faktor yang
 Sikap protektif memperberat dan memperingan
menurun nyeri
 Kemampuan  Identifikasi pengetahuan dan
menuntaskan keyakinan tentang nyeri
aktivitas meningkat  Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik

Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
 Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

3.4.Implementasi

Melaksanakan tindakan yang telah direncanakan sesuai keluhan dan kebutuhan klien.

3.5.Evaluasi
Hasil yang diharapkan :

 Pola napas membaik


 Tingkat infeksi menurun
 Integritas kulit dan jaringan meningkat
 Tingkat Nyeri menurun

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Gagal ginjal kronik merupakan salah satu penyakit yang mengalami peningkatan
setiap tahun. Pada pasien gagal ginjal kronik hanya mempertahankan fungsi ginjal yang
ada dan melakukan cuci darah untuk menggantikan fungsi ginjal . Pasien Hemodialisa
Tidak dapat bertahan hidup jika tidak melakukan terapi cuci darah Hasil penelitian
menemukan dua tema utama yaitu, perubahan fisiologis tubuh berupa, kelamahan fisik,
pola istirahat tidur,pola napas, pola eliminasi, gangguan sirkulasi dan gangguan pada
kulit. Tema kedua yaitu, Patuh dalam mengontrol asupan cairan dan nutrisi.

4.2. Saran
1. Bagi klien
Diharapkan klien tetap menjalankan kepatuhan asupan cairan dan nutrisi.
2. Bagi profesi perawat
Diharapkan dipergunakan untuk acuan pembelajaran dibidang ilmu keperawatan
3. Bagi peneliti selanjutnya
Dapat dimodifikasi dengan mengobservasi pasien hemodialisa tentang kebutuhan cairan
setiap hari serta melakukan pembatasan cairan

DAFTAR PUSTAKA

Andra, S.W., & Yessie, M.P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: ECG

Black, J & Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba Emban Patria

Desfrimadona, (2016). Kualitas Hidup pada Pasien Gagal ginjal Kronik dengan

Hemodialisa di RSUD Dr. M. Djamil Padang. Diploma Thesis Univesitas Andalas

KEMENKES (2018). Cegah dan Kendalikan Penyakit Ginjal Dengan CERDIK dan PATUH.
Diakses pada tanggal 07 Desember 2018 dari www.depkes.go.id
Kinta, (2012). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Gagal Ginjal
Kronik. Scribd.

PPNI, 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan III. DPP PPNI.
Jakarta

PPNI, 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta

PPNI, 2019. Standart I Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai