Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Menerapkan Prinsip Legal Etis Pada Pengambilan Keputusan Dalam Konteks Keperawatan

Anggota:

1.Fitria/0122008
2.Asis Irawan/0122016
3.Bunga Farhana/0122017
4.Dyana Hellenia AR/0122022
5.Karina Sukma Dewi DJ/0122029
6.Kristina Auralia/0122034
7.Mirza Syafa' Kamila/0122042
8.Syarani Yuna Cantika/0122076

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2022-2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i

KATA PENGANTAR………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI………………..………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang...........................................................................................4

 1.2.Rumusan Masalah...............……………………………………………...4

 1.3.Tujuan.……………………...……………………………………………4

BAB II PEMBAHASAN

2.1.Otonomi Dalam Keperawatan…………….…...…..................................5

2.2.Otoritas Dalam Keperawatan……..……...……………...........................8

2.3. Kode Etik Keperawatan…..……......…………………….......................8

BAB III PENUTUP

3.1.Kesimpulan………………..……………………………………………10

3.2.Saran……………………………………………..........………………..10

DAFTAR PUSAKA......................................................................................IV
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami Panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
pertolonganNya sehingga penyusunan makalah mengenai Prinsip legal etik dan pengambilan
keputusan dalam korteks keperawatan ini dapat terselesaikan.

Makalah ini di susun mengingat tugas dan tanggung jawab seorang perawat yg sangat
penting dalam memahami kode etik perawat. Selain itu makalah ini di susun sebagai bahan
referensi khususnya bagi mahasiswa mengenai baku Prinsip legal etik dan pengambilan
keputusan dalam korteks keperawatan. Ucapan Terimakasih kepada Dosen bidang studi dan
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini
dapat kami selesaikan.

Dalam penyusunan makalah ini tentu banyak sekali kekurang baik dari segi isi maupun
penulisan, jadi besar harapan kami atas kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca sehingga dapat menjadi suatu masukan untuk kesempurnaan makalah ini.

Mojokerto, 06 Oktober 2022

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dunia profesi keperawatan terus bergerak. Hampir dua dekade profesi ini menyerukan
perubahan paradigma. Perawat yang semula tugasnya hanyalah semata-mata menjalankan
perintah dokter kini berupaya meningkatkan perannya sebagai mitra kerja dokter seperti yang
sudah dilakukan di negara-negara maju.

Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi keperawatan
dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari eksternal tapi juga dari
internal profesi ini sendiri.

1.2.Rumusan Masalah

1. Apa itu Otonomi Dalam Keperawatan?

2. Apa yang di maksud dengan Otoritas dalam Keperawatan?

3. Apa yang dimaksud Kode Etik Keperawatan?

1.3. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui pa itu Otonomi Dalam Keperawatan

2. Agar mengetahui pa yang di maksud dengan Otoritas dalam Keperawatan

3. Untuk memahami Kode Etik Keperawatan

4. Untuk menambah pengetahuan bagi perawat dalam menjalankan profesinya dengan baik.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Otonomi Dalam Keperawatan

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan
membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai
oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan
tentang perawatan dirinya.

Contoh:

· Melakukan sesuatu bagi pasien dengan meminta izin terlebih dahulu kepada keluarga pasien

· Melakukan sesuatu dengan memberi informasi relevan yang penting diketahui pasien dalam
membuat suatu pilihan.

·Memberikan informasi yang lengkap yang ingin diketahui oleh pasien

1. Berbuat Baik (Beneficience)

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan


pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan,
terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.

Contoh : Perawat menasehati pasien tentang program pelatihan utnuk memperbaiki kesehatan
secara umum, tetapi tidak seharusnya melakukannya apabila pasien dalam keadaan resiko
serangan jantung.

2. Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek
profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Prinsip ini berarti tidak
menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.

Contoh: Seorang klien yang mempunyai kepercayaan bahwa pemberian tranfusi darah
bertentangan dengan keyakinannya, mengalami perdarahan hebat akibat penyakit hati yang
kronis. Sebelum kondisi klien bertambah berat, klien sudah memberikan pernyataan tertulis
kepada dokter bahwa ia tidak mau dilakukan tranfusi darah. Pada suatu saat, ketika kondisi klien
bertambah buruk dan terjadi perdarahan hebat, dokter seharusnya menginstruksikan untuk
memberikan tranfusi darah. Dalam hal ini, akhirnya tranfusi darah tidak diberikan karena prinsip
beneficience, walaupun sebenarnya pada saat yang bersamaan terjadi penyalahgunaan prinsip
maleficience.

3.Kejujuran (Veracity)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan
bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif
untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang
sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
selama menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan
adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk
pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu
memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang
kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.

Contoh: Ny. Ita seorang wanita lansia usia 60 tahun, dirawat diRS dengan berbagai macam
fraktur karena kecelakaan mobil. Suaminya yang juga ada dalam kecelakaan tersebut masuk ke
RS yang sama dan meninggal. Ny. Ita bertanya berkali-kali kepada perawat tentang keadaan
suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawatnya untuk tidak mengatakan kematian
suami Ny. Ita kepada Ny. Ita, perawat tidak diberi alasan apapun untuk petunjuk tersebut dan
menyatakan keprihatinannya kepada perawat kepala ruangan, yang mengatakan bahwa intruksi
dokter harus diikuti.

4.Menepati Janji (Fidelity)

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien.
Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya.Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan
bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
Contoh :

· Menjalin hubungan saling percaya antara perawt dengan pasien

· Memberi Penghargaan pada pasien

· Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah bagi pasien.

· Memberi kebebasan melakukan ibadah

· Membuat pasien sejahtera

5. Karahasiaan (Confidentiality)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.
Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam
rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali
jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan,
menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus
dihindari.

6.Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat
dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

2.2. Otoritas Dalam Keperawatan

Otoritas (autority) yaitu memiliki kewenangan sesuai dengan keahliannya yang akan
memengaruhi proses asuhan melalui peran professional.

Contoh:

1. Seorang perawat berhadapan dengan suatu pilihan antara pulang ke rumah karena sudah
berjanji dengan anaknya untuk pergi ke suatu tempat atau tetap berada di rumah sakit untuk
menolong klien memenuhi kebutuhannya dalam keadaan gawat.

2. Seorang ibu meminta perawat untuk melepas semua selang yang dipasang pada anaknya
yang telah koma delapan hari. Keadaan seperti ini, perawat menghadapi masalah posisinya
dalam menentukan keputusan secara moral.
3. Seorang klien berusia lanjut yang menolak untuk mengenakan sabuk pengaman waktu
berjalan, ia ingin berjalan dengan bebas. Pada situasi ini perawat menghadapi masalah upaya
menjaga keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan klien

4. Seorang perawat yang mendapati teman kerjanya menggunakan narkotika. Dalam posisi ini
perawat tersebut beradadalam pilihan apakah akan mengatakan hal inisecara terbuka atau diam
karena diancamakan dibuka rahasia yg dimilikinya bila melaporkan pada orang lain.

2.3. Kode Etik Keperawatan

Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku
dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan yang berlaku untuk seorang
perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat nasional
Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga kejadian
pelanggaran etik dapat dihindarkan. Kode etik keperawatan:

a. Perawat dan Klien

1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat


manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna
kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.

2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana


lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama
klien.

3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan.

4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku.

b. Perawat dan Praktek

1) Perawat memlihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan melalui belajar


terus-menerus.

2) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran
profesional yang menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan klien.
3) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan
mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi,
menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain.

4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu
menunjukkan perilaku profesional.

c. Perawat dan Masyarakat

Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung
berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.

d. Perawat dan Teman Sejawat

1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan tenaga
kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.

2) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.

e. Perawat dan Profesi

1) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan
keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan.

2) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan

3) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara kondisi
kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah membahas makalah ini, kita bisa menyimpulkan apa-apa saja yang berhubungan
dengan prinsip-prinsip legal etis dalam pengambilan keputusan dalam konteks keperawatan.
Otonomi, beneficence, justice, moral right, nilai dan norma masyarakat adalah bagian penting
bagi seorang perawat dalam melakukan tugas keperawatannya. Begitu juga dengan isu etik yang
ada, bahwa euthansia dan aborsi merupakan suatu perbuatan yang sangat tidak terpuji dan sangat
melanggar hukum apapun alasannya. Oleh karena itu pentinmglah bagi kita semua untuk
bertindak lebih mengarah ke etika-etika yang ada

B. Saran

Setelah mengetahui tentang keperawatan sebagai profesi perawat diharapka untuk lebih
meningkat kulitas kerja sebagai perawat dan mampu menjadi perawat yang profesional
dibidangnya.

DAFTAR PUSTAKA
http://gustinerz.wordpress.com/2011/01/23/keperawatan-sebagai-profesi-2/

http://www.g-excess.com/3264/kode-etik-dalam-keperawatan-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai