Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PRINSIP VERACITY DALAM KEPERAWATAN

DOSEN PEMBIMBING : Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep , M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 :


1. ARFIAH BUGIS (2001031)
2. ERIK EKSTRADA SULEMAN (2001040)
3. SRI SUSTRINA PAUS (2001039)

STIKES MUHAMMADIYAH MANADO


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2020
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah tentang “PRINSIP
VERACITY DALAM KEPERAWATAN”.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Prinsip Veracity Dalam Keperawatan. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang
kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Manado, 12 Oktober 2020

KELOMPOK 5

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................
ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................
2
C. Tujuan ................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Konsep Veracity Dalam Keperawatan ..................................................................................
3
1.2 Prinsip Veracity dan Kode Etik Keperawatan .......................................................................
3
1.3 Prinsip Veracity dan Patient’s Rights ....................................................................................
5
1.4 Prinsip Veracity dan Faktor Sosiokultural ............................................................................
6
1.5 Contoh Kasus Prinsip Veracity dalam Keperawatan .............................................................
8
1.6 Peran Perawat dalam Pembuatan Keputusan Etik Pada Prinsip Veracity ............................
12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang - Undang Nomor 38 tentang Keperawatan dalam melaksankan tugasnya
perawat berkewajiban memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik, standar
profesi dan standar prosedur operasional dan dalam memberikan informasi yang lengkap,
jujur, benar, jelas dan mudah dimengerti mengenai tindakan keperawatan kepada pasien
ataupun keluarga sesuai dengan batas kewenangannya. Rumah Sakit dituntut senantiasa
meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien, yang nantinya dapat menjadi ciri khas dan
pendongkrak daya saing rumah sakit. Perawat yang merupakan tenaga kesehatan yang selalu
berhadapan langsung dengan pasien, sehingga dalam pelaksanaannya memberikan pelayanan
berupa asuhan keperawatan, perawat harus senantiasa menjunjung tinggi kode etik
keperawatan dan menerapkan prinsip etik keperawatan. Kode etik sekaligus mencegah
kesalahpahaman dan konfik karena merupakan kristalisasi prilaku yang dianggap benar
menurut pendapat umum dan berdasarkan pertimbangan kepentingan profesi.
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap pada
kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun
yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari – harinya. Salah satu yang mengatur
hubungan antara perawat dan pasien adalah etika. Istilah etika dan moral sering dingunakan
secara bergantian.
Profesi keperawaran mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang berarti
masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk memberi pelayanan yang
dibutuhkan. Konsekuensi dari hal tersebut, tentunya setiap keputusan dri tindakan keperawatan
harus mampu dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan dan setiap pengambilan
keputusan tentunya tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata tetapi juga
dengan mempertimbangkan etika.
Standar praktik keperawatan meliputi standar asuhan dan standar kinerja profesional yang
dipakai sebagai evaluasi dalam menilai asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
sebagai evaluasi dalam menilai asuhan yang dilakukan oleh perawat meliputi jaminan mutu,
pendidikan, penilaian kinerja, kesejawatan, penerapan etik, kolaborasi dan pemanfaatan
sumber.
Perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien harus mempunyai kompetansi khusus dan
pengetahuan tentang etik dan hukum keperawatan, perawat harus bertindak secara etik dan
hukum untuk melindungi dirinya dan pasien (Nikolaos, 2014).
Menurut Potter & Perry (2005) Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
berkewajiban berpedoman terhadap 6 prinsip etik keperawatan yaitu: 1) otonomi (penentuan
diri), 2) non malficience (tidak merugikan), 3) beneficience (melakukan hal yang baik), 4)
justice (keadilan), 5) veracity (kejujuran), 6) fidelity (menepati janji).
1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan uraian diatas adalah:
1. Bagaimana konsep prinsip veracity dalam keperawatan ?
2. Jelaskan prinsip veracity dan kode etik keperawatan ?
3. Jelaskan prinsip veracity dan patient’s right ?
4. Jelaskan prinsip veracity dan faktor sosiokultural ?
5. Apa saja contoh kasus prinsip veracity dalam keperwatan ?
6. Apa saja peran perawat dalam pembuatan keputusan etik pada prinsip veracity ?

C. Tujuan
1. Mengetahui konsep dari prinsip veracity dalam keperawatan
2. Mengetahui kode etik keperawatan dalam prinsip veracity
3. Mengetahui patient’s rigth dalam prinsip veracity
4. Mengetahui faktor sosiokultural dalam prinsip veracity
5. Mengetahui contoh kasus dari prinsip veracity dalam keperawatan
6. Mengetahui peran perawat dalam pembuatan keputusan etik pada prisip veracity

2
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Konsep Veracity Dalam Keperawatan
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan
bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang
untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan
objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan
yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan
dirinya selama menjalani perawatan.

1.2 Prinsip Veracity dan Kode Etik Keperawatan


Kode etik merupakan persyaratan profesi yang memberikan penentuan dalam
mempertahankan dan meningkatkan standar profesi. Kode etik menunjukan bahwa tanggung
jawab terhadap kepercayaan masyarakat telah diterima oleh profesi (Kelly,1987). Jika angota
profesi melakukan suatu pelanggaran terhadap kode etik tersebut, maka pihak organisasi berhak
memberikan sanksi bahkan bisa mengeluarkan pihak tersebut dari organisasi tersebut.
Dalam keperawatan kode etik tersebut bertujuan sebagai penghubung antara perawat dan
tenaga medis , klien, dan tenaga kesehatan lainnya, sehingga tercipta kolaborasi yang
maksimal.
Dalam ilmu keperawatan terdapat suatu standar yang akan menjadi pedoman bagi perawat
dalam melakukan tindakan atau praktik keperawatan profesional. Standar tersebut adalah kode
etik keperawatan. Dengan kode etik tersebut, perawat dapat bertindak sesuai hukum atau aspek
legal perawat.
Beberapa kode etik yang ada di indonesia yang harus dimiliki oleh seorang perawat
profesional yaitu :
1. Tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga, dan masyarakat.
 Perawat berpedoman kepada tanggung jawab dari kebutuhan akan keperawatan
individu, keluarga dan masyarakat.
 Perawat memelihara suasana lingkungan yang dihormati nilai – nilai budaya, adat
istiadat, dan kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga, dan masyarakat.
 Perawat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus dan ikhlas sesuai dengan martabat
dan tradisi luhur keperawatan.
 Menjalin hubungan kerja sama dengan individu, keluarga, dan masyarakat dalam
mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan.

3
2. Tanggung jawab terhadap tugas
 Memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional
dalam menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat.
 Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan
tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
 Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan
untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.
 Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan
penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,
warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut serta
kedudukan sosial.
 Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien dalam
melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam mempertimbangkan
kemampuan jika menerima atau mengalihtugaskan tanggungjawab yang ada
hubungannya dengan keperawatan.

3. Tanggungjawab terhadap Sesama Perawat dan Profesi Kesehatan Lainnya


 Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan dengan
tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan
kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
 Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan
pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan
pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan kemampuannya.

4. Tanggungjawab terhadap Profesi Keperawatan


 Perawat senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan profesional secara mandiri
dan bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.
 Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
menunjukkan perilaku dan sifat pribadi yang luhur.
4
 Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta menerapkan dalam kegiatan dan pendidikan
keperawatan.
 Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi
keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.
 Tanggungjawab terhadap Pemerintah, Bangsa, dan Negara
 Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan yang
diharuskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
 Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada
pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada
masyarakat.

1.3 Prinsip Veracity dan Patient’s Rights

a. Hak – hak pasien


Disamping beberapa hak dan kewajiban perawat, perawat juga harus mengenal hak-hak
pasien sebagai obyek dalam praktek keperawatan. Sebagai hak dasar sebagai manusia
maka penerima asuhan keperawatan juga harus dilindungi hak-haknya, sesuai
perkembangan dan tuntutan dalam praktek keperawatan saat ini pasien juga lebih meminta
untuk menentukan sendiri dan mengontrol tubuh mereka sendiri bila sakit; persetujuan,
kerahasiaan, dan hak pasien untuk menolak pengobatan merupakan aspek dari penentuan
diri sendiri.
Hal-hal inilah yang perlu dihargai dan diperhatikan oleh profesi keperawatan dalam
menjalankan kewajibannya.
Tetapi dilain pihak, seorang individu yang mengalami sakit sering tidak mampu untuk
menyatakan hak-haknya, karena menyatakan hak memerlukan energi dan kesadaran diri
yang baik sedangkan dalam kondisi sakit seseorang mengalami kelemahan atau terikat
dengan penyakitnya dan dalam kondisi inilah sering individu tidak menyadari akan
haknya, disinilah peran seorang professional perawat.
Oleh karena itu sebagai perawat professional harus menganal hak-hak pasien, menurut
Annasdan Healy, 1974, hak-hak pasien adalah sebagai berikut:
 Hak untuk kebenaran secara menyeluruh
 Hak untuk mendapatkan privasi dan martabat yang mandiri
 Hak untuk memelihara penentuan diri dalam berpartisipasi dalam keputusansehubungan
dengan kesehatan seseorang.
5

 Hak untuk memperoleh catatan medis, baik selama maupun sesudah dirawat di
RumahSakit.

Sedangkan pernyataan hak pasien (Patient’sBill of Right) yang diterbitkan oleh “The
American Hospital Association” 1973, meliputi beberapa hal, yang
dimaksudkanmemberikan upaya peningkatan hak pasien yang dirawat dan dapat
menjelaskan kepada pasien sebelum pasien dirawat. Adapun hak-hak pasien, adalah
sebagai berikut, pasien mempunyai hak:

 Mempertahankan dan mempertimbangkan serta mendapatkan asuhan keperawatan


dengan penuh perhatian
 Memperoleh informasi terbaru, lengkap mengenai diagnosa, pengobatan dan program
rehabilitasi dari tim medis, dan informasi seharusnya dibuat untuk orang yang tepat
mewakili pasien, karena pasien mempunyai hak untuk mengetahui dari yang
bertanggung jawab danmengkoordinir asuhan keperawatannya.
 Menerima informasi penting untuk memberikan persetujuan sebelum memulai sesuatu
prosedur atau pengobatan kecuali dalam keadaan darurat, mencakup beberapa hal
penting,yaitu; lamanya ketidakmampuan, alternatif-alternatif tindakan lain dan siapa
yang akanmelakukan tindakan.
 Menolak pengobatan sejauh yang diijinkan hukum dan diinformasikan tentang
kosekwensi dari tindakan tersebut.

1.4 Prinsip Veracity dan Faktor Sosiokultural

Sosial dan kultural yang mempengaruhi pelayanan kesehatanYang dipakai sebagai pokok
pembicaraan dari bab ini adalah tentang kesehatan yang bukan hanya berdasarkan pengetahuan
dari penyakit fisik saja, tetapi juga atas pengaruh dari sosialkiultural. sering kali perawat harus
merencanakan dan memberikan asuhan kepada individu / keluarga yang kepercayaan kesehatan
berbeda dari faham perawat. guna memberikan pelayanan yang efektir dan cocok perawat harus
mengenal pentingnya pengaruh budaya dan lain-lain kultural.

a. Faktor – faktor sosiokultural masyarakat


Yang berikut ini adalah daftar faktor – faktor sosiokultural yang menonjol yang harus
dikaji dalam masyarakat :

6
 Pengaruh – pengaruh yang selalu ada yang membagi oran kedalam kelompo-
kelompok dalam masyarakat seperti etnis, agama , kelas sosial, pekerjaan, tempat
tinggal, bahasa, pendidikan, jenis kelamin, kesuksesan dan umur.
 Kondisi – kondisi yang menimbulkan konflik sosial dan / aturan jalur social
 Sikap terhadap kelompok minorAADitas, anak muda dengan orang dewasa, pria
dengan wanita.
 Pembagian masyarakat kedalam tantangan atau distrik dengan karakteristiknya.
 Jalur – jalur formal dan informal utuk komunikasi diantara berbagai program dan
masyarakat
 Kendala -kendala timbul akibat perbedaan kepercayaan budaya praktek
 Politik orientasi dimasyarakat (sikap terhadap autoritas serta pemakaiannya pada
masalah kesehatan )
 Pola – pola migrasi baik didalam maupun diluar masyarakat dan pengaruhnya
terhadap jasa pelayanan kesehatan
 Hubungan agama dan pengobatan dalam masyarakat (siapa dan apa penyebab dari
penyakit dan bagaimana cara mencegahnya)
 Betuk penyakit atau sakit yang dipandang oleh berbagai anggota masyarakat
bagaimana hal itu bisa timbul (kondisi budaya yang spesifik, seperti penyakit yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara panas dan dingin atau penyakit yang
disebabkan oleh magig).

b. Faktor - faktor sosiokultural keluarga dan / atau individu


Bila mengkaji keluarga atau individu perawat kesehatan masyarakat harus menyadari
yang berikut :
 Kekhasan keluarga, peranan yang dipegagan oleh keluarga dan kerabat, pola- pola
pemukiman.
 Berbagai jenis ritual dan berbagai upacara yang dianggap penting dalam siklus
kehidupan seperti kelahiran, kematian, masa remaja, pernikahan.
 Kepercayaan kesehatan dan nilai-nilai anggota keluarga dan arti sosial yang
bergantung kepada kesejahteraan dan sakit
 Kepercayaan mengenai organ rubuh dan / atau sistem dan bagiamana cara
berfungsinya.

 Metode tertentu yang dipakai untuk mempertahankan kesehatan, seperti higine dan
praktek merawat diri sendiri.
 Sikap terhadap imunisasi , penyaringan dan usaha – usaha pencegahan yang lain.
 Kepercayaan dan praktek diseputar konsepsi, hamil, melahirkan, laktasi dan
membesarkan anak.
 Sikap terhadap penyakit mental, cacat, mati.
 Orang dalam keluarga yang bertanggung jawab untuk berbagai kepercayaan
kesehatan dan prakteknya dari program kesehatan yang sudah ditentukan.
 Topik kesehatan yang sensitif atau dilarang oleh klien
 Kemungkinan konflik diantara keluarga mngenai kepercayaan kesehatan dan
prakteknya dari program kesehatan yang sudah ditetukan.
 Kepercayaan dan peraturan dan pilihan atau keraguan mengenai makanan yang bisa
diyakini sebagai penyebab atau obat untuk penyakit.

1.5 Contoh Kasus Prinsip Veracity Dalam Keperawatan

a. Kasus Dilema Etik

Suatu hari ada seorang bapak (sebut saja Tuan A) yang di bawa ke rumah sakit oleh
keluarganya dengan gejala demam dan diare kurang lebih 6 hari, dan menderita sariawan
sudah tiga bulan tidak sembuh – sembuh sehingga berat badanya turun secara berangsur –
angsur.

Kemudian bapak tersebut di opname dan di ambil sampel darahnya oleh perawat untuk
di lakukan tes laboratorium. Setelah hasilnya keluar dinyatakan bapak tersebut positif
terjangkit penyakit HIV/AIDS. Setelah itu perawat kemudian memanggil keluarga bapak
itu untuk meghadap dokter yang menangani bapak tersebut. Bersama dengan seijin dokter,
perawat menjelaskan tentang kondisi pasien dan penyakitnya. Keluarga tersebut terlihat
kaget dan bingung. Sehingga keluarga meminta kepada dokter dan perawat untuk tidak
memberitahukan penyakit tersebut kepada bapak itu, karena keluarganya takut jika bapak
tersebut akan merasa frustasi dan tidak mau menerima kondisinya sehingg berpikiran
bahwa akan dikucilkan dari masyarakat.
Perawat tersebut mengalami dilema etik dimana satu sisi dia harus memenuhi
permintaan keluarga namun di sisi lain perawat tersebut harus memberitahukan kondisi
yang dialami oleh Tn. A karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi.

b. Pembahasan Kasus

Kasus diatas menjadi suatu dilema etik bagi perawat dimana dilema etik itu
didefinisikan sebagai suatu masalah yang melibatkan dua ( atau lebih ) landasan moral
suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya.

Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif tindakan memiliki landasan moral
atau prinsip.

Perawat tersebut berusaha untuk memberikan pelayanan keperawatan yang sesuai


dengan etika dan legal yaitu dia menghargai keputusan yang dibuat oleh pasien dan
keluarga. Selain itu dia juga harus melaksanakan kewajibannya sebagai perawat dalam
memenuhi hak-hak pasien salah satunya adalah memberikan informasi yang dibutuhkan
pasien atau informasi tentang kondisi dan penyakitnya.

Memberikan informasi kepada pasien merupakan suatu bentuk interaksi antara pasien
dan tenaga kesehatan. Sifat hubungan ini penting karena merupakan faktor utama dalam
menentukan hasil pelayanan kesehatan. Keputusan keluarga pasien yang berlawanan
dengan keinginan pasien tersebut maka perawat harus memikirkan alternatif-alternatif atau
solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan berbagai konsekuensi dari masing-
masing alternatif tindakan.

Penyelesaian kasus dilema etik seperti ini diperlukan strategi untuk mengatasinya karena
tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan pendapat antar tim medis yang terlibat
termasuk dengan pihak keluarga pasien. Jika perbedaan pendapat ini terus berlanjut maka
akan timbul masalah komunikasi dan kerjasama antar tim medis menjadi tidak optimal. Hal
ini jelas akan membawa dampak ketidaknyamanan pasien dalam mendapatkan pelayanan
keperawatan.

Berdasarkan pendekatan model Megan, maka kasus dilema etik perawat yang merawat
Tn. A ini dapat dibentuk kerangka penyelesaian sebagai berikut :

1. Mengkaji situasi
Dalam hal ini perawat harus bisa melihat situasi, mengidentifikasi masalah/situasi dan
menganalisa situasi. Dari kasus diatas dapat ditemukan permasalahan atau situasi
sebagai berikut :

a. Tn. A menggunakan haknya sebagai pasien untuk mengetahui penyakit yang


dideritanya sekarang sehingga Tn. A meminta perawat tersebut memberikan
informasi tentang hasil pemeriksaan kepadanya.
b. Rasa kasih sayang keluarga Tn. A terhadap Tn. A membuat keluarganya berniat
menyembunyikan informasi tentang hasil pemeriksaan tersebut dan meminta
perawat untuk tidak menginformasikannya kepada Tn. A dengan pertimbangan
keluarga takut jika Tn. A akan frustasi tidak bisa menerima kondisinya
sekarang.
c. Perawat merasa bingung dan dilema dihadapkan pada dua pilihan dimana dia
harus memenuhi permintaan keluarga, tapi disisi lain dia juga harus memenuhi
haknya pasien untuk memperoleh informasi tentang hasil pemeriksaan atau
kondisinya.

2. Mendiagnosa Masalah Etik Moral


Berdasarkan kasus dan analisa situasi diatas maka bisa menimbulkan permasalahan etik
moral jika perawat tersebut tidak memberikan informasi kepada Tn. A terkait dengan
penyakitnya karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi tentang
kondisi pasien termasuk penyakitnya.

3. Membuat Tujuan dan Rencana Pemecahan


Alternatif-alternatif rencana harus dipikirkan dan direncanakan oleh perawat bersama
tim medis yang lain dalam mengatasi permasalahan dilema etik seperti ini. Adapun
alternatif rencana yang bisa dilakukan antara lain :
 Perawat akan melakukan kegiatan seperti biasa tanpa memberikan informasi
hasil pemeriksaan/penyakit Tn. A kepada Tn. A saat itu juga, tetapi memilih
waktu yang tepat ketika kondisi pasien dan situasinya mendukung.
 Hal ini bertujuan supaya Tn. A tidak panic yang berlebihan ketika mendapatkan
informasi seperti itu karena sebelumnya telah dilakukan pendekatan-pendekatan
oleh perawat. Selain itu untuk alternatif rencana ini diperlukan juga suatu bentuk
motivasi/support sistem yang kuat dari keluarga. Keluarga harus tetap menemani
Tn. A tanpa ada sedikitpun perilaku dari keluarga yang menunjukkan denial
ataupun perilaku menghindar dari Tn. A.

10
Dengan demikian diharapkan secara perlahan, Tn. A akan merasa nyaman
dengan support yang ada sehingga perawat dan tim medis akan
menginformasikan kondisi yang sebenarnya.
Ketika jalannya proses sebelum diputuskan untuk memberitahu Tn. A tentang
kondisinya dan ternyata Tn. A menanyakan kondisinya ulang, maka perawat
tersebut bisa menjelaskan bahwa hasil pemeriksaannya masih dalam proses tim
medis.
 Alternatif ini tetap memiliki kelemahan yaitu perawat tidak segera memberikan
informasi yang dibutuhkan Tn. A dan tidak jujur saat itu walaupun pada
akhirnya perawat tersebut akan menginformasikan yang sebenarnya jika
situasinya sudah tepat. Ketidakjujuran merupakan suatu bentuk pelanggaran
kode etik keperawatan.
Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai perawat dalam memenuhi
hak-hak pasien terutama hak Tn. A untuk mengetahui penyakitnya, sehingga
ketika hasil pemeriksaan sudah ada dan sudah didiskusikan dengan tim medis
maka perawat akan langsung menginformasikan kondisi Tn. A tersebut atas
seijin dokter.
 Alternatif ini bertujuan supaya Tn. A merasa dihargai dan dihormati haknya
sebagai pasien serta perawat tetap tidak melanggar etika keperawatan. Hal ini
juga dapat berdampak pada psikologisnya dan proses penyembuhannya.
Misalnya ketika Tn. A secara lambat laun mengetahui penyakitnya sendiri atau
tahu dari anggota keluarga yang membocorkan informasi, maka Tn. A akan
beranggapan bahwa tim medis terutama perawat dan keluarganya sendiri
berbohong kepadanya. Dia bisa beranggapan merasa tidak dihargai lagi atau
berpikiran bahwa perawat dan keluarganya merahasiakannya karena ODHA
(Orang Dengan HIV/AIDS) merupakan “aib” yang dapat mempermalukan
keluarga dan Rumah Sakit.
Kondisi seperti inilah yang mengguncangkan psikis Tn. A nantinya yang
akhirnya bisa memperburuk keadaan Tn. A. Sehingga pemberian informasi
secara langsung dan jujur kepada Tn. A perlu dilakukan untuk menghindari hal
tersebut.

11
4. Melaksanakan Rencana
Alternatif-alternatif rencana tersebut harus dipertimbangkan dan didiskusikan dengan
tim medis yang terlibat supaya tidak melanggar kode etik keperawatan.

5. Mengevaluasi Hasil
Alternatif yang dilaksanakan kemudian dimonitoring dan dievaluasi sejauh mana Tn. A
beradaptasi tentang informasi yang sudah diberikan. Jika Tn. A masih denial maka
pendekatan-pendekatan tetap terus dilakukan dan support sistem tetap terus diberikan
yang pada intinya membuat pasien merasa ditemani, dihargai dan disayangi tanpa ada
rasa dikucilkan.

1.6 Peran Perawat Dalam Pembuatan Keputusan Etik Pada Prinsip Veracity Dalam
Keperawatan

Pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan yang melibatkan berbagai komponen


yang harus dipertimbangkan secara matang oleh perawat, terutama yang terkait dengan
permasalahan pada tatanan klinik.Hal ini sangat erat kaitannya dengan perkembangan praktik
keperawatan yang semakin kompleks, adanya tuntutan efisiensi layanan kesehatan ditengah
situasi yang selalu berubah, serta perkembangan budaya yang ada menyebabkan tugas
pengambilan keputusan menjadi lebih berat. Dampak dari pengambilan keputusan yang tepat
akan dibayar dengan harga yang tinggi baik untuk individu yang memutuskan maupun institusi
individu tersebut bekerja. Tujuan utama profesi perawat adalah bertugas sebagai problem
solver, yaitu memecahkan masalah kesehatan pasiennya dengan menggunakan metode
pemecahan masalah.Metode pemecahan masalah digunakan sebgai kerangka bagi perawat
untuk membuat keputusan etik.

Pengambilan keputusan adalah suatu rangkaian kegiatan memilih alternatif atau


kemungkinan.Keputusan etis dibuat berdasarkan kesepakatan antara pasien dan perawat. Oleh
karena itu seorang perawat harus mampu meyakinkan pasien bahwa keputusan etis yang
diambil adalah berdasarkan analisa dan pertimbangan yang matang.

Kesepakatan persetujuan antara pasien pasien dan perawat tentang keputusan tindakan
tersebut dapat berupa informed consent sehingga terdapat bukti yang kuat bahwa keputusan etik
tersebut diambil berdasarkan kesepakatan bersama.

Dalam setiap pengambilan keputusan etis peran perawat adalah sebagai konselor dan
advokat, artinya perawat harus memberikan informasi tentang kondisi dan situasi yang terjadi,
dan melibatkan pasien dan keluarga dalam proses pengambilan keputusan. Sebagai advokat,
berarti perawat melindungi hak pasien untuk mendapatkan perawatan yang menguntungkan dan
tidak merugikan.

12

Dalam Sumijatun (2009) dikatakan bahwa praktik keperawatan melibatkan interaksi yang
kompleks antara nilai individu, sosial dan politik, serta hubungannya dengan masyarakat
tertentu.Sebagai dampaknya perawat sering mengalami situasi yang berlawanan dengan hati
nuraninya.Meskipun demikian, perawat tetap akanmenjaga kewajibannya sebagai pemberi
pelayanan kesehatan yang tentunya lebih bersifat kemanusiaan. Dalam membuat keputusan
perawat akan berpegang teguh pada pola pikir rasional serta tanggung jawab moral dengan
menetapkan prinsip etik dan hukum yang berlaku. Dalam proses pengambilan keputusan etis
dikenal beberapa teori yang dapat menjadi pembenaran terhadap suatu putusan etik, yaitu teori
teleologi dan deontologi.
13

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan agar dapat diterima dan dihargai
oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka perawat harus memanfaatkan nilai-nilai
keperawatan dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuat dalam
mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian perawat yang menerima tanggung jawab,
dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti
bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi
jaminan bagi keselamatan pasien, penghormatan terhadap hak-hak pasien, dan akan berdampak
terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Selain itu dalam menyelesaikan
permasalahan etik atau dilema etik keperawatan harus dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan prinsip-prinsip etik supaya tidak merugikan salah satu pihak.

B. Saran
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang keperawatan
harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya nantinya.
14

DAFTAR PUSTAKA

Dewi,Devy Silvia.2015. “Makalah Etika Keperawatan”,

http://scholar.unand.ac.id/31077/2/BAB%201%20PENDAHULUAN%20DEBBY
%20SILVIA%20DEWI.pdf, di akses pada 12 oktober 2020 pukul 12.30

Putri, Andini Eka.2017. “Konsep Etika Dalam Keperawatan”,

https://www.academia.edu/8622935/Konsep_Etika_Dalam_Keperawatan, di akses pada 12


oktober 2020 pukul 15.30

Kahfi, Resty.2017. “Etika Dan Hukum Keperawatan”,

https://www.academia.edu/12019224/ETIKA_DAN_HUKUM_KEPERAWATAN, di
akses pada 12 oktober 2020 pukul 18.15

Geoffry hunt. 1994. Ethical issues in nursing. New york: press (padstow)

Ltd.

Ismaini, N. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika k_2 nurse.

2009. Etika Keperawatan. Unpad Webblog. Diakses tanggal 13 November 2011. Diposkan
tanggal 16 Januari 2009. http://blogs.unpad.ac.id/k2_nurse/?tag=etika-keperawatan

Kozier B., Erb G., Berman A., & Snyder S.J. 2004. Fundamentals of

Nursing Concepts, Process and Practice 7th Ed., New Jersey: Pearson Education Line

Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional.


Jakarta : EGC PPNI. 2000. Kode Etik Keperawatan Indonesia. Keputusan Munas VI.

Rubenfeld, M. Gaie. K. Scheffer, B. 2006. Berpikir Kritis dalam

Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EG

Suhaemi,M. 2002. Etika Keperawatan aplikasi pada praktek. Jakarta : EGC

ThompsonJ.B & Thopson H.O. 1981. Ethics in Nursing. Macmillan Publ.

Co

15

Anda mungkin juga menyukai