Anda di halaman 1dari 27

i

MAKALAH
TANGGUNG JAWAB HUKUM SESUAI PERAN PERAWAT DALAM
PRAKTIK KEPERAWATAN

Mata Kuliah

Keperawatan Profesional

Dosen Pembimbing :
Sri Hardi Wuryaningsh, S. Kep, Ns, M. Kes

Penyusun :

Semester III Reguler B

1. Andiko Ilhami Muhammad (P27820119054)


2. Chrisdani Lois Hasibuan (P27820119059)
3. Desi Novita Sari (P27820119061)
4. Dian Alimah Husna (P27820119062)
5. Dwi Rachmawati (P27820119066)
6. Eka Viola Vernanda (P27820119067)
7. Farah Hanafiyah (P27820119070)
8. Ilham Itsnan Khadafi (P27820119073)
9. Wulan Sekar Oktaviani (P27820119097)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah
Keperawatan Profesional dengan judul “Tanggung Jawab Hukum Sesuai Peran
Perawat Dalam Praktik Keperawatan”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Surabaya, 12 Oktober 2020


iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3

2.1 Pengertian Tanggung Jawab (Responbility)....................................................3


2.2 Tanggung Gugat (Accountability)...................................................................9
2.3 Dasar Hukum Pelaksanaan Asuhan Keperawatan...........................................11
2.4 Tanggung Jawab Perawat Secara Hukum.......................................................12
2.5 Teori Perlindungan Hukum Perawat...............................................................18
2.6 Contoh Kasus...................................................................................................19

BAB III PENUTUP.............................................................................................22

3.1 Kesimpulan......................................................................................................22
3.2 Saran................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................24
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan keperawatan didunia menjadi acuan dasar bagi


perawat dalam melakukan perubahan mendasar pada kegiatan profesinya.
Pada awalnya, pekerjaan perawat merupakan pekerjaan vokasional tapi
saat ini bergeser menjadi pekerjaan profesional. Perawat yang dahulu
berfungsi sebagai perpanjangan tangan dokter, dan bagian dari tujuan
pelayanan klinis, tetapi sekarang berkesempatan memiliki pelayanan
keparawatan mandiri sebagai upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan.

Ketika perawat melakukan praktik keperawatan, diwajibkan untuk


menjunjung asas etik dan profesionalisme. Bagi perawat, asas etik adalah
salah satu pondasi yang sangat penting dalam membuat hubungan baik
dengan semua pihak dalam memberi pelayanan keperawatan. Adanya
hubungan yang baik dengan semua pihak yang berperan dalam pemberian
pelayanan kesehatan membuat kemudahan untuk mencapai tujuan
bersama, yaitu kepuasan dan kesembuhan pasien. Interaksi yang dilakukan
perawat kepada pasien sangat diperlukan dalam pemberian asuhan
keperawatan demi tercapainya unsur kerekatan dan kekeluargaan.

Terdapatnya masalah etik keperawatan yang sebagian besar berasal


dari pelaksanaan pelayanan keperawatan. Munculnya ketidakpuasan pada
pasien yaitu pasien merasa kebutuhannya tidak diperhatikan dan dipenuhi
perawat dalam pelayanan kesehatan. Masalah etik yang ada menimbulkan
konflik antar tenaga kesehatan ataupun dengan pasien, hal ini seperti yang
terdapat dalam buku etik keperawatan dengan pendekatan praktik yang
menjelaskan masalah etis yang dihadapi perawat menimbulkan konflik
antara kebutuhan pasien dengan harapan dan falsafah perawat saat praktik
keperawatan.

Adanya hukum antara pasien dan perawat dimulai dari keperdataan


untuk mengetahui kedudukan hubungan perawat dan pasien dalam
2

landasan hukum. Dalam hal tanggung jawab perawat sebagai tenaga


kesehatan dijelaskan antara lain Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 36
Tahun 2009 disebutkan bahwa "Sumber daya di bidang kesehatan adalah
segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat
kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang
dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat". Kemudian
Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
menyatakan bahwa "Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan".

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian tanggung jawab?
2. Apa penjelasan dari tanggung gugat?
3. Apa dasar hukum pelaksanaan asuhan keperawatan?
4. Bagaimanakah tanggung jawab seorang perawat terhadap pasien?
5. Bagaimana teori perlindungan hukum perawat?
6. Berikan contoh kasus tanggung jawab hukum sesuai peran perawat
dalam praktek keperawatan?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dan penjelasan tanggung jawab
2. Mengetahui pengertian dan penjelasan tanggung gugat
3. Mengetahui bagaimana tanggung jawab seorang perawat terhadap
pasien.
4. Mengetahui bagaimana teori perlindungan hukum perawat.
5. Mengetahui contoh kasus tanggung jawab hukum sesuai peran perawat
dalam praktek keperawatan.
3

BAB II

PEMBAHASAN

1.
2.
2.1. Pengertian Tanggung Jawab (Responbility)
2.1.1 Pengertian Responsibility (Barbara kozier dalam
Fundamental ofnursing 1983:25)
Responsibilitymeans : Reliability and thrust worthiness.
This attribute indicates that the Professional nurse carries out
required nursing activities conscientiously and that nurse’s Actions
are honestlyreported (Koziers, 1983:25). Tanggung jawab perawat
berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya. Sebutan ini
Menunjukan bahwa perawat professional menampilkan kinerja
secara hati-hati, teliti dan kegiatan Perawat dilaporkan secara jujur.
Klien merasa yakin bahwa perawat bertanggung jawab dan
Memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang relevan
dengan disiplin ilmunya. Kepercayaan tumbuh dalam diri klien,
karena kecemasan akan muncul bila klien merasa tidak Yakin
bahwa perawat yang merawatnya kurang terampil, pendidikannya
tidak memadai dan Kurang berpengalaman. Klien tidak yakin
bahwa perawat memiliki integritas dalam sikap, Keterampilan,
pengetahuan (integrity) dan kompetensi. Beberapa cara dimana
perawat dapat mengkomunikasikan tanggung jawabnya :
1. Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien
(sincereintereset)
Contoh : “Mohon maaf bu demi kenyamanan ibu dan kesehatan ibu
saya akan mengganti Balutan atau mengganti spreinya”.
2. Bila perawat terpaksa menunda pelayanan, maka perawat bersedia
memberikan Penjelasan dengan ramah kepada kliennya
(explanantionaboutthedelay). Misalnya ; “Mohon maaf pak saya
memprioritaskan dulu klien yang gawat dan darurat sehingga
Harus meninggalkan bapak sejenak”.
4

3. Menunjukan kepada klien sikap menghargai (respect) yang


ditunjukkan dengan perilaku Perawat. Misalnya mengucapkan
salam, tersenyum, membungkuk, bersalaman dsb.
4. Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien
(subjectsthepatiens Desires) bukan pada kepentingan atau
keinginan perawat misalnya “Coba ibu jelaskan Bagaimana
perasaan ibu saat ini”. Sedangkan apabila perawat berorientasi
pada Kepentingan perawat ; “ Apakah bapak tidak paham bahwa
pekerjaan saya itu banyak, Dari pagi sampai siang, mohon
pengertiannya pak, jangan mau dilayani terus”
5. Tidak mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan maksud
menghina (derogatory)
Misalnya “ pasien yang ini mungkin harapan sembuhnya lebih
kecil dibanding pasien Yang tadi”
6. Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam
sudut pandang klien (seethepatientpointofview). Misalnya perawat
tetap bersikap bijaksana saat klien. Menyatakan bahwa obatnya
tidak cocok atau diagnosanya mungkin salah.
2.1.2Pengertian Tanggung jawab perawat menurut ANA
Responsibility adalah : Penerapan ketentuan hukum
(eksekusi) terhadap tugas-tugas yang Berhubungan dengan peran
tertentu dari perawat, agar tetap kompeten dalam Pengetahuan,
Sikap Dan bekerja sesuai kode etik (ANA, 1985)Menurut
pengertian tersebut, agar memiliki tanggung jawab maka perawat
diberikan ketentuan hukum dengan maksud agar pelayanan
perawatannya tetap sesuai standar. Misalnya hukum mengatur
apabila perawat melakukan kegiatan kriminalitas, memalsukan
ijazah, melakukan pungutan liar dsb. Tanggung jawab perawat
ditunjukan dengan cara siap menerima hukuman (punishment)
secara hukum kalau perawat terbukti bersalah atau melanggar
hukum.
5

2.1.3 Pengertian Responsibility menurut Berten , (1993:133)


Responsibility : Keharusan seseorang sebagai mahluk
rasional dan bebas untuk tidak. Mengelak serta memberikan
penjelasan mengenai perbuatannya, secara retrosfektif atau
prosfektif (Bertens,1993:133).
Berdasarkan pengertain di atas tanggung jawab diartikan
sebagai kesiapan memberikan jawaban atas tindakan-tindakan yang
sudah dilakukan perawat pada masa lalu atau tindakan yang akan
berakibat di masa yang akan datang. Misalnya bila perawat dengan
sengaja memasang alat kontrasepsi tanpa persetujuan klien maka
akan berdampak pada masa depan klien. Klien tidak akan punya
keturunan padahal memiliki keturunan adalah hak semua manusia.
Perawat secara retrospektif harus bisa mempertanggung-jawabkan
meskipun tindakan perawat tersebut dianggap benar menurut
pertimbangan medis.
2.1.4 Jenis tanggung jawab perawat
Tanggung jawab (Responsibility) perawat dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1. Responsibility to God (tanggung jawab utama terhadap Tuhannya)
2. Responsibility to Client and Society (tanggung jawab terhadap
klien dan masyarakat)
3. Responsibility to Colleagueand Supervisor (tanggung jawab
terhadap rekan sejawat dan atasan)
2.1.5 Tanggung jawab perawat terhadap Tuhannya saat merawat klien
Dalam sudut pandang etika Normatif, tanggung jawab perawat
yang paling utama adalah tanggung jawab di hadapan Tuhannya.
Sesungguhnya penglihatan, pendengaran dan hati akan dimintai
pertanggung jawabannya di hadapan Tuhan. Dalam sudut pandang Etik
pertanggung jawaban perawat terhadap Tuhannya terutama yang
menyangkut hal-hal berikut ini ;
1. Apakah perawat berangkat menuju tugasnya dengan niat ikhlas
karena Allah ?
6

2. Apakah perawat mendo’akan klien selama dirawat dan memohon


kepada Allah untuk kesembuhannya ?
3. Apakah perawat mengajarkan kepada klien hikmah dari sakit ?
4. Apakah perawat menjelaskan mafaatdo’a untuk kesembuhannya ?
5. Apakah perawat memfasilitasi klien untuk beribadah selama di
RS?
6. Apakah perawat melakukan kolaborasi dalam pemenuhan
kebutuhan spiritual klien?
7. Apakah perawat mengantarkan klien dalam sakaratul maut menuju
Khusnul khotimah?
2.1.6 Tanggung Jawab (Responsibility) Perawat Terhadap Klien.
Tanggung jawab merupakan aspek penting dalam etika perawat.
Tanggung jawab adalah kesediaan seseorang untuk menyiapkan diri dalam
menghadapi resiko terburuk sekalipun, memberikan kompensasi atau
informasi terhadap apa-apa yang sudah dilakukannya dalam melaksanakan
tugas.
Tanggung jawab seringkalibersipatretrospektif, artinya selalu
berorientasi pada perilaku perawat di masa lalu atau sesuatu yang sudah
dilakukan. Tanggung jawab perawat terhadap klien berfokus pada apa-apa
yang sudah dilakukan perawat terhadap kliennya.Perawat dituntut untuk
bertanggung jawab dalam setiap tindakannya khususnya selama
melaksanakan tugas di rumah sakit, puskesmas, panti, klinik atau
masyarakat. Meskipun tidak dalam rangka tugas atau tidak sedang
meklaksanakan dinas, perawat dituntut untuk bertangung jawab dalam
tugas-tugas yang melekat dalam diri perawat. Perawat memiliki peran dan
fungsi yang sudah disepakati. Perawat sudah berjanji dengan sumpah
perawat bahwa ia akan senantiasa melaksanakan tugas-tugasnya.
Contoh bentuk tanggung jawab perawat selama dinas; mengenal
kondisi kliennya melakukan operan, memberikan perawatan selama jam
dinas, tanggung jawab dalam mendokumentasikan, bertanggung jawab
dalam menjaga keselamatan klien, jumlah klien yang sesuai dengan
catatan dan pengawasannya, kadang-kadang ada klien pulang paksa atau
7

pulang tanpa pemberitahuan, bertanggung jawab bila ada klien tiba-tiba


tensinya drop tanpa sepengetahuan perawat. dsb.
Tanggung jawab perawat erat kaitanya dengan tugas-tugas
perawat. Tugas perawat secara umum adalah memenuhi kebutuhan dasar.
Peran penting perawat adalah memberikan pelayanan perawatan (care)
atau memberikan perawatan (caring). Tugas perawat bukan untuk
mengobati (cure). Dalam pelaksanaan tugas di lapangan adakalanya
perawat melakukan tugas dari profesi lain seperti dokter, farmasi, ahli gizi,
atau fisioterapi. Untuk tugas-tugas yang bukan tugas perwat seperti
pemberian obat maka tanggung jawab tersebut seringkali dikaitkan dengan
siapa yang memberikan tugas tersebut atau dengan siapa ia berkolaborasi.
Dalam kasus kesalahan pemberian obat maka perawat harus turut
bertanggung-jawab, meskipun tanggung jawab utama ada pada pemberi
tugas atau atasan perawat, dalam istilah etika dikenal dengan Respondeath
Superior. Istilah tersebut merujuk pada tanggung jawab atasan terhadap
perilaku salah yang dibuat bawahannya sebagai akibat dari kesalahan
dalam pendelegasian. Sebelum melakukan pendelegasian seorang
pimpinan atau ketua tim yang ditunjuk misalnya dokter harus melihat
pendidikan, skill, loyalitas, pengalaman dan kompetensi perawat agar
tidak melakukan kesalahan dan bisa bertanggung jawab bila salah
melaksanakan pendelegasian.
Dalam pandangan Etika penting sekali memahami tugas perawat
agar mampu memahami tanggung jawabnya. Perawat perlu memahami
konsep kebutuhan dasar manusia.
Berdasarkan konsep kebutuhan dasar tersebut, perawat memegang
tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan dasar klien. Perawat
diharapkan memandang klien sebagai mahluk unik yang komprehensif
dalam memberikan perawatan. Komprehensif artinya dalam memenuhi
kebutuhan dasar klien, tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan
fisiknya ataupsikologisnya saja, tetapi semua aspek menjadi tanggung
jawab perawat. sebagai contoh ketika merawat klien fraktur perawat tidak
hanya memenuhi kebutuhan istirahat, rasa nyaman dan terhindar dari nyeri
8

(sleepandcomportneed), tetapi memandang klien sebagai mahluk utuh


yangberdampak pada gangguan psikologisnya seperti cemas, takut, sedih,
terasing sebagai dampak dari fraktur, atau masalah-masalah sosial seperti
(tidak bisa bekerja, rindu pada keluarga, terpisah dari teman, sampai
masalah spiritual seperti berburuk sangka pada Allah, tidak mau berdo’a
dan perasaan berdosa.
Etika perawat melandasi perawat dalam melaksanakan tugas-tugas
tersebut. Dalam pandangan etika keperawatan perawat memilki tanggung
jawab (responsibility) terhadap-tugastugasnya terutama keharusan
memandang manusia sebagai mahluk yang utuh dan unik. Utuh artinya
memiliki kebutuhan dasar yang kompleks dan saling berkaitan antara
kebutuhan satu dengan lainnya, unik artinya setiap individu bersipat khas
dan tidak bisa disamakan dengan individu lainnya sehingga memerlukan
pendekatan khusus kasus per kasus, karena klien memiliki riwayat
kelahiran, riwayat masa anak, pendidikan, hobby, pola asuh, lingkungan,
pengalaman traumatik, dan cita-cita yang berbeda. Kemampuan perawat
memahami riwayat hidup klien yang berbeda-beda dikenal dengan
Abilitytoknow Life span History dan kemampuan perawat dalam
memandang individu dalam rentang yang panjang dan berlainan dikenal
dengan Holistic.
2.1.7 Tanggung jawab perawat terhadap rekan sejawat dan atasan
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan tanggung jawab perawat
terhadap rekan sejawat atau atasan. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Membuat pencatatan yang lengkap (pendokumentasian) tentang kapan
melakukan tindakan keperawatan, berapa kali, dimana dengan cara apa
dan siapa yang melakukan. Misalnya perawat A melakuan pemasangan
infus pada lengan kanan vena brchialis, dan pemberian cairan RL
sebanyak 5 labu, infus dicabut malam senin tanggal 30 juni 2007 jam
21.00. keadaan umum klien Compos Mentis, T=120/80 mmHg, N=80x/m,
R=28x/m S=37C.kemudian dibubuhi tanda tangan dan nama jelas perawat.
2. Mengajarkan pengetahuan perawat terhadap perawat lain yang belum
mampu atau belum mahir melakukannya. Misalnya perawat belum mahir
9

memasang EKG diajar oleh perawat yang sudah mahir. Untuk melindungi
masyarakat dari kesalahan, perawat baru dilatih oleh perawat senior yang
sudah mahir, meskipun secara akademik sudah dinyatakan kompeten tetapi
kondisi lingkungan dan lapangan seringkali menuntut adaptasi khusus.
3. Memberikan teguran bila rekan sejawat melakukan kesalahan atau
menyalahi standar. Perawat bertanggung jawab bila perawat lain merokok
di ruangan, memalsukan obat, mengambil barang klien yang bukan
haknya, memalsukan tanda tangan, memungut uang di luar prosedur resmi,
melakukan tindakan keperawatan di luar standar, misalnya memasang
NGT tanpa menjaga sterilitas.
4. Memberikan kesaksian di pengadilan tentang suatu kasus yang dialami
klien. Bila terjadi gugatan akibat kasus-kasus malpraktek seperti aborsi,
infeski nosokomial, kesalahan diagnostik, kesalahan pemberian obat, klien
terjatuh, overhidrasi, keracunan obat, over dosis dsb. Perawat
berkewajiban untuk menjadi saksi dengan menyertakan bukti-bukti yang
memadai.
2.2. Tanggung Gugat (Accountability)
Acountability : The Nurse participates in making decisions and learn
stolive with the sedecisions (Barbara Kozier, Fundamental ofNursing
1983:7, 25, ). Means being answerable Nurse shave to bean swerable for
all their professional activities. They must be able to explain their
professional action and accep tresponsibility for them. Three question
naturally arise:
1. To whom the nurse accountable?
2. For what the nurse accountable?
3. By what criteria is accountable measured ?
Accountability dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat
dalam membuat suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu
konsekuensi-konsekunsinya. Perawat hendaknya memiliki tanggung gugat
artinya bila ada pihak yang menggugat ia menyatakan siap dan berani
menghadapinya. Terutama yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
profesinya. Perawat harus mampu untuk menjelaskan kegiatan atau
10

tindakan yang dilakukannya. Hal ini bisa dijelaskan dengan mengajukan


tiga pertanyaan berikut :
1. Kepada siap tanggung gugat itu ditujukan
2. Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat?
3. Dengan kriteria apa saja tangung gugat perawat diukur baik
buruknya?
4. Kepada siapa tanggung gugat itu ditujukan
Sebagai tenaga perawat kesehatan prawat memiliki tanggung gugat
terhadap klien, sedangkan sebagai pekerja atau karyawan perawat memilki
tanggung jawab terhadap direktur, sebagai profesional perawat memilki
tanggung gugat terhadap ikatan profesi dan sebagai anggota team
kesehatan perawat memiliki tanggung gugat terhadap ketua tim biasanya
dokter sebagai contoh perawat memberikan injeksi terhadap klien. Injeksi
ditentukan berdasarkan advis dan kolaborasi dengan dokter, perawat
membuat daftar biaya dari tindakan dan pengobatan yangdiberikan yang
harus dibayarkan ke pihak rumah sakit. Dalam contoh tersebut perawat
memiliki tanggung gugat terhadap klien, dokter, RS dan profesinya.
 Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat?
Perawat memilki tanggung gugat dari seluruh kegitanprofessional
yang dilakukannya mulai dari mengganti laken, pemberian obat sampai
persiapan pulang. Hal ini bisa diobservasi atau diukur kinerjanya.
 Dengan kriteria apa saja tangung gugat perawat diukur baik buruknya?
Ikatan perawat, PPNI atau Asosiasi perawat atau Asosiasi Rumah
sakit telah menyusun standar yang memiliki krirteria-kriteria tertentu
dengan cara membandingkan apa-apa yang dikerjakan perawat dengan
standar yang tercantum.baik itu dalam input, proses atau outputnya.
Misalnya apakah perawat mencuci tangan sesuai standar melalui 5 tahap
yaitu. Mencuci kuku, telapak tangan, punggung tangan, pakai sabun di air
mengalir selama 3 kali dsb.

2.3 Dasar Hukum Pelaksanaan Asuhan Keperawatan


11

Perawat telah memberikan kontribusi besar dalam peningkatan


derajat kesehatan maka dari itu ditetapkan hukum dalam keperawatan
untuk mengendalikan cakupan praktik keperawatan, ketentuan, perizinan
serta asuhan keperawatan agar dapat melindungi kepentingan individu
maupun masyarakat dalam menjalankan dasar hukum serta asuhan
keperawatan yang diberikan sesuai dengan ketentuan dan kebijakan dan
memberikan layanan keperawatan yang aman dan kompeten.

Alasan kuat ditetapkan nya hukum keperawatan adalah kebutuhan


individu ataupun masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatnnya
agar menjadi baik dan normal. Bagi perawat telah dibentuk dan
diterbitkannya Undang-undang No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
yang keseluruhannya berisi peraturan mengenai keperawatan. Adapun
tujuan pengaturan tersebut disamping semacam bentuk perlindungan
hukum bagi profesi Perawat, juga memberikan tujuan yang positif untuk
memberikan perlindungan bagi pasien dalam rangka memberikan
pelayanan yang bermutu dan berkelanjutan guna memenuhi kebutuhan
dasar manusia dalam bentuk asuhan keperawatan yang diatur dalam
penyelenggaraannya pada Standar Praktik Keperawatan. Hukum
keperawatan adalah dimana ada ketentuan-ketentuan yang mengatur hak
dan kewajiban baik dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya
kesehatan dari individu maupun masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatan dalam segala aspek.

Adapun peran perawat berdasarkan hukum yaitu :

1. Penyedia layanan Perawat diharapakan dapat memberikan perawatan


yang aman serta kompeten yakni dengan rasa tanggung jawab yang
besar didalam asuhan keperawatan
2. Pegawai atau penerima kontrak sebagai penyedia layanan Perawat
yang bekerja dalam suatu lembaga didalam rumah sakit yaitu sesorang
perwakilan kepada klien dengan bentuk kontrak tersirat
3. Warga negara. Hak dan kewajiban perawat sebagai warga negara sama
dengan setiap individu yang berada dibawah sistem hukum. Hak-hak
12

kewarganegaraan yang melindungi klien dari bahaya menjamin


pemberian hak atas harta benda mereka, privasi, kerahasian, dn hak-
hak lainnya. Dan tetap berlaku juga kepada perawat.

2.4 Tanggung Jawab Perawat Secara Hukum

Adanya hukum antara pasien dan perawat dimulai dari


keperdataan. Untuk mengetahui kedudukan hubungan perawat dan pasien
dalam landasan hukum, dapat dilihat pada pasal 1367 KUH Perdata yang
mengemukakan "Seseorang tidak hanya bertanggung jawab atas kerugian
yang disebabkan atas perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian
yang disebabkan perbuatan-perbuatan orang-orang yang menjadi
tanggungannya atau disebabkan orang-orang yang berada dibawah
pengawasannya". Apabila terdapat kerugian yang dialami pasien karena
tindakan yang berakibat fatal akan memunculkan permasalahan hukum,
khususnya pada hukum perdata dirumusan pasal 1365 KUH Perdata
tentang perbuatan melawan hukum yang berisikan "Tiap perbuatan yang
melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan
orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk
menggantikan tersebut".

Dalam hal tanggung jawab perawat sebagai tenaga kesehatan


dijelaskan antara lain Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 36 Tahun 2009
disebutkan bahwa "Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk
dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan
serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat". Kemudian Pasal 1 ayat (6)
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan
bahwa "Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentumemerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan".
13

Dalam menjalankan tugas dan kewenangan profesinya perawat


secara prinsip telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1293/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat.
Keputusan Menteri ini sebagai peraturan teknis yang diamanatkan UU
Kesehatan Tahun 1992 dan peraturan pelaksanaan dari Peraturan
Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Pada Peraturan
Pemerintah No. 32 Tahun 1996 menjabarkan bahwa perawat adalah salah
satu tenaga kesehatan yang mempunyai kewenangan dan fungsi khusus
yang membedakannya dengan tenaga kesehatan lain. Peraturan tersebut
merupakan peraturan pelaksana, sebagai norma yuridis yang mengikat
perawat dalam melaksanakan profesinya di rumah sakit.

Pada Pasal 15 Kepmenkes RI No. 1293/Menkes/SK/XI/2001


menjelaskan bahwa terdapat batasan kewenangan yaitu pertama,
melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan
diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan
dan evaluasi keperawatan. Kedua, tindakan perawat sebagaimana
dimaksud pada butir (a) meliputi intervensi keperawatan, observasi
keperawatan, pendidikan, dan konseling kesehatan. Ketiga, dalam
melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud huruf (a) dan
(b) harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh
organisasi profesi. Keempat, pelayanan tindakan medis hanya dapat
dilakukan berdasarkan perintah tertulis dari dokter.

Selain itu, ada kewajiban yang harus diingat dalam Pasal 16 yaitu
pertama, menghormati hak pasien. Kedua, merujuk kasus yang tidak dapat
ditangani. Ketiga, menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Keempat, memberikan informasi. Kelima,
meminta pesetujuan tindakan yang akan dilakukan. Keenam, melakukan
catatan perawatan dengan baik.

Walaupun begitu, tetap ada pengecualian terhadap kewenangan


yang berlandaskan pada Pasal 15. Pengecualian tersebut bermaksudkan
untuk memberi perlindungan hukum yang luas dalam penyelenggaraan
14

dan pelayanan kesehatan oleh perawat. Ketentuan pengecualian tersebut


terdapat dalam Pasal 20 yaitu pertama, dalam keadaan darurat yang
mengancam jiwa seseorang atau pasien, perawat berwenang untuk
melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15. Kedua, pelayanan dalam keadaan darurat
sebagaimana dimaskud pada ayat (1) ditujukan untuk penyelamatan jiwa.

Selanjutnya, pengaturan kewenangan perawat lebih lanjut


dijelaskan pada Petunjuk Pelaksana Kepmenkes RI No.
1239/Menkes/2001 sebagai suatu pedoman dalam melaksanakan registrasi
praktik keperawatan. Dalam petunjuk pelaksanaan tersebut dijelaskan
kewenangan perawat adalah melakukan asuhan keperawatan yang meliputi
kondisi sehat dan sakit mencakup asuhan keperawatan pada perinatal,
asuhan keperawatan pada neonatal, asuhan keperawtaan pada anak, asuhan
keperawatan pada dewasa, dan asuhan keperawatan pada maternitas.

Selain itu, dalam Pasal 29 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2014 tentang
keperawatan juga menjelaskan tugas dan wewenang perawat dalam
melakukan praktik yaitu pemberi asuhan keperawatan, penyuluh dan
konselor bagi klien, pengelola pelayanan keperawatan, peneliti
keperawatan, pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
dan/atau, pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu. Pada ayat
(2) juga dijelaskan bahwa, tugas dan wewenang perawat tersebut dapat
dilakukan secara bersama ataupun sendiri-sendiri, dan ayat (3)
menjelaskan pelaksanaan tugas perawat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus dilaksanakan secara bertanggung jawab dan akuntabel.

Kemudian, tanggung jawab perawat dalam melaksanakan


kewajiban dan hak berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Kewajiban merupakan perbuatan yang wajib dilakukan seseorang ataupun
badan hukum. Kewajiban terbagi menjadi dua yaitu kewajiban sempurna
dan kewajiban tidak sempurna yang berkaitan dengan hak orang lain.
Kewajiban sempurna berlandaskan pada keadilan, sedangkan kewajiban
tidak sempurna berlandaskan moral. Kewajiban adalah suatu beban yang
15

diberikan hukum kepada seseorang maupun badan hukum yang harus


dilaksanakan. Begitupun dengan kewajiban perawat yang harus
dilaksanakan baik itu dalam praktik mandiri difasilitas kesehatan ataupun
dirumah pasien.

Pada Undang-Undang No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan


dijelaskan bahwa perawat adalah seseorang yang sudah menyelesaikan
program pendidikan keperawatan, memiliki wewenang di Negara yang
bersangkutan dalam memberi pelayanan dan bertanggung jawab untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit kepada pasien. Dengan
penjelasan tersebut, perawat harus menjalankan praktik mandiri yang
berkewajiban memimiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin
Praktik Perawat (SIPP).

Dalam Pasal 37 Undang-Undang No. 38 Tahun 2014 tentang


Keperawatan menyebutkan untuk mewajibkan perawat melengkapi sarana
dan prasarana pelayanan keperawatan sesuai dengan standar pelayanan
keperawtan, memberikan pelayanan, merujuk klien kepada perawat lain
yang tepat sesuai dengan keahliannya, membuat dokumentasi asuhan
keperawatan, memberikan informasi yang lengkap jujur, benar, jelas, dan
mudah dimengerti mengenai tindakan keperawatan kepada klien atau
keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya, melaksanakan tindakan
pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain sesuai dengan
kompetensi perawat, dan melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan
oleh Pemerintah.

Dengan penjelasan tersebut, perawat dapat melaksanakan standar


pelayanan keperawatan yang apabila terjadi kesalahan dapat dimintai
pertanggung jawabannya. Karena itulah, adanya hak dan kewajiban
perawat memiliki hubungan dengan masyarakat dan dilindungi oleh
hukum, dan perawat wajib untuk mentaati hubungan tersebut. Keinginan
untuk mentaati hubungan tersebut disebut tanggung jawab hukum (Legal
liability). Tanggung jawab hukum dimaksudkan sebagai patuh terhadap
ketentuan-ketentuan hukum. Perawat dalam memberi pelayanan memiliki
16

peluang untuk melakukan kesalahan atau kelalaian yang dapat


menimbulkan tuntutan kepada perawat tersebut agar bertanggung jawab
oleh klien ataupun keluarganya.

Ketika perawat dapat melaksanakan kewajibannya dengan baik,


maka perawat dapat memperoleh haknya sebagaimana yang dijelaskan
dalam Pasal 36 Undang-Undang No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
yang mengemukakan bahwa "Perawat berhak memperoleh perlindungan
hukum sepanjang melaksanakan kewajibannya sesuai dengan standar
pelayanan keperawatan, mendapatkan informasi yang benar, lengkap dan
jujur dari pasien atau keluarganya mengenai kondisi atau penyakit pasien,
agar perawat tidak melakukan kesalahan/kelalaian dalam menentukan
diagnosa penyakit pasien dan tidak salah menentukan obat yang akan
diberikan padanaya, menolak keinginan pasien yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan keperawatan serta perawat berhak mendapatkan imbalan
jasa dari pelayanan yang diberikan oleh pasien dan memperoleh fasilitas
kerja sesuai dengan standar".

Apabila perawat berbuat kesalahan atau kelalaian sehingga pasien


mengalami kerugian ketika melakukan praktik mandiri perawat, maka
perawat diwajibkan untuk bertanggung jawab dan menerima sanksi
administratif, seperti yang telah dijelaskan dalam Pasal 58 ayat (1) Setiap
orang yang melanggar ketentuan Pasal 18 ayat (1), Pasal 21, Pasal 24 ayat
(1), dan Pasal 27 ayat ( 1) dikenai sanksi administratif. Sedangkan, pada
ayat (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa, a. teguran lisan, b. peringatan tertulis, c. denda administrati,
dan/atau d. pencabutan izin. Juga pada ayat (3) Ketentuan lebih lanjut
mengenai tata cata pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Selanjutnya mengenai tanggung jawab hukum perawat dalam


pelanggaran etik keperawatan. Kode etik merupakan suatu sistem norma,
nilai maupun aturan professional yang tertulis secara tegas dengan
menyatakan baik dan benar, serta tidak baik dan tidak benar dalam suatu
17

profesi. Kode etik perawat sebagai standar professional yang


diperuntukkan sebagai pedoman berperilaku dan kerangka kerja dalam
membuat keputusan keperawatan. Kode Etik Perawat Nasional Indonesia
menjadi aturan yang digunakan perawat di Indonesia dalam melaksanakan
tugas dan fungsi perawat, serta perawat yang berpegangan pada kode etik
tersebut dan menjadikannya sebagai prinsip dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan diharapkan kejadian pelanggaran kode etik dapat diminimalisir.

Dalam Buku Standar Kode Etik Keperawatan, dijelaskan beberapa


jenis pelanggaran etik keperawatan. Pertama, pelanggaran ringan yang
meliputi melalaikan tugas, berperilaku tidak menyenangkan kepada pasien
atau keluarga, tidak bersikap sopan saat berada dalam ruang perawatan,
tidak berpenampilan rapi, menjawab telepon tanpa menyebutkan identitas,
serta berbicara kasar dan mendiskreditkan teman sejawat dihadapan
umum.

Kedua, pelanggaran sedang yang meliputi meminta imbalan berupa


uang atau barang kepada pasien atau keluarganya untuk kepentingan
pribadi atau kelompok, memukul pasien dengan sengaja, untuk perawat
yang sudah menikah dilarang menjalin cinta dengan pasien dan
keluarganya, suami atau teman sejawat, menyalahgunakan uang perawatan
atau pengobatan pasien untuk kepentingan pribadi atau kelompok,
merokok dan berjudi di lingkungan rumah sakit saat memakai seragam
perawat, menceritakan aib teman seprofesi atau menjelekkan profesi
perawat dihadapan profesi lain, dan melakukan pelanggaran etik ringan
(minimal 3 kali).

Ketiga, pelanggaran berat yang meliputi melakukan tindakan


keperawatan tanpa mengikuti prosedur sehingga penderitaan pasien
bertambah parah bahkan meninggal, salah memberikan obat sehingga
berakibat fatal bagi pasien, membiarkan pasien dalam keadaan sakit parah
atau sakratul maut tanpa memberikan pertolongan, berjudi atau meminum
minuman beralkohol sampai mabuk diruangan perawatan, menodai
kehormatan pasien, memukul atau berbuat kekerasan pada pasien dengan
18

sengaja sampai terjadi cacat fisik, menyalahgunakan obat pasien untuk


kepentingan pribadi atau kelompok, dan menjelekkan atau membuat cerita
hoax mengenai profesi keperawatan pada profesi lain dalam forum, media
cetak, maupun media online yang mengakibatkan adanya tuntutan hukum.

2.5 Teori Perlindungan Hukum Perawat

Setiap orang berhak mendapatkan perlindungan dari Hukum.


Perlindungan hukum merupakan fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan-
tujuan hukum yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.
Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan
hukum, tidak terkecuali perlindungan hukum terhadap tenaga kesehatan,
khusunya perawat adalah sebagai berikut :

a. Undang-undang Dasar Negara Repubilk Indonesia tahun 1945 dalam


Pasal 28 (D) ayat (1) Undang-undang Negara Kesatuan Republik
Indonesia tahun 1945 setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta mendapatkan
perlakuan yang sama dihadapan hukum.
b. Pasal 34 ayat (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak Pasal
28 (H) ayat (1) bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat berhak memperoleh pelayanan kesehatan. 22
c. Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
pada Pasal 9 ayat (3) setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang
baik dan sehat
d. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pada Pasal 4
setiap orang berhak atas kesehatan
e. Pasal 27 Undang-undang No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
1) Tenaga Kesehatan Berhak mendapatkan imbalan dan
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya.
19

2) Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasanya berkwajiban


megembankan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki
3) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
didalam peraturan pemerintah.
f. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pada
Pasal 13 :
1) Tenaga Medis yang melakukan praktik kedokteran dirumah
sakit wajib memiliki surat ijin praktik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
2) Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja dirumah sakit wajib
memiliki ijin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
3) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja dirumah sakit harus
bekerja sesuai malpraktek operasional yang berlaku, etika
profesi menghormati hak pasien dn mengitamakan keselamatan
pasien.
4) Ketentuan mengenai tenaga medis dan tenaga kesehatan
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (10 dan (2) dilksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 23
5) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 8 setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan
edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung
jawab.

2.6 Contoh Kasus

Bayi berumur 15 hari meninggal dunia dalam perawatan medis Layanan


Umum Rumah Sakit Umum Daerah (BLU-RSUD) dokter fauziah bireun,
jumat (5/9) pagi kasus itu akibat kelalaian perawat yang sebelumnya
sempat diminta melanjutkan arahan dokter dari UGD untuk segera
dikonsultasikan kedokter spesialis anak, bayi yang bernama Fadilah
Albayhaki merupakan bayi pasangan warga Gempong Raya Tambon
20

Peusangan pada malam hari pukul 20.10 WIB dengan keluhan sesak nafas.
Sang bayi selanjutnya ditangani dari Adi yang kala itu bertugas sebagai
dokter piket UGD penanganan pun dilaporkan sesuai prosedur perawatan
yang telah ditetapkan, selanjutnya pasien itu dirujuk ke ruangan
perintalogi dan ICU untuk ditangani lebih intensif kemudian bayi itu
diberikan oksigen,suntikan dan dimasukan ke dalam incubator pada berkas
rujukan telah saya tulis kalau pasien harus segera dikonsultasikan dengan
dokter spesialis anak, tetapi saya tidak paham mengapa tidak dilaporkan
kepada dokter ahli, saya telah lakukan upaya sesuai wewenang jelas M
Adi.kepala ruang Perintalogi dan ICU Nurhayati mengataka, dokter
spesialis anak tidak ada yang bertugas pada malam hari, tetapi jika ada
keperluan mendesak maka para dokter ahli anak mana pun bisa dihubungi
melalui telepon, sedangkan kala itu seluruh ruangan dibawah pengawasan
dokter piket UGD, bayi Fadilla itu telah ditangani dokter piket di UGD
jadi tidak perlu lagi ditangani dokter spesialis anak dan bayi tersebut
meningal dunia.

Kasus kematian bayi Fadilla Albayhaki karena ada unsur kelalaian


oleh perawat diruangan Perintalogi dan ICU, karena tidak melaporkan
kondisi pasien yang segera harus dikonsultasi dengan dokter ahli, terjadi
human error, seharusnya pasien yang kondisinya kritis wajib segera
dikonsultasi kepada dokter spesialis, akan tetapi hal itu tidak dilakukan
oleh perawat dan itu adalah sebuah bentuk kelalaian yang mengakibatkan
pasien meningal dunia. Kasus semacam ini sebenarnya sering terjadi,
namun hanya sebagian kecil pasien yang dirugikan melaporkan peristiwa
yang mereka alami akibat kelalaian perawat, adapun kasusnya tidak akan
sampai ke pengadilan karena pihak rumah sakit menawarkan jalan damai
dalam menyelesaikan masalah, pasien harus memiliki perlindungan dari
kemungkinan upaya pelayanan kesehatan yang tidak bertanggung jawab
seperti kasus kelalaian diatas, pasien juga berhak atas kemanan,
keselamatan dan kenyamanan dalam pelayanan kesehatan yang
diterimanya.
21

Wewenang dalam melaksanakan praktik keperawatan diatur dalam


Permenkes No.HK.02.02/MENKES/148/1/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik perawat. Praktik keperawatan asuhan
keperawatan meliputi pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan meliputi
pelaksanaan tindakan keperawatan.
22

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Alasan kuat ditetapkan nya hukum keperawatan adalah
kebutuhan individu ataupun masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatnnya agar menjadi baik dan normal. Bagi perawat telah
dibentuk dan diterbitkannya Undang-undang No. 38 Tahun 2014
tentang Keperawatan yang keseluruhannya berisi peraturan mengenai
keperawatan. Adapun tujuan pengaturan tersebut disamping semacam
bentuk perlindungan hukum bagi profesi Perawat, juga memberikan
tujuan yang positif untuk memberikan perlindungan bagi pasien dalam
rangka memberikan pelayanan yang bermutu dan berkelanjutan guna
memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam bentuk asuhan
keperawatan yang diatur dalam penyelenggaraannya pada Standar
Praktik Keperawatan.

Selanjutnya mengenai tanggung jawab hukum perawat dalam


pelanggaran etik keperawatan diatur dalam kode etik keperawatan.
Kode etik merupakan suatu sistem norma, nilai maupun aturan
professional yang tertulis secara tegas dengan menyatakan baik dan
benar, serta tidak baik dan tidak benar dalam suatu profesi. Kode etik
perawat sebagai standar professional yang diperuntukkan sebagai
pedoman berperilaku dan kerangka kerja dalam membuat keputusan
keperawatan. Kode Etik Perawat Nasional Indonesia menjadi aturan
yang digunakan perawat di Indonesia dalam melaksanakan tugas dan
fungsi perawat, serta perawat yang berpegangan pada kode etik
tersebut dan menjadikannya sebagai prinsip dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan diharapkan kejadian pelanggaran kode etik dapat
diminimalisir. Tanggung jawab hukum dimaksudkan sebagai patuh
terhadap ketentuan-ketentuan hukum. Perawat dalam memberi
pelayanan memiliki peluang untuk melakukan kesalahan atau
23

kelalaian yang dapat menimbulkan tuntutan kepada perawat tersebut


agar bertanggung jawab oleh klien ataupun keluarganya.

3.2 Saran
1. Untuk tenaga medis khususnya perawat hendaknya benar-benar
memperhatikan tanggung jawab hukum sesuai peran perawat
dalam praktik keperawatannya.
2. Untuk mahasiswa lebih memperhatikan mengenai tanggung jawab
hukum sesuai perawat dalam praktik keperawatan.
3. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran salam penulisan
makalah dikemudian hari.
24

DAFTAR PUSTAKA

FI Syahputr, 2018, Taggung Jawab Perawat Dalam Melakukan Tindakan


Keperawatan Yang Menyebabkan Kecacatan Atau Kematian
Pasien. Undergraduate thesis, UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945,
diakses pada 14 Oktober 2020, <http://repository.untag-sby.ac.id/405/>

M Maryam, 2016, ‘Tanggung Jawab Hukum Perawat Terhadap Kerugian Pasien


Dikaitkan Dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen’, Journal Untand, vol. 4, no. 10, hh. 11-13,
diakses pada 14 Oktober 2020,
<http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Katalogis/article/view/7019>

Nur Azizah, 2019, Tanggung Jawab Perawat secara Hukum dalam Pemenuhan
Kewajiban dan Kode Etik, diakses pada 14 Oktober 2020,
<https://www.kompasiana.com/nurazizah5/5ce947f095760e38f8544e02/ta
nggung-jawab-perawat-secara-hukum-dalam-pemenuhan-kewajiban-dan-
kode-etik-dalam-praktik-keperawatan>

Caroline BunkerRosdahal, 1999, TextBookof Basic Nursing, Lippincot,


Philadelphia,
Newyork, BBarbarakozier, 1983, Fundamental of Nursing Lucie Young Kelly,
1981, Dimensi on of professional Nursing, fourthedition, Macmillan Publishing
London

Anda mungkin juga menyukai