Anda di halaman 1dari 42

KONSEP MENGUKUR TEKANAN NADI RADIAL

1. Pengertian Pengukuran Tekanan Nadi Radial


Denyut nadi adalah getaran/ denyut darah didalam pembuluh darah arteri
akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Nadi Radial adalah nadi yang berada pada
pergelangan tangan. Pengukuran tekanan nadi radial adalah pengukuran yang
dilakukan dengan cara meraba nadi pada pergelangan tangan. Waktu yang tepat
untuk mengecek denyut nadi adalah saat kita bangun pagi dan sebelum  melakukan
aktivitas apapun. Pada saat itu kita masih relaks dan tubuh masih terbebas dari zat-zat
pengganggu.

2. Faktor yang mempengaruhi frekuensi denyut nadi

Frekuensi denyut nadi manusia bervariasi, tergantung dari banyak faktor yang
mempengaruhinya, yaitu :
a. Usia
b. Jenis Kelamin
c. Ukuran Tubuh
d. Kehamilan
e. Kesehatan
f. Riwayat kesehatan
g. Rokok dan kafein
h. Intensitas dan lama kerja
i. Faktor fisik
j. Sikap kerja
k. Kondisi psikis

3. Frekuensi Nadi

Kecepatan normal denyut nadi (Jumlah debaran setiap menit):


Pada bayi baru lahir 140
Selama tahun pertama 120
Selama tahun kedua 110
Pada umur 5 tahun 96-100
Pada umur 10 tahun 80-90
Pada orang dewasa 60-80

Kecepatan denyut nadi pada saat tidur (Jumlah debaran setiap menit):
Bayi baru lahir 100 – 180
Usia 1 minggu – 3 bulan 100 – 220
Usia 3 bulan – 2 tahun 80 – 150
Usia 10 –21 tahun 60 – 90
Usia lebih dari 21 tahun 69 – 100

Berdasarkan kuat dan lemahnya denyut nadi diklasifikasikan :


·         Tidak teraba denyut : 0
·         Ada denyut tetapi sulit teraba : +1,
·         Denyut normal teraba dengan mudah dan tidak mudah hilang : +2
·         Denyut kuat, mudah teraba seakan- akan memantul terhadap ujung jari serta
tidak mudah hilang : + 3
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

MENGUKUR TEKANAN NADI RADIAL

1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium mengukur tekanan nadi
radial, agar mahasiswa kompeten melakukan pengukuran tekanan nadi radial.

2. Ruang Lingkup
Semua tindakan mengukur tekanan nadi radial, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan
evaluasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/
rumah sakit, wajib memperagakan pengukuran tekanan nadi radial sebagai sarana
praktek.

3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur mengukur tekanan nadi radial
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa

4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan

5. Alat Dan Bahan


Alat :
1. Jam tangan dengan detik/layar digital
2. Pena/pensil
3. Lembar alur tamda vital/buku catatan.

Bahan :
1. Sarung tangan bersih.
6. Instruksi Kerja
1. Dekatkan peralatan ke tempat tidur klien.
2. Jelaskan tindakan yang akan dilaksanakan dan tujuannya.
3. Cuci tangan.
4. Memakai sarung tangan bersih.
5. Bantu klien ke posisi terlentang atau duduk, buka kancing depan pakaian klien.
a. Jika terlentang, letakkan klien menyilangkan dada dengan telapak tangan
menelungkup.
b. Jika duduk, tekuk siku klien membentuk 90° dan sanggah lengan bawah
dengan krsi atau tangan pemeriksa. Julurkan pergelangan tangan dan telapak
tangan menghadap ke bawah.
Posisi yang tepat akan memanjakan arteri radial sehingga palpasi mudah
dilakukan.
5. Letakkan dua atau tiga jari tangan di atas lekukan radialis, searah ibu jari, di sisi
dalam pergelangan tangan klien.
Ujung jari adalah indra peraba yang sensitive.hindari melakukan palpasi dengan
ibu jari karena anda akan merasakan denyut anda sendiri.
6. Berikan tekanan ringan di atas radius. Abaikan denyut awal, kemudian kurangi
tekanan sehingga denyutan mudah diraba.
Nadi lebih akurat dikaji dengan tekanan sedang. Pemberian tekanan yang
berlebihan akan menghambat nadi dan menganggu aliran darah.
7. Hitung frekuensi denyut dengan menggunakan jam tangan setelah denyutan
teratur.
Frekuensi denyut hanya dapat dihitung secara akurat jika perawat yakin bahwa
denyut dapat diraba.
8. Lakukan perhitungan selama 30 detik, kemudian kalikan dua.
Frekuensi denyut yang tinggi paling akurat dikaji dalam waktu 30 detik.
9. Lakukan perhitungan selama 1 menit jika denyut nadi tidak teratur.
Memastikan ketepatan perhitungan.
10. Kaji kekuatan, irama, dan kesamaan denyut.
Memberi pengkajian lengkap mengenai karakter denyut.
11. Bantu klien kembali ke posisi yang nyaman.
12. Cuci tangan.
13. Dokumentasikan pada catatan perawatan.
7. Indikator
1. Telah dilakukan pengukuran nadi dengan benar.

8. Referensi
Eni Kusyanti, dkk (2011), keterampilan & prosedur laboratorium keperawatan
dasar, Jakarta: EGC.
KONSEP MENGUKUR TEKANAN NADI APIKAL

1. Pengertian Pengukuran Tekanan Nadi Apikal


Denyut nadi adalah getaran/denyut darah didalam pembuluh darah arteri
akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Nadi Apikal adalah nadi yang berada pada
apexs jantung. Pengukuran tekanan nadi radial adalah pengukuran yang dilakukan
dengan cara meraba nadi pada apexs. Waktu yang tepat untuk mengecek denyut nadi
adalah saat kita bangun pagi dan sebelum  melakukan aktivitas apapun. Pada saat itu
kita masih relaks dan tubuh masih terbebas dari zat-zat pengganggu.

2. Faktor yang mempengaruhi frekuensi denyut nadi

Frekuensi denyut nadi manusia bervariasi, tergantung dari banyak faktor yang
mempengaruhinya, yaitu :
a. Usia
b. Jenis Kelamin
c. Ukuran Tubuh
d. Kehamilan
e. Kesehatan
f. Riwayat kesehatan
g. Rokok dan kafein
h. Intensitas dan lama kerja
i. Faktor fisik
j. Sikap kerja
k. Kondisi psikis

3. Frekuensi Nadi

Kecepatan normal denyut nadi (Jumlah debaran setiap menit):


Pada bayi baru lahir 140
Selama tahun pertama 120
Selama tahun kedua 110
Pada umur 5 tahun 96-100
Pada umur 10 tahun 80-90
Pada orang dewasa 60-80
Kecepatan denyut nadi pada saat tidur (Jumlah debaran setiap menit):
Bayi baru lahir 100 – 180
Usia 1 minggu – 3 bulan 100 – 220
Usia 3 bulan – 2 tahun 80 – 150
Usia 10 –21 tahun 60 – 90
Usia lebih dari 21 tahun 69 – 100

Berdasarkan kuat dan lemahnya denyut nadi diklasifikasikan :


·         Tidak teraba denyut : 0
·         Ada denyut tetapi sulit teraba : +1,
·         Denyut normal teraba dengan mudah dan tidak mudah hilang : +2
·         Denyut kuat, mudah teraba seakan- akan memantul terhadap ujung jari serta
tidak mudah hilang : + 3
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

MENGUKUR TEKANAN NADI APIKAL

1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium mengukur tekanan nadi
apikal, agar mahasiswa kompeten melakukan pengukuran tekanan nadi apikal.

2. Ruang Lingkup
Semua tindakan mengukur tekanan nadi apikal, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan
evaluasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/
rumah sakit, wajib memperagakan pengukuran tekanan nadi apikal sebagai sarana
praktek.

3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur mengukur tekanan nadi apikal
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa

4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan

5. Alat Dan Bahan


Alat :
1. Jam tangan dengan detik/layar digital
2. Pena/pensil
3. Stetoskop
4. Senter
5. Lembar alur tamda vital/buku catatan.

Bahan :
1. Sarung tangan bersih
6. Instruksi Kerja
1. Dekatkan peralatan ke tempat tidur klien.
2. Jelaskan tindakan yang akan dilaksanakan dan tujuannya.
3. Cuci tangan.
4. Memakai sarung tangan bersih.
5. Pasien diminta berbaring/ duduk dengan tenang. Dilepaskan pakaian sehingga
dada bagian kiri dapat terlihat.
6. Diberikan sinar pada dada bagian kiri di daerah interkostal kelima sebelah dalam
garis midklavikula agar denyut jantung terlihat lebih jelas.
7. Dengan palpasi, ditentukan letak apeks jantung (tempat dimana denyut jantung
teraba paling kuat). Diletakkan stetoskop pada apeks dan auskultasi bunyi jantung
S1 dan S2 (terdengar seperti ” lub dub”). Bila irama S1 dan S2 terdengar teratur,
dihitung kecepatannya selama 30 detik. Diulangi latihan ini sampai memperoleh
hasil yang sama.
7. Lakukan perhitungan selama 1 menit jika denyut nadi tidak teratur.
Memastikan ketepatan perhitungan.
8. Kaji kekuatan, irama, dan kesamaan denyut.
Memberi pengkajian lengkap mengenai karakter denyut.
9. Bantu klien kembali ke posisi yang nyaman.
10. Cuci tangan.
11. Pasien diminta melakuakn aktivitas (olahraga) selama 10 menit. Dilakukan
pengukuran denyut jantung dengan cara yang sama seperti di atas dan dicatat hasil
pengukuran.
12. Dokumentasikan pada catatan perawatan.

5. Indikator
1. Telah dilakukan pengukuran nadi dengan benar.

6. Referensi
Eni Kusyanti, dkk (2011), keterampilan & prosedur laboratorium keperawatan
dasar, Jakarta: EGC.
KONSEP SUHU ORAL

1. Definisi
Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat
pula dikatakan sebagai ukuran panas atau dinginnya suatu benda. Sedangkan dalam
bidang termodinamika suhu adalah suatu ukuran kecenderungan bentuk atau sistem
untuk melepaskan tenaga secara spontan. Dalam dunia kesehatan, pemeriksaan suhu
tubuh termasuk dalam tolak ukur utama untuk mengetahui keadaan pasien dan
diagnosa. Sehingga, kemampuan pengukuran suhu tubuh sangatlah penting bagi
tenaga kesehatan dibidang apapun.
Suhu tubuh seseorang dapat diambil melalui Oral (mulut). Suhu dapat diambil
melalui mulut baik menggunakan termometer kaca klasik atau yang lebih modern
termometer digital yang menggunakan probe elektronik untuk mengukur suhu tubuh.

2. Indikasi

        Pada pasien baru


        Menurut peraturan rumah sakit secara rutin 3 kali sehari (06.00, 12.00, 18.00)
        Sewaktu-waktu bila pasien demam, sesudah menggigil, atas instruksi dokter
        Bersamaan dengan pengukuran tekanan darah, denyut, dan respirasi.

3. Kontra Indikasi
 Klien tidak kooperatif
 Bayi atau toodler
 Tidak sadar
 Dalam keadaan menggigil
 Oang yang biasa bernafas dengan mulut
 Pembedahan pada mulut
 Pasien tidak bisa menutup mulut
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

SUHU ORAL

1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium Keperawatan Dasar, agar
mahasiswa kompeten melakukan Suhu Oral.

2. Ruang Lingkup
Semua tindakan Suhu Oral, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan evaluasi, sehingga
sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah sakit, wajib
memperagakan Suhu Oral sebagai sarana praktek.

3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur suhu oral
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa

4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan

5. Alat dan bahan

1) Termometer

2) Tiga buah botol :

 Botol pertama berisi larutan sabun


 Botol kedua berisi larutan desinfektan
 Botol ketiga berisi air bersih

3) Bengkok

4) Kertas/tisu

5) Sarung tangan
6) Pena

7) Buku catatan

Bahan :

1) Sarung tangan

2) Kertas/tisu

6. Instruksi kerja :

1) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sekali pakai

Rasional : mengurangi tranmisi mikroorganisme

2) Jelaskan prosedur pada klien

Rasional : klien tertentu mungkin tidak mengenal atau tidak terbiasa dengan alat
pengukur, penjelasan akan menghilangkan ansietas klien

3) Dapatkan suhu oral

Thermometer kaca :

1) Pegang ujung termometer kaca yang ber kode warna dengan ujung jari anda

Rasional : mencegah kontaminasi pentolan masuk kedalam mulut klien

2) Baca tingkat merkuri sambil dengan perlahan memutar termometer setinggi mata

Rasional : merkuri menjadi dibawah 35,5°c (96°c) pembacaan termometer harus dibawa suhu
aktual klien sebelum digunakan cocokan cepat agar penurunan tingkat merkuri dalam tabung
kaca

3) Bila merkuri di atas tingkat yang diinginkan pegang ujung termometer dengan kuat dengan
cepat gerakan pergelangan tangan ke bawah lanjutkan sampai pembacaan pada tingkat yang
tepat

4) Minta klien untuk membuka mulutnya dan dengan perlahan letakkan termometer dalam
kantung sublingual atau (bawah lidah) dari arah ketengah rahang bawah
Rasional : panas dari pembuluh darah superfisial di bawah lidah menghasilkan pembacaan
suhu

5) Minta klien untuk menahan termometer dengan mengaktupkan bibirnya

Rasional : mempertahankan posisi termometer yang tepat, pecahnya termometer dapat


mencederai mukosa mulut dan menyebabkan keracunan merkuri

6) Biarkan termometer dalam mulut klien selama 2 menit atau sesuai kebijakan institusi

Rasional : baker et al (1984) menemukan bahwa waktu pengukuran selama 2 menit tidak
menyebabkan secara klinik

7) Dengan hati-hati ambil termometer dan baca setinggi mata. informasikan klien tentang
hasil pembacaan suhu

Rasional : tindakan yang berhati-hati mencegah ketidaknyamanan klien dan menjamin


pembacaan akurat

8) Bersihkan termometer dengan tisu halus bersihkan dengan cara memutar dari ujung ke
pentolan termometer, kemudian buang tisu

Rasional : mencegah kontak mikroorganisme dengan tangan anda, bagian ujung termometer
adalah area paling sedikit terkontaminasi, area pentolan termometer merupakan arah yang
paling banyak terkontaminasi

9) Cuci termometer dengan air sabun suam-suam kuku bilas dalam air dingin dan keringkan

Rasional : cara mekanik menghilangkan material organik yang dapat mengganggu kerja
desinfektan

Termometer organik :

1) Hubungan probe oral (ujung biru) pada unit layar elektronik pegang ujung batang hati-
hatilah untuk tidak melakukan penekanan pada tombol pelepas

Rasional : penekanan tombol melepaskan penutup plastik dari probe


2) Dorong penutup plastik sekali pakai yang bersih di atas probe suhu sama yg terkunci di
tempatnya

Rasional : penutupan plastik halus tidak akan patah di dalam mulut klien dan mencegah
transmisi mikroorganisme diantara klien

3) Minta keluhan untuk membuka mulut dan perlahan lepaskan probe di bawah lidah dari
arah lateral ke tengah rahang bawah

Rasional : memastikan pembacaan yang akurat teknik yang benar mencegah cedera pada
klien

4) Minta klien untuk mempertahankan probe di dalamnya sampai alarm unit elektronik
berbunyi dan pembacaan suhu tampak pada layar digital

Rasional : unit baterai dapat diestrum kembali

5) Angkat probe dari bahwa lidah klien informasikan pembacaan suhu pada klien

6) Tekan tombol pelepas pada probe termometer untuk mengeluarkan penutup plastik ke
dalam tempat yang tepat

Rasional : mengurangi tranmisi mikroorganisme

7) Ganti probe pada unit elektronik

Rasional : unit baterai dapat di estrum kembali

8) Cuci tangan anda dan buang sarung tangan

Rasional : mengurangi tranmisi mikroorganisme

9) Catat suhu klien pas grafik atau lembar kerja yang tepat

rasional : harus dilakukan dengan segera sebelum hasilnya terlupakan

Dokumentasi :

1) Catat hasil suhu

2) Catat hari,waktu dan perawat yang melakukannya

3. Referensi
Potter, patricia A , Keterampilan Dan Prosedur Dasar, Jakarta : EGC

Hidayat Alimul Aziz A. (2002), Kebutuhan Dasar Manusia,Jakarta :EGC

http://merry-creations.blogspot.com/2012/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://hannydarliany.blogspot.com/2011/12/tanda-tanda-vital-ttv.html
KONSEP SUHU REKTAL

1. Definisi
Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat
pula dikatakan sebagai ukuran panas atau dinginnya suatu benda. Sedangkan dalam
bidang termodinamika suhu adalah suatu ukuran kecenderungan bentuk atau sistem
untuk melepaskan tenaga secara spontan. Dalam dunia kesehatan, pemeriksaan suhu
tubuh termasuk dalam tolak ukur utama untuk mengetahui keadaan pasien dan
diagnosa. Sehingga, kemampuan pengukuran suhu tubuh sangatlah penting bagi
tenaga kesehatan dibidang apapun.
Suhu tubuh seseorang dapat diambil melalui Rektal (Dubur). Suhu yang
diambil melalui dubur (menggunakan termometer gelas atau termometer digital)
cenderung 0,5-0,7˚ lebih tinggi daripada ketika diambil oleh mulut.

2. Indikasi
 Pada pasien baru
 Menurut peraturan rumah sakit secara rutin 3 kali sehari (06.00, 12.00, 18.00)
 Sewaktu-waktu bila pasien demam, sesudah menggigil, atas instruksi dokter
 Bersamaan dengan pengukuran tekanan darah, denyut, dan respirasi.

3. Kontra Indikasi
 Diare
 Pembedahan rectal
 Clotting disorders
 Hemorrhoids
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

SUHU REKTAL

1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium Keperawatan Dasar, agar
mahasiswa kompeten melakukan Suhu Rektal.

2. Ruang Lingkup
Semua tindakan suhu rektal meliputi persiapan; pelaksanaan; dan evaluasi, sehingga
sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah sakit, wajib
memperagakan suhu rektal sebagai sarana praktek.

3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Pelaksanaan prosedur suhu rektal
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa

4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan

5. Alat Dan Bahan

Alat :

1) Termometer

2) Tiga buah botol

 Botol pertama berisi larutan sabun


 Botol kedua berisi larutan desinfektan
 Botol ketiga berisi air bersih

3) Bengkok

4) Pena
5) Buku catatan

Bahan :

1) Sarung tangan

2) Kertas/tisu

6. Instruksi Kerja

1) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sekali pakai

Rasional : mengurangi tranmisi mikroorganisme

2) Jelaskan prosedur pada klien

Rasional : klien tertentu mungkin tidak mengenal atau tidak terbiasa dengan alat pengukur,
penjelasan akan menghilangkan ansietas klien

3) Dapatkan suhu rektal

Thermometer kaca :

1) Pegang ujung termometer kaca yang ber kode warna dengan ujung jari anda

Rasional : mencegah kontaminasi pentolan masuk kedalam mulut klien

2) Baca tingkat merkuri sambil dengan perlahan memutar termometer setinggi mata

Rasional : merkuri menjadi dibawah 35,5°c (96°c) pembacaan termometer harus dibawa suhu
aktual klien sebelum digunakan cocokan cepat agar penurunan tingkat merkuri dalam tabung
kaca

3) Bila merkuri di atas tingkat yang diinginkan pegang ujung termometer dengan kuat dengan
cepat gerakan pergelangan tangan ke bawah lanjutkan sampai pembacaan pada tingkat yang
tepat

4) Atur posisi klien dengan posisi miring

rasional : untuk memudahkan masuknya termometer ke dalam rektum

5) Pakaian diturunkan sampai glutea


Rasional : dapat memudahkan pelaksanaannya

6) Oleskan vaselin

Rasional : biar licin saat dimasukkan ke rectum

7) Letakkan telapak tangan pada sisi glutea pasien dan masukkan termometer kedalam rektal
jangan sampai berubah tempatnya dan ukur suhu

8) Tunggu 3-5 menit


9) Dengan hati-hati ambil termometer dan baca setinggi mata. Informasikan klien tentang
hasil pembacaan suhu
Rasional : tindakan yang berhati-hati mencegah ketidaknyamanan klien dan menjamin
pembacaan yang akurat
10) Bersihkan termometer dengan kertas tisu halus. Bersihkan dengan cara memutar dan
ujung ke pentolan termometer. Buang tisu
Rasional : mencegah kontak mikroorganisme dengan tangan anda, bagian ujung termometer
adalah area yang sedikit terkontaminasi, sedangkan area yang paling banyak terkontaminasi
adalah bagian pentolan
11) Cuci termometer ke dalam air sabun suam-suam kuku bilas dengan air dingin dan
keringkan.
Rasional : secara mekanik menghilangkan material organik yang dapat mengganggu kerja
desinfektan

Termometer elektronik

1) Hubungan probe oral (ujung biru) pada unit layar elektronik pegang ujung batang hati-
hatilah untuk tidak melakukan penekanan pada tombol pelepas

Rasional : penekanan tombol melepaskan penutup plastik dari probe

2) Dorong penutup plastik sekali pakai yang bersih di atas probe suhu sama yg terkunci di
tempatnya

Rasional : penutupan plastik halus tidak akan patah di dalam mulut klien dan mencegah
transmisi mikroorganisme diantara klien

3) Atur posisi kain dengan posisi miring

Rasional : untuk memudahkan masuknya termometer ke dalam rektum


4) Pakaian diturunkan sampai glutea

Rasional : dapat memudahkan pelaksanaannya

5) Oleskan vaselin

Rasional : biar licin saat dimasukan ke rektum

6) Letakkan telapak tangan pada sisi glutea pasien dan masukkan termometer ke dalam rektal
jangan sampai berubah tempatnya dan ukur suhu

7) Tunggu 3-5 menit

8) Minta kelainan untuk mempertahankan probe ditempatnya sampai alarm unit elektronik
berbunyi dan pembacaan suhu tampak pada layar digital

9) Angkat probe dan informasikan pembacaan suruh kepada klien

10) Dengan hati-hati ambil termometer dan baca pada setinggi mata. informasikan klien
tentang hasil pembacaan suhu

Rasional : tindakan yang berhati-hati mencegah ketidaknyamanan klien dan menjamin


pembacaan akurat

11) Bersihkan termometer dengan kertas tisu halus. Bersihkan dengan cara memutar dan
ujung ke pentolan termometer. Buang tisu
Rasional : mencegah kontak mikroorganisme dengan tangan anda, bagian ujung termometer
adalah area yang sedikit terkontaminasi, sedangkan area yang paling banyak terkontaminasi
adalah bagian pentolan
12) Cuci termometer ke dalam air sabun suam-suam kuku bilas dengan air dingin dan
keringkan.
Rasional : secara mekanik menghilangkan material organik yang dapat mengganggu kerja
desinfektan
Dokumentasi :
1) Catat hasil suhu
2) Catat hari, waktu dan perawat yang melakukan

Referensi :
Potter, Patricia A, Keterampilan Dan Prosedur Dasar, Jakarta :EGC
Hidayat Alimul Aziz A, (2002), Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta :EGC
http://merry-creations.blogspot.com/2012/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://hannydarliany.blogspot.com/2011/12/tanda-tanda-vital-ttv.html
KONSEP PENGUKURAN SUHU AKSILA

1. Pengertian Suhu
Pemeriksaan suhu digunakan untuk menilai kondisi metabolisme di dalam
tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme darah.
Keseimbangan suhu harus diatur dalam pembuangan dan penyimpanannya di dalam
tubuh yang diatur oleh hipotalamus.
Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat
dikontrol karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi. Suhu tubuh normal seseorang
bervariasi, tergantung pada jenis kelamin, aktivitas, lingkungan, makanan yang
dikonsumsi, gangguan organ, waktu. Suhu tubuh normal, menurut American Medical
Association, dapat berkisar antara 97,8˚F atau setara dengan 36,5˚C sampai 99˚F atau
37,2˚C.
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh normal, jika suhu tubuhnya berada pada
36˚C - 37,5˚C. Seseorang dikatakan bersuhu tubuh rendah (hypopirexia/hypopermia),
jiak suhu tubuhnya < 36˚C. Seseorang dikatakan bersuhu tubuh tinggi/panas jika:
- Demam : Jika bersuhu 37,5 ˚C - 38˚C
- Febris : Jika bersuhu 38˚C - 39˚C
- Hypertermia : Jika bersuhu > 40˚C
Jika suhu diambil melalui aksila temperatur diletakkan di bawah lengan
dengan menggunakan termometer gelas atau termometer digital. Suhu yang diambil
oleh rute ini cenderung 0,3-0,4˚ lebih rendah daripada suhu yang diambil oleh mulut.

2. Indikasi pada pengukuran suhu aksila


· Pada pasien baru
· Menurut peraturan rumah sakit secara rutin 3 kali sehari (06.00, 12.00, 18.00)
· Sewaktu-waktu bila pasien demam, sesudah menggigil, atas instruksi dokter
· Bersamaan dengan pengukuran tekanan darah, denyut, dan respirasi.

3. Kontraindikasi pada pengukuran suhu aksila


• Pasien kurus
• Inflamasi Lokal daerah aksila
• Tidak sadar, shock
• Konstriksi pembuluh darah perifer 30
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PENGUKURAN SUHU AKSILA

1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium keperawatan dasar
pengukuran suhu aksila, agar mahasiswa kompeten melakukan pengukuran suhu
aksila.

2. Ruang Lingkup
Semua tindakan Pengukuran suhu aksila, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan
evaluasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/
rumah sakit, wajib memperagakan Pengukuran suhu aksila sebagai sarana praktek.

3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur pengukuran suhu aksila
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa

4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan

5. Alat Dan Bahan


Alat :
1. Termometer kaca merkuri pendek atau oral atau termometer elektronik dengan
probe rektal (Ujung merah), penutup probe plastik.
2. Bengkok
3. Tiga buah botol
 Botol pertama berisi larutan sabun
 Botol kedua berisi larutan desinfektan
 Botol ketiga berisi air bersih
4. Buku catatan suhu
Bahan :
1. Kertas/ tisu
2. Sarung tangan

6. Instruksi Kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien.
Rasional : menurunkan ansietas dan meningkatkan kerja sama.
2. Melakukan cuci tangan.
Rasional : mengurangi transmisi mikroorganisme.
3. Tutup gorden sekitar tempat tidur dan/atau tutup pintu ruangan.
Rasional : memberikan privasi dan meminimalkan rasa malu pasien.
4. Gunakan sarung tangan.
Rasional : untuk melindungi diri.
5. Bantu klien untuk duduk atau posisi terlentang. Lepaskan pakaian atau baju dari
bahu dan tangan klien.
Respon : memberikan pemajanan optimal dari aksila.
6. Ukur suhu.
Termometer Kaca
a. Pegang ujung atas termometer dengan ujung-ujung jari anda.
Rasional : mencegah kontaminasi pentolan.
b. Baca ketinggian merkuri. Bila merkuri diatas tingkat yang diinginkan, kocok
termometer. Pegang ujung atas termometer dengan kuat dan jauhkan dari
benda keras. Dengan cepat goyangkan ke atas dan bawah. Lanjutkan sampain
pembacaan mencapai tingkat yang tepat.
Rasional : merkuri harus di bawah 35,5˚C (96˚F) dan di bawah suhu klien
sebelum digunakan. Pengocokan dengan cepat menurunkan ketinggian
merkuri dalam tabung kaca. Menjauh dari benda keras saat mengocok
mencegah pecahnya termometer.
c. Masukkan termometer ke tengah aksila klien, turunkan tangan di atas
termometer, dan letakkan lengan bawah menyilang di atas dada.
Respon : mempertahankan posisi yang tepat dari thermometer di atas
pembuluh darah aksila.
d. Tahan termometer pada tempatnya selama 5 sampai 10 menit atau sesuai
kebijakan institusi .
Rasional : Eoff dan Joyee (1981) menganjurkan 5 menit untuk anak-anak.
Anjuran waktu bervariasi di antar institusi.
e. Lepaskan termometer dan bersihkan adanya secret dengan tisu. Bersihkan
dengan cara memutar dari jari kearah pentolan. Buang tisunya,
Respon : menghindari kontak dengan mikoorganisme. Pembersihan dari area
yang terkontaminasi paling sedikit ke yang paling terkontaminasi.
Termometer Elektronik
a. Hubungkan probe rektal (ujung merah) pada unit layar elektronik pegang
ujung batang, hati-hati jangan melakukan tekanan pada tombol pelepas.
Rasional : tombol pelepas melepaskan penutup plastic dari probe.
b. Dorong penutup plastic sekali pakai yang bersih di atas probe suhu sampai
terkunci di tempatnya.
Rasional : mencegah trasmisi mikroorganisme.
c. Masukkan probe ke tengah aksila, turunkan lengan pasien di atas termometer,
dan tempatkan lengan bawah menyilang di dada klien.
Rasional : mempertahankan posisi termometer yang di atas pembuluh darah
aksila
d. Tahan probe elektronik di tempatnya sampai unit alarm elektronik berbunyi
dan pembacaan suhu tampak pada layar digital.
Rasional : unit elektronik dapat menentukan suhu tubuh klien dalam beberapa
detik.
e. Dengan hati-hati lepaskan probe dari aksila.
f. Baca termometer dan informasikan klien tentang suhu.
Rasional : meningkatkan pemahaman status kesehatan.
g. Tekan tombol pelepas pada probe termometer untuk melepaskan penutup
probe plastik pada wadah yang tepat.
Rasional : menurunkan penyebaran infeksi
h. Gantikan penguji unit elektronik.
Rasional : unit batere dapat dipasang kembali.
7. Bantu klien menggunakan pakaian atau gaunnya.
Rasional : mengembalikan perasaan sejahtera klien.
8. Bersihkan termometer dengan kertas tisu halus. Bersihkan memutar dari ujung ke
pentolan termometer. Buang tisu.
Respon : mencegah kontak mikrooganisme dengan tangan anda. Bagian ujung
termometer adalah area palinh sedikit terkontaminasi, area pentolan termometer
merupakan area yang paling banyak terkontaminasi.
9. Cuci dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih, dan keringkan.
Rasional : secara mekanik menghilangkan materi organic yang dapat mengganggu
kerja desinfektan.
10. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Rasional : mengurangi transmisi mikroorganisme
11. Dokumentasi.
 Catat hasil suhu pada bagan atau lembar kerja yang tepat. Tandai
pembacaan aksila dengan huruf capital A.
 Catat hari, waktu, dan perawat yang melakukannya.
Rasional : tanda-tanda vital harus dicatat dengan segera setelah pengukuran
sebelum hasilnya terlupakan. Huruf A mencegah kekeliruan pengukuran oral dan
rektal.

7. Indikator
1. Suhu aksila tidak seakurat pengukuran rektal atau oral, dan ini umumnya
mengukur 1 derajat lebih rendah dari suhu oral dika diukur secara bersamaan.
2. Bila tidak dapat dikerjakan pada bagian tubuh yang lain.
3. Atas instruksi dokter.
4. Saat mengukur suhu bayi melalui aksila, anda mungkin perlu memegang lengan
bayi agar tetap berada di depan dada.
5. Rute aksila mmungkin tidak seakurat rute lain untuk mendeteksi demam pada
anak (binger & Bali, 1999).

8. Referensi
Potter, Patricia A , Keterampilan Dan Prosedur dasar Edisi 3,. Jakarta: EGC
Hidayat, A. aziz Alimul, Musrifatul Uliyah. 2002. Buku Saku Praktikum Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta: EGC
KONSEP PENGUKURAN SUHU TIMPANIK

1. Pengertian Suhu
Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat
pula dikatakan sebagai ukuran panas atau dinginnya suatu benda. Sedangkan dalam
bidang termodinamika suhu adalah suatu ukuran kecenderungan bentuk atau sistem
untuk melepaskan tenaga secara spontan. Dalam dunia kesehatan, pemeriksaan suhu
tubuh termasuk dalam tolak ukur utama untuk mengetahui keadaan pasien dan
diagnosa. Sehingga, kemampuan pengukuran suhu tubuh sangatlah penting bagi
tenaga kesehatan dibidang apapun.

2. Indikator Pengukuran Suhu Timpanik

 Mudah di akses
 Mencerminkan suhu inti
 Sangat cepat
 Dapat menimbulkan rasa yang tidak nyaman dan beresiko melukai membrane
apabila ujung thermometer di masukan terlalu jauh kedalam lubang telinga
 Pengukuran yang berulang dapat menunjukan hasil yang berbeda
 Hasil pengukuran pada membrane timpani sebelah kanan dan sebelah kiri dapat
berbeda.
  ada serumen dapat mempengaruhi bacaan hasil.

3. Kontraindikasi Pengukuran Suhu Timpanik


 Pada anak di bawah 3 tahun (36 bulan).
 ada anak dengan infeksi telinga yang aktif atau terpasang selang drainase
membrane timpani
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PENGUKURAN SUHU TIMPANIK

1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium keperawatan dasar
pengukuran suhu timpanik, agar mahasiswa kompeten melakukan pengukuran suhu
timpanik.

2. Ruang Lingkup
Semua tindakan pengukuran suhu timpanik, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan
evaluasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/
rumah sakit, wajib memperagakan pengukuran suhu timpanik sebagai sarana praktek.

3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur perawatan jenazah
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa

4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan

5. Alat Dan Bahan


Alat :
1. Termometertimpanik dengan penutup probe telinga.
2. Tiga buah botol
 Botol pertama berisi larutan sabun
 Botol kedua berisi larutan desinfektan
 Botol ketiga berisi air bersih
3. Buku catatan suhu
4. Bengkok
Bahan :
1. Kertas/ tisu
2. Sarung tangan

6. Instruksi Kerja
1. Cuci tangan. Gunakan sarung tangan bila tepat.
Rasional : menurunkan transmisi mikroorganisme.
2. Jelaskan prosedur pada klien.
Rasional : menurunkan ansietas dan meningkatkan kerja sama.
3. Pejankan lubang telinga luar klien. Klien mungkin akan merasa lebih nyaman
dengan duduk, berbaring miring, atau posisi terlentang.
Rasional : memberikan pejanan optimal pada membrane timpanik.
4. Hubungkan penutup probe timpanik pada unit termometer.
Rasional : penutup probe mencegah transmisi mikroorganisme antara klien.
5. Masukkan penguji ke dalam lubang teling luar, berikan tekanan lembut tapi kuat.
Respon :tekanan lembut menutup lubang telinga klien dari masuknya udara dan
menigkatkan keakuratan.
6. Pertahankan probe pada lubang telinga sampai hasilnya pengukuran terlihat di unit
digital, sekitar 2 detik kemudian. Lepaskan thermometer dan informasikan klien
tentang pembacaan.
Rasional : pembacaan suhu inti timpanik cepat (kurang dari 2 detik) dan sangat
akurat (Shizonaki, 1988; Erickson et al, 1991).
7. Buang penutup penguji di wadah yang tepat.
Rasional : menurunkan transmisi mikroorganisme.
8. Kembalikan termometer di unit penyimpanan.
Respon : kebanyakan unit dengan kekuatan batere dan dipasang kembali saat
dipasang.
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
Rasional : menurunkan transmisi mikroorganisme.
10. Dokumentasi.
 Catat hasil suhu pada bagan atau lembar kerja yang tepat. Tandai
pembacaan timpanik dengan huruf capital T.
 Catat hari, waktu, dan perawat yang melakukannya.
Rasional : tanda-tanda vital harus dicatat dengan segera setelah pengukuran
sebelum hasilnya terlupakan. Huruf T mencegah kekeliruan pengukuran suhu
lainnya.

7. Indikator
1. Pengukuran suhu gendang telinga tidak akurat pada anak-anak kecil dan tidak
boleh digunakan pada anak di bawah 3 tahun (36 bulan). Hal ini terutama berlaku
pada bayi dibawah 3 bulan dimana pengukuran suhu yang akurat adalah sangat
penting.
2. Bila tidak dapat dikerjakan pada bagian tubuh yang lain.
3. Hindari rute timpanik pada anak dengan infeksi telinga yang aktif atau terpasang
selang drainase membrane timpani.
8. Referensi
Potter, Patricia A , Keterampilan Dan Prosedur dasar Edisi 3,. Jakarta: EGC
Hidayat, A. aziz Alimul, Musrifatul Uliyah. 2002. Buku Saku Praktikum Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta: EGC
KONSEP PERHITUNGAN FREKUENSI PERNAFASAN

1. Definisi
Frekuensi pernapasan adalah cepat lambatnya bernapas atau banyaknya
oksigen yang dihirup dan kemudian dihembuskan dalam bernapas dalam keadaan
apapun. Cepat lambatnya proses pernapasan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu sebagai berikut:
1. Jenis Kelamin
Pada umumnya, laki-laki lebih banyak membutuhkan energi. Oleh karena itu,
laki-laki memerlukan oksigen lebih banyak dari pada wanita.
2. Aktivitas
Tak jauh dari posisi tubuh, aktivitas yang dilakukan seseorang pun dapat
mempengaruhi banyaknya otot yang bekerja, sehingga akan sangat
mempengaruhi frekuensi pernapasan seseorang.

Pernafasan atau respirasi adalah suatu proses pengambilan oksigen, pengeluaran


karbohidrat dan penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam bernapas
menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.

Sistem pernapasan melibatkan beberapa organ, termasuk hidung, mulut, faring,


trakea, diafragma, otot perut, dan mulut kemudian melewati faring dan laring untuk
trakea.

Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaan
tubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berlipat-lipat
kali dan bisa sampai 10 hingga 15 kali lipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus,
hemoglobin akan mengikat oksigen yang banyaknya akan disesuaikan dengan besar
kecil tekanan udara.
Kecepatan pernapasan pada wanita lebih tinggi daripada pria. Bernafas secara
normal memiliki urutan yang dimulai dari ekspirasi yang disusul oleh inspirasi,
kemudian istirahat sebentar.
Kecepatan normal setiap menit:
1. Bayi baru lahir : 30-40 kali per menit
2. Dua belas bulan : 30 kali per menit
3. Dua sampai lima tahun : 24 kali per menit
4. Orang dewasa : 10-20 kali per menit

2. Indikasi
1. Secara rutin bersamaan dengan pengukuran denyut, suhu, tekanan darah.
2. Sewaktu diperlukan.
3. Atas instruksi dokter.
4. Pasien akan, sedang, setelah di bedah.

3. Kontraindikasi
1. Pasien dengan sakit jantung, pendarahan, kontraksi kuat, pembukaan lengkap.
2. Jangan sampai penderita mengetahui bahwa frekwensi pernafasannya sedang
dihitung.
3. Riwayat medis klien yang abnormal sejak lahir
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PERHITUNGAN FREKUENSI PERNAFASAN

1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium keperawatan dasar
perhitungan frekuensi pernafasan

2. Ruang Lingkup
Semua tindakan perhitungan frekuensi pernafasan, meliputi persiapan; pelaksanaan;
dan evaluasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/
rumah sakit, wajib memperagakan perhitungan frekuensi pernafasan sebagai sarana
praktek.

3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur perhitungan frekuensi pernafasan
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa

4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan

5. Alat Dan Bahan


Alat :
1. Jam tangan dengan jarum petunjuk detik atau tayangan digital
2. Pena
3. Pinsil
4. Lembar kerja

6. Instruksi Kerja
1. Pastikan bahwa klien berada alam posisi nyaman, lebih baik duduk.
Ketidaknyamanan dapat menyebabkan klien bernafaas lebih cepat.
2. Letakkan tangan klien pada posisi rileks menyilang abdomen atau dada bagian
bawahnya, atau tempatkan tangan anda langsung pada abdomen atas klien.
Posisi ini digunakan selama pengkajian nadi. Kedua tangan anda dan tangan
naik dan turun bersamaan selama siklus pernafasansegera setelah melakukan
pengkajian nadi membuat pengukuran tidak mencolok.
3. Observasi siklus pernafasan lengkap (sekali inspirasi dan sekali ekspirasi).
Menjamin hitungan akan mulai dengan siklus pernafasan normal.
4. Sekali siklus terobservasi, perhatikan jarum jam petunjuk detik dan mulai hitung
frekuensi: bila detik jam tangan mencapai angka pada putaran, hitung “satu” untuk
mulai siklus pertama yang lengkap.
Waktu dimulai dengan mengitung satu. Pernafasan terjadi lebih lambat dari
nadi: jadi hitungan mulai dengan satu.
5. Untuk orang dewasa, hitung jumlah pernafasan dalam 30 detik dan kalikan 2.
Untuk bayi atau hitung pernafasan selama satu menit penuh.
Frekuensi pernafasan sama dengan jumlah pernafasan per menit. Bayi dan
anak kecil bernafas dala irama yang tidak teratur.
6. Bila pernafasan orang dewasa mengalami irama tak teratur atau secara abnormal
lebih lambat atau cepat, hitung selama satu menit penuh.
Interpretasi akurat memerlukan pengkajian setidaknya selama 1 menit.
7. Sementara ,menghitung, perhatikan apakah kedalaman pernafasan dangkal,
normal, atau dalam dan apakah irama normal atau terjadi perubahan pola.
Karakter gerakan ventilasi dapat menunjukkan perubahan khusus atau status
penyakit.
8. Catat hasil pada bagan atau lembar kerja. Laporkan adanya tanda-tanda perubahan
pernafasan.
Memberikan data untuk pengamatan perubahan pada kondisi klien.
Abnormlitas dapat mengindikasikan kebutuhan terapi.

7. Indikator
1. Memperhatikan keadaan umum pasien
2. Pasien tidak merasakan sakit
3. Pasien merasa nyaman
8. Referensi
Griffin Anne dan Perry, 1999, Buku Saku Keterampilan dan Prosedur dasar,
Jakarta : EGC

Larasamantika. 2016. Laporan Praktikum Menghitung Frekuensi Pernapasan


di http://larasimantikaergogo.blogspot.com/2016/02/laporan-praktikum-
menghitung-frekuensi.html?m=1. (Diakses pada tanggal 8 Juli 2019)

Hanny.2011.Tanda-tanda Vital di
http://hannydarliany.blogspot.com/2011/12/tanda-tanda-vital-ttv.html?m=1.
(Diakses pada tanggal 9 Juli 2019)
KONSEP MENGUKUR TEKANAN DARAH

1. Pengertian Tekanan Darah


Menurut Djoko santoso (2010) tekanan darah adalah tekanan dimana darah
beredar dalam pembuluh darah. Tekanan ini terus menerus berada dalam pembuluh
darah danmemungkinkan darah mengalir konstan. Tekanan darah dalam tubuh pada
dasarnyamerupakan ukuran tekanan atau gaya didalam arteri yang harus seimbang
dengan denyut jantung, melalui denyut jantung darah akan dipompa melalui
pembuluh darah kemudiandibawa keseluruh bagian tubuh. Tekanan darah dipengaruhi
volume darah dan elastisitas pembuluh darah (Rusdi, 2009).
Menurut tim peneliti dari Universitas Cambridge dan Nottingham Inggris,
tekanan darah dikontrol oleh hormon yang disebut angiotensis (Anna, 2010).Tekanan
tertinggi karena jantung bilik kiri memompa darah ke arteri disebut tekanan sistolik.
Tekanan diastolik adalahtekanan terendah saat jantung beristirahat atau rileks.
Tekanan darah digambarkan sebagairasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik.
pada orang dewasa tekanan normal berkisar 120/80 mmHg (Santoso, 2010)

2. Indikasi
Terdapat beberapa orang yang diminta untuk rutin melakukan pemeriksaan
tekanan darah. Mereka adalah yang sudah berusia 35 tahun atau lebih, memiliki
riwayat hipertensi, memiliki riwayat keluarga dengan masalah hipertensi, memiliki
riwayat penyakit jantung dan penyakit ginjal, dan mereka yang sedang menjalani
kehamilan. Bahkan, bagi mereka yang sudah mengidap hipertensi, pemeriksaan
tekanan darah harus lebih sering dilakukan demi mengendalikan tekanan darah dalam
tubuh.

3. Kontra Indikasi
Meskipun tidak ada kontraindikasi mutlak untuk mendapatkan tekanan darah,
berbagai kontraindikasi relatif ada. Hindari pengukuran tekanan darah di lengan yang
sama di mana terdapat fistula arteriovenosa (seperti yang digunakan dalam
hemodialisis), atau di lengan dengan lymphadema. Pengukuran harus dilakukan
dengan hati-hati jika pasien berisiko tinggi untuk terjadinya lymphedema (setelah
diseksi kelenjar getah bening dalam penanganan kanker payudara). Dalam hal ini,
penggunaan lengan lainnya dianjurkan, jika fistula arteriovenosa bilateral atau ada
lymphedema, maka pengukuran tekanan darah dianjurkan dilakukan di ekstremitas
bawah.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

MENGUKUR TEKANAN DARAH

1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium keperawatan dasar
mengukur tekanan darah

2. Ruang Lingkup
Semua tindakan mengukur tekanan darah meliputi persiapan; pelaksanaan; dan
evaluasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/
rumah sakit, wajib memperagakan pengukuran tekanan darah sebagai sarana praktek.

3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Pelaksanaan prosedur mengukur tekanan darah
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa

4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan

5. Alat Dan Bahan


Alat :
1. Stetoskop
2. Sphygmomanometer air raksa atau aneroid dengan balon udara
3. Bengkok
4. Buku catatan dan alat tulis

Bahan :
1. Kapas alkohol dalam tempatnya
6. Instruksi Kerja
1. Bawa alat ke dekat pasien.
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan beserta tujuannya
Rasional : Meyakinkan pasien
3. Cuci tangan.
Rasional : Menghilangkan mikroorganisme untuk menghindari penyebarannya
terhadap klien.
4. Atur posisi klien : duduk atau berbaring dengan nyaman, lengan disokong setinggi
jantung dan telapak tangan menghadap keatas
Rasional : Pengaturan posisi dapat mempermudah penempatan manset. Posisi
lengan di atas jantung akan menyebabkan hasil pengukuran rendah yang salah
5. Buka pakaian yang menutupi lengan pasien.
Rasional : Memastikan ketepatan letak manset.
6. Palpasi arteri brakialis dan tempatkan manset 2,5 cm di aata sisi denyut arteri
brakialis
Rasional : Stetoskop akan diletakkan di atas arteri tanpa menyentuh manset.
7. Pusatkan anak panah yang tertera pada manset ke arteri brakialis dan lingkaran
manset pada lengan atas secara rapi dan tidak ketat
Rasional : Penempatan manset yang longgar menyebabkan hasil pengukuran
tinggi yang salah.
8. Pastikan manometer terketak setinggi titik pandang mata dan perawat berdiri tidak
lebih dari satu meter jauhnya.
Rasional : Mencegah ketidaktepatan pembacaan air raksa.
9. Palpasi arteri brakialis sambil memompa manset sampai tekanan 30 mmHg di atas
titik hilangnya denyut arteri. Perlahan kempiskan manset perhatikan sampai
denyut kembali teraba (sistolik palpasi).
Rasional : Mengidentifikasi perkiraan tekanan sistolik dan menentukan titik
pengembangan maksimal untuk pembacaan akurat. Mencegah kesenjangan
auskultasi.
10. Kempiskan manset sepenuhnya dan tunggu selama 30 detik
Rasional : Mencegah kongesti vena dan hasil pengukuran tinggi yang tidak
akurat.
11. Tempatkan bagian telinga stetoskop pada telinga pemeriksa
Rasional : Bagian telinga stetoskop seharusnya mengikuti sudut liang telinga
pemeriksa untuk mempermudah pendengaran
12. Cari kembali arteri brakialis dan tempatkan diafragma stetoskop di atasnya
Rasional : Penempatan stetoskop memastikan penerimaan bunyi optimum.
Bunyi yang samar dapat mengakibatkan pengukuran yang salah.
13. Tutup kantong tekanan darah searah putaran jarum jam sampai kencang
Rasional : Mencegah kebocoran udara saat pengembangan
14. Pompa manset sampai tekanan 30 mmHg di atas hasil palpasi sistolik klien
Rasional : Memastikan ketepatan pengukuran sistolik
15. Buka katup secara perlahan sehingga memungkinkan air raksa turun rata-rata 2-3
mmHg per detik.
Rasional : Penurunan air raksa yang terlalu cepat atau terlalu lambat dapat
menyebabkan pembacaan hasil pengukuran yang salah
16. Perhatikan titik pada manometer saat bunyi pertama jelas terdengar.
Rasional : Bunyi Korotkoff pertama menandakan tekanan sistolik.
17. Lanjutkan membuka katup secara bertahap dan perhatikan titik hilangnya bunyi
Rasional : Bunyi Korotkoff keempat sebagai tekanan diastolic pada orang
dewasa.
18. Kempiskan manset dengan cepat dan total.
Rasional : Pengembangan terus menerus menybabkan oklusi arteri dan
matirasa serta kesemutan pada lengan klien.
19. Jika prosedur diulang, tungu sampai 30 detik.
Rasional : Mencegah kongesti vena dan pembacaan tinggi yang salah.
20. Buka manset dan lipat serta simpan dengan baik.
Rasional : Pemeliharaan yang tepat terhadap alat yang mempengaruhi
kekakuratan instrument.
21. Tutup lengan atas dan bantu klien untuk posisi yang diinginkan
Rasional : Mempertahankan kenyamanan pasien.
22. Desinfeksi bagian telinga (ear piece) stetoskop dan bagian diafragma stetoskop
dengan kapas alkohol.
Rasional : Mengontrol penyebaran mikroorganisme bila perawat saling
bergantian menggunakan stetoskop.
23. Informasikan hasil kepada klien.
Rasional : Meningkatkan partisipasi dalam keperawatan.
24. Mencuci tangan.
Rasional : Mengurangi transmisi mikroorganisme.
25. Dokumentasikan hasil tindakan pada catatan perawatan.
Rasional : Pencatatan tanda vital dengan segera.

7. Indikator
1. Mengetahui keadaan umum pasien
2. Pasien tidak merasa kesakitan
3. Pasien merasa nyaman

8. Referensi
Kusyati, Eni dkk (2004). Keterampilan dan Prosedur Laboratorium keperawatan
Dasar.Jakarta:EGC
Michelle Lyandina,
https://www.academia.edu/31395808/Konsep_Tekanan_Darah_2.1.1_Pengertian_Tek
anan_Darah
https://doktersehat.com/siapa-rutin-periksa-tekanan-darah/
Dokudok’s,2015, https://dokudok.com/ketrampilan-klinis/prosedur-pemeriksaan-
tekanan-darah/

Anda mungkin juga menyukai