Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN PROFESIONAL

PRAKTIK KEPERAWATAN

Dosen Pembimbing :
Aida Novitasari, S.Kep.Ns.M.Kep

Disusun Oleh:
1. Safira Nahar Fitriana (P27820118055)
2. Nur Annisa Citra Pratiwi (P27820118071)
3. Khofifah Nuril Fauziyah (P27820118084)
4. Diya Laily Fitriana (P27820118090)
Tingkat 2 Reguler B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN SOETOMO
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, berkah,
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan tema “Praktik
Keperawatan”.
Makalah ini disusun guna memberikan informasi tambahan mengenai praktik
keperawatan. Makalah ini juga untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Profesional.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang sumbernya berupa buku,
artikel dan tulisan yang telah kami jadikan referensi guna penyusunan makalah ini, semoga
dapat terus berkarya guna menghasilkan tulisan-tulisan yang mengacu terwujudnya generasi
masa depan yang lebih baik. Kami berharap semoga informasi yang ada dalam makalah ini
dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami
menerima kritik dan saran dari para pembaca.

Surabaya, Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................i


Daftar Isi ...........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................... 1
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Praktik Keperawatan Profesional ....................................................... 3
2.2 Falsafah Praktik Keperawatan .............................................................................. 3
2.3 Pengertian Praktik Keperawatan .......................................................................... 3
2.4 Tujuan Praktik Keperawatan ................................................................................ 3
2.5 Lingkup Praktik Keperawatan ............................................................................. 4
2.6 Asas Praktik Keperawatan .................................................................................. 4
2.7 Karakteristik Praktik Keperawatan Profesional .................................................. 5
2.8 Hakikat Praktik Keperawatan ............................................................................. 6
2.9 Tugas dan Wewenang Perawat ........................................................................... 6
2.10 Hak dan Kewajiban Perawat ............................................................................... 8
2.11 Model Praktik Keperawatan ................................................................................ 9
2.12 Masalah dalam Praktik Keperawatan .................................................................. 10
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 18
3.2 Saran ..................................................................................................................... 18
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan merupakan bentuk pelayanan professional kepada klien yang
diberikan secara manusiawi komperhensif dan individualistic, berkesinambungan sejak
klien membutuhkan pelayanan sampai saat klien mampu melakukan kegiatan sehari-
hari secara produktif untuk diri sendiri dan orang lain. Pelayanan keperawatan diberikan
oleh tenaga keperawatan yang telah memiliki izin dan kewenangan untuk melakukan
tindakan keperawatan yang dibutuhkan oleh klien.
Sebagai sebuah profesi, tentunya pelayanan yang diberikan perawat harus
professional, sehingga perawat memiliki kompetensi dan memenuhi standar praktik
keperawatan serta memperhatikan kode etik dan moral profesi agar masyarakat
menerima pelayanan dan asuhan keperawatan yang bermutu. Tetapi bila dilihat secara
realita yang ada, dunia keperawatan di Indonesia masih memprihatiakn. Fenomena
”Gray Area” pada berbagai jenis dan jenjang keperawatan yang ada maupun dengan
profesi kesehatan yang ada maupun dengan ptofesi kesehatan lainnya masih sulit untuk
dihindari
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian praktik keperawatan profesioanl?
2. Apa saja falsafah praktik keperawatan?
3. Apakah pengertian praktik keperawatan?
4. Apa saja tujuan praktik keperawatan?
5. Apakah tujuan praktik keperawtan?
6. Apa saja karakteristik praktik keperawatan professional?
7. Apa saja hakikat praktik keperawtan?
8. Apa saja tugas dan wewenang perawat?
9. Apa saja hak dan kewajiban perawat?
10. Apa saja model praktik keperawatan?
11. Apa saja contoh masalah dalam praktik keperawatan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian praktik keperawatan professional
2. Mengetahui falsafah praktik keperawatan
3. Mengetahui pengertian praktik keperawatan
4. Mengetahui tujuan praktik keperawatan
1
5. Mengetahui karakteristik praktik keperawatan professional
6. Mengetahui hakikat praktik keperawatan
7. Mengetahui hak dan kewajiban perawat
8. Mengetahui model praktik keperawatan
9. Mengetahui contoh masalah dalam praktik keperawatan.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Praktik Keperawatan Profesional


Praktik keperawatan profesional adalah suatu proses dimana perawat terlibat dalam
penyelesaian masalah kesehatan klien dgn mengimplikasikan ilmu, konsep, prinsip,
teori, teori yg akan diuji kebenarannya dalam praktek.
2.2 Falsafah Praktik Keperawatan
Sebagaian besar dasar falsafah praktik keperawatan professional disusun merujuk
pada konsep praktik profesional dan teori keperawatan. Falsafah praktik keperawatan
secara umum mengandung dasar-dasar pemikiran yang sama untuk mengembangkan
tugas keperawatan, tetapi di setiap Negara pernyataan yang disusun juga disesuaikan
dengan nilai dan latar belakang budayanya.
Falsafah adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-
sebab, asas-asas, hokum, dan sebagainya daripada segala yang ada dalam alam semesta
ataupun mengenai kebenaran dan arti adanya sesuatu (WJS Poerwadarminta).
.Falsafah keperawatan adalah pandangan dasar tentang hakikat manusia dan esensi
keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktik keperawatan. Falsafah
Keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan.
Keperawatan menganut pandangan holistik terhadap manusia yaitu kebutuhan manusia
bio-psiko-sosial-spiritual. Kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan
humanistic, dalam arti menghargai dan menghormati martabat manusia, memberi
perhatian kepada klien serta, menjunjung tinggi keadilan bagi sesama manusia.
2.3 Pengertian Praktik Keperawatan
Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh perawat dalam
bentuk asuhan keperawatan (UU 38/2014).
Tindakan mandiri perawat professional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi
dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya.
Praktek keperawatan sebagai tindakan keperawatan professional menggunakan
pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh dari berbagi ilmu dasar ( biologi, fisika,
biomedik, perilaku, sosial) dan ilmu keperawatan.
2.4 Tujuan Praktik Keperawatan
Pengaturan penyelenggaraan praktik keperawatan bertujuan untuk:

3
1. Memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada penerima dan pemberi jasa
pelayanan keperawatan.
2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan
oleh perawat.
Tujuan Praktik Keperawatan Profesional:
1. Membantu individu untuk mandiri
2. Mengajak individua tau masyarakat berpartisipasi dalam bidang kesehatan
3. Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara kesehatan secara
optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam memelihara kesehatan.
4. Membantu individu memperoleh derajat secara optimal.
2.5 Lingkup Praktik Keperawatan
1. Memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan sederhana dan kompleks.
2. Memberikan tindakan keperawatan langsung, pendidikan, nasehat, konseling,
dalam rangka penyelesaian masalah kesehatan melalui pemenuhan kebutuhan dasar
manusia dalam upaya memandirikan sistem klien
3. Memberikan pelayanan keperawatan di sarana kesehatan dan tatanan lainnya.
4. Memberikan pengobatan dan tindakan medik terbatas, pelayanan KB, imunisasi,
pertolongan persalinan normal dan menulis permintaan obat/resep.
5. Melaksanakan program pengobatan secara tertulis dari dokter.
2.6 Asas Praktik Keperawatan
Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan di Indonesia,
menyadari bahwa kebutuhan akan pelayanan keperawatan bersifat universal bagi klien
(individu keluarga kelompok dan masyarakat), oleh karenanya pelayanan yang
diberikan oleh perawat selalu berdasarkan pada cita-cita luhur, niat yang murni untuk
keselamatan dan kesejahteraan umat tanpa membedakan kebangsaan, kesukuan, warna
kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
Oleh karena itu, penataan praktik keperawatan berasaskan pada; perikemanusiaan, nilai
ilmiah, etika, manfaat, keadilan, pelindunga, kesehatan dan keselamatan klien.
1. Perikemanusiaan: yang dimaksud dengan “asas perikemanusiaan” adalah asas yang
harus mencerminkan pelindungan dan penghormatan hak asasi manusia serta harkat
dan martabat setiap warga negara dan penduduk tanpa membedakan suku, bangsa,
agama, status sosial, dan ras.

4
2. Nilai ilmiah: yang dimaksud dengan “nilai ilmiah” adalah praktik keperawatan
dilakukan berdasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperoleh, baik
melalui penelitian, pendidikan maupun pengalaman praktik
3. Etika dan profesionalitas: yang dimaksud dengan “asas etika dan profesionalitas”
adalah bahwa pengaturan praktik keperawatan harus dapat mencapai dan
meningkatkan keprofesionalan perawat dalam menjalankan praktik keperawatan
serta memiliki etika profesi dan sikap profesional.
4. Manfaat: asas ini bermaksud agar keperawatan dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dalam rangka mempertahankan dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
5. Keadilan: yang dimaksuddengan “asas keadilan” adalah keperawatan harus mampu
memberikan pelayanan yang merata, terjangkau, bermutu, dan tidak diskriminatif
dalam pelayanan kesehatan.
6. Pelindungan: yaitu pengaturan praktik keperawatan harus memberikan pelindungan
yang sebesar-besarnya bagi perawat dan masyarakat.
7. Kesehatan dan keselamatan klien. Yang maksud dengan ”asas kesehatandan
keselamatan klien” adalah perawat dalam melakukan asuhan keperawatan harus
mengutamakan kesehatan dan keselamatan klien.
2.7 Karakteristik Praktik Keperawatan Profesional
1. Otoritas (authority), yakni memiliki kewenangan sesuai dengan keahliannya yang
akan memengaruhi proses asuhan melalui peran professional.
2. Akuntabilitas (accountability), yakni tanggung gugat terhadap apa yang dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan bertanggung jawab kepada klien,
diri sendiri, dan profesi, serta mengambil keputusan yang berhubungan dengan
asuhan.
3. Pegembalian keputusan yang mandiri (independent decision making), berarti sesuai
dengan kewenangnya dengan dilandasi oleh pengetahuan yang kokoh dan
menggunakan pendekatan yang ilmiah dalam membuat kepeutusan (judgments) pada
tiap tahap proses keperawatan dalam menyesuaikan masalah klien.
4. Kolaborasi (collaboration), artinya dapat bekerja sama bersama, baik lintas program
maupukan lintas sektor dengan mengadakan hubungan kerja dengan berbagai disiplin
dalam mengakses masalah klien, dan membantu klien menyelesaikannnya.
5. Pembelaan/Dukungan (advocacy), artinya bertidak demi hak klien untuk
mendapatkan asuhan yang bermutu dengan mengadakan intervensi untuk

5
kepentingan atau demi klien, dalam mengatasi masalahnya, serta berhaapan dengan
pihak-pihak lain yang lebih luas (sistem at large)
6. Fasilitas (Facilitation), artinya mampu memperdayakan klien dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatannya dngan memaksimalkan potensi dari organisaasi
dan sistem klien-keluarga (client-family system) dalam asuhan (Chaska,1990)
2.8 Hakikat Praktik Keperawatan
Pada hakikatnya, keperawtaan sebagai profesi senantiasa mengabdi kepada
kemanusiaan, mendahulukan kepentingan klien di atas kepentingan sendiri, bentuk
pelayanan bersifat humanistic, menggunakan pendekatan secara holistic, dilaksanakan
berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan serta menggunakan kode etik sebagai
tuntutan utama dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan yang
merupakan inti praktik keperawatan ditujukan pada klien yaitu individu, keluarga, dan
masyarakat yang didasarkan pada hubungan professional perawat-klien.
Hubungan professional perawat-klien pada hakikatnya mengacu pada sistem
interaksi antara perawat-klien secara positif atau mengadakan hubungan terapeutik yang
berarti bahwa setiap interaksi yang dilakukan memberikan dampak terapeutik yang
memungkinkan klien untuk berkembang lebih baik.
Dengan terciptanya hubungan professional perawat-klien, maka perawat sebagai
pemberi pelayanan keperawatan atau praktisi keperawatan akan mendapat suatu
kepercayaan (Professional trust). Dengan adanya kepercayaan tersebut, perawat telah
menunjukkan kemampuan atau kompetensinya kepada klien berupa kemampuan
intelektual, ketrampilan teknis dan sikap yang dilandasi etika profesi sehingga mampu
membuat keputusan (judgement) secara professional.
2.9 Tugas dan Wewenang Perawat
Dalam menyelenggarakan Praktik Keperawatan, menurut UU No 38 Tahun 2014
pasal 29 ayat 1 Perawat bertugas sebagai:
1. Pemberi Asuhan Keperawatan;
2. Penyuluh dan konselor bagi Klien;
3. Pengelola Pelayanan Keperawatan;
4. Peneliti Keperawatan;
5. Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau
6. Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
Tugas sebagaimana dimaksud diatas dapat dilaksanakan secara bersama ataupun
sendiri-sendiri. Pelaksanaan tugas Perawat harus dilaksanakan secara bertanggung
jawab dan akuntabel.
6
Menurut UU No 38 Tahun 2014 Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi
Asuhan Keperawatan dibidang upaya kesehatan perorangan, Perawat berwenang:
1. Melakukan pengkajian keperawatan secara holistik,
2. Menetapkan diagnosis keperawatan
3. Merencanakan tindakan keperawatan
4. Melaksanakan tindakan keperawatan
5. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
6. Melakukan rujukan
7. Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi
8. Memberikan konsultasi keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter;
9. Melakukan penyuluhan kesehatandan konseling; dan
10. Melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien sesuaidengan resep
tenaga medis atau obat bebas danobatbebas terbatas.
Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang upaya
kesehatan masyarakat, Perawat berwenang:
1. Melakukan pengkajian keperawatan kesehatan masyarakat di tingkat keluarga dan
kelompok masyarakat;
2. Menetapkan permasalahan Keperawatan kesehatan masyarakat;
3. Membantu penemuan kasus penyakit;
4. Merencanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
5. Melaksanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat
6. Melakukan rujukan kasus
7. Mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
8. Melakukan pemberdayaan masyarakat;
9. Melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat;
10. Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat;
11. Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling;
12. Mengelola kasus; dan
13. Melakukan penatalaksanaan Keperawatan komplementer dan alternatif.
Dalam menjalankan tugas sebagai penyuluh dan konselor bagi klien, perawat
berwenang:
1. Melakukan pengkajian keperawatan secara holistik di tingkat individu dan keluarga
serta di tingkat kelompok masyarakat;
2. Melakukan pemberdayaan masyarakat;
3. Melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat;
7
4. Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat; dane.melakukan
penyuluhan kesehatan dan konseling.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengelola pelayanan keperawatan, perawat
berwenang:
1. Melakukan pengkajian dan menetapkan permasalahan;
2. Merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pelayanan keperawatan; dan
3. mengelola kasus.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai peneliti keperawatan, perawat berwenang:
1. Melakukan penelitian sesuai dengan standar dan etika;
2. Menggunakan sumber daya pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan atas izin pimpinan;
dan
3. Menggunakan pasien sebagai subjek penelitian sesuai dengan etika profesi dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.10 Hak dan Kewajiban Perawat
2.10.1 Hak Perawat
Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berhak (pasal 36 UU
Keperawatan):
1. Memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan
standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan
2. Memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujurdari klien dan/atau
keluarganya.
3. Menerima imbalan jasa atas Pelayanan Keperawatan yang telah diberikan
4. Menolak keinginan klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode etik,
standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, atau ketentuan
Peraturan Perundang-undangan
5. Memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar.
2.10.2 Kewajiban Perawat
Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berkewajiban:
1. Melengkapi sarana dan prasarana pelayanan keperawatan sesuai dengan standar
pelayanan keperawatan dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
2. Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik, standar pelayanan
keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan

8
3. Merujuk klien yang tidak dapat ditangani kepada perawat atau tenaga kesehatan
lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensinya
4. Mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar
5. Memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah dimengerti
mengenai tindakan keperawatan kepada klien dan/atau keluarganya sesuai dengan
batas kewenangannya
6. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain yang
sesuai dengan kompetensi perawat
7. Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh pemerintah
2.11 Model Praktik Keperawatan
Menurut Nursalam (2014), ada beberapa model praktik keperawatan yaitu :
1. Praktik keperawatan rumah sakit
Perawat profesional (Ners) mempunyai wewenang dan tanggung jawab
melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit dengan sikap dan
kemampuannya. Untuk itu, perlu dikembangkan pengertian praktik keperawatan
rumah sakit dan lingkup cakupannya sebagai bentuk praktik keperawatan
profesional, seperti proses dan prosedur registrasi, dan legislasi keperawatan.
2. Praktik keperawatan rumah.
Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada pelaksanaan pelayanan/asuhan
keperawatan sebagai kelanjutan dari pelayanan rumah sakit. Kegiatan ini dilakukan
oleh perawat profesional rumah sakit, atau melalui pengikutsertaan perawat
profesional yang melakukan praktik keperawatan berkelompok.
3. Praktik keperawatan berkelompok.
Beberapa perawat profesional membuka praktik keperawatan selama 24 jam kepada
masyarakat yang memerlukan asuhan keperawatan dengan pola yang diuraikan
dalam pendekatan dan pelaksanaan praktik keperawatan rumah sakit dan rumah.
Bentuk praktik keperawatan ini dapat mengatasi berbagai bentuk masalah
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat dan dipandang perlu di masa depan.
Lama rawat pasien di rumah sakit perlu dipersingkat karena biaya perawatan di
rumah sakit diperkirakan akan terus meningkat.
4. Praktik keperawatan individual.
Pola pendekatan dan pelaksanaan sama seperti yang diuraikan untuk praktik
keperawatan rumah sakit. Perawat profesional senior dan berpengalaman secara
sendiri/perorangan membuka praktik keperawatan dalam jam praktik tertentu untuk
memberi asuhan keperawatan, khususnya konsultasi dalam keperawatan bagi
9
masyarakat yang memerlukan. Bentuk praktik keperawatan ini sangat diperlukan
oleh kelompok/golongan masyarakat yang tinggal jauh terpencil dari fasilitas
pelayanan kesehatan, khususnya yang dikembangkan pemerintah.
2.12 Contoh Masalah dalam Praktik Keperawatan
1) Contoh 1
An. B berusia 12 tahun menderita kelumpuhan sejak 8 tahun yang lalu. Kejadian
ini bermula saat An. B menjadi korban dengan malpraktek yang dilakukan oleh
perawat. An. B dibawa orang tuanya berobat di klinik dr. F yang baru setahun buka
dengan mengontrak salah salah satu rumah warga di Kampung Krompol, Desa Paya
Bagas, Kec. Tebing Tinggi, Kab. Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Pada
saat itu An. B berusia 4 tahun, mengalami benjolan kelenjar sebesar telur puyuh di
bagian punggungnya. Benjolan itu sudah ada sejak masih bayi. Berdasarkan hasil
pemeriksaan, dr. F menyarankan agar benjolan tersebut dioperasi. Orang tua pasien
menyutujui dilakukannya tindakan operasi dan dilakukan operasi pada 12 September
2004.
Dokter F mengatakan kepada keluarga bahwa yang melakukan tindakan operasi
bukan dirinya karena dia hanya seorang dokter umum, tetapi rekan sejawatnya,
dokter bedah di RSUD Kumpulan Pane Kota Tebing tinggi yang ternyata seorang
perawat. Perawat berinisial Ag melakukan operasi bersaa temannya bernama Ai.
Pada saat operasi berlangsung, dr. F tidak ikut membantu, tetapi hanya menyaksikan
bersama dengan keluarga pasien. Operasi berlangsung 30 menit. Benjolan yang ada
di punggung An. B diangkat dan dibuang, tetapi luka bedah pada benjolan yang
dibuang mengalami perdarahan, sehingga penyembuhan luka cukup lama sampai
memakan waktu enam bulan.
Beberapa bulan setelah dilakukan oeprasi, tubuh An. B menjadi lemas dan kaku,
bahkan kedua kakinya lumpuh dan tidak dapat digerakkan. An. B hanya dapat
berbaring dan duduk di rumahnya sambil menjalani proses pengobatan. Setelah 6
bukan melakukan operasi kepada An. B, klinik dr. F ditutup dan tidak beroperasi
lagi. Perawat Ag sempat membantu biaya pengobatan sebanyak 2 kali, tapi setelah
itu sudah tidak pernah kelihatna lagi. Sejak saat itu, An. B tidak bisa lagi bermain
dengan anak-anak seusianya. Sampai sekarang, kedua kaki An. B lumpuh, timbul
tulang di telapak kaki kiri, telapak kaki kanan berlubang, kencing bernanah dan
susah buang air besar. Pihak keluarga mengambil sikap melaporkan dr. F dan
rekannya ke Mapolres Tebing Tinggi karena dugaan telah melakukan malpraktek

10
terhadap anaknya. Proses hukum atas kasus ini sedang diproses dan dalam tahap
pemanggilan saksi. (Sumber : Posmetro Medan & KPK Pos)
Analisa Kasus
1. Berasarkan Konsep Malpraktik
Kasus diatas merupakan salah satu bentuk malpraktik keperawatan, karena telah
memenuhi keempat kriteria (duty, breach of the duty, injury, causation), yaitu :
a. Perawat Ag berkewajiban melakukan tugasnya sebagai seorang perawat
sesuai dengan kewenangannya. Perawat tersebut melakukan hal di luar
kewenangan profesinya dan melakukan kewenangan profesi lain (dokter).
b. Perawat Ag gagal melakukan tanggung jawabnya sesuai standar profesi
perawat dimana kewajiban perawat melaksanakan asuhan keperawatan yang
holistic.
c. Perawat Ag membuat pasien menderita cedera fisik dan perdarahan
d. Tindakan operasi mandiri perawat Ag mendatangkan akibat buruk bagi pasien
yaitu pasien harus menjalani pengobatan dalam jangka waktu yang lama dan
mengalami kelumpuhan.
2. Berdasarkan Kajian Hukum
a. UU RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, BAB III Hak dan Kewajiban
dalam Pasal 4 bahw setiap orang berhak atas kesehatan. Dalam hal ini klien
berhak mendapatkan pengobatan guna mendapatkan kesehatan dan setiap
orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu dan terjangkau. Pada kasus An. B klien tidak mendapat pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau karena klien mengalami luka
yang menyebabkan kelumpuhan. Hal ini membuat pengobatan klien semakin
lama dan biaya yang dikeluarkan semakin besar.
b. UU RI No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan
1) Pasal 32 ayat 2 menjelaskan pelimpahan wewenang tindakan medis
kepada perawat dapat dilakukan secara delegatif dan mandat. Selanjutnya
pada penjelasan ayat 4 dapat diketahui bahwa tindakan medis yang dapat
dilimpahkan secara delegatif adalah menyuntik, memasang infus,
memberikan imunisasi sedangkan secara mandate yaitu pemberian terapi
parenteral dan penjahitan luka. Berdasarkan kasus diatas, perawat Ag
telah melakukan tindakan pembedahan, tindakan tersebut di luar
kewenangan yang diperbolehkan dalam UU Keperawatan

11
2) Pasal 36 menjelaskan perawat melaksanakan praktek keperawatan,
berhak menolak keinginan klien atau pihak lain yang bertentangan
dengan kode etik, standar pelayanan, profesi, SPO, atau ketentuan
peraturan perundang-undangan. Sesuai dengan kode etik keperawatan
(PPNI, 2005), perawat juga berhak menolak tindakan operasi secara
mandiri yang bertentangan dengan kode etik keperawatan antara perawat
dan teman sejawat. Perawat harus bertindak melindungi klien dari tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidk kompeten,
tidak etis, dan illegal.
3) Pasal 37 poin (f) menjelaskan perawat dalam melakukan praktik
keperwatan wajib melakukan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga
kesehatna lain sesuai kompetensi perwat. Pelayanan keperawatan
berdasarkan standar kompetensi perawat Indonesia merupakan rangkaian
tindakan yang dilandasi aspek etik legal dan peka budaya untuk
memenuhi kebutuhan jlien. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan
procedural, pengambilan keputusan klinik yang perlu analisis kritis serta
kegiatan advokasi dengan menunjukkan perilaku caring. Berdasar kasus
diatas, perawat tidak melakukan pelayanan keperawatan sesuai ranah
kompetensi praktik professional, etis, legal, dan peka budaya.
Malpraktek yang dilakukan perawat Ag akan memberikan dampak yang luas,
tidak saja kepada pasien dan keluarganya tapi juga kepada institusi pemberi
pelayanan keperawatan, individu perawat pelaku malpraktek dan terhadap profesi.
secara hukum perawat Ag dapat dikenakan gugatan hukum pidana dan perdata,
sedangkan secara profesi perawat Ag dapat dikenakan sanksi disiplin profesi
perawat yang akan dikeluarkan oleh Konsil Keperawatan.
2) Contoh 2
Praktik keperawatan merupakan pelayanan yang diselenggarakan oleh perawat
dalam bentuk asuhan keperawatan. Dalam memberikan pelayanan asuhan
keperawatan kepada klien, perawat tentunya tidak dapat terlepas dari kode etik dan
moral dalam keperawatan. Kode etik dan moral sangat penting dalam pemberian
pelayanan asuhan keperawatan kepada klien. Kode etik dan nilai-nilai moral dalam
keperawatan dapat dikatakan sebagai acuan bagi perawat dalam melakukan sebuah
tindakan. Dengan memahami dan menerapkan kode etik dalam keperawatan, maka
perawat dapat menghindari penyimpangan atau pelanggaran etik dan moral dalam

12
keperawatan. Namun sayangnya, di Indonesia masih terdapat perawat-perawat yang
melakukan pelanggaran etik dan moral dalam keperawatan.
Dalam menjalankan praktik keperawatan, terdapat beberapa masalah etik yang
sering dijumpai oleh perawat isu mengenai asuhan pasien HIV/AIDS, aborsi,
transplantasi organ, keputusan untuk mengakhiri hidup, isu penekanan biaya yang
membahayakan kesejahteraan klien dan akses terhadap pelayanan kesehatan, serta
pelanggaran kerahasiaan pasien.
Pada kesempatan kali, akan dibahas sebuah kasus mengenai perawat yang
melakukan selfie di depan pasien yang sekarat. Dilansir dari Kompas.com "Aksi
tidak terpuji yang dilakukan dua perawat Puskesmas Blega, Kabupaten Bangkalan,
dengan berfoto selfie di depan pasien yang sedang sekarat dengan luka berlumur
darah. Kepala Dinkes Bangkalan, Muzakki kepada Kompas.com mengatakan, dua
perawat tersebut sudah dimintai klarifikasi terkait dengan aksi selfie di depan pasien
sekarat. Mereka mengaku hal itu dilakukan mereka secara spontan karena diajak oleh
temannya yang menemani pasien. Kejadian foto selfie tersebut pada kamis
(11/5/2017) lalu saat Kepala Desa Karang Gayam, Kecamatan Blega, H. Dofir (43)
mengalami luka berat setelah terlibat carok dengan Muhammad Mahdi Muzakki
(17). Dofir mengalami luka sepanjang 20 cm di kepala bagian depan hingga daun
telinga dan luka sayatan di lengan kanan. Dofir kemudian meninggal dunia di
puskemas."
Analisis Kasus:
Jika melihat dari kasus di atas, dapat dikatakan bahwa kedua perawat tersebut
telah melakukan pelanggaran etik dan moral dalam keperawatan.
Etik memiliki beberapa pengertian, di antaranya yaitu (a) metode penyelidikan
yang membantu orang memahami moralitas perilaku manusia (ilmu yang
mempelajari moralitas), (b) praktik atau keyakinan kelompok tertentu (misalnya
etika kedokteran dan etika keperawatan), (c) standar perilaku moral yang diharapkan
dari kelompok tertentu sesuai yang diuraikan dalam kode etik profesi resmi
kelompok tersebut (Berman et al.,2012). Kode etik yaitu dokumen tertulis yang
menggunakan prinsip-prinsip perilaku yang digunakan dalam membuat berbagai
keputusan (Rue & Byars, 2006). Tujuan dari kode etik profesi keperawatan adalah
meningkatkan praktik keperawatan dengan moral dan kualitas dan menggambarkan
tanggung jawab, akuntabilitas serta mempersiapkan petunjuk bagi anggotanya
(Berman et al.,2012). Kode etik keperawatan di Indonesia disusun oleh PPNI yang
membahas mengenai:
13
1) Kewajiban antara perawat dengan klien
a. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan
martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan
agama yang dianut serta kedudukan social
b. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama dari klien
c. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan
asuhan keperawatan
d. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh
berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
2) Kewajiban antara perawat dengan praktik
a. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetisi dibidang keperawatan
melalui belajar terus menerus
b. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan serta
keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien
c. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat
dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila
melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada
orang lain
d. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
dengan selalu menunjukkan perilaku profesional.
3) Kewajiban antara perawat dengan masyarakat
a. Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk
memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi
kebutuhan dan kesehatan masyarakat.
4) Kewajiban antara perawat dengan teman sejawat
a. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat
maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian
suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh

14
b. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.
5) Kewajiban antara perawat dengan profesi
a. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan
dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan
dan pendidikan keperawatan
b. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi
keperawatan
c. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi.
Sedangkan moralitas mengacu pada standar pribadi atau perorangan tentang
benar-salah satu tingkah laku, karakter, atau sikap (Berman et al.,2012).
Prinsip moral dalam keperawatan di antaranya yaitu otonomi, nonmaleficence,
beneficence, justice, fidelity, dan veracity. Otonomi ialah merupakan hak
untuk bagi pasien untuk membuat keputusan mandiri. Pasien berhak untuk
menentukan sendiri pilihannya terkait dengan pengobatan dan perawatan yang
akan dijalani olehnya. Nonmaleficence ialah merupakan kewajiban untuk tidak
membahayakan pasien. Bahaya yang dimaksud dapat berarti sengaja
menimbulkan bahaya, membuat orang lain berisiko ke dalam bahaya, serta
secara tidak sengaja menyebabkan bahaya. Beneficence merupakan berbuat
baik, yaitu melakukan tindakan yang menguntungkan pasien dan orang yang
mendukungnya. Justice merupakan perlakuan yang adil, di mana setiap
individu mendapatkan tindakan atau perlakuan yang sama. Akan tetapi
tindakan yang sama tidak selalu identik. Fidelity yaitu patuh terhadap
kesepakatan dan janji, hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menepati jani
dan menyimpan rahasia pasien. Veracity ialah mengatakan yang sebenarnya
dan tidak membohongi klien. Mengatakan yang sebenarnya sangat penting,
karena kebenaran merupakan dasar dalam membangun rasa saling percaya
antara perawat dengan pasien.
Berdasarkan kasus tersebut, kedua perawat itu telah melakukan pelanggaran
terhadap kode etik serta nilai-nilai moral dalam keperawatan. Pada kasus tersebut
perawat tersebut telah melanggar kode etik perawat dengan klien serta kode etik
perawat dengan praktik. Perawat tersebut melanggar kode etik perawat dengan klien
dikarenakan perawat tersebut dalam memberikan pelayanan keperawatan tidak
15
menghargai harkat dan martabat dari pasien itu sendiri. Perawat tersebut juga sudah
melanggar kerahasiaan dari pasien, di mana perawat melakukan selfie dan
mempublikasikannya dan hal tersebut melanggar privasi serta kerahasiaan dari
pasien. Selain melakukan pelanggaran kode etik perawat dengan klien, perawat
tersebut juga melakukan pelanggaran kode etik perawat dengan praktik. Perawat
seharusnya senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
selalu menunjukkan perilaku yang profesional. Akan tetapi, perawat tersebut
melanggar kode etik itu dengan menunjukkan perilaku yang tidak profesional yaitu
melakukan selfie di depan pasien yang sedang sekarat. Hal tersebut dapat merusak
nama baik profesi keperawatan. Selain melakukan pelanggaran terhadap kode etik,
perawat tersebut juga melanggar nilai-nilai moral dalam keperawatan di antaranya
yaitu otonomi dan fidelity. Hal tersebut dikarenakan perawat tersebut tidak dapat
menyimpan serta menjaga privasi dan kerahasiaan dari pasien.
Kedua perawat tersebut juga tidak hanya melanggar kode etik dan nilai-nilai
moral dalam keperawatan, tetapi juga melanggar hak-hak asasi pasien. American
Hospital Association pada tahun 1973 mengeluarkan Undang-Undak Hak Asasi
Pasien dengan harapan agar undang-undang ini dapat memberikan kontribusi asuhan
yang lebih efektif dan didukung oleh rumah sakit atas nama institusi, staf medis,
pegawai, dan pasien. Kedua perawat pada kasus di atas telah melakukan pelanggaran
terhadap undang-undang hak asasi pasien di antaranya yaitu "Pasien berhak
mendapatkan perawatan yang penuh perhatian dengan rasa hormat" dan "Pasien
berhak atas setiap pertimbangan privasi".
Setelah penjelasan di atas mengenai pelanggaran etik dan moral dalam
keperawatan dapat kami simpulkan bahwa seorang perawat seharusnya
memperlakukan pasiennya dengan menghormati harkat dan martabat pasien. Seorang
perawat juga seharusnya dapat menjaga privasi dan kerahasiaan pasien. Untuk
menghindari tindakan pelanggaran kode etik dan nilai-nilai moral dalam
keperawatan, perawat harus mengetahui, memahami, serta menerapkan nilai-nilai
kode etik dan moral dalam keperawatan. Selain itu sanksi dan hukuman bagi
pelanggar etik dan moral dalam praktik keperawatan juga harus ditegakkan, supaya
pelaku tersebut jera dan pelaku pelanggaran etik dan moral akan berkurang. Dengan
menerapkan nilai-nilai tersebut maka perawat tidak akan membahayakan pasien serta
dapat memberikan kesejahteraan bagi pasien. kami sebagai seorang mahasiswi
keperawatan dan calon perawat yang profesional akan mulai menerapkan nilai-nilai
dari kode etik dan moral dalam keperawatan. Selain itu kami juga akan mulai untuk
16
mengikuti seminar-seminar mengenai keperawatan. Hal tersebut kami lakukan
supaya ketika kami sudah menjadi seorang perawat kami sudah tidak kesulitan lagi
untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dan kami bisa memberikan yang terbaik
kepada pasien atau klien saya.

17
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan. Adanya pengaturan dalam penyelenggaraan
praktik keperawatan bertujuan untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum
kepada penerima dan pemberi jasa pelayanan keperawatan, meningkatkan dan
mempertahankan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat. Dalam
menjalankan praktik keperawatan seorang perawat juga memiliki hak, kewajiban, dan
wewenang yang semuanya harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Dalam
menjalankan tugasnya sebagai seorang perawat tidak boleh menyimpang atau
melanggar aturan hukum. Adanya pelanggaran dalam praktik keperawatan seperti
malpraktik dapat mengakibatkan perawat dikenai sanksi baik oleh organisasi
keperawatan maupun sanksi berupa hukuman. Sehingga perawat harus menjalankan
tugasnya terutama dalam praktik keperawatan sesuai dengan peraturan dan hukum yang
berlaku.
3.2 Saran
Sebagai seorang perawat harus lebih berhati-hati dalam bertindak terutama dalam
melakukan praktik keperawatan. Hal ini dikarenakan apabila ada perbuatan yang
melanggar hukum atau peraturan yang ada, maka perawat dapat dikenai sanksi

18
DAFTAR PUSTAKA

Marquis, B. L. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan : teori & aplikasi.


Jakarta: EGC.  

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta : Salemba Medika

Kusnanto. (2004). Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC

Fairuzmumtaz, 2000, https://www.google.co.id/amp/s/www.kompasiana.com/amp/


fairuzmumtaz5cea93fe95760e4330501562/pelanggaran-etik-dan-moral-dalam-keperawatan.
Diakses pada 4 Oktober 2019 pukul 18.00 WIB

19

Anda mungkin juga menyukai