Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN TEORI PADA


KLIEN NEUROBLASTOMA

Dibimbing Oleh :

Indriatie, SKp., M.Kep

Disusun Oleh :

1. Findy Ella (P278201180)


2. Muchsinaturrisa R. H. (P278201180)
3. Ain Putri Rizky Rachmadina (P27820118073)
4. Elvira Dwi Priyantika (P27820118074)

TINGKAT II REGULER B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb.

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan nikmat,
rahmat, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Anak
yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Teori pada Klien
Neuroblastoma” yang diberikan oleh Ibu Indriatie, SKp., M.Kep. selaku dosen pengajar.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Indriatie, SKp., M.Kep.
selaku dosen pengajar mata kuliah Keperawatan Soetomo di Prodi D-III Keperawatan
Soetomo yang telah memberikan banyak bantuan, bimbingan, serta pengarahan hingga
terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengharapkan pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun. Kritik dari pembaca kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Kami berharap semoga berbagai saran dan kritik yang bersifat membangun dapat menjadi
bekal penulis untuk penyempurnaan penulisan makalah selanjutnya.

Wassalammualaikum Wr. Wb.

Surabaya, 01 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Laporan Pendahuluan Neuroblastoma


2.2 Asuhan Keperawatan Teori Neuroblastoma

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak adalah harta yang berharga untuk orang tuanya dan mereka akan melakukan
apapun untuk anaknya. Orang tua yang memiliki anak yang sakit akan berusaha
semaksimal mungkin untuk mengupayakan kesembuhan anaknya, apalagi terkena
penyakit yang dianggap berbahaya dan mematikan seperti kanker.
Penyakit kanker yang diderita pada usia balita umumnya tidak bisa dicegah
seperti penyakit pada orang dewasa. Menurut data statistik resmi dari International
Agency for Research on Cancer (IARC), bahwa satu dari 600 anak akan menderita
kanker sebelum umur 16 tahun. Berdasarkan fakta dari Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia (2002-2012) setiap tahun sebanyak 4.100 anak atai 2-3 persen
anak-anak di Indonesia menderita kanker, dimana gejalanya seringkali sulit dideteksi.
Neuroblastoma adalah salah satu jenis kanker yang umum diderita pada masa
kanak-kanak dan mewakili 7-10 persen keganasan pada anak. Sekitar 75 persen
kanker ini diderita oleh anak dibawah usia 5 tahun. Neuroblastoma merupakan tumor
yang sangat ganas. Setengah dari penderita biasanya datang ke dokter untuk pertama
kali berobat saat kanker sudah menyebar ke bagian tubuh lain atau berada pada tahap
akhir penyakit.
Neuroblastoma pada anak memang tidak dapat dicegah karena faktor risiko dan
penyebabnya pun belum diketahui. Namun, jika ditemukan sejak dini peluang
kesembuhan kanker pada anak cukup besar. Di Amerika Serikat, angka kelangsungan
hidup sampai 5 tahun untuk neuroblastoma mencapai 87 persen pada anak berusia
kurang dari setahun.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Neuroblastoma?

1.2.2 Apa saja yang menyebabkan terjadinya Neuroblastoma?


1.2.3 Bagaimana patofisiologi Neuroblastoma?
1.2.4 Apakah manifestasi klinis dari klien dengan Neuroblastoma?
1.2.5 Pemeriksaan apa yang dapat menunjukkan terjadinya Neuroblastoma?
1.2.6 Hal apa yang dapat terjadi jika Neuroblastoma semakin memburuk?
1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan pada Neuroblastoma?
1.2.8 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Neuroblastoma?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa dapat memahami yang dimaksud dengan Neuroblastoma
1.3.2 Mahasiswa dapat mengetahui penyebab terjadinya Neuroblastoma
1.3.3 Mahasiswa memahami bagaimana Neuroblastoma dapat terjadi
1.3.4 Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala terjadinya Neuroblastoma
1.3.5 Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan yang dilakukan pada Neuroblastoma
1.3.6 Mahasiswa dapat memahami dampak dari Neuroblastoma yang memburuk
1.3.7 Mahasiswa dapat mengetahui cara menangani Neuroblastoma
1.3.8 Mahasiswa dapat mengatahui asuhan keperawatan pada Neuroblastoma
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Neuroblastoma


Neuroblastoma adalah tumor embrional dari system saraf otonom yang mana sel
tidak berkembang sempurna. Neuroblastoma umumnya terjadi bayi usia rata-rata 17
bulan. Tumor ini berkembang dalam jaringan sistem saraf simpatik, biasanya dalam
medula adrenal atau ganglia paraspinal, sehingga menyebabkan adanya sebagai lesi
massa di leher, dada, perut, atau panggul. Insiden neuroblastoma adalah 10,2 kasus per
juta anak di bawah 15 tahun. Yang paling umum kanker didiagnosis ketika tahun
pertama kehidupan (Jhon, 2010).
Neuroblastoma adalah tumor ganas yang berasal dari sel Krista neurak embronik,
dapat timbul disetiap lokasi system saraf simpatis, merupakan tumor padat ganas paling
sering dijumpai pada anak. Insiden menempati 8% dari tumor ganas anak, atau di posisi
ke-4. Umumnya ditemukan pada anak balita, puncak insiden pada usia 2 tahun. Lokasi
predeileksi di kelenjar adrenal retroperitoneal, mediastrinum, pelvis dan daerah kepala-
leher. Tingkat keganasan neuroblastoma tinggi, sering metastasis ke sumsum tulang,
tulang, hati, kelenjar limfe, dll (Willie, 2008).
Neuroblastoma adalah tumor ganas yang terjadi pada system persarafan yang
berasal dari sel-sel saraf kelenjar adrenal, leher, dada, atau sumsum tulang belakang.
Berasal dari sel Krista neuralis system saraf dan karena itu dapat timbul dimanapun dari
fossa kranialis sampai koksik. Secara histologis, Neuroblastoma terdiri atas sel bulat
kecil dengan granula yang banyak. Neuroblastoma adalah satu-satunya tumor yang
dapat menghasilkan hormon.

2.2 Etiologi Neuroblastoma


Kebanyakan etiologi dari neuroblastoma adalah tidak diketahui. Ada laporan yang
menyebutkan bahwa timbulnya neuroblastoma infantile (pada anak-anak) berkaitan
dengan orang tua atau selama hamil terpapar obat-obatan atau zat kimia tertentu seperti
hidantoin, etanol, dll. (Willie ,  2008).
Penyebabnya tidak di ketahui secara pasti, tetapi juga di duga melibatkan faktor
genetik. Kurang dari 2% terjangkit karena faktor keturunan. Kebanyakan kasus terjadi
secara sporadik dan merupakan hasil dari mutasi genetik yang mempengaruhi
perkembangan sel-sel di ginjal. Dapat berhubungan dengan kelainan bawaan tertentu,
seperti :
 Kelainan saluran kemih.
 Anridia ( tidak memiliki iris ).
 Hemyhipertrofi ( pembesaran separuh bagian tubuh) .

2.3 Patofisiologi Neuroblastoma


Sel-sel kanker yang berasal dari medula adrenal dan system saraf simpatik
berploriferasi, menekan jaringan sekitarnya, kemudian menginfasi sel-sel normal
disekitarnya. Stadium neuroblastoma menurut INSS (Brodeur dkk, 1993):

1. Stadium 1
Tumor terlokalisasi dengan eksisi luas lengkap dengan / tanpa adanya
penyakit residual secara mikroskopik; tidak ada pembesaran KGB ipsilateral dan
kontralateral terhadap tumor secara mikroskopik (mungkin didapatkan
pembesaran KGB yang melekat pada tumor primer dan diambil secara
bersamaan). Semua tumor yang ada dapat dilihat dan bisa dihilangkan selama
operasi.
2. Stadium 2, dibagi menjadi tahap 2A dan 2B
a. Stadium 2A : Tumor ini hanya dalam satu area (unilateral), tidak ada
pembesaran KB yang ipsilateral dan tidak melekat pada tumor, dan semua
tumor yang dapat dilihat bisa sepenuhnya dihapus selama operasi.
b. Stadium 2B : Tumor ini hanya dalam satu area, pembesaran KGB
kontralateral tidak terdapat secara makroskopis, dan semua tumor yang
terlihat mungkin sepenuhnya dihapus selama operasi.
3. Stadium 3
Pada stadium tiga, bila telah terjadi salah satu dari pernyataan dibawah
a. Tumor unilateral yang tidak dapat sepenuhnya dihapus selama operasi dan
telah menyebar dari satu sisi tubuh ke sisi yang lain dan mungkin juga telah
menyebar ke kelenjar getah bening didekatnya.
b. Tumor hanya ada di satu bidang, di satu sisi tubuh, tetapi telah menyebar ke
kelenjar getah bening di sisi tubuh lain
c. Tumor berada di tengah-tengah tubuh dan telah menyebar ke jaringan atau
kelenjar getah bening di kedua sisi tubuh, dan tumor tidak dapat dihilangkan
dengan pembedahan.
4. Stadium 4, pada tahap ini dibagi menjadi tahap 4 dan tahap 4S
a. Stadium 4: Tumor menginvasi nodus limfe lebih jauh, mengenai tulang
sumsum tulang, hati, kulit, dan organ lain.
b. Stadium 4S :
1) Menyerang anak kurang dari 1 tahun.
2) Kanker telah menyebar ke kulit, hati, dan atau tulang sumsum.
3) Sel-sel kanker dapat ditemukan dalam kelenjar getah bening di dekat
tumor.

Gambar: Stadium neuroblastoma pada anak

Ada 3 kelompok resiko pada neuroblastoma :


a. Beresiko rendah dan menengah neuroblastoma beresiko memiliki peluang
besar untuk sembuh.
b. Risiko sedang pada pasien yang dirawat dengan operasi dan kemoterapi.
c. Neuroblastoma beresiko tinggi, mungkin sulit untuk disembuhkan.

2.4 Manifestasi Klinis


Neuroblastoma bisa tumbuh di berbagai bagian tubuh. Kanker ini berasal dari
jaringan yang membentuk sistem saraf simpatis (bagian dari sistem saraf yang mengatur
fungsi tubuh involunter/diluar kehendak, dengan cara meningkatkan denyut jantung dan
tekanan darah, mengkerutkan pembuluh darah dan merangsang hormon tertentu).
Kebanyakan tumor primer terjadi dalam rongga abdomen (65%). Pada bayi tumor
primer lebih sering terjadi pada daerah toraks dan leher. Kira-kira 1% dari pasien tidak
ditemukan tumor primernya. Metastasis dapat melalui kelenjar limfe regional terjadi
sebanyak 35%. Penyebaran secara hematogen sering terjadi ke sumsum tulang, tulang,
hepar dan kulit, seperti yang telah kami jelaskan dipembahasan sebelumnya. Jarang
terjadi penyebaran penyakit ke paru dan parenkim otak, yang biasanya terjadi akibat
kambuhnya penyakit atau penyakit sudah dalam stadium terminal.
Gejala awal biasanya berupa:
1. Sekitar 90% neuroblastoma menghasilkan hormon (misalnya epinefrin, yang
dapat menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan terjadinya kecemasan)
2. Kulitnya pucat, irritable, dan lemah (sering terjadi pada anak usia 3-5 tahun)
3. Pada bayi, pembesaran hepar dengan nodul subkutan
4. Proptosis dan ekimose periorbital akibat infiltrasi tumor ke tulang periorbita
5. Sesak napas
6. Mudah memar atau pendarahan, petachiae (datar, menunjukkan titik-titik di
bawah kulit yang disebabkan oleh pendarahan)
7. Tekanan darah tinggi
8. Gerakan mata tidak terkendali
9. Pembengkakan pada kaki, pergelangan kaki, atau skrotum
10. Diare yang parah berair
11. Rasa tidak enak badan (malaise) berlangsung selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan
12. Keringat berlebihan
13. Rewel
Perlu berkonsultasi kepada petugas medis bila terdapat gejala :
1. Benjolan di perut, leher, atau dada
2. Mata melotot.
3. Di sekeliling mata tampak lingkaran hitam.
4. Nyeri tulang.
5. Bengkak perut, dan kesulitan bernapas pada bayi.
6. Sakit, benjolan kebiruan di bawah kulit pada bayi.
7. Kelemahan atau paralysis (kehilangan kemampuan untuk memindahkan bagian
tubuh)
Neuroblastoma akan lebih parah bila tumor menekan jaringan terdekat seperti
tumbuh atau menyebarnya kanker yang bergantung pada asal dan luas penyebaran
tumor, ciri-cirinya sebagai berikut:
1. Kanker yang telah menyebar ke tulang akan menyebabkan nyeri tulang.
2. Kanker yang telah menyebar ke paru-paru bisa menyebabkan gangguan
pernafasan
3. Perut yang membesar, perut terasa penuh dan nyeri perut.
4. Kanker yang telah menyebar ke kulit bisa menyebabkan terbentuknya benjolan-
benjolan di kulit.
5. Kanker yang telah menyebar ke korda spinalis bisa menyebabkan kelemahan pada
lengan dan tungkai.
6. Kanker yang telah menyebar ke sumsum tulang menyebabkan:
a. Berkurangnya jumlah sel darah merah sehingga terjadi anemia.
b. Berkurangnya jumlah trombosit sehingga anak mudah mengalami memar.
c. Berkurangnya jumlah sel darah putih sehingga anak rentan terhadap infeksi.
Menurut Cecily & Linda (2002), gejala dari neuroblastoma yaitu:
Gejala yang berhubungan dengan massa retroperitoneal, kelenjar adrenal,
paraspinal.
1. Massa abdomen tidak teratur,tidak nyeri tekan, keras, yang melintasi garis
tengah.
2. Perubahan fungsi usus dan kandung kemih
3. Kompresi vaskuler karena edema ekstremitas bawah
4. Sakit punggung, kelemahan ekstremitas bawah
5. Defisit sensoris
6. Hilangnya kendali sfingter
Gejala-gejala yang berhubunngan dengan masa leher atau toraks.
1. Limfadenopati servikal dan suprakavikular
2. Kongesti dan edema pada wajah
3. Disfungsi pernafasan
4. Sakit kepala
5. Proptosis orbital ekimotik
6. Miosis
7. Ptosis
8. Eksoftalmos
9. Anhidrosis 
Menurut Willie (2008) manifestasi klinis dari neuroblastoma berbeda tergantung
dari  lokasi metastasenya:
 Neuroblastoma retroperitoneal
Massa menekan organ dalam abdomen dapat timbul nyeri abdomen,
pemeriksaan menemukan masa abdominal yang konsistensinya keras dan
nodular, tidak bergerak, massa tidak nyeri dan sering melewati garis tengah.
Pasien stadium lanjut sering disertai asites, pelebaran vena dinding abdomen,
edema dinding abdomen.
 Neurobalstoma mediastinal
Kebanyakan di paravertebral mediastinum posterior, lebih sering di
mediastinum superior  daripada inferior. Pada awalnya tanpa gejala, namun
bila massa besar dapat menekan dan timbul batuk kering, infeksi saluran
nafas, sulit menelan. Bila penekanan terjadi pada radiks saraf spinal, dapat
timbul parastesia dan nyeri lengan.
 Neuroblastoma leher
Mudah ditemukan, namun mudah disalahdiagnosis sebagai limfadenitis atau
limfoma maligna. Sering karena menekan ganglion servikotorakal hingga
timbul syndrome paralisis saraf simpatis leher(Syndrom horner), timbiul
miosis unilateral, blefaroptosis dan diskolorasi iris pada mata.
 Neuroblastoma pelvis
Terletak di posterior kolon presakral, relative dini menekan organ sekitarnya
sehingga menimbulkan gejala sembelit sulit defekasi, dan retensi urin.
 Neuroblastoma berbentuk barbell
Neuroblastoma paravertebral melalui celah intervertebral ekstensi ke dalam
canalis vertebral di ekstradural. Gejala klinisnya berupa tulang belakang kaku
tegak, kelainan sensibilitas, nyeri. Dapat terjadi hipomiotonia ekstremitas
bawah bahkan paralisis.

2.5 Pemeriksaan pada Neuroblastoma

2.5.1 Pemeriksaan Radiologi


1. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Berdasarkan INSS(International Neuroblastoma Staging System)
disepakati bahwa pasien neuroblastoma harus menjalani pemeriksaan
histologi terhadap aspirat sumsum tulang dan trephine yang diambil
dari 2 tempat yang berbeda. Pemeriksaan aspirat sumsum tulang dapat
dilihat menggunakan mikroskop. Biasanya terdapatkan kelompok-
kelompok keganasan non –hematopoeitik multipel bila ada metastasis.
Sel-sel non –hematopoeitik tersebut cenderung mengelompok dan
membentuk pseudorosette. Panduan internasional menyarankan
pemeriksaan histologi sumsum tulang terhadap minimal 1 cm jaringan
hematopoietik untuk mendapatkan hasil yang adekuat.
2. X-ray
3. Radiodiagnostik
Pemeriksaan pencitraan dengan CT scan MRI dapat digunakan
untuk menentukan batas atau perluasan tumor primer dan pembesaran
kelenjar getah bening (KGB). Deteksi metastase ke hepar dapat
dilakukan dengan CT scan abdomen, sedangkan adanya pembesaran
KGB dan batas tumor primer dapat dilihat dengan CT scan atau MRI
dengan hasil yang cukup baik. Bila dikerjakan dengan seorang ahli
radiologis anak yang berpengalaman, maka pemeriksaan CT scan atau
MRI dapat digantikan dengan ultrasonografi abdomen. MRI merupakan
teknik yang optimal untuk menunjukkan adanya perluasan ke
intraspinal melalui foramen neural.
4. USG Perut dan Dada (Ultra Sonografi)
Sebuah prosedur yang tinggi energi gelombang suara (ultrasound)
yang memantul jaringan atau organ internal dan membuat gema. Gema
membentuk gambaran jaringan tubuh disebut sonogram. Gambar dapat
dicetak untuk dilihat di kemudian hari.
5. MIBG Scanning
Meta Iodobenzy lguanidine (MIBG) merupakan subsyansi yang
akan masuk ke dalam sel sistem saraf simpatis yang terutama terlibat
dalam sintesis katekolamin. Oleh karena itu, bila substansi tersebut
diberi label radioaktif maka dapat menunjukkan lokalisasi
neuroblastoma primer dan metastasisnya denagn sensitivitas >90% dan
spesifisitas >90%. Untuk mencegah pengambilan zat iodine radioaktif
oleh tiroid, maka sebelum pemberian isotop akan diberikan iodine lugol
yang dapat menghambat proses pengambilan tersebut secara spesifik.
Pada 5-10% kasus neurobalstoma tidak terjadi pengambilan
MIBG sehingga tidak dapat dideteksi adanya metastasis dengan tidak
didapatkannya hasil positif pada penerikasaan ini terhadap trumor
primer.
2.5.2 Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan untuk mengetahui kadar eritrosit, leukosit, trombosit
dan hemoglobin yang terkandung dalam darah. Gejala neuroblastoma
umumnya menunjukkan jumlah dopamine dan norepinefrin lebih tinggi
dari biasanya.
2. Tes Urine (Tes Esbach)
Tes yang dilakukan untuk mengukur jumlah zat tertentu pada
kandungan urin. Jika jumlah normal zat asam homovanilic (HMA) dan
asam vanilyl mandelic (VMA) meningkat, ada kemungkinan penderita
mengidap penyakit neuroblastoma. Kadar dopamin dapat pula diperiksa
sebagai pemeriksaan tambahan. Pada 90-95% urin pasien
neuroblastoma akan didapat kan peningkatan sekresi metabolit-
metabolit tersebut.
3. Uji Neurologis
Serangkaian tes untuk memeriksa fungsi otak, saraf tulang
belakang, dan fungsi saraf. Selain itu juga untuk memeriksa status
mental seseorang, koordinasi, dan kemampuan untuk berjalan dengan
normal, seberapa baik otot, indra, dan refleks bekerja.
4. Pengkajian Neurohistokimia
Yaitu sebuah prosedur pewarnaan atau penambahan enzim ke
darah / sampel sumsum tulang untuk menguji antigen tertentu.

2.6 Komplikasi Neuroblastoma


Komplikasi dari neuroblastoma yaitu adanya metastase tumor yang relatif dini ke
berbagai organ secara limfogen melalui kelenjar limfe maupun secara hematogen ke
sumsum tulang, tulang, hati, otak, paru dan lain-lain. Metastasis tulang umumnya ke
tulang kranial atau tulang panjang ekstremitas. Hal ini sering menimbulkan nyeri
ekstremitas, artralgia, pincang pada anak. Metastase ke sumsum tulang menyebabkan
anemia, perdarahan dan trombositopenia.

2.7 Penatalaksanaan Neuroblastoma


Menurut Cecily (2002), International Staging System untuk neuroblastoma
menetapkan definisi standar untuk diagnosis, pertahapan, dan pengobatan serta
mengelompokkkan pasien berdasarkan temuan-temuan radiografik dan bedah, ditambah
keadaan sumsum tulang. Tumor yang terlokalisasi dibagi menjadi tahap I, II, III,
tergantung cirri tumor primer dan status limfonodus regional. Penyakit yang telah
mengalami penyebaran dibagi menjadi tahap IV dan IV (S untuk spesial ), tergantung
dari adanya keterlibatan tulang kortikal yang jauh, luasnya penyakit sumsum tulang dan
gambaran tumor primer.
Anak dengan prognosis baik umumnya tidak memerlukan pengobatan,
pengobatan minimal, atau banyak reseksi. Reseksi dengan tumor tahap I. Untuk tahap 
II pembedahan saja mungkin sudah cukup, tetapi kemoterapi juga banyak digunakan
dan terkadang ditambah dengan radioterpi lokal. Neuroblastoma tahap IVS mempunyai
angka regresi spontan yang tinggi, dan penatalaksanaannya mungkin hanya terbatas
pada kemoterapi dosis rendah dan observasi ketat.
Neuroblastoma tahap II dan IV memerlukan terapi intensif, termasuk kemoterapi,
terapi radiasi, pembedahan, transplantasi sumsum tulang autokolog atau alogenik,
penyelamatan sumsum tulang, metaiodobenzilquainid (MIBG), dan imunoterapi dengan
antibody monklonal yang spesifik terhadap neuroblastoma.
Empat tipe-tipe dari perawatan standar digunakan:
1. Operasi
Operasi biasanya digunakan untuk merawat neuroblastoma. Tergantung
pada dimana tumornya dan apakah ia telah menyebar, sebanyak mungkin tumor
akan dikeluarkan. Jika tumor tidak dapat dikeluarkan, sebagai gantinya biopsi
mungkin dilakukan.
2. Kemoterapi
Kemoterapi menggunakan obat untuk membunuh sel-sel kanker di seluruh
tubuh. Perawatan ini menyebabkan pembelahan sel dengan cepat sehingga sel
normal yang terkena berganti dengan cepat, begitu pula sel-sel kanker. Akibatnya,
obat ini dapat memiliki efek samping mual, muntah, kehilangan nafsu makan,
rambut rontok dan jumlah sel darah putih yang rendah. Kebanyakan efek samping
akan membaik setelah obat dihentikan dan berkurang selama terapi. Pada dosis
tinggi, kemoterapi dapat menghancurkan sel-sel sumsum tulang. Jika seorang
anak akan menjalani kemoterapi dosis tinggi, dokter anak mungkin memberitahu
bahwa sel-sel sumsum dibuang dahulu. Setelah kemoterapi, sumsum akan
dikembalikan melalui jalur intravena, prosedur ini disebut autologous bone
marrow reinfusion.
3. Terapi radiasi
Terapi radiasi menggunakan sinar-X atau sumber sinar berenergi tinggi
lainnya untuk membunuh sel kanker. Kemungkinan efek sampingnya antara lain;
mual, kelelahan dan iritasi kulit. Diare dapat terjadi setelah radiasi ke perut .
4. Pengobatan bertahap
a. Kanker Tahap I atau II
Jika kanker terbatas pada ginjal atau struktur di dekatnya dan jenis sel
tumornya tidak agresif, anak akan menjalani pengangkatan jaringan ginjal
dan beberapa kelenjar getah bening di dekat ginjal yang terkena. Setelah itu
diikuti dengan kemoterapi. Beberapa kanker stadium II juga diobati dengan
radiasi.
b. Kanker Tahap III atau IV
Jika kanker telah menyebar di dalam perut dan tidak dapat sepenuhnya
dihapus tanpa membahayakan struktur seperti pembuluh darah utama,
radiasi akan ditambahkan untuk operasi dan kemoterapi. Anak mungkin
menjalani kemoterapi sebelum operasi untuk mengecilkan tumor.
c. Kanker Tahap V
Jika sel-sel tumor ada di kedua ginjal, bagian kanker dari kedua ginjal
akan diangkat selama operasi dan kelenjar getah bening diambil untuk
dilihat apakah mengandung sel-sel tumor. Kemoterapi diberikan untuk
mengecilkan tumor yang tersisa. Pembedahan diulangi untuk mengangkat
tumor sebanyak mungkin dan jaringan ginjal yang masih berfungsi
dipertahankan. Kemoterapi dan terapi radiasi dapat diberikan selanjutnya.
2.8 Prognosis

Kelangsungan hidup 5 tahun 60%. Kadang-kadang dilaporkan pemulihan


spontan(Thomas, 1994). Identifikasi factor prognosis spesifik adalah penting untuk
perencanaan terapi. Prediktor paling menonjol bagi keberhasilan adalah umur dan
stadium penyakit. Anak yang berusia kurang dari satu tahun agak lebih baik daripada
anak berumur lebih tua dengan stadium penyakit yang sama. Angka ketahanan hidup
bayi dengan penyakit berstadium rendah melebihi 90% dan bayi dengan penyakit
metastasis mempunyai angka ketahanan hidup jangka panjang 50% atau lebih. Anak
dengan penyakit stadium stadium rendah umumnya mempunyai prognosis yang sangat
baik, tidak tergantung umur. Makin tua umur penderita dan makin menyebar penyakit,
makin buruk prognosisnya. Meskipun dengan terapi konvensional atau CST yang
agresif, angka ketahanan hidup bebas penyakit untuk anak lebih tua dengan penyakit
lanjut jarang melebihi 20% (Nelson, 2000)
Factor yang terpenting dalam prognosis neuroblastoma adalah ada tidaknya
ampilifikasi oncogen N-myc.
1. ampilifikasi oncogen N-myc   di atas 10 kopi menunjukkan prognosis buruk dan terapi
perlu diperkuat.
2. Pasien stadium III tanpa  ampilifikasi oncogen N-myc digunakan terapi kombinasi
agresif dan survival dapat mencapai 50%
3. Pasien stadium I/II  dan IVS tanpa ampilifikasi oncogen N-myc dapat memiliki
survival mencapai 90% lebih (Willie, 2008)
2.9 Pathway
2.10 Asuhan Keperawatan Teori pada Klien Neuroblastoma
2.10.1 Pengkajian
1. Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama,
umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis
kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
2. Keluhan Utama
Pasien yang datang ke Rumah Sakit biasanya mengeluh dengan
adanya gejala-gejala awal yang terjadi seperti perut membesar, perut
terasa penuh, dan nyeri perut. Bisa juga pasien datang ke Rumah Sakit
karena tumor yang sudah menyebar di beberapa bagian tubuh seperti
jika tumor sudah menyebar pada tulang. Pasien akan mengalami nyeri
tulang. Jika tumor telah menyebar ke bagian sumsum tulang akan
terjadi anemia dan memar. Jika telah menyebar di bagian kulit akan
terjadi benjolan pada kulit. Yang lebih parahnya jika tumor telah
menyebar ke daerah paru-paru akan terjadi gangguan pernapasan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah dirawat di Rumah Sakit selama beberapa hari
karena terjadi pendarahan dan wajah tampak pucat. Pendarahan yang
ditandai dengan terjadinya patachiae.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Rumah Sakit dengan mengeluh demam tinggi
dengan didukung wajah yang pucat. Keluarnya banyak keringat juga
dialami oleh pasien. Pasien selalu mengeluh nyeri yang ditandai
dengan anak selalu rewel. Namun keluarga pasien dan pasien tidak
tahu apa yang terjadi dalam t ubuhnya, seberapa parah tumor itu telah
menyebar.
2.10.2 Pengkajian Pola Gordon
1. Pola Nutrisi dan Metabolik:
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi
kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema
pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi
karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual , muntah
dananoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB
meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi
karena uremia.
2. Pola Eliminasi :
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi urin gangguan pada
glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat
diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus
yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria sampai
anuria ,proteinuri, hematuria.
3. Pola Aktifitas dan Latihan :
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien
perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan dan tekanan darah
mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan
ddarah sudah normal selama 1 minggu. Adanya edema paru maka pada
inspeksi terlihat retraksi dada, pengggunaan otot bantu napas, teraba,
auskultasi terdengar rales dan krekels, pasien mengeluh sesak, frekuensi
napas. Kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran
jantung [Dispnea, ortopnea dan pasien terlihat lemah], anemia dan
hipertensi yang juga disebabkan oleh spasme pembuluh darah.
Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan gagal jantung. Hipertensi
ensefalopati merupakan gejala serebrum karena hipertensi dengan
gejala penglihatan kabur, pusing, muntah, dan kejang-kejang. GNA
munculnya tiba-tiba orang tua tidak mengetahui penyebab
dan penanganan penyakit ini.
4. Pola Tidur dan Istirahat
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena
adanya uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus
5. Pola Kognitif & Perseptual
- Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan
rasa gatal.
- Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati
hipertensi. Hipertemi terjadi pada hari pertama sakit dan ditemukan
bila ada infeksi karena inumnitas yang menurun.
6. Pola Persepsi Diri
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan
edema dan perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali
seperti semula
7. Pola Hubungan Peran
Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh dan
lingkungan perawatann yang baru serta kondisi kritis menyebabkan
anak banyak diam.
2.10.3 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik berdasarkan Review of System :
1. B1 (Breath) : Sesak napas.
2. B2 (Blood) : Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah
meningkat, perdarahan di bawah kulit, pucat.
3. B3 (Brain) : Nyeri
4. B4 (Bladder) : Retensi urin
5. B5 (Bowel) : Pembesaran perut, mual
6. B6 (Bone) : Rasa tidak enak badan (malaise), pembengkakan pada
kaki, pergelangan kaki atau skrotum, lelah. Terjadinya
ptachiae.

2.10.4 Diagnosa keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan penyebaran tumor ke semua organ
Tujuan : Nyeri yang dirasakan pada klien berkurang
Kriteria hasil :
- Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang.
- Klien tidak merasa kesakitan

Intervensi Rasional
1. Kaji kebutuhan untuk 1. Mengetahui tingkat nyeri yang
penatalaksanaan nyeri. dialami pasien.
2. Evaluasi efektifitas penghilang nyeri 2. Menurunkan derajat nyeri pada
dengan derajat kewaspadaan. pasien.
3. Lakukan teknik pengurangan nyeri 3. Menghindari untuk terjadinya
nonfarmakologis yang tepat. pendarahan pada pasien.
4. Hindari aspirin atau senyawanya 4. aspirin meningkatkan
kecenderungan pendarahan.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kehilangan nafsu makan
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan
adekuat
Kriteria hasil :
- Antropometri : berat badan tidak turun (stabil), tinggi badan, lingkar
lengan
- Biokimia : albumin normal dewasa (3,5-5,0) g/dl
Hb normal anak (11 sampai 13 gr/dl)
- Clinis : tidak tampak kurus, terdapat lipatan lemak, rambut tidak
jarang dan merah
- Diet : klien menghabiskan porsi makannya dan nafsu makan
bertambah

Intervensi Rasional
1. Dorong orang tua untuk 1. Meningkatkan nafsu makan pada
merilekskan tekanan pada saat anak
makan.
2. Izinkan anak untuk memakan semua 2. Memenuhi kebutuhan nutrisi yang
makanan yang dapat ditoleransi. adekuat.
3. Perkaya makanan dengan suplemen 3. Susu banyak mengandung
nutrisi seperti susu bubuk. komponen nutrisi yang dibutuhkan
oleh anak
4. Izinkan anak untuk terlibat dalam 4. untuk mendorong anak mau
persiapan dan pemilihan makanan. makan

3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan metastase ke paru dan


abdomen, adanya tekanan pada diafragma sehingga dadat idak
mengembang secara optimal
Tujuan : Pola napas efektif.
Kriteria hasil : Mempertahankan pola napas efektif.

Intervensi Rasional
1. Pantau adanya pucat dan cyanosis. 1. Memastikan pasien tidak

2. Pantau kedalaman, kecepatan, kekurangan suplai oksigen.


irama dan usaha respirasi. 2. Memastikan bahwa pasien tidak

3. Pantau pola pernapasan. mengalami gangguan pernapasan.


Informasikan kepada pasien dan 3. Untuk meningkatkan pola
keluarga tentang teknik relaksasi pernapasan.
4. Berikan posisi semifowler pada 4. Posisi semifowler membantu
pasien untuk mengoptimalkan meringankan ekspansi dada
pernapasan

4. Retensi urin berhubungan dengan metastase pada kelenjar adrenal


Tujuan : Pasien dapat BAK dengan normal
Kriteria hasil : Jumlah urin pasien 100 cc/jam
Intervensi Rasional
1.inspeksi adanya pembesaran pada 1. untuk mengetahui adanya penyebaran
daerah abdomen tumor pada kelenjar adrenal
2. kolaborasi dengan dokter dalam 2. hal tersebut diperlukan untuk membntu
pemberian obat-obatan yang dapat pasien BAK
melancarkan BAK serta engurangi rasa
nyeri

5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, hipermetabolisme,


dan anemia.
Tujuan : Pasien dapat beraktifitas secara normal
Kriteria hasil : Pasien dapat mobilisasi tanpa gangguan
Intervensi Rasional
1. Berikan lingkungan tenang dan batasi 1. Agar klien dapat merasakan tenang dan
pengunjung selama perawatan, dorong dapat beristirahat total sehingga dapat
penggunaan manajemen stress dan mendukung proses kesembuhannya.
pengalihan yang cepat
2. Perhatikan dispneu, peningkatan 2.Agar kondisi pasien dapat terpantau
kelemahan perubahan vital, tiap harinya sehingga dapat menentukan
tachycardia selama dan setelah sejauh apa kemajuannya.
aktivitas.
3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam 3. Pasien dapat patuh untuk beristirahat
rencana pengobatan dan perlunya sehingga dapat membantu kesembuhan
keseimbangan aktivitas dan istirahat klien.
4. Bantu aktivitas perawatan diri. 4. Pasien dapat sedikit demi sedikit
Berikan peningkatan aktivitas selama melakukan seluruh aktivitasnya seecara
fase penyembuhan. mandiri

6. Ketakutan/kecemasan berhubungan dengan tes diagnosa, prosedur dan


pengobatan.
Tujuan : Pasien tidak mengalami ketakutan yang berlebih.
Kriteria hasil : Pasien menunjukkan penurunan rasa takut yang
berhubungan dengan prosedur dan tes diagnostik.
Intervensi Rasional
1. Jelaskan prosedur dengan cermat 1. Memberikan informasi dan upaya
sesuai dengan tingkat pemahaman menurunkan tingkat kecemasan
anak. dan ketakutan pada anak.
2. Jelaskan tentang apa yang 2. Mempermudah dalam melakukan
dilakukan dan apa yang akan prosedur pengobatan.
dirasakan, dilihat dan di dengar
anak.
3. Gunakan metode mengingatkan 3. Untuk meningkatkan rasa control,
kembali setiap langkah sebagai mendorong kerjasama dan
metode distraksi. mendukung keterampilan koping
anak.
4. Jelaskan permintaan-permintaan 4. Diharapkan anak dapat koopertif
khusus pada anak untuk dalam pelaksanaan tindakan
mendorong kerjasama.

7. Resiko ketidak efektifan penatalaksanaan program terapeutik


berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi
perawatan mata, pengobatan, tehnik keamanan, pembatasan aktifitan dan
perawatan tindak lanjut

Intervensi Rasional
1. Memberikan health education 1. Supaya klien dan keluarga bisa
pada klien dan keluarga
melakukan pencahan dan perawatan
diri

2. informasikan pada keluarga tata 2. peran keluarga sangat penting bagi

cara tentang perawatan klien proses penyembhan klien, baik dari

agar mempercepat proses segi perhatian maupun perawatan

penyembuhan fisik.

8. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak


Tujuan : Anak dapat tumbuh dan berkembang denga normal
Kriteria hasil : Periode tumbuh dan kembang anak berlangsung secara
teratur sesuai dengan masa-masa pada periodenya
Intervensi Rasional
1.kaji gerak kasar atau motorik kasar 1. hal ini berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan
dan sikap tubuh yang melibatkan otot-
otot besar seperti duduk, berdiri, dan
sebagainya
2. kaji gerak halus atau motorik halus 2. berhubungan dengan kemampuan
pada anak anak melakukan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu yang
dilakukan oleh otot kecil tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat,
seperti menulis, mengamati sesuatu dan
sebagainya
3. Kaji gangguan bicara dan bahasa 3. hal ini berhubungan dengan
pada anak kemampuan untuk memberikan respon
terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah, dan
sebagainya.
4. kaji sosialisasi dan kemandirian 4. berhubungan dengan kemampuan
pada anak mandiri anak (makan sendiri,
memberskan mainan sendiri),
bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya dan sebagainya
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Neuroblastoma  merupakan tumor lunak, padat yang berasal dari sel-sel crest
neuralis yang merupakan prekusor dari medula adrenal dan sistem saraf simpatis.
Neuroblastoma dapat timbul di tempat terdapatnya jaringan saraf simpatis.cvfev
Tempat tumor primer yang umum adalah abdomen, kelenjar adrenal atau ganglia
paraspinal toraks, leher dan pelvis.
Neuroblastoma umumnya bersimpati dan seringkali bergeseran dengan jaringan atau
organ yang berdekatan (Cecily & Linda, 2002). Kebanyakan etiologi dari
neuroblastoma adalah tidak diketahui. Adapun manifestasi klinis dari neuroblastoma
yaitu tergantung lokasinya, di retroperitoneal, mediastinal leher, pelvis, dan lain-lain.
Sedangkan penatalaksanaannya tergantung stadium dari neuroblastoma itu sendiri
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Fitri. 2015, Makalah Neuroblastoma. https://dokumen.tips/documents/makalah-


neuroblastoma-kel-6.html (Diakses tanggal 2 Pebruari 2020)

Adhytama Taufiq. 2014, Referat Neuroblastoma.


https://id.scribd.com/doc/195561763/Referat-Neuroblastoma (Diakses tanggal 2 Pebruari
2020)

Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri  Edisi 3.  Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai