Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

ANAK DENGAN NEUROBLASTOMA

Disusun Oleh:
ELANG RISMAYANTI
P2.06.20.1.18.013

II A KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN TASIKMALAYA
Jl. Cilolohan No.35 (0265) 340186 Kel. Kahuripan Kec. Tawang
Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat 46115
www.poltekkestasikmalaya.ac.id
KASUS

Seorang anak perempuan usia 7 tahun, datang dengan keluhan perut membesar, batuk dan
sesak nafas. Keluhan perut membesar dimulai sejak 2,5 bulan sebelum masuk rumah sakit
disertai dengan benjolan sebesar telur puyuh pada selangkangan dan leher yang tidak terasa
nyeri, panas atau kemerahan. Keluhan perut membesar juga disertai dengan demam naik
turun, pucat, dan penurunan berat badan 3 kg dalam sebulan, tidak dijumpai keluhan pada
defekasi maupun berkemih. Perut semakin membesar, disertai dengan keluhan batuk yang
muncul kurang lebih mulai 2 minggu dan sesak nafas dirasakan terutama jika anak berbaring.
Benjolan di selangkangan dan leher tidak bertambah besar, keluhan demam, pucat serta
penurunan berat badan menetap. Dari riwayat keluarga tidak dijumpai riwayat keganasan
dan sakit tuberkulosis.
LAPORAN PENDAHULUAN NEUROBLASTOMA

A. KONSEP TEORI

1. Pengertian Penyakit

Neuroblastoma adalah tumor neuroblastik dari sel neural crest primordial yang
terdapat disepanjang sistem saraf simpatis. (Cristol, 2015). Neuroblastoma adalah
kanker padat ekstrakranial yang paling umum pada anak-anak (Armideo, et al. 2017)

2. Etiologi
Kebanyakan etiologi dari neuroblastoma adalah tidak diketahui. Hal ini dianggap
sebagai kegagalan neuroblasts untuk dewasa. Penyakit ini sporadis, mungkin hasil
dari perubahan gen yang tidak diketahui
Faktor resiko yang berpengaruh terhadap kemunculan dari neuroblastoma adalah
sebagai berikut:
1) Rehediter
Sekitar 1% sampai 2% dari semua kasus neuroblastoma, anak mungkin telah
mewarisi peningkatan risiko terjadinya neuroblastoma. Namun mayoritas dari
neuroblastoma tampaknya tidak diwariskan. Anak-anak dengan riwayat keluarga
neuroblastoma (mereka yang memiliki kecenderungan diwariskan kanker ini)
biasanya dari keluarga dengan riwayat satu atau lebih anggota keluarga yang
menderita neuroblastoma. Ada laporan yang menyebutkan bahwa timbulnya
neuroblastoma infantile (pada anak-anak) berkaitan dengan orang tua atau selama
hamil terpapar obat-obatan atau zat kimia tertentu seperti hidantoin, etanol, dll
(Cristol, 2015).
2) Kelainan genetik
Kemungkinan ini diperkuat dengan ditemukannya sel-sel tumor pada jenis genetik
tertentu. Kanker Neuroblastoma dimulai ketika dengan mutasi genetik pada jenis
sel normal yang terus tumbuh. Sel kanker tersebut pada akhirnya terus tumbuh dan
membentuk tumor. Neuroblastoma bisa terjadi saat neuroblast pada janin yang
normal gagal membentuk saraf dewasa atau yang disebut juga dengan sel medula
adrenal. Kebanyakan dari neuroblasts matang di kala kelahiran dan sejumlah kecil
dari mereka tidak ditemukan pada bayi yang baru lahir. Dari beberapa kasus,
Neuroblastoma tersebut tumbuh lalu menghilang namun  ada pula yang menjadi
Neuroblastoma atau tumor ganas. Bagi anak-anak yang memiliki riwayat
Neuroblastoma pada salah satu anggota keluarganya, ada kemungkinan dia akan
menderita penyakit yang sama.

3. Patofisiologi
 Neuroblastoma timbul dari primordial sel neural, yang bermigrasi selama
embryogenesis untuk membentuk medula adrenal dan ganglia simpatis. Hal ini
menyebabkan neuroblastoma terjadi di medula adrenal atau di sepanjang ganglia
simpatis, terutama di retroperitoneum dan mediastinum posterior.
Glandula adrenal berkembang dari dua sel yang asalnya berbeda. Kortek adrenal
dibentuk dari sel yang berasal dari mesoderm sedangkan medula adrenal
berkembang dari sel neural crest. Sel neural crest dibentuk dari migrasi
ventrolateral dari sel neuro-ectodermal yang berasal dari tabung saraf sekitar
minggu ke 3 perkembangan. Sel neural crest ini dibagi menjadi 2 kelompok sel
yang membentuk ganglia sensoris dari kranial dan saraf tulang belakang serta
migrasi ke berbagai posisi lain dalam tubuh untuk menimbulkan melanosit dan
ganglia simpatik. Kortek adrenal dibentuk pertama, biasanya selama minggu ke 6
perkembangan. Minggu ke 7 sel neural crest dari ganglia simpatik bermigrasi
membentuk massa pada sisi medial dari perkembangan kortek. Selama Gambaran
tempat munculnya neuroblastoma yaitu sepanjang gangia simpatis dan glandula
adrenal (PubMed, 2015 dalam Priyadi, 2015) beberapa bulan berikutnya sampai
kelahiran janin, korteks akan tumbuh dan berdiferensiasi mengelilingi sekitar
massa sel puncak saraf. Ketika mereka dikelilingi, sel-sel diferensiasi ke dalam
sel-sel sekretori dari medula adrenal. Pada sekitar usia 1 tahun akhir dari
pembentukan glandula adrenal menunjukkan 3 lapisan korteks adrenal
mengelilingi sel matur dari medulla adrenal.
Pada awalnya sel saraf dan sel medulla dari bagian adrenal dibentuk dari
neuroblas pada fetus. Neuroblastoma terbentuk ketika neuroblas fetus gagal untuk
menjadi sel saraf matur atau sel adrenal dan malah semakin tumbuh dan
berkembang. Neuroblas tidak secara langsung matur secara lengkap saat bayi
lahir, berdasarkan studi diketahui bahwa terdapat kumpulan kecil dari neuroblas
pada daerah kelenjar adrenal pada bayi < 3 tahun.
Sebagian besar sel ini akan membentuk sel saraf atau malah akan mengalami
apoptosis dan tidak membentuk neuroblastoma. Sel neuroblas yang tersisa dapat
tumbuh menjadi sel kanker.Kegagalan neuroblas untuk matur dan berhenti untuk
tumbuh disebabkan abnormalitas DNA, yang dapat memicu onkogen dan
menekan tumor suppressor (Cristol, 2015).

4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan neuroblastoma pada anak tidak hanya berdasarkan dari
stadium tetapi juga berdasar pembagian risiko sesuai klinis dan variabel biologi.
Faktor biologi yang berpengaruh saat ini adalah status N-myc, ploidy (untuk infants),
klasifikasi histopatologi.
1) Kelompok usia rendah
a. Stadium 1 ( localized resectable neuroblastoma)
b. Stadium 2 < 1 tahun
c. Stadium 4S
Kemoterapi adjuvant biasanya tidak diperlukan untuk kelompok pasien ini kecuali
pada kasus penyakit stadium 4S yang mengancam kehidupan
Pengobatan :
a. Semua Pasien INSS Stadium 1:
Pembedahan tumor primer dengan observasi kekambuhan penyakit.  Event free
survival (EFS) 3 tahun sebanyak 94%, overall survival (OS) 99%.
b. Semua pasien dengan INSS stadium 2A, stadium 2B tanpa amplifikasi MYCN:
1) Pembedahan tumor primer tanpa kerusakan organ vital. Observasi setelah
pembedahan hanya didapatkan pasien dengan > 50% reseksi tumor primer.
2) Untuk pasien < 50%: kemoterapi 4 siklus dengan dosis sedang menggunakan
carboplantin, etoposide, cyclophosphamide, dan doxorubicin
c. Pasien dengan INSS penyakit stadium 4S:
1) Mayoritas pasien dengan INSS stadium 4S masuk kelompok risiko rendah
dengan EFS 86% dan OS 92%. Mayoritas tumor 4S akan regresi spontan,
meskipun pasien kurang dari 2 bulan mempunyai insidensi tinggi gagal nafas
dan disfungsi hati oleh karena infiltrasi diffuse tumor ke hati.
2) Tidak ada komplikasi yang mengancam jiwa, tidak ada indikasi pengobatan.
3) Reseksi bedah dari tumor primer biasanya tidak diperlukan, meskipun biopsi
lokasi primer atau lokasi metastasis dibutuhkan untuk kepastian karakteristik
biologik.
4) Kemoterapi dimanfaatkan pada pasien dengan komplikasi yang mengancam
kehidupan seperti gangguan pernafasan dan disfungsi hati berat.Penelitian
menunjukkan bahwa secara singkat ciclophosphamide oral dosis rendah
(5mg/kg/hari selama 5 hari setiap 2-3 minggu) atau sampai 4 siklus untik
kemoterapi risiko sedang sering menginduksi remisi. Kemoterapi harus
dihentikan jika didapatkan hasil remisi sebelum mencapai 4 siklus kemoterapi.
Radioterapi dosis rendah dapat juga dimanfaatkan. Pasien stadium 4 S dengan
biologik tidak baik jarang menjadi calon untuk perawatan yang lebih intensif.
2) Kelompok resiko sedang
a. Stadium penyakit 3/4/4S , umur < 1 tahun dan gambaran histologi baik
b. Stadium 3, lebih dari 1 tahun dengan non-N-myc dan gambaran histologi baik.
Empat agen kemoterapi (Cyclophosphamide, doxorubicin, Carboplatin,
Etoposide) diberikan 4 atau 8 siklus berdasarkan gambaran histologi. Pembedahan
dilakukan setelah kemoterapi. Jika penyakit timbul kembali, radioterapi dapat
dipertimbangkan.
Pengobatan :
Pembedahan diindikasikan seperti yang dijelaskan dibawah modalitas
pengobatan umum sebelumnya. Berdasarkan tahap klinis INSS, umur, dan biologis
meliputi N-myc, histopatologi, dan ploidi, telah mengembangkan rejimen kemoterapi
yang dirancang untuk memelihara atau meningkatkan kelangsungan hidup untuk
meminimalkan morbiditas akut dan jangka panjang. Rejimen ini menggunakan empat
agen yang paling aktif dalam neuroblastoma (carboplatin, etoposid, siklofosfamid,
dan doxorubicin). Pasien dengan neuroblastoma berisiko sedang dan biologi yang
menguntungkan mendapatkan satu saja dari empat siklus kemoterapi, dan pasien
dengan biologi tidak menguntungkan mendapatkan dua program (delapan siklus).
Masing-masing siklus diberikan setiap 3 minggu.
3) Kelompok resiko tinggi
a. Penyakit stadium 2A/2B, umur > 1 tahun dan mempunyai amplifikasi N-myc,
gambaran histologi tidak baik.
b. Stadium 3/4/4S ,umur < 1 tahun dan amplifikasi N-myc
c. Stadium 3 pada anak > 1 tahun dengan amplifikasi N-myc atau  non N-myc
amplified  dan gambaran histologi yang tidak baik.
d. Stadium 4 pada anak > 1 tahun
Induksi kemoterapi multiagen untuk remisi tumor, dan meningkatkan
kemungkinan reseksi. Jika respon buruk, kemoterapi lini kedua digunakan.
Pengobatan :
Pembedahan diindikasikan dilakukan dibawah modalitas pengobatan, dengan
probabilitas ketahanan hidup jangka panjang kelompok pasien kurang dari 15%.
Secara keseluruh angka ketahanan hidup ditingkatkan menjadi 43-50% dengan
penatalaksanaan yang komprehensif:
a. Induksi kemoterapi
Neuroblastoma sensitif terhadap kemoterapi, tujuan induksi terapi adalah untuk
mereduksi secara maksimal pada tumor primer dan lokasi metastasis. Durasi induksi
terapi pada masing- masing protokol kira-kira 4-5 bulan.
b. Terapi konsolidasi dosis tinggi dengan stem sel autolog
Fase terapi berikutnya adalah konsolidasi. Tujuannya untuk menghilangkan
setiap tumor yang tersiasa dengan agen sitotoksik myeloablative dan penyelamatan sel
induk. 3 tahun survival rate pada pasien yang diberikan rejimen myeloablative diikuti
oleh penyelamatan stem sel jauh lebih unggul (38-50%) dengan kemoterapi saja
(15%). Hal ini terutama berlaku untuk pasien berisiko sangat tinggi seperti usia lebih
dari 1 tahun dan amplifikasi N-myc penyakit metastasis.
c. Terapi untuk penyakit residual minimal:
1) Radiasi untuk lokasi tumor
2) Agen nonsitotoksik

4) Dampak Penyakit terhadap kebutuhan dasar anak


1) Tumor pada abdomen atau pelvis
Anak-anak tertentu akan mengalami penurunan nafsu makan, rasa penuh di
perut, maupun nyeri perut. Namun, sering kali tidak ditemukan adanya nyeri
tekan. Adanya tumor pada abdomen ini dapat menyebabkan terganggunya
aliran balik vena maupun limfonodi. Hal ini akan menyebabkan munculnya
oedem pada ekstremitas bawah dan pada anak laki-laki oedem pada scrotum.
Selanjutnya penekanan tumor abdomen pada vesika urinaria dapat
menimbulkan gangguan berkemih dan gangguan pada peristaltik usus.
2) Tumor pada thoraks dan leher
Menyebabkan: batuk, kesulitan bernapas, dan kesulitan menelan.
3) Neuroblastoma yang menyebar pada tulang:
Menimbulkan rasa nyeri pada tulang hingga anak sering kali tidak dapat
berjalan. Selain itu apabila tumor menyebar pada vertebra dan menekan
spinal cord akan menimbulkan kelemahan otot, rasa baal, hingga paralisis.
B. Konsep Askep
Pengkajian Fokus
1. Anamnesa
a Data demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung biaya.
b Keluhan utama
Pasien yang datang ke Rumah Sakit biasanya mengeluh dengan adanya
gejala-gejala awal yang terjadi seperti perut membesar, perut terasa penuh, dan
nyeri perut. Bisa juga pasien datang ke Rumah Sakit karena tumor yang sudah
menyebar di beberapa bagian tubuh seperti jika tumor sudah menyebar pada
tulang. Pasien akan mengalami nyeri tulang. Jika tumor telah menyebar ke bagian
sumsum tulang akan terjadi anemia dan memar. Jika telah menyebar di bagian
kulit akan terjadi benjolan pada kulit. Yang lebih parahnya jika tumor telah
menyebar ke daerah paru-paru akan terjadi gangguan pernapasan.
c Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah dirawat di Rumah Sakit selama beberapa hari karena terjadi
pendarahan dan wajah tampak pucat. Pendarahan yang ditandai dengan terjadinya
patachiae.
d. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Rumah Sakit dengan mengeluh demam tinggi dengan
didukung wajah yang pucat. Keluarnya banyak keringat juga dialami oleh pasien.
Pasien sel alu mengeluh nyeri yang ditandai dengan anak selalu rewel. Namun
keluarga pasien dan pasien tidak tahu apa yang terjadi dalam tubuhnya, seberapa
parah tumor itu telah menyebar.
2. Pemeriksaan fisik
Catat perkembangan leher dan wajah, memar diatas mata, atau edema
disekitar mata (metastasisi tulang tengkorak). Inspeksi kulit terhadap palor atau
memar (metastasis sumsum tulang) dan dokumentasi bentuk atau kesulitan
bernapas. Auskultasi paru untuk memeriksa mengi. Palpasi adanya limfadenopati,
khususnya servikal. Palpasi abdomen, catat masa yang kukuh dan tidak lunak.
Palpasi dn catat hepatomegali atau spkenomegali jika ada (Kyle T & Carman S.
2014).
Pemeriksaan fisik berdasarkan Review of System :
a. System pernafasan : Sesak napas.
b. system cardiovascular : Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah
meningkat, perdarahan di bawah kulit, pucat.
c. Sistem persyarafan : adanya stimulus nyeri
d. Sistem perkemihan : retensi urin
e. pencernaan : Catat masa yang kukuh dan tidak lunak.
Palpasi dan catat hepatomegali, splenomegali jika ada
f. sistem integumen dan muskuloskeletal : Pembengkakan pada kaki,
pergelangan kaki atau skrotum, lelah. Terjadinya ptachiae.
3. Pemeriksaan laboratorium dan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik dapat menunjukan hal berikut ini :
a. CT scan atau MRI untuk menetukan lokasi tumor dan metastasis
b. Radiografi dada, pemindaian tulang, dan suvei skeletal untuk mengidentifikasi
metastasis
c. Aspirasi dan biopsi sumsum tulang untuk menentukan metastasis kesumsum
tulang.
d. Pengumpulan urine 24 jam untuk mengetahui asam homovailat (homovanillic
acid, HVA) dan asam vanililmandelat (vanillymandelic acid, VMA); kadar akan
meningkat (Kyle T & Carman S. 2014).
4. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Risiko injury berhubungan dengan proses mengganasnya tumor, proliferasi
sel, dan dampak pengobatan
2. Risiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan masa abdomen,
hepatomegali
4. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5. Ketidakefektifan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian kemoterapi, atau
radioterapi
7. Nyeri berhubungan dengan dilakukannya pereriksaan diagnostik, efek fisiologi
dan neplasma
5. NOC & NIC
DX NOC NIC
Risiko injury Kontro Risiko NIC:Environment
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Management (Manajemen
proses keperawatan selama… x 24 lingkungan)
mengganasnya jam diharapkan control 1. Sediakan lingkungan
tumor, proliferasi risiko dapat diatasi dengan yang aman untuk pasien
sel, dan dampak kriteria hasil: 2. Identifikasi
pengobatan 1. Mengidentifikasi faktor kebutuhan keamanan
risiko pasien, sesuai dengan
2. Menggunakan kondisi fisik dan fungsi
cara/metode untuk kognitif pasien dan
mencegah injury/cedera riwayat penyakit
3. Mengenali factor risiko terdahulu pasien
dari lingkungan/perilaku 3. Menghindarkan
personal lingkungan yang
4. Memodifikasi gaya berbahaya (misalnya
hidup untukmencegah memindahkan perabotan)
injury 4. Memasang side rail
menggunakan fasilitas tempat tidur
kesehatan yang ada 5. Menyediakan tempat
5. Mengenali perubahan tidur yang nyaman dan
status kesehatan bersih
6. Memberikan
penerangan yang cukup
7. Menganjurkan
keluarga untuk menemani
pasien.
Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status kesehatan
dan penyebab penyakit.
Risiko infeksi Keparahan Infeksi NIC: Kontrol Infeksi
berhubungan dengan
menurunnya sistem Setelah dilakukan 1. Pantau hasil
pertahanan tubuh tindakan keperawatan laboratorium (hitung
selama … x 24 Jam darah lengkap, hitung
diharapkan keparahan granulosit, absolute,
infeksi dapat teratasi hitung jenis, protein
dengan kriteria hasil: serum, albumin)
2. Ajarkan kepada
1. Demam menurun / pengunjung untuk
dalam rentang suhu mencuci tangan sewaktu
normal masuk dan meninggalkan
2. Malaise menurun ruang pasien
3. Leukosit dalam batas 3. Berikan terapi
normal antibiotic, (kecuali
4. Tidak Menggigil ambroxol)
4. Pertahankan tehnik
isolasi, bila diperlukan
5. Batasi jumlah
pengunjung, bila
diperlukan.
6. Pastikan penanganan
aseptic dari semua saluran
IV.
Ketidakefektifan Status pernafasan     Manajemen Jalan Nafas
pola nafas Setelah dilakukan tindakan
berhubungan dengan keperawatan selama … x 1. Buka jalan nafas,
masa abdomen, 24 jam diharapkan pola guanakan teknik chin lift
hepatomegali nafas klien teratasi dengan atau jaw thrust bila perlu
kriteria hasil: -   2. Posisikan pasien untuk
1. Pasien menunjukan memaksimalkan ventilasi
frekuensi pernapasan yang-   3. Identifikasi pasien
efektif dengan frekuensi perlunya pemasangan alat
dan kedalaman dalam jalan nafas buatan
rentang normal dan paru-   4. Pasang mayo bila perlu
jelas/bersih -   5. Lakukan fisioterapi dada
2. Pasien bebas dari jika perlu
dispnea, sianosis, atau -   6. Keluarkan sekret dengan
tanda-tanda lain  distress batuk atau suction
pernapasan -   7. Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara tambahan
-  8. Berikan bronkodilator bila
perlu.
9 9. Monitor respirasi dan
status O2

Risiko kurangnya Keseimbangan cairan Manajemen Cairan


volume cairan Setelah dilakukan tindakan Aktivitas
berhubungan dengan keperawatan selama … x 1. Pertahankan intake dan
mual dan muntah 24 jam diharapkan output yang akurat
keseimbangan cairan klien 2. Monitor status hidrasi
teratasi dengan kriteria (kelembaban membran
hasil: mucosa, nadi adekuat,
1. Keseimbangan intake tekanan darah)
dan output dalam 24 jam 3. Monitor vital sign
2. Tidak terlihat mata 4. Dorong keluarga untuk
cekung membantu pasien makan
3. Kelembaban kulit dalam 5. Kolaborasi Pemberian
batas normal cairan IV
4. Membran mukosa
lembab
5. Berat badan stabil

Ketidakefektifan Status Nutrisi : Asupan NIC: Manajemen Nutrisi


nutrisi: kurang dari makanan dan cairan
1. Identifikasi adanya
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan tindakan
alergi atau intoleransi
berhubungan dengan keperawatan selama … x
makanan
faktor biologis 24 jam diharapkan status
2. Anjurkan kepada
nutrisi asupan makan dan
keluarga untuk
cairan terpenuhi dengan
membawa makanan
kriteria hasil: favorit pasien sementara
1. Asupan makanan secara pasien di rumah sakit
oral
2. Asupan cairan secara oral atau fasilitas perawatan,
yang sesuai
3. Asupan cairan secara iv
3. Atur diet yang
4. Asupan nutrisi parental
diperlukan
4. Ciptakan lingkungan
optimal pada saat
mengkonsumsi makanan
(misal bersih, santai,
bebas dari bau
menyengat)
5. Monitor kecenderungan
terjadinya penaikan atau
penurunan berat badan
6. Anjurkan pasien atau
keluarga untuk
memonitor kalori dan
intake makanan

Nyeri berhubungan Kontrol Nyeri Manajemen nyeri


dengan Setelah dilakukan tindakan Aktivitas:
dilakukannya keperawatan selama … x 1. Lakukan pengkajian nyeri
pereriksaan 24 jam diharapkan control secara komprehensif

diagnostik, efek nyeri klien dapat teratasi meliputi lokasi,


karakteristik, awitan dan
fisiologi dan dengan kriteria hasil:
durasi, frekuensi, kualitas,
neplasma 1. Mengenali kapan nyeri
intensitas atau keparahan
terjadi
nyeri dan factor
2. Menggambarkan faktor
presipitasinya
penyebab 2. Observasi isyarat nonverbal
3. Menggunakan tindakan ketidaknyamanan,
pencegahan nyeri khususnya pada mereka
4. Menggunakan tindakan yang tidak mampu
nyeri tanpa analgesik berkomunikasi efektif
5. Melaporkan nyeri yang 3. Berikan informasi tentang
terkontrol nyeri, seperti penyebab

6 .Melaporkan gejala yang nyeri, berapa lama akan


berlangsung.
tidak terkontrol pada
4. Ajarkan penggunaan teknik
profesional kesehatan
nonfarmakologi (relaksasi,
distraksi, terapi)
5. Berikan analgetik
DAFTAR PUSTAKA
1. Mulatsih, S. Diba, S,.V. 2019. Neuroblastoma pada Anak Usia 7 Tahun Laporan Kasus. Jurnal
Ilmu Kesehatan Anak,. RSUP Dr. Sardjito/ FK UGM, Yogyakarta.
2. Kyle T & Carman S. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatri Ed. 2. Vol 4. Jakarta : EGC.
3. Priyadi, H. 2015. Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Neuroblastoma
Di Ruang 7B RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang. Laporan Pendahuluan. Stikes Maharani Malang
Program Studi Profesi Ners.
4. Herdman, T. Heather. 2018. NANDA-1 Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2018-2020. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai