Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

DISUSUN OLEH :
YULIA CITRA
NIM : P2.06.20.1.18.040

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN TASIKMALAYA


DIII – KEPERAWATAN
2020
A. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM TERKAIT

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus pergerakan. Komponen utama dari
sistem muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan ikat yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot
menyusun kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, dan jaringan-
jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini. (Price,S.A,1995 :175)
Adapun Komponen Sistem Muskuloskeletal sebagai berikut :
1. Tulang
a. Pengertian
Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya yang terdiri atas hampir 50 % air dan
bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan mineral terutama calsium kurang lebih 67 % dan bahan seluler 33%.
b. Fungsi Tulang
1. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
2. Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru, dan jaringan lunak).
3. Memberikan pergerakan (otot berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan).
4. Membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hematopoesis).
5. Menyimpan garam-garam mineral (kalsium, fosfor, magnesium dan fluor)
c. Struktur tulang
Tulang diselimuti di bagian luar oleh membran fibrus padat disebut periosteum. Periosteum memberikan nutrisi
pada tulang dan memungkinkan tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligament. Periosteum
mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang terdekat mengandung osteoblast . Dibagian
dalamnya terdapat endosteum yaitu membran vascular tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan
rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast terletak dekat endosteum dan dalam lacuna howship (cekungan pada
permukan tulang).
Sumsum tulang merupakan jaringan vascular dalam rongga sumsum (batang) tulang panjang dan tulang pipih.
Sumsum tulang merah terutama terletak di sternum, ilium, vetebra dan rusuk pada orang dewasa,
bertanggungjawab dalam produksi sel darah merah dan putih. Pada orang dewasa tulang panjang terisi oleh
sumsum lemak kuning. Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang baik. Tulang kanselus menerima asupan
darah melalui pembuluh metafis dan epifis. Pembuluh periosteum mengangkut darah ke tulang kompak melalui
kanal volkman. Selain itu terdapat arteri nutrient yang menembus periosteum dan memasuki rongga meduler
melalui foramina (lubang-lubang kecil). Arteri nutrient memasok darah ke sumsum tulang, System vena ada yang
keluar sendiri dan ada yang mengikuti arteri.
d. Tulang tersusun dari 3 jenis sel yaitu :
1. Osteoblas
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matrik tulang. Matrik tulang tersusun atas
98% kolagen dan 2% substansi dasar (glukosaminoglikan/ asam polisakarida dan proteoglikan). Matrik tulang
merupakan kerangka dimana garam garam mineral ditimbun terutama calsium, fluor, magnesium dan phosphor.
2. Osteosit
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai pemeliharaan fungsi tulang dan terletak pada
osteon (unit matrik tulang). Osteon yaitu unit fungsional mikroskopik tulang dewasa yang di tengahnya terdapat
kapiler dan disekeliling kapiler tedapat matrik tulang yang disebut lamella. Di dalam lamella terdapat osteosit,
yang memperoleh nutrisi lewat prosesus yang berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang
menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak kurang lebih 0,1 mm).
3. Osteoklas
Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorpsi,
penghancuran dan remodeling tulang. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang.
Tulang merupakan jaringan yang dinamis dalam keadaan peralihan tulang (resorpsi dan pembentukan tulang).
Kalium dalam tubuh orang dewasa diganti 18% pertahun.

Gambar 1.1 struktur tulang

e. Faktor yang berpengaruh terhadap keseimbangan pembentukan dan reabsorpsi tulang adalah :
1. Vitamin D
Berfungsi meningkatkan jumlah kalsium dalam darah dengan meningkatkan penyerapan kalsium dari saluran
pencernaan. Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan deficit mineralisas, deformitas dan patah tulang.
2. Horman parathyroid dan kalsitonin
Merupakan hormone utama pengatur homeostasis kalsium. Hormon parathyroid mengatur konsentrasi kalsium
dalam darah, sebagian dengan cara merangsang perpindahankalsium dari tulang. Sebagian respon kadar
kalsiumdarah yang rendah, peningkatan hormone parathyroid akan mempercepat mobilisasi kalsium,
demineralisasi tulang, dan pembentukan kista tulang. Kalsitonin dari kelenjar tiroid meningkatkan penimbunan
kalsium dalam tulang.
3. Peredaran darah
Pasokan darah juga mempengaruhi pembentukan tulang. Dengan menurunnya pasokan darah / hyperemia
(kongesti) akan tejadi penurunan osteogenesis dan tulang mengalami osteoporosis (berkurang kepadatannya).
Nekrosis tulang akan terjadi bila tulang kehilangan aliran darah.
Pada keadaaan normal tulang mengalami pembentukan dan absorpsi pada suatu tingkat yang konstan, kecuali
pada masa pertumbuhan kanak-kanak diman lebih banyak terjadi pembentukan dari pada absorpsi tulang.
Proses ini penting untuk fungsi normal tulang. Keadaan ini membuat tulang dapat berespon terhadap tekanan
yang meningkat dan untuk mencegah terjadi patah tulang. Perubahan tesebut membantu mempertahankan
kekuatan tulang pada proses penuaan. Matrik organic yang sudah tua berdegenerasi, sehingga membuat tulang
relative menjadi lemah dan rapuh. Pembentukan tulang baru memerlukan matrik organic baru, sehingga memberi
tambahan kekuatan tulang. (Price,S.A,1995 : 1179)

f. Berdasarkan bentuknya tulang dapat diklasifikasikan sebagai berikut


1. Tulang panjang/ Tulang pipa
Tulang ini sering terdapat dalam anggota gerak. Fungsinya sebagai alat ungkit dari tubuh dan memungkinkan
untuk bergerak. Batang atau diafisis tersusun atas tulang kortikal dan ujung tulang panjang yang dinamakan epifis
tersusun terutama oleh tulang kanselus. Plat epifis memisahkan epifiis dan diafisis dan merupakan pusat
pertumbuhan longitudinalpada anak-anak. Yang pada orang dewasa akan mengalami kalsifikasi. Misalnya pada
tulang humerus dan femur.

Gambar 1.2 Struktur tulang panjang


2. Tulang Pendek
Tulang ini sering didapat pada tulang-tulang karpalia di tangan dan tarsalia di kaki. Fungsinya pendukung seperti
tampak pada pergelangan tangan. Bentuknya tidak teratur dan inti dari konselus (spongi) dengan suatu lapisan
luar dari tulang yang padat.
3. Tulang pipih
Tulang ini sering terdapat di tengkorak, panggul / koxa, sternum, dan iga-iga, serta scapula (tulang belikat).
Fungsinya sebagai pelindung organ vital dan menyediakan permukaan luas untuk kaitan otot-otot, merupakan
tempat penting untuk hematopoesis. Tulang pipih tersusun dari tulang kanselus diantara 2 tulang kortikal.
4. Tulang Tak Beraturan
Berbentuk unik sesuai dengan fungsinya. Struktur tulang tidak teratur, terdiri dari tulang kanselous di antara
tulang kortikal. Contoh : tulang vertebra, dan tulang wajah.
5. Tulang Sesamoid

Merupakan tulang kecil disekitar tulang yang berdekatan dengan persendian dan didukung oleh tendon dan
jaringan fasial. Contoh : tulang patella (Kap lutut).
Bentuk dan kontruksi tulang ditentukan fungsi dan gaya yang bekerja padanya.
g. Kerangka
Sebagian besar tersusun atas tulang. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk menyangga struktur
tubuh.
a. Kerangka dibagi menjadi :
1). Kerangka aksial
Kerangka aksial terdiri dari 80 tulang, terkelompok pada 3 daerah yaitu

a). Kranium dan Tulang Muka ( TENGKORAK )

Kranium terdiri atas 8 tulang yaitu tulang-tulang parietal (2), temporal (2),frontal, oksipital, stenoid, dan etmoid.
Tulang muka terdiri atas 14 tulang yaitu tulang maksila (2), zigomatikus (2), nasal (2), lakrimal (2), palatinum
(2),concha inferior (2),mandibula dan vomer.

b). Kolumna Vertebralis

Kolumna vertebralis terdiri atas 26 tulang berbentuk tidak teratur, terbentang antara tengkorak dan pelvis. Juga
merupakan tempat melekatnya iga dan otot punggung. Kolumna vertebralis dibagi dalam 7 vertebra sevikalis, 12
vertebra torakalis, 5 vertebra lumbalis, 5 vertebra sacrum dan 4 vertebra koksigius.
c). Thoraks tulang

Thorak tulang terdiri tulang dan tulang rawan. Thoraks berupa sebuah rongga berbentuk kerucut terdiri dari 12
vertebra torakalis dan 12 pasang iga yang melingkar dari tulang belakang sampai ke sternum.
Pada sternum terdapat beberapa titik penting yaitu supra sternal notch dan angulus sterni yaitu tempat bertemunya
manubrium dan korpus sterni.
Bagian-bagian tersebut merupakan penunjang kepala, leher, dan badan serta melindungi otak, medulla spinalis
dan organ dalam thoraks.

2). Kerangka Apendikular


Kerangka apindikuler terdiri atas :
a). Bagian bahu (Singulum membri superioris)
Singulum membri superior terdiri atas klavikula dan scapula.
Klavikula mempunyai ujung medial yang menempel pada menubrium dekat suprasternal notch dan ujung lateral
yang menempel pada akronion.

b). Bagian panggul (Singulum membri inferior )

Terdiri dari ileum, iskium, pubis yang bersatu disebut tulang koksae. Tulang koksae bersama sacrum dan
koksigeus membentuk pelvis tulang. Ekstremitas bawah terdiri dari femur, patella, tibia, fibula, tarsus,
metatarsus.
h. Cartilago (tulang rawan)
Tulang rawan terdiri dari serat-serat yang dilekatkan pada gelatin kuat, tetapi fleksible dan tidak bervasculer.
Nutrisi melaui proses difusi gel perekat sampai ke kartilago yang berada pada perichondium (serabut yang
membentuk kartilago melalui cairan sinovial), jumlah serabut collagen yang ada di cartilage menentukan bentuk
fibrous, hyaline, elastisitas, fibrous (fibrocartilago) memili paling banyak serabut dan memiliki kekuatan
meregang. Fibrus cartilage menyusun discus intervertebralis articular (hyaline) cartilage halus, putih, mengkilap,
dan kenyal membungkus permukaan persendian dari tulang dan berfungsi sebagai bantalan. Cartilage yang elastis
memiliki sedikit serat dan terdapat pada telinga bagian luar.
2. Ligamen (simplay)
Ligamen adalah suatu susunan serabut yang terdiri dari jaringan ikat keadaannya kenyal dan fleksibel. Ligament
mempertemukan kedua ujung tulang dan mempertahankan stabilitas. Contoh ligamen medial, lateral, collateral
dari lutut yang mempertahankan diolateral dari sendi lutut serta ligament cruciate anterior dan posterior di dalam
kapsul lutut yang mempertahankan posisi anteriorposterior yang stabil. Ligament pada daerah tertentu melengket
pada jaringna lunak untuk mempertahankan struktur. Contoh ligament ovarium yang melalui ujung tuba ke
peritoneum.

3. Tendon
Tendon adalah ikatan jaringan fibrous yang padat yang merupakan ujung dari otot yang menempel pada tulang.
Tendon merupakan ujung dari otot dan menempel kepada tulang. Tendon merupakan ekstensi dari serabut fibrous
yang bersambungan dengan aperiosteum. Selaput tendon berbentuk selubung dari jaringan ikat yang
menyelubungi tendon tertentu terutama pada pergelangan tangan dan tumit. Selubung ini bersambungn dengan
membrane sinovial yang menjamin pelumasan sehinggga mudah bergerak.
4. Fascia
Fascia adalah suatu permukan jaringan penyambung longgar yang didapatkan langsung di bawah kulit, sebagai
fascia superficial atau sebagai pembungkus tebal, jaringan penyambung fibrous yang membungkus otot, saraf dan
pembuluh darah. Yang demikian disebut fascia dalam.
5. Bursae
Bursae adalah kantong kecil dari jaringna ikat di suatu tempat dimana digunakan di atas bagian yang bergerak.
Misalnya antara tulang dan kulit, tulang dan tendon, otot-otot. Bursae dibatasi membrane sinovial dan
mengandung caiaran sinovial. Bursae merupakan bantalan diantara bagian-bagian yang bergerak seperti
olekranon bursae terletak antara prosesus olekranon dan kulit.
6. Persendian
Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini dipadukan dengan berbagai cara
misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fasia atau otot.
Dalam membentuk rangka tubuh, tulang yang satu berhubungan dengan tulang yang lain melalui jaringan
penyambung yang disebut persendian. Pada persendian terdapat cairan pelumas (cairan sinofial). Otot yang
melekat pada tulang oleh jaringan ikat disebut tendon. Sedangkan, jaringan yang menghubungkan tulang dengan
tulang disebut ligamen.
Secara structural sendi dibagi menjadi: sendi fibrosa, kartilaginosa, sinovial. Dan berdasarkan fungsionalnya
sendi dibagi menjadi: sendi sinartrosis, amfiartrosis, diarthroses.
a. Secara structural dan fungsional klasifikasi sendi dibedakan atas:
1).Sendi Fibrosa/ sinartrosis
Sendi yang tidak dapat bergerak atau merekat ikat, maka tidak mungkin gerakan antara tulang-tulangnya. Sendi
fibrosa tidak mempunyai lapisan tulang rawan dan tulang yang satu dengan lainnya dihubungkan oleh jaringan
penyambung fibrosa. contohnya sutura pada tulang tengkorak, sendi kaitan dan sendi kantong (gigi), dan
sindesmosis (permukaan sendi dihubungkan oleh membran).

2).Sendi Kartilaginosa/ amfiartrosis


Sendi dengan gerakan sedikit, dan permukaan persendian- persendiannya dipisahkan oleh bahan antara dan hanya
mungkin sedikit gerakan. Sendi tersebut ujung-ujung tulangnya dibungkus tulang rawan hyalin, disokong oleh
ligament dan hanya dapat sedikit bergerak.
b. Ada dua tipe kartilago :

1). Sinkondrosis

Sendi yang seluruh persendianyan diliputi oleh tulang rawan hialin

2). Simfisis

Sendi yang tulangnya memiliki hubungan fibrokartilago dan selapis tipis tulang rawan hialin yang menyelimuti
permukaan sendi.

Contohnya :simfisis pubis (bantalan tulang rawan yang mempersatukan kedua tulang pubis), sendi antara
manubrium dan badan sternum, dan sendi temporer / sendi tulang rawan primer yang dijumpai antara diafisis dan
epifisis.
3. Sendi Sinovial/ diarthroses
Sendi tubuh yang dapat digerakkan. Sendi ini memiliki rongga sendi dan permukaan sendi dilapisi tulang rawan
hialin. Kapsul sendi terdiri dari suatu selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalam yang terbentuk dari
jaringan penyambung berpembuluh darah banyak dan sinovium yang membentuk suatu kantong yang melapisi
suatu sendi dan membungkus tendon-tendo yang melintasi sendi. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat
kental yang membasahi permukaan sendi. Caiaran sinovial normalnya bening, tidak membeku dan tidak
berwarana. Jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap sendi relative kecil 1-3 ml. Cairan sinovial bertindak pula juga
sebagi sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi.
Tulang rawan memegang peranana penting, dalam membagi organ tubuh. Tulang rawan sendi terdi dari substansi
dasar yang terdiri dari kolagen tipe II dan proteoglikan yang dihasilkan oleh sel-sel tulang rawan. Proteoglikan
yang ditemukan pada tulang rawan sendi sangat hidrofilik, sehingga memungkinkan rawan tersebut mampu
menahan kerusakan sewaktu sendi menerima beban berat. Perubahan susunan kolagen dan pembentukan
proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau ketika usia bertambah.
Persendian yang bergerak bebas dan banyak ragamnya. Berbagai jenis sendi sinovial yaitu sendi datar / sendi
geser, sendi putar, sendi engsel, sendi kondiloid, sendi berporos, dan sendi pelana / sendi timbal balik.Gerak pada
sendi ada 3 kelompok utama yaitu gerakan meluncur, gerkan bersudut / anguler, dan gerakan rotasi.
Adapun pergerakan yang dapat dilakukan oleh sendi-sendi adalah fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi, rotasi,
sirkumduksi dan Pergerakan khusus seperti supinasi, pronasi, inversion, eversio, protaksio.
4. Sendi diartrosis terdiri dari:
a. Sendi Peluru

Sendi peluru adalah persendian yang memungkinkan gerakan yang lebih bebas. Sendi ini terjadi apabila ujung
tulang yang satu berbentuk bonggol, seperti peluru masuk ke ujung tulang lain yang berbentuk cekungan. Contoh
sendi peluru adalah hubungan tulang panggul dengan tulang paha, dan tulang belikat dengan tulang atas.
b. Sendi engsel

Memungkinkan gerakan melipat hanya satu arah, Persendian yang menyebabkan gerakan satu arah karena
berporos satu disebut sendi engsel. Contoh sendi engsel ialah hubungan tulang pada siku, lutut, dan jari-jari.

c. Sendi Pelana

Sendi pelana adalah persendian yang membentuk sendi, seperti pelana, dan berporos dua. Contohnya, terdapat
pada ibu jari dan pergelangan tangan memungkinkan gerakan 2 bidang yang saling tegak lurus. misal persendian
dasar ibu jari yang merupakan sendi pelana 2 sumbu.

d. Sendi Putar

Memungkinkan rotasi untuk melakukan aktivitas untuk memutar pegangan pintu, misal persendian antara radius
dan ulna.
Memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah. Contoh adalah sendi-sendi tulang karpalia di pergelangan tangan
7. Jaringan Penyambung
Jaringan yang ditemukan pada sendi dan daerah-daerah yang berdekatan terutama adalah jaringan penyambung,
yang tersususn dari sel-sel dan subtansi dasar. Dua macam sel yang ditemukan pada jaringan penyambung sel-sel
yang tidak dibuat dan tetap berada pada jaringan penyambung, seperti sel mast, sel plasma, limfosit, monosit,
leukosit polimorfonuklear. Sel-sel ini memegang peranan penting pada reaksi-reaksi imunitas dan peradangan
yang terlihat pada penyakit-penyakit reumatik. Jenis sel yang kedua dalam sel penyambung ini adalah sel yang
tetap berada dalam jaringan seperti fibroblast, kondrosit, osteoblas. Sel-sel ini mensintesis berbagai macam serat
dan proteoglikan dari substansi dasar dan membuat tiap jenis jaringan pemyambung memiliki susunan sel yang
tersendiri. Serat-serat yang didapatkan didalam substansi dasar adalah kolagen dan elastin. Serat-serat elastin
memiliki sifat elastis yang penting. Serat ini didapat dalam ligament, dinding pembuluh darah besar dan kulit.
Elastin dipecah oleh enzim yang disebut elastase.
8. Otot
Otot yang melekat pada tulang memungkinkan tubuh bergerak. Kontraksi otot menghasilkan suatu usaha
mekanik untuk gerakan maupun produksi panas untuk mempertahankan temperature tubuh. Jaringan otot terdiri
atas semua jaringan kontraktil. Menurut fungsi kontraksi dan hasil gerakan dari seluruh bagian tubuh otot
dikelompokkan dalam :
a. Otot rangka (striadted / otot lurik).
Terdapat pada system skelet, memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan postur tubuh dan
menghasilkan panas.
b. Otot polos (otot visceral).
Terdapat pada saluran pencernaan, perkemihan, pembuluh darah. Otot ini mendapat rangsang dari saraf otonom
yang berkontraksi di luar kesadaran.
c. Otot jantung.
Hanya terdapat pada jantung dan berkontraksi di luar pengendalian.
Otot rangka dinamai menurut bentuknya seperti deltoid, menurut jurusan serabutnya seperti rektus abdominis,
menurut kedudukan ototnya seperti pektoralis mayor, menurut fungsinya seperti fleksor dan ekstensor. Otot
rangka ada yang berukuran panjang, lebar, rata, membentuk gumpalan masas. Otot rangka berkontraksi bila ada
rangsang. Energi kontaraksi otot diperoleh melalui pemecahan ATP dan kegiatan calsium.
Otot dikaitkan di dua tempat tertentu yaitu :
a. Origo
Tempat yang kuat dianggap sebagai tempat dimana otot timbul
b. Isersio
Lebih dapat bergerak dimana tempat kearah mana otot berjalan.
Kontraksi otot rangka dapat terjadi hanya jika dirangsang. Energi kontraksi otot dipenuhi dari pemecahan ATP
dan kegiatan kalsium. Serat-serat dengan oksigenasi secara adekuat dapat berkontraksi lebih kuat, bila
dibandingkan dengan oksigenasi tidak adekuat. Pergerakan akibat tarikan otot pada tulang yang berperan sebagai
pengungkit dan sendi berperan sebagai tumpuan atau penopang.
Masalah yang berhubungan dengan system ini mengenai semua kelompok usia, masalah pada system
musculoskeletal tidak mengancam jiwa tetapi berdampak pada kativitas dan produktivitas penderita.
B. DEFINISI PENYAKIT

Fraktur atau patah tulang terjadi saat tulang menerima gaya atau tekanan secara berlebihan daripada yang dapat
diterima, mengakibatkan patah, retak atau pecah. Patah tulang dapat terjadi secara keseluruhan atau hanya
menimbulkan keretakan saja.

Patah tulang juga bisa terjadi secara melintang, memanjang, patah di beberapa tempat, atau patah menjadi
beberapa bagian. Jenis patah tulang berbeda-beda tergantung pada kondisi cedera yang dialami oleh tulang.

Adapun tanda dan gejala pada penyakit ini, di antaranya:

1. Terasa sangat nyeri, terutama jika disentuh


2. Ada beberapa bagian tubuh yang bergeser sehingga tidak sesuai dengan anatomi (deformitas)
3. Mengalami pembengkakan, kemerahan, dan memar
4. Merasakan mati rasa dan kesemutan
5. Sulit untuk menggerakkan anggota tubuh
Penyebab patah tulang
Tulang berfungsi untuk menerima tekanan saat jatuh atau kecelakaan. Tapi tulang mempunyai batas
kemampuan untuk menerima tekanan. Ketika tekanan yang terjadi lebih besar daripada yang dapat
ditahan atau diterima oleh tulang, maka akan terjadi patah atau retak pada tulang.
Kekuatan atau tekanan yang menyebabkan patah tulang biasanya terjadi secara mendadak atau sangat
kuat. Kekuatan dari tekanan yang terjadi akan menentukan beratnya patah tulang yang diderita.
Beberapa penyebab patah tulang, antara lain:
1. Trauma, berupa cedera yang disengaja ataupun tidak, yang meliputi:

Mengalami kecelakaan, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan kendaraan bermotor, atau luka
tembak.

Mengalami jatuh di atas permukaan es atau permukaan yang lain tidak aman. Pukulan atau
serangan langsung terhadap tubuh.

2. Penggunaan berlebihan anggota tubuh, seperti melakukan gerakan berulang yang menyebabkan otot
menjadi lelah dan menempatkan lebih banyak tekanan atau beban pada tulang. Kondisi ini dapat
menyebabkan stress fractures dan lebih umum terjadi pada atlet.
3. Kondisi medis yang menyebabkan kerapuhan atau pengeroposan tulang, seperti osteoporosis, jenis
kanker tertentu, atau osteogenesis imperfecta.

Fraktur atau patah tulang dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain:

I. Fraktur tertutup dan fraktur terbuka

Fraktur tertutup disebut juga dengan fraktur sederhana (simple fracture). Pada fraktur ini, tidak ada
robekan pada kulit sehingga tidak ada tulang yang mencuat keluar.
Fraktur terbuka disebut juga dengan compound fracture. Pada fraktur terbuka ini, ujung dari patahan
tulang akan merobek kulit. Dan ketika tulang serta organ dalam tubuh lainnya terbuka, maka risiko
untuk terkena infeksi akan lebih tinggi.

II. Fraktur lengkap dan fraktur tidak lengkap

Pada fraktur tidak lengkap, tulang tidak patah sepenuhnya atau hanya mengalami keretakan. Fraktur
tidak lengkap lebih umum terjadi pada anak-anak karena tulang mereka lebih lunak dibandingkan
dengan tulang orang dewasa sehingga tulang tersebut lebih mudah untuk bengkok dibandingkan
patah.

Fraktur yang termasuk di dalam jenis ini, antara lain:

 Hairline fracture, di mana tulang tersebut retak yang tipis


 Greenstick fracture, di mana tulang patah pada satu sisi, sedangkan sisi lainnya hanya bengkok.
 Buckle atau torus fracture, paling sering terjadi pada anak-anak di mana terjadi patahan akibat
tekanan.
 Pada fraktur lengkap, tulang tersebut benar-benar patah. Tulang dapat patah atau atau hancur
menjadi dua atau lebih kepingan tulang. Fraktur yang termasuk dalam jenis ini, antara lain:
- Single fracture (fraktur tunggal), di mana tulang patah pada satu tulang dan menjadi dua
bagian.
- Comminuted fracture, di mana tulang tersebut remuk atau hancur menjadi tiga atau lebih
bagian tulang.
- Compression atau crush fracture (fraktur kompresi), di mana tulang hancur atau remuk
karena tekanan.
- Nondisplaced fracture, di mana tulang patah atau hancur menjadi berkeping-keping, tetapi
tetap berada pada tempatnya.
- Displaced fracture, di mana tulang yang hancur menjadi berkeping-keping keluar dari
tempatnya.
- Segmental fracture, di mana tulang patah menjadi dua bagian dengan cara tertentu, yang
menyebabkan setidaknya satu segmen tulang mengambang dan tidak menempel pada tulang
lainnya.

Selain itu, ada pula beberapa jenis fraktur lainnya, seperti:

- Fraktur avulsi, di mana otot atau ligamen menarik tulang tersebut hingga menyebabkan patah.
- Fraktur patologis, di mana patah tulang yang terjadi karena adanya penyakit yang
menyebabkan tulang menjadi rapuh.
- Fraktur spiral, yaitu fraktur di mana setidaknya ada satu bagian dari tulang yang terpilin.
- Fraktur stres, yang lebih umum terjadi pada atlet, di mana tulang dapat patah karena adanya
tekanan dan beban berulang.

C. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi fraktur terbuka adalah terjadinya trauma langsung dengan energi tinggi menyebabkan tekanan
langsung pada tulang dan jaringan lunak. Hal itu menyebabkan terjadinya periosteal stripping dan
kerusakan jaringan lunak sehingga terjadi fraktur, biasanya bersifat komunitif, yang merusak jaringan otot
dan neurovaskular yang signifikan. Ketika terdapat luka terbuka, semua kontaminan disekitar luka dan
bahan asing dapat masuk ke dalam korteks intramuskular dan tulang sehingga komplikasi yang paling
sering terjadi pada kasus fraktur terbuka adalah infeksi. Upaya pencegahan terjadinya infeksi pada luka
dapat dilakukan pemberian antibiotik profilaksis.

Risiko fraktur terbuka tergantung pada banyaknya jaringan lunak yang berada di sekitar fraktur dan
besarnya energi yang terkena pada lokasi fraktur. Misalnya, karena os femur dikelilingi oleh jaringan lunak
yang tebal dan besar, risiko fraktur terbuka lebih kecil dibandingkan tibia yang dikelilingi jaringan lunak
yang sedikit.
D. MANIFESTASI KLINIK

- Nyeri

Nyeri dirasakan terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot
yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan
antar fragmen tulang.

- Deformitas

Terjadi karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah.

- Pemendekan tulang

Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur

- Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.

- Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang
mengikuti fraktur.

E. PENATALAKSANAAN MEDIS

a. Recognisi atau pengenalan adalah riwayat kecelakaan derajat keparahannya, prinsip pertama yaitu
mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis, pemeriksaan klinik dan radiologis
b. Reduksi adalah usaha manipulasi fragmen tulang patah untuk kembali seperti asalnya, reduksi ada dua
macam yaitu reduksi tertutup ( tanpa operasi), contohnya dengan traksi dan reduksi terbuka (dengan
operasi), contohnya dengan fiksasi internal dengan pemasangan pin,kawat,sekrup atau batangan logam
c. Retensi adalah metode untuk mempertahankan fragmen selama penyembuhan, dengan fiksasi internal
maupun fiksasi eksternal, contohnya GIPS yaitu alat immobilisasi eksternal yang kaku dan dicetak
sesuai bentuk tubuh yang dipasang.
d. Rehabilitasi dimulai segera dan sesudah dilakukan pengobatan untuk menghindari kontraktur sendi dan
atrofi otot. Tujuannya adalah mengurangi oedema, mempertahankan gerakan sendi, memulihkan
kekuatan otot, dan memandu pasien kembali ke aktivitas normal

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL

1. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)
2. Defisit perawatan diri b/d kelemahan neuromuskular, penurunan kekuatan dan kesadaran, serta
kehilangan kontrol otot
3. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah (cedera vaskuler, edema,
pembentukan trombus)
4. Resiko kekurangan volume cairan b/d ketidakadekuatan intake dan output cairan

5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan nutrisi tidak adekuat

6. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak, pemasangan
traksi, stress/ansietas
7. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma jaringan lunak,
prosedur invasif/traksi tulang)
8. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskular, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)

G. PRINSIP INTERVENSI

1. Pertahankan tirah baring dalam posisi yuang diprogramkan

2. Tinggikan ekstermitas yang sakit

3. Beri penyangga pada ekstermitas yang sakit di atas dan di bawah fraktur kerika bergerak

4. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam beraktivitas

5. Ubah posisi secara periodic

6. Kolaborasi fisioterapi okuasi terapi

7. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan

8. Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi

9. Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas ringan dan
menghibur

10. Observasi tanda-tanda vital


DAFTAR PUSTAKA

Guyton, C.Arthur. 2011. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Amerika Serikat : sounders ELSEVIER.
Pearce, Evelyn.C. 2013 Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta : CV Prima Grafika.
Purwanto. Hadi. 2016. Modul bahan Ajar Cetak Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta selatan :
PUSDIK BPPSDM Kementrian kesehatan Republik Indonesia.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. Z
DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL AKIBAT POST OREF
DI RUANG MAWAR RSUD KABUPATEN CIAMIS

DISUSUN OLEH :
YULIA CITRA
NIM : P2.06.20.1.18.040

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN TASIKMALAYA


DIII – KEPERAWATAN
2020
III.PENGKAJIAN
a. BIODATA
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. Z
Umur : 50 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : karangnunggal
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
No.Register : 1635

Diagnosa medis : Post


OREF

Tanggalmasuk : 17 Mei 2020

Tanggal pengkajian : 18 Mei 2020


2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny. A
Umur : 48 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hub. Dengan pasien : Istri

Alamat : Karangnunggal

b. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT

Keluarga mengatakan, pasien sedang mengendarai sepeda motor sendiri tiba tiba terserempet sepeda
motor lain dan terjatuh dengan posisi tengkurap ke kanan. Kemudian pahanya yang sebelah kanan
terkena aspal jalan karena pasien menggunakan paha kanannya sebagai tumpuan. Oleh sebab itu pasien
menderita patah tulang. Saat jatuh pasien tidak pingsan. Beberapa saat setelah kecelakaan pasien
dibawa ke IGD RS Ciamis, kemudian harus dilakukan tindakan operasi.

c. KELUHAN UTAMA SAAT PENGKAJIAN


Saat dilakukan pengkajian klien belum sadar penuh ada reaksi mual muntah.

d. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


Hasil pengkajian perawat A di ruangan adalah: Tn. Z belum sadar penuh, ada reaksi mual muntah,
tekanan darah 120/98 mmHg, nadi 98 kali/menit, nafas 20 kali per menit, suhu 36 derajat celcius,
mendapat drip ketorolac 30 mg dalam NaCl 500 ml, akral teraba dingin. Terpasang catheter
berisi350ccsejak2jamyanglalu.Bisingususbelumada,Pasienbelum dapat dikaji secara verbal lebih dalam
mengenai keluhan lainnya karena pasien belum sadar penuh.

e. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


Keluarga klien mengatakan klien sebelumnya tidak pernah dirawat di RSUD Kabupaten Ciamis, klien
juga belum pernah kecelakaan seperti ini, klien tidak mempunyai riwayat penyakit DM, jantung dan
penyakit menular.

f. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Keluarga klien mengatakan tidak pernah ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang
sama dengan klien.

g. DATA BIOLOGIS
1. Penampilan Umum : Klien tampak lemah dan belum sadar penuh
Kesadaran :
TTV :
TD : 120/98 mmHg
Nadi : 98 x/menit
Pernafasan : 20x/ menit
Suhu : 36 °c

2. Activity Dailly Living

NO ADL DIRUMAH DI RS
1 Nutrisi:
a. Makan
- Jenis menu Nasi + lauk pauk Belum terkaji/ pasien masih puasa
- Frekuensi 3 x sehari
- Porsi 1 porsi
- Pantangan
Tidak ada
- Keluhan
Tidak ada

b. Minum Air putih


- Jenis minuman
- Frekuensi Tidak menentu
- Jumlah 1200 ml
- Pantangan Tidak ada
- Keluhan Tidak ada
2 Istirahat dan tidur
H. Malam
a. berapa jam 8 jam Belum terkaji
b. Dari jam …. 21.00 s/d 04.00 Wib
S/d ….
c. Kesukaran Tidak ada
tidur
I. Siang 1 jam
a. berapa jam
11.00 s/d 12.00 WIB
b. Dari jam …
Tidak ada
s/d ….
c. Kesukaran
3 Eliminasi
b. BAK
- Frekuensi 4 -5 x/hari Terpasang kateter
- Jumlah ±900 ml 600 cc
- Warna Khas Kuning
- Bau Khas Khas
- kesulitan Tidak ada
c. BAB
- Frekuensi
1x sehari Belum BAB
- konsistensi
- Warna Lembek
- Bau Khas
- Kesulitan Khas
Tidak ada

4 Personal Hygiene
a. Mandi
- Frekuensi 2x /hari 1 x sehari (washlap)
- sabun ya -
- gosok gigi ya -
b.Berpakaian
- Ganti pakaian 2x /hari 1x sehari
6 Mobilitas dan aktivitas Dibantu keluarga
 Aktivitas Mandiri Sulit digerakan
 Kesulitan Mandiri
3. Data hasil pemeriksaan fisik
1.SistemPersyarafan
Status Mental : pasien tampak lemah ditempat tidur
Tingkat kesadaran : belum sadar penuh
Refleks-refleks
Nerveus Cranial
Sistem saraf motorik dan sensorik belum terkaji
2.Sistem Pernafasan
1.)Inspeksi : bentuk hidung simetris, tidak ada kelainan pada hidung, RR :20x/menit
2.)Palpasi : tidak ada benjolan pada hidung dan thorax
3.)Perkusi : bunyi dada sonor
4.)Auskultasi : suara normal, tidak ada suara tambahan.
3.Sistem Pencernaan
1.)Inspeksi : bibir dan mulut tampak kering.
2.)Auskultasi : bising usus belum ada
3.)Perkusi : terdengar bunyi tympani
4.)Palpasi : tidak ada benjolan dan asites pada perut
4.Sistem Cardiovasculer
1.)Inspeksi : tidak terlihat iktus cordis, konjungtiva merah muda
2.)Palpasi : tidak ada benjolan pada dada
3.)Perkusi : terdengar suara redup
4.)Auskultasi : suara jantung reguler normal, tidak ada suara tambahanan
5.Sistem Integumen
1.)Inspeksi : paha sebelah kanan terdapat luka bekas operasi, tampak kemerhan dan bengkak.
2.)Palpasi : turgor kulit baik, CRT >2 detik

6.Sistem Musculoskeletal
1.)Inspeksi : - klien bed rest ditempat tidur, ekstermitas bawah sbelah kanan tampak ada luka bekas
operasi, kekutan otot 1.

7.Sistem Genitourinaria
1.)Inspeksi : klien terpasang kateter
2.)Palpasi : tidak ada distensi kandung kemih

4. DATA PSIKOSOSIAL SPIRITUAL


a.Psikososial
1. Nonverbal : klien tampak belum sadar
2. Verbal : belum terkaji
3. Status Emosi : belum terkaji
4. Konsep diri : belum terkaji
5. Interaksi sosial : belum terkaji
6. Pola koping : belum terkaji

b. Spiritual
Klien beragama islam, tidak menjalankan solat 5 waktu selama di rumah sakit dikarenakan sakit.

DATA PENUNJANG
I. LABORATORIUM
No Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi

1. hemoglobin 10 mg/dl 12 - 16 Kurang

2. Hematokrit 30% 35 - 45 Kurang

3. Leukosit 11.000/mm³ 5000-10.000 Lebih

4. Trombosit 257.000/mm³ 150.000-350.000 Normal

III.Terapi Obat

Nama Obat Dosis Obat Cara Pemberian


Nacl 0,9 % 500 ml 2000 ml/24jam IV cath
Cefriaxon 2 x1 gr Drip
Keterolac 2 x 1 (30mg) IV
Ranitidin 2 x 1 (50 mg) IV

IV. ANALISA DATA

DATA KEMUNGKINAN ETIOLOGI MASALAH


Trauma tdk langsung Risiko Ketidakefektifan perpusi
Ds : - ⬇ jaringan perifer
Fraktur terbuka
Do : -Klien belum sadar penuh ⬇
- Hb 10 ( kurang ) Diskontinuitas tulang
-Hematokrit 30 ( kurang) ⬇
- Crt > 2 detik Spasme otot
- Akral dingin ⬇
Peningkatan tekanan kapiler

Pelepasan histamin

Protein plasma hilang

Edema

Penekanan pembuluh darah

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

Trauma tdk langsung Hambatan mobilitas fisik


Ds : -Kelurga klien mengatakan ⬇
seluruh badannya tampak kaku Diskontinuitas tulang

Do : -Kekuatan otot tubuh 1 Perubahan jaringan sekitar
-Klien tampak bed rest ⬇
-Aktivitas dibantu keluarga Pergeseran pragmen tulang

Deformitas

Gangguang fungsi

Hambatan mobilitas fisik
Disfungsi motilitas gastrointestinal.
Post op OREF
Ds : ada reaksi mual muntah ⬇
Efek Anastesi umum
Do : -Bising usus belum ada. ⬇
- Hematokrit 30% (rendah) Reaksi mual muntah

Disfungsi motilitas gastrointestinal

Trauma tdk langsung


⬇ Kerusakan integritas kulit
Fraktur terbuka
Ds : -kelurga pasien mengatakan ⬇
Diskontinuitas tulang
ini hari pertama post operasi.

Perubahan jaringan sekitar

Do : -tampak luka bekas operasi Laserasi kulit
pada paha sebelah kanan, luka ⬇
tampak kering. Kerusakan integritas kulit
-daerah luka post op tampak
kemerahan dan bengkak

Ds : Trauma tdk langsunf Risiko infeksi



Fraktur terbuka
Do : - tampak luka post op pada ⬇
paha sebelah kanan Diskontinuitas tulang
-Leukosit 11.000/mm³ ⬇
-luka tampak kering. Perubahan jaringan sekitar
-daerah luka post OREF ⬇
tampak kemerahan dan bengkak. Laserasi kulit

Kerusakan integritas kulit

Kuman mudah masuk


Risiko infeksi

V. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS :


1. Ketidakefektifaan perfusi jaringan perifer
2. Hambatan Mobilitas fisik
3. Disfungsi motilitas Gastrointestinal
4. Kerusakan Integritas kulit
5. Risiko infeksi
VI. RENCANA KEPERAWATAN, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

DIAGNOSA PERENCANAAN
NO PELAKSANAAN EVALUASI
KEPERAWAT TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
AN
1. Risiko Noc :Perfusi Jaringan : >Monitor Neurologi Ciamis, 18 Mei 2020 S : - Keluarga pasien
Ketidakefektifan Perifer mengatakan pasien
perpusi jaringan Setelah dilakukan 1. Monitor tingkat 1. Untuk mengetahui 1.Menilai tingkat sudah mulai sadar.
perifer b.d tindakan keperawatan kesadaran. peningkat kesadaran kesadaran pasien,
penurunanan suplai selama ...x 24 jam pasien. mengajak pasien O : - pasien tampak sudah
darah ke jaringan diharapkan Perawatan Sirkulasi : berinteraksi. sadar
ditandai dengan : ketidakefektifan Alat Bantu Mekanik 1. Untuk memenuhi R : pasien tampak - Crt
perpusi jaringan perifer 1. Berikan transfusi darah kebutuhan darah yang sudah mulai sadar < 2 detik
Ds : - dapat teratasi dengan yang sesuai. hilang setelah post op. - Hb
kriteria hasil 2. Lakukan penilaian 2. Untuk mengetahui 1. Memberikan 11 g/dL
Do : -Klien belum : sirkulasi waktu pengisian peningkatan Crt transfusi darah. -
sadar penuh. kapiler. 3. Untuk mengatahi Hb R: pasien tampak Hematokrit
- Hb 10 1. Pasien sadar penuh 3. Observasi tanda-tanda pasien setelah post op terpasang transfusi 33%
( kurang ) 2. Pengisian kapiler hemolisis seperti darah.
-Hematokrit jari < 2 detik peningkatan serum Hb 2. Menilai pengisian A : Masalah belum teratasi
30 ( kurang) 3. Hb kembali normal harian,perdarahan massif. sirkulasi kapiler.
- Crt > 2 4. Hematokrit R : Crt kembali P : lanjutkan intervensi
detik normal. normal < 2 detik.
-akral teraba 3. Melakukan
dingin pemerikasaan serum
Hb.
R : Hb klien
meningkat menjadi 11
g/dL.
Hematokrit : 33 %

Yulia citra
2. Hambatan Noc : Pergerakan. Terapi Latihan:Mobilitas Ciamis,18 Mei 2020 S : - Pasien hanya mampu
mobilitas fisik b.d Setelah dilakukan Sendi menggerkan
kerusakan tindakan keperawatan 1. Menjelaskan ekstermitas atas.
neuromuskuler selama ...x 24 jam 1. Jelaskan pada pasien 1.Supaya pasien dan tindakan yang akan
ditandai dengan : diharapkan hambatan atau keluarga manfaat keluarga ikut bekerja dilakukan kepada O : - Kekuatan otot
mobilitas fisik dapat dan tujuan melakukan sama dalam hal ini. pasien dan keluraga eskterimtas atas 2,
Ds : -keluarga teratasi dengan kriteria latihan sendi. 2. Supaya pasien tetap R : pasien paham dan bawah masih 1
Klien mengatakan hasil : 2.Lindungi pasien dari dalam keadaan aman mau melakukan latihan -Pasien mau
seluruh badannya 1. Klien tidak takut trauma selama latihan. dan mencegah cedera. Rom melakukan latihan rom
tampak kaku tidak untuk menggerkan 3. Bantu pasien 3. Supaya pasien 2. Memposisikan pasif
bergerak tubuhnya. mendapatkan posisi tubuh merasa nyaman saat pasien dalam keadaan - pasien masih berbaring
Do : -Kekuatan otot 2. Kekuatan otot yang optimal untuk latihan dan aman ditempat tidur
tubuh 1 bertambah menjadi 3 pergerakan sendi menghindari cidera. R : pasien tampak - aktivitas masih dibantu
-Klien tampak 3.klien mampu begerak pasif/aktif 4.Membantu sudah nyaman
bed rest. dengan mudah 4. Lakukan latihan ROM mengembalikan 3. Melakukan latihan A :Masalah teratasi
-Aktivitas ditempat ridur. pasif dan aktif sesuai kekuatan sendi/otot ROM aktif sebagian
dibantu keluarga 4. Bisa melakukan indikasi. pasien. R : pasien melakukan
aktivas mandiri. 5. Sediakan dukungan 5. Supaya pasien latihan Rom, dan P : Lanjutkan intervensi
postif oleh keluarga semangat dan mau kekuatan otot masih 1
dalam melakukan latihan. melakukan ROM 4. Melakukan latihan
secara mandiri/ pasif. ROM pasif
R : pasien mampu
melakukan latihan
Rom, nilai 1, pasien
tampak kesulitan.

Yulia citra

3. Disfungsi Motilitas Noc : Fungsi Manajemen mual Ciamis, 18 Mei 2020 S : keluarga pasien
gastrointestinal b.d Gastrointestinal mengatakan pasien
reaksi anastesi Setelah dilakukan 1.Dorong pasien untuk 1. Supaya dapat 1.Mengajarkan pasien tamapak tidak mual dan
ditandai dengan : tindakan keperawatan belajar strategi mengatasi mrngatasi mual muntah untuk memgatasi mual muntah.
selama ...x 24 jam mual sendiri secara mandiri. muntah secara mandiri
Ds : ada reaksi diharapkan fungsi 2. Identifikasi faktor- 2.untuk mengetahui dengan menggunakan O : - reaksi mual tampak
mual muntah gastrointestinal kembali faktor yang dapat reaksi obat yang telah air dingin jika merasa berkurang.
normal dengan kriteria menyebabkan atau dipergunakan. mual -
Do : -Bising usus hasil : berkontribusi terhadap R : rekasi mual Bising
belum ada. 1. Reaksi mual muntah mual misalnya obat 3. Untuk mengtahui tampak berkurang usus sudah
-tidak ada obatan dan prosedur. fungsi saluran cerna 2. Mengidentifikasi mulai ada
2. Bising usus kembali faktor obat, melihat dan dalam
He normal Manajmen saluran cerna. lebih lanjut reaksi obat rentang
ma 3. Hematokrit normal 1. Laporkan anastesi normal
tok berkurangnya bising R : reaksi obat yang -
rit usus. menyebabkan Hematokrit
30 mual muntah 33%
% tampak membaik
(re 3. Mengecek bising A : masalah teratasi
nd usus klien. sebagian
ah) R : bising usus sidha
mulai ada, dan P: lanjutkan intervensi
dalam rentang
normal.

Yulia citra

4. Kerusakan Noc : integritas Perawatan luka : tidak Ciamis, 18 Mei 2020 S : -pasien mengatakan
integritas kulit b.djaringan : kulit & sembuh Untuk mengetahui ada nyaman dan tidak khawtir
fraktur terbuka membran mukosa. 1. Kaji luka : lokasi, tidaknya tanda infeksi. 1. Mengkaji ulang luka terhadap keadaan lukanya.
ditandai dengan : Setelah dilakukan karakteristik, warna, 2. Meminimalkan R : luka tampak
tindakan keperawatan jaringan nekrotik, terjadinya kerusakan kering,masih O: -luka tampak
Ds : -keluarga selama ...x 24 jam panjang, tanda tanda kulit yang lain. kemerahan,bengkak kering,masih
diharapkan kerusaknan infeksi lokal. 3. Supaya dalam dan tidak berbau. kemerahan,bengkak dan
pasien mengatakan
integritas kulit dapat 2. Ubah posisi klien keadaan nyaman dan 2.mengubah posisi tidak berbau.
ini hari pertama teratasi dengan kriteria sesering mungkin membantu proses klien sesuai dengan - luka tampak bersih dan
hasil 3. Beri bantalan dibawah penyembuhan. kenyamanan klien menuju proses
post operasi.
1. Tidak ada tanda - kulit yang rusak. 4. Untuk mempercepat R: pasien mengatakan penyembuhan.
tand a infeksi. 4. Lakukan perawatan penyembuhan dan nyaman dan tidak
2. Menunjukan proses luka mencegah infeksi khawtir terhadap A: masalah teratasi
Do : -tampak luka terjadinya keadaan lukanya. sebagian
bekas operasi pada penyembuhan luka 3.Beri bantalan
paha sebelah kanan, dibawah luka P: lanjutkan intervensi
luka tampak kering. R: pasien tampak
-daerah luka post nyaman .
op tampak 4. Melakukan
kemerahan dan perawatan luka
bengkak. sesering mungkin
R: luka tampak bersih
dan menuju proses
penyembuhan.
Yulia citra

5. Risiko infeksi bd Noc : : pemulihan Perawatan luka Ciamis, 18 Mei 2020 S :-pasien mengatakan
luka pembedahan pembedahan 1. Monitor karakterisitik 1. Untuk mengetahui nyaman setelah diganti
ditandai dengan : Setelah dilakukan luka termasuk drainase, adanya infeksi lada 1. Monitor balutan.
tindakan keperawatan warna, jumlah, dan bau luka karakteristik luka
Do : - tampak luka selama ...x 24 jam 2. Bersihkan dengan 2. Membantu R: luka tampak O : -luka tampak
post op pada paha diharapkan Risiko normal saline atau mempermudah dalam kering,masih kering,masih
sebelah kanan infeksi dapat teratasi dengan pembersih yang membersihkan luka. kemerahan,bengkak kemerahan,bengkak dan
-dengan kriteria hasil : tepat 3. Balutan yang sesuai dan tidak berbau. tidak berbau.
Le 1. penyembuhan luka 3. Berikan balutan yang membantu dalam 2.memebrsihkan luka -luka tampak bersih
uk post op sesuai dengan luka proses penyembuhan. dengan normal saline
osi 2. Tidak adanya tanda 4. Pertahankan teknik 4. Supaya tidak terjadi R: luka tampak mudah A : masalah teratasi
t tanda infeksi balutan steril ketika infeksi lain. dibersihkan. sebagian
11. melakukan perwatan 5. Untuk berjaga jaga 3. Memberi balutan
00 luka. supaya infeksi tidak sesuai. P: lanjutkan intervensi
0/ 5. Anjurkan pasien dan terjadi. R: pasien mengatakan
m keluarga untuk nyaman setelah diganti
m³ mengetahui tanda & balutan.
- gejala infeksi 4. Memperthankan
luk prisnip steril
a R: luka tampak bersih
ta Dan tidak ada tanda
mp tanda infeksi.
ak 5. Memberitahu
ker keluarga dan pasien
ing tanda tanda infeksi
. seperti adanya bau atau
-daerah luka post drainase.
OREF tampak R : pasien dan keluarga
kemerahan dan mengatakan paham
bengkak.
Yulia Citra
I. CATATAN PERKEMBANGAN

HARI/TANGGAL NO DX PERKEMBANGAN TTD PELAKSANA


20 Mei 2020 I
S : Keluarga pasien mengatakan pasien sudah mulai sadar.

O : - pasien tampak sudah sadar


- Crt < 2 detik
- Hb 13 g/dL
- Hematokrit 36 %

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi

I:-

E : pasien tampak sudah sadar, Hb kembali normal, crt <2


detik.

20 Mei 2020 II

S : - Pasien hanya mampu menggerkan ekstermitas atas dan


bawah

O : - Kekuatan otot eskterimtas atas 3, bawah 2


-Pasien mau melakukan latihan rom pasif
- pasien masih berbaring ditempat tidur
- aktivitas masih dibantu

A :Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi 2, 3, 4

I : 2. Lindungi pasien dari trauma selama latihan.


3. Bantu pasien mendapatkan posisi tubuh yang optimal
untuk pergerakan sendi pasif/aktif
4. Lakukan latihan ROM pasif dan aktif sesuai indikasi.
E : Kekutan Rom pasien sudah mulai membaik

20 Mei 2020 III


S : keluarga pasien mengatakan pasien tampak tidak mual dan
muntah.

O : - reaksi mual tampak tidak ada


- Bising usus sudah mulai ada dan dalam
rentang normal
- Hematokrit 36%

A : masalah teratasi

P: Hentikan intervensi

I:-

E : reaksi mual dan muntah tidak ada

20 Mei 2020 IV S : pasien mengatakan nyaman dan tidak khawtir terhadap


keadaan lukanya.

O: -luka tampak kering,masih kemerahan,bengkak dan tidak


berbau.
- luka tampak bersih dan menuju proses penyembuhan.

A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi 12,3,4

I : 1. Kaji luka : lokasi, karakteristik, warna, jaringan nekrotik,


panjang, tanda tanda infeksi lokal.
2. Ubah posisi klien sesering mungkin
3. Beri bantalan dibawah kulit yang rusak.
4. Lakukan perawatan luka

E : kulit tampak kering kemerahan dan bengkak, tidak ada bau

20 Mei 2020 V S : pasien mengatakan nyaman setelah diganti balutan.

O : -luka tampak kering,masih kemerahan,bengkak dan tidak


berbau.
-luka tampak bersih

A : masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi semua

I : Perawatan luka
1. Monitor karakterisitik luka termasuk drainase, warna,
jumlah, dan bau
2. Bersihkan dengan normal saline atau dengan pembersih
yang tepat
3. Berikan balutan yang sesuai dengan luka
4. Pertahankan teknik balutan steril ketika melakukan
perwatan luka.
5. Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengetahui tanda &
gejala infeksi
E: luka tampak kering kemerhan dan bengkak.
Mengetahui, Tasikmalaya, ...............
CI Ruangan, Pembimbing Pendidikan, Mahasiswa,

......................................... ........................................ Yuli


a citra
.

Anda mungkin juga menyukai