Anda di halaman 1dari 47

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER DENGAN JURNAL

NASIONAL

OLEH KELOMPOK III :


1. Endang Safitri
2. Nadila
3. Elsa Hartati.S
4. Junima Sa’adah
5. Eka Gusriani

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ADIWANGSA
JAMBI 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Puji syukur kita panjatkan kepada

Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini

tentang “KEPERAWATAN KOMPLEMENTER DENGAN JURNAL NASIONAL”. Tak

lupa kami juga berterima kasih kepada Ibu Nur Hayati,S.Kep.,M.Kes selaku dosen kami

dalam mata kuliah Keperawatan Komplementer yang sudah memberikan tugas ini.

Kami selaku penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna dan juga bermanfaat

serta menambah wawasan tentang pengetahuan kita semua tentang Jurnal Nasional. Dalam

pembuatan makalah ini kami sangat menyadari masih sangat banyak terdapat kekurangan di

sana sini dan masih butuh saran untuk perbaikannya. Oleh karena itu kami sangat berterima

kasih jika ada yang sudi memberi saran dan kritiknya demi perbaikan makalah ini.

Semoga makalah yang sederhana ini bisa dengan mudah di mengerti dan dapat di pahami

maknanya. Kami minta maaf bila ada kesalahan kata dalam penulisan makalah ini, serta bila

ada kalimat yang kurang berkenan di hati pembaca, kami ucapkan terimakasih

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii


JURNAL I ............................................................................................................... 1
Analisis Yuridis Kewenangan Perawat Dalam Pengobatan Bekam
Pada PraktikKeperawatan Mandiri

JURNAL 2 ............................................................................................................... 10
Aplikasi Keperawatan Komplementer “Cupping” Dalam Mengontrol
Hipertensi Di Masa Pandemi Covid-19

JURNAL 3 ............................................................................................................... 14
Asuhan keperawatan komprehensif pada klien cidera kepala sedang
dengan terapi komplementer murottal

JURNAL 4 ............................................................................................................... 24
Massage Abdominal Sebagai Terapi Komplementer Untuk Menjaga
Keteraturan Pola Eliminasi DefekasiPada Pasien Di Ruang Icu

JURNAL 5 ............................................................................................................... 31
Metode Keperawatan Komplementer Hipnoterapi Untuk Menurunkan
Efek Stress Pasca Trauma Tingkat Sedang Pada Fase Rehabilitasi
Sistem Penanggulangan Kegawatdaruratan Terpadu (SPGDT)

PEMBAHASAN ...................................................................................................... 38
1. Analisis Yuridis Kewenangan Perawat Dalam Pengobatan Bekam
Pada PraktikKeperawatan Mandiri
2. Aplikasi Keperawatan Komplementer “Cupping” Dalam Mengontrol
Hipertensi Di Masa Pandemi Covid-19
3. Asuhan keperawatan komprehensif pada klien cidera kepala sedang
dengan terapi komplementer murottal
4. Massage Abdominal Sebagai Terapi Komplementer Untuk Menjaga
Keteraturan Pola Eliminasi DefekasiPada Pasien Di Ruang Icu
5 . Metode Keperawatan Komplementer Hipnoterapi Untuk Menurunkan

iii
Efek Stress Pasca Trauma Tingkat Sedang Pada Fase Rehabilitasi
Sistem Penanggulangan Kegawatdaruratan Terpadu (SPGDT)

iv
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP)
Vol. 5 No. 3 Juli 2021
Terakreditasi Peringkat 5 (No. SK: 85/M/KPT/2020)
e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944
DOI: 10.36312/jisip.v5i3.2151 /http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/index

Analisis Yuridis Kewenangan Perawat Dalam Pengobatan Bekam Pada Praktik


Keperawatan Mandiri
1
Gerardus Gegen, 2Aris Prio Agus Santoso
1
STIH Pelopor Bangsa Depok, 2Universitas Duta Bangsa Surakarta
1
gerardusgegen@gmail.com, 2arisprio_santoso@udb.ac.id

Article Info Abstract


In providing cupping treatment, health workers must apply patient safety so
Article history: that malpractice does not occur, because in this digital era everything suspected
of malpractice has been widely glimpsed by justice enforcers considering the
Article Accepted: 28 June 2021 presence of complementary therapies currently still causing controversy about
Publication : 11 July 2021 ethical or not when applied in nursing services. In addition, the standard
operating procedures for complementary-alternative services have not been
clearly described. The problem in this study is how the authority of nurses in
cupping treatment in independent nursing practice, and how the legal protection
Keywords: of cupping treatment in independent nursing practice This research method uses
nursing authority, cupping a normative juridical approach, with secondary data collection. To find out
treatment, independent nursing whether there is a synchronization between the applicable regulations and the
practice. practice in the field. The data obtained were analyzed qualitatively. Based on the
results of the study, it was found that nurses have the authority to perform cupping
treatment obtained from non-formal education as long as the nurse has
competence in the field in question and this authority is also strengthened by the
existence of authority in limited circumstances. Nurses who perform cupping get
preventive legal protection, which is protected by state institutions through laws
and regulations that apply to nursing practitioners.
Article Info Abstrak
Dalam memberikan pengobatan bekam tenaga kesehatan harus menerapkan
Article history: patient safety agar tidak terjadi malpraktik, karena di era digital ini segala sesuatu
yang dicurigai malpraktik sudah banyak dilirik oleh para penegak keadilan
Article Accepted: 28 Juni 2021 mengingat hadirnya terapi komplementer saat ini masih menimbulkan
Publication : 11 July 2021 kontroversial tentang etis tidaknya apabila diterapkan dalam layanan
keperawatan. Di samping itu batasan standar prosedur operasional pada
pelayanan komplementer–alternatif juga belum terdeskripsi secara jelas.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana kewenangan perawat dalam
pengobatan bekam pada praktik keperawatan mandiri, dan bagaimana
Keywords: perlindugan hukum pengobatan bekam pada praktik keperawatan mandiri
kewenangan perawat, Metode penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, dengan
pengobatan bekam, praktik pengumpulan data sekunder. Untuk mengetahui apakah ada sinkronisasi antara
keperawatan mandiri. peraturan yang berlaku dengan praktik di lapangan. Data yang diperoleh
dianalisis secara kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa
perawat memiliki kewenangan dalam melakukan pengobatan bekam yang
diperoleh dari pendidikan non formal asalkan perawat tersebut memiliki
kompetensi di bidang yang dimaksud dan kewenangan tersebut diperkuat pula
dengan adanya kewenangan dalam keadaan keterbatasan. Perawat yang
melakukan bekam mendapatkan pengayoman hukum secara preventif yaitu
dilindungi oleh lembaga-lembaga negara melalui peraturan perundang-undangan
yang berlaku bagi pelaksana keperawatan.
This is an open access article under the Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional

Corresponding Author:
1
Gerardus Gegen
1STIH Pelopor Bangsa Depok, 2Universitas Duta
Bangsa Surakarta
Email: gerardusgegen@gmail.com

348 Analisis Yuridis Kewenangan Perawat Dalam Pengobatan Bekam Pada Praktik Keperawatan Mandiri :Gerardus Gegen
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN: 2656-6753, p-ISSN:2598-9944

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan negara sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pancasila dan Pembukaan UUD (1945). Oleh karena itu, setiap kegiatan dan upaya
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan
berdasarkan prinsip non diskriminatif, partisipatif, perlindungan, dan berkelanjutan yang
sangat penting artinya bagi peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa, pembentukan
sumber daya manusia Indonesia, dan pembangunan nasional.
Salah satu penyelenggaraan upaya kesehatan adalah melalui pengobatan
komplementer dan alternatif. Karena perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini
menjadi sorotan banyak negara. Pengobatan komplementer dan alternatif menjadi bagian
penting dalam pelayanan kesehatan misal di Amerika Serikat dan negara lainnya. Estimasi di
Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang yang
mengunjungi praktik konvensional. Data lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah
pengguna terapi komplementer di Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun
1997.
Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2001 sebanyak 57,7%
penduduk Indonesia melakukan pengobatan sendiri tanpa bantuan medis, 31,2% di antaranya
menggunakan tanaman obat tradisional dan 9,8% memilih cara pengobatan tradisional lainnya.
Dari tinjauan terhadap RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) 2015-
2019 tampak tidak ditemukan secara spesifik dasar pembangunan kesehatan. Dalam RPJMN
tersebut upaya promotif dan preventif masih kurang mendapat penekanan yang saksama. Hal
ini membuktikan bahwa masih lemahnya penguatan upaya kesehatan masyarakat.
Praktik keperawatan mandiri merupakan salah satu bentuk upaya penyelenggaraan
kesehatan perorangan. Dengan hadirnya praktik keperawatan mandiri, diharapkan upaya
preventif dan promotif dapat menjadi lebih baik untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan
yang ada di masyarakat. Pengobatan komplementer-alternatif merupakan bagian dari ilmu
keperawatan holistik yang mencakup bio-psiko-sosio-spiritual yang ditujukan kepada
individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia.
Semakin meningkatnya peminatan masyarakat dengan pengobatan komplementer-
alternatif, beberapa perawat di daerah-daerah mulai melakukan pengobatan komplementer-
alternatif pada praktik keperawatan mandiri.
Berkaca dari maraknya malpraktik pengobatan komplementer-alternatif, disebabkan
antara lain oleh tiadanya peraturan tegas dari pemerintah. Terutama minimnya pengawasan
praktik, ditambah belum adanya undang-undang yang secara jelas mendeskripsikan mengenai
pengobatan komplementer-alternatif, dan mengingat lingkup praktik perawat yang masih
minim, bisa mengakibatkan terjadinya risiko malpraktik. Pidana dalam pengobatan
komplementer-alternatif bisa terjadi di mana saja dan kapan saja apabila perawat telah lalai,
tidak mengantongi izin/ lisensi yang jelas, tidak memiliki kompetensi, dan melanggar batas
kewenanganya.
Bekam merupakan salah satu pelayanan kesehatan tradisional yang sedang
berkembang di masyarakat Indonesia. Pelayanan kesehatan tradisional ini merupakan salah
satu perawatan kesehatan tertua di dunia: berusia ribuan tahun dan telah dipraktikkan oleh
berbagai macam peradaban besar kuno di dunia, termasuk Mesir, Persia, Babilonia, Cina,
India, Yunani dan Romawi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika bekam diminati oleh
semua kalangan.
Di Indonesia, orang yang memanfaatkan kesehatan tradisional (kestrad) cukup banyak.
Dalam survey Riset Kesehatan Dasar (RKD) 2013, didapatkan 30,4% keluarga di Indonesia
memanfaatkan pelayanan kestrad (yankestrad). Adapun dalam RKD tahun 2018 didapatkan
31,4% orang pernah memanfaatkan pelayanan yankestrad. Dari yang pernah memanfaatkan

349 Analisis Yuridis Kewenangan Perawat Dalam Pengobatan Bekam Pada Praktik Keperawatan Mandiri :Gerardus Gegen
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN: 2656-6753, p-ISSN:2598-9944

yankestrad, 98,5% memanfaatkan pelayanan penyehat tradisional (hattra). Jenis upaya kestrad
yang dimanfaatkan terbanyak (65,3%) adalah keterampilan manual yang di dalamnya
termasuk bekam.
Dalam memberikan pengobatan bekam tenaga kesehatan harus menerapkan patient
safety agar tidak terjadi malpraktik, karena di era digital ini segala sesuatu yang dicurigai
malpraktik sudah banyak dilirik oleh para penegak keadilan. Seperti yang terjadi pada kasus
10 (sepuluh) tahun terakhir,yang dikutip dari news.detik.com tanggal 21 Juli 2010, bahwa ada
seorang pensiunan guru di Jombang Jawa timur yang tewas setelah melakukan pengobatan
tradisional bekam di rumah Siti Mufritah yang bekerja sebagai ahli bekam. Siti Mufritah yang
telah puluhan tahun membuka praktik bekam dirumahnya di desa Pundong Jombang Jawa
Timur inipun langsung berurusan dengan kepolisian.
Kasus di atas merupakan kasus yang telah dilakukan oleh orang selain tenaga
kesehatan yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan kesehatan, tetapi diperoleh dari
pelatihan-pelatihan maupun mewarisi bakat turun temurun dari keluarganya. Kasus di atas bisa
saja menimpa perawat yang melakukan pelayanan komplementer-alternatif dalam praktik
keperawatan mandirinya. Apabila perawat lalai dan kurang berhati-hati dalam melaksanakan
pelayanan komplementer dan alternatif, dapat dipastikan bahwa hal serupa akan terjadi,
mengingat hadirnya terapi komplementer saat ini masih menimbulkan kontroversial tentang
etis tidaknya apabila diterapkan dalam layanan kesehatan. Di samping itu batasan standar
prosedur operasional pada pelayanan komplementer–alternatif juga belum terdeskripsi secara
jelas. Sampai sejauh ini memang belum ada kasus perawat yang dipidanakan karena
melakukan pengobatan komplementer–alternatif namun perawat tetap harus berhati-hati dan
waspada dalam menjalankan kewenanganya sebagai perawat yang melakukan pengobatan
komplementer-alternatif. Walau demikian, tidak selamanya teknik pengobatan komplementer
itu membahayakan pasien, asalkan dapat dipraktikkan oleh tenaga kesehatan yang profesional
dan orang-orang yang telah memiliki lisensi ijin praktik resmi yang dapat dipertanggung
jawabkan keamananya.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kewenangan perawat dalam pengobatan bekam pada praktik keperawatan
mandiri.
2. Bagaimana perlindugan hukum pengobatan bekam pada praktik keperawatan mandiri.

2. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kewenangan
Dalam Black Law Dictionary kewenangan diartikan lebih luas, tidak hanya melakukan
praktik kekuasaan, tetapi kewenangan juga diartikan dalam konteks menerapkan dan
menegakan hukum, adanya ketaatan yang pasti, mengandung perintah, memutuskan, adanya
pengawasan yuridiksi bahkan kewenangan di kaitkan dengan kewibawaan, charisma, dan
bahkan kekuatan fisik.
Menurut Bagir Manan dalam Ridwan HR,wewenang dalam bahasa hukum tidak sama
dengan kekuasaan (macht). Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak
berbuat.
Menurut P. Nocolai kewenangan berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
perbuatan hukum tertentu yaitu tindakan-tindakan yang dimaksudkan untuk menimbulkan
akibat hukum, dan mencakup mengenai timbul dan lenyapnya akibat hukum, sedangkan
kemampuan berkaitan erat dengan kompetensi.
2.2. Pengobatan Bekam
Bekam merupakan salah satu pelayanan kesehatan tradisional yang sedang
berkembang di masyarakat Indonesia. Bekam sudah dikenal sejak zaman dulu. Pada zaman
Nabi Muhammad, beliau menggunakan tanduk kerbau atau sapi, tulang unta, gading gajah.

350 Analisis Yuridis Kewenangan Perawat Dalam Pengobatan Bekam Pada Praktik Keperawatan Mandiri :Gerardus Gegen
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN: 2656-6753, p-ISSN:2598-9944

Adapun masyarakat pada zaman Cina kuno menyebut hijamah sebagai “perawatan tanduk”
karena tanduk menggantikan kaca. Sementara itu, orang-orang di Eropa menggunakan lintah
sebagai alat untuk hijamah. Dalam artikelnya, Curtis mengemukakan bahwa bekam sudah ada
di dalam catatan kedokteran tertua (Papyrus Ebers), yang ditulis 1550 SM pada era Mesir
kuno.
Bekam dapat digunakan sebagai terapi untuk gangguan menstruasi, demam, gangguan
nafsu makan dan berbagai macam nyeri. Selain itu, bekam juga merupakan terapi suportif
untuk mempercepat proses penyembuhan penyakit.
Pengobatan bekam terbagi menjadi dua jenis, yakni bekam basah dan bekam kering.
Bekam kering mencakup bekam luncur, bekam api, dan bekam tarik. Yang membedakan
antara bekam basah dan bekam kering, adalah ada tidaknya darah yang dikeluarkan. Teknik
bekam luncur dilakukan dengan meng-kop bagian tubuh tertentu, lalu meluncurkan kop
tersebut ke bagian tubuh yang lain. Sedangkan bekam tarik dilakukan dengan cara meng-kop
beberapa detik kemudian kop ditarik dan ditempelkan kembali pada kulit.
Pada proses terapi pembekaman, terjadi bendungan lokal, di mana stimulasi titik
meridian, menyebabkan hipoksia dan radang, sehingga dapat memperbaiki mikrosirkulasi dan
fungsi sel dengan cepat. Lima belas hari setelah terapi bekam, terjadi peningkatan elastisitas
spektrin yang dapat menstimulasi kerja sistem kekebalan tubuh: sel pembunuh alami (Natural
Killer cells), sehingga daya tahan tubuh meningkat baik sebagai pencegahan maupun
perlawanan terhadap penyakit. Meridian atau potent points merupakan suatu sistem saluran
yang membujur dan melintang di seluruh tubuh yang secara kedokteran tidak terlihat nyata
tetapi dapat dibuktikan keberadaannya dengan radioaktif teknesium perteknetat, yang
menghubungkan permukaan tubuh dengan organ dalam tubuh, organ satu dengan organ
lainnya, organ dengan jaringan penunjang-jaringan penunjang lainnya, sehingga membentuk
suatu kesatuan yang bereaksi bersama apabila ada rangsangan dari kulit.
2.3. Praktik Keperawatan Mandiri
Menurut Undang-Undang No.38 Tahun 2014 tentang Keperawatan yang disebut
praktik keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh perawat dalam bentuk
asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan itu sendiri merupakan rangkaian interaksi perawat
dengan klien dan lingkunganya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian
klien dalam merawat dirinya. Sedangkan menurut PPNI, Praktik keperawatan adalah tindakan
pemberian asuhan keperawatan profesional baik secara mandiri maupun kolaborasi yang
disesuaikan dengan lingkup wewenang dan tanggung jawab berdasarkan ilmu keperawatan.
Mandiri adalah keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantung dengan orang lain, dan
mampu memberikan keputusan terhadap suatu masalah dalam usahanya secara personal.
Praktik keperawatan mandiri adalah praktik perorangan atau berkelompok di tempat
praktik mandiri di luar Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes). Praktik keperawatan
mandiri diberikan dalam bentuk asuhan keperawatan yang bertujuan utuk memandirikan klien
yang membutuhkan bantuan karena ketidaktahuan, ketidakmampuan, dan ketidakmauan
memenuhi kebutuhan dasar dan merawat dirinya.
Praktik keperawatan mandiri adalah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Perorangan milik
perawat yang didirikan untuk menjalankan asuhan keperawatan secara mandiri dalam lingkup
UKP (Upaya Kesehatan Perorangan).

3. METODE PENELITIAN
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis
normatif, yaitu penelitian hukum yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama dengan cara
menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan penelitian ini. Peneliti memilih melakukan metode ini dengan pertimbangan
karena situasi yang masih terkendala Covid-19 jika penelitian tersebut dilakukan dengan
pendekatan empiris. Tipe desain penelitian yang digunakan adalah Descriptive Design. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan data sekunder yaitu

351 Analisis Yuridis Kewenangan Perawat Dalam Pengobatan Bekam Pada Praktik Keperawatan Mandiri :Gerardus Gegen
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN: 2656-6753, p-ISSN:2598-9944

yang diperoleh melalui kepustakaan dan juga sumber hukum perundang-undangan. Selanjutnya
data dianalisis menggunakan teknik analisis kulitatif, yaitu untuk menjawab permasalahan
bagaimana kewenangan perawat dalam pengobatan bekam pada praktik keperawatan mandiri,
dan bagaimana perlindugan hukum pengobatan bekam pada praktik keperawatan mandiri.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Kewenangan Perawat dalam Pengobatan Bekam pada Praktik Keperawatan Mandiri
Kewenangan merupakan kekuasaan formal yang berasal dari undang-undang,
sedangkan wewenang adalah suatu spesifikasi dari kewenangan, artinya barang siapa (subyek
hukum) yang diberikan kewenangan oleh undang-undang, maka ia berwenang untuk
melakukan sesuatu yang tersebut dalam kewenangan itu.
Dalam hukum publik, wewenang berkaitan dengan kekuasaan. Kekuasaan memiliki
makna yang sama dengan wewenang karena kekuasaan yang dimiliki oleh Eksekutif,
Legislatif dan Yudikatif adalah kekuasaan formal. Kekuasaan merupakan unsur esensial dari
suatu negara dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di samping unsur-unsur lainnya.
Kekuasaan untuk menetapkan batasan alternatif-alternatif bertindak bagi seseorang
atau sekelompok orang dalam kehidupan masyarakat pada dasarnya adalah pembuatan aturan-
aturan hukum sebagai aturan main dalam kehidupan masyarakat yang disertai dengan sanksi
hukum tertentu untuk menjamin terselenggaranya ketertiban dan ketenteraman dalam
hubungan-hubungan sosial. Kekuasaan adalah kemampuan umum untuk menjamin
pelaksanaan dari kewajiban-kewajiban yang mengikat oleh unit-unit organisasi kolektif dalam
suatu sistem yang merupakan kewajiban-kewajiban yang diakui dengan acuan kepada
pencapaian tujuan-tujuan kolektif mereka dan bila ada pengingkaran terhadap kewajiban-
kewajiban dapat dikenai oleh sanksi negatif tertentu siapapun yang menegakkannya.
Dari konsep di atas, jika ditarik ulur maka diperoleh rumus bahwa kewenangan
merupakan kekuasaan yang diperoleh subjek hukum atas dasar kemampuan yang dimiliki
untuk menjalankan suatu wewenang tersebut sedangkan kemampuan sendiri berkaitan erat
dengan kompetensi.
Wibowo, menyebutkan bahwa kompetensi adalah suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan
dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut.
Dengan demikian, kompetensi menunjukkan keterampilan atau pengetahuan yang dicirikan
oleh profesionalisme dalam suatu bidang tertentu sebagai sesuatu yang terpenting, sebagai
unggulan bidang tertentu, dengan indikatornya adalah; pengetahuan, ketrampilan dan sikap.
Sedangkan Moh. Uzer Usman menyebutkan bahwa, seseorang disebut kompeten apabila telah
memiliki kecakapan bekerja pada bidang tertentu dari hal ini maka kompetensi juga diartikan
sebagai suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang
kualitatif maupun kuantitatif.
Kompetensi diporeh dari:
Formal (Pendidikan dari Perguruan Tinggi)
Non Formal (Pelatihan, Warisan, dan Tradisi).
Terkait dengan pengobatan bekam, Bekam merupakan pengobatan rakyat atau
pengobatan tradisional yang digunakan sebagai salah satu jenis terapi komplementer atau
alternatif yang telah banyak dipraktikkan di seluruh dunia. Bekam merupakan salah satu
intervensi medis tertua yang dipercaya ada sejak 3000 sebelum masehi. Catatan paling awal
tentang bekam adalah dalam Ebers Papyrus, salah satu buku teks kedokteran tertua di dunia.
Buku ini menuliskan bahwa bekam telah ada di Mesir pada tahun 1.550 tahun sebelum masehi
(SM) dengan mekanisme kerja membuang zat asing dari dalam tubuh. Dari ketentuan ini saja
sudah jelas bahwa bekam merupakan warisan leluhur, dan tradisi turun temurun dalam bidang
pengobatan alternatif. Hal ini sudah jelas bahwa pengobatan bekam merupakan Pendidikan
non formal melalui warisan dan tradisi. Di samping itu juga telah banyak organisasi-organisasi
yang menyelenggarakan pelatihan bekam seperti; Perkumpulan Induk Organisasi Kesehatan

352 Analisis Yuridis Kewenangan Perawat Dalam Pengobatan Bekam Pada Praktik Keperawatan Mandiri :Gerardus Gegen
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN: 2656-6753, p-ISSN:2598-9944

Tradisional Indonesia (PIKTI), Perhimpunan Ahli Bekam Sunah Indonesia (PABSI),


Perkumpulan Bekam Indonesia, dan lain sebagainya yang juga mengeluarkan sertifikasi
keahlihan di bidang bekam.
Disamping itu, pada Pasal 21 ayat (1) huruf m Permenkes No. 26 tahun 2019 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan,
disebutkan bahwa dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang
upaya kesehatan masyarakat, Perawat berwenang melakukan penatalaksanaan Keperawatan
komplementer dan alternatif. Yang mana komplementer dan alternatif sebagaimana yang
disampaikan oleh Ketua Himpunan Perawat Holistik Indonesia, bahwa bidang keperawatan
ini meliputi; bekam, akupresur, hipnoterapi, dan herbal. Disamping itu, pada Pasal 21 ayat (1)
huruf m jika dikaitkan dengan Pasal 30 tentang keadaan tertentu dapat dimaknai bahwa
perawat selain melakukan pengobatan bekam juga dapat melakukan pengobatan untuk
penyakit umum dalam hal tidak terdapat tenaga medis. Meskipun ketentuan ini dihadang
dengan bunyi ayat (1), (2) dan (3) yang mengatakan bahwa kewenangan yang merupakan
penugasan Pemerintah ini ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah
kabupaten/kota dengan memperhatikan kompetensi Perawat dan telah mengikuti orientasi
dan/atau pelatihan.
Sampai sejauh ini belum ada peraturan tentang keadaan keterbatasan tertentu yang
dikeluarkan oleh kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan setempat sehingga berlaku asas Nullum delictum nulla
poena sine praevia lege poenali, yang artinya, tiada suatu perbuatan dapat dihukum, kecuali
atas kekuatan dalam ketentuan pidana dalam UU yang telah ada lebih dahulu daripada
perbuatan itu. Jadi meskipun tanpa perintah penugasan Pemerintah, perawat tetap dapat
menjalankan keadaan keterbatasan tersebut mengingat bahwa tujuan pengobatan ini juga
ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat demi mendukung terwujudnya
pembangunan kesehatan Pemerintah melalui pelayanan primer.
Berdasarkan hasil analisis di atas, peneliti menyimpulkan bahwa perawat memiliki
kewenangan dalam melakukan pengobatan bekam yang diperoleh dari pendidikan non formal.
Perawat berwenang melakukan pengobatan asalkan perawat tersebut memiliki kompetensi di
bidang yang dimaksud dan mampu membuktikan kepada masyarakat, organisasi profesi serta
Pemerintah melalui sertifikasi kompetensi yang dimiliki. Suatu kompetensi jika tidak dapat
dibuktikan dengan sertifikasi maka tidak akan ada gunanya, sebaliknya jika memiliki
sertifikasi namun tidak berkompeten juga akan sia-sia saja, sehingga kedua hal ini harus saling
dilengkapi bagi perawat yang melakukan pengobatan bekam pada praktik keperawatan
mandiri. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah hal-hal yang tidak diduga dan tidak di inginkan
dalam pelayanan asuhan keperawatan.
4.2. Perlindungan Hukum Pengobatan Bekam pada Praktik Keperawatan Mandiri
Satjipto Raharjo menyatakan bahwa, perlindungan hukum adalah memberi
pengayoman terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan
perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang
diberikan oleh hukum.
Menurut Soedikno Mertokusumo, perlindungan hukum adalah jaminan hak dan
kewajiban manusia dalam rangka memenuhi kepentingan sendiri maupun di dalam hubungan
manusia.
Menurut Sukendar dan Santoso, sarana perlindungan hukum dibagi menjadi 2 (dua)
macam, yaitu:
a. Perlindungan hukum preventif adalah langkah atau cara yang dilakukan untuk mencegah
suatu kejadian yang berakibat hukum.
b. Perlindungan hukum represif adalah langkah atau cara yang dilakukan apabila suatu
kejadian yang berakibat hukum itu telah terjadi.
Perlindungan hukum kepada masyarakat selalu berkaitan erat dengan kekuasaan
Lembaga Negara yang meliputi:

353 Analisis Yuridis Kewenangan Perawat Dalam Pengobatan Bekam Pada Praktik Keperawatan Mandiri :Gerardus Gegen
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN: 2656-6753, p-ISSN:2598-9944

a. Legislatif yang bertugas membuat undang undang. Lembaga legislatif meliputi Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), DPD, MPR.
b. Eksekutif yang bertugas menerapkan atau melaksanakan undang-undang. Lembaga
eksekutif meliputi presiden dan wakil presiden beserta menteri-menteri yang
membantunya.
c. Yudikatif yang bertugas mempertahankan pelaksanaan undang-undang. Lembaga
yudikatif terdiri atas Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK), dan Komisi
Yudisial.
Perlindungan hukum bagi warga negara dari tindakan pemerintahan pada prinsipnya
memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Perlindungan hukum dalam rangka menjamin terpenuhinya hak-hak warga negara.
b. Perlindungan hukum dalam rangka mencegah terjadinya tindakan yang merugikan hak-hak
warga negara.
c. Perlindungan hukum menyediakan akses bagi warga negara untuk menghentikan tindakan
pelanggaran, mendapatkan ganti kerugian atau tindakan pemulihn atas pelanggaran
haknya.
d. Perlindungan hukum dalam menjamin tersedianya ganti kerugian atautindakan pemulihan
terhadap hak warga negara yang telah dirugikan.
Sebagai bentuk perlindungan hukum kepada perawat yang melakukan pengobatan
bekam pada praktik keperawatan mandiri, sebenarnya hal tersebut sudah terlihat dalam upaya
hukum preventif yang dibuat oleh Lembaga Negara, yakni; UU No. 38/ 2014, dan Permenkes
No. 26/2009.
Selain yang peneliti sampaikan di atas, sebagai bentuk perlindungan hukum bagi
perawat, Dinkes Kab/Kota juga telah melakukan pembinaan dan pengawasan dalam
menjamin keselamatan pasien dalam pelayanan komplementer-alternatif pada praktik
keperawatan mandiri. Melalui Organisasi Profesi yang merupakan perwakilan dari Dinas
Kesehatan, bertugas melakukan monitoring terhadap kendala-kendala yang dihadapi perawat
dalam menjalankan UKP (Upaya Kesehatan Perorangan). Hal ini ditujukan untuk melakukan
pencegahan terhadap risiko terjadinya malpraktik. Apabila terjadi dugaan malpraktik, maka
harus diselesaikan terlebih dahulu dengan mediasi. Dinas Kesehatan pasti juga memastikan
bahwa perawat yang melakukan pelayanan komplementer-alternatif pada praktik keperawatan
mandiri bertanggungjawab sepenuhnya terhadap pelayanan yang diberikan.
Sebagaimana Pasal 36 huruf a UU No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan yang
berbunyi:
“Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berhak memperoleh
pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar pelayanan,
standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan”.
Kemudian Pasal 58 ayat (2) UU No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan berbunyi:
“Setiap orang yang tidak memiliki STR, tidak memiliki SIPP, tidak memasang papan
nama praktik keperawatan mandiri, tidak memiliki kompetensi, akan dikenakan
sanksi administratif berupa; teguran lisan, peringatan tertulis, denda administratif,
dan pencabutan izin”.
Berdasarkan hasil analisis di atas, peneliti menyimpulkan bahwa perawat dalam
transaksi terapeutik di bidang pelayanan kesehatan dilindungi oleh pemerintah melalui
peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi pelaksana keperawatan. Pasien yang
menerima pengobatan bekam juga mendapatkan jaminan keselamatan sebagaimana tercantum
dalam Pasal 58 ayat (1) UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan yang berbunyi:
“Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yang diterimanya”.

354 Analisis Yuridis Kewenangan Perawat Dalam Pengobatan Bekam Pada Praktik Keperawatan Mandiri :Gerardus Gegen
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN: 2656-6753, p-ISSN:2598-9944

5. KESIMPULAN
Dari seluruh hasil pembahasan yang telah dipaparkan, peneliti menyimpulkan:
1. Bahwa perawat memiliki kewenangan dalam melakukan pengobatan bekam yang diperoleh
dari pendidikan non formal. Perawat berwenang melakukan pengobatan asalkan perawat
tersebut memiliki kompetensi di bidang yang dimaksud dan mampu membuktikan kepada
masyarakat, organisasi profesi serta Pemerintah melalui sertifikasi kompetensi yang dimiliki.
Suatu kompetensi jika tidak dapat dibuktikan dengan sertifikasi maka tidak akan ada gunanya,
sebaliknya jika memiliki sertifikasi namun tidak berkompeten juga akan sia-sia saja, sehingga
kedua hal ini harus saling dilengkapi bagi perawat yang melakukan pengobatan bekam pada
praktik keperawatan mandiri. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah hal-hal yang tidak diduga
dan tidak di inginkan dalam pelayanan asuhan keperawatan.
2. Bahwa perawat dalam transaksi terapeutik di bidang pelayanan kesehatan mendapatkan
pengayoman hukum secara preventif yaitu dilindungi oleh lembaga-lembaga negara melalui
peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi pelaksana keperawatan. Pasien yang
menerima pengobatan bekam juga mendapatkan jaminan keselamatan sebagaimana tercantum
dalam Pasal 58 ayat (1) UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

6. DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Aris Prio Agus Santoso, 2019, Tesis: Analisis Yuridis Kewenangan Perawat Dalam Pelayanan
Komplementer-Alternatif Pada Praktik Keperawatan Mandiri, Semarang: Universitas
Katolik Soegijapranata.
----------, 2020, Hukum Kesehatan, Jakarta: Trans Info Media.
----------, 2020, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
----------, 2020, Hukum Kesehatan (Pengantar Program Studi Sarjana Hukum), Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Burhan Ashsofah, 2010, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta.
Daryanto, 1997, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Surabaya: Apollo.
Dirjen Yankestrad Kemenkes, 2016, Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Pelayanan
Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer Tahun 2016, Jakarta: Kemenkes.
DPP PPNI, 2017, Pedoman Praktik Keperawatan Mandiri, Jakarta : DPP PPNI.
Gerardus Gegen, dan Aris Prio Agus Santoso, 2019, Etika Profesi Keperawatan dan Hukum
Kesehatan, Jakarta: Trans Info Media.
Ridwan HR, 2014, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Rajawali Pers.
---------------, 2014, Diskresi dan Tanggungjawab Pemerintah, Yogyakarta: FH UII Press.
Hapsara HR, 2016, Penguatan Upaya Kesehatan Masyarakat dan Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Kesehatan di Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sahya Anggara, 2018, Hukum Administrasi Negara, Bandung: Pustaka Setia.
Salim dan Erlies, 2013, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan Disertasi, Jakarta:
Rajawali Pers
---------------, 2017, Penerapan Teori Hukum, Jakarta: Rajawali Pers.
Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti.
Soedikno Mertokusumo, 1991, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Liberty.
Soekidjo Notoatmojo, 2010, Etika dan Hukum Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono, 2010, Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta .
Universitas Katolik Soegijapranata, 2015, Petunjuk Penulisan Usulan Penelitian dan Tesis,
Semarang: Prodi Magister Ilmu Hukum Universitas Katolik Soegijapranata.
Titik Triwulan, dan Shinta Febran, 2010, Perlindungan Hukum bagi Pasien, Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Zainudin Ali, 2010, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika.

JURNAL ILMIAH

355 Analisis Yuridis Kewenangan Perawat Dalam Pengobatan Bekam Pada Praktik Keperawatan Mandiri :Gerardus Gegen
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN: 2656-6753, p-ISSN:2598-9944

Aris Prio Agus Santoso, dan Erna Chotidjah Suhatmi, “Pemutusan Hubungan Kerja Di Tengah
Pandemi Covid-19 Ditinjau Dari Sudut Pandang Hukum Ketenagakerjaan”,
UNIFIKASI: Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 8, No. 1, 2021.
Aris Prio Agus Santoso, et.all, “Analisis Yuridis Pemberian Upah di Bawah UMK Bagi Tenaga
Kesehatan di Rumah Sakit”, JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan), Vol. 5, No. 3,
2021.
Aris Prio Agus Santoso, dan Tatina Siska Wardani, “Analisis Yuridis Kewenangan Perawat
Dalam Pemberian Obat-Obatan Label Merah Pada Praktik Keperawatan Mandiri”,
Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi, Vol. 6, No. 1, 2020.
Aris Prio Agus Santoso, et.all, “Legal Protection of Health Workers in the Task Force for the
Acceleration of Handling Covid-19 from a State Administrative Law Point of View”,
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Pendidikan, Vol. 5, No. 2, 2021.
Aryono, Rina Arum Prastyanti, “Protection Of Children From Violence In Social Media In The
New Normal Era”, Veteran Justice Journal, 2, No. 1, 2020.
Hanik Badriyah Hidayati, dkk, “Bekam Sebagai Terapi Alternatif Untuk Nyeri”, Neurona Vol.
36, No. 2, 2019.
Lestari Dewi, Muhammad Jamhari, dan Isnainar, “Kajian Tanaman Pemanfaatan Obat Sebagai
Obat Tradisional Di Desa Tolai Kecamatan Torue Kabupaten Parigi Moutung”, Jurnal
Vol. 5 No. 2, 2017.
Salman Luthan, “Dialektika Hukum dan Kekuasaan”, Jurnal Hukum, Vol. 7, No. 14, 2000.
Oktavia Eko Anggraini, Windy Ratna Yulifa, dan Aris Prio Agus Santoso, “Perlindungan Hukum
Bagi Konsumen Atas Garansi Produk Dalam Hukum Bisnis”, Call For Paper
HUBISINTEK, Vol. 1, 2020.
Muhammad Ridwan Adhitya, Nurika Suci Wulan, Putri Nur Azizah, dan Aris Prio Agus Santoso,
“Legal Protection Of Women Victims Of Domestic Violence In Terms Of Human Rights
(Normative Study Of The Surakarta Case Area)”, IJLLE, Vol. 1, No. 2, 2020.
Widyatuti, “Terapi Komplementer Dalam Keperawatan” Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 22,
No. 1, 2008.
Yenni Risniati, dkk, “Pelayanan Kesehatan Tradisional Bekam: Kajian Mekanisme, Keamanan
dan Manfaat “, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 3, No.
3, 2019.

PERATURAN
RI, Undang-Undang Dasar tahun 1945.
RI, Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
RI, Undang-Undang No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan..
RI, Peraturan Menteri Kesehatan No. 26 tahun 2019 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan.

356 Analisis Yuridis Kewenangan Perawat Dalam Pengobatan Bekam Pada Praktik Keperawatan Mandiri :Gerardus Gegen
Seminar Nasional AVoER XII 2020
Palembang, 18 - 19 November 2020
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

APLIKASI KEPERAWATAN KOMPLEMENTER “CUPPING” DALAM MENGONTROL


HIPERTENSI DI MASA PANDEMI COVID-19

Khoirul Latifin1, Sigit Purwanto1, Dian Wahyuni1

1
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
Corresponding author: khoirullatifin@fk.unsri.ac.id

ABSTRAK : Jumlah penderita yang terinfeksi virus corona-19 semakin meningkat di Indonesia. Kompas menyebutkan
penderita yang terinfeksi virus corona-19 per 27 September 2020 berjumlah 3.874 orang positif. Orang yang terinfeksi
corona-19 sampai saat ini berjumlah 275.213 orang. Peningkatan ini memberikan perhatian khusus bagi berbagai bidang
pemerintahan dan juga disiplin ilmu. Kompas 18 Mei 2020 menyebutkan bahwa berdasarkan laporan yang ada sekitar 35
persen pasien covid-19 merupakan pengidap hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit kardiovaskuler lainnya.
Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk menerapkan aplikasi keperawatan komplementer “wet cupping”
dalam mengontrol hipertensi di masa pandemi covid-19. Pengabdian ini menggunakan metode aplikasi perawatan
komplementer bekam basah dengan cara pra eksperimental yaitu one group pretest dan posttest design. Masyarakat yang
dipilih adalah yang mempunyai masalah hipertensi dengan jumlah 16 peserta. Peserta pengabdian akan dilakukan
pengukuran tekanan darah sebelum dan setelah diberikan bekam basah. Pengukuran yang akhir dilakukan setelah enam
jam diberikan bekam basah. Instrumen yang dibutuhkan dalam pengabdian ini adalah set alat bekam, pengukur tekanan
darah, dan lembar observasi. Hasil evaluasi yang dilakukan kepada peserta yang telah diberikan bekam basah adalah
terdapat penurunan tekanan darah, dan setelah dilakukan uji statistik terdapat pengaruh yang signifikan perawatan
komplementer “wet cupping” terhadap tekanan darah dengan nilai p pada sistolik= 0,004 dan nilai p pada diastolik=
0,036. P value pada tekanan darah sistolik dan diastolik lebih kecil dari nilai alpa 0,05. Bekam basah merupakan metode
pengobatan Nabi yang mempunyai manfaat dan tidak menimbulkan efek samping yang buruk. Sehingga bekam basah ini
bisa menjadi rekomendasi bagi penderita hipertensi untuk mengontrol kadar tekanan darah dengan menjalani bekam
secara rutin. Dan dapat meningkatkan imunitas yang baik bagi penderita hipertensi.

Kata Kunci: Bekam basah, Hipertensi

ABSTRACT : The number of sufferers infected with Covid-19 is increasing in Indonesia. Kompas states that there were
3,874 people infected with Covid-19 as of September 27, 2020. There are 275,213 people infected with Covid-19 to date.
This increase gives special attention to various fields of government as well as scientific disciplines. Kompas 18 May
2020 stated that based on reports that around 35 percent of Covid-19 patients are people with hypertension, diabetes
mellitus and other cardiovascular diseases. This community service aimed to implement the application of complementary
nursing "wet cupping" in controlling hypertension during the Covid-19 pandemic. This service used the application of
complementary nursing with wet cupping by pre-experimental method, namely one group pretest and posttest design. The
people chosen were those who had hypertension problems with a total of 16 participants. The community service
participants will be measured their blood pressure before and after being given wet cupping. The final measurement was
carried out after six hours of wet cupping. The instruments needed in this service are a set of cupping tools, a blood
pressure meter, and an observation sheet. The results of the evaluation carried out on participants who had been given
wet cupping were a decrease in blood pressure, and after a statistical test was carried out there was a significant effect
of complementary "wet cupping" treatment on blood pressure with p value at systolic = 0.004 and p value at diastolic =
0.036. The p value for systolic and diastolic blood pressure was smaller than the alpha value of 0.05. Wet cupping is a
prophetic treatment method that has benefits and does not cause bad side effects. So that this wet cupping can be a
recommendation for people with hypertension to control blood pressure levels by undergoing cupping regularly. And can
increase good immunity for people with hypertension.

Keyword: Wet cupping, Hypertension

374
K. Latifin et al.

PENDAHULUAN karena membuat sistem sirkulasi dan organ yang


mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak)
Jumlah penderita yang terinfeksi virus corona-19 menjadi tegang (Palmer & William, 2001).
semakin meningkat di Indonesia. Kompas (2020) Prevalensi penyakit tidak menular (PTM) di
menyebutkan penderita yang terinfeksi virus corona-19 Sumatera Selatan meningkat 20% dalam satu tahun.
per 27 September 2020 berjumlah 3.874 orang positif. Kepala Dinas kesehatan provinsi menyebutkan jumlah
Orang yang terinfeksi corona-19 sampai saat ini penyakit tidak menular meningkat dari 37% ke 57%.
berjumlah 275.213 orang. Peningkatan ini memberikan Hipertensi merupakan penyakit peling tinggi yang
perhatian khusus bagi berbagai bidang pemerintahan menyebabkan stroke di masyarakat, disusul dengan
dan juga disiplin ilmu. Jumlah penderita covid-19 yang penyakit diabetes mellitus. Hal ini disebabkan oleh tren
meninggal per 27 September 2020 terjadi penambahan hidup yang tidak sehat sehingga perkembangan penyakit
78 orang, sehingg total penderita yang meninggal ini menjadi cepat (Sumselupdate, 2016) .
dikarenakan terinfeksi covid-19 sampai saat ini Hipertensi yang tidak terkontrol akan menyebabkan
berjumlah 10.386 orang. Dan jumlah penderita covid-19 berbagai komplikasi, sehingga diperlukan intervensi
yang sembuh bertambah 3.611 orang, sehingga total yang aplikatif disamping dari mengkonsumsi obat-
penderita yang terinfeksi coivd-19 berjumlah 203.014 obatan. Diera modern ini masyarakat lebih cenderung
orang. untuk memilih perawatan secara alami tanpa
Peningkatan jumlah penderita infeksi covid-19 lebih menggunakan obat-obat kimia. Hal ini disebabkan oleh
tinggi dibandingkan dengan jumlah penderita covid-19 banyaknya informasi di media tentang berbagai macam
yang sembuh setiap harinya. Peningkatan jumlah manfaat terapi yang alami, dan tidak menimbulkan efek
penderita covid-19 disebabkan oleh banyak faktor, yang samping. Tetapi semua itu masih memerlukan perhatian
terdiri dari kurang patuhnya masyarakat dalam mematui lebih dalam saat memilih terapi alami yang aman dan
protokol kesehatan dengan selalu menerapkan cuci benar-benar memberi manfaat. Keperawatan
tangan, memakai masker dan juga menjaga jarak. Selain komplementer dan modalitas merupakan salah satu
itu orang dengan penyakit penyerta sangat rentan metode intervensi yang mengedepankan keperawatan
terhadap tertularnya covid-19, dan dapat memperburuk secara alami dan berbdasarkan riset. Salah satu
penyakit penyerta yang telah ada di tubuh penderita keperawatan komplementer yang memiliki manfaat bagi
covid-19 sebelumnya. Orang dengan hipertensi pasien hipertensi adalah cupping (bekam).
memiliki resiko tinggi untuk dapat tertular virus covid- Cupping adalah teknik keperawatan komplementer
19. Amanda (2020) dalam Kompas 18 Mei 2020 dengan cara penyedotan pada kulit seseorang. Cupping
menyebukan bahwa berdasarkan laporan yang ada terdiri dari bekam basah dan bekam kering, dalam
sekitar 35 persen pasien covid-19 merupakan pengidap pengabdian kepada masyarakat ini memilih bekam
hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit basah yang dapat memberikan manfaat lebih
kardiovaskuler lainnya. dibandingkan dengan bekam kering. Tujuan dari
Orang dengan hipertensi memiliki resiko lebih tinggi pengabdian ini adalah agar Masyarakat dapat
untuk terinfeksi covid-19 dan akan menunjukkan gejala mengontrol tekanan darah tinggi secara benar Sasaran
yang lebih berat jika terifeksi. Karena pada orang dalam pengabdian kepada masyarakat ini adalah orang
dengan hipertensi dapat menyebabkan komplikasi pada dengan hipertensi yang tinggal di wilayah kerja
jantung, stroke dan gagal ginjal. Orang dengan Puskesmas Timbangan.
hipertensi memiliki imunitas yang rendah, sehingga METODE
dapat memudahkan covid-19 menginfeksinya. Jika Metode pengabdian yang digunakan adalah
orang dengan hipertensi terinfeksi covid-19, prognosis eksperimen dengan desain pra eksperimental yaitu one
dari penyakit akan menjadi multiple kerusakan pada group pretest and posttest design. Pengabdian ini
organ. dilakukan di wilayah kerja puskesmas Timbangan,
Hipertensi merupakan kondisi dimana penderita Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir.
mengalami tekanan darah sistolik berada diatas 130 Peserta dipilih dengan menggunakan teknik
mmHg dan tekanan diastolik diatas 80 mmHg purposive sampling, berdasarkan kriteria inklusi yang
(American Heart Association, 2017). Hipertensi juga terdiri dari bersedia menjadi peserta, memiliki
dapat dartikan dimana kondisi seseorang mengalami hipertensi, mempunyai pekerjaan dalam kabupaten, dan
peningkatan tekanan darah diatas normal yang peserta tidak sedang dalam kondisi (infeksi terbuka dan
mengakibatkan terjadinya angka kesakitan dan angka cacar air, kelainan darah hemophilia, hipotensi, anemia,
kematian (Triyanto, 2014). Tekanan darah tinggi kanker darah).
menjadi berbahaya jika tekanan darah tersebut persisten

375
Aplikasi Keperawatan Komplementer “Cupping”Dalam Mengontrol Hipertensi di Masa Pandemi Covid-19

Peserta berjumlah 16 orang yang telah sesuai dengan PEMBAHASAN


kriteria yang ditetapkan. Responden akan diberikan
perawatan komplementer bekam basah sebanyak satu Tabel 1 dan tabel 2 menunjukkan efektivitas aplikasi
kali. Media yang digunakan adalah standar operasional keperawatan komplementer “wet cupping” tehadap
prosedur dan lembar observasi pre dan post test. Peserta tekanan darah. Hasil yang didapat adalah adanya
akan diukur tekanan darahnya sebelum diberikan bekam perubahan yang signifikan pada tekanan sistolik dan
basah, kemudian responden diberi kesempatan untuk diastolik setelah diberikan perawatan bekam basah.
istrirahat selama enam jam, kemudian dilakukan Nilai P pada sistolik adalah 0,004 dan nilai p pada
pengukuran ulang tekanan darahnya. diastolik adalah 0,036, yang artinya lebih kecil dari
tingkat kesalahan 0,05. Hasil ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Irawan dan Ari (2012)
HASIL yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan
pemberian terapi bekam terhadap tekanan darah dengan
1. Hasil Uji Statistik pada Tekanan Darah Sistolik
nilai kemaknaan 0,001.

Tabel 1. Hasil uji analisis Wilcoxon pada Tekanan Darah Penelitian yang dilakukan oleh Sormin (2018)
Sistolik didapatkan pengaruh terapi bekam terhadap tekanan
Tekanan Darah n darah hipertensi yang signifikan dengan nilai p-value
Sistolik Pre-
P Value 0,000. Susanah, Sutriningsih dan Warsono (2017) juga
Post %
Test menyatakan adanya pengaruh terapi bekam terhadap
Negatif Ranks
13 81,25
penurunan darah pada penderita hipertensi secara
(Penurunan) signifikan dengan nilai p-value yaitu 0,000. Pengabdian
0,004
Positif Ranks
3 18,75 kepada masyarakat melalui aplikasi keperawatan
(Peningkatan)
Total 16 100 komplementer “Cupping” adalah sebuah cara akskretori
bedah minor dengan menggunakan tekanan negatif pada
Tabel 1 menjelaskan hasil dari uji analisis permukaan kulit, sehingga kulit akan terangkat yang
menggunakan uji Wilcoxon pada tekanan darah sistolik, bertambah secara bertahap tergantung dari viskoelastis
yaitu terdapat perbedaan antara sebelum dan setelah kulit individu. Kemudian kulit akan diinsisi lalu dibuat
diberikan perlakuan bekam pada tekanan darah sistolik tekanan tinggi dan kekuatan tarikan melalui kulit dan
responden dengan P value < 0,05. kapiler sehingga memudahan ekskresi cairan intertisial
termasuk lymph dan memfiltrasi carian kapiler yang
2. Hasil Uji Statistik Wilcoxon pada Tekanan Darah mengandung causative pathological substance (El
Diastolik Sayed, et al., 2013).

Bekam basah yang diberikan kepada peserta


Tabel 2. Hasil uji analisis Wilcoxon pada tekanan darah
pengabdian selain dapat mengontrol tekanan darah juga
diastolik
Tekanan Darah n dapat memberikan efek relaksasi. Rasa nyaman yang
Sistolik Pre-Post P Value dirasakan peserta saat dibekam dapat mempengaruhi
%
Test keluarnya hormon bahagia yaitu hormon endorfin.
Negatif Ranks Hormon ini disebut juga sebagai hormon kebahagiaan,
12 75
(Penurunan)
0,036 karena dapat memberikan efek relaksasi bagi seseorang.
Positif Ranks
4 25 Seseorang yang merasa bahagia akan memilki sistem
(Peningkatan)
Total 16 100 kekebalan tubuh yang baik, dibanding dengan orang
yang memiliki emosi yang buruk, karena dapat
memunculkan hormon yang tidak baik yaitu hormon
Tabel 2 menjelaskan hasil dari uji analisis kortisol yang terlalu banyak. Seperti penelitian yang
menggunakan uji Wilcoxon, yaitu terdapat perbedaan dilakukan oleh Subadi dan Laswati (2014) yang
antara sebelum dan setelah diberikan perlakuan bekam mengatakan bahwa bekam dapat meningkatkan
basah pada tekanan darah diastolik responden dengan P produksi β-endorfin sebagai morfin endogen yang dapat
value < 0,05. menurunkan nyeri.

Pengabdian ini sejalan dengan penelitian yang


dilakukan oleh Rohatani, et al., (2015) menyampaikan
bahwa terdapat perbedaan pada tekanan darah sistolik
dan tekanan darah diastolik setelah diberikan terapi

376
K. Latifin et al.

bekam. Bekam memberikan efek yang baik bagi Medicine And Prophetic Medicine. Alternative and
penderita tekanan darah tinggi. Bekam mampu Integrative Medicine, 2(5), pp. 1-16.
mengontrol tekanan darah selama masa pandemi covid- Irawan, H. & Ari, S., (2012). The Effect of Therapy
19. Dengan mengontrol tekanan darah dapat Bruise to the Decrease of Blood Pressure in
meningkatkan imunitas seseorang dengan hipertensi. Hypertensive Clients. Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(1).
Imunitas yang baik mampu mencegah penularan covid- Palmer, A. & William, (2001). Tekanan Darah Tinggi.
19 bagi penderita hipertensi. Karena kasus yang banyak Jakarta : Erlangga.
terinfeski penularan covid-19 yaitu 35% dari orang yang Rohatani, O., Maliya, A. & Ambarwati, R., (2015).
mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Efektivitas Pemberian Terapi Beka dan Terapi Pijat
Refleksi Terhadap Tekanan Darah pada Penderita
Di kalangan masyarakat awam hipertesni tidak Hipertensi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
menjadi perhatian utama untuk segera diobati.
Sormin, T., (2018). Pengaruh Terapi Bekam Terhadap
Hipertensi jarang sekali memunculkan tanda dan
Tekanan Darah Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmiah
gejalanya sejak awal meningkatnya tekanan darah. Keperawatan Sai Batik, 14(2), pp. 123-128.
Terkadang masyarakat awam jika terjadi keluhan sakit
Subadi, I. & Laswati, H., (2014). Ekspresi B-Endorfin
kepala akibat hipertensi, hanya mengkonsumsi obat
Pada Penurunan Nyeri Inflamasi Pasca Terapi
toko saja. Dan ketika hipertensi sudah menyerang organ Bekam Kering. Vokasindo, 2(2), pp. 79-85.
lain atau terjadi komplikasi pada organ yang
Sumselupdate, (2016). Sumse Update. [Online]
behubungan dengan jantung, seketika itu orang dengan
https://sumselupdate.com/penyakit-tidak-menular-
hipertensi melakukan pengobatan. Sehingga diperlukan di-sumsel-meningkat-20-persen/
edukasi yang tepat kepada masyarakat tentang
[Diakses 20 Desember 2019].
pentingnya menjaga agar tekanan darahnya selalu dalam
Susanah, S., Sutriningsih, A. & Warsono, (2017).
batas normal dan aman. Yaitu dengan selalu melakukan Pengaruh Terapi BEkam Terhadap Penurunan
terapi baik secara medis maupun secara komplementer
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di
agar tekanan darahnya tetap terkontrol.
Poliklinik Trio Husada Malang. Nursing News, 2(3).
Swari, R. C., (2019). Hello Sehat. [Online]
https://hellosehat.com/pusatkesehatan/hipertensi-
KESIMPULAN
tekanan-darah-tinggi/tes-darah-untuk-hipertensi/
[Diakses 20 Desember 2019].
Tekanan darah sistolik peserta mengalami
Triyanto, E., (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi
perubahan setelah diberikan bekam basah yaitu 13 orang
Penderita Hipertensi Secara Terpadu. Yogyakarta:
atau 81,25% lebih rendah dari sebelum dibekam. Juga Graha Ilmu.
tekanan darah diastolik peserta mengalami perubahan
yaitu 12 orang atau 75% lebih rendah dari sebelum
dibekam.
Hasil uji analisis yang dilakukan didapatkan aplikasi
Keperawatan komplementer “wet cupping” memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap tekanan darah pada
peserta yang memilki hipertensi. Bagi pengabdian
selanjutnya diperlukan pengukuran tekanan darah
secara bertahap dengan memberikan bekam basah lebih
dari satu kali.

DAFTAR PUSTAKA

Amanda, D. & Martini, S., (2018). Hubungan


Karakteristik dan Obesitas Sentral dengan Kejadian
Hipertensi. Jurnal Berkala Epidemiologi, 6(1), pp.
43-50.
El Sayed, S., Mahmoud, H. & Nabo, M., (2013).
Medical and Scientific bases of Wet Cupping
Therapy (Al-Hijamah): in Light of Modern

377
JOURNAL OF Public Health Concerns, Volume 1, No.3, Oktober 2021: 130-139

INFORMASI ARTIKEL
Received: September, 23, 2021
Revised: Oktober, 1, 2021
Available online: Oktober, 3, 2021
at : https://e-jurnal.iphorr.com/index.php/phc

Asuhan keperawatan komprehensif pada klien cedera kepala sedang dengan terapi
komplementer murottal

Andoko, Rika Yulendasari, Yessy Rachmawati*

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Malahayati


Korespondensi Penulis: Yessy Rachmawati*Email: Yessyrachmawati.gmail.com

Abstract

Background: Head injury is one of the main causes of death and mortality in the world. The Qur'an gives
peace to the systems and elements of the human body. Murottal Al-Qur'an is a recitation of the Qur'an which
is read by Qori' or Qori'ah according to flowing tartils and recitations packaged beautifully in audio media such
as cassettes, CDs or digital data.
Purpose: Headache with Murottal Complementary Therapy in the Igd Room of Abdul Moeloek Hospital in 2021
Method:Method Feel the ups and downs of reciting the verses of the Qur'an that are sounded. Listen murottal
to completion for approximately 22 minutes. Surah Ar-Rahman murottal music therapy has a duration of 11
minutes 19 seconds with a tempo of 79.8 beats per minute (bpm). The tempo of 79.8 bpm is a slow tempo.
After 20 minutes, open your eyes and inhale again through your nose and exhale through your mouth.
Results:After an assessment of the hypertensive client, it was found that the client with a chief complaint of
headache pain. 1000's of diagnoses that appear in real cases based on conditions and responses. The 2000
diagnoses that emerged were as follows: Moderate headache. Comprehensive Nursing Care Plan for
Moderate Head Injury Clients With Complementary Therapy. Implementation of Comprehensive Nursing Care
for Clients with Moderate Head Injury With Murottal Complementary Therapy carried out according to SOPs.
Evaluation of clients with pain problems in head injury patients is resolved with murottal therapy with effective
results. Documentation Performed by documenting all activities and their results, from the assessment to the
inside nurse records that exist in client status as evidence of responsibilities and responsibilities in the future.
Conclusion: Evaluation of clients with head injury pain problems resolved with murottal therapy with effective
results

Keywords : Minor Injury; Murottal

Pendahuluan: Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kematian di dunia. Al-
Qur'an memberikan kedamaian pada sistem dan elemen tubuh manusia. Murottal Al-Qur'an adalah bacaan Al-
Qur'an yang dibacakan oleh Qori' atau Qori'ah sesuai dengan tartil dan tilawah yang mengalir dikemas dengan
indah dalam media audio seperti kaset, CD atau data digital.
Tujuan: Sakit Kepala dengan Terapi Pelengkap Murottal di Ruang Igd RSud Abdul Moeloek Tahun 2021
Metode:Metode Rasakan naik turunnya pelafalan ayat-ayat Al-Qur'an yang dibunyikan. Dengarkan murottal
sampai selesai selama kurang lebih 22 menit. Terapi music murottal surah Ar-Rahman memiliki durasi 11 menit
19 detikdengan tempo 79,8 denyut per menit (bpm). Tempo 79,8 bpm adalah tempo lambat. Setelah 20 menit,
bukamata Anda dan tarik napas lagi melalui hidung dan hembuskan melalui mulut Anda
Hasil :Setelah dilakukan pengkajian pada Klien hipertensi didapatkan Pada Klien dengan keluhan utama nyeri
cidera kepala. Diagnosa 1000 yang muncul pada kasus nyata berdasarkan kondisi dan respons . Adapun
diagnosa 2000 yang muncul psebagai berikut: Nyeri kepala sedang. Rencana Asuhan Keperawatan
Komprehensif Pada Klien Cedera Kepala Sedang Dengan Terapi Komplementer. Pelaksanaan Asuhan

130
JOURNAL OF Public Health Concerns, Volume 1, No.3, Oktober 2021: 130-139

Asuhan keperawatan komprehensif pada klien cedera kepala sedang dengan


terapi komplementer murottal

Keperawatan Komprehensif Pada Klien Cedera Kepala Sedang Dengan Terapi Komplementer Murottal yang
dilakukan sesuai SOP.Evaluasi pada klien dengan masalah nyeri pasien cedera kepala teratasi dengan terapi
murottal dengan hasil efektif.Dokumentasi Dilakukan dengan mengdokumentasikan semua kegiatan dan
hasilnya, mulai dari pengkajian hingga ke dalam catatan perawat yang ada dalam status klie sebagai bukti
tanggung jawab dan tanggung jawab dikemudian hari.
Simpulan : Evaluasi klien dengan masalah nyeri cedera kepala teratasi dengan terapi murottal dengan hasil
yang efektif

Kata Kunci :Cidera Kepala Ringan; Murottal

PENDAHULUAN cedera 84.774 orang dan tidak cedera 942.984


Cedera kepala merupakan salah satu penyebab orang. Prevalensi cedera secara nasional adalah
kecacatan dan kematian di dunia. Berdasarkan data 8,2% dan prevalen siang kacedera kepala di
yang dihimpun oleh American Association of Sulawesi utara sebesar 8,3%. Prevalensi cedera
Neurological Surgeons pada tahun 1995, kurang tertinggi berdasarkan karakteristik responden yaitu
lebih ada 500.000 kasus cedera kepala yang terjadi pada kelompok umur 15-24 tahun (11,7%), dan pada
di Amerika Serikat setiap tahun. Dari jumlah laki laki (10,1%), Pada tahun 2013 terdapat
tersebut, kira-kira 10% diantaranya meninggal dunia peningkatan prevalensi cedera menjadi 8,2%,
sebelum tiba di rumah sakit (Tandean, Japardi, Loe, dengan urutan penyebab cedera terbanyak adalah
Riawan, & July, 2019)., 2014). Di Indonesia, ternyata jatuh 40,9%, kecelakaan sepeda motor (40,6%),
cedera kepala juga merupakan salah satu ancaman cedera karena benda tajam/tumpul 7,3%,
yang serius, ini dapat ditunjukkan dari data yang transportasi darat lainnya 7,1% dan kejatuhan 2,5%
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik ( Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
Indonesia (Depkes RI) tahun 2017 bahwa cedera Prevalensi cedera kepala di Provensi Kalimantan
kepala menduduki urutan kedua penyakit terbanyak Selatan yang terbesar terdapat di Kabupaten Kota
penderita rawat inap di Rumah Sakit di Indonesia Banjarmasin, Banjar, dan Hulu Sungai Selatan.
yang menyebabkan kematian dengan case fatality Prevalensi penyebab kejadian cedera kepala yang
rate (CFR) 4,37%. ( kementerian kesehatan republik tertinggi adalah jatuh (61,2%), akibat terkena benda
indonesia 2017) tajam/ tumpul (23,6%), dan kecelakaan transportasi
Menurut WHO (World Health Organization) di darat (17,9%) (Khalilati & Humaidi. (2019)..
handicap International, yang sudah mengunjungi Bir Trauma kepala merupakan kejadian yang sangat
Hospital, Tribhuvan University Teaching Hospital, sering dijumpai. Lebih dari 50% penderita trauma
Patan Hospital, dan Bhaktapur Hospital, satu dari adalah penderita trauma kepala, bila multi trauma
enam orang yang mengalami cedera diantaranya (cedera lebih dari satu bagian tubuh) maka 50%
adalah usia 6-8 tahun, dengan prevalensi yang penderita tersebut karena trauma kepala. Trauma
sama untuk usia diatas 60 tahun. 1 dari 60 yang kepala merupakan keadaan yang serius, oleh
mengalami cedera adalah orang yang berusia karena itu pemberi pertolongan pertama kali yang
dibawah 2 tahun. Sebagian besardari orang yang melihat penderita tersebut diharapkan mempunyai
mengalami cedera tersebut adalah berusia 19- 60 pengetahuan praktis untuk melakukan pertolongan
tahun. 6% dari cedera meliputi cedera tulang pertama penderita, sebelum melakukan rujukan
belakang, 11% cedera kepala, dan 13% dari kasus kepada rumah sakit yang mempunyai fasilitas bedah
tersebut adalah cedera sum – sum tulang belakang saraf. Tindakan pemberian oksigen yang adekuat
(Soendoro, 2015) dan mempertahankan tekanan darah yang cukup
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar untuk perfusiotak dan menghindarkan terjadi cidera
(RISKESDAS) tahun 2013, jumlah data yang otak sekunder merupakan pokok-pokok tindakan
dianalisis seluruhnya 1.027.758 orang untuk semua yang sangat penting untuk keberhasilan
umur. Adapun responden yang pernah mengalami kesembuhan penderita. Ahli bedah saraf harus
dilibatkan seawak mungkin, terutama bila penderita

Andoko, Rika Yulendasari, Yessy Rachmawati*

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Malahayati


Korespondensi Penulis: Yessy Rachmawati*Email: Yessyrachmawati.gmail.com

131
JOURNAL OF Public Health Concerns, Volume 1, No.3, Oktober 2021: 130-139

Asuhan keperawatan komprehensif pada klien cedera kepala sedang dengan


terapi komplementer murottal

mengalami koma atau dicurigai menderita lesi menakjubkan dan alat yang paling mudah dijangkau.
intrakranial (Wijaya (2014). Cedera kepala Suara dapat menurunkan hormon- hormon stres,
merupakan salah satu penyebab kematian dan mengaktifkan hormone endorphin alami,
kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan
sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas, perhatian dari rasa takut, cemas, dan tegang,
penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat memperbaiki system kimia tubuh sehingga
sangat menentukan penatalaksanaan dan prognosis menurunkan tekanan darah serta memperlambat
selanjutnya (Aprilia, 2017). pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas
Selain tatalaksana medis pada pasien cedera gelombang otak (Nisti, Andriyani & Hartutik (2018)
kepala keluhan utama yang biasa dikeluhkan adalah Terapi mendengarkan murottal Al-Qur’an
nyeri. Apabila pasien mengeluh nyeri maka hanya memiliki pengaruh terhadap penurunan rasa nyeri di
satu tindakan yang mereka inginkan yaitu karenakan kemampuan berupa adaptasi kognitif
mengurangi rasa nyeri tersebut, untuk mengurangi yang mampu mengontrol rasa nyeri hingga pada
rasa nyeri tersebut maka harus dilakukan batas yang dapat ditoleransi. Berdasarkan uraian di
manajemen nyeri yang benar-benar berpengaruh, atas, maka peneliti tertarik melakukan Asuhan
manajemen nyeri mempunyai beberapa tindakan Keperawatan Komprehensif Pada Klien Cedera
atau prosedur baik secara farmakologis maupun non Kepala DenganTerapi Komplementer Murottal Di
farmakologis. Adapun tindakan untuk mengatasi Ruang IGD RSUD Abdul Moeloek Tahun 2021
nyeri pada cedera kepala dapat dibedakan dalam
dua kelompok utama, yaitu tindakan pengobatan MASALAH
(farmakologi) dan tindakan non farmakologi Trauma kepala merupakan kejadian yang
(tanpapengobatan). Metode penatalaksanaan non sangat sering dijumpai. Lebih dari 50%
far-makologis tindakan distraksi dilakukan dengan penderita trauma adalah penderita trauma
mengalihkan perhatian pasien dari rasa nyeri. Teknik kepala, bila multi trauma (cedera lebih dari
distraksi yang dapat dilakukan antara lain: bernapas satu bagian tubuh) maka 50% penderita
dengan lambat dan berirama secara teratur, tersebut karena trauma kepala. Maka peneliti
menyanyi berirama dan menghitung ketukannya, tertarik melakukan Asuhan Keperawatan
mendengarkan musik, mendengarkan Komprehensif Pada Klien Cedera Kepala
murottal Al-Qur’an dan massage (pijatan). DenganTerapi Komplementer Murottal Di
Distraksi audio: murottal Al-Qur’an adalah Ruang IGD RSUD Abdul MoeloekTahun 2021.
distraksi audio dengan mendengarkan ayat-ayat suci
Al-Qur’an. Al-Qur’an memberikan manfaat dan obat
yang mujarab bagi seseorang yang mengalami
kegundahan hati, keputusasaan, dan kecemasan. Al
Qur’an memberikan ketenangan kepada sistem dan
unsure tubuh manusia.
Murottal Al-Qur’an merupakan bacaan Al-Qur’an
yang dibacakan oleh Qori’ atau Qori’ah sesuai
dengan tartil dan tajwid yang mengalun indah yang
dikemas dalam media audio sepertikaset, CD atau
data digital. Lantunan Al-Qur’an secara fisik
mengandung unsure suara manusia, suara manusia
merupakan instrument penyembuhan yang

Andoko, Rika Yulendasari, Yessy Rachmawati*

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Malahayati


Korespondensi Penulis: Yessy Rachmawati*Email: Yessyrachmawati.gmail.com

132
JOURNAL OF Public Health Concerns, Volume 1, No.3, Oktober 2021: 130-139

Asuhan keperawatan komprehensif pada klien cedera kepala sedang dengan


terapi komplementer murottal

METODE murottal yang sudah dinyalakan atau berbunyi


tersebut. Dengarkan murottal dengan surah Ar-
Rahman dengan durasi 11 menit 19 detik dengan
Tahap Persiapan
tempo 79,8 beats per minute (bpm). Tempo 79,8
Melakukan pengecekan program terapi pilih ruangan
yang tidak ada gangguan orang lain, yang nyaman, bpm merupakan tempo yang lambat. Setelah buka
mata anda lalu tarik nafas kembali lewat hidung dan
sejuk, sunyi dan tidak bising. Pilihlah posisi
buang lewat mulut
berbaring.
Tahap Pelaksanaan
Setelah relaksasi nafas selesai, kemudian Evaluasi
pasangkan headset yang sudah disambingkan Penerapan murottal ditemani oleh keluarganya.
dengan HP di kedua telinga. Jika tidak punya Setting tempat dilakukan di teknik terapi murottal dan
headset cukup putar murottal langsung dari HP. menyiapkan alat yang di butuhkan. Pelaksanaan
kegiatan selama 1 hari terhitung dari tanggal 12 Juni
Nyalakan murottal, sambil menutup mata juga boleh
tahun 2021.
agar anda bias lebih konsentrasi. Lalu
konsentrasikan pikiran anda hanya kelantunan lafadz

Andoko, Rika Yulendasari, Yessy Rachmawati*

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Malahayati


Korespondensi Penulis: Yessy Rachmawati*Email: Yessyrachmawati.gmail.com

133
JOURNAL OF Public Health Concerns, Volume 1, No.3, Oktober 2021: 130-139

Asuhan keperawatan komprehensif pada klien cedera kepala sedang dengan


terapi komplementer murottal

HASIL

Sebelum Setelah Setelah


intervensi intervensi intervensi
1 2
Skala 6 5 4
nyeri
Pasien tampak menahan sakit dan memegang kepalanya, skala nyeri 4, intervensi yang di lakukan di dapatkan hasil
bahwa terdapat penurunan dari pelaksanaan murottal, sebelum dilakukan intervensi skala nyeri 6, setelah dilakukan
intervensi 1 skala nyeri 3, setelah dilakukan intervensi 2 skla nyeri 4, maka ada penurunan 2 skala nyeri setelah
dilakukan intervensi.

Photo Dokumentasi Kegiatan

Andoko, Rika Yulendasari, Yessy Rachmawati*

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Malahayati


Korespondensi Penulis: Yessy Rachmawati*Email: Yessyrachmawati.gmail.com

134
JOURNAL OF Public Health Concerns, Volume 1, No.3, Oktober 2021: 130-139

Asuhan keperawatan komprehensif pada klien cedera kepala sedang dengan


terapi komplementer murottal

nyeri mulai berlangsung dan berapa lama nyeri


PEMBAHASAN berlangsung untuk mengukur saat serangan nyeri
dan durasi nyeri (Agustina 2020).
Nyeri kepala yang di alami pasien dengan nyeri
kepala sedang, dengan kondisi pasien dalam Selain tatalaksana medis pada pasien cedera
keadaan sadar, dimana pasien adalah post kepala keluhan utama yang biasa dikeluhkan
kecelakaan lalulintas. Kondisi nyeri yang di alami adalah nyeri. Apabila pasien mengeluh nyeri maka
dapat di berikan pertolongan farmakologi dan hanya satu tindakan yang mereka inginkan yaitu
nonfarmakologi seperti pemberian murottal. mengurangi rasa nyeri tersebut, untuk mengurangi
Pemberian murattal yang di lakukan selama 22 rasa nyeri tersebut maka harus dilakukan
menit di dapatkan hasil yang baik, pasien terlihat manajemen nyeri yang benar- benar berpengaruh,
sangat komunikasit dan merespon baik intervensi manajemen nyeri mempunyai beberapa tindakan
yang di berikan oleh perawat. Setelah di lakukan atau prosedur baik secara farmakologis maupun
murottal di dapatkan hasil lebih baik pada non farmakologis. Adapun tindakan untuk
penurunan nyeri hal ini di karenakan rangsangan mengatasi nyeri pada cedera kepala dapat
murattal yang memberikan rasa nyaman pada dibedakan dalam dua kelompok utama, yaitu
kondisi persepsi nyeri maka seseorang akan tindakan pengobatan (farmakologi) dan tindakan
merasakan nyeri berkurang. Pemberian terapi non farmakologi (tanpa pengobatan). Metode
murottal ini di harapkan dapat di jadikan salah satu penatalaksanaan non far-makologis tindakan
uapaya dalam membantu pasien menurunkan distraksi dilakukan dengan mengalihkan perhatian
persepsi nyeri dan menurunkan kecemasan pada pasien dari rasa nyeri. Teknik distraksi yang dapat
pasien cedera kepala gejala ringan. dilakukan antara lain: bernapas dengan lambat dan
berirama secara teratur, menyanyi berirama dan
Cedera kepala merupakan salah satu menghitung ketukannya, mendengarkan musik,
penyebab kematian dan kecacatan utama pada mendengarkan murottal Al-Qur’an dan massage
kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi
(pijatan).\
akibat kecelakaan lalu lintas, penilaian dan
tindakan awal di ruang gawat darurat sangat Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Suwanti,
menentukan penatalaksanaan dan prognosis Wahyuningsih & Liliana 2018) yang menyatakan
selanjutnya (Aprilia 2017). bahwa nyeri merupakan pengalaman yang bersifat
subjektif atau tidak dapat dirasakan oleh orang
Cedera kepala sedang (moderate head injury) lain. Nyeri dapat disebabkan oleh berbagai
Pada cedera kepala ini nilai GCS antara 9-12. Atau stimulus seperti mekanik, termal, kimia, atau
GCS lebihdari 12 akan tetapi ada lesi operatif elektrik pada ujung- ujung saraf. Perawat dapat
intracranial atau abnormal CT Scan, hilang
mengetahui adanya nyeri dari keluhan pasien dan
kesadaran antara 30 menits.d 24 jam, dapat
tanda umum atau respon fisiologis tubuh pasien
disertai fraktur tengkorakl, dan amnesia post terhadap nyeri. Sewaktu nyeri biasanya pasien
trauma 1 jam sampai 24 jam. akan tampak meringis, kesakitan, nadi meningkat,
Pola nyeri meliputi waktu terjadinya nyeri, berkeringat, napas lebih cepat, pucat, berteriak,
durasi, dan interval tanpanyeri. Oleh karena itu, menangis, dan tekanan darah meningkat. Nyeri
petugas kesehatan dapat menentukan kapan nyeri juga diartikan sebagai suatu kondisi yang membuat
mulai, berapa lama nyeri berlangsung, apakah seseorang menderita secara fisik dan mental atau
nyeri ini berulang, dan jika iya, lamanya interval perasaan yang dapat menimbulkan ketegangan
tanpa nyeri, dan kapan nyeri terakhir terjadi. Pola (Hidayat, 2010). Selain itu menurut Potter & perry
nyeri diukur dengan menggunakan kata-kata (2010) teknik koping mempengaruhi kemampuan
(verbal). Ibu diminta untuk menggambarkan nyeri dalam mengatasi nyeri. Hal ini sering terjadi
sebagai variasi pola konstan, intermittent atau Karena klien merasa kehilangan control terhadap
transient. Ibu juga ditanyakan waktu dan kapan lingkungan atau terhadap hasil akhir dari suatu

Andoko, Rika Yulendasari, Yessy Rachmawati*

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Malahayati


Korespondensi Penulis: Yessy Rachmawati*Email: Yessyrachmawati.gmail.com

135
JOURNAL OF Public Health Concerns, Volume 1, No.3, Oktober 2021: 130-139

Asuhan keperawatan komprehensif pada klien cedera kepala sedang dengan


terapi komplementer murottal

peristiwa yang terjadi. Dengan demikian, gaya dan tegang, memperbaiki system kimia tubuh
koping mempengaruhi kemampuan individu sehingga menurunkan tekanan darah serta
tersebut untuk mengatasi nyeri. Seseorang yang memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut
belum pernah mendapatkan teknik koping yang nadi, dan aktivitas gelombang otak (Nisti,
baik tentu respon nyerinya buruk Respon tubuh Andriyani, & Hartutik 2018)
terhadap nyeri akan membangkitkan reaksi fight or
flight dengan merangsang system saraf simpatis, Salah satu teknik distraksi yang efektif adalah
sedangkan pada kategori nyeri berat, tidak dapat terapi murottal (mendengarkan bacaan ayat-ayat
ditahan dan nyeri pada organ tubuh bagian dalam, suci Al-Qur’an), yang dapat menurunkan nyeri
akan merangsang saraf parasimpatis. Respon fisik fisiologis, stres, dan kecemasan dengan
mencakup takikardi, takipnea, meningkatnya aliran mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri.
darah perifer, meningkatnya tekanan darah dan Sehingga setelah dilakukan pengalihan perhatian
keluarnya katekolamin (Budi, 2012). melalui metode mendengarkan suara alunan ayat
suci Al-Qur’an dapat memberikan rasa nyaman
Salah satu metode yang sering digunakan sehingga responden tidak berfokus terhadap rasa
untuk mengurangi atau mengatasi nyeri adalah nyeri
distraksi. Distraksi merupakan pengalihan dari
focus perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang Organ tubuh yang dapat membantu dalam
lain. Teknik distraksi bekerja member pengaruh proses distraksi atau pengalihan perhatian melalui
paling baik untuk jangka waktu yang singkat, serta pendengaran ialah telinga. Telinga adalah salah
untuk mengatasi nyeri intensif yang hanya satu perangkat tubuh yang paling kompleks. Para
berlangsung beberapa menit. Salah satu teknik peneliti menegaskan bahwa indra pendengaran ini
distraksi yang efektif adalah terapi murottal sangat penting bagi keseimbangan seluruh tubuh.
(mendengarkan bacaan ayat-ayat suci Al- Qur’an),
yang dapat menurunkan nyeri fisiologis, stres, dan Ketika indra ini mengalami gangguan maka
sebagian besar perangkat tubuh terpengaruh dan
kecemasan dengan mengalihkan perhatian
seseorang dari nyeri (Suwanto, Basri, & mengalami ketidakseimbangan juga. Karena itu
Umalekhoa 2016). Distraksi audio: murottal Al- cara paling baik menjaga perangkat tubuh adalah
Qur’an adalah distraksi audio dengan dengan menggunakan pengaruh suara. Suara itu
mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Al- Qur’an akan direspon oleh sel-sel tubuh, lalu memperbaiki
memberikan manfaat dan obat yang mujarab bagi kerjanya dan mengembalikan keseimbangan
(Lestari, 2015). Jika kita menganalisis suara Al-
seseorang yang mengalami kegundahan hati,
keputusasaan, dan kecemasan. AlQur’an Qur’an maka dia menunjukan getaran suara atau
memberikan ketenangan kepada sistem dan gelombang yang sampai kepada kita gelombang-
unsure tubuh manusia gelombang suara ini bergerak ketelinga, lalu
masuk kedalam otak (tentu setelah terlebih dahulu
Murottal Al-Qur’an merupakan bacaan Al- mengalami perubahan dalam gendang telinga
Qur’an yang dibacakan oleh Qori’ atau Qori’ah menjadi getaran-getaran atau isyarat-isyarat
sesuai dengan tartil dan tajwid yang mengalun elektronik). Lalu, gelombang suara ini
indah yang dikemas dalam media audio seperti mempengaruhi daerah-daerah tertentu dalam
kaset, CD atau data digital. Lantunan Al-Qur’an otak, dimana mereka kemudian memberikan
secara fisik mengandung unsure suara manusia, perintah kepada tubuh untuk merespon suara
suara manusia merupakan instrument tersebut (Lestari, 2015).
penyembuhan yang menakjubkan dan alat yang
paling mudah dijangkau. Suara dapat menurunkan Pengaruh terapi mendengarkan ayat-ayat
AlQur’an berupa, adanya perubahan perubahan
hormon- hormon stres, mengaktifkan hormone
endorphin alami, meningkatkan perasaan rileks, arus listrik di otot, perubahan sirkulasi darah,
dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas, perubahan detak jantung dan kadar darah pada
kulit. Perubahan tersebut menunjukan adanya

Andoko, Rika Yulendasari, Yessy Rachmawati*

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Malahayati


Korespondensi Penulis: Yessy Rachmawati*Email: Yessyrachmawati.gmail.com

136
JOURNAL OF Public Health Concerns, Volume 1, No.3, Oktober 2021: 130-139

Asuhan keperawatan komprehensif pada klien cedera kepala sedang dengan


terapi komplementer murottal

relaksasi atau penurunan keteganganurat saraf Bagi Lahan Praktik


reflektif yang mengakibatkan terjadinya Sebaiknya kerjasama antar perawat dan
pelonggaran pembuluh nadi dan penambahan klien lebih ditingkatkan dan meningkatkan
kadar darah dalam kulit, diiringi dengan penurunan kinerja petugas kesehatan dalam
frekuensi detak jantung. Terapi murotal bekerja memberikan pelayanan kesehatan kepada
pada otak, dimana ketika didorong oleh penerima manfaat yang membutuhkan
rangsangan dari luar (terapi AlQur’an), maka otak informasi masalah kesehatan yang dialami,
maka memproduksi zat kimia yang disebut serta dalam pemberian pelayanan kepada
neuropeptide. Molekul ini akan menangkutkan klien disiapkan fasilitas- fasilitas.
kedalam reseptor–reseptor mereka yang ada di Bagi penulis selanjutnya
dalam tubuh dan akan memberikan umpan balik Penulis supaya terus mengembangkan
berupa kenikmatan atau kenyamanan (Zahrofi, pengetahuan yang telah didapat tentang
Maliya, & Listyorini 2014). terapi pengurangan nyeri serta
menginformasikan kepada orang lain
Terapi mendengarkan murottal Al-Qur’an sehingga tindakan penurunan cemas dapat
memiliki pengaruh terhadap penurunan rasa nyeri dilakukan secara mandiri. Penulis
di karenakan kemampuan berupa adaptasi kognitif selanjutnya dapat melakukan asuhan
yang mampu mengontrol rasa nyeri hingga pada komprehensif dengan terapi yang
batas yang dapat ditoleransi. Al- Qur’an lebihbaikdalammembantumenurunkannyeri
memberikan pengaruh positif bagi psikologis yang post op serta memberikan pendidikan
mana kesadaran seseorang terhadap Tuhan akan kesehatan pada klien agar dapat membantu
meningkat, kepasrahan dengan ketentuan Allah memberikan hasil yang lebih baik .
baik orang tersebut tahu arti Al quran ataupun Bagi iInstitusi
tidak. Institusi akademik diharapkan agar terus
mengembangkan dan menambahkan
SIMPULAN
referensi buku untuk para mahasiswanya
Setelah dilakukan pengkajian pada Klien tentang penurunan nyeri pada pasien untuk
hipertensi didapatkan Pada Klien dengan keluhan mempermudah bagi penulis atau peneliti
utama nyeri cidera kepala. Diagnosa keperawatan selanjutnya untuk mendapat sumber-sumber
yang muncul pada kasus nyata berdasarkan referensi buku dan mengembangkan ilmu
kondisi dan respon. Adapun diagnose keperawatan pengetahuan.
yang muncul Nyeri kepala sedang. Rencana
Asuhan Keperawatan Komprehensif Pada Klien DAFTAR PUSTAKA
Cedera Kepala Sedang Dengan Terapi
Komplementer Komprehensif Pada Klien Cedera Agustina, Y. (2020). Penerapan Deep
Kepala Sedang Dengan Terapi Komplementer Back Massage Untuk Mengurangi
Murottal di lakukan sesuai SOP. Evaluasi pada Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif
klien dengan masalah nyeri pasien cedera kepala Pada Primigravida Terhadap Ny.
teratasi dengan terapi murottal dengan hasil efektif. S Di Pmb Susiati,A. Md. Keb
Dokumentasi keperawatan dilakukan dengan Lampung Selatan Tahun 2020
mengdokumentasikan semua kegiatan dan (Doctoral dissertation, Poltekkes
hasilnya, mulai dari pengkajian sampai dengan Tanjungkarang).
kedalam catatan perawat yang ada dalam status
klien sebagai bukti tanggungjawab dan tanggung Aprilia, H. (2017). Gambaran status
gugat dikemudian hari. fisiologis pasien cedera kepala di
IGD RSUD Ulin Banjarmasin
SARAN tahun 2016. Dinamika Kesehatan:
Jurnal Kebidanan Dan

Andoko, Rika Yulendasari, Yessy Rachmawati*

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Malahayati


Korespondensi Penulis: Yessy Rachmawati*Email: Yessyrachmawati.gmail.com

137
JOURNAL OF Public Health Concerns, Volume 1, No.3, Oktober 2021: 130-139

Asuhan keperawatan komprehensif pada klien cedera kepala sedang dengan


terapi komplementer murottal

Keperawatan, 8(1), 237-249. Potter, P. A. (2010). Buku Ajar Fundamental


Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik,
Budi, M. (2012). Pengaruh vol. 2. EGC.
penggunaan permainan elektronik
terhadap nyeri saat prosedur Pratiwi, L., Hasneli, Y., & Ernawaty, J. (2016).
perawatan luka pada pasien Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Dan
bedah ORIF di RSUD Murottal Al-qur'an Terhadap Tekanan
Purbalingga. Universitas Darah Pada Penderita Hipertensi Primer
Indonesia Library. (Doctoral dissertation, Riau University).

Glennie, M., Gardner, K., Dowden, M., & Currie, J.


(2021). Active case detection methods for Raharjo, S. B. (2016). Terapi Murottal
crusted scabies and leprosy: A systematic Surat Ar- Rahman Terhadap
review. PLOS Neglected Tropical Diseases, Perubahan Tekanan Darah Pasien
15(7), e0009577. Hipertensi Di Rsudza Banda Aceh.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas
Hidayat, A. (2010). Metode Penelitian Keperawatan, 1(1).
Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.
Saputra, L., &Wahyuni, T. (2016). Murottal
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Al- Qur’an
(2013).Riset Kesehatan Dasar 2013.Jakarta: TerhadapPeningkatanGlassgow Coma
KementerianKesehatan RI.Diakses Scale (GCS) Di Ruang HCU RSUD AW
dari:http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoma SjahranieSamarindaTahun 2016.
n/ Data%20Riskesdas%202013.pdf
Smeltzer, S.C. dan Bare B.G. (2002). Buku
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Ajar KeperawatanMedikalBedah, Volume
(2017). Data dan informasi profil kesehatan 2, Ed.
Indonesia 2016. Jakarta: Pusat Data dan 8. Jakarta: EGC.
Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Suwanti, S., Wahyuningsih, M., & Liliana,
Khalilati, N., & Humaidi, M. (2019). Pengaruh A. (2018). Pengaruh aromaterapi
Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap lemon (Cytrus) terhadap penurunan
Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Cedera nyeri menstruasi pada mahasiswi di
Kepala Di Ruang Bedah Umum Rsud Ulin universitas respati yogyakarta. Jurnal
Banjarmasin. Al Ulum Jurnal Sains Dan Keperawatan Respati Yogyakarta,
Teknologi, 5(1), 30-36. 5(1), 345-349.

Lestari, D. (2015). Pengaruh terapi murottal Suwanto, S., Basri, A. H., & Umalekhoa,
terhadap tingkat kecemasan pasien dengan M. (2016). Efektivitas Klasik Musik
penyakit jantung koroner di ruang iccu rsud Terapi Dan Murrotal Terapi Untuk
dr. Soedarso pontianak. Jurnal Menurunkan Tingkat Pasien
ProNers, 3(1). Kecemasan Pre Operasi Operation
(Effectiveness Of Classical Music
Nisti, N., Andriyani, A., & Hartutik, S. (2018). Therapy And Murrotal Therapy To
Penerapan Distraksi Audio Murrotal Alqur’an Decrease The Level Of Anxiety
Surat Ar-Rahman Terhadap Penurunan Nyeri Patients Pre Surgery Operation).
Pasien Post Sectio Caesarea. Journals Of Ners Community, 7(2),
173-187.

Andoko, Rika Yulendasari, Yessy Rachmawati*

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Malahayati


Korespondensi Penulis: Yessy Rachmawati*Email: Yessyrachmawati.gmail.com

138
JOURNAL OF Public Health Concerns, Volume 1, No.3, Oktober 2021: 130-139

Asuhan keperawatan komprehensif pada klien cedera kepala sedang dengan


terapi komplementer murottal

Tandean, S., Japardi, I., Loe, M. L., Riawan, Zahrofi, D. N., Maliya, A., & Listyorini, D.
W., & July, J. (2019). Protective effects (2014). Pengaruh pemberian terapi
of propolis extract in a rat model of murottal Al Quran terhadap tingkat
traumatic brain injury via hsp70 kecemasan pada pasien hemodialisa
induction. Open access Macedonian di RS PKU Muhammadiyah Surakarta
journal of medical sciences, 7(17), 2763. (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Wijaya, J. A. (2014). Gambaran Karakteristik
Pasien Cedera Kepala Di Instalasi
Gawat Darurat (Igd) Rsud Panembahan
Senopati Bantul (Doctoral dissertation,
STIKES Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta).

Andoko, Rika Yulendasari, Yessy Rachmawati*

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Malahayati


Korespondensi Penulis: Yessy Rachmawati*Email: Yessyrachmawati.gmail.com

139
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada Volume 12 No 2, Hal 142-148, Juli 2021
Universitas Kusuma Husada Surakarta ISSN : 2087 – 5002 | E-ISSN : 2549 – 371X

MASSAGE ABDOMINAL SEBAGAI TERAPI KOMPLEMENTER


UNTUK MENJAGA KETERATURAN POLA ELIMINASI DEFEKASI
PADA PASIEN DI RUANG ICU

Noferiana Widiyawati ¹), Fransisca anjar Rina Setyani2), Emmelia Ratnawati3)

1-3
STIKes Panti Rapih Yogyakarta

ABSTRAK
Konstipasi adalah satu masalah yang sering terjadi pada pasien kritis yang dirawat di
Ruang ICU. Hasil penelitian menunjukkan bahwa massage abdominal digunakan
sebagai terapi komplementer untuk mencegah konstipasi dan mempermudah serta
memperlancar pengeluaran feses. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh massage abdominal terhadap pola defekasi pasien yang dirawat di Ruang ICU
RS Panti Rapih Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi
eksperimental post test only non equivalent control group. Teknik sampling
menggunakan purposive sampling, yaitu sampel harus memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi yang telah ditentukan oleh peneliti. Jumlah sampel yaitu 36 pasien yaitu pada
kelompok intervensi (n=18) dan kelompok kontrol (n=18). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rata-rata skor pola defekasi pada kelompok intervensi (1,33), lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok kontrol (0,67). Hasil uji statistik menggunakan uji non
parametrik Mann-Whitney didapatkan hasil p-value 0,025 (p<0,05), sehingga dapat
disimpulkan ada pengaruh massage abdominal terhadap pola defekasi pada pasien yang
dirawat di Ruang ICU RS Panti Rapih Yogyakarta. Terapi komplementer dengan teknik
massage abdominal dapat menjadi salah satu metode untuk mengatasi masalah
konstipasi pada pasien yang dirawat di ICU.
Kata kunci : ICU, konstipasi, massage abdominal

ABSTRAK
Constipation is a problem that often occurs in critically ill patients admitted to the ICU.
The results showed that abdominal massage was used as a complementary therapy to
prevent constipation and facilitate and expedite expenditure. The purpose of this study
was to determine the effect of abdominal massage on the pattern of defecation of patients
treated in the ICU room at Panti Rapih Hospital, Yogyakarta. This study uses a post-test
only non-equivalent control group quasi-experimental research design. The sampling
technique used purposive sampling, namely the sample must meet the inclusion and
exclusion criteria that have been determined by the researcher. The number of samples
was 36 patients, namely in the intervention group (n=18) and the control group (n=18).
The results showed that the average score of the pattern of defecation in the intervention
group (1.33) was higher than the control group (0.67). The results of statistical tests
using the non-parametric Mann-Whitney test showed a p-value of 0.025 (p<0.05), so it
can be ascertained that there is an effect of abdominal massage on the pattern of
defecation in patients treated in the ICU room at Panti Rapih Hospital, Yogyakarta.
Complementary therapy with abdominal massage techniques can be a method to
overcome the problem of constipation in patients treated in the ICU.
Keywords : ICU, constipation, massage abdominal

142
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada Volume 12 No 2, Hal 142-148, Juli 2021
Universitas Kusuma Husada Surakarta ISSN : 2087 – 5002 | E-ISSN : 2549 – 371X

1. PENDAHULUAN gastrointestinal sehingga terjadi


penurunan motilitas gastrointestinal.
Konstipasi adalah salah satu masalah Menurut Azevedo dan Machado
yang sering dialami pasien kritis yang (2013), konstipasi menyebabkan distensi
sedang diruang ICU, hal ini sesuai abdomen, ketidaknyamanan, dan gelisah
dengan penelitian Estri, dkk (2016). sehingga menghambat diafragma serta
Menurut Estri, dkk (2016) kejadian menurunkan complience paru dan
konstipasi di ICU RS Panti Rapih terjadi meningkatkan kerja pernafasan sehingga
setelah 3-4 hari perawatan dan setelah memperlama proses weaning ventilasi
pemasangan alat bantu pernafasan mekanik. Konstipasi harus dicegah
ventilasi mekanik dan banyak terjadi pada dengan melihat banyaknya efek yang
usia lebih dari 40 tahun. Konstipasi ditimbulkan dari konstipasi terutama bagi
adalah defekasi jarang atau defekasi dua pasien yang dirawat di Ruang intensif.
kali per minggu dan kesulitan Ada banyak cara yang dapat dilakukan
mengeluarkan feses (Lemone, et.al., untuk penatalaksanaan pencegahan atau
2016; Priscilla, dkk; Smeltzer, 2013). penanganan masalah konstipasi, baik
Berdasarkan hasil penelitian McClurg yang bersifat farmakologi ataupun non
(2017, dalam Hasmi, 2020), yaitu farmakologi. Salah satu tindakan non
pengaruh terjadinya konstipasi adalah diet farmakologi yang dapat dilakukan untuk
rendah serat, efek samping pengobatan, pencegahan konstipasi adalah massage
kelainan neurologis, kurang aktivitas, abdominal. Hasil penelitian menunjukkan
pemberian obat-obatan analgetika, bahwa massage abdominal dapat
narkotika, sedatif, antasida, dan anti digunakan sebagai terapi komplementer
depresan. Hal ini sesuai dengan penelitian untuk pencegahan konstipasi.
Sharma, Kaur, dan Garg (2007, dalam Menurut Sinclair (2010), massage
Estri, dkk., 2016) yang mengatakan abdominal dapat mencegah terjadinya
bahwa sebanyak 45,8% pasien ICU konstipasi dengan cara menstimulasi
mengalami konstipasi karena pemberian sistem saraf parasimpatis sehingga
terapi opioid dan 64,1% pasien ICU yang menurunkan tegangan otot abdomen
mengalami konstipasi karena tirah baring sehingga meningkatkan motilitas sistem
total. gastrointestinal, meningkatkan sekresi
Menurut penelitian Vincent dan gastrointestinal dan merelaksasi sfingter
Preiser (2015), konstipasi terjadi pada sehingga melalui mekanisme kerja
pasien di ICU yang terpasang alat tersebut akan mempermudah dan
ventilasi mekanik. Peralatan standar di memperlancar pengeluaran feses.
ICU meliputi ventilasi mekanik untuk Menurut penelitian Ikaristi, Setyani
usaha bernafas melalui endotrakeal tube dan Estri (2014), massage abdominal
(ETT). Ventilator merupakan alat bantu merupakan salah satu terapi
pernafasan yang digunakan untuk pasien komplementer yang dapat dilakukan
yang mengalami gagal nafas atau tidak untuk mencegah terjadinya konstipasi
mampu bernafas secara mandiri (Musliha, tanpa menimbulkan efek samping. Dalam
2010 dalam Sari, Fauzan, Budiharto, penelitian Estri, dkk (2016) mengatakan
2015). bahwa massage abdominal dengan tehnik
Penggunaan ventilator dengan positive efflurage selama 7 menit tebukti efektif
end expiratory pressure (PEEP), efek dalam mengatasi konstipasi yang disertai
samping pemberian sedasi, analgetika dan distensi abdomen. Menurut Lamas et al
vasopressor akan mengakibatkan (2011), massage abdominal dengan
peningkatan tekanan intrathoraks tehnik efflurage merupakan terapi
sehingga mengakibatkan penurunan komplementer yang lebih efektif dan
venus return dan penurunan curah menimbulkan sensasi relaksasi dan
jantung sehingga tubuh melakukan meningkatkan kenyamanan bagi pasien.
mekanisme kompensasi dengan Menurut Kahraman dan Ozdemir (2015),
menurunkan aliran darah ke sistem mengatakan bahwa massage abdominal
yang diberikan kepada pasien yang

143
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada Volume 12 No 2, Hal 142-148, Juli 2021
Universitas Kusuma Husada Surakarta ISSN : 2087 – 5002 | E-ISSN : 2549 – 371X

terintubasi di ICU dapat secara efektif RS Panti Rapih Yogyakarta pada 29


dapat mengurangi volume sisa lambung Desember 2020 - 5 Februari 2021. Teknik
dan distensi perut. sampling yang digunakan adalah
Hasil observasi pada 10 pasien yang purposive sampling, dengan kriteria
dirawat di Ruang ICU RS Panti Rapih inklusi yaitu pasien yang menyetujui
Yogyakarta sejak tanggal 16 Oktober - 22 dilakukan tindakan intervensi massage
Oktober 2020, ada 6 pasien mengalami abdominal, pasien dengan hemodinamik
konstipasi setelah menjalani perawatan di stabil (MAP > 65, < 120, Nadi (60-110
ICU selama dirawat 3-5 hari perawatan. x/menit), RR (14-20X/menit). Sedangkan
Tujuan dari penelitian ini adalah kriteria eksklusi adalah pasien yang
mengidentifikasi pengaruh abdominal mendapat terapi laksativ, pasien dengan
massage dalam upaya pencegahan tumor abdomen, pasien dengan kasus
konstipasi pada pasien yang dirawat di ileus, pasien dengan trauma abdomen,
Ruang ICU. pasien dengan perdarahan lambung
maupun abdomen, pasien dengan sakit
jatung post tindakan kateterisasi jantung
2. METODE PENELITIAN atau tindakan PCI, pasien dengan
Penelitian ini menggunakan metode kerusakan integritas kulit diperut, pasien
penelitian quasi eksperimental post test dengan kehamilan.
only non equivalent control group, yaitu Sampel yang dalam penelitian ini
membandingkan perbedaan pola eliminasi adalah 36 responden yang dibagi yaitu
defekasi pasien pada kelompok intervensi kelompok intervensi (n=18) dan
(terapi standar dan massage abdominal) kelompok kontrol (n=18). Peneliti
dengan kelompok kontrol (terapi standar) melakukan observasi eliminasi defekasi
untuk pencegahan konstipasi pada pasien pada kelompok kontrol dan kelompok
yang di rawat di ICU RS Panti Rapih intervensi setiap hari selama tiga hari.
Yogyakarta. Instrumen penelitian telah dilakukan uji
Massage abdominal adalah pemijatan validitas dan mendapat rekomendasi dari
yang dilakukan pada area perut dengan dokter konsultan intensif care Rumah
teknik efflurage. Pemijatan dilakukan Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Instrumen
pada area colon asenden, colon penelitian berisi untuk mengetahui
transversum dan colon desenden serta konsistensi feces yang dikeluarkan setiap
area intestinal secara sirkuler selama 15 kali defekasi meliputi lembar observasi
menit dengan frekuensi 1 kali sehari dan lembar wawancara pola eliminasi
selama 3 hari berturut-turut. defekasi pasien serta bristol chart.
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua pasien yang dirawat di Ruang ICU
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Pola Eliminasi Defekasi Kelompok Kontrol dan Intervensi
Sebelum Menjalani Rawat Inap di Ruang ICU RS Panti Rapih Yogyakarta
(n=36)
Pola defekasi Kelompok kontrol Kelompok intervensi
n % n %
Konstipasi 13 36,1 18 50
Tidak konstipasi 5 13,9 0 0
Total 18 50,0 18 50
Sumber: Data Primer, 2021
Dari tabel 1 menunjukkan bahwa responden mengalami konstipasi sebesar
seluruh responden mengalami konstipasi, 36, 1% (13 responden). Berdasarkan data
yaitu sebesar 50 % (18 responden) diatas mayoritas pasien sebelum masuk
sebelum masuk Ruang Intensive Care ruang ICU mengalami konstipasi. Faktor
Unit (ICU) pada kelompok intervensi dan yang mempengaruhi terjadinya konstipasi
pada kelompok kontrol lebih dari separuh pada pasien yang jatuh pada kondisi kritis

144
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada Volume 12 No 2, Hal 142-148, Juli 2021
Universitas Kusuma Husada Surakarta ISSN : 2087 – 5002 | E-ISSN : 2549 – 371X

sebelum masuk ICU meliputi usia yang sehingga melemahkan aktivitas fisik yang
tua, kompleksitas penyakit, kondisi dapat menurunkan tonusitas otot, yang
hemodinamik pasien yang tidak stabil, diperlukan untuk mengeluarkan feses dari
mobilisasi pasif yang lama dan lain dalam rectum, hal ini dapat menurunkan
sebagainya. Menurut Ikaristi, dkk. (2014), fungsi otot abdominal yang menyebabkan
pasien yang dirawat di ruang ICU konstipasi.
mengalami pembatasan aktivitas (bedrest)
karena penurunan kondisi kesehatan,

Tabel 2. Skor Pola Eliminasi Defekasi


di Ruang ICU RS Panti Rapih Yogyakarta
(n=36)
Kelompok Skor pola defekasi
Mean n SD Mean Diff
Kontrol 0,67 18 0,907 0,66
Intervensi 1,33 18 0,767
Sumber: Data Primer, 2021
Dari tabel 2 didapatkan hasil rata- dan intervensi adalah 0,66. Hasil
rata skor pola defekasi pada kelompok penelitian ini sama dengan hasil
intervensi lebih tinggi yaitu sebesar penelitian yang dilakukan oleh Ikaristi,
1,33 sedangkan kelompok kontrol dkk. (2014) dan Setyani & Theresia
adalah 0,67, artinya kelompok kontrol (2020), yang menyatakan bahwa
lebih berisiko mengalami konstipasi terdapat perbedaan skor konstipasi pada
dibandingkan dengan kelompok kelompok kontrol dan intervensi setelah
intervensi. Hasil analisis data perbedaan dilakukan massage abdominal.
skor pola defekasi kelompok kontrol

Tabel 3. Pola Eliminasi Defekasi Kelompok Kontrol dan Intervensi


Setelah Pemberian Intervensi Massage Abdominal
di Ruang ICU RS Panti Rapih Yogyakarta
(n=36)
Pola Defekasi Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi
n % n %
Konstipasi 11 30,6 3 8,3
Berisiko mengalami konstipasi 2 5,6 6 16,7
Tidak Konstipasi 5 13,9 9 25
Total 18 50 18 50
Sumber: Data primer, 2021
Dari tabel 3 menunjukkan bahwa kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kelompok kontrol sebanyak 30,6 % pemberiaan diit untuk menangani
mengalami konstipasi, hal ini konstipasi. Sedangkan pada kelompok
disebabkan oleh faktor mobilisasi intervensi (tindakan standar dan
pasien pasif dan adanya penggunaan abdominal massage), hasilnya
sedative. Adapun tindakan keperawatan menunjukkan bahwa mayoritas tidak
yang dilakukan untuk penanganan mengalami konstipasi yaitu sebanyak
konstipasi antara lain merubah posisi 25%.
pasien 2 jam sekali, perawat melakukan

Tabel 4. Uji Normalitas Skor Pola Eliminasi Defekasi


Responden Kelompok Kontrol dan Intervensi
di Ruang ICU RS Panti Rapih Yogyakarta
(n=36)

145
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada Volume 12 No 2, Hal 142-148, Juli 2021
Universitas Kusuma Husada Surakarta ISSN : 2087 – 5002 | E-ISSN : 2549 – 371X

Pola Kategori tindakan Shapiro-Wilk


defekasi Statistic Df Sig.
Kontrol 0,671 18 0,000
Intervensi 0,767 18 0,001
Uji normalitas data skor pola eliminasi data tersebut berdistribusi tidak normal,
defekasi kelompok kontrol dan kelompok sehingga untuk mengetahui pengaruh
intervensi menggunakan Shapiro-Wilk, massage abdominal terhadap pola
karena sampel 36 responden. Hasil uji eliminasi defekasi menggunakan uji
normalitas data didapatkan p-value= analisisMann-Whitney.
0,000 dan 0,001 (p< 0,05), artinya bahwa

Tabel 5. Pengaruh Massage Abdominal Terhadap Pola Defekasi


di Ruang ICU Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Skor pola eliminasi defekasi
Mann-Whitney U 96.000
Z - 2.236
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,025

Berdasarkan tabel 5 menujukkan teknik effleurage dapat menjadi pilihan


bahwa hasil uji statistik menggunakan intervensi untuk pencegahan konstipasi
Mann-Whitney didapatkan p-value 0,025 pada pasien yang terpasang ventilasi
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada mekanik. Hasil penelitian ini dapat
pengaruh massage abdominal terhadap dijadikan terapi komplementer yang dapat
pola defekasi pada pasien yang dirawat di dikembangkan di tatanan keperawatan
ruang ICU RS Panti Rapih Yogyakarta. kritis serta dijadikan dasar penelitian
Hasil penelitian ini sesuai dengan lanjutan mengenai lamanya efek massage
penelitian Ikaristi, dkk (2014), yang abdominal terhadap defekasi meskipun
menyatakan bahwa terdapat perbedaan massage abdominal sudah dihentikan.
skor konstipasi pada kelompok kontrol Berdasarkan penelitian sebelumnya,
dan intervensi. Berdasarkan hasil analisis tindakan massage abdominal terbukti
data skor konstipasi menunjukkan bahwa efektif untuk mengatasi konstipasi
kelompok kontrol, rata-rata skor terutama pada pasien yang dirawat di
konstipasi adalah 3,22 sedangkan pada ruang ICU.
kelompok intervensi rata-rata skor Pasien di ICU dengan rata-rata berusia
konstipasi adalah 2,17. Hasil analisis data lanjut usia, aktivitas pasien dengan
perbedaan skor konstipasi pada kelompok mobilisasi pasif, pasien dengan diagnosa
kontrol dan intervensi menunjukkan p medis gagal nafas, terpasang alat ventilasi
value 0,015, artinya ada perbedaan skor mekanik, mendapat terapi sedativa dan
konstipasi pada kelompok kontrol dan pemberian analgetika narkotika yang
intervensi, sehingga dapat disimpulkan mempunyai resiko terjandinya konstipasi
massage abdominal berdampak terhadap karena penurunan kerja motilitas usus.
pencegahan konstipasi pada pasien yang Hasil penelitian ini rata-rata skor pola
dirawat di ruang ICU. defekasi pada kelompok intervensi yaitu
Menurut Estri, dkk, (2016), sebesar 1,33 lebih tinggi dibandingkan
mengatakan bahwa Massage abdominal dengan pola defekasi pada kelompok
dengan teknik effleurage lebih efisien kontrol, yaitu sebesar 0,67. Hasil analisis
dalam waktu pelaksanaan, energi yang data perbedaan skor pola defekasi pada
dikeluarkan lebih minimal, gerakan kelompok kontrol dan intervensi
massage lebih sistematis dan mudah menunjukkan p value 0,025, hal ini
untuk diterapkan, serta memberikan efek menunjukkan bahwa ada pengaruh
kenyamanan. Massage abdominal dengan pemberian massage abdominal terhadap

146
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada Volume 12 No 2, Hal 142-148, Juli 2021
Universitas Kusuma Husada Surakarta ISSN : 2087 – 5002 | E-ISSN : 2549 – 371X

rata-rata pola defekasi pasien yang sedang https://doi.org/10.5935/0103-


dirawat di Ruang ICU, hal tersebut 507X.20130014
membuktikan bahwa tindakan Estri, A. K, Fatimah, S., & Prawesti, A.
komplementer berupa massage 2016. Perbandingan Abdominal
abdominal efektif untuk mengatasi Massage dengan Teknik Swedish
masalah konstipasi pada pasien yang Massage dan Teknik Efflurage
sedang dirawat di ICU. terhadap Kejadian Konstipasi pada
Pasien yang Terpasang Ventilasi
Mekanik di ICU. JurnalKeperawatan
4. KESIMPULAN Padjajaran, 4 (3).
a. Pola eliminasi defekasi pada Hasmi, H., Waluyo, A., & Ohorella, U. B.
kelompok kontrol yaitu 30,6% 2020. The Beneficial Effects of
mengalami konstipasi, 5,6% berisiko Abdominal Massage on Constipation
konstipasi dan 13,9% tidak and Quality of Life: A Literatur
konstipasi. Review. Indonesian Contemporary
b. Pola eliminasi defekasi pada Nursing Journal, 4(2), 72-82.
kelompok intervensi yaitu sebesar https://doi.org/10.20956/icon.v4i2.919
8,3% mengalami konstipasi, 16,7% 3
berisiko konstipasi dan 25% tidak Kahraman, B. B., & Ozdemir, L. 2015.
konstipasi The impact of abdominal massage
c. Ada pengaruh massage abdominal administered to intubated and enterally
terhadap pola eliminasi defekasi pada fed patients on the development of
pasien yang dirawat di Ruang ICU RS ventilator-associated pneumonia: a
Panti Rapih Yogyakarta (p<0,05) randomized controlled study.
International journal of nursing studies,
5. SARAN 52(2), 519-524.
a. Perawat diharapkan mampu melakukan https://doi.org/10.1016/j.ijnur
tindakan massage abdominal secara stu.2014.11.001
konsisten dan teratur selama tidak ada Lamas, K., Lindholm, L., Stenlund, H.,
kontraindikasi. Engstrom, B., & Jacobsson, C. 2009.
b. Rumah Sakit memberikan sarana dan Effects of abdominal massage in
fasilitas untuk mengimplementasikan management of constipation-a
terapi komplementer massage randomized controlled trial.
abdominal untuk menjaga keteraturan International journal of nursing
pola eliminasi defekasi pasien di studies, 46(6), 759-767.
Ruang ICU. https://doi.org/10.1016/j.ijnur
stu.2009.01.007
6. UCAPAN TERIMAKASIH LeMone, P., Burke, K. M., &
Penulis mengucapkan terima kasih Bauldoff, G. 2016. Buku ajar
yang sebesar-besarnya kepada semua keperawatn medikal bedah. Jakarta:
pihak yang membantu dan terlibat dalam EGC.
penelitian ini, terutama STIKes Panti Priscilla, L., Karen, B., Gerene, B. 2016.
Rapih Yogyakarta dan juga para Buku ajar: Keperawatan
responden. medikal bedah. (Vol 2) (Ed 5).
Jakarta: EGC
Sari, R.F., Fauzan, S., dan Budiharto, I.
REFERENSI 2015. Pengaruh Open Suction
Azevedo, R. P. D., & Machado, F. R. Terhadap Tidal Volume Pada Pasien
2013. Constipation in critically yang Menggunakan Ventilatr di Ruang
ill patient: much more than ICU dr.Soedarso Pontianak. Jurnal
image. Revista Brasileira de Kesehatan Khatulistiwa.
terapia intensiva, 25(2), 73-74. https://jurnal.untan.ac.id. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta

147
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada Volume 12 No 2, Hal 142-148, Juli 2021
Universitas Kusuma Husada Surakarta ISSN : 2087 – 5002 | E-ISSN : 2549 – 371X

Setyani, F. A. R., & Theresia, S. I. M.


2020. Pengaruh Abdominal Massage
Dalam Upaya Pencegahan
Konstipasi pada Lanjut Usia di
BPSTW Abiyoso Yogyakarta. Jurnal
Kesehatan Kusuma Husada, 205-211.
DOI: https://doi.org/10.34035/j
k.v11i2.453
Theresia, S. I. M., Setyani, F. A. R., &
Estri, A. K. Pengaruh Massage
Abdominal dalam Upaya Pencegahan
Konstipasi pada Pasien yang
Menjalani Rawat Inap Di Rumah Sakit
Panti Nugroho Yogyakarta. Jurnal
Akper Panti Rapih Yogyakarta.
http://stikespantirapih.ac.id/download/
MANUSKRIP%20B U%20SIWI.pdf
Smeltzer , S.C. 2013. Keperawatan
Medikal Bedah. Handbook for
Brunner & Suddarth's Textbook of
Medical-Surgical Nursing).
Sinclair, M. 2011. The use of abdominal
massage to treat chronic constipation.
Journal of bodywork and movement
therapies, 15(4), 436-445.
https://doi.org/10.1016/j.jbmt.2010.07.
007
Vincent, J.L, Preiser,J.C.2015. Getting
critical about constipation. Journal
Practical Gastroenterology. Nutrition
Issues in Gastroenterology,
Series 144, 14-25.
https://med.virginia.edu/ginut
rition/wp-content/uploads/site
s/199/2014/06/Parrish-August -15.pdf

148
JURNAL KEPERAWATAN,
Rani Rakhmawati 1 , Kuswantoro Rusca Putra 2 , P-ISSN 2086-3071 E-ISSN 2443-0900
Fa Rizki Bayu Perdana 3, Hardiyanto4

METODE KEPERAWATAN KOMPLEMENTER HIPNOTERAPI UNTUK


MENURUNKAN EFEK STRESS PASCA TRAUMA TINGKAT SEDANG PADA
FASE REHABILITASI SISTEM PENANGGULANGAN KEGAWATDARURATAN
TERPADU (SPGDT)

Hypnotherapy complementary nursing method can reduce the effects of moderate levels
of post traumatic stress in a rehabilitation phase of integrated emergency management
system

Rani Rakhmawati1 , Kuswantoro Rusca Putra2 , Fa Rizki Bayu Perdana3, Hardiyanto4


1
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
2
Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
3,4
Pascasarjana Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
email : 1)rani.rakhmawati@yahoo.com

ABSTRAK

Bencana di Indonesia mempunyai prevalensi yang cukup tinggi. Efek yang ditimbulkan dari bencana
diantaranya stress pasca trauma yang merupakan gangguan psikologi dari korban bencana. Sebagai tenaga
kesehatan terutama dalam hal ini adalah perawat mempunyai peranan penting dalam Sistem Penanggulangan
Kegawatdaruratan Terpadu (SPGDT), Tujuan dari penulisan karya ini adalah untuk mengidentifikasi apakah
metode hipnoterapi bisa menurunkan efek stress pasca trauma tingkat sedang. Metode penulisan karya
tulis ini adalah dengan deskriptif dan metode pengumpulan datanya menggunakan metode studi pustaka
melalui literatur yang relevan. Sedangkan metode analisis data dan pemecahan masalah menggunakan
metode eksposisi dan analitik serta rumusan masalah kami dapatkan dengan diskusi kelompok berlandaskan
literatur yang relevan dengan topik karya tulis. Hipnoterapi ini menitikberatkan pada pemberian sugesti-
sugesti positif pada klien yang akan menimbulkan perilaku mekanisme koping konstruktif pada klien.
Kesimpulan dari karya tulis ini adalah metode keperawatan komplementer dengan hipnoterapi sangat efektif
untuk menurunkan stress tingkat sedang pada stress pasca trauma. Disarankan untuk dilakukan pengkajian
lebih lanjut terkait faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil terapi pada hipnoterapi ini.

Kata kunci: Metode Keperawatan komplementer, Hipnoterapi , Efek stress pasca trauma

ABSTRACT

Disaster in Indonesia has a high prevalence. The effects of the disaster such as post traumatic stress
disorder which is the psychology of disaster victims. As health professionals, especially in this case the
nurse has an important role in Sistem Penanggulangan Kegawatdaruratan Terpadu (SPGDT). The purpose
of this paper is to identify whether the method of hypnotherapy can reduce the effects of moderate levels
of post traumatic stress. The writing method of this paper is descriptive and data collection method is
using literature through the relevant literature. While the data analysis and problem solving is using
exposition and analytical method and formulation of the problem we get from a group of discussion based
on the relevant literature to the topic of paper. Hypnotherapy is focused on providing positive suggestions
in client that will lead to constructive behavior on the client’s coping mechanisms. The conclusion of this
paper is hypnotherapy as complementary nursing was very effective for moderate stage of post traumatic
stress disorder. It is recommended to do further study related to other factors that influence the outcome
of hypnotherapy.

Keywords: Complementary nursing therapies, Hypnotherapy, Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).

LATAR BELAKANG mengganggu kehidupan dan penghidupan


masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
Bencana adalah per istiwa atau alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor
rangkaian peristiwa yang mengancam dan manusia sehingga mengakibatkan timbulnya

178 Juli 2014: 178 - 184


Versi online / URL:
Volume 5, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2347

korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, sugesti untuk mengatasi masalah pikiran,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis perasaan dan perilaku. Flammer and
(Peraturan pemerintah no.21 th.2008). Data Bongartz dari Universitas Konstanze di
bencana dari BAKORNAS PB Jerman, melakukan meta analisis dari
menyebutkan bahwa antara tahun 2003-2005 berhagai penelitian tentang hipnoterapi pada
telah terjadi 1.429 kejadian bencana. tahun 2003. Hasilnya, dari 57 penelitian yang
Diperkirakan sekitar 30 hingga 50 persen dianalisa, angka kesuksesan mencapai 64%.
warga kabupaten aceh singkil mengalami Kesuksesan tersebut adalah hipnoterapi
gangguan jiwa akibat gempa dan tsunami 2004 dalam mengatasi gangguan psikosomatis
(Pudji Hastuti dalam Seumawe, 2008). yang sifatnya makro atau mikro (misalnya
Korban mengalami masalah psikologis lebih kecemasan, stress, depresi, emosi tidak stabil,
banyak jumlahnya dari pada jumlah korban konflik, dll), tes ansietas, membantu klien
yang menderita gangguan fisik. Salfrino berhenti merokok, dan mengontrol nyeri pada
(1994) menyebutkan bahwa peristiwa beberapa pasien dengan penyakit kronis
katastropik (Peristiwa yang terjadi secara (Prihantanto, 2009).
tiba-tiba dalam suatu daerah yang luas) Yang menjadi sorotan pokok oleh penulis
merupakan salah satu sumber timbulnya adalah fase rehabilitasi mental dalam SPGDT.
stress. Dikarenakan semua korban bencana baik
SPGDT yaitu Sistem Penanggulangan yang mengalami trauma fisik atau tidak, pasti
Kegawat Daruratan Terpadu. SPGDT mengalami trauma psikis. Pada sebagian
adalah suatu tatanan pelaksanaan pelayanan korban selamat dapat terjadi gangguan mental
kedaruratan medik baik trauma dan atau akut yang timbul beberapa minggu hingga
nontrauma untuk menurunkan morbiditas dan berbulan-bulan sesudah bencana. Dan pada
mortalitas. Sistem Penanggulangan Kegawat fase rehabillitasi inilah, peran perawat sangat
Daruratan Terpadu secara umum terbagi ke dibutuhkan untuk mengurangi efek trauma
dalam beberapa fase yaitu : Fase Prevensi korban. Berpegang pada tugas perawat yang
dan Mitigasi, Fase Persiapan, Fase Respon, harus memberikan perawatan dengan
dan Fase Rehabilitasi. Rehabilitasi pada menggunakan pendekatan secara holistik (bio,
wilayah pascabencana selain melakukan psiko, sosio,cultural, spiritual), maka
perbaikan pada lingkungan bencana adalah penanganan trauma psikis pada korban
juga pemulihan sosial psikologis korban bencana juga merupakan tanggung jawab
bencana (Peraturan pemer intah no.21 perawat (Ehlers et al, 2010; Lynn et al, 2012).
th.2008). Atas dasar inilah penulis memilih terapi
Terapi komplementer bisa dibilang belum komplementer sebagai sebuah metode untuk
cukup dikenal oleh masyarakat karena terapi mengurangi efek stress pasca-trauma pada
komplementer lebih dikenal dengan korban bencana menggunakan hipnoterapi.
pengobatan alternatif. Berkaitan dengan Penulisan karya ini bertujuan untuk
keluarnya Peraturan Menteri Kesehatan RI mengidentifikasi metode keperawatan
Nomor HK.02.02/MENKES/148/1/2010 komplementer dengan hipnoterapi untuk
Tahun 2010 tentang izin dan penyelenggaraan menurunkan efek stress pasca trauma tingkat
praktik perawat , maka terapi komplementer sedang pada fase rehabilitasi SPGDT.
bisa dilakukan di sarana pelayanan kesehatan. Dengan demikian, penulisan ini diharapkan
Terapi komplementer yang bisa di aplikasikan dapat bermanfaat bagi perawat untuk
di klinik diantaranya akupuntur kesehatan, menambah khasanah keilmuan dalam misi
aroma terapi, terapi relaksasi, terapi herbal peningkatan mutu dan kualitas pelayanan
dan hipnoterapy. asuhan keperawatan dan sebagai up date
Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu-ilmu baru dar i segi keperawatan
ilmu psikologi yang mempelajari manfaat komplementer. Dan bagi mahasiswa untuk

Metode Keperawatan Komplementer Hipnoterapi untuk Menurunkan Efek Stress Pasca Trauma Tingkat Sedang 179
pada Fase Rehabilitasi Sistem Penanggulangan Kegawatdaruratan Terpadu (SPGDT)
JURNAL KEPERAWATAN,
Rani Rakhmawati 1 , Kuswantoro Rusca Putra 2 , P-ISSN 2086-3071 E-ISSN 2443-0900
Fa Rizki Bayu Perdana 3, Hardiyanto4

mengetahui suatu alternatif materi bersifat umum menuju suatu kebenaran


perkuliahan dalam menerapkan konsep yang bersifat khusus.
keperawatan holistik.

METODE Metode analisis data pustaka dilakukan


dengan dua pendekatan, yaitu:
Desain penulisan kaya tulis ilmiah ini • Metode eksposisi, yaitu dengan
adalah deskriptif, yaitu penulis menjelaskan memaparkan data dan fakta yang ada
mengenai dua objek kajian, yaitu mengenai dan mencari korelasi antara data
Metode keperawatan komplementer dengan tersebut.
hipnoterapi dan efek stress pasca trauma • Metode analitik, yaitu melalui analisis
tingkat sedang, dan memberi suatu gambaran teori dan data, serta menarik kesimpulan
mengenai adanya hubungan antara dua objek secara logis dari data yang diperoleh.
tersebut. Data yang dikumpulkan adalah data
HASIL DAN PEMBAHASAN
kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yang
digunakan berupa kata-kata dan data Bencana di Indonesia mempunyai
kuantitatif yang digunakan berupa angka prevalensi yang cukup tinggi baik itu bencana
kejadian penyakit (insidensi), skor hasil alam maupun bencana buatan manusia. Efek
penilaian kegiatan, dan dosis. Sumber data yang ditimbulkan dari bencana itu pun sangat
berasal dari hasil laporan instansi kesehatan, kompleks diantaranya Stress Pasca Trauma
laporan tokoh masyarakat dan warga umum, yang merupakan gangguan psikologi dari
dan dari hasil evaluasi kognitif, afektif, dan korban bencana. Sebagai tenaga kesehatan
psikomotor pelaksanaan kegiatan. terutama dalam hal ini adalah perawat
Pengumpulan data dilakukan dengan mempunyai peranan penting dalam Sistem
metode studi pustaka (literatur). Pengumpulan
Penanggulangan Kegawatdaruratan Terpadu
data berdasarkan atas informasi digital dan
(SPGDT), baik pada fase pre Disaster,
non digital terkait dengan metode
Disaster ataupun Pasca Disaster (Bryant et
keperawatan komplementer dengan
al. 2005). Maka, melalui body of knowledge-
hipnoterapi dan efek stress pasca trauma
nya yakni dalam hal keperawatan
tingkat sedang. Data tersebut di kumpulkan
komplementer, perawat akan melakukan
dari sumber-sumber pustaka sebagai berikut:
intervensi berupa hipnoterapi dalam
Jurnal-jurnal penelitian, Buku ajar
menurunkan efek stress pacsa trauma. Terapi
keperawatan dan informasi dari internet. Dari
keperawatan komplementer ini dimungkinkan
berbagai informasi tersebut dilakukan
dilakukan oleh perawat karena secara legal
kombinasi dan komunikasi sehingga ditemukan
etik sudah tercantum dalam Permenkes No.
bentuk rumusan masalah yang menjadi fokus
HK.02.02/MENKES/148/1/2010 dan
pembicaraan.
sejatinya keperawatan komplementer telah
Proses komunikasi dilakukan dengan
banyak dilakukan di luar negeri. Hipnoterapi
menggunakan dua metode, yaitu :
ini menitikberatkan pada pemberian sugesti-
• Metode deskr iptif, yaitu dengan
sugesti positif pada klien yang harapannya
menganalisis data atau informasi yang
akan menimbulkan perilaku mekanisme
diperoleh dan memberikan prediksi
koping konstruktif pada klien.
mengenai masalah yang akan dibahas.
Hipnoterapi adalah salah satu metode
• Metode deduksi, yaitu proses analisa
yang terbukti dan sangat efektif untuk
data atau informasi dengan pemberian
mengatasi stress. Memang ada beberapa
argumentasi melalui berpikir logis dan
metode yang selain hipnoterapi yang
bertitik tolak dari pernyataan yang
digunakan untuk mengatasi stress tapi kurang

180 Juli 2014: 178 - 184


Versi online / URL:
Volume 5, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2347

efektif dan butuh waktu yang lama untuk bisa disimpulkan bahwa keadaan hipnosis atau
merasakan perubahan yang signifikan. disebut sebagai trance merupakan suatu
Karena metode yang lain tidak menyentuh keadaan dimana manusia sangat fokus
akar permasalahan dan hanya bermain di pada suatu tindakan atau aktivitas yang
level pikiran sadar. Padahal sumber stress sedang dilakukan dengan mengabaikan hal-
pada seseorang itu tersimpan di pikiran bawah hal lain yang bukan prioritasnya. Sehingga,
sadar. Dengan Hipnoterapi pikiran bawah apabila ada suatu masalah dapat dengan
sadar bisa ditembus dan menemukan akar mudah diselesaikan.
permasalahan yang tersimpan di pikiran Hipnoterapi dilakukan melalui 5 tahap,
bawah sadar. Setelah menemukan akar yaitu pengkajian, induksi, deeping, terapi
permasalahannya dengan menggunakan piikiran, terminasi. Pada tahap deeping inilah
teknik tertentu, klien akan dibimbing untuk klien dibawa masuk ke alam bawah sadarnya,
menyelesaikan akar permasalahannya kemudian pada tahap terapi pikiran terapis
sehingga nantinya tidak berpengaruh negatif dapat memberikan keyakinan positif untuk
terhadap kehidupan mulai saat ini dan menghilangkan stress pasca trauma yang
seterusnya (Ehlers et al, 2010; Lynn et al, dialami. Melalui tahap-tahap hipnoterapi,
2012).. klien yang mengalami stress pasca trauma
Penelitian yang dilakukan oleh tingkat sedang akan menurun dan klien dapat
Prihantanto (2009) menunjukkan hasil yang menjalani kehidupan lanjutnya dengan lebih
sangat menakjubkan. Biasanya penyembuhan baik (Alladin & Alibhai, 2007; Ehlers et al,
stress dibutuhkan waktu sampai 6 bulan. 2010; Lynn et al, 2012).
Namun dengan hipnoterapi, hanya Hipnoterapi cara ini diketahui dapat
membutuhkan waktu 2 jam stress bisa menetralisir ketegangan (stress) kehidupan
dihilangkan. Bahkan ada yang bisa yang dialami sehari-hari, dan merelaksasikan
disembuhkan hanya dengan hitungan menit. 3 unsur jiwa raga, yaitu; nafas, gerak, dan
Selain itu, berdasarkan bukti ilmiah menurut nalar. Ketika seseorang berada dalam kondisi
American Psychological Association ini, dan diperiksa dengan mesin EEG (Elektro-
(APA), Dictionary of Psychology, edisi Ensefalo-Grafi) akan terlihat dominasi
2007 menunjukkan bahwa hipnoterapi dapat gelombang Alfa, yaitu gelombang setengah
bermanfaat mengatasi manajemen rasa lingkaran (sinusoid, tumpul) dengan frekuensi
nyeri akut, merokok, gangguan kepribadian, 8 – 12 silkus perdetik. Situasi yang akan
phobia, trauma, dan sebagai terapi dicapai seseorang dalam keadaan sangat
pendukung dalam beberapa penyakit tenang. Ini tak lain karena Hipnoterapi tidak
lainnya. Akan tetapi, penyembuhan melalui saja memberikan sugesti semata yang
metode hipnoterapi ini belum banyak mempercepat penyembuhan namun juga
dikenal dan diketahui oleh masyarakat di membawa seseorang kedalam kondisi
Indonesia. nyaman mereka (trance). Sehingga dalam
Sejak tahun 1958, hipnosis telah diakui kenyamanan para hypnotherapist hebat
di Amerika sebagai salah satu metode mampu menyembuhkan dalam waktu yang
untuk kepentingan terapi. Di Eropa dan sangat singkat (Bryant et al. 2005; Alladin &
Amerika, konsep hipnosis sudah berubah Alibhai, 2007).
sama sekali dan telah berkembang sangat Beberapa kaidah pokok yang bisa
pesat. Banyak ilmuwan-ilmuwan yang dipakai sebagai pertimbangan dalam sesi
meneliti fenomena hipnosis ini mulai dari hypnotherapy adalah: Menggunakan bahasa
Dr. James Braid, Freud, Jung, Dr. Milton positif, sesi sesi yang merujuk situasi informal,
H. Erickson, Dr. Dave Elman dan bahasa dan pengertian yang digunakan
sebagainya. Dari hasil penelitian mereka menyesuaikan umur klien. Hipnoterapi bisa

Metode Keperawatan Komplementer Hipnoterapi untuk Menurunkan Efek Stress Pasca Trauma Tingkat Sedang 181
pada Fase Rehabilitasi Sistem Penanggulangan Kegawatdaruratan Terpadu (SPGDT)
JURNAL KEPERAWATAN,
Rani Rakhmawati 1 , Kuswantoro Rusca Putra 2 , P-ISSN 2086-3071 E-ISSN 2443-0900
Fa Rizki Bayu Perdana 3, Hardiyanto4

dilakukan lebih dari sekali, tergantung dari dilakukan setelah fase akut berakhir, yaitu
seberapa berat masalahnya. Tapi biasanya ketika klien sudah mampu fokus dan bisa
untuk masalah stres ringan dengan 1 atau 2 diajak bekerjasama. Tingkatan stress yang
kali terapi, klien sudah bisa bebas dari stress. sesuai untuk hipnoterapi ini adalah pada
Untuk masalah yang berat biasanya butuh 3x tingkat sedang karena pada stress tingkat ini
dan maksimal 4x terapi (Bryant et al. 2005; klien bisa bekerjasama dan keluhan yang
Alladin & Alibhai, 2007). dirasakan tidak akan banyak mempengaruhi
Faktor-faktor yang mempengaruhi fokus klien saat dilakukan terapi sehingga
keberhasilan hipnoterapi adalah kemampuan hipnoterapi yang dilakukan akan lebih efektif
seseorang untuk dihipnosis atau tingkat (Abramowitz et al. 2008; Ponniah et al. 2009).
hipnotisability nya, harapan terhadap Klien bisa melakukan hipnoterapi sendiri
hipnoterapi, kerjasama dengan di rumah, yaitu self hypnosist. Jika telah
hipnoterapistnya. Sehingga hipnoterapi tidak terampil melakukan metode ini, maka relaksasi
hanya bisa dilakukan kepada orang dewasa akan mudah dicapai ketika kita mengalami
saja ttetapi juga bisa dilakukan pada anak- stres. Self – hypnosis sebenarnya bisa
anak. Namun, hipnoterapi akan lebih efektif dilakukan kapan saja, dan dimana saja, oleh
bila diberikan di usia 7 tahun ke atas terutama siapa saja (Bryant et al. 2005; Abramowitz
karena anak pada usia ini sudah memahami et al. 2008).
bahasa verbal dan non verbal. Penelitian yang Meski begitu pada kasus-kasus tertentu
dilakukan oleh O Grady dan Hoffmann seperti kekurangan gizi atau dehidrasi tetap
(1986), menguji efektivitas hipnosis dalam harus diobati dengan dengan pengobatan
penatalaksanaan di bidang pediatrik (ilmu medis lainnya. Hipnoterapi takkan bermanfaat
kedokteran anak). Para peneliti ini melihat untuk kasus cacat tubuh, kelainan organ
kasus di mana anak-anak menggunakan tertentu dan gangguan-gangguan sejenis
hipnosis. Memeriksa salah satu rumah sakit lainnya. Selain itu hasil terapi akan sangat
anak tertentu, mereka menemukan bahwa tergantung pada seberapa kooperatif sikap
5% dari anak-anak dirawat menggunakan pasien, serta berat ringan kondisi penyakit
hipnosis, ternyata menunjukan hasil yang yang diderita. Hipnoterapi juga tidak perlu
menggembirakan untuk mengatasi gejala dilakukan apabila stress yang dialami klien
penyakit yang mereka punyai. Perubahan bisa diselesaikan dengan family therapy,
perilaku anak melalui psikoanalisis lebih efektif karena motivasi yang diberikan oleh keluarga
bila dikombinasikan dengan hipnoterapi. sudah bisa membuat klien sembuh, kecuali
Karena perilaku bersumber pada program hal itu belum cukup kuat maka hipnoterrapi
pikiran bawah sadar. Sugesti positif hipnosis bisa dilakukan (Abramowitz et al. 2008;
bekerja di tataran pikiran bawah sadar atau Ponniah et al. 2009).
mereprogram pikiran bawah sadar anak
sehingga perilaku negatif bisa bermutasi KESIMPULAN DAN SARAN
menjadi perilaku positif (Alladin & Alibhai,
2007; Ehlers et al, 2010; Lynn et al, 2012). Hipnoterapi sebagai metode
Stress pasca trauma umumnya terjadi keperawatan komplementer dapat
selama 6 bulan. Gejalanya setiap fase atau menurunkan tingkat stress pasca trauma
setiap bulannya bisa berbeda-beda. Pada tingkat sedang secara efektif. Karena melalui
minggu-minggu awal, stress yang dialami hipnoterapi pikiran bawah sadar klien akan
biasanya masih dalam fase akut. Sehingga ditembus dan akar permasalahan stress akan
hipnoterapi belum bisa dilakukan pada fase diselesaikan dengan memberikan keyakinan
ini, karena keadaan psikologis klien masih positif untuk menghilangkan stress pasca
belum stabil. Idealnya, hipnoterapi baru bisa trauma yang dialami. Melalui tahap-tahap

182 Juli 2014: 178 - 184


Versi online / URL:
Volume 5, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2347

hipnoterapi, klien yang mengalami stress Badan Koordinasi Nasional Penanganan


pasca trauma tingkat sedang akan menurun Bencana, Kementer ian Negara
dan klien dapat menjalani kehidupan lanjutnya Perencanaan Pembangunan Nasional/
dengan lebih baik. Badan Perencanaan Pembangunan
Hipnoterapi tidak hanya bisa dilakukan Nasional. 2006. Rencana Aksi
kepada orang dewasa saja tetapi juga bisa Nasional pengurangan Risiko
dilakukan pada anak-anak. Stress pasca Bencana 2006-2009.
trauma umumnya terjadi selama 6 bulan. Bryant, RA, Moulds, ML, Guthrie, RM, &
Tingkatan stress yang sesuai untuk hipnoterapi Nixon, RD. 2005. The Additive Benefit
ini adalah pada tingkat sedang karena pada of Hypnosis and Cognitive-Behavioral
stress tingkat ini klien bisa bekerjasama dan Therapy in Treating Acute Stress
keluhan yang dirasakan tidak akan banyak Disorder. Journal of Consulting and
mempengaruhi fokus klien saat dilakukan Clinical Psychology, Vol. 73, No. 2, pp.
334-340
terapi sehingga hipnoterapi yang dilakukan
Ehlers, A, Bisson, J, Clark, DM, Creamer, M,
akan lebih efektif. Klien bisa melakukan
Pilling, S, & Yule, W, 2010, Do all
hipnoterapi sendiri di rumah, yaitu self hipnotis
psychological treatments really work the
Perlu dilakukan pengkajian lanjutan
same I post traumatic stress disorder?,
tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi
Clinical Psychology Review, Vol. 30,
keefektifan hasil hipnoterapi ini. Perlu
Issue 2, pp. 269-276.
dilakukan pengembangan lanjutan terhadap
Lynn, SJ, Malakataris, A, Condon, L,
fase-fase terapi yang dibuat agar tercipta
Maxwell, R, & Cleere, C, 2012, Post-
terapi yang benar-benar efektif untuk traumatic stress disorder: cognitive
menurunkan efek stress pasca trauma akibat hypnotherapy, mindfulness, and
bencana pada berbagai tingkatan stress. acceptance treatment approaches,
Dapat memperkenalkan suatu alternatif American Journal of Clinical
materi perkuliahan untuk meningkatkan Hypnosis, Vol. 54, Issue 4.
kemampuan peserta didik dalam menerapkan Maramis. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran
konsep keperawatan holistik terutama pada Jiwa. Surabaya : University Press.
terapi stress pasca bencana. Metode ini dapat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
dijadikan salah satu alter natif untuk Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
rehabilitasi psikologi klien akibat stress pasca Penyelenggaraan Penanggulangan
trauma yang dialami. Bencana.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
DAFTAR PUSTAKA
HK.02.02/MENKES/148/1/2010 Tahun
2010 tentang Izin Dan Penyelenggaraan
Abramowitz, EG, Barak, Y, Ben-Avi, I, & Praktik Perawat
Knobler, HI, 2008, Hypnotherapy in the Ponniah, K & Hollon, SD 2009, Empirically
treatment of chronic combat-related supported psychological treatments for
PTSD patients suffering from insomnia: adult acute stress disorder and
a randomized, zolpidem-controlled posttraumatic stress disorder: a review,
clinical trial, International Journal of Depression and Anxiety, Vol. 26, Issue
Clinical and Experimental Hypnosis, 12, pp. 1086-1109.
Vol. 56, Issue 3. Prihantanto, Suci Riadi. 2009. Lebih Dekat
Alladin, A & Alibhai, A, 2007, Cognitive dan Sehat Dengan Hipnoterapi.
hypnotherapy for depression: an http://www.ibhcenter.org/uploads/
empirical investigation, International ebook/lebih%20dekat%20dengan%20
Journal of Clinical and Experimental hypnotherapy.pdf. Diakses tanggal 10
Hypnosis, Vol. 55, Issue 2. Mei 2012. 2010. Bersahabat dengan

Metode Keperawatan Komplementer Hipnoterapi untuk Menurunkan Efek Stress Pasca Trauma Tingkat Sedang 183
pada Fase Rehabilitasi Sistem Penanggulangan Kegawatdaruratan Terpadu (SPGDT)
JURNAL KEPERAWATAN,
Rani Rakhmawati 1 , Kuswantoro Rusca Putra 2 , P-ISSN 2086-3071 E-ISSN 2443-0900
Fa Rizki Bayu Perdana 3, Hardiyanto4

stress melalui hipnoterapi. http://


www.ibhcenter.org/uploads/ebook/
ebook%20bersahabat%20dgn%20stress.pdf.
Diakses 10 Mei 2012.
Setiawan A. 2010. Mini Book: Stress
Managemen.
http://www.ibhcenter.org/uploads/
ebook/stress%20management%20v1
.pdf. Diakses tanggal 16 Mei 2012.
Seumawe, Shaleh 2008. Gawat, 40% Warga
Singkil Alami Gangguan Jiwa. http://
/www.modusaceh.com/html/home.html.
Diakses tanggal 10 juni 2012.
Salfrino, P. Health Psychology Bio
psychosocial Interaction. 2nd edition.
United States of America. John Wiley
and Sons, 2004, pp 138-164.

184 Juli 2014: 178 - 184


PEMBAHASAN

Nama/Link/Tahun
No. No.Urut/No.ISSN Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Ringkasan Materi
Terbit Penelitian
1. e-ISSN : 2656-6753, Nama Peneliti :Gerardus Analisis Yuridis Kewenangan Perawat Metode pendekatan 1. Bahwa perawat
p-ISSN: 2598-9944 Gegen, Dalam Pengobatan Bekam Pada Praktik yang digunakan dalam memiliki kewenangan
Aris Pri Agus Santoso Keperawatan Mandiri penelitian ini adalah dalam melakukan
Link : pendekatan yuridis pengobatan bekam
http://ejournal.mandalanursa.o normatif, yaitu yang diperoleh dari
rg/index.php/JISIP/index penelitian hukum yang pendidikan non
Tahun Terbit : 3 Juli 2021 dilakukan berdasarkan formal. Perawat
bahan hukum utama berwenang melakukan
dengan cara menelaah pengobatan asalkan
teori-teori, konsep- perawat tersebut
konsep, asas-asas memiliki kompetensi
hukum serta peraturan di bidang yang
perundang-undangan dimaksud dan mampu
yang berhubungan membuktikan kepada
dengan penelitian ini masyarakat, organisasi
profesi serta
Pemerintah melalui
sertifikasi kompetensi
yang dimiliki. Suatu
kompetensi jika tidak
dapat dibuktikan
dengan sertifikasi
maka tidak akan ada
gunanya, sebaliknya
jika memiliki
sertifikasi namun tidak
berkompeten juga
akan sia-sia saja,
sehingga kedua hal ini
harus saling dilengkapi
bagi perawat yang
melakukan pengobatan
bekam pada praktik
keperawatan mandiri.
Hal ini dimaksudkan
untuk mencegah hal-
hal yang tidak diduga
dan tidak di inginkan
dalam pelayanan
asuhan keperawatan.
2. Bahwa perawat dalam
transaksi terapeutik di
bidang pelayanan
kesehatan mendapatkan
pengayoman hukum
secara preventif yaitu
dilindungi oleh lembaga-
lembaga negara melalui
peraturan perundang-
undangan yang berlaku
bagi pelaksana
keperawatan. Pasien
yang menerima
pengobatan bekam juga
mendapatkan jaminan
keselamatan
sebagaimana tercantum
dalam Pasal 58 ayat (1)
UU No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan
2. AvoER XII 2020 Nama Peneliti : Khoirul Aplikasi Keperawatan Komplementer Metode pengabdian Tekanan darah
Latifin, Sigit Purwanto, “Cupping” Dalam MengontrolHipertensi yang digunakan adalah sistolik peserta
Dian Wahyuni Di Masa Pandemi Covid-19 eksperimen dengan mengalami perubahan
Link : desain pra setelah diberikan bekam
file:///C:/Users/acer/Downl eksperimental yaitu one
basah yaitu 13 orang atau
oads/ilovepdf_merged.pdf group pretest and
Tahun Terbit : November posttest design 81,25% lebih rendah dari
2020 sebelum dibekam. Juga
tekanan darah diastolik
peserta mengalami
perubahan yaitu 12 orang
atau 75% lebih rendah
dari sebelum dibekam.
Hasil uji analisis
yang dilakukan didapatkan
aplikasi Keperawatan
komplementer “wet
cupping” memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap tekanan darah
pada peserta yang memilki
hipertensi. Bagi
pengabdian selanjutnya
diperlukan pengukuran
tekanan darah secara
bertahap dengan
memberikan bekam basah
lebih dari satu kali
3. Jurnal Of Public Nama Penelitian : Andoko, Asuhan Keperawatan Komprehensif Tahap Persiapan Setelah dilakukan
Health Concerns Rika Yulendasari, Yessy Pada Klien Cidera Kepala Sedang Melakukan pengecekan pengkajian pada Klien
ISSN 2777-0826 Rachmawati Dengan Terapi Komplementer Murottal program terapi pilih hipertensi didapatkan Pada
(Print) Link : https://e- ruangan yang tidak ada Klien dengan keluhan
ISSN 2776-592X jurnal.iphorr.com/index.php/phc gangguan orang lain, utama nyeri cidera kepala.
(Online) Tahun Terbit : 2021 yang nyaman, sejuk, Diagnosa keperawatan yang
sunyi dan tidak bising. muncul pada kasus nyata
Pilihlah posisi berbaring. berdasarkan kondisi dan
respon. Adapun diagnose
Tahap Pelaksanaan: keperawatan yang muncul
Setelah relaksasi nafas Nyeri kepala sedang.
selesai, kemudian Rencana Asuhan
pasangkan headset yang Keperawatan Komprehensif
sudah disambingkan Pada Klien Cedera Kepala
dengan HP di kedua Sedang Dengan Terapi
telinga. Jika tidak punya Komplementer
headset cukup putar Komprehensif Pada Klien
murottal langsung dari Cedera Kepala Sedang
HP. Nyalakan murottal, Dengan Terapi
sambil menutup mata Komplementer Murottal di
juga boleh agar anda bias lakukan sesuai SOP.
lebih konsentrasi. Lalu Evaluasi pada klien dengan
konsentrasikan pikiran masalah nyeri pasien cedera
anda hanya kelantunan kepala teratasi dengan
lafadz murottal yang terapi murottal dengan hasil
sudah dinyalakan atau efektif. Dokumentasi
berbunyi tersebut. keperawatan dilakukan
Dengarkan murottal dengan
dengan surah ArRahman mengdokumentasikan
dengan durasi 11 menit semua kegiatan dan
19 detik dengan tempo hasilnya, mulai dari
79,8 beats per minute pengkajian sampai dengan
(bpm). Tempo 79,8 bpm kedalam catatan perawat
merupakan tempo yang yang ada dalam status klien
lambat. Setelah buka sebagai bukti
mata anda lalu tarik nafas tanggungjawab dan
kembali lewat hidung dan tanggung gugat dikemudian
buang lewat mulut hari
4. ISSN : 2087 – 5002 Nama Penelitian : Massage Abdominal Sebagai Terapi Penelitian ini Pola eliminasi defekasi
E-ISSN : 2549 – 371X Noferiana Komplementer Untuk Menjaga menggunakan metode pada kelompok kontrol
Widiyawati,Fransisca anjar Keteraturan Pola Eliminasi Defekasi penelitian quasi yaitu 30,6% mengalami
Rina Setyani, Emmelia Pada Pasien Di Ruang Icu eksperimental post test konstipasi, 5,6% berisiko
Ratnawati only non equivalent konstipasi dan 13,9% tidak
Tahun Terbit : Juli 2021 control group, yaitu konstipasi.
Link :
membandingkan Pola eliminasi defekasi
file:///C:/Users/acer/Downloa
ds/Documents/752- perbedaan pola pada kelompok intervensi
Article%20Text-3125-1-10- eliminasi defekasi yaitu sebesar 8,3%
20210716_2.pdf pasien pada kelompok mengalami konstipasi,
intervensi (terapi 16,7% berisiko konstipasi
standar dan massage dan 25% tidak konstipasi
abdominal) dengan Ada pengaruh massage
kelompok kontrol abdominal terhadap pola
(terapi standar) untuk eliminasi defekasi pada
pencegahan konstipasi pasien yang dirawat di
pada pasien yang di Ruang ICU RS Panti Rapih
rawat di ICU Yogyakarta (p<0,05)
5. P-ISSN 2086-3071 Nama peneliti : Rani Metode Keperawatan Komplementer -Desain penulisan kaya Hipnoterapi sebagai
E-ISSN 2443-0900 Rakhmawati Hipnoterapi Untuk Menurunkan Efek tulis ilmiah ini adalah metode keperawatan
Link: Stress Pasca Trauma Tingkat Sedang deskriptif. komplementer dapat
file:///C:/Users/Acer/Down Pada Fase Rehabilitasi Sistem menurunkan tingkat stress
loads/Telegram%20Deskto Penanggulangan Kegawat daruratan pasca trauma tingkat sedang
p/2347-Article%20Text- Terpadu (Spgdt) -Metode analisis data secara efektif. Karena
7116-1-10-20151120.pdf pustaka dilakukan melalui hipnoterapi pikiran
dengan dua bawah sadar klien akan
pendekatan, yaitu: ditembus dan akar
1. Metode eksposisi permasalahan stress akan
2. Metode analitik diselesaikan dengan
memberikan keyakinan
positif untuk
menghilangkan stress pasca
trauma yang dialami.
Melalui tahap-tahap
Metode Keperawatan
Komplementer Hipnoterapi
untuk Menurunkan Efek
Stress Pasca Trauma
Tingkat Sedang 183 pada
Fase Rehabilitasi Sistem
Penanggulangan
Kegawatdaruratan Terpadu
(SPGDT) Volume 5,
Nomor 2 Versi online /
URL:
http://ejournal.umm.ac.id/in
dex.php/keperawatan/article
/view/2347 hipnoterapi,
klien yang mengalami
stress pasca trauma tingkat
sedang akan menurun dan
klien dapat menjalani
kehidupan lanjutnya dengan
lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai