Anda di halaman 1dari 22

METODE PENELITIAN HUKUM

Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Korban Malpraktik yang Dilakukan


Oleh Perawat

DEASY NATALIA PARUNTU

FAKULTAS HUKUM/ 311201220

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

SURABAYA

@2015

1
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, sehat merupakan suatu peranan yang amat

penting bagi kehidupan manusia. Mereka yang hidup teratur dengan cara

mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dan berolahraga secukupnya.

Yang menjadi persoalan adalah ketika seseorang jatuh sakit dan memerlukan

bantuan medis. Oleh karena itu, perlunya pelayanan dibidang kesehatan untuk

menjamin keamanan, kenyamanan, keselamatan dan kesejahterahan kehidupan

setiap manusia.

Selaras dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

serta kehidupan keprofesian dalam keperawatan yang berkembang pesat dan

didukung oleh sarana pelayanan kesehatan yang semakin canggih. Perkembangan

ini mempengaruhi pelayanan dibidang kesehatan yang harus mengutamakan

kepentingan kebutuhan pasien. Berbagai cara perawatan dan fasilitas pelayanan

yang diberikan berguna untuk mengutamakan kesehatan terhadap pasien

akibatnya kemungkinan-kemungkian yang terjadi untuk melakukan kesalahan pun

semakin besar. Dalam hal ini, seringkali menjumpai permasalahan-permasalahan

yang dapat merugikan pasien dan tidak mengherankan jika setiap orang ingin

mendapatkan perawat dan pelayanan terbaik dibidang kesehatan.

Dari permasalahan-permasalahan yang timbul pasien mempunyai hak

apabila merasa kepentingannya dirugikan oleh pihak lain, misalnya kesalahan atau

kelalaian yang dilakukan oleh perawat dalam melakukan tindakan malpraktik

medis. Merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk dapat dibicarakan

2
karena menyangkut kebutuhan hidup manusia. Akibat dari kesalahan atau

kelalaian perawat dalam melakukan pekerjaannya tersebut dan mempunyai

dampak buruk yang dapat merugikan pasien. Selain itu, perlindungan hukum

terhadap pasien sebagai korban tindakan malpraktik yang dilakukan oleh perawat

perlu untuk dibahas dan dikaji lebih dalam.

Munculnya permasalahan-permasalahan serta gugatan dari pihak pasien

yang merasa dirugikan ini merupakan bahwa kesadaran hukum masyarakat

semakin meningkat. Semakin sadarnya masyarakat akan aturan hukum yang

berlaku, semakin mengerti pula hak dan kewajiban mereka yang menuntun hukum

memainkan perannya dibidang kesehatan. Disamping itu dipicu oleh adanya

Undang-Undang No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, Undang-Undang No.

36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan

keperawatan semakin meningkat dan termasuk latar belakang pendidikan yang

semakin tinggi yang berdampak pada tuntutan pelayanan keperawatan yang

semakin berkualitas. Oleh karena itu, kesehatan merupakan peranan yang amat

penting bagi kehidupan manusia dalam melakukan segala aktivitas. Hal ini yang

menyebabkan masyarakat tidak ingin ada kesalahan atau kelalaian yang dilakukan

oleh perawat dalam merawat pasiennya. Gugatan dari pihak pasien untuk meminta

pertanggungjawaban dari perawat maupun pihak rumah sakit didasarkan pasal

1239 dan 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Hubungan perawat dengan pasien adalah suatu profesi pengabdian kepada

pasien dan kemanusiaan yang artinya profesi keperawatan lebih mendahulukan

3
kepentingan kesehatan pasien diatas kepentingannya sendiri. Dalam memberikan

pelayanan perawat wajib memberikan informasi kepada pasien secara lengkap dan

komprehensif semaksimal mungkin agar tidak terjadi kesalahan atau kelalaian

perawat dalam melakukan tugasnya. Malpraktik adalah suatu kegagalan atau

kelalaian dalam bertindak atau memutuskan sesuatu yang berkaitan tentang

keprofesional seseorang dalam memberikan pelayanan dibidang kesehatan.

Malpraktik, memberikan arti penjelasan terkait tentang status profesional, pemberi

pelayanan dan standart pelayanan profesional.

Perawat diberikan kepercayaan penuh oleh pasien dengan harapan untuk

memberikan pelayanan, keamanan, dan kenyamanan yang berkualitas. Oleh

karena itu, tindakan yang dilakukan perawat haruslah berhati-hati, dilakukan

secara cermat, dan teliti agar tidak terjadi kesalahan demi memberikan

perlindungan kepada pasien. Kesalahan atau kelalaian yang fatal bisa dari badan

maupun jiwa pasien yang berakibat dapat merugikan bagi pihak pasien.

Salah satu realita yang terjadi terkait kurangnya perlindungan terhadap

pasien adalah kasus yang menimpa seorang mahasiswa fakultas hukum

Universitas Muhammadiah Kendari, alfiawan yang mengeluh sakit yang tidak

wajar setelah menjalanin operasi usus buntu di rumah sakit Prayoga, Kendari.

Pada saat itu ibunya bertanya kepada seorang perawat dan perawat tersebut

menjelaskan bahwa itu adalah gejala yang biasa dialami pasien dengan penyakit

seperti itu. Pihak keluarga mengaku bingung dengan pelayanan pihak rumah sakit.

Pihak rumah sakit juga tidak memberikan resep obat, untuk dikonsumsi anaknya

pasca operasi. Bahkan perawat jaga yang datang juga tidak menyarankan obat dan

4
langsung menyuntikan sesuatu pada impus Alfiawan yang dibawanya dari ruang

jaga. Perawat yang datang hanya langsung menyuntikan obat tanpa kami tahu

suntikan apa itu, dan obat apa yang di pakai. Sebenarnya Alfiawan sudah

menunjukkan kemajuan, karena dua jam seusai dilakukannya operasi dan telah

mengeluarkan gas dari dalam tubuhnya. Setelah dua jam di operasi alfiawan

meminta minum kepada ibunya.

Namun, ibunya tidak memberikan makanan atau minuman karena hal

tersebut dilarang oleh dokter. Setelah itu, kesakitan pada bagian perutnya, suhu

badannya naik dengan sangat tinggi, alfiawan sempat memberontak karena tidak

tahan dengan sakit di perutnya, dua kipas angin yang di siapkan juga tidak di

rasakan karena badannya yang sangat panas. Alfiawan pun meninggal dunia dan

keluarga korban membutuhkan penjelasaan penyebab kematian anaknya.

Sementara itu, perawat jaga yang tidak mau menyebutkan nama dikonfirmasi dan

mengaku tidak mengetahui tentang penyebab kematian pasien karena pada saat itu

ada perawat lain yang bertugas.1

Gambaran realisasi perlindungan pasien melalui contoh kasus diatas, mendorong

penulis untuk mengkaji lebih dalam tentang penegakkan hukum perlindungan

pasien dibidang pelayanan medis. Dari kesalahan atau kelalaian yang dilakukan

oleh perawat dalam melakukan tugasnya.

1
http://www.suarakendari.com/diduga-malpraktek-pasien-usus-buntu-meninggal-usai-
dioperasi.html diakses pada tanggal 22 Juni 2015. Jam 21.00 wib.

5
Dengan latar belakang tersebut diatas, penulis mencoba mengangkat

persoalan mengenai

“Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Korban Malpraktik yang

Dilakukan Oleh Perawat”

6
B. Rumusan Masalah :

Bagaimana perlindungan hukum pasien korban malpraktik yang dilakukan

oleh perawat?

C. Tujuan Penelitian :

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

- Untuk mengetahui dan menjelaskan secara rinci tentang

perlindungan hukum pasien sebagai korban malpraktik yang

dilakukan oleh perawat ditinjau dari Undang-Undang No. 38

Tahun 2014 tentang Keperawatan, Undang-Undang No. 36

Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang-Undang No. 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

- Untuk dapat mengetahui dan memahami apa faktor-faktor

penyebab terjadinya malpraktek yang dilakukan oleh perawat,

upaya-upaya pencegahannya serta kendala-kendala yang

dihadapi dalam penyelesaian secara perdata malpraktek yang

dilakukan oleh perawat.

D. Manfaat Penelitian :

Salah satu faktor pemilihan masalah dalam penelitian ini bahwa

penelitian ini dapat bermanfaat karena nilai dari sebuah penelitian

ditentukan oleh bisanya manfaat karena nilai dari sebuah penelitian

ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat diambil dari adanya

7
penelitan tersebut. Adapun manfaat yang diharapkan dari rencana

penulisan ini antara lain :

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yaitu manfaat dari penulisan hukum ini yang

bertalian dengan pengembangan ilmu hukum. Manfaat teoritis dari

rencana penulisan ini sebagai berikut ini :

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum

pada umumnya serta Hukum Perdata mengenai

perlindungan pasien pada khususnya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

referensi dan literatur dalam dunia kepustakaan tentang

perlindungan hukum pasien korban malpraktik yang

dilakukan oleh perawat.

c. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap

penelitian-penelitian sejenis untuk tahap berikutnya.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yaitu manfaat dari penulisan hukum ini

yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Manfaat praktis dari

rencana penulisan ini sebagai berikut :

a. Menjadi wahana bagi peneliti untuk mengembangkan

penalaran dan membentuk pola pikir sekaligus untuk

8
mengetahui kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu

yang diperoleh.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberi

masukan kepada semua pihak yang membutuhkan

pengetahuan yang terkait dengan permasalahan yang

diteliti dan dapat dipakai sebagai sarana yang efektif dan

memadai dalam upaya mempelajari dan memahami ilmu

hukum, khususnya Hukum Perdata dalam hal

perlindungan pasien.

E. Definisi Konsep :

Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Korban Malpraktik yang Dilakukan

Oleh Perawat

a) Pengertian perlindungan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia

berarti tempat berlindung atau merupakan perbuatan (hal)

melindungi, misalnya memberi perlindungan kepada orang yang

lemah.2

b) Pengertian hukum menurut Sudikno Mertokusumo adalah

kumpulan peraturan atau kaedah yang mempunyai isi yang bersifat

umum dan normatif, umum karena berlaku bagi setiap orang dan

normatif karena menentukan seyogyanya dilakukan, apa yang tidak

2
W.J.S Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cetakan IX. Balai Pustaka. Jakarta. 1986. Hal
600.

9
boleh dilakukan atau harus dilakukan serta menentukan bagaimana

caranya melaksanakan kepada kaedah-kaedah.3

c) Perlindungan hukum menurut Philipus M.Hadjon adalah

perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap

hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum

berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan atau sebagai

kumpulan peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu

hal dari hal lainnya. Berkaitan dengan konsumen, berarti hukum

memberikan perlindungan terhadap hak-hak pelanggan dari sesuatu

yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak tersebut.4

d) Menurut Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya

untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang

oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk

mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan

manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia. 5

e) Menurut Muchsin, perlindungan hukum merupakan kegiatan untuk

melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai

atau kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan

dalam menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antar

sesama manusia.6
3
Sudikno Mertokusumo. Mengenal Hukum (Suatu Pengantar). Yogyakarta. Liberty.
1991. Hal 38.
4
Phlipus M.Hadjon. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia. 1987. Surabaya: Bina
Ilmu. Hal 25.
5
Setiono. Rule of Law (Supremasi Hukum). Surakarta. Magister Ilmu Hukum Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 2004. Hal 3.
6
Muchsin. Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia. Surakarta.
Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 2003. Hal 14.

10
f) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian pasien adalah

orang sakit (yang dirawat perawat atau dokter); penderita (sakit).7

g) Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2006 Tentang

Perlindungan Saksi dan Korban, pengertian korban adalah

seseorang yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau

kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana.8

h) Menurut M.Jusuf  Hanafiah & Amri Amir, pengertian malpraktek

adalah: ”kelalaian seorang tenaga medis untuk mempergunakan

tingkat keterampilan dan ilmu yang lazim dipergunakan dalam

mengobati pasien atau orang yang terluka menurut ukuran di

lingkungan yang sama. Yang dimaksud kelalaian disini adalah

sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang seseorang

dengan sikap hati-hati melakukannya dengan wajar, tapi sebaliknya

melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak akan

melakukannya dalam situasi tersebut. Kelalaian diartikan pula

dengan melakukan tindakan keperawatan di bawah standar

pelayanan medis (standar profesi dan standar prosedur

operasional)”.9

i) Guwandi, mendefinisikan malpraktik sebagai kelalaian dari

seorang dokter atau perawat untuk menerapkan tingkat

7
Menurut Kamus Besar online. http://kbbi.web.id/pasien. diakses pada tanggal 23 Juni
2015. Jam 21:41 wib.
8
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi
dan Korban. Hal 1.
9
Hanafiah, M.Yusuf dan Amri Amir. Etika Kedokteran Dan Hukum Kesehatan. Jakarta:
Kedokteran EGC. 1999. Hal 87.

11
keterampilan dan pengetahuannya di dalam memberikan pelayanah

pengobatan dan perawatan terhadap seorang pasien yang lazim

diterapkan dalam mengobati dan merawat orang sakit atau terluka

di lingkungan wilayah yang sama.10

j) Menurut Dr. H. Syahrul Machmud, S.H., M.H., Malpraktek adalah,

setiap sikap tindak yang salah, kekurangan keterampilan dalam

ukuran tingkat yang tidak wajar. Istilah ini umumnya dipergunakan

terhadap sikap tindak dari para dokter, perawat, pengacara dan

akuntan. Kegagalan untuk memberikan pelayanan profesional dan

melakukan pada ukuran tingkat keterampilan dan kepandaian yang

wajar di dalam masyarakatnya oleh teman sejawat rata-rata dari

profesi itu, sehingga mengakibatkan luka, kehilangan atau kerugian

pada penerima pelayanan tersebut yang cenderung menaruh

kepercayaan terhadap mereka itu. Termasuk di dalamnya setiap

sikap tindak profesional yang salah, kekurangan keterampilan yang

tidak wajar atau kurang kehati-hatian atau kewajiban hukum,

praktek buruk atau ilegal atau sikap immoral.11

k) Perawat adalah seseorang yang telah lulus

pendidikan perawat  baik  di  dalam maupun  di  luar  negeri  sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.12

10
Guwandi. Kelalaian Medik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1994.
Hal 22.
11
Machmud, Syahrul. Penegakan Hukum dan Perlindungan Hukum Bagi Dokter Yang
Diduga Melakukan Medikal Malpraktek. 2012. Karya Putra Darwati. Hal 23-24.
12
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001
tentang Registrasi dan Praktik Perawat. Hal 1.

12
l) Menurut Undang- Undang Nomor 38 Tahun 2014 pasal 1 ayat (1-

2) tentang Perawat, pengertian perawat adalah kegiatan pemberian

asuhan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik

dalam keadaan sakit maupun sehat dan seseorang yang telah lulus

pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun di luar

negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan

Peraturan Perundang-undangan.13

F. Metode Penelitian :

1) Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penulisan hukum ini

adalah penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang dilakukan

dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri

dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum

tersier dari masing-masing hukum normatif. Bahan- bahan tersebut

disusun secara sistematis, dikaji, kemudian dibandingkan dan ditarik

suatu kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti.

1) Jenis Bahan Hukum

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah

penelitian hukum normatif, maka bahan hukum yang dipergunakan

meliputi bahan hukum primer, sekunder, tersier. Bahan hukum primer

yang terdiri dari peraturan perundang-undangan. Bahan hukum

sekunder yang terdiri dari buku-buku hukum, jurnal hukum, artikel

13
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan. Hal
2.

13
hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer.

Dan bahan hukum tersier yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

2) Sumber Bahan Hukum

Di dalam penelitian hukum ini, dipergunakan jenis data sekunder,

yang dari sudut kekuatan mengikatnya digolongkan ke dalam

beberapa sumber data, yaitu :

a. Bahan hukum primer

Yaitu jenis bahan hukum yang merupakan bahan berupa

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan judul

yang dipakai dalam penelitian ini. Bahan hukum primer yang

digunakan dalam penelitian ini, dalam hal ini berupa Undang-

Undang No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, Undang-

Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang-

Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

dan UU lainnya.

b. Bahan Hukum Sekunder

Adalah bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan

hukum primer, seperti hasil ilmiah para sarjana, jurnal, karya

ilmiah, buku-buku, internet, dan makalah yang dalam

penelitian ini peneliti menggunakan literatur yang

berhubungan dengan hukum perdata, hukum perlindungan

14
konsumen khususnya pasien, hukum keperawatan dan hukum

kesehatan.

c. Bahan Hukum Tersier

Yakni bahan hukum yang bersifat menunjang bahan hukum

primer dan sekunder yang berupa kamus, ensiklopedia, dan

lain-lain.

3) Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Bahan Hukum

Kegiatan yang akan dilakukan dalam pengumpulan bahan hukum

dalam penelitian ini yaitu studi kepustakaan dengan cara indentifikasi

isi. Pengumpulan bahan hukum dapat dilakukan dengan

mengidentifikasikan isi dari bahan hukum sekunder yang diperoleh

dengan cara membaca, mengkaji, dan mempelajari bahan pustaka baik

berupa peraturan perundang- undangan, karya ilmiah, artikel dari

internet, jurnal, dan buku-buku yang terkait dengan penelitian hukum

ini.

Mengingat tugas dari penelitian ini adalah untuk memberikan

gambaran materi mengenai permasalahan yang ada, dan di dasarkan

pada teori-teori, maka teknik atau cara yang dipergunakan dalam

pengolahan bahan hukum yaitu dengan mengumpulkan bahan yang

didapat, diolah dan dijabarkan secara sitematis. Bahan hukum yang

sudah terkumpul diinventariskan, dipilah-pilah dan disesuaikan

kemudian di tarik suatu kesimpulan terkait pokok pembahasan dalam

penelitian ini, selain itu juga dilakukan pemisahan yaitu dengan

15
memberikan tanda-tanda tertentu yang tidak lain untuk mempermudah

penuangan dalam pembahasan berikutnya.

4) Teknik Analisa Bahan Hukum

Bahan hukum yang diperoleh dari hasil penelitian ini kemudian

dianalisis secara deskriptif yaitu bahan hukum secara keseluruhan

yang dipilih sesuai dengan pokok permasalahan sehingga dapat

memberikan gambaran secara utuh dan jelas, kemudian dengan

menggunakan metode deduktif yaitu metode yang menerangkan hal-

hal yang bersifat umum menuju kepada hal-hal yang bersifat khusus

untuk ditarik kesimpulan yang dapat menjawab permasalahan yang

ada.

G. Sistematika Penulisan Hukum

Pertanggung jawaban sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari :

Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,

rumusan masalah, tujuan, manfaat, definisi konsep, metode

penelitian dan sistematikan penulisan hukum.

Bab II : Kajian pustaka yang berjudul perlindungan hukum

pasien sebagai korban tindakan malpraktik yang dilakukan oleh

perawat terdiri dari pasien sebagai konsumen jasa pelayanan

medis, perlindungan hukum terhadap pasien melalui tenaga

medis khususnya perawat yang diatur dalam Undang-Undang

No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, Undang-Undang No.

16
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang-Undang No. 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Bab III : Pembahasan

Bab IV : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Daftar Bacaan

Daftar Bacaan

http://www.antarajatim.com/lihat/berita/118310/ppni-pamekasan-sanksi-perawat-

sebabkan-pasien-meninggal

http://www.suarakendari.com/diduga-malpraktek-pasien-usus-buntu-meninggal-

usai-dioperasi.html diakses pada tanggal 22 Juni 2015. Jam 21.00 wib.

W.J.S Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cetakan IX. Balai Pustaka. Jakarta. 1986.

Hal 600.

17
Sudikno Mertokusumo. Mengenal Hukum (Suatu Pengantar). Yogyakarta.

Liberty. 1991. Hal 38.

Phlipus M.Hadjon. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia. 1987. Surabaya:

Bina Ilmu. Hal 25.

Setiono. Rule of Law (Supremasi Hukum). Surakarta. Magister Ilmu Hukum

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 2004. Hal 3.

Muchsin. Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia.

Surakarta. Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 2003.

Hal 14.

Menurut Kamus Besar online. http://kbbi.web.id/pasien. diakses pada tanggal 23

Juni 2015. Jam 21:41 wib.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Perlindungan Saksi dan Korban. Hal 1.

Hanafiah, M.Yusuf dan Amri Amir. Etika Kedokteran Dan Hukum Kesehatan.

Jakarta: Kedokteran EGC. 1999. Hal 87.

Guwandi. Kelalaian Medik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

1994. Hal 22.

Machmud, Syahrul. Penegakan Hukum dan Perlindungan Hukum Bagi Dokter

Yang Diduga Melakukan Medikal Malpraktek. 2012. Karya Putra Darwati. Hal

23-24.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat. Hal 1.

18
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang

Keperawatan. Hal 2.

19
Kajian Pustaka

A. Kerangka Teoritis

1. Tinjauan umum tentang perlindungan hukum terhadap pasien dalam

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-

Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dan

Undang-Undang No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan.

a. Tinjauan umum yang mengatur perlindungan pasien sebagai korban

malpraktik yang dilakukan oleh perawat menurut undang-undang

kesehatan.

Dalam Undang- undang kesehatan yang baru yaitu Undang-

Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang

menggantikan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 disebutkan

perlindungan hukum terhadap pasien sebagai korban malpraktik

yang dilakukan oleh perawat hampir sama dengan perlindungan

yang ada dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1992, hanya saja

ada ketentuan tambahan sebagai batasan bentuk perlindungan

20
yang diberikan. Adapun ketentuan tersebut terdapat pada Pasal

58 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), yaitu:

Ayat (1) : “Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap

seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan

yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian

dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.

Ayat (2) : “Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan

penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam

keadaan darurat.

Ayat (3) : “Ketentuan mengenai tata cara pengajuan tuntutan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Pemberi hak untuk menuntut ganti rugi kepada korban

malpratik merupakan suatu upaya untuk memberikan

perlindungan bagi setiap orang (korban malpraktik) atas suatu

akibat yang timbul, baik fisik maupun non fisik karena kesalahan

atau kelalaian tenaga kesehatan (dalam hal ini adalah perawat).

Perlindungan ini sangat penting karena akibat kelalaian atau

kesalahan dari dokter tersebut mungkin dapat menyebabkan rasa

sakit,

21
22

Anda mungkin juga menyukai