Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIK PROFESI NERS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Px: GOUT ARTHRITIS DENGAN

MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT

OLEH:

IKHATOTUN NURONIYAH

NIM : 202073026

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA SEHAT PPNI

MOJOKERTO

2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan asuhan keperawatan ini diajukan oleh:


Nama : Ikhatotun Nuroniyah
NIM : 202073026
Program Studi : Profesi Ners
Judul Asuhan Keperawatan :
Asuhan Keperawatan Pada Px: Gout Arthitis dengan Masalah Keperawatan Nyeri
Akut

Mojokerto, 1 Desember 2020


Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

( ) ( )

Mengetahui,
Kepala Ruangan

( )
BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep Dasar Kebutuhan Rasa Nyaman: Nyeri

1.1 Definisi

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang memengaruhi seseorang

dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Jadi nyeri

merupakan tanda penting terhadap adanya gangguan fisiologi atau

jaringan (Wahit, dkk., 2015).

Nyeri adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan degan

kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau

lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari

3 bulan (SDKI, 2017).

1.2 Batasan Karakteristik

Batasan Karakteristik Mayor Batasan Karakteristik Minor


Subjektif Subjektif
Mengeluh nyeri (tidak tersedia)

Objektif Objektif
- Tampak meringis - Tekanan darah meningkat
- Bersifat protektif (misal: - Pola nafas berubah
waspada, posisi menghindari - Nafsu makan berubah
nyeri) - Proses berfikir terganggu
- Gelisah - Menarik diri
- Frekuensi nada meningkat - Berfokus pada diri sendiri
- Sulit tidur - Diaforesis

1.3 Jenis Nyeri

Berdasarkan mekanisme nyeri dapat diklasifikasikan dalam 3 jenis yaitu :

1. Nyeri fisiologis, terjadinya nyeri oleh karena stimulasi singkat yang

tidakmerusak jaringan, misalnya pukulan ringan akan menimbulkan

nyeri yang ringan.

2. Nyeri inflamasi, terjadinya nyeri oleh karena stimulasi yang sangat

kuat sehingga merusak jaringan.

3. Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului dan disebabkan adanya

disfungsi primer ataupun lesi pada sistem saraf yang diakibatkan:

trauma,kompresi,keracunan, toksin ataugangguan metabolik.

(Potter & Perry (2005) dalam andarmoyo, 2013)

1.4 Fisiologi Nyeri

Reseptor nyeri merupakan organ tubuh yang berfungsi menerima

rangsangan nyeri dan dalam hal ini organ tubuh yang berfungsi sebagai

reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas dalam kulit hanya berespons pada

stimulus yang kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut

juga nosiseptor, secara anatomis reseptor nyeri ada yang bermeilin dan

ada juga yang tidak bermeilin dari saraf aferen.


1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

1. Usia

Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri,

khususnya pada anak-anak dan lansia. Anak kecil mempunyai

kesulitan memahami nyeri dan prosedur yang dilakukan perawat yang

menyebabkan nyeri. Anak-anak juga mengalami kesulitan secara

verbal dan mengungkapkan dan mengekspresikan nyeri. Sedangkan

pasien yang berusia lanjut, memiliki resiko tinggi mengalami situasi

yang membuat mereka merasakan nyeri akibat adanya komplikasi

penyakit dan degenaratif.

2. Jenis kelamin

Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnya

menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak

bolek menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam

situasi yang sama. Namun secara umum, pria dan wanita tidak berbeda

secara bermakna dalam berespons terhadap nyeri.

3. Kebudayaan

Beberapakebudayaan yakni bahwa memperlihatkan nyeri adalah suatu

yang alamiah. Kebudayaan lain cenderung untuk melatih perilaku

yang tertutup (introvert). Sosialisasi budaya menentukan perilaku

psikologis seseorang. Dengan demikian hal ini dapat mempengaruhi


pengeluaran fisiologis opial endogen sehingga terjadilah persepsi

nyeri.

4. Perhatian

Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada yeri dapat

mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan

dengan nyeri yang meningkat sedangkan upaya pengalihan (distraksi)

dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun.

5. Makna nyeri

Individu akan mempresepsikan nyeri berbeda-beda apabila nyeri

tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan

tantangan. Makna nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara

seseorang beradaptasi terhadap nyeri.

6. Ansietas

Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri tetapi nyeri juga

dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Apabila rasa cemas tidak

mendapat perhatian dapat menimbulkan suatu masalah

penatalaksanaan nyeri yang serius.

7. Gaya koping

Individu yang memiliki lokus kendali internal mempresepsikan diri

mereka sebagai individu yang dapat mengendalikan lingkungan

mereka dan hasil akhir suatu peristiwa seperti nyeri. Sebaliknya,


indivisu yang memiliki lokus kendali eksternal mempresepsikan faktor

lain di dalam lingkungan mereka seperti perawat sebagai individu

yang bertanggung jawab terhadap hasil akhir suatu peristiwa.

8. Keletihan

Rasakeletihan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan

menurunkan kemampuan koping sehingga meningkatkan presepsi

nyeri.

9. Pengalaman sebelumnya

Setiapindividu belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya namun tidak

selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan

lebih mudah di masa datang.

10. Dukungan keluarga dan sosial

Kehadiran orang-orang terdekat dan bagaimana sikap mereka terhadap

klien dapat mempengaruhi respon nyeri. Pasien dengan nyeri

memerlukan dukungan, bantuan dan perlindungan walaupun nyeri

tetap dirasakan namun kehadiran orang yang dicintai akan

meminimalkan kesepian dan ketakutan.

(Wahyudi & Abd. Wahid, 2016)


1.6 Respon tubuh terhadap nyeri

1. Sistem respirasi

Pengaruh dari peningkatan laju metabolisme, pengaruh reflek

segmental, dan hormone seperti bradikinin dan prostaglandin

menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen tubuh dan produksi

karbondioksida mengharuskan terjadinya peningkatan ventilasi

permenit sehingga meningkatkan kerja pernafasan, khususnya pada

pasien dengan penyakit paru. Penurunan gerakan dinding torak

menurunkan volume tidal kapasitas residu fungsional. Hal ini

mengarah pada terjadinya atelectasis, hipoksemia dan terkadang dapat

terjadi hipoventilasi.

2. Sistem kardiovaskuler

Pembuluh darah akan mengalami vasokontriksi. Terjadi gangguan

perfusi, hipoksia jaringan akibat dari efek nyeri terhadap

kardiovaskuler berupa peningkatan angiostensin II dan anti deuretik

hormone sehingga mempengaruhi hemodinamik tubuh seperti

hipertensi, takikardi dan peningkatan resistensi pembuluh darah secara

sistemik. Pada orang normal cardiac output akan meningkat tetapi

pada pasien dengan kelainan fungsi jantung akan mengalami

penurunan cardiac output dan hal ini akan lebih memperburuk

keadaanya. Karena nyeri menyebabkan peningkatan kebutuhan


oksigen myocard, sehingga nyeri dapat menyebabkan terjadinya

Iskemia Myocardial.

3. Sistem Gastrointestinal

Rangsangan terhadap saraf simpatis meningkatkan tahanan spingter

dan menurunkan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus.

Hipersekresi asam lambung akan menyebabkan ulkus dan bersamaan

dengan penurunan motilitas usus, potensial menyebabkan pasien

mengalami pneumonia aspirasi, mual, muntah dan konstipasi.

4. Sistem urogenital

Rangsangan terhadap saraf simpatis meningkatkan tahanan spingter

saluran kemih dan menurunkan motilitas saluran cerna yang

menyebabkan retensi urine.

5. Sistem metabolisme dan endokrin

Kelenjar simpatis menjadi aktif, sehingga terjadi pelepasan

ketokelamin. Metabolisme otot jantung meingkat sehingga kebutuhan

oksigen meningkat. Respon hormonal terhadap nyeri meningkatkan

hormone-hormon metabolic seperti kortisol dan glucogan sehingga

menyebabkan penurunan hormone anabolic seperti insulin dan

testosterone. Peningkatan kadar ketokelamin dalam darah mempunyai

pengaruh terhadap kerja insulin. Efektifitas insulin menurun,


menimbulkan gangguan metabolisme glukosa sehingga kadar gula

dalam darah meningkat.

6. Sistem hematologi

Nyeri menyebabkan peningkatan adhesi platelet, meningkatkan

fibrinolysis, dan hiperkoagulopati.

7. Sistem imunitas

Nyeri merangsang produksi leukosit dengan lympopenia dan nyeri

dapat mendepresi system retikuloendotial, yang pada akhirnya akan

menyebabkan pasien beresiko menjadi mudah terinfeksi.

8. Homeostasis cairan dan elektrolit

Efek yang menimbulkan akibat dari peningkatan pelepasan hormone

aldosteron berupa retensi natrium. Efek akibat peningkatan produksi

ADH berupa retensi cairan dan penurunan produksi urine. Hormone

ketokelamin dan kortisol menyebabkan berkurangnya kalium,

magnesium dan elektrolit lainnya.

1.7 Pengukuran Nyeri

Nyeri diupayakan menjadi terukur dengan skala. Termasuk disini skala

numerik nyeri, visual analog scale yang berupa garis lurus , dan skala

wajah. Skala dipergunakan untuk mendeskripsikan intensitas/ beratnya

rasa nyeri menurut Potter & Perry (2006) dalam andarmoyo (2013).
Skala Numerik Nyeri

Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah di validasi berat ringannya

rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan

pendapat subyektif nyeri. Skala numerik, dari 0 hingga 10, di bawah ini,

dikenal juga sebagai Visual Analog Scale (VAS), Nol (0) merupakan

keadaan tanpa atau bebas nyeri, sedangkan sepuluh (10) merupakan suatu

nyeri yang sangat hebat menurut Potter & Perry (2006) dalam

Andarmoyo, 2013)

Keterangan:

1 : Tidak ada nyeri (merasa normal)

2 : Nyeri hampir tidak terasa (nyeri sangat ringan). Sebagian besar tidak

pernah berfikir tentang rasa sakit, seperti gigitan nyamuk

3 : Tidak menyenangkan, nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada kulit

4 : Bisa ditoleransi, nyeri sangat terasa, seperti suntikan dokter

5 : Menyedihkan, kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa

sakit dari sengatan lebah

6 : Sangat menyedihkan, kuat dalam, nyeri yang menusuk, seperti kaki

yang terkilir
7 : Intens, kuat dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga tampak

memengaruhi sebagian indra, menyebabkan tidak fokus, komunikasi

terganggu

8 : Sakit intens, sama seperti skala 6, rasa sakit benar-benar

mendominasi indra, tidak mampu berkomunikasi dengan baik dan

tidak mampu melakukan perawatan diri

9 : Benar-benar mengerikan, nyeri sangat kuat dan sangat mengganggu

sampai sering mengalami perubahan perilaku jika nyeri terjadi

10 : Menyiksa tak tertahankan, nyeri sangat kuat, tidak bisa ditoleransi

dengan terapi

11 : Nyeri tak terbayangkan dan tidak dapat diungkapkan, nyeri berat

sampai tidak sadarkan diri.

Pengelompokan:

a. Skala nyeri 1-3 berarti nyeri ringan (masih bias ditahan, aktivitas tak

terganggu).

b. Skala nyeri 4-6 berarti nyeri sedang (menganggu aktivitas fisik).

c. Skala nyeri 7-10 berarti nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas

secara mandiri).

1.8 Penatalaksanaan Nyeri

Dalam manajemen nyeri terdapat dua jenis terapi, yaitu terapi non

farmakologis dan terapi farmakologis.


a. Terapi non farmakologis

Merupakan menejemen penurunan nyeri tanpa menggunakan agen

farmakologi. Dalam penanganan nyeri non farmakologi merupaan

tindakan independen seorang perawat.Berikut teknik-teknik yang

dapat digunakan :

1. Bimbingan antisipasi

Pasien yang mengalami nyeri akan merasakan kecemasan sehingga

akan meningkatkan persepsi individu tersebut terhadap nyeri yang

timbul. Kecemasan tersebut dapat timbul akibat kurangnya

pengetahuan klien mengenai nyeri atau penyakit.Dalam hal ini

diperlukan bimbingan antisipasi yang merupakan tugas perawat

sebagai advokasi yaitu memberikan pemahaman kepada klien

mengenai nyeri atau penyakit yang dirasakan. Pemahaman yang

diberikan meliputi : a). kejadian, awitan, dan durasi nyeri yang

akan dialami, b). kualitas, keparahan, dan lokasi nyeri, c).

informasi mengenai cara keamaan klien telah dipastikan, d).

penyebab nyeri, e). metode mengatasi nyeri yang digunakan

perawat dank lien, f). harapan klien selama menjalani prosedur

menurut (Potter & Perry, 2006) dalam Andarmoyo, (2013)).


2. Terapi kompres hangat atau dingin

Terapi kompres dingin diduga hanya bekerja dengan menstimulasi

reseptor tidak nyeri (non-nosiseptor) dalam bidang reseptor yang

sama pada cedera.

Sedangkan pemakaian kompres hangat biasanya dilakukan hanya

setempat saja pada bagian tubuh tertentu. Dengan pemberian

kompres hangat, pembuluh-pembuluh darah akan melebar

sehingga memperbaiki peredaran darah di dalam jaringan tersebut.

Dengan cara ini penyaluran zat asam dan bahan makanan ke sel-sel

diperbesar aka diperbaiki. Aktivitas sel yang meningkat akan

mengurangi rasa sakit atau nyeri dan akan menunjang proses

penyembuhan luka dan peradangan (Stevens dkk, 2000). dalam

Andarmoyo (2013).

3. Distraksi

Menurut Smeltzer & Bare (2002) dalam (Andarmoyo, 2013).

Distraksi merupakan tindakan memfokuskan perhatian klien pada

sesuatu selain nyeri. Keefektifan distraksi tergantung pada

kemampuan klien untuk menerima dan membangkitkan input

sensori selain nyeri.

1) Bernapas lambat dan berirama secara teratur.

2) Menyanyi berirama dan menghitung ketukannya


3) Mendengarkan musik dan Message (pijatan)

4) Mendorong untuk mengkhayal yaitu melakukan bimbingan

yang baik kepada klien untuk mengkhayal (Asmadi, 2008).

4. Teknik Relaksasi

Teknik ini didasarkan kepada keyakinan bahwa tubuh berespon

pada ansietas yang merangsang pikiran karena nyeri atau kondisi

penyakitnya.Teknik relaksasi dapat menurunkan ketegangan

fisiologis.Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas

abdomen dengan frekuensi lambat dan berirama. Pasien dapat

memejamkan mata dan bernapas dengan perlahan dan nyaman

(Andarmoyo, 2013).

5. Hipnotis

Sebuah teknik yang menghasilkan suatu keadaan yang tidak

sadarkan diri yang dicapai melalui gagasan-gagasan yang

disampaikan oleh pehipnotisan (Depkes, 1984 dalam (Andarmoyo,

2013)). Hipnosis dapat membantu mengubah persepsi nyeri

melaluli pengaruh sugesti positif. Suatu pendekatan kesehatan

holistik, hipnosis diri menggunakan sugesti diri dan kesan tentang

perasaan rileks dan damai.

6. Masase
Masase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak,

biasanya otot, tendo, atau ligamentum, tanpa menyebabkan

gerakan atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri,

menghasilkan relaksasi, dan memperbaiki sirkulasi (Andarmoyo,

2013).

b. Terapi farmakologi

Obat analgesik merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi

nyeri.Walaupun begitu dokter masih cenderung tidak melakukan

upaya analgesic dalam penanganan nyeri dikarenakan informasi obat

yang tidak benar. Di khawatirkan klien akan mengalami ketagihan

obat, cemas aka melakukan kesalahan dalam menggunakan analgesic

narkotika dan pemberian obat yang kurang dari yang diresepkan. Obat

analgesik berkerja mengurangi persepsi seseorang tentang rasa nyeri,

terutama lewat daya kerjanya atas sistem saraf sentral dan mengubah

reseptor seseorang terhadap rasa sakit (Asmadi, 2008) Misalnya:

Naproksen(naprosyn) diberikan untuk mengurangi nyeri kepala

(Sulistyo, 2013).

2. Konsep Asuhan Keperawatan

2.1 Pengkajian

Pengkajian nyeri yang factual dan tepat dibutuhkan untuk menetapkan

data dasar, menegakkan diagnosis keperawatan yang tepat, menyeleksi


terapi yang tepat, dan mengevaluasi respon klien terhadap terapi.

Keuntungan pengkajian nyeri bagi klien adalah nyeri dapat diidentifikasi,

dikenali sebagai suatu yang nyata, dapat diukur dan dapat dijelaskan serta

digunakan untuk mengevaluasi perawatan (Andarmoyo, 2017).

1. Identitas Klien

Pada identitas klien meliputi nama, umur, tempat tanggal lahir, alamat,

jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, status perkawinan, no.telepon,

orang yang paling dekat dengan klien, hubungan dengan klien, alamat

keluarga (Muttaqin, 2011).

2. Keluhan utama

Pada umumnya keluhan utama adalah nyeri. Untuk memperoleh

pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan

metode PQRST.

3. Riwayat penyakit sekarang

Adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi, terdapat kekakuan pada

sendi, keluhan biasanya dirasakan sejak lama dan sampai mengganggu

pergerakan.

4. Riwayat penyakit dahulu

Berisi pengalaman penyakit sebelumnya, apakah memberi pengaruh pada

penyakit yang diderita sekarang.


5. Riwayat penyakit keluarga

Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang menderita sakit

yang sama seperti klien, dikaji pula mengenai adanya penyakit keturunan

yang menular dalam keluarga (Muttaqin, 2011).

6. Riwayat Psikososial

Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit

klien dalam lingkungannya. Respon yang didapat meliputi adanya

kecemasan individu dengan rentan variasi tingkat kecemasan yang

berbeda dan berhubungan erat adanya sensasi rasa nyeri.

7. Pengkajian nyeri

Provoking incident : faktor pencetus atau penyebab nyeri klien

Quality of pain : nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien

Region, radiation, relief : nyeri dapat menjalar atau menyebar

Severity (scale) of pain : nyeri yang dirasakan (Skala 0-10)

Time : waktu timbul nyeri, berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah

bertambah buruk saat malam atau siang hari

8. Riwayat nyeri

Saat mengkaji riwayat nyeri, perawat sebaiknya memberi klien

kesempatan untuk mengungkapkan cara pandang mereka terhadap nyeri

dan situasi tersebut dengan kata-kata mereka sendiri. Langkah ini akan
membantu perawat memahami makna nyeri bagi klien, secara umum

pengkajian riwayat nyeri meliputi:

a. Lokasi

Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien untuk

menunjukkan area nyerinya

b. Intensitas nyeri

Penggunakan skala intensitas nyeri merupakan untuk menentukan

intensitas nyeri klien. Skala nyeri yang paling sering digunakan adalah

rentang 0-5 atau 0-10.

c. Kualitas nyeri

Terkadang nyeri yang dirasaka bisa seperti tertusuk-tusuk, teriris

benda tajam, rasa terbakar. Perawat dapat mencatat kata-kata yang

digunakan pasien dalam menggambarkan nyerinya.

d. Pola nyeri

Pola nyeri meliputi, waktu, durasi, dan kekambuhan interval nyeri.

Maka perawat perlu mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri

berlangsung, apakah nyeri berulang, dan kapan nyeri terakhir muncul.

e. Faktor presipitasi

Terkadang aktivitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri. Seperti

aktivitas berlebihan yang mengakibatkan timbulnya nyeri pada dada,

selain itu faktor lingkungan, suhu lingkungan dapat berpengaruh


terhadap nyeri, stressor fisik dan emosional juga dapat memicu

munculnya nyeri.

f. Gejala yang menyertai

Nyeri juga bisa menimbulkan gejala yang menyertai, seperti mual,

muntah dan pusing.

g. Sumber koping

Setiap individu memiliki strategi koping yang berbeda-beda dalam

menghadapai nyeri. Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh

pengalaman nyeri sebelumnya, atau pengaruh agama dan budaya.

h. Respon afektif

Respon afektif pasien terhadap nyeri berfariasi, tergantung pada

situasi, derajat dan durasi nyeri dan faktor lainnya. Perawat perlu

mengkaji adanya ansietas, takut, lelah, depresi atau perasaan gagal

pada diri pasien.

2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Berdasarkan diagnosa NANDA NIC NOC (2016) masalah yang

muncul pada gangguan rasa nyaman nyeri adalah:

Gangguan rasa nyaman nyeri: nyeri akut berhubungan dengan agen

cidera fisik

2. Berdasarkan diagnosa SDKI (2016) masalah yang muncul pada

gangguan rasa nyaman nyeri adalah:


Nyeri dan kenyamanan: nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

fisiologis

2.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan berdasarkan NANDA NIC NOC (2016) :

Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam skala

nyeri berkurang atau penurunan skala nyeri

Kriteria Hasil :

1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan

teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan).

2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen

nyeri.

3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri).

4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

Intervensi keperawatan menurut NANDA NIC-NOC (2015), meliputi:

1. Jelaskan kepada klien mengenai tindakan apa

yag akan dilakukan.

Rasional : pentingnya penjelasan kepada klien mengenai tindakan

yang akan dilakukan berpengaruh terhadap keefektifan tindakan

keperawatan.
2. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

(Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor

presipitasi).

Rasional : data membantu mengevaluasi nyeri dan peredaan nyeri serta

mengidentifikasi sumber-sumber multiple serta jenis nyeri.

3. Ajarkan pasien teknik non farmakologi untuk

meredakan nyeri dan ketidaknyamanan : latihan nafas dalam, kompres

hangat, dan masase pada area nyeri.

Rasional : menggunakan strategi non farmakologi sejalan dengan

analgesik dapat menghasilkan peredaan yang lebih efektif.

4. Berikan edukasi mengenai pentingnya menjaga pola

makan, mengurangi garam, serta pentingnya menjaga pola istirahat.

Rasional : Pola makan yang seimbang, mengurangi asupan garam pada

makanan serta istirahat yang cukup dapat menstabilkan tekanan darah

yang berpengaruh terhadap penurunan frekuensi nyeri.

5. kolaborasi dengan dokter mengenai pemberian terapi

farmakologi sesuai dengan derajat nyeri.

Rasional : pemberian terapi farmakologi (analgesic) dengan dosis yang

tepat berpengaruh terhadap keefektifan kerja obat.

6. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian

analgesik pertama kali.


Rasional : efek samping dari pemberian analgesik dapat

mempengaruhi tanda-tanda vital pada klien.

7. Libatkan keluarga dalam setiap pemberian tindakan

keperawatan.

Rasional : kerja sama dan dukungan keluarga sangat berpengaruh

terhadap tercapainya kelangsungan tindakan keperawatan.

2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah merupakan komponen dari proses

keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana

tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang

diperkirakan dariasuhan kperawatan dilakukan dan diselesaikan.

(Potter&Perry, 2005) dalam Andarmoyo (2013).

Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait

dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi,

pendidikan untuk klien-keluarga atau tindakan untuk mencegah masalah

kesehatan yang muncul dikemudian hari.

2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan untuk

mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan

klien kearah pencapaian tujuan (Potter&Perry, 2006) dikutip dalam

Andarmoyo (2013).
Evaluasi keperawatan terhadap pasien dengan masalah nyeri dilakukan

dengan menilai kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri

diantaranya:

1. Klien melaporkan adanya penurunan rasa nyeri

2. Mendapatkan pemahaman yang akurat mengenai nyeri

3. Mampu mempertahankan kesejahteraan dan meningkatkan

kemampuan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki

4. Mampu menggunakan tindakan-tindakan pereda nyeri

nonfarmakologis

5. Mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa

nyeri.
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan


NANDA NIC-NOC Jilid 1. Med Action Publishing.

Prasetyo, Sigit Nian. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta :
Graha Ilmu.

Wahit, Iqbal. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar Buku 2. Jakarta : Salemba
Medika.

Wahit Iqbal. 2015. Standar Asuhan Keperawatan dan Prosedur Tetap dalam Praktik
Keperawatan: Konsep Aplikasi dalam Praktik Klinik. Jakarta : Salemba
Medika.
ASUHAN KEPERAWATAN

IDENTITA IDENTITAS
S PASIEN PENANGGU
a. Nama : Ny. I NG JAWAB :
b. Tanggal : 12 April 1972 a. Nama :
lahir b. Status Perkawinan :
c. Status : Kawin c. Pekerjaan :
Perkawinan d. Alamat :
d. : SMA Hubungan dengan
Pendidikan klien
e. Pekerja : Ibu rumah tangga
an
f. Agama : Islam
g. Alamat : Ds. Purworejo Rt.08
Rw.02
h. MRS :-
Tanggal
i. Dx :Gout Arthritis
Medis
j. Ruang :-
k. : 29 November 2020
Pengkajian
tanggal
l. Pukul : 09.00
A. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL
1. POLA PERSEPSI KESEHATAN / PENANGANAN KESEHATAN
Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pada daerah lutut, nyeri dirasakan bertambah jika banyak
melakukan aktifitas. Lutut terasa terasa berat dan kemeng, skala nyeri 5.
Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan sudah mengalami keluhan nyeri yang dirasakan saat ini sejak 3
hari yang lalu. Klien mengatakan sudah minum obat Allopurinol yang diberikan oleh
dokter. Klien sudah meminum obat yang diberikan namun keluhan nyeri pada lutut
masih terasa.
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada √Ada,
Klien mengatakan mengetahui bahwa mempunyai penyakit hipertensi sejak anak
yang kedua lahir 13 tahun yang lalu. Saat obat hipertensinya habis selalu berobat ke
dokter.
Riwayat Penyakit Keluarga : √ Hipertensi, □Jantung, □DM, □Asma,
Riwayat alergi : √ Tidak ada □Ada,.....

2. POLA NUTRISI/METABOLISME
Intake nutrisi : Makan 3x sehari, dengan menu nasi, sayur dan lauk
Pantangan makanan : Tidak ada √Ada, makanan yang mengandung garam dan
makanan yang rendah purin
Porsi makan : √Habis, □Tidak,......
Terpasang NGT, : Sonde……….. x……….cc
Nafsu makan : √Normal □Meningkat □Menurun
Keluhan lain :□Mual □Muntah □Stomatitis
□Penurunan Sensasi Kecap □Kesulitan menelan
Intake cairan : ± 1,2 liter air

3. POLA ELIMINASI
Eliminasi alvi
Pola BAB :Frekuensi : 1x sehari setiap pagi
Masalah BAB : □ Konstipasi □Obstipasi □Diare
□Inkontinensia alvi □Obstipasi □Ostomi
Alat bantu obat : √Tidak ada □Ada, ..............

Eliminasi Uri
Pola BAK : Frekuensi ± 6 x sehari
Masalah BAK : □Disuria □Nokturia □Poli uri
□Inkontinensia Uri □Retensi Uri
□Hematuri □Oligouri
Alat bantu : □Kateter √Tidak

4. POLA AKTIVITAS LATIHAN


Kemampuan perawatan diri
Jenis 0 1 2 3 4
Makan/ minum √
Berpakaian √
Mandi √
Toileting √
Mobilisasi di tempat tidur √
Berjalan √
0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
1 Memerlukan penggunaan alat
2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan peralatan
4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan

Aalat bantu : □Walker □Kruk □Kursi Roda


Keluhan saat aktifitas : √Ada, klien mengatakan nyeri bertambah saat
banyak aktifitas dan saat bangun tidur, □Tidak,.......
Nafsu makan : √Normal □Meningkat □Menurun
Keluhan lain : √Tidak ada □Ada,.....
Lain-lain ...

5. POLA ISTIRAHAT TIDUR


Kebiasaan pola tidur : □8 jam √< 8 Jam…. □ >8 Jam….
Dampak pola istitrahat tidur terhadap aktivitas sehari – hari:
□Segar □Pusing √Mengantuk
Kualitas tidur : □Nyenyak √Tidak nyenyak
Alat bantu tidur : √Tidak ada □Ada,…..
Masalah dengan tidur :
√Gangguan Pola Tidur □Insomnia □Deprivasi Tidur Lain-lain....

6. POLA KOGNITIF PERSEPTUAL


Kemampuan panca indra : Pendengaran; √ Normal □Tidak
Penglihatan; √ Normal □Tidak
Penciuman; √ Normal □Tidak
Kemampuan berbicara : √Normal □Gagap□Afasia
Persepsi nyeri :
P = Nyeri saat beraktifitas maupun tidak beraktifitas
Q = Seperti ditimpa benda padat
R = Nyeri pada lutut
S = Skala 5
T = Nyeri hilang timbul
Perubahan memori : √ Tidak ada □Ada,…..
Orientasi tempat, waktu, : √ Tidak ada □Ya,…..

7. POLA PERSEPSI DIRI/ KONSEP DIRI


Pola persepsi terhadap diri :√ Positif □Negatif sendiri
Kepuasan terhadap citra :√ Tidak ada □Ya,….. tubuh
Pemahaman Pasien Tentang : √ Paham □Tidak,…..
Penyakit Yang di Derita?...
Lain-lain.......

8. POLA PERAN HUBUNGAN


Apakah Ada Keluarga Yang Menemani Selama Proses Perawatan Di RS :
□Tidak ada □Ada,.....
Perubahan peran : √ Tidak ada □Ya,…
Status pekerjaan : □ Bekerja √ Tidak
Sistem pendukung : □Tidak ada □Ya,…

9. POLA SEKSUALITAS REPRODUKSI


Dampak sakit terhadap seksualitas : √ Tidak ada □Ada,.......
Usia menarche : -
Menstruasi terakhir : -
Masalah dalam menstruasi : √ Tidak ada □Ada,…..
Hamil : √Tidak □Ya,….. bln
Penggunaan kontrasepsi :√ Tidak □Ya,…..
Lain-lain ...

10. POLA KOPING-TOLERANSI


Penggunaan sistem pendukung : √ Tidak ada □Ada,..... Pendukung
Stresor sebelum sakit :-
Metode koping yang biasa digunakan :-
Efek penyakit terhadap tingkat stres : √ Tidak ada □Ada,...... tingkat
Penggunaan alkohol & obat lain dalam : √ Tidak ada □Ya,....... lain dalam
Menangani stres
Lain-lain.......

11. POLA NILAI KEPERCAYAAN


Pengaruh agama terhadap sakit yang diderita saat ini:
□Perasaan Marah Terhadap Tuhan
□Perasaan Tidak Berdaya
□Permintaan Menemui Pemimpin Keagamaan
Apakah Ada Nilai-Nilai Yang Dianut Berkaitan Dengan Kesehatan:
√ Tidak ada □Ada,…..

B. PEMERIKSAAN FISIK
1) Sistem Pernafasan
Pola nafas √Normal □Tidak Normal
Irama nafas √Reguler □Ireguler
Suara ucapan √Normal, □Bronkoponi
□Egoponi □Pektorileque
Suara nafas √Vesikular □Ronchi □wheezing □Stridor
□….
Sesak Nafas √Tidak □Ya
Batuk √Tidak □Ya
Sputum √Tidak □Ya
Alat bantu nafas √Tidak
□Ya
Pernafasan cuping
hidung √Tidak
□Ya
Perkusi Dada √Sonor □Hipersonor □Pekak □Redup
Palpasi dada
Ekspansi paru; √Sama □Tidak sama
Focal fremitus; √Getaran sama ka/ki
□Getaran tidak sama ka/ki

2) Sistem Kardiovaskuler
Suara jantung √Normal □Tidak Normal,
□Bj 1, □Bj 2, □Bj 3
CRT √< 3 Detik □> 3 Detik
Akral √Hangat □Panas □Dingin □Basah □Kering
Anemis √Tidak □Ya
Ictus cordis □Terlihat √Tidak terlihat
Pulsasi □Kuat □Sangat kuat □Lemah □Hilang timbul
Irama jantung √Teratur □Tidak Teratur
3) Sistem Saraf
GCS Eye : 4 Verbal :5 Motorik :6 Total :15
Kesadaran √Composmentis, □Somnolen, □Apatis, □Sopor, □Koma
Konjungtiva □Anemis, , □Pucat, √ Normal
Pupil √Isokor, □Anisokor
Kaku Kuduk √Tidak □Ya
Kelumpuhan √Tidak □Ya
Gangguan persepsi √Tidak □Ya
Sensorik
Reflek fisiologis +Reflek Biceps (+/-), +Reflek Triceps (+/-),
+Reflek Brachioradialis (+/-) +Reflek Patela (+/-),
+Reflek Achiles (+/-),
Reflek patologis -Reflek Babinski (+/-), -Reflek Caddok (+/-),
-Reflek Schaeffer (+/-), -Reflek Oppenheim (+/-),
-Reflek Gordon (+/-),
4) Sistem Perkemihan
Keluhan berkemih: □Disuri, □Anuri, □Oliguri, □Poliuri, □Retensiuri,
□Hematuri. □Nokturia, □Incontinensia
Kebersihan area genital : □Bersih □Kotor
Produksi Urine : ±1000ml/24 jam Warna : kuning jernih
Bau :-
Alat Bantu □Kateter, √Tidak
Pembesaran Kandung Kemih √Tidak □Ya
Ginjal □1 Ka □1 Ki □2 Ka/Ki
Kelainan Ginjal √Tidak □Ya

5) Sistem Pencernaan
Abdomen □Distensi
Palpasi abdomen √Tympani □Hypertimpani □Pekak □Redup
Hematemesis √Tidak □Ya, ………
Pembesar Hepar √Tidak □Ya, ………
Bising usus □Tidak √Ya 12x/menit
Mulut √Bersih □Kotor □Berbau
Mukosa Bibir √Lembab □ Sianosis □Kering Kemerahan

6) Sistem Muskulo Skeleta/Integumen


Tanda-tanda infeksi □Panas (Kalor), □Rasa Sakit (Dolor),

□Pembengkakan (Tumor), □Kemerahan (Rubor)

Warna kulit √Normal, □Hiperpigmentasi,

□Icterus, □Syanosis

Odema √Tidak □Ya, lokasi ………


Deformitas √Tidak □Ya, lokasi ………

Luka √Tidak □Ya, lokasi ………

Perdarahan √Tidak □Ya, lokasi ………

Dekubitus √Tidak □Ya, lokasi ………

Kontraktur √Tidak □Ya, lokasi ………

Fraktur √Tidak □Ya, lokasi ………

Kemampuan Pergerakan □Sendi □Bebas □Terbatas

Kekuatan Otot 5 5

5 5

7) Sistem Sensori
Mata √Simetris, □tidak simetris
□Odema, □peradangan, □lesi, □benjolan

Konjungtiva □Tidak pucat, √Pucat

Sclera √Normal, □Icterus

Reflek Pupil Pada cahaya √Baik, □Tidak

Ketajaman penglihatan √Ya, □Tidak

Kelainan mata □Astigmatis, □Miopi, □Hipermetropi, □Presbiopi,


□Rabun Senja Keratomalasi, □Katarak Juling,
□Glaukom, □Buta Warna
Pendengaran √Baik, □Tidak
Bentuk telinga √Simetris, □Tidak
Lubang telinga √Bersih, □Serumen □Benda Asing, □Perdarahan
Membran telinga √Utuh, □Pecah
Lidah √Normal □ Tidak Normal
□Merah, □Pucat , □Kotor, □Bercak-Bercak Putih
Hidung □Pembengkakan √Tidak
□Sekret √Tidak
□Sumbatan √Tidak
Selaput Lendir: □Kering □Basah √Lembab
Penciuman: √Normal □Tidak Normal;
□Anosmia □Hiposmia □Disosmia
□Phantosmia,
□Agnosia
8) Sistem Endokrin
Tyroid Membesar √Tidak □Ya, lokasi ………
GDA, …. □Hiperglikemi □Hipoglikemi
Luka Gangren √Tidak □Ya, lokasi ………

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laborat : -
Bacaan Foto torax : -
Bacaan EKG : -
Terapi Oral/ Injeksi :
Infus : -

MOJOKERTO, 29 November 2020

Mahasiswa,

(IKHATOTUN NURONIYAH)

ANALISA DATA

Nama:
N DATA ETIOLOGI MASALAH TTD
O
D
x
1 DS: Agen Cidera Nyeri Akut
- Klien mengeluh nyeri pada daerah Biologis
lutut, nyeri dirasakan bertambah
jika banyak melakukan aktifitas.
Lutut terasa nyeri ketika ditekuk,
dan kemeng, skala nyeri 5.
- Klien mengatakan sudah mengalami
keluhan nyeri lutut sejak 3 hari yang
lalu
- Persepsi nyeri :
P = Klien mengatakan nyeri saat
beraktifitas maupun tidak
beraktifitas
Q = Seperti ditimpa benda padat
R = Nyeri pada lutut
S = Skala 5
T = Nyeri hilang timbul
DO:
- Klien tampak meringis
- Klien tampak memegangi lututnya
- TTV:
TD : 140/90 mmHg
RR : 18 x/menit
S : 36,5 C
N : 96 x/menit
2
DS: Perubahan pola Gangguan Pola
- Klien mengatakan tidurnya tidak tidur Tidur
nyenyak, sering terbangun
- Klien mengatakan tidurnya kurang
dari 8 jam

DO:
- Klien sering menguap
- Terlihat lingkaran hitam disekitar
mata
- Klien terlihat ngantuk

DAFTAR DIAGNOSA

Nama:
N DIAGNOSIS KEPERAWATAN TTD
O
1 Nyeri akut b.d agen cidera fisiologis ditandai dengan klien
mengeluh nyeri pada daerah lutut sejak 3 hari yang lalu, skala
nyeri 5, klien tampak meringis memegangi lutut,
TD : 140/90 mmHg
RR : 18 x/menit
S : 36,5 C
N : 96 x/menit

2 Gangguan pola tidur b.d perubahan pola tidur ditandai dengan


klien mengatakan tidurnya tidak nyenyak, sering terbangun,
tidurnya kurang dari 8 jam, klien sering menguap, terdapat
lingkran hitam disekitar mata

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien:
No. Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Dx Hasil
1 Tujuan: 1. Observasi Tanda-tanda vital 1. Mengetahui keadaan
Setelah dilakukan 2. Jelaskan kepada klien umum klien
asuhan keperawatan mengenai tindakan apa yag
selama 3x24 jam akan dilakukan 2. Pentingnya penjelasan
skala nyeri 3. Observasi nyeri secara kepada klien mengenai
berkurang atau komprehensif (Lokasi, tindakan yang akan
penurunan skala karakteristik, durasi, dilakukan berpengaruh
nyeri frekuensi, kualitas dan terhadap keefektifan
faktor presipitasi). tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil: 4. Minta klien untuk
- Mampu mengidentifikasi 3. Data membantu
mengontrol kenyamanan yang mengevaluasi nyeri dan
nyeri (tahu diinginkan, tingkat nyeri, peredaan nyeri serta
penyebab nyeri, tujuan melaporkan nyeri dan mengidentifikasi sumber-
mampu bentuk aktivitas yang sumber multiple serta
menggunakan dilaporkan jenis nyeri
teknik 5. Ajarkan pasien teknik non 4. Sebagai dasar untuk
nonfarmakologi farmakologi untuk menentukan keefektifan
untuk meredakan nyeri dan manajemen nyeri yang
mengurangi ketidaknyamanan : latihan diberikan
nyeri, mencari nafas dalam, kompres
bantuan). hangat pada area nyeri 5. Menggunakan strategi
non farmakologi sejalan
- Melaporkan dengan analgesik dapat
bahwa nyeri menghasilkan peredaan
berkurang yang lebih efektif.
dengan
menggunakan
manajemen
nyeri.

- Mampu
mengenali
nyeri (skala,
intensitas,
frekuensi, dan
tanda nyeri).

- Menyatakan
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang.

2 Tujuan: 1. Jelaskan pentingnya tidur 1. Memberikan informasi


Setelah dilakukan yang adekuat kepada klien tidur yang
asuhan keperawatan 2. Ciptakan lingkungan yang adekuat
selama 2x24 jam nyaman
kualitas tidur 3. Intruksikan untuk 2. Menghindari nokturia
kembali normal memonitor tidur klien yang berlebihan pada
Kriteria Hasil: 4. Monitor/catat kebutuhan klien
- Jumlah jam tidur tidur klien setiap hari dan
dalam batas jam 3. Mengetahui
normal 6-8 perkembangan pola tidur
jam/hari klien
- Pola tidur dan 4. Mengetahui
kualitas dalam perkembangan pola tidur
batas normal klien
- Mampu
mengidentifikasi
hal-hal yang
meningkatkan
tidur

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Px:
No. Hari/Tgl IMPLEMENTASI TTD
Dx
1 Minggu, 1. Menjelaskan kepada klien tindakan yang dilakukan
29/11/20 H/: klien kooperatif
2. Observasi Tanda-tanda vital
H/: TD : 140/90 mmHg
RR : 18 x/menit
S : 36,5 C
N : 96 x/menit
3. Observasi nyeri secara komprehensif
H/: P = Klien mengatakan nyeri saat beraktifitas
maupun tidak beraktifitas
Q = Nyeri seperti ditimpa benda padat
R = Nyeri pada persendian dibagian lutut
S = Skala 5
T = Nyeri hilang timbul
4. Minta klien untuk mengidentifikasi kenyamanan yang
diinginkan, tingkat nyeri, tujuan melaporkan nyeri dan
bentuk aktivitas yang dilaporkan
H/: Klien lebih nyaman saat posisi kaki diluruskan
5. Mengajarkan klien teknik non farmakologi untuk
meredakan nyeri (latihan nafas dalam, kompres hangat
pada area nyeri)
H/: klien hanya mau melakukan latihan nafas dalam dan
mengatakan sedikit lebih rileks

Senin, 1. Observasi Tanda-tanda vital


30/11/20 H/: TD: 140/80 mmHg
RR: 19x/menit
S : 36,4 C
N : 89x/menit
2. Observasi nyeri secara komprehensif
H/: P=klien mengatakan nyeri sedikit berkurang hanya
saat beraktifitas dan saat bangun tidur
Q=Nyeri seperti ditimpa benda padat
R=Nyeri pada lutut
S=Skala nyeri 4
T=Nyeri hilang timbul
3. Mengajarkan klien teknik non farmakologi untuk
meredakan nyeri (latihan nafas dalam, kompres hangat
pada area nyeri)
H/: klien mau melakukan nafas dalam dan kompres
hangat pada lutut

Selasa, 1. Observasi Tanda-tanda vital


01/12/20 H/: T:130/80 mmHg
RR: 19x/menit
S: 36,1 C
N: 87x/menit
2. Observasi nyeri secara komprehensif
H/: P=klien mengatakan nyeri berkurang hanya saat
bangun tidur
Q= Nyeri seperti ditekan
R=nyeri pada lutut
S= skala nyeri 2
T= nyeri hilang timbul
3. Mengajarkan teknik non farmakologi untuk meredakan
nyeri (latihan nafas dalam, kompres hangat pada area
nyeri)
H/: klien kooperatif dan mau melakukannya

2 Minggu, 1. Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat


29/11/20 H/: klien memahami tidur yang adekuat seperti tidur
yang nyenyak tidak sering terbangun
2. Menciptakan lingkungan yang nyaman
H/: klien mengatakan lebih nyaman tidur dengan lampu
nyala
3. Mengintruksikan untuk memonitor tidur klien
H/: klien mengatakan terbangun sebanyak 3x
4. Mencatat kebutuhan tidur klien setiap hari dan jam
H/: klien mengatakan tidur hanya 4-5 jam

Senin, 1. Mengintruksikan untuk memonitor tidur klien


30/11/20 H/: klien mengatakan terbangun sudah berkurang
sebanyak 1x
2. Mencatat kebutuhan tidur klien setiap hari dan jam
H/: klien mengatakan tidurnya sudah sedikit meningkat
5-6 jam

EVALUASI
Nama Klien:

NO EVALUASI TTD
Dx S-O-A-P
1 Minggu, 29/11/2020
S: klien mengatakan nyeri di persendian dibagian lutut, saat nyeri timbul
klien melakukan teknik non farmakologi yang sudah diajarkan
O: keadaan umum klien baik, klien terlihat memegangi lututnya, skala nyeri
5, TD : 140/90 mmHg, RR : 18 x/menit, S : 36,5 C, N : 96 x/menit
A: masalah nyeri akut belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1.Observasi Tanda-tanda Vital
3.Observasi nyeri secara komprehensif
5.Ajarkan klien teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri

Senin, 30/11/2020
S: klien mengatakan nyeri sedikit berkurang, nyeri hanya saat beraktifitas dan
pada saat bangun tidur
O: keadaan umum klien baik, skala nyeri 4, TD: 140/80 mmHg, RR:
19x/menit, S : 36,4 C, N : 89x/menit
A: masalah nyeri akut belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1.Observasi Tanda-tanda vital
3.Observasi nyeri secara komprehensif
5.Ajarkan klien teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri

Selasa, 01/12/2020
S: klien mengatakan nyeri sudah berkurang dan nyeri terasa hanya saat
bangun tidur
O: keadaan umum klien baik, klien sedikit rileks, skala nyeri 2, T:130/80
mmHg, RR: 19x/menit, S: 36,1 C, N: 87x/menit
A: masalah nyeri akut belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan klien dengan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri

2 Minggu, 29/11/2020
S: klien mengatakan tidur sering terbangun dan tidak nyenyak
O: keadaan umum baik, terdapat lingkaran hitam disekitar mata, klien sering
menguap
A: masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P: ntervensi dilanjutkan
3.Intruksikan untuk memonitor tidur klien
4.Monitor/catat kebutuhan tidur klien setiap hari dan jam

Senin, 30/11/2020
S: klien mengatakan tidurnya terbangun sedkit berkurang
O: keadaan umum baik, lingkaran hitam sekitar mata sedikit berkurang
A: masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai