Definisi
Labiopalatoskisis adalah suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut,
palatoskisis ( sumbing palatum ), dan labioskisis ( sumbing pada bibir ) yang terjadi
akibat gagalnay jaringan lunak ( struktur tulang ) untuk menyatu selama perkembangan
embrioil. ( Aziz Alimul Hidayat, 2006 )
Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh
kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu. Komplikasi
potensial meliputi infeksi, otitis media, dan kehilangan pendengaran.
Bibir sumbing adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya propsuesus nasal
median dan maksilaris untuk menyatu selama perkembangan embriotik. (Wong, Donna
L. 2003).
Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada polatum yang terjadi karena kegagalan
2 sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik (Wong, Donna L. 2003)
B. Klasifikasi
a. Palatum primer : meliputi bibir, dasar hidung, alveolus dan palatum durum
dibelahan foramen incivisium.
b. Palatum sekunder : meliputi palatum durum dan molle posteior terhadap
foramen.
Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan palatum
sekunder
Kadang-kadang terlihat suatu belahan submukosa, dalam kasusu ini submukosanya
utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.
a. Unilateral Incomplete
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke
hidung.
b. Unilateral complete
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan memanjang hingga ke hidung.
c. Bilateral complete
Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
B. Etiologi
Dimana material genetic dalam kromosom yang mempengaruhi /dimana dapat terjadi
karena adaya adanya mutasi gen ataupun kelainan kromosom. Pada setiap sel yang normal
mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex ( kromosom 1 s/d
22 ) dan 1 pasang kromosom sex ( kromosom X dan Y ) yang menentukan jenis kelamin.
Pada penderita bibir sumbing terjadi Trisomi 13 atau Sindroma Patau dimana ada 3 untai
kromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total kromosom pada tiap selnya
adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini selain menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan
gangguan berat pada perkembangan otak, jantung, dan ginjal. Namun kelainan ini sangat
jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000-10000 bayi yang lahir.
f. Mutasi genetic atau teratogen (agen/faktor yang menimbulkan cacat pada embrio).
g. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin, contohnya seperti infeksi Rubella dan
Sifilis, toxoplasmosis dan klamidia
h. Radiasi
i. Stress emosional
D. Manifestasi Klinis
f. Regurgitasi makanan.
Pada Labioskisis :
1. Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, keras dan foramen incisive.
2. Ada rongga pada hidung.
3. Distorsi hidung
4. Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari
5. Kesukaran dalam menghisap/makan.
E. Patofisiologi
a. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama fase
embrio pada trimester I.
b. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nasal medial dan
maksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.
c. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh
kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
d. penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa kehamilan.
Pathways
F. Komplikasi
a. Kesulitan berbicara. Otot – otot untuk berbicara mengalami penurunan fungsi karena
adanya celah. Hal ini dapat mengganggu pola berbicara bahkan dapat menghambatnya
b. Terjadinya otitis media
d. Distress pernafasan. Tejadi akibat aspirasi yang tidak ditolong secara dini.
g. Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh otitis media rekureris sekunder akibat
disfungsi tuba eustachius.
h. Masalah gigi. Pada celah bibir gigi tumbuh tidak normal atau bahkan tidak tumbuh,
i. Perubahan harga diri dan citra tubuh yang dipengaruhi derajat kecacatan dan jaringan
paruh.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto Rontgen
2. Pemeriksaan fisik
H. Penatalaksanaan
a. Pemberian makan
Pemberian makan pertama kali sukar, tetapi tergantung pada derajat deformitas yang dialami
pada kasus ringan ada kemungkinan memberi ASI langsung pada bayi. Atau jika tidak bisa
langsung bisa menggunakan susu botol ataupun menggunakan sendok.pemenuhan kebutuhan
nutrisi yang adekuat penting agar menjamin bahwa bayi dalam keadaan yang baik, mengalami
kenaikan BB dan tidak mengalami anemia.
b. Pemberian antibiotik pemberian antibiotik sebagai profilaksis bertujuan menjamin bahwa
pada masa pasca bedah, anak tidak mengalami bahaya yang disebabkan oleh
mikroorganisme yang telah ada ataupun yang masuk selamah bedah.
c. Persiapan prabedah prinsip manajemen prabedah bertujuan mencapai atau
mempertahankan status fisik yang menjamin bahwa anak mampu mengatasi trauma
akibat intervensi bedah. Tujuan selanjutnya adalah menghilangkan atau mengurangi
terjadinya komplikasi selama atau setelah pembedahan.
2. Pengobatan
a. Dilakukan bedah elektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan
selanjutnya. Bayi akan memperoleh operasi untuk memperbaiki kelainan, tetapi waktu yang
tepat untuk operasi tersebut bervariasi.
e. Operasi mungkin tidak dapat dilakukan jika anak memiliki “kerusakan horseshoe” yang
lebar. Dalam hal ini, suatu kontur seperti balon bicara ditempel pada bagian belakang gigi
geligi menutupi nasofaring dan membantu anak bicara yang lebih baik.
f. Anak tersebut juga membutuhkan terapi bicara, karena langit-langit sangat penting
untuk pembentukan bicara, perubahan struktur, juga pada sumbing yang telah diperbaiki,
dapat mempengaruhi pola bicara secara permanen.
I. Pencegahan
a. Menghindari merokok
b. Menghindari alkohol
c. Memenuhi zat nutrisi yang dibutuhkan saat hamil misal : asam folat. Vitamin B-6,
vitamin A,
d.
DAFTAR PUSTAKA