Anda di halaman 1dari 60

TUGAS KOMUNITAS

ASKEP KOMUNITAS MODEL COMMUNITY AS PARTNER

DI DUSUN REJOSO RT 01 TUNGGUNGWULUNG PANDAAN PASURUAN

Disusun oleh:

HENI DWI MASYITAH


NIM : 202073005

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kesempatan serta kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan waktu yang di tentukan. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di dunia
dan akhirat nanti.

Kami mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, sehingga saya
mampu untuk menyelesaikan tugas sebagai tugas akhir dari mata kuliah Keperawatan Komunitas dengan
judul “Askep Komunitas Model Community As Partner

Di Dusun Rejoso Rt 01 Tunggungwulung Pandaan Pasuruan”.

Saya selaku penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya bisa menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, apabila ada kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru Bahasa
Indonesia kami Bapak Untung yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini  bermanfaat. Terima kasih.

Pandaan, 22 Juni 2021

Hormat kami,

Henny
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia,
disamping juga merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri. Oleh karena itu kesehatan perlu
dipelihara dan ditingkatkan serta dilindungi dari ancaman yang merugikan. Derajat kesehatan
dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu: lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor
lingkungan termasuk keadaan pemukiman atau perumahan, tempat kerja, sekolah, tempat umum, air,
udara, tekhnologi, keadaan social, pendidikan dan ekonomi, sedangkan perilaku tergambar dalam
kebiasaan sehari-hari seperti pola makan, kebersihan keluarga dan gaya hidup. Pelayanan kesehatan
mencakup sarana kesehatan, program kesehatan, dan tenaga kesehatan (Mubarak, 2005).

Salah satu pelayanan kesehatan yang memberikan konstribusi penting dalam peningkatan derajat
kesehatan adalah keperawatan yang berwenang memberikan asuhan keperawatan pada komunitas.
Komunitas dipandang sebagai target pelayanan kesehatan sehingga diperlukan suatu kerja sama yang
melibatkan secara aktif masyarakat untuk mencapai peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Asuhan keperawatan komunitas bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
masyarakat serta peran serta masyarakat dalam melakukan upaya preventif, promotif dan
mempertahankan kesehatanya. Praktik dilaksanakan secara komprehensif dan umum, tidak hanya
terbatas pada usia kelompok tertentu atau diagnosa tertentu. Tanggung jawab yang dominan adalah
terhadap komunitas secara keseluruhan dan pelayanan deberikan secara langsung, berkelanjutan dan
tidak episodik yang ditujukan kepada individu, keluarga dan kelompok maupun masyarakat (Mahyuddin,
2009).

Keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu
dan kiat keperawatan yang ditujukan pada masyarakat dengan pendekatan pada resiko tinggi melalui
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak kuratif dan rehabillatif. Sedangkan pendekatan
yang digunakan adalah dengan pengkajian, analisis data dan diagnosis keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Dalam perawatan kesehatan masyarakat keterlibatan kader kesehatan, tokoh-
tokoh masyarakat formal dan informal sangat diperlukan dalam tahap pelayanan keperawatan secara
terpadu dan menyeluruh sehingga masyarakat benar-benar mampu dan mandiri dalam setiap upaya
pelayanan kesehatan dan keperawatan yang diberikan (Anderson & Mc Farlane, 2000).

Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat
melalui upaya, pertama pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga
dan kelompok dalam konteks komunitas, kedua perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh
masyarakat (Health General community) dan mempertimbangkan bagaimana masalah atau issue
kesehatan masyarakat dapat mempengaruhi keluarga, individu dan kelompok. Dan selanjutnya secara
spesifik diharapkan : individu, keluarga, kelompok dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami, menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan
masalah tersebut, merumuskan serta memecahkan, menanggulangi masalah kesehatan yang dihadapi,
mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi yang akhirnya dapat meningkatkan
kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (Mubarak, 2005).
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas di lingkungan. Melalui


pendekatan Proses keperawatan komunitas dengan menggunakan teori Community as partner.

2. Tujuan Khusus

Setelah praktek keperawatan komunitas, mahasiswa diharapkan mampu:

a. Mengkaji masalah kesehatan yang terdapat di masyarakat Lingkungan.

b. Menyusun diagnosa keperawatan komunitas di Lingkungan.

c. Menyusun perencanaan keperawatan komunitas di Lingkungan.

d. Melakukan implementasi keperawatan komunitas di Lingkungan.

e. Melakukan evaluasi terhadap semua kegiatan yang telah dilakukan terhadap masyarakat di
Lingkungan.

f. Menyusun rencana tindak lanjut untuk program-program dan kegiatan yang telah dilakukan di
Lingkungan.
BAB II

PENDAHULUAN

A. Konsep Komunitas

1. Definisi Komunitas

Komunitas (community) adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling
berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama.
Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan di
bawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama di mana mereka tinggal, kelompok
sosial yang mempunyai interest yang sama. Komunitas adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest), yang merupakan kelompok khusus
dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Riyadi,
2007).

Keperawatan komunitas adalah bidang khusus dari keperawatan yang merupakan


gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat baik yang sehat atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif serta resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif dari
masyarakat. Peran serta aktif masyarakat bersama tim kesahatan diharapkan dapat mengenal
masalah kesehatan yang dihadapi serta memecahkan masalah tersebut (Elisabeth, 2007).

Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan


serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam
membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi barbagai masalah
keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Efendi, 2009).

2. Tujuan Dan Fungsi Keperawatan Komunitas

1) Tujuan keperawatan komunitas

Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan


peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut:

a. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga,


dan kelompok dalam konteks komunitas.

b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general


community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
mempunyai kemampuan untuk:

a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami

b. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut

c. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan

d. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi

e. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang akhirnya
dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self
care)

2) Fungsi keperawatan komunitas

a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan
masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan
keperawatan.

b. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya


dibidang kesehatan.

c. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,


komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.

d. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan atau


kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada
akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan.

3. Paradigma Dan Falsafah Keperawatan Komunitas

Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok, yaitu:

1) Kesehatan yang didefinisikan sebagai kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan
efektif.

2) Keperawatan yang dipandang sebagai bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh
perawat kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang mempunyai masalah
kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dengan menggunakan
proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

3) Lingkungan dalam paradigma keperawatan berfokus pada lingkungan masyarakat, dimana


lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi
lingkungan fisik, psikologis, social dan budaya dan lingkungan spiritual.
4) Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka dapat
dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan praktik keperawatan
komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan
pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-
kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan memberikan prioritas pada strategi
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.

4. Sasaran Keperawatan Komunitas

Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga,


dan kelompok yang berisiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi
dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil. Menurut
Anderson (1988) sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga tingkat yaitu:

a. Tingkat Individu.

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,
psikologi, sosial dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya
memenuhi kebutuhan dasarnya yang mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan
spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurangnya
kemauan menuju kemandirian pasien/klien.

Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang mempunyai masalah


kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil, dan lain- lain) yang dijumpai di poliklinik,
Puskesmas dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan
masalah kesehatan individu.

b. Tingkat Keluarga.

Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan
terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam
lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman
dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri. Beberapa alasan yang
menyebabkan keluarga merupakan salah satu fokus pelayanan keperawatan yaitu:

a) Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan masyarakat.

b) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, memperbaiki ataupun


mengabaikan masalah kesehatan didalam kelompoknya sendiri.

c) Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang diderita salah satu
anggota keluarga akan memengaruhi seluruh anggota keluarga tersebut.

Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas
kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah kesehatan, memberikan perawatan kepada anggota keluarga, menciptakan lingkungan
yang sehat dan memanfaatkan sumber daya dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan
keluarga.

Prioritas pelayanan keperawatan komunitas difokuskan pada keluarga rawan yaitu:

a) Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang
belum ANC, ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun dan neonatusnya, balita
tertentu, penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh program, penyakit
endemis, penyakit kronis tidak menular atau keluarga dengan kecacatan tertentu (mental atau
fisik).

b) Keluarga dengan risiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang memiliki masalah gizi,
seperti anemia gizi berat (Hb <8 gr%) ataupun Kurang Energi Kronis (KEK), keluarga dengan
ibu hamil risiko tinggi seperti perdarahan, infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan
Bawah Garis Merah (BGM), keluarga dengan neonatus Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR),
keluarga dengan usia lanjut jompo atau keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri.

c) Keluarga dengan tindak lanjut perawatan.

c. Tingkat Komunitas

Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien. Masyarakat memiliki ciri-ciri
adanya interaksi antarwarga, diatur oleh adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas
dan memiliki identitas yang kuat mengikat semua warga.

- Pembinaan kelompok khusus

- Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah

5. Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas

Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya peningkatan


kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (curatif),
pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya
(resosialisasi). Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan
adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan
resosialitatif.

a) Upaya Promotif

Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok


dan masyarakat dengan jalan memberikan:

- Penyuluhan kesehatan masyarakat

- Peningkatan gizi

- Pemeliharaan kesehatan perorangan


- Pemeliharaan kesehatan lingkungan

- Olahraga secara teratur

- Rekreasi

- Pendidikan seks

b) Upaya Preventif

Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan terhadap
kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:

1) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil

2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun


kunjungan rumah

3) Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di rumah

4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui

c) Upaya Kuratif

Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga,


kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui
kegiatan:

1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)

2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah sakit

3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas

4) Perawatan payudara

5) Perawatan tali pusat bayi baru lahir

d) Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita yang


dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit
yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya., dilakukan melalui kegiatan:

- Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta, patah
tulang maupun kelainan bawaan

- Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya


TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin
dilakukan oleh perawat
e) Upaya Resosialitatif

Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok


khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-kelompok yang
diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau
kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma
dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat
menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan
menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya
membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat
dimengerti.

6. Peran Perawat Komunitas (Provider of Nursing Care)

Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya adalah:

a. Penyedia pelayanan (Care provider)

Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah keperawatan yang ada,


merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi
pelayanan yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

b. Pendidik dan konsultan (Educator and Counselor)

Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik
di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan
perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai
derajat kesehatan yang optimal.

Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan psikologis
atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk
meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional dan
intelektual.

Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan


evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat
mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar. Selama
perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran. Selama pelaksanaan
perawat menerapkan strategi pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah
didapat (Mubarak, 2005).

c. Role Model

Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang
kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata cara
hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
d. Advokasi (Advocate)

Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat komunitas. Pada tingkat
keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada dalam
masyarakat. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk
di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi
dan melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2005).

Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu klien dan
keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam
memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed
Concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan
dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005).

e. Manajer kasus (Case Manager)

Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan


kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang
dibebankan kepadanya.

f. Kolaborator

Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerjasama dengan tim
kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitannya
membantu mempercepat proses penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi atau kerjasama
merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses keperawatan.
Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan
(Mubarak, 2005).

7. Perencana tindak lanjut (Discharge Planner)

Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani perawatan di suatu
instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah
mengalami perbaikan kondisi kesehatan.

8. Penemu masalah kesehatan (Case Finder)

Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, keluarga,


kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang
timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-
pertemuan, observasi dan pengumpulan data.

9. Koordinator pelayanan kesehatan (Coordinator of Services)

Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan, merencanakan dan


mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua
anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak,
2005).

10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and Leader)

Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif merubah atau yang
membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney
mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji
motivasi dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali kemungkinan
hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan
mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari proses perubahan dan
membimbing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).

Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan. Dengan menggunakan
proses keperawatan, perawat membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga
perubahan seperti : pengetahuan, keterampilan, perasaan dan perilaku yang dapat meningkatkan
kesehatan (Mubarak, 2005).

11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care Provider and
Researcher)

Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat yang meliputi
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah
yang diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain juga
merupakan bagian dari peran perawat komunitas.
A. Pengkajian Keperawatan Komunitas
Pengkajian asuhan keperawatan komunitas terdiri atas dua bagian utama, yaitu
inti komunitas (core) dan delapan subsistem yang melengkapinya. Inti komunitas
menjelaskan kondisi penduduk yang dijabarkan dalam demografi, vital statistik,
sejarah komunitas, nilai dan keyakinan, serta riwayat komunitas, sedangkan delapan
subsistem lainnya meliputi lingkingan fisik, pendidikan, keamanan, dan transportasi,
politik dan pemerintah, layanan kesehatan dan social, komunitas, ekonomi, dan
rekreasi.
Komponen lingkungan fisik yang dikaji meliputi lingkungan sekolah dan tempat
tinggal yang mampu memengaruhi kesehatan, batasan wilayah, luas daerah, denah atau
peta wilayah, iklim, jumlah dan kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, dan
kegiatan penduduk sehari-hari. Lingkungan fisik juga dapat dikaji melalui windshield
survey.
Data yang dikaji dari subsistem layanan kesehatan dan sosial meliputi fasilitas di
dalam komunitas dan di luar komunitas. Layanan kesehatan meliputi ketersediaan
layanan kesehatan, bentuk layanan, jenis layanan, sumber daya, karakteristik
konsumen, statistik, pembayaran, waktu pelayanan, kemanfaatan, keterjangkuan,
keberlangsungan, dan keberterimaan layanan komunitas. Layanan sosial dapat meliputi
layanan konseling, panti wreda bagi lansia, pusat perbelanjaan, dan lain-lain yang
merupakan sistem pendukung bagi komunitas dalam menyelesaikan masalah
kesehatan. Pengkajiaan pelayanan kesehatan dan sosial juga meliputi kebijakan dari
pemerintah setempat terhadap kedua layanan tersebut.
Pada subsistem ekonomi dikaji pendapatan penduduk, rata-rata penghasilan,
status pekerjaan, jenis pekerjaan, sumber penghasilan, jumlah penduduk miskin,

keberadaan indrustri, toko/pusat pembelanjaan, dan tempat komunitas bekerja, dan bantuan dana
untuk pemeliharaan kesehatan. Komponen ini mempermudah komunitas memproleh bahan
makanan dan sebagainya.

Sementara itu pada komponen politik dan pemerintah dikaji situasi politik dan pemerintahan di
komunitas, peraturan dan kebijakan pemerintah daerah terkait kesehatan komunitas, dan adaya
program kesehatan yang ditunjukan pada penigkatan kesehatan komunitas

Pengkajian subsistem komunikasi meliputi media informasi yang dimanfaatkan, bagaimana


komunikasi sering dimanfaatkan masyarakat, orang-orang yang berpengaruh, keikutsertaan dalam
pendidikan kesehatan, bagaimana biasanya komunitas memproleh informasi tentang kesehatan,
adakah perkumpulan atau wadah bagi komunitas sebagai sarana untuk mendapatkan informasi,
dari siapa komunitas memproleh banyak informasi tentang kesehatan, dan adakah sarana
komunikasi formal dan informal dalam komunitas.

Komponen pendidikan meliputi status pendidikan masyarakat, ketersediaan dan keterjangkauan


sarana pendidikan, fasilitas pendidikan yang ada di komunitas, jenis pendidikan, tingkat
pendidikan, komunitas yang buta huruf.

Pengkajian subsistem rekreasi diarahkan pada kebiasaan komunitas berekreasi, aktivitas di luar
rumah termasuk dalam mengisi waktu luang dan jenis rekreasi yang dapat dimanfaatkan oleh
komunitas, dan sarana penyaluran bakat komunitas.

A. Metode/Instrumen Pengkajian Komunitas


Metode pengumpulan data pengkajian asuhan keperawatan antara lain:
1. Windshield survery
Windshield survery dilakukan dengan berjalan-jalan di lingkungan
komunitas untuk menentukan gambaran tentang kondisi dan situasi yang terjadi
di komunitas, lingkungan sekitar komunitas, kehidupan komunitas, dan
karakteristik penduduk yang ditemui di jalan saat survai dilakukan. Yang perlu
dikaji pada kelompok atau komunitas adalah:
a. Core atau inti: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri
dari umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai,
keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.
b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman):
1) Perumahan: rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan,

sirkulasi dan kepadatan.


2) Pendidikan: apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan

untuk meningkatkan pengetahuan.


3) Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal: apakah

tidak menimbulkan stress.


4) Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: apakah
cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat
pelayanan diberbagai bidang termasuk kesehatan.
5) Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini
gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah
terjadi.
6) Sistem komunikasi: sarana komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk meningkatkan
pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televisi,
radio, koran atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.
7) Ekonomi: tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan
apakah sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional), dibawah
UMR atau diatas UMR sehingga upaya pelayanan kesehatan yang
diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuran untuk konsumsi jenis
makanan sesuai status ekonomi tersebut.
8) Rekreasi: apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan
apakah biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini
hendaknya dapat digunakan komunitas untuk mengurangi stress.
c. Status kesehatan komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital
statistik, antara lain angka mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR, serta
cakupan imunisasi.
2. Informant interview

Sebelum terjun ke masyarakat, instrument pengkajian sebaiknya dikembangkan dan dipersiapkan


terlebih dahulu. Instrumen yang perlu dikembangkan untuk melakukan pengkajian terhadap
masyarakat antara lain kuesioner, pedoman wawancara, dan pedoman observasi. Untuk
mendapatkan hasil yang akurat dan agar masyarakat membina rasa percaya (trust) dengan perawat
diperlukan kontak yang lama dengan komunitas. Perawat juga harus menyertakan lembar
persetujuan (informed consent) komunitas yang dibubuhi tanda tangan atau cap jempol akan
melakukan tindakan yang membutuhkan persetujuan komonitas. Informed consent juga
mencantumkan jaminan kerahasiaan terhadap isi persetujuan dan dapat yang telah disampaikan.
Wawancara dilakukan kepada key informant atau tokoh yang menguasai program.

3. Observasi partisipasi

Setiap kegiatan kehidupan di komunitas perlu diobservasi. Tentukan berapa lama observasi akan
dilakukan, apa, dimana, waktu, dan tempat komunitas yang akan diobservasi. Kegiatan observasi
dapat dilakukan menggunakan format observasi yang sudah disiapkan terlebih dahulu, kemudian
catat semua yang terjadi, dengan tambahan penggunaan kamera atau video. Informasi yang
penting diperoleh menyangkut aktivitas dan arti sikap atau tampilan yang ditemukan di
komunitas. Observasi dilakukan terhadap kepercayaan komunitas, norma, nilai, kekuatan, dan
proses pemecahan masalah di komunitas.

4. Focus group discussion (FGD)

FGD merupakan diskusi kelompok terarah yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang
mendalam tentang perasaan dan pikiran mengenai satu topik melaui proses diskusi kelompok,
berdasarkan pengalaman subjektif kelompok sasaran terhadap satu institusi/produk tertentu. FGD
bertujuan mengumpulkan data mengenai persepsi terhadap sesuatu, misalnya, pelayanan yang dan
tidak mencari consensus serta tidak mengambil keputusan menganai tindaka yang harus
dilakukan. Peserta FGD terdiri dari 6-12 orang dan harus homogen, dikelompokkan berdasarkan
kesamaan jenis kelamin, usia, latar belakang sosial ekonomi. Lama diskusi maksimal 2 jam.
Lokasi FGD harus memberikan situasi yang aman dan nyaman sehingga menjamin narasumber
berbicara terbuka dan wajar.

FGD menggunakan diskusi yang terfokus sehingga membutuhkan pedoman wawancara yang
berisi pertanyaan terbuka, fasilitator, moderator, notulen, dan observer. Fasilitator dapat
menggunakan petunjuk diskusi agar diskusi terfokus. Peran fasilitator menjelaskan diskusi,
mengarahkan kelompok, mendorong peserta untuk berpartisipasi dalam diskusi, menciptakan
hubungan baik, fleksibel, dan terbuka terhadap saran, perubahan, gangguan, dan kurangnya
partisipasi.

Perekam jalannya diskusi yang paling utama adalah pengamat merangkap pencatat (observer dan
recorder) hal yang perlu dicatat adalah tanggal diskusi, waktu diskusi diadakan, tempat diskusi,
jumlah peserta, tingkat partisipasi peserta, gangguan selama proses diskusi, pendapat peserta apa
yang membuat peserta menolak menjawab atau membaut peserta tertawa, kesimpulan diskusi,
dan sebagainya. Pengguanaan alat perekam saat SGD berlangsung harus mendapat izin dari
responden terlebih dahulu.

C. Diagnosis Keperawatan Komunitas

Selain data primer data sekunder yang diperoleh melalui laporan/dokumen yang sudah dibuat di
desa/kelurahan puskesmas, kecamatan, atau dinas kesehatan, misalnya laporan tahunan
puskesmas, monografi desa, profil kesehatan, juga perlu dikumpulkan dari komunitas. Setelah
dikumpulkan melalui pengkajian, data selanjutnya dianalisis, sehingga perumusan diagnosis
keperawatan dapat dilakukan. Diagnosis dirumuskan terkait garis pertahanan yang mengalami
kondisi terancam. Ancaman terhadap garis pertahanan fleksibel memunculkan diagnosis
potensial; terhadap garis normal memunculkan diagnosis resiko; dan terhadap garis pertahanan
resisten memunculkan diagnosis aktual/gangguan. Analisis data dibuat dalam bentuk

matriks.

Diagnosis keperawatan komunitas disusun berdasarkan jenis diagnosis sebagai

berikut.

1. Diagnosis sejahtera

Diagnosis sejahtera/wellness digunakan bila komunitas mempunyai potensi untuk ditingkatkan,


belum ada data maladaptif. Perumusan diagnosis keperawatan komunitas potensial, hanya terdiri
dari komponen problem (p) saja, tanpa komponen etiologi (e). Contoh diagnosis
sejahtera/wellness:

Potensial peningkatan tumbuh kembang pada balita di RT. 05 RW. 01 Desa X Kecamatan A,
ditandai dengan cakupan imunisasi 95% (95%), 80% berat badan balita di atas garis merah KMS,
80% pendidikan ibu adalah SMA, cakupan posyandu 95%.

2. Diagnosis ancaman (risiko)

Diagnosis risiko digunakan bila belum terdapat paparan masalah kesehatan, tetapi sudah
ditemukan beberapa data maladaptif yang memungkinkan timbulnya gangguan. Perumusan
diagnosis keperawatan komunitas risiko terdiri atas problem (p), etiologi (e), dan symptom/sign
(s). Contoh diagnosis risiko:
Resiko terjadinya konflik psikologis pada warga RT. 05, RW. 01 Desa X Kecamatan A yang
berhubungan dengan koping masyarakat yang tidak efektif ditandai dengan pernah terjadi
perkelahian antar-RT, kegiatan gotong royong, dan silaturahmi, rutin RW jarang dilakukan,
penyuluhan kesehatan terkait

kesehatan jiwa belum pernah dilakukan, masyarakat sering berkumpul dengan melakukan
kegiatan yang tidak positif seperti berjudi.

3. Diagnosis aktual/gangguan

Diagnosis gangguan ditegakkan bila sudah timbul gangguan/masalah kesehatan di komunitas,


yang didukung oleh beberapa data maladaptif. Perumusan diagnosis keperawatan komunitas
aktual terdiri atas problem (p), etiologi (e), dan symptom/sign (s). Contoh diagnosis aktual:

Gangguan/masalah kesehatan reproduksi pada agregat remaja yang berhubungan dengan


kurangnya kebiasaan personal hygiene, ditandai dengan 92% remaja mengatakan mengalami
keputihan patologis, upaya yang dilakukan remaja dalam mengatasi keputihan 80% didiamkan
saja, 92% remaja mengatakan belum pernah memperoleh informasi kesehatan reproduksi

dari petugas kesehatan.

Tingginya kasus diare di wilayah RW. 05 Kelurahan X yang berhubungan dengan tidak
adekuatnya penggunaan fasilitas layanan kesehatan untuk penanggulangan diare, keterbatasan,
dan kualitas sarana pelayanan diare.

B. Prioritas Diagnosis Keperawatan Komunitas


Setelah data dianalisis dan masalah keperawatan komunitas ditetapkan prioritas
masalah kesehatan komunitas yang perlu ditetapkan bersama masyarakat melalui
musyawarah masyarakat desa (MMD) atau lokakarya mini masyarakat. Prioritas
masalah dibuat berdasarkan kategori dapat diatasi, kemudahan, dan kekhususan,
mengingat banyaknya masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Pemilihan masalah ini
sangat penting dilakukan, agar implementasi yang dilakukan benar-benar bermanfaat
bagi masyarakat dan secara tidak langsung akan membangun rasa percaya diri dan
kompetensi masyarakat untuk mengatasi masalah yang lain. Penentuan prioritas
masalah keperawatan komunitas dapat dilakukan melalui metode berikut:

1. Paper and Pencil Tool (Ervin, 2002)


Pentingnya masalah Kemungkinan Peningkatan
untuk dipecahkan: perubahan positif terhadap kualitas
1 Rendah jika diatasi: hidup bila diatasi:
Masalah 2 Sedang 0 Tidak ada 0 tidak ada Total
3 Tinggi 1 Rendah 1 Rendah
2 Sedang 2 Sedang
3 Tinggi
Resiko meningkatnya
kejadian infertilitas 3 3 3 9
pada agregat remaja
Kurangnya kebiasaan 3 2 2 7
personal hygiene

2. Scoring Diagnosis Keperawatan Komunitas (DepKes, 2003)


Masalah keperawatan A B C D E F G H Total
Resiko meningkatnya kejadian
infertilitas pada agregat remaja. 2 3 2 5 2 3 2 2 21
Kurangnya kebiasaan hygiene 3 4 3 3 3 3 3 3 25
Personal
Keterangan: Pembobotan:
A. Risiko keparahan 1. Sangat rendah
B. Minat masyarakat 2. Rendah
C. Kemungkinan diatasi 3. Cukup
D. Waktu 4. Tinggi
E. Dana 5. Sangat tinggi
F. Fasilitas
G. Sumber daya
Tempat

C. Intervensi

Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana tindakan untuk
mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi atau meminimalkan stresor dan
intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis
pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan normal, dan pencegahan
tersier untuk memperkuat garis pertahanan resisten.

Tujuan terdiri atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Penetapan tujuan jangka panjang
(tujuan umum/TUM) mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di komunitas, sedangkan
penetapan tujuan jangka pendek (tujuan khusus/TUK) mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi (E).
Tujuan jangka pendek harus SMART (S= spesifik, M= measurable/dapat diukur, A= achievable/dapat
dicapai, R= reality, T= time limited/ punya limit waktu).
Rencana kegiatan yang akan dilakukan bersama masyarakat dijabarkan secara operasional dalam
planning of action (POA) yang disusun dan disepakati bersama masyarakat saat MMD atau lokakarya
mini masyarakat.

Tabel rencana kegiatan asuhan keperawatan komunitas

D. Implementasi

Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan program. Implementasi


keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan komunitas menggunakan strategi proses
kelompok, pendidikan kesehatan, kemitraan, dan pemberdayaan masyarakat. Perawat komunitas
menggali dan meningkatkan potensi komunitas untuk dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya.

Tujuan akhir setiap program di masyarakat adalah melakukan perubahan masyarakat. Program dibuat
untuk menciptakan keinginan berubah dari anggota masyarakat. Perubahan nilai dan norma di
masyarakat dapat disebabkan oleh faktor eksternal, seperti adanya undang-undang, situasi politik, dan
kejadian kritis eksternal masyarakat. Dukungan eksternal ini juga dapat dijadikan daya pendorong bagi
tindakan kelompok untuk melakukan perubahan prilaku masyarakat. Organisasi ekternal dapat
menggunakan model sosial planning dan locality development untuk melakukan perubahan,
menggalakkan kemitraan dengan memanfaatkan sumber daya

internal dan sumber daya eksternal.

Perawat komunitas harus memiliki pengetahuan yang memadai agar dapat memfasilitasi perubahan
dengan baik, termasuk pengetahuan tentang teori dan model berubah. Perubahan yang terjadi di
masyarakat sebaiknya dimulai dari tingkat individu, keluarga, masyarakat, dan sistem di masyarakat. Ada
beberapa model berubah, yaitu:
1. Model berubah Kurt Lewin

Proses berubah terjadi pada saat individu, keluarga, dan komunitas tidak

lagi nyaman dengan kondisi yang ada. Model ini terdiri dari:

a. Unfreezing, bila ada perasaan butuh untuk berubah baru implementasi dilakukan,
dengan tujuan membantu komunitas menjadi siap untuk

melakukan perubahan.

b. Change yaitu intervensi mulai diperkenalkan kepada kelompok.

c. Refreezing meliputi bagaimana membuat suatu program menjadi stabil melalui


pemantauan dan evaluasi.

Contoh: pada kasus flu burung, saat unfreezing berubah menjadi refreezing, perawat komunitas
perlu mempertahankan kondisi yang ada dengan melakukan kemitraan tentang bagaimana
kebiasaan masyarakat yang sudah bagus dapat dipertahankan dan kebiasaan masyarakat yang
kurang mendukung kesehatan tidak lagi terjadi, seperti kebiasaan tidak melakukan cuci tangan.

2. Strategi berubah Chin & Benne

Strategi berubah ini sangat cocok digunakan oleh perawat komunitas dalam mengkaji status
individu, kelompok, dan masyarakat dalam membuat keputusan untuk berubah. Strategi ini
merupakan strategi untuk melakukan perubahan di komunitas, bukan tahap proses berubah.
Menurut model ini untuk melakukan perubahan diperlukan strategi perubahan yaitu:

a. Rational empiris, dikatakan bahwa untuk melakukan perubahan di komunitas, perlu terdapat
fakta dan pertimbangan tentang seberapa besar keuntungan yang diperoleh dengan adanya
perubahan tersebut. Contoh: adanya kebiasaan merokok yang banyak terjadi di masyarakat,
terutama remaja, diperlukan peran perawat komunitas untuk memfasilitasi perubahan
dengan memberikan promosi kesehatan bahaya merokok melalui media seperti poster,
leaflet, modul data kejadian kesakitan dan kematian akibat merokok atau mengajak melihat
langsung kondisi korban akibat rokok. Dengan adanya fakta,

diharapkan terjadi perubahan pada individu.

b. Normative reedukatif yaitu pertimbangan tentang keselarasan perubahan dengan norma


yang ada di masyarakat.
c. Power coercive yaitu strategi perubahan yang menggunakan sanksi baik politik maupun
sanksi ekonomi. Misalnya sanksi terhadap perokok yang

merokok di tempat umum berupa denda atau kurungan.

3. First order and second order change

Menurut model ini first order bertujuan mengubah substansi atau isi di dalam sistem, sedangkan
pada second order, perubahan ditujukan pada sistemnya. Contoh: Adanya resiko pergaulan bebas
yang saat ini marak di kalangan remaja, perawat komonitas perlu mengubah substansi yang ada
dalam sistem (first order) seperti membentuk dan melihat kader kesehatan remaja (KKR) di
sekolah dan di masyarakat, melakukan promosi kesehatan kepada siswa, guru, orang tua dan
masyarakat melakukan dukungan lintas sektor dan lintas program kepada aparat terkait program
melalui jaringan kemitraan, dan sebaginya. Selain itu, diperlukan juga perubahan pada sistem
(second order) termasuk fasilitas yang ada, seperti menyediakan klinik remaja, revitalisasi UKS
di sekolah, kebijakan pemerintah terkait remaja, dan sebaginya.

Mengukur adanya perubahan masyarakat pada tingkat induvidu, dapat diketahui dari tingkat
kesadaran individu terhadap perubahan, bagaimana individu mengerti tentang masalah yang
dihadap, tingkat partisipasi individu, dan adanyan perubahan dalam bentuk tingkah laku yang
ditampilkan. Adanya role model yang ada dimasyarakat dapat dijadikan pendorong untuk
mengubah

norma dan praktik individu dalam perubahan masyarakat.

Pada tingkat masyarakat, perubahan lebih difokuskan pada kelompok dan organisasi, termasuk
adanya perubahan kebijakan yang berhubungan dengan masalah yang terjadi di masyarakat,
adanya dukungan dan partisipasi dalam kegiatan masyarakat serta aktivitas lain yang
berhubungan dengan penyelesaian masalah. Perubahan dimasyarakat dapat dievaluasi melalui
pengembangan koalisi, partisipasi masyarakat dalam dukungan untuk mencapai tujuan, dan

perubahan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.

Setiap akan melakukan kegiatan dimasyarakat/implementasi program, sebaiknya dibuat dahulu


laporan pendahuluan (LP) kegiatan asuhan keperawatan komonitas yang meliputi:

a.Latar belakang yang berisi kriteria komunitas, data yang perlu dikaji lebih lanjut terkait
implementasi yang akan dilakukan dan masalah

keperawatan komunitas yang terkait dengan implementasi saat ini.

b. Proses keperawatan komunitas yang berisi diagnosis keperawatan

komunitas, tujuan umum, dan tujuan khusus.


c.Implementasi tindakan keperawatan, yang berisi topik kegiatan, target kegiatan, metode, strategi
kegiatan, media dan alat bantu yang dipergunakan, waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan,
pengorganisasian petugas kesehatan beserta tugas, susunan acara,

seting tempat acara.

d. Kriteria evaluasi, yang berisi evaluasi struktur, evaluasi proses, dan evaluasi hasil dengan
menyebutkan target persentase pencapaian hasil yang diinginkan.

Pelaksanaan kegiatan keperawatan komunitas, dilakukan berdasarkan PoA yang telah disusun.
Pemantauan kegiatan perkesmas secara berkala dilaksanakan oleh kepala Puskesmas dan
koordinator Puskesmas dengan melakukan diskusi tentang permasalahan yang dihadapi terkait
pelaksanaan perkesmas serta melakukan penilaian setia akhir tahun dengan membandingkan hasil
pelaksanaan kegiatan dengan rencana yang telah disusun. Pembahasan masalah perkesmas dapat
dilakukan dengan cara mengadakan kegiatan:

a. Lokakarya mini bulanan

Lokakarya mini bulanan dilakukan setian bulan di puskesmas, dihadiri oleh staf puskesmas dan
unit penunjangnya untauk membahas kinerja internal puskesmas termasuk cakupan, mutu
pembiayaan, masalah, dan hambtan yang ditemui termasuk pelaksanaan perkesmas dan kaitanya
dengan masalah lintas program lainnya.
b. Lokakarya mini tribulanan

Lokakarya mini tribulanan dilakukan setiap 3 bulan sekali, dipimpin oleh camat dan dihadari oleh
staf puskesmas dan unit penunjangnya, instansi lintas sektor tingkat kecamatan untuk membahas
masalah dalam pelaksanaan puskesmas termasuk perkesmas terkait dengan lintas sektor dan
pemasalahan yang terjadi untuk mendapatkan penyelesaiannya.

c. Refleksi diskusi kasus (RDK)

Refleksi diskusi kasus merupakan metode yang digunakan dalam merefleksikan pengalaman
dalam satu kelompok diskusi untuk berbagai pengetahuan dan pengalaman yang didasarkan atas
standar yang berlaku. Proses diskusi ini memberikan ruang dan waktu bagi peserta diskusi untuk
merefleksikan pengalaman masing-masing serta kemampuannya tanpa tekanan kelompok,
terkondisi, setiap peserta saling mendukung, memberi kesempatan belajar terutama bagi peserta
yang tidak terbiasa dan kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapat. RDK dilakukan
minimal seminggu sekali, dihadapi oleh perawat perkesmas di puskesmas untuk membahas
masalah teknis perkesmas.

Dalam pemberian asuhan keperawatan komunitas kepada individu/keluarga/kelompok dan


masyarakat agar pemahaman dan ketrampilan perawat komonitas lebih meningkat. Adapun
persyaratan metode RDK adalah:

1) Kelompok terdiri atas 5-8 orang.

2) Salah satu anggota kelompok berperan sebagai fasilitator, satu

orang lagi sebagai penyaji, dan sisanya sebagai peserta.

3) Posisi fasilitator, penyaji, dan peserta lain dalam diskusi setara.

4) Kasus yang disajikan oleh penyaji merupakan pengalaman yang terkait asuhan
keperawatan di komunitas yang menarik untuk dibahas dan didiskusikan, perlu
penanganan dan pemecahan masalah.
5) Posisi duduk sebaiknya melingkar tanpa dibatasi oleh meja atau benda lainnya
agar peserta dapat bertatapan dan berkomunikasi

secara bebas.

6) Tidak boleh ada interupsi dan hanya satu orang saja yang berbicara dalam satu
saat, peserta lainya memperhatiakan dan

mendengarkan.

7) Tidak diperkenakan ada dominasi, kritik yang dapat memojokkan

peserta lainnya.

8) Peserta berbagi (sharing) pengalaman selama satu jam dan

dilakukan secara rutin.

9) Setiap anggota secara bergiliran mendapat kesempatan sebagai

fasilitator, penyaji, dan anggota peserta diskusi.

10) Selama diskusi, diusahakan agar tidak ada peserta yang tertekan atau terpojok,
yang diharapkan justru dukungan dan dorongan dari setiap peserta agar terbiasa
menyampaikan pendapat mereka masing-masing.

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan. Evaluasi merupakan sekumpulan informasi
yang sistemik berkenaan dengan program kerja dan efektivitas dari serangkaian program yang
digunakan masyarakat terkait program kegiatan, karakteristik, dan hasil yang telah dicapai.
Program evaluasi dilakukan untuk memberikan informasi kepada perencanaan program dan
pengambil kebijakan tentang efektivitas dan efisiensi program. Evaluasi digunakan untuk
mengetahui beberapa tujuan yang diharapkan telah tercapai dan apakah intervensi yang dilakukan
efektif untuk masyarakat setempat sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat, apakah sesuai
dengan rencana atau apakah dapat mengatasi masalah masyarakat.

Evaluasi ditunjukan untuk menjawab apa yang menjadi kebutuhan masyarakat dan program apa
yang dibutuhkan masyarakat, apakah media yang digunakan tepat, ada tidaknya program
perencanaan yang dapat di implementasikan, apakah program dapat menjangkau masyarakat,
siapa yang yang menjadi target sasaran program, apakah program yang dilakukan dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat. Evaluasi
juga bertujuan mengidentifikasi masalah dalam perkembangan program dan
penyelesaian. Program evaluasi dilaksanakan untuk memastikan apakah ada hasil
program sudah sejalan dengan sasaran dan tujuan, memastikan biaya program sumber
daya, dan waktu pelaksanaan program yang telah dilakukan. Evaluasi juga diperlukan
untuk memastikan apakah prioritas program yang disusun sudah memenuhi kebutuhan
masyarakat, dengan membandingkan perbedaan program terkait keefektifannya.

Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses, dan hasil. Evaluasi program merupakan
proses mendapatkan dan menggunakan informasi sebagai dasar proses pengambilan
keputusan, dengan cara meningkatkan pelayanan kesehatan. Evaluasi proses difokuskan
pada urutan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil. Evaluasi hasil dapat
diukur melalui perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perubahan
perilaku masyarakat.

Evaluasi terdiri atas evaluasi formatif, menghasilkan informasi untuk umpan balik selama
program berlangsung. Sementara itu, evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai
dan mendapatkan informasi tentang efektifitas pengambilan keputusan. Pengukuran
efektifitas program dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi kesuksesan dalam
pelaksanaan program. Pengukuran efektivitas program dikomunitas dapat dilihat
berdasarkan:

1. Pengukuran komunitas sebagai klien. Pengukuran ini dilakukan dengan cara


mengukur kesehatan ibu dan anak, serta mengukur kesehatan

komunitas.

2. Pengukuran komunitas sebagai pengalaman pembina hubungan. Pengukuran


dilakukan dengan cara melakukan pengukuran sosial dari

determinan kesehatan.

3. Pengukuran komunitas sebagai sumber, dilakukan dengan mengukur tingkat


keberasilan pada keluarga atau masyarakat sebagai sumber informasi dan sumber
intervensi kegiatan.

DAFTAR PUSTAKA
31
Anderson, Elzabeth T. 2007. Buku ajar keperawatan: teori dan praktik. Alih
Bahasa, Agus.

Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan kesehatan komunitas: teori dan praktik


dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Henny, Achjar Komang Ayu. 2011. Asuhan keperawatan komunitas: teori dan
praktek. Jakarta: EGC.

Mubarak Wahid Iqbal dan Chayatin Nurul. 2009. Ilmu kesehatan


masyarakat: teori dan aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas (Community as Partner)

32
a. Model Community as Patner

Model konseptual adalah sintesis seperangkat konsep dan pernyataan yang mengintegrasikan
konsep-konsep tersebut menjadi suatu kesatuan. Model  keperawatan dapat didefinisikan sebagai
kerangka pikir, sebagai satu cara melihat keperawatan, atau satu gambaran tentang lingkup
keperawatan.

Model ini sebagai panduan proses keperawatan dalam pengkajian komunitas, analis, dan
diagnosa, perencanaan, implementasi. Model ini sebagai panduan proses keperawatan dalam
pengkajian komunitas; analisa dan diagnosa, perencanaan, implementasi komunitas yang terdiri
dari tiga tingkatan pencegahan yaitu primer, sekunder, dan tersier, dan program evaluasi
(Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999).

Konsep Community as Partner diperkenalkan Anderson dan McFarlane. Model ini merupakan
pengembangan dari model Neuman yang menggunakan pendekatan totalitas manusia untuk
menggambarkan status kesehatan klien. Neuman memandang klien sebagai sistem terbuka
dimana klien dan lingkungannya berada dalam interaksi yang dinamis. Menurut Neuman, untuk
melindungi klien dari berbagai stressor yang dapat mengganggu keseimbangan, klien memiliki
tiga garis pertahanan, yaitu fleksible line of defense, normal line of defense, dan resistance
defense.

Model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan
proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri(1) inti komunitas (the community core),
(2) subsistem komunitas (the community subsystems), dan (3) persepsi (perception). Model ini
lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat yang merupakan praktek, keilmuan, dan
metodenya melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan
kesehatannya.

33
Gambar 1. Community as Patner Model

Sumber: Anderson Gambar McFarlan,:Community as Partner

Agregat klien dalam model Community as Partner ini meliputi intrasistem dan ekstrasistem.


Intrasistem terkait adalah sekelompok orang-orang yang memiliki satu atau lebih karakteristik
(Stanhope & Lancaster, 2004). Agregat ekstrasistem meliputi delapan subsistem yaitu
komunikasi, transportasi dan keselamatan, ekonomi, pendidikan, politik dan pemerintahan,
layanan kesehatan dan sosial, lingkungan fisik dan rekreasi (Helvie, 1998; Anderson &
McFarlane, 2000; Ervin, 2002; Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999; Stanhope & Lancaster,
2004; Allender & Spradley, 2005).

Delapan subsistem dipisahkan dengan garis putus-putus artinya sistem satu dengan yang lainnya
saling mempengaruhi. Di dalam komunitas ada lines of resistance, merupakan mekanisme
internal untuk bertahan dari stressor. Rasa kebersamaan dalam komunitas untuk bertanggung
jawab terhadap kesehatan contoh dari line of resistance. Anderson dan McFarlane (2000)
mengatakan bahwa dengan menggunakan model Community as Partner terdapat dua
komponen  utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian
komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan subsistem yang mengelilingi inti
yang merupakan bagian dari pengkajian keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari
beberapa tahap mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Komunitas sebagai klien/partner berarti kelompok masyarakat tersebut turut berperan serta
secara aktif meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengatasi masalah kesehatannya.

a. Pengkajian

Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap masyarakat
untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik
individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis dan
sosial ekonomi maupun spiritual dapat ditentukan.

Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan untuk mengenal


komunitas.  Mengidentifikasi faktor positif dan negatif yang berbenturan dengan masalah
kesehatan dari masyarakat hingga sumber daya yang dimiliki komunitas dengan tujuan
merancang strategi promosi kesehatan. Dalam tahap pengkajian ini terdapat lima kegiatan, yaitu :

a) Pengumpulan data

Tujuan pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah


kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukam tindakan yang harus diambil untuk
mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan
spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Kegiatan pengkajian yang dilakukan
dalam pengumpulan data meliputi :
34
1) Data inti

Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas yaitu riwayat terbentuknya sebuah komunitas
(lama/baru). tanyakan pada orang-orang yang kompeten atau yang mengetahui sejarah area atau
daerah itu.

 Data demografi

Karakteristik orang-orang yang ada di area atau daerah tersebut, distribusi (jenis kelamin, usia,
status perkawinan, etnis), jumlah penduduk,

 Vital statistik

Meliputi kelahiran, kematian, kesakitan dan penyebab utama kematian atau kesakitan.

 Nilai dan kepercayaan

Nilai yang dianut oleh masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan, kepercayaan-kepercayaan
yang diyakini yang berkaitan dengan kesehatan, kegiatan keagamaan di masyarakat, kegiatan-
kegiatan masyarakat yang mencerminkan nilai-nilai kesehatan.

2) Subsistem

 Lingkungan fisik

Catat lingkungan tentang mutu air, flora, perumahan, ruang, area hijau, binatang, orang-orang,
bangunan buatan manusia, keindahan alam, air, dan iklim.

 Pelayanan kesehatan dan sosial

Catat apakah terdapat klinik, rumah sakit, profesi kesehatan yang praktek, layanan kesehatan
publik, pusat emergency, rumah perawatan atau panti werda, fasilitas layanan sosial, layanan
kesehatan mental, dukun tradisional/pengobatan alternatif.

 Ekonomi

Catat apakah perkembangan ekonomi di wilayah komunitas tersebut maju dengan pesat, industri,
toko, dan tempat-tempat untuk pekerjaan, adakah pemberian bantuan sosial (makanan), seberapa
besar tingkat pengangguran, rata-rata pendapatan keluarga, karakteristik pekerjaan.

 Keamanan dan transportasi

Apa jenis transportasi publik dan pribadi yang tersedia di wilayah komunitas, catat bagaimana
orang-orang bepergian, apakah terdapat trotoar atau jalur sepeda, apakah ada transportasi yang
memungkinkan untuk orang cacat. jenis layanan perlindungan apa yang ada di komunitas
(misalnya: pemadam kebakaran, polisi, dan lain-lain), apakah mutu udara di monitor, apa saja
jenis kegiatan yang sering terjadi, apakah orang-orang merasa aman.

 Politik dan pemerintahan

35
Catat apakah ada tanda aktivitas politik, apakah ada pengaruh partai yang menonjol, bagaimana
peraturan pemerintah terdapat komunitas (misalnya: pemilihan kepala desa, walikota, dewan
kota), apakah orang-orang terlibat dalam pembuatan keputusan dalam unit pemerintahan lokal
mereka.

 Komunikasi

Catat apakah oaring-orang memiliki tv dan radio, apa saja sarana komunikasi formal dan
informal yang terdapat di wilayah komunitas, apakah terdapat surat kabar yang terlihat di stan
atau kios, apakah ada tempat yang biasanya digunakan untuk berkumpul.

 Pendidikan

Catat apa saja sekolah-sekolah dalam area beserta kondisi, pendidikan lokal, reputasi, tingkat
drop-out, aktifitas-aktifitas ekstrakurikuler, layanan kesehatan sekolah, dan tingkat pendidikan
masyarakat.

 Rekreasi

Catat dimana anak-anak bermain, apa saja bentuk rekreasi utama, siapa yang berpartisipasi,
fasilitas untuk rekreasi dan kebiasaan masyarakat menggunakan waktu senggang.

3) Persepsi

Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit masih acuh, mungkin dipengaruhi
rendahnya tingkat pendidikan masyarakat ataupun kurangnya pengetahuan kesehatan mengenai
suatu penyakit

b) Jenis data

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari

 Data subjektif: yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang
dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas, yang diungkapkan
secara langsung melalui lisan.

 Data objektif: data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan
pengukuran.

c) Sumber data

 Data primer: data yang dikumpulakn oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau
perawat kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas
berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.
36
 Data sekunder : data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,
misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesejatan pasien atau medical record. (wahit,
2005)

d) Cara pengumpulan data

 wawancara atatu anamnesa

 pengamatan

 pemeriksaan fisik

e) Pengolahan data

 klasifikasi data atau kategorisasi data

 perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan tally

 tabulasi data

f) Interpretasi data analisis data

Tujuan analisis data :

 menetapkan kebutuhan komuniti;

 menetapkan kekuatan;

 mengidentifikasi pola respon komuniti;

 mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.

g) Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan

h) Prioritas masalah

Prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai


faktor sebagai kriteria:

 perhatian masyarakat;

 prevalensi kejadian;

 berat ringannya masalah;

 kemungkinan masalah untuk diatasi;

 tersedianya sumber daya masyarakat;

 aspek politis.

b. Diagnosa keperawatan

37
Diagnosis keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang aktual maupun
potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan
masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. American Nurses Of
Association (ANA). Dengan demikian diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang
jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan
tindakan keperawatan.

c. Perencanaan

1) Tahapan pengembangan masyarakat, yaitu persiapan, penentuan prioritas daerah,


pengorganisasian, pembentukan pokjakes (kelompok kerja kesehatan)

2) Tahap diklat

3) Tahap kepemimpinan yang merupakan koordinasi intersektoral, akhir, supervisi


atau kunjungan bertahap.

d. Pelaksanaan/Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat


untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994., dalam Potter &
Perry, 1997).

Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan,
pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau
tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.

Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga kategori dari implementasi
keperawatan, antara lain:

1) Cognitive implementations, meliputi pengajaran/ pendidikan,


menghubungkan tingkat pengetahuan klien dengan kegiatan hidup sehari-
hari, membuat strategi untuk klien dengan disfungsi komunikasi,
memberikan umpan balik, mengawasi tim keperawatan, mengawasi
penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan lingkungan sesuai
kebutuhan, dan lain lain.

2) Interpersonal implementations, meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan,


meningkatkan pelayanan, menciptakan komunikasi terapeutik, menetapkan
jadwal personal, pengungkapan perasaan, memberikan dukungan spiritual,
bertindak sebagai advokasi klien, role model, dan lain lain.

3) Technical implementations, meliputi pemberian perawatan kebersihan kulit,


melakukan aktivitas rutin keperawatan, menemukan perubahan dari data
dasar klien, mengorganisir respon klien yang abnormal, melakukan tindakan
keperawatan mandiri, kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain.

38
e. Evaluasi atau penilaian

Menurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen (1986) dalam Craven & Hirnle (2000), evaluasi
terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1) Evaluasi struktur

Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling tempat
pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, rasio
perawat-klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf
keperawatan dalam area yang diinginkan.

2) Evaluasi proses

Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang. Area yang menjadi
perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis informasi yang didapat pada saat wawancara dan
pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal
perawat.

3) Evaluasi hasil

Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien merupakan
pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.

DAFTAR PUSTAKA

Dignan, Mark. B & Carr Patricia, A: Introduction to Program Planning : A Basic Text for
Community Health Education, Lea & Febringer, Philadelphia, 1981

Green, Lawrence & Kreuter, Marshall, W: Health Promotion Planning, An Educational and
Environmental Approach, Second Edition, Mayfield Publishing Company, 1991

39
Greene, Walter & Simon-Morton:Introduction to Health Education, Waveland Press Inc,
Prospect Height, Illness, 1990

Hartono B. Promosi Kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit. Cetakan Pertama, Desember.
Jakarta : Rineka Cipta, 2010.

Maulana H. Promosi Kesehatan. Cetakan ke-3. Jakarta : EGC; 2010.

Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi, September. Jakarta :
Rineka Cipta; 2010.

Notoatmodjo S. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan ke-3, Mei. Jakarta :
Rineka Cipta; 2008.

Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta; 2007.

Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Cetakan Pertama, Maret. Jakarta : Rineka Cipta;
2007.

Promosi Kesehatan. Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).

http://www.promosikesehatan.com/?act=program&id=12. Diakses tanggal 28 Februari 2015.

Allender & Spradley. (2005). Community health nursing: promoting and protecting the public’s
health (6th edition). Lippincott Eilliams & Wilkins. Philadelphia.

Anderson & McFarlane (2000). Community as partner: theory and practice in nursing. Third
edition. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia.

Anderson, E.T., and McFarlane, J.(2000). Community as partner: Theory and practice in


nursing, 3rd.ed, Philadelpia: Lippincott

Allender, J.A., and Spradley, B.W.(2001). Community health nursing : Concepts and practice,
4th.ed, Philadelpia: Lippincott

Clark, M.J.(1999). Nursing in the community: Dimensions of community health nursing,


Standford, Connecticut: Appleton & Lange

George B. Julia , Nursing Theories- The base for professional Nursing Practice , 3rd
ed. Norwalk, Appleton and Lange.

Hidayat Aziz Halimul. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan Dasar. Salemba Medika :Jakarta.

Mubarak, Iqbal Wahit. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas 1. Cv Sagung
Seto : Jakarta

Craven, R. F dan Hirnle, C. J. 2000. Fundamental of Nursing: Human, Health and function.
Edisi 3. Phiadelphia: lippincott

40
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


Pengkajian Hasil
A. Inti komunitas
1. Sejarah 1. Berdasarkan cerita dari para sesepuh
Terjadinya wilayah, perkembangan dusun Rejoso, bahwa dusun Rejoso
berasal dari kata REDJHOSO yang
sekarang menjadi REJOSO. Sejarah
41
awal dusun rejoso dahulunya pada
waktu pemerintahan Jepang Belanda
sekitar tahun 1890 ada tokoh leluhur
yang di sebut MBAH JOWONGSO
dimana beliau yang mendirikan
sebuah dusun yang bernama REJOSO
yang terdiri dari 5 RT dan setiap RT
dipimpin oleh Kasun atau Kepala
Dusun dimana masing-masing RT
menjalankan tugasnya sendiri sesuai
dengan lingkungannya. Sekitar tahun
1908 telah dilaksanakan musyawarah
masing-masing Ketua RT dalam
rangka musyawarah kerukunan
tetangga kemudian dihasilkan
keputusan penggabungan Ketua RT
menjadi Kepala dusun dan seluruh
wilayah menjadi satu wilayah
2. Vital statistik: dinamakan Dusun Rejoso.
angka kelahiran, angka kematian,
2. Vital statistik :
angka kesakitan
 Angka kelahiran = 40%
 Angka kematian = 20%
 Angka kesakitan = 40%
3. Data demografi:
Jenis kelamin, status perkawinan,
3. Data demografi :
suku, tipe keluarga
 Jenis kelamin=
a. laki-laki: 1098
b. perempuan: 2789
c. Kepala keluarga: 597
 Status perkawinan=
 Suku= jawa: 90%, luar jawa:
10%
 Tipe keluarga= Tradisional
4. Nilai, kepercayaan dan religi:
nilai dan kepercayaan masyarakat, 4. Nilai kepercayaan dan religi:
agama dan pelaksanaan ibadah  Nilai & kepercayaan
masyarakat =
 Agama = islam: 99%,
kristen:1% , hindu/budha: -
 Pelaksanaan ibadah =
banyaknya masjid:1,
musholla: 5, gereja: 0
B. Subsistem
1. Lingkungan fisik 1. Lingkungan fisik:
- Lokasi dan batas desa  Lokasi dan batas desa =
Berdasarkan wilayah administrasi
42
- Cuaca/musim bahwa luas dusun Rejoso adalah
- Kondisi tanah, air, udara 98.634 Ha. Yang terletak pada
(kualitas dan kuantitas) 8o24’55.17” S 112o42’03.45”T dan
- Perumahan pada ketinggian 12 meter dari
- Lingkungan terbuka permukaan air laut. Dusun Rejoso
- Binatang dan tumbuh – yang kondisi wilayahnya
mayoritas petani, merupakan salah
tumbuhan
satu dusun yang mempunyai tanah
- Sampah dan pengelolaannya
sawah sangat banyak. Adapun
- Saluran Pembuangan Air limbah batas-batas wilayah dusun
(SPAL) Rejoso :
- Orang-orang/kebiasaan a. Sebelah utara : berbatasan
masyarakat dengan desa Lemaris
b. Sebelah selatan : berbatasan
dengan dusun candi
c. Sebelah timur : berbatasan
dengan dusun Tenggulunan
d. Sebelah barat : berbatasan
dengan dusun Ketemas
 Cuaca/musim =
Iklim dusun Rejoso , sebagaimana
dusun-dusun lain diwilayah
Indonesia mempunyai iklim
kemarau dan penghujan, hal
tersebut mempunyai pengaruh
langsung terhadap pola tanam
yang ada di dusun Rejoso.
 Lingkungan terbuka =
a. Tanah sawah : 98,67
b. Tanah kering : 7,98
 Binatang dan tumbuh – tumbuhan =
beberapa setiap rumah memiliki
hewan ternak dengan kandang
dibelakan rumah masing-masing
 Sampah dan pengelolaannya =
dibakar: 35%, dibuang disungai:
20%, dibuang di TPA: 45%
 Saluran Pembuangan Air limbah
(SPAL) = setiap rumah memiliki
saptitank masing-masing
 Orang-orang/kebiasaan masyarakat =
membuang sampah di sungai yang
mengakibatkan sungai di dusun
rejoso sangatlah kotor.
2. Pendidikan :
Tingkat pendidikan penduduk = SD: 5%,
SMP: 16 %, SMA: 68%, Perguruan
43
tinggi: 21%
 Tipe/macam sekolah yg tersedia
didlm/diluar masy = sekolah
2. Pendidikan nasional: 65%, madrasah: 32%,
- Tingkat pendidikan penduduk sekolah internasional: 3%
- Tipe/macam sekolah yg tersedia  Adakah layanan Kesehatan sekolah
didlm/diluar masy (UKS) = ada: 100%, tidak ada: 0%
- Adakah layanan Kesehatan 3. Sistem Politik dan Pemerintahan :
 Sistem pemerintahan umum =
sekolah (UKS)
 Manajemen masyarakat : system
pemilihan pemimpin, perkumpulan di
masyarakat, PJ kesehatan masyarakat
= musyawarah
 Bagaimana peraturan pemerintah
terhadap komunitas =
3. Sistem Politik dan Pemerintahan 4. Keamanan dan Transportasi :
- Sistem pemerintahan umum  Sarana transportasi : pribadi dan
- Manajemen masyarakat : sistem umum = pribadi: 90%, umum: 10%
pemilihan pemimpin,  Sarana dan fasilitas keamanan =
perkumpulan di masyarakat, PJ poskamling, pos banser
kesehatan masyarakat 5. Pelayanan Kesehatan dan Sosial :
- Bagaimana peraturan pemerintah  Jenis yankes & sosial yang ada = RS:
terhadap komunitas 55%, Puskesmas: 23%, dokter
praktek: 12% , perawat: 4% , bidan:
6%
4. Keamanan dan Transportasi  Sumber-sumber yang dapat digunakan
- Sarana transportasi : pribadi dan =-
umum  Karakteristik jasa pemakai pelayanan
- Sarana dan fasilitas keamanan = lansia: 20%, anak: 40%, ibu hamil:
8%, bayi:10%, dewasa: 22%
 Banyaknya kunjungan ke Yankes
berdasarkan penyakit yg dominan =
5. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
DBD: 43%, febris: 28%, HT: 12%,
- Jenis yankes & sosial yang ada DM: 7%, Diare: 4%, artritis: 6%
- Sumber-sumber yang dapat  Apakah pelayanan dapat diterima
digunakan secara adekuat? = ya, dapat
- Karakteristik jasa pemakai 6. Komunikasi :
pelayanan  Dimana penduduk sering berkumpul =
- Statistik kunjungan pelayanan ditempat perkumpulan musyawarah
- Apakah pelayanan dapat dusun
diterima secara adekuat?  Bagaimana informasi
dikomunikasikan (formal/informal)=
formal
7. Ekonomi :
 Jenis pekerjaan=
wiraswasta(pedagang,pabrik,petani,
44
dll): 64% , PNS: 20%
 Tingkat pengangguran= 16%
 Home industry atau pabrik yang ada
di sekitar masyarakat= industri
6. Komunikasi Dupo & home industry sarung
- Dimana penduduk sering  Pengaruh ekonomi thd kes masy=
berkumpul  % anggota masy yg hidup digaris
- Bagaimana informasi kemiskinan= 25%
dikomunikasikan 8. Rekreasi
(formal/informal)  Macam, tempat, bayaran, yang
menggunakan, fasilitas rekreasi=
Kolam renang
7. Ekonomi
- Jenis pekerjaan
- Tingkat pengangguran
- Home industry atau pabrik yang
ada di sekitar masyarakat
- Pengaruh ekonomi thd kes masy
- % anggota masy yg hidup digaris
kemiskina

8. Rekreasi
- Macam, tempat, bayaran, yang
menggunakan, fasilitas rekreasi

C. Persepsi
- Bagaiamana perasaan orang-orang Kegiatan seperti karangtaruna, remas, rapat
tentang komunitasnya? RT bulanan masih aktif dan berjalan
dengan baik setiap bulannya, banyak
kegiatan-kegiatan rutin yang dilaksanakan,
tetapi dimasa pandemic seperti sekarang
kegiatan hanya dilakukan sesekali saja
dengan tetap menerapkan protocol
kesehatan.
- Masalah yang terjadi?, kekuatan dan
kelemahannya

Masalah yang terjadi di RT 01 yang


mengalami penyakit DBD yang
45
mengakibatkan 3 anak meninggal dunia,
dan mengakibatkan dusun Rejoso wilayah
merah DBD terumata di RT 02.
Kekuatannya kepala dusun rejoso bertindak
cepat dan melakukan penyemprotan di
lingkungan dusun rejoso oleh tim kesehatan
dari puskesmas pandaan. Kelemahannya di
dusun Rejoso terutama RT 01
masyarakatnya kurang kooperatif tentang
lingkungan dan bahaya tentang DBD.

ANALISA DATA
No Data Etiologi Diagnosa
Keperawatan
1. DS: warga mengatakan Ketidakpatuhan Perilaku Kesehatan
kurangnya pembinaan tentang masyarakat tentang cenderung berisiko
hidup bersih dan sehat hidup bersih dan sehat
DO:
 Warga membuang sampah Peningkatan maalah
dengan cara dibakar: 35%, kesehatan
dibuang disungai: 25%,
dibuang di TPA: 40%
 Kondisi sungai di dusun Perilaku kesehatan
cenderung beresiko
rejoso memunjukkan
dengan kondisi banyak
sampah
 Kondisi penampungan air
menunjukkan kondisi air
berbau 30% dan berwarna
25%

DS: warga mengatakan Resiko terjadinya


2. kurang kebersihan lingkungan peningkatan masalah Ketidakefektifan
terhadap selokan, atau pada anak pemeliharaan
genangan air. kesehatan
DO:
 Banyaknya kunjungan ke Ketidakefektifan
Yankes berdasarkan pemeliharaan kesehatan
penyakit yg dominan =
DBD: 43%
 Lingkungan kurang bersih,
terdapat selokan yang
koyor, genangan air.
 Terdapat 3 anak berurutan
mengalami penyakit DBD
yang berakibat meninggal
dunia.
46
SKORING :
No. Masalah Perhatian Point Tingkat Kemungkinan Total
Kesehatan Masyarakat Prevelensi Bahaya Untuk Dikelola

1 Perilaku 3 4 3 2 70
Kesehatan
Cenderung
Beresiko
2 Defisit 3 3 3 4 110
Kesehatan
Komunitas

RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEP SLKI SIKI
1 D.0099 Perilaku Kesehatan SLKI SDKI Edukasi
Cenderung Beresiko Kesehatan Observasi:
Manajemen Kesehatan
1. Identifikasi
Dengan Kriteria Hasil
perilaku upaya
Definisi :
1. Melakukan tindakan kesehatan yang
Hambatan kemampuan dalam untuk mengurangi dapat
mengubah gaya hidup / factor resiko ditingkatkan
perilaku untuk memperbaiki meningkat
Terapeutik :
status kesehatan.
2. Menerapkan program
1. Sediakan materi
perawatan meningkat.
dan media
3. Aktivitas sehari-hari Pendidikan
efektif untuk kesehatan
Penyebab :
memenuhi tujuan
2. Jadwalkan
Penyebab kondisi perilaku kesehatan meningkat
Pendidikan
kesehatan cenderung beresiko kesehatan sesuai
4. Verbalisasi kesulitan
dapat menimbulkan situasi kesepakatan
dalam menjalani
seperti dibawah ini :
program perawatan /
3. Berikan
1. Kurang terpapar pengobatan menurun.
kesempatan
informasi untuk bertanya
2. Ketidakadekuatan Edukasi :
dukungan social
1. Jelaskan factor
3. Self efficacy yang risiko yang
rendah dapat
4. Status ekonomi rendah mempengaruhi
kesehatan
47
5. Stressor berlebihan 2. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
6. Sikap negative
sehat
terhadap pelayanan
kesehatan 3. Ajarkan strategi
yang dapat
7. Pemeliharaan gaya
digunakan untuk
hidup tidak sehat (mis :
meningkatkan
merokok, konsumsi
perilaku hidup
alcohol berlebihan)
bersih dan sehat.
2 D.0110 SLKI SDKI
Defisit Kesehatan Komunitas Kriteria Hasil : Pengembangan
Kesehatan
Definisi : 1. Ketersediaan program
Masyarakat
promosi kesehatan
Terdapat masalah kesehatan
meningkat Observasi :
atau factor resiko yang dapat
mengganggu kesejahteraan 2. Ketersediaan program a. Indetifikasi
pada suatu kelompok proteksi kesehatan masalah atau isu
meningkat kesehatan dan
prioritasnya
3. Partisipasi dalam
program kesehatan b. Identifikasi
komunitas meningkat kekuatan dan
patner dalam
4. Keikutsertaan asuransi
pengembangan
/ jaminan kesehatan
kesehatan
meningkat
Terapeutik :
5. Kepatuhan terhadap
standar kesehatan a. Berikan
lingkungan meningkat kesempatan
kepada setiap
6. System survelansi
anggota
kesehatan meningkat
masyarakat
7. Pemantauan standar untuk
kesehatan komunitas berpartisipasi
meningkat sesuai asset yang
dimiliki
b. Libatkan
anggota
masyarakat
untuk
berpartisipasi
sesuai asset yang
dimiliki
c. Libatkan
anggota
48
masyarakat
untuk
meningkatkan
kesadaran
terhadap isu dan
masalah
kesehatan yang
dihadapi
d. Libatkan
masyarakat
dalam proses
perencanaan dan
implementasi
serta revisinya
e. Libatakan
anggota
masyarakat
dalam
mengembangkan
jaringan
kesehatan
f. Perkuat
komunikasi
antara individu
dan kelompok
untuk
bermusyawarah
terkait daya
Tarik yang sama
g. Bangun
komitmen antar
anggota
masyarakat
h. Kembangkan
mekanisme
keterlibatkan
tatanan local,
regional bahkan
nasional terkait
isu kesehatan
komunitas
Promosi Perilaku Upaya
Kesehatan

49
Observasi :
 Identifikasi
perilaku upaya
kesehatan yang
dapat digunakan
Terapeutik :
 Berikan
lingkungan yang
mendukung
kesehatan
 Orientasi
pelayanan
kesehatan yang
dapat
dimanfaatkan
 Anjurkan
menutup dan
menguras tempat
penampungan
air setiap
minggu
 Mengubur,
membakar, dan
membuang
bekas minuman
dan sampah lain.
 Rapikan
halaman dan
jangan biarkan
semak-semak
dihalaman tak
terurus
 Bersihkan
selokan agar air
dapat mengalir
dengan lancer
 Lakukan
penyemprotan
air
Edukasi :
 Anjurkan minum
50
air yang banyak
 Anjurkan makan
makanan yang
bergizi

3.1 Implementasi Keperawatan


No Hari/Tgl Diagnosa Kegiatan Ttd

51
1. Minggu, Ketidakefektifan - Pelaksanaan Henny
13/06/2021 pemeliharaan kesehatan pendidikan kesehatan
DBD di Dusun Rejoso dilaksanakan pada
RT 01 Tunggulwulung tanggal 13 Juni
2021
- Kegiatan penyuluhan
dimulai dari pukul
16.15 wib dan
berakhir pada pukul
17.00 wib, bertempat
dirumah Pak Mail
selaku wakil ketua RT
dengan tetap menjaga
prokes
- Materi penyuluhan
yang diberikan adalah
tentang DBD
menggunakan media
leafleat, dengan
metode ceramah
serta tanya jawab.
- Pembukaan salam
dilakukan
oleh narasumber atas
nama Heni Dwi
Masyitah dan di sapa
oleh masyarakat.
- Narasumber
meberikan pretest
secara lansung dengan
bertanya dan para
warga antusias
menjawab
- Pemberian materi
oleh narasumber
dengan isi nya yaitu
defenisi DBD,
penyebab, tanda dan
gejala DBD,
pencegahan DBD,
penatalaksanaan
DBD.
- Narasumber antusias
bertanya dan
menjawab pertnyaan
yang ditnyakan oleh
narasumber.
Terdapat 50% warga
yang tidak ikut dalam
kegiatan.
52
2. 13/06/2021 Perilaku kesehatan - Pendidikan kesehatan Henny
cenderung beresiko: tentang PHBS pada
PHBS (pengelolaan tanggal 13 Juni 2021.
sampah) pada masyarakat - Kegiatan penyuluhan
di Dusun Rejoso RT 01 dilakukan pada pukul
Tunggulwulung 10.00 wib dan
berakhir pada pukul
11.00 wib Di rumah
Bapak Taru selaku
Ketua RT 01.
- Perkenalan awal oleh
narasumber: Heni
Dwi Masyitah
- Materi penyuluhan
yang diberikan adalah
PHBS (pengelolahan
sampah) menggunakan
media yang digunakan
yaitu ppt dengan
metode ceramah dan
tanya jawab.
- Selama kegiatan 25%
warga hadir dan
menyimak
- Selama sesi tanya
jawab para warga aktif
dalam menjawab.

53
3.2 Evaluasi Keperawatan
No Masalah Kegiatan Evaluasi Analisis swot
kesehatan (pendukung dan
penghambat)
1. Ketidakefektifan Pendidikan - Pretest didapatkan Pendukung:
pemeliharaan kesehatan tentang 25% kelompok - Warga yang
kesehatan: DBD DBD yang dewasa belum mengikuti kegiatan
dilaksanakan pada memahami dengan antusias dalam
tanggal 13 jelas mengenai bertanya maupun
Juni 2021. DBD menjawab
- Post test 80% pertanyaan yang
kelompok dewasa diberikan
dapat memahami - Media yang
tentang DBD digunakan juga baik
- Kegiatan yang
dilakukan Penghambat
menggunakan - Beberapa warga
media leafleat acuh/menyepelekan
- 25% warga yang sehingga beberapa
2 Perilaku kesehatan Pendidikan kesehatan - 25% wargahadir dapat Pendukung: yang tidak ikut diacara
cenderung beresiko: tentang membuang menjawab dengan - Adanyapenyuluhan
antusias dari
PHBS (pengelolahan sampah pada tanggal benar beberapa warga
sampah) 13 Juni 2021 - 50% warga hadir untuk mengikuti
Media yang penyuluhan ini
digunakan adalah - Masyarakat yang
ppt diikutkan aktif selama
kegiatan

Penghambat
- Sulitnya mendapat
data dari perangkat
desa
- Beberapa warga
acuh/menyepelek
an sehingga
beberapa yang
tidak ikut diacara
penyuluhan.
- Pandemi

54
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terdapat kegiatan yang di lakukan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas
yaitu praktik klinik keperawatan komunitas itu sendiri, pelaksanaan ketiga praktik
klinik tersebut tidak meninggalkan konsep proses keperawatan yaitu pengkajian,
perencanaan, intervensi, dan evaluasi kegiatan yang struktur. Setelah dilakukan
asuhan keperawatan komunitas di Dusun Rejoso RT 01 Tunggulwulung Kec. Pandaan
Pasuruan , ditemukan beberapa masalah Kesehatan yang bersumber dari banyak
factor internal maupun eksternal yang menjadi penyebab munculnya masalah –
masalah Kesehatan di dusun tersebut.

Dari hasil pengkajian dan Analisa data ditemukan beberapa masalah Kesehatan yaitu :

1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan: DBD berhubungan dengan Resiko


terjadinya peningkatan masalah pada anak

2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko: PHBS berhubungan dengan


Ketidakpatuhan masyarakat tentang hidup bersih dan sehat

Secara garis besar keberhasilan penyuluhan keperawatan komunitas yang dilakukan


oleh mahasiswa mempunyai tingkat keberhasilan 90%, hal ini dibuktikan dengan
meningkatnya pengetahuan warga tentang kesehatannya, keikut sertaan warga untuk
meningkatkan status Kesehatan dan memahami tentang beberapa penyakit yang
sering di derita oleh warga.

B. Saran

Demi kesuksesan dan keberlangsungan praktik klinik keperawatan komunitas dan


perkembangan keperawatan itu sendiri maka di sarankan :

1. Bagi mahasiswa

Mahasiswa yang akan melaksanakan praktek klinik maupun praktek


profesi komunitas hendaknya mempersiapkan segala keperluan sebelum praktik
berlangsung, misalkan persiapan segala format, undangan, bahan membuat askep

55
komunitas, pengorganisasiaan. Selain dari pada itu komitmen dan kekompakkan
tim harus benar-benar terjaga baik sampai praktik berakhir.

2. Bagi Institusi

Hasil praktek komunitas ini sebagai salah satu media tolak ukur keberhasilan
metode pengajaran keperawatan komunitas dan dasar guna perbaikan system
pembelajaran untuk mempersiapkan calon tenaga medis terlatih dan professional.

3. Bagi masyarakat

Hasil praktek komunitas ini sebagai gambaran dan pelajaran sehingga diharapkan
semua warga dan juga perangkat dusun dan desa bahu – membahu mengambil
keputusan menyelesaikan permasalahan lingkungan warga. Selain hal tersebut
diatas diharapkan dapat melanjutkan program yang telah dilaksanakan selama
praktek komunitas.

56
LAPORAN HASIL KEGIATAN
PENYULUHAN KESEHATAN PHBS (PENGELOLAHAN SAMPAH)

A. Latar Belakang

Masyarakat adalah sekolompok manusia yang telah hidup dan bekerjasama cukup
lama sehingga mereka dan mengganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan social
dengan batas - batas yang telah ditetapkan dengan jelas.Masyarakat merupakan
kelompok individu yang saling berinteraksi,saling tergantung, dan bekerjasama untuk
mencapai tujuan. (Effendy, 1997).

Masalah kesehatan masyarakat dapat bermula dari prilaku individu, ataupun


prilaku - prilaku kelompok masyarakat dalam banyak hal, diantaranya adalah yang
berkaitan degan kesehatan lingkungan, misalnya membuang sampah sembarangan,
buang kotoran ke tempat yang banyak digunakan orang banyak sebagai tempat mandi,
mencuci dan aktivitas-aktivitas lainnya serta tidak terdapat saluran pembuangan air
limbah yang memadai yang dapat dipergunakan oleh masyarakat (Effendy,1997).

Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi
dalam suatu kegiatan manusia dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat amerika
membuat batasan, sampah adalah (Waste) adalah sessuatu yang tidak digunakan, tidak
di pakai, tidak di senangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendiri (Notoadmojo,1997). Bedasarkan sumber
sampah dapat berasal dari pemukiman, tempat umum, perkantoran, jalan raya, industry,
pertanian dan perternakan. Sedangkan pengolahan sampah dapat dilakukan dengan
mengumpulkan dan mengangkut sampah ketempat pembuangan akhir, pemusnahan
dengan dibakar dan pengolahan.

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari
mengandung rumah tangga, industry, maupun tempat-tempat umum lainya pada
umumnya mengandung bahan-bahan atau zat - zat yang dapat berbahaya bagi kesehatan
manusia serta menggangu lingkungan hidup. Cara pengolahan air limbah secara
sederhana terdiri dari pencernaan, oksidasi dan irigasi. Pengolahan air limbah secara
irigasi yaitu air limbah dialirkan ke parit terbuka yang digali (Notoadmojo, 1997).

57
Dari hasil kuesioner di Dusun Rejoso RT 01 Kondisi tempat pembuangan sampah
dibuang disungai: 20%, dengan cara dibakar: 35%, dibuang di TPA: 45%.

Bertitik tolak dari masalah-masalah yang disebut diatas, maka keberadaan


mahasiswa Akademi Keperawatan yang sedang menjalani bidang keperawatan
komunitas bersama dengan perangkat dusun dan masyarakat berencana untuk
mengatasi masalah kesehatan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dalam rangka
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dalam mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Yang mana salah satunya yaitu berkaitan kesehatan
lingkungan. Maka untuk mencapai lingkungan yang bersih dan sehat perlu adanya
partisipasi masyarakat dalam mewujudkannya salah satu dengan cara gotong royong
membersihkan lingkungan sekitar dusun dan membuka kesadaran masyarakat
mengenai PHBS dengan cara mahasiswa memberi penkes tentang pentingnya PHBS.

B. TAHAP PERSIAPAN
Tahap persiapan dari kegiatan ini adalah pembuatan preplanning, persiapan
penyajian (leaflet), dan tempat. Pemberitahuan penyuluhan dilakukan pada hari
Minggu, 13 Juni 2021 melalui undangan yang diberikan ke Ketua RT.

C. TAHAP PELAKSANAAN
a. Pelaksanaan Kegiatan:
Hari/Tanggal : Minggu, 13-06-2021
Waktu : Pukul 10.00 WIB

Tempat : Rumah Ibu RT 1 (Ibu fadilah)

Jumlah Peserta : 10 orang

b. Rangkaian Kegiatan:
Pembukaan:
Acara dimulai pukul 10.00 WIB dibuka oleh Ibu RT dan dipandu oleh
narasumber (Heni Dwi Masyitah)

Acara inti:
Kegiatan penyuluhan dimulai dengan menggali pengetahuan yang dimiliki
warga yang mengikuti penyuluhan tentang PHBS. Setelah menggali pengetahuan

58
sebelumnya, penyaji memberikan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat dan juga pengelolahan sampah. Setelah diberikan materi tentang hal
terkait, penyaji mengevaluasi materi yang sudah disampaikan kepada peserta,
kemudian penyaji memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya
apabila ada yang tidak dimengerti.

c. Penutup:
Acara penutup diakhiri dengan mengucapkan salam.
D. TAHAP PENUTUP
a. Evaluasi
Struktur:
Peserta yang hadir sebanyak 10 orang. Setting tempat sudah sesuai dengan
protocol kesehatan yang ketat dan rencana kegiatan yang telah dibuat
sebelumnya dengan perlengkapan yang digunakan yaitu: ppt. Peran mahasiswa
sudah sesuai dengan perencanaan yaitu penyaji. Penggunaan bahasa sudah
komunikatif dalam penyampaian serta mudah dipahami oleh peserta.
Proses:
Pelaksanaan kegiatan dimulai pukul 10.00-11.00 WIB, sesuai dengan jadwal yang
direncanakan.
Hasil:
1. 70% peserta dapat menyebutkan yang dimaksud PHBS
2. 75% peserta dapat menyebutkan cara pengelolahan sampah
3. 85% peserta dapat menyebutkan perilaku membuang sampah yang benar
b. Faktor Pendukung
Adanya keantusiasan peserta untuk mengikuti penyuluhan kesehatan
tentang “ PHBS” yang dilaksanakan pada hari Minggu, 13 Juni 2021 , hal ini
ditunjukkan dengan berbagai pertanyaan yang diajukan.

c. Hambatan
Dikarenakan masih pandemic dan masih banyak nya kasus covid 19 di
masyarakat sehingga tidak semua sasaran bisa diundang dalam acara
penyuluhan. Diharapkan bapak/ibu yang sudah hadir bisa memberikan ilmu

59
yang didapat ke Masyarakat sehingga masyarakat memahami mengenai PHBS
ini.
d. Kesimpulan
Dari keseluruhan hasil pelaksanaan penyuluhan kesehatan tentang
PHBS dapat disimpulkan bahwa perencanaan yang ada dalam preplanning
dapat dilakukan dengan baik dan hasilnya sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.

60
61
LAPORAN HASIL KEGIATAN
PENYULUHAN KESEHATAN DBD

A. Latar Belakang
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang menyerang anak dan
orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam
akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Rbovirus
(Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh
Aedes Aebopictus (Titik Lestari, 2016).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti yang apabila terlambat ditangani akan menyebabkan dengue syok
sindrom (DSS) yang dapat menyebabkan kematian. Hal tersebut disebabkan
karena penderita mengalami defisit volume cairan akibat dari meningkatnya
permeabilitas atau kemampuan yang dimiliki zat/membrane partikel menembus
kapiler pembuluh darah sehingga penderita mengalami syok hipovolemik yang
dapat menyebabkan kegagalan sistem organ yang berujung pada kematian,
sehingga pemberian cairan sangat penting untuk mengatasi masalah itu (Putri
Aningsi, 2018).
Penyakit DBD juga merupakan masalah kesehatan utama di Dusun Rejoso
RT 01, berdasarkan hasil angket didapatkan data Warga membuang sampah
dengan cara dibakar: 35%, dibuang disungai: 20%, dibuang di TPA: 40%.
Banyaknya kunjungan ke Yankes berdasarkan penyakit yg dominan yaitu DBD:
43%.
B. TAHAP PERSIAPAN
Tahap persiapan dari kegiatan ini adalah pembuatan preplanning, persiapan
penyajian (leaflet), dan tempat. Pemberitahuan penyuluhan dilakukan pada hari
Minggu, 13 Juni 2021 melalui undangan yang diberikan ke Ketua RT.

C. TAHAP PELAKSANAAN
d. Pelaksanaan Kegiatan:
Hari/Tanggal : Minggu, 13-06-2021
Waktu : Pukul 16.00 WIB

62
Tempat : Rumah Bapak Mail selaku Wakil Ketua RT

Jumlah Peserta : 8 orang

e. Rangkaian Kegiatan:
Pembukaan:
Acara dimulai pukul 16.15 WIB dibuka oleh Ibu Anik selaku wakil RT dan
dipandu oleh narasumber (Heni Dwi M.).

Acara inti:
Kegiatan penyuluhan dimulai dengan menggali pengetahuan yang dimiliki
warga yang mengikuti penyuluhan tentang DBD. Setelah menggali pengetahuan
sebelumnya, penyaji memberikan penyuluhan tentang DBD. Setelah diberikan
materi tentang hal terkait, penyaji mengevaluasi materi yang sudah disampaikan
kepada peserta, kemudian penyaji memberikan kesempatan kepada peserta
untuk bertanya apabila ada yang tidak dimengerti.
Penutup:
Acara penutup diakhiri dengan mengucapkan salam.
D. TAHAP PENUTUP
e. Evaluasi
Struktur:
Peserta yang hadir sebanyak 8 orang. Setting tempat sudah sesuai dengan
protocol kesehatan yang ketat dan rencana kegiatan yang telah dibuat
sebelumnya dengan perlengkapan yang digunakan yaitu: fotocopy leaflet. Peran
mahasiswa sudah sesuai dengan perencanaan yaitu penyaji. Penggunaan bahasa
sudah komunikatif dalam penyampaian serta mudah dipahami oleh peserta.
Proses:
Pelaksanaan kegiatan dimulai pukul 16.15-17.00 WIB, sesuai dengan jadwal yang
direncanakan.
Hasil:

4. 90% peserta dapat mengetahui apa itu DBD;


5. 70% peserta dapat menyebutkan tanda dan gejala DBD;

63
6. 85% peserta dapat menyebutkan penyebab DBD;
7. 90% peserta dapat menyebutkan cara mencegah DBD
f. Faktor Pendukung
Adanya keantusiasan peserta untuk mengikuti penyuluhan kesehatan
tentang “ DBD” yang dilaksanakan pada hari Minggu, 16 Juni 2021 , hal ini
ditunjukkan dengan berbagai pertanyaan yang diajukan.
g. Hambatan
Dikarenakan masih pandemic dan masih banyak nya kasus covid 19 di
masyarakat sehingga tidak semua sasaran bisa diundang dalam acara
penyuluhan. Diharapkan bapak/ibu yang sudah hadir bisa memberikan ilmu
yang didapat ke masyarakat sehingga masyarakat memahami mengenai
penyakit DBD ini.
h. Kesimpulan
Dari keseluruhan hasil pelaksanaan penyuluhan kesehatan tentang
DBD ini dapat disimpulkan bahwa perencanaan yang ada dalam preplanning
dapat dilakukan dengan baik dan hasilnya sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.

64
65

Anda mungkin juga menyukai