Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN HASIL PRAKTIK PELAYANAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN KOMUNITAS FOKUS PADA MASALAH


KETIDAKEFEKTIFAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DI DESA
PEKUNCEN KECAMATAN SEMPOR
PERIODE
14 APRIL – 07 MEI 2022

KELOMPOK 1

Disusun Oleh :
1. Aenalia Ikrima F. (2021030002)
2. Aji Utomo (2021030003)
3. Duwi Iryani (2021030016)
4. Ismail Aji (2021030035)
5. Juneth Anandhita H. (2021030038)
6. Kharisma Leonita (2021030040)
7. Nurilita Rizkiani (2021030053)
8. Ratna Tri Rahayu (2021030062)
9. Sofia Wahyu Mei W (2021030078)
10. Wahyu Monika Sari (2021030088)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyelenggaraan upaya kesehatan untuk mencapai peningkatan
derajat hidup bagi setiap penduduk adalah hakekat pembangunan kesehatan
yang termuat didalalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dengan tujuan
agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai
salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional yang harus
dibangun partisipasi aktif dari seluruh anggota masyarakat bersama petugas
kesehatan. Hal ini sesuai dengan diberlakukakannya UU NO. 23 tahun 1992
pasal 5 yang menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban untuk ikut serta
dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan
lingkungan.
Peningkatan taraf hidup masyarakat di berbagai bidang kehidupan
mengakibatkan pergeseran pola kehidupan diantaranya bidang kesehatan.
Adanya paradigma “sehat-sakit”, menyebabkan perubahan upaya kuratif dan
promotive dari segi kegiatan yang pasif menunggu warga yang datang ke
pelayanan kesehatan menjadi kegiatan penemuan kasus yang bersifat aktif.
Hal ini mejadikan terbukanya akses kesempatan warga untuk meningkatkan
derajat status kesehatannya (Alfitri, 2011).
Keperawatan komunitas ditunjuk untuk mempertahankan dan
meningkatkan status kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi
keperawatan sebagai dasar keahliyannya dalam membantu individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat dalam mengatasi masalah keperawatan kesehatan
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari yang diberikan secara holistic
(bio-psiko-sosio-spritual) dan difokuskan pada kelompok resiko tinggi dalam
upaya meningkatkan derajat kesehatan komunitas (Efendi&Makfudil, 2015).
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah,
kepentingan masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintah Negara Republik Indonesia (UU 6
Tahun 2014 tentang Desa (UU Desa)).
Penyelenggaraan upaya meningkatkan kemampuan status kesehatan
komunitas dalam ruang lingkup wilayah lingkungan keluarga dan masyarakat
di tatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan menerapkan konsep
kesehatan dan keperawatan komunitas serta sebagai salah satu upaya
menyiapkan tenaga perawat professional dan mempunyai potensi
keperawatan secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai,
maka mahasiswa Program sutdy Pendidikan Profesi Ners Universitas
Muhammadiyah Gombong yang sedang melaksanakan praktik klinik
keperawatan komunitas di Desa Pekuncen, Kecamatan Sempor Kabupaten
Kebumen, Provinsi Jawa Tengah yang dilakukan dengan cara melakukan
pendekatan keluarga, kelompok, dan masyarakat secara aktif dan pasif dalam
upaya peningkatan status kesehatan komunitas.
Selain itu, selama proses belajar di stase komunitas, mahasiswa
mengidentifikasi populasi dengan resiko tinggi dari sumber yang tersedia
seperti Puskesmas Sempor 2 dan kantor kepala Desa Pekuncen untuk
bekerjasama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan dan
mengevaluasi perubahan komunitas dengan penerapan proses keperawatan
komunitas dan pengorganisasian komunitas dengan harapan masyarakat
menjadi mandiri dalam meningkatkan derajat status kesehatanya.
B. Rumusan Masalah
Dari penjabaran latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah
mengenai bagaimana cara tenaga kesehatan dapat meningkatkan status
kesehatan komunitas di lingkungan keluarga dan masyarakat?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan komunitas
dan keluarga sesuai konsep dan teori keperawatan komunitas di Desa
Pekuncen, Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa
Tengah.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data komunitas
menggunakan kuesioner 8 sub sistem community as partnership yang
membahas tentang Lingkungan fisik, Pelayanan kesehatan dan sosial,
Ekonomi, Keamanan dan transportasi, Kebijakan pemerintah,
Komunikasi, Pendidikan, dan Rekreasi di Desa Pekuncen Kecamatan
Sempor Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi data pengkajian menggunakan
kuesioner 8 sub sistem community as partnership di Desa Pekuncen
Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.
c. Mahasiwa mampu menentukan masalah kesehatan dan masalah
keperawatan sesuai hasil pengkajian
d. Mahasiwa mampu menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah
kesehatan komunitas.
e. Mahaiswa mampu memberikan asuhan keperawatan komunitas pada
lahan binaan sesuai dengan masalah keperawatan yang telah
dirumuskan.
f. Mahasiswa mampu menyusun laporan asuhan keperawatan komunitas
di Desa Pekuncen Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen, Provinsi
Jawa Tengah.
D. Manfaat
1. Dapat menerapkan ilmu pengetahuan keperawatan, khususnya
keperawatan komunitas.
2. Dapat bekerja sama dengan masyarakat dalam menentukan masalah
kesehatan serta pemecahan masalah yang muncul.
3. Dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya
kesehatan secara individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
E. Waktu Pelaksanan Praktik
Pelaksanaan praktik keperawatan komunitas dimulai pada tanggal 14
Maret-7 Mei 2022.
F. Tempat Pelaksanaan Praktik
Praktik keperawatan komunitas di tempatkan di Desa Pekuncen
Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.

BAB II
KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Konsep Keperawatan Komunitas


Keperawatan kesehatan komunitas merupakan tindakan untuk
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dari populasi dengan
mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan
keperawatan dan kesehatan masyarakat. (Amaerican Nuses Association, 2004
yang dikutip dalam Efendi & Makfudil, 2015).
Keperawatan kesehatan komunitas merupakan pelayanan keperawatan
professional yang diberikan secara holistik (bio-psiko-sosio-spiritual) dan
difokuskan pada kelompok resiko tinggi yang mempunyai tujuan
meningkatkan derajat kesehatan melalui upaya promotive, preventif, kuratif
dan rehabilitative dengan melibatkan komunitas sebagai mitra dalam
menyelesaikan masalah (Hithcock, Scubert & Thomas, 1999, Allender &
Spradley, 2001, Stanhope & Lancaster, 2016 dalam Riasmini, dkk, 2017).
Praktik keperawatan komunitas menggunakan ilmu yang berasal dari
keperawatan, sosial dan kesehatan masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2016
dalam Riasmini, dkk, 2017). Lingkup praktik keperawatan komunitas ada
dua, yaitu generalis dan spesialis. Praktik keperawatan generalis bertujuan
memberikan asuhan keperawatan komunitas dasar dengan sasaran individu,
keluarga dan kelompok untuk beberapa aspek keterampilan dasar. Sedangkan
praktik keperawatan spesialis bertujuan memberikan asuhan keperawatan
komunitas lanjut dengan sasaran kelompok dan masyarakat serta masalah
individu dan keluarga yang kompleks. (Riasmini, dkk, 2017)
1. Tujuan Keperawatan Komunitas
a. Preverensi Primer
Prevensi primer ditujukan kepada individu, kelompok dan
masyarakat yang sehat. Bentuk tindakan keperawatan yang dilakukan
yaitu promosi kesehtan dan perlindungan spesifik agar terhindar dari
masalah atau penyakit. Contoh dari prevensi primer yaitu pemberian
imunisasi, pemberian vaksin, serta promosi kesehatan.
b. Preverensi Sekunder
Prevensi sekunder ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat yang beresiko mengalami masalah
kesehatan. Bentuk pelayanannya seperti skrining kesehatan,
pemeriksaan kesehatan berkala, serta melakukan rujukan terhadap
masyarakat yang memerlukan penatalakasanaan lebih lanjut.
c. Preverensi Tersier
Prevensi tersier ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat pada masa pemulihan setelah mengalami masalah
kesehatan. Bentuk intervensinya seperti rehabilitasi pasca perawatan
di fasilitas tatanan pelayanan kesehatan lain untuk mencegah
ketidakmampuan, ketidakberdayaan, atau kecacatan lebih lanjut.
Sebagai contoh tindakannya yaitu melatih gerak sendi (ROM) pada
klien pasca stroke, dan kegiatan pemulihan kesehatan pasca bencana.
B. Asuhan Keperawatan Komunitas
Asuhan keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan
keperawatan professional yang merupakan bagian integral dari proses
keperawatan berdasarkan ilmu keperawatan, yang ditujukan langsung kepada
masyarakat dengan menekankan pada kelompok resiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui upaya peningkatan
kesehatan, penyegahan penyakit,pengobatan, dan rehabilitasi. Proses asuhan
keperawatan komunitas ialah metode asuhan yang bersifat alamiah,
sistematis, dinamis, kontinu, dan bersinambungan dalam rangka memecahkan
masalah kesehatan dari klien individu, keluarga, serta kelompok melalui
tahapan pengkajian, penentuan diagnosis, perencanaan, intervensi,hingga
evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan Komunitas
Pengkajian keperawatan komunitas dilakukan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat. (Anderson
& Mc. Farlane, 2011). Pengkajian keperawatan komunitas dilakukan
dengan mengaplikasikan beberapa teori dan konsep model keperawatan
yang relevan. Informasi atau data ini dapat diperoleh secara langsung atau
tidak langsung di komunitas.
a. Jenis Data Komunitas
Dalam pengkajian keperawatan komunitas ada beberapa data yang
perlu dikumpulkan, meliputi;
1) Data inti komunitas
a) Sejarah
b) Demografi
c) Tipe keluarga (keluarga/ bukan keluarga/ kelompok)
d) Status perkawinan
e) Statistik vital (kelahiran, kematian kelompok usia dan
penyebab kematian)
f) Nilai-nilai keyakinan dan agama.
2) Data subsistem komunitas
a) Lingkungan fisik
b) Pelayanan kesehatan dan sosial
c) Ekonomi
d) Transportasi dan keamanan
e) Politik dan pemerintahan
f) Komunikasi
g) Pendidikan
h) Rekreasi
3) Data persepsi
a) Persepsi masyarakat
Yang dikaji dalam persepsi masyarakat terkait tempat tinggal
yaitu bagaimana perasaan masyarakat tentang kehidupan
bermasyarakat yang dirasakan di lingkungan mereka, apa
yang menjadi kekuatan mereka, permasalahan, tanyakan pada
masyarakat dalam kelompok yang berbeda (lansia, remaja,
pekerja, professional, ibu rumah tangga, dll)

b) Persepsi perawat
Persepsi perawat berupa pertanyaan umum tentang kondisi
kesehatan dari masyarakat apa yang menjadi kekuatan, apa
masalahnya atau potensial , masalah yang dapat
diidentifikasi.
Sumber data pada primer berasal dari masyarakat
langsung yang didapat dengan cara: Survey epidemiologi,
pengamatan epidemiologi, dan skrining kesehatan. Sedangkan
pada sekunder, data didapatkan dari data yang sudah ada
sebelumya. Sumber data sekunder didapat dari:
a) Sarana pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, atau
balai kesehatan)
b) Intansi yang berhubungan dengan kesehatan (Kementerian
kesehatan, dinas kesehatan, atau biro pusat statistic)
c) Absensi sekolah, industry, dan perusahaan
d) Secara internasional, data dapat diperoleh dari data WHO,
seperti; laporan populasi dan statistic vital, population
bulletin, dll.
Data yang dikumpulkan dalam pengkajian keperawatan
komunitas dapat diperoleh dengan metode wawancara, angket,
observasi dan pemeriksaan. Setelah data terkumpul, analisis data
komunitas dapat dilakukan dalam beberapa tahapan:
a) Kategorisasi
Data dapat dikategorisasikan dalam berbagai cara;
karakteristik demografi, karakteristik geografis, karakteristik
social-ekonomi, sumber dan pelayanan kesehatan
b) Ringkasan
Meringkas data dalam setiap kategori. Pertanyaan ringkasan
disajikan dalam bentuk ukuran seperti jumlah, tabel, bagan
atau grafik.
c) Perbandingan
Data pembanding sangat diperlukan untuk menetapkan pola
atau kecenderungan yang ada atau jika data tidak benar dan
perlu revalidasi yang membutuhkan data asli. Perbedaan data
dapat terjadi karena terdapat kesalahan pencatatan data.
d) Membuat kesimpulan
Setelah data yang dikumpulkan dan dibuat kategori,
ringkasan dan dibandingkan, maka tahap terakhir adalah
membuat kesimpulan secara logis dari peristiwa yang
kemudian dibuatkan pernyataan penegakan diagnosis
keperawatan komunitas.
2. Diagnosis Keperawatan Komunitas
Penulisan diagnosis keperawatan kelompok dan komunitas
haruslah berlandaskan pengkajian yang akurat yang dilakukan oleh
seluruh komponen yang ada dalam komunitas, sehingga diagnosis
keperawatan komunitas adalah kunci utama pelayanan keperawatan yang
dilakukan di komunitas (Freeman, 1970 dalam Kholifah dan Widagdo,
2016).
Menurut Ervin (2008) dalam Kholifah dan Widagdo (2016)
Mengingat komunitas terdiri atas individu, keluarga, kelompok dan
komunitas, maka diagnosis keperawatan komunitas harus ditujukan
kepada komunitas, kelompok atau mewakili permasalahan individu,
keluarga yang hidup dan tinggal dalam komunitas tersebut. Diagnosis
keperawatan kelompok dan komunitas juga memiliki perbedaan secara
umum dengan diagnosis individu dan keluarga karena saat melakukan
pengkajian di komunitas atau kelompok/aggregates, maka perawat yang
bekerja di komunitas berkolaborasi dengan komunitas, tokoh komunitas,
kepala kelurahan/desa serta aparatnya, pemuka agama serta tenaga
kesehatan lainnya, sehingga formulasi diagnosis keperawatan harus
mewakili semua pemangku kepentingan di komunitas.
Ada tiga bagian diagnosis keperawatan (Kholifah dan Widagdo,
2016), yaitu:
a. Menggambarkan masalah, respon, atau keadaan
b. Identifikasi faktor etiologi berkaitan dengan masalah
c. Tanda dan gejala yang merupakan karakteristik masalah

3. Perencanaan Keperawatan Komunitas


Perencanaan yang disusun dalam keperaawatan kesehatan komunitas
berorentasi pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan
kesehatan, dan menejemen krisis. Dalam menyusun perencanaan
keperawatan kesehatan komunitas melalui langkah-langkah berikut:
a. Menetapkan prioritas
Perawat dalam menentukan prioritas masalah memperhatikan
enam kriteria; kesadaran masyarakat akan masalah, memotifasi
masyarakat untuk menyelesaikan masalah, kemampuan perawat dalam
mempengaruhi penyelesaian, ketersediaan ahli/ pihak terkait terhadap
sosialisasi masalah, bertanya konsekuensi jika masalah tidak
terselesaikan, mempercepat menyelesaikan masalah dengan resolusi
yang dapat dicapai ( Stanhope & Lancaster, 2016).
b. Menetapkan sasaran (goals)
Sasaran merupakan hasil yang diharapkan, Dalam pelayanan
kesehatan sasaran merupakan pernyataan situasi kedepan, kondisi atau
status jangka panjang dan belum bisa diukur
c. Menetapkan tujuan (objectives)
1) Menggunakan kata kerja
2) Menggambarkan tingkah laku akhir, kualitas penampilan,
kuantitas penampilan, bagaimana penampilan diukur
3) Berhubungan dengan sasaran
4) Adanya batasan waktu
d. Menetapkan rencana intervensi
Dalam meetapkan rencana intervensi keperawatan kesehatan
komunitas maka harus mencakup hal apa yang akan dilakukan, waktu
melakukanya, jumlah, target yang menjadi sasaran, tempat atau lokasi.
4. Implementasi Tindakan Keperawatan Komunitas
Implementasi merupakan tahap kegiatan selanjutnya setelah
perencanaan kegiatan keperawatan komunitas dalam proses keperawatan
komunitas. Fokus pada tahap implementasi adalah bagaimana mencapai
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal yang sangat
penting dalam implementasi keperawatan kesehatan komunitas adalah
melakukan berbagai tindakan yang berupa promosi kesehatan,
memelihara kesehatan/ mengatasi kondisi tidak sehat, mencegah penyakit
dan dampak pemulihan. Pada tahap implementasi ini perawat tetap focus
pada program kesehatan masyarakat yang telah ditetapkan pada tahap
perencanaan. Tahap implementasi keperawatan komunitas memiliki
beberapa strategi implementasi diantaranya proses kelompok, proses
kesehatan dan kemitraan (partnership).
5. Evaluasi Tindakan Keperawatan Komunitas
a. Jenis-jenis evaluasi menurut waktu pelaksanaan
1) Evaluasi formatif
Evaluasi ini dilaksanakan pada waktu pelaksanaan
program yang bertujuan memperbaiki pelaksanaan program dan
kemungkinan adanya temuan utama berupa berbagai masalah
dalam pelaksanaan program
2) Evaluasi sumartif
Evaluasi ini dilaksanaan pada saat pelaksaan program
sudah selesai, yang bertujuan menilai hasil program pelaksanaan
dan temuan utama berupa pencapaian apa saja dari pelaksanaan
program.
b. Prinsip-prinsip evaluasi
1) Penguatan program
2) Menggunakan berbagai pendekatan
3) Desain evaluasi untuk kriteria penting di komunitas
4) Menciptakan proses partisipasi
5) Diharapkan lebih fleksible
6) Membangun kapasitas
c. Proses evaluasi
1) Menentuka tujuan evaluasi
2) Menyusun desain evaluasi yang kredibel
3) Mendiskusikan rencana evaluasi
4) Menentukan pelaku evaluasi
5) Mwlaksanakan evaluasi
6) Mendeseminasikan hasil evaluasi
7) Menggunakan hasil evaluasi
d. Kriteria penilaian dalam evaluasi terdiri dari;
1) Relevansi (relevance), apakah tujuan program mendukung
tujuan kebijaksanaan?
2) Keefektifan (effectivence), apakah tujuan program dapat
tercapai?
3) Eficienci (effecience),apakah tujuan program tercapai dengan
biaya paling rendah?
4) Hasil (outcomes), apakah indicator tujuan program membaik?
5) Dampak (impact), apakah indicator kebijakan membaik?
6) Keberlanjutan (sustainability), apakah perbaikan indicator terus
berlanjut setelah program selesai?
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Data Inti Komunitas


1. Profile Kecamatan Sempor
Sempor adalah sebuah kecamatan di kabupaten kebumen provinsi
Jawa Tengah Indonesia Raya, kecamatan sempor terletak di sebelah barat
laut dari kota kebumen. Jarak kecamatan sempor dari kota kebumen 29
KM, luas wilayah 138,4 KM dan jumlah penduduknya 58.681 jiwa (laki-
laki 29.069 jiwa, perempuan 29.612 jiwa). Kecamatan sempor terdiri dari
16 desa 74 Rw dan 368 Rt. Pusat pemerintahan kecamatan sempor berada
di desa bejiruyung. Kecamatan sempor terdiri dari 16 desa diantaranya
Desa Jatinegara, Bonosari, Donorejo, Jati Negara, Kalibeji, Kedungjati,
Kedungwringin, Kenteng, Pekuncen, Sampang, Selokerto, Semali,
Sempor, Sidoharum, Somagede, Tunjungseto.
Kecamatan Sempor memiliki kondisi geografis berupa lembah dan
perbukitan yang termasuk bagian dari pegunungan Serayu selatan.
Ketinggian rata-rata kecamatan Sempor adalah 140 MDPL. Puncak
tertingginya adalah gunung wadas putih yang memiliki ketinggian 654
MDPL yang berada diperbatasan desa Sampang dengan kecamatan
Rowokele. Sebagian penduduk kecamatan Sempor berprofesi sebagai
buruh, petani, ibu rumah tangga, wiraswasta dan PNS. Umumnya
penduduk usia produktif pergi merantau ke kota-kota besar. Mayoritas
masyarakatnya beragama Islam.
2. Profile Desa Pekuncen
Desa Pekuncen merupakan desa yang berada di Kecamatan
Sempor Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Desa ini memiliki luas
wilayah 130 hektar, dengan ketinggian 20 MDPL. Jumlah penduduk Desa
Pekuncen yang terdiri dari 937 KK per 30 Maret 2022 yaitu sebanyak
2.921 jiwa. Laki-laki 1.431 jiwa dan Perempuan 1.490 jiwa (Disdukcapil
Kabupaten Kebumen).

3. Struktur Organisasi Perangkat Desa Pekuncen


a. Kepala Desa: Hasto Nugroho
b. Sekretariat Desa: Eko Prasetyo
c. Kepala Urusan Tata Usaha Dan Umum: Adi Wisnu Setyo N
d. Kepala Urusan Keuangan: Setyowati
e. Kepala Seksi Pemerintahan: Puji Widyastuti
f. Kepala Seksi Kesejahteraan: Supramono
g. Kepala Seksi Pelayanan: Angga Prihandung S
4. Kegiatan Desa Pekuncen
a. Pelayanan Posyandu
1) Kesehatan Anak
2) Pemberian PMT
3) Penimbangan Bayi
4) Pemberian Imunisas
5) Pemeriksaan Ibu hamil
6) Pemeriksaan Lansia
7) Pemberian Vitamin A
8) Cegah Tingkat Stunting
b. Pelatihan Ideologi
1) Pelatihan dan Simulas
a) Pemandam Kebakaran
b) Pencurian dan Kerusuhan
c) Pengamanan Pemilu
d) Bencana Alam
2) Keagamaan
a) Majelis Pengajian
b) TPQ
c) Idul Qurban
d) Kataman AL-Quran
3) Seni Budaya
a) Rebana
b) Hadroh
c. BUMDES
1) Kepengurusan BUMDES baru terbentuk
d. UKM
1) Roti
2) Tukang kayu
3) Katering
4) Bengkel
5) Toko bangunan
6) Toko sembako
e. Paguyuban Kelembagaan Desa
Rt, Rw, LKMD,BPD, Limnas, Pemdes, Karang Taruna, Gopek.
f. Transportasi yang dimiliki Desa Pekuncen
A. Sepeda motor dinas
B. Hasil Tabulasi Desa Pekuncen
Hasil pengumpulan data yang jumlah penduduk Desa Pekuncen yang
terdiri dari 937 KK, ditetapkan sampel dari 1/3 jumlah KK tersebut. Sehingga
untuk mewakili populasi tersebut didapatkan sampel 300. Cara pelaksanaan
dengan melakukan pengumpulan data dengan menggunakan instrument
kuisioner yang telah disusun, serta dilakukan dengan mengunjungi rumah
untuk wawancara atau diskusi dengan kepala/anggota keluarga sekaligus
mengamati (observasi) terhadap rumah/tempat-tempat umum dan
lingkungannya. Berikut hasil pengumpulan data Desa Pekuncen, antara lain :
1. Data Inti
a) Distribusi frekuensi KK berdasarkan usia
Diagram 3.1 Distribusi Frekuensi KK
Berdasarkan Usia (N=300)
90
82
80

70
61
60
52
50 47
43
40

30

20
11
10

0
17-25 26-35 36-45 46-55 56-65 66-100

Berdasarkan Diagram 3.1 dapat diketahui bahwa distribusi responden


berdasarkan usia (N=300) Responden dengan rentang usia 56-65 tahun
menduduki presentase tertinggi (28%), sedangkan responden dengan rentang
usia 17-25 tahun menduduki presentase terendah (4%)
.
b) Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin
Diagram 3.2 Distribusi Frekuensi KK
Berdasarkan Jenis Kelamin (N=300)

23%

77%

Laki-Laki Perempuan

Berdasarkan Diagram 3.2 dapat diketahui bahwa distribusi responden


berdasarkan jenis kelamin (N=300) yaitu lak-laki sebanyak 231 responden
(77%) dan perempuan 69 responden (23%). Distribusi frekuensi responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki menduduki presentase tertinggi.
c) Distribusi frekuensi responden berdasarkan agama
Diagram 3.3 Distribusi Frekuensi Responden KK
Berdasarkan Agama (N=300)

2%

98%

islam kristen

Berdasarkan Diagram 3.3 dapat diketahui bahwa distribusi responden


berdasarkan Agama (N=300) yaitu sebanyak 293 responden (98%) beragama
Islam dan sebanyak 7 responden (2%) beragama Kristen. Distribusi frekuensi
responden berdasarkan agama islam menduduki presentase tertinggi.

d) Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pendidikan


Diagram 3.4 Distribusi Frekuensi KK
Berdasarkan Pendidikan (N=300)
160

141
140

120

100

80
71
67
60

40

18
20
3
0
Tidak Sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi

Berdasarkan Diagram 3.4 dapat diketahui bahwa distribusi responden


berdasarkan pendidikan terakhir (N=300) yaitu sebagian besar KK memiliki
tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 141 (47%) sedangkan distribusi
responden dengan frekuensi paling sedikit yaitu tidak sekolah sebanyak 3
orang (1%)
e) Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan
Diagram 3.5 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Pekerjaan (N=300)
140
127

120

100

80

61
60
51

40
27
19
20 15

0
petani ibu rumah tangga buruh pensiunan pns Guru

Berdasarkan Diagram 3.5 dapat diketahui bahwa distribusi responden


berdasarkan pekerjaan (N=300) Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan
buruh sebanyak 87 orang (29%) menduduki presentase tertinggi dan
distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan guru menduduki presentase
terendah sebanyak 15 orang (5%).

2. Kepercayaan dan nilai


a) Kepercayaan atau kebudayaan yang menyangkut mitos
Diagram 3.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Nilai
dan Kepercayaan Tentang Mitos
(N=300)

30%

70%

Ya Tidak
Berdasarkan Diagram 3.6 dapat diketahui bahwa distribusi responden
berdasarkan nilai kepercayaan tentang mitos (N=300) yaitu Ya sebanyak 89
responden (30%), dan Tidak sebanyak 211 responden (70%).

b) Kepercayaan atau kebudayaan yang menyangkut kutukan penyakit


Diagram 3.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Nilai dan
Kepercayaan Tentang Kutukan Penyakit (N=300)

2%

98%

Ya Tidak

Berdasarkan Diagram 3.7 dapat diketahui bahwa distribusi responden


berdasarkan nilai kepercayaan tentang kutukan penyakit (N=300) yaitu Ya
sebanyak 7 responden (2%), dan Tidak sebanyak 293 responden (98%).

3. Sejarah
a) Distribusi frekuensi tentang terjadinya wabah penyakit yang
menyebabkan kematian
Diagram 3.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Wabah Penyakit Yang Menyebabkan Kematian (N=300)

48%
52%

Demam Berdarah covid 19


Berdasarkan Diagram 3.9 dapat diketahui bahwa distribusi responden
berdasarkan Wabah Penyakit Yang Menyebabkan Kematian (N=300) yaitu
Demam Berdarah sebanyak 144 responden (48%), dan Covid-19 sebanyak
156 responden (52%).
b) Upaya pencegahan
Diagram 3.10 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Upaya Pencegahan Kejadian
Berulang (N=300)
90
80
70
60
50
40
30
20
r
ai

an
s
10
r

ka
n

an
ai

k
ng
a

be

ti
0
ng

at
n

19

en
ku
a

eh
pu

ng
ng

d-
ng

j
k-
s
m

i
ra
pu

ov
lii

ke

nti
na

ba

iC
m

je
ol
pe

da
na

s
ok

an
na
la
pe
t

ri

ot
go
pa

as
si
di

pr

ak
t

en
m

nt
pa

an
ha

V
te

ra
m
m

pk

be
i
/
t

te

rs
ka

ng

ra

m
be
up
yi

Pe
ul

ke
en

en
ut

ur
m

en

M
a
ag
da
n

M
da

j
en

en
M

M
as
ur
g
en
M

Berdasarkan Diagram 3.10 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Berdasarkan Upaya Pencegahan Kejadian Berulang (N=300). Distribusi
frekuensi mendaur ulang 0 orang (0%) menduduki persentase terendah dan
frekuensi menjaga kebersihan diri dan lingkungan menduduki persentase
tertinggi dengan 83 orang (28%).
4. Pengakajian 8 sub system komunitas
a. Lingkungan fisik
1) Status kepemilikan rumah
Diagram 3.11 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Status Kepemilikan Rumah (N=300)
1%
3%
7%

89%

milik pribadi kontrak orang tua lain-lain

Berdasarkan Diagram 3.11 dapat diketahui bahwa Distribusi


Frekuensi Berdasarkan kepemilikan rumah (N=300) Milik Pribadi
sebanyak 257 responden (89%), Kontrak 21 responden (7%), Orang Tua
sebanyak 10 Responden (3%), dan Lain-Lain sebanyak 2 Responden (1%).

2) Status Kepemilikan Tanah


Diagram 3.12 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Status Kepemilikan Tanah (N=300)
9%

91%

milik sendiri milik orang lain

Berdasarkan Diagram 3.12 dapat diketahui bahwa Distribusi


Frekuensi Berdasarkan kepemilikan tanah (N=300) Milik Pribadi sebanyak
281 responden (91%), Milik Orang lain 29 responden (9%).

3) Jenis Bangunan Rumah


Diagram 3.13 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Jenis Bangunan Rumah (N=300)
2%
1%

98%

Tidak Permanen semi permanen permanen

Berdasarkan Diagram 3.13 dapat diketahui bahwa Distribusi


Frekuensi Jenis Bangunan Rumah (N=300) Permanen sebanyak 293
responden (98%), Semi Permanen sebanyak 5 Responden (2%), Tidak
Permanen sebanyak 2 Responden (0%).
4) Kondisi Lantai Rumah
Diagram 3.14 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Kondisi Lantai Rumah (N=300)
1%

15%

25%

59%

Tanah Plesteran Keramik Tehel

Berdasarkan Diagram 3.14 dapat diketahui bahwa Distribusi


Frekuensi Kondisi Lantai Rumah (N=300) Sebagian besar keadaan rumah
responden sudah dikeramik yaitu sebanyak 177 responden (59%), sementara
itu hanya 1 rumah yang lantainya masih menggunakan tanah (0,3%).

5) Jarak Rumah dengan Tetangga


Diagram 3.14 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Jarak Rumah Dengan Tetangga (N=300)

10%

40%

50%

< 1 meter 1-3 meter > 3 meter

Berdasarkan Diagram 3.14 dapat diketahui bahwa Distribusi


Frekuensi Jarak Rumah Dengan Tetangga (N=300) Jarak <1 Meter
sebanyak 120 responden (40%), Jarak 1-3 Meter sebanyak 151 Responden
(50%), Jarak >3 Meter sebanyak 29 Responden (10%).
6) Ventilasi Rumah
Diagram 3.15 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Ventilasi Rumah (N=300)

3%

97%

dibuka tidak dibuka

Berdasarkan Diagram 3.15 dapat diketahui bahwa Distribusi


Frekuensi Ventilasi Rumah (N=300) Dibuka sebanyak 291 responden
(97%), Tidak dibuka sebanyak 9 Responden (3%).
7) Pencahayaan Di dalam Rumah
Diagram 3.16 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pencahayan Di dalam Rumah (N=300)
1%

99%

terang remang-remang

Berdasarkan Diagram 3.16 dapat diketahui bahwa Distribusi


Frekuensi Pencahayaan Di Dalam Rumah (N=300) Terang sebanyak 297
responden (99%), Remang-Remang sebanyak 3 Responden (1%).

8) Sumber Air
Diagram 3.17 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Sumber Air (N=300)

17%

14%

68%

PDAM Sumber mata air/pipa pegunungan sumur

Berdasarkan Diagram 3.17 dapat diketahui bahwa Distribusi


Frekuensi Sumber Air (N=300) Sumur sebanyak 205 responden (68%),
PDAM sebanyak 52 Responden (17%), Sumber Mata Air/ Pipa Pegunungan
sebanyak 43 Responden (15%).

9) Kondisi Air
Diagram 3.18 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Kondisi Air (N=300)
100%

tidak berwarna dan berbau

Berdasarkan Diagram 3.18 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Kondisi Air (N=300) yang Tidak Berwarna dan Tidak berbau sebanyak 300
responden (100%).

10) Pembuangan Limbah Air


Diagram 3.19 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pembuangan Limbah Air (N=300)

10%

26%

4%

60%

Perkarangan Sawah
Sarana khusus pembuangan air limbah sungai

Berdasarkan Diagram 3.19 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Pembuangan Limbah Air (N=300) Di Sarana Khusus Pembuangan Air Limbah
sebanyak 181 Responden (60%), Pekarangan sebanyak 77 responden (26%),
Sungai sebanyak 31 Responden (10%), dan Sawah sebanyak 11 Responden (4%).
11) Cara Mengelola Sampah
Diagram 3.20 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Cara Mengelola Sampah (N=300)
11% 10%

12%

67%

Dikumpulkan di pekarangan Dibuang disungai


Dibakar Di tempat pembuangan sampah

Berdasarkan Diagram 3.20 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi Cara


Mengelola Sampah (N=300) Di Dibakar sebanyak 201 Responden (67%),
Dibuang di sungai sebanyak 36 responden (12%), Tempat Pembuangan Sampah
sebanyak 32 Responden (11%), dan Dikumpulkan di Pekarangan sebanyak 31
Responden (10%).

12) Tempat Pengumpulan Sampah


Diagram 3.21 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Tempat Pengumpulan Sampah (N=300)

36%

64%

ada tidak ada

Berdasarkan Diagram 3.21 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Tempat Pengumpulan Sampah (N=300) Ada sebanyak 191 Responden (64%),
Tidak Ada sebanyak 109 responden (36%).

13) Sanitasi WC Setiap Rumah


Diagram 3.22 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Sanitasi WC Setiap Rumah (N=300)
2%

98%

Ada Tidak Ada

Berdasarkan Diagram 3.22 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


sanitasi WC setiap rumah (N=300) Ada sebanyak 298 Responden (98%), Tidak
Ada sebanyak 2 responden (2%).

Diagram 3.23 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis


Sanitasi WC Setiap Rumah (N=298)
0% 2%

7%

91%

WC duduk WC jongkok Kakus Sungai

Berdasarkan Diagram 3.23 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Jenis Sanitasi WC setiap rumah (N=298) WC Jongkok sebanyak 271 Responden
(91%), WC Duduk sebanyak 21 responden (7%), Sungai sebanyak 5 Responden
(2%), Kakus sebanyak 1 Responden (0%).

14) Keberadaan Septic Tank Disetiap Rumah


Diagram 3.24 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keberadaan
Septic Tank Disetiap Rumah (N=298)
1%

99%

Ada Tidak Ada

Berdasarkan Diagram 3.24 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Keberadaan Septic Tank Disetiap Rumah (N=298) Ada sebanyak 295 Responden
(99%), WC Duduk sebanyak 3 responden (1%).

Diagram 3.25 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jarak Septic Tank dari


Sumur (N=295)
1%

99%

<10 meter > 10 meter

Berdasarkan Diagram 3.25 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Jarak Septic Tank dari Sumur(N=295) <10 meter sebanyak 291 Responden
(99%), >10 meter sebanyak 4 responden (1%).
15) Estimasi Waktu Menguras Bak Mandi
Diagram 3.26 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Estimasi Waktu
Menguras Bak Mandi (N=300)

4%

96%

< seminggu sekali 1 minggu- 1 bulan sekali

Berdasarkan Diagram 3.26 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Berdasarkan Estimasi Wktu Menguras Bak Mandi (N=300) < Seminggu Sekali
sebanyak 287 Responden (96%), 1-1 Bulan sekali sebanyak 13 responden (4%).

16) Tempat Kegiatan Perkumpulan Orang Di Rumah Warga


Diagram 3.27 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tempat Kegiatan
Perkumpulan Orang Di Rumah Warga (N=300)

18%

82%

ya tidak

Berdasarkan Diagram 3.27 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Berdasarkan Tempat Kegiatan Perkumpulan Orang Di Rumah Warga (N=300)
jawaban Tidak sebanyak 246 Responden (82%), Ya sebanyak 54 responden
(18%).
Diagram 3.28 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kegiatan Perkumpulan Orang Di
Rumah Warga (N=300)

28%

57%

14%

0%

Menonton tv merokok minum kopi lain-lain

Berdasarkan Diagram 3.27 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Berdasarkan Kegiatan Perkumpulan Orang Di Rumah Warga (N=300) Kegiatan
Lain-lain sebanyak 121 Responden (57%), Menonton Tv sebanyak 60 responden
(28%), Merokok sebanyak 30 Responden (14%), Minum Kopi sebanyak 1
Responden (1%).

b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial


a) Status Anggota Keluarga yang Sakit
Diagram 3.28 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Status Anggota Keluarga yang Sakit (N=300)

32%

68%

Ada Tidak ada

Berdasarkan Diagram 3.28 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Berdasarkan Status anggota keluarga yang Sakit (N=300) Tidak ada sebanyak 203
Responden (68%), Ada sebanyak 97 responden (32%).
Diagram 3.29 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Cara Berobat (N=300)
180

160 154

140

120

100

80

60 57
49
40
40

20

0
Berobat ke Puskesmas Berobat ke RS Berobat ke perawat/bidan lain-lain

Berdasarkan Diagram 3.29 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Berdasarkan Cara Berobat (N=300) Puskesmas sebanyak 154 Responden (52%),
Rumah Sakit sebanyak 57 responden (19%), Perawat/Bidan sebanyak 49
Responden (16%), Lain-lain sebanyak 40 Responden (13%).
Diagram 3.30 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Jenis Penyakit (N=97)

15%

8%

2%

75%

Kencing manis TBC Rematik Darah tinggi

Berdasarkan Diagram 3.30 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Berdasarkan Jenis Penyakit (N=97) Darah Tinggi sebanyak 72 Responden (75%),
Kencing Manis sebanyak 14 responden (15%), TBC sebanyak 8 Responden (8%),
Rematik sebanyak 2 Responden (2%).
1) Kepemilikan Jaminan Kesehatan (BPJS atau KIS)
Diagram 3.31 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Kepemilikan Jaminan Kesehatan
(BPJS atau KIS ) (N=300)

13%

87%

YA Tidak

Berdasarkan Diagram 3.31 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Berdasarkan Kepemilikan Jaminan Kesehatan (BPJS atau KIS ) (N=300) Ya
sebanyak 261 Responden (72%), Tidak sebanyak 39 responden (14%).

2) Keluarga yang Mengalami Sakit 3 Bulan terakhir


Diagram 3.32 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keluarga yang
Mengalami Sakit 3 Bulan terakhir
(N=300)

34%

66%

Ada Tidak Ada

Berdasarkan Diagram 3.32 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Berdasarkan Keluarga yang Mengalami Sakit 3 Bulan terakhir (N=300) Ada
sebanyak 102 Responden (34%), Tidak Ada sebanyak 198 responden (66%).
Diagram 3.33 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Penyakit yang Dialami 3
Bulan terakhir (N=102)
80
72
70

60

50

40

30

20 16

10 8
4 3
0
kencing manis TBC Asma gatal-gatal darah tinggi

Jika Iya, lingkari pilihan berikut (boleh lebih dari satu)

Berdasarkan Diagram 3.33 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Berdasarkan Jenis Penyakit yang Dialami 3 Bulan terakhir (N=102) Darah Tinggi
sebanyak 72 Responden (70%), Kencing Manis sebanyak 16 responden (16%),
TBC sebanyak 8 Responden (8%), Asma sebanyak 4 Rseponden (4%), Gatal-gatal
sebanyak 3 Responden (3%).
3) Diberikan Informasi Kesehatan oleh Nakes
Diagram 3.34 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Diberikan Informasi
Kesehatan oleh Nakes(N=300)

8% 19%

13%

60%

penyakit DM TBC Covid 19 Demam berdarah

Berdasarkan Diagram 3.34 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Diberikan Informasi Kesehatan oleh Nakes( (N=300) Covid-19 sebanyak 180
Responden (60%), DM sebanyak 56 responden (19%), TBC sebanyak 39
Responden (13%), Asma sebanyak 11 Rseponden (9%), Demam berdarah
sebanyak 25 Responden (8%).
4) Data Lansia
Diagram 3.35 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Data Lansia (N=300)

41%

59%

Iya Tidak

Berdasarkan Diagram 3.35 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi data lansia
(N=300) Jawaban Ya sebanyak 156 Responden (59%), Tidak sebanyak 107
responden (41%).
5) Mengikuti Posyandu Lansia
Diagram 3.35 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Mengikuti Posyandu Lansia (N=154)

34%

66%

iya tidak

Berdasarkan Diagram 3.36 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi Mengikuti


Posyandu Lansia (N=154) Jawaban Tidak sebanyak 101 Responden (66%), Ya
sebanyak 53 responden (34%).
6) Data Ibu Hamil
Diagram 3.37 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Data Ibu Hamil (N=300)
9%

91%

iya tidak

Berdasarkan Diagram 3.37 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi Data Ibu
Hamil (N=300) Jawaban Tidak sebanyak 274 Responden (91%), Ya sebanyak 26
responden (9%).

Diagram 3.38 Distribusi Frekuensi Berdasarkan


Rutin Mengikuti Pemeriksaan
Kehamilan (N=26)

iya

Berdasarkan Diagram 3.38 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi Rutin


Mengikuti Pemeriksaan Kehamilan (N=26) Jawaban Ya sebanyak 26 Responden
(100%).
7) Data Balita
Diagram 3.39 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Data Balita (N=300)

27%

73%

Ya Tidak

Berdasarkan Diagram 3.39 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi Data


Balita (N=300) Jawaban Ya sebanyak 82 Responden (27%), Tidak 218 responden
(73%).

Diagram 3.40 Distribusi Frekuensi Berdasarkan


Rutin Mengikuti Posyandu Balita
(N=87)

iya tidak

Berdasarkan Diagram 3.40 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi Rutin


Mengikuti Posyandu Balita (N=87) Jawaban Ya sebanyak 87 Responden (100%).
8) Data Anggota Keluarga yang Terdapat ODGJ
Diagram 3.41 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Anggota Keluarga yang Terdapat ODGJ
(N=300)
3%

97%

ya tidak

Berdasarkan Diagram 3.41 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Anggota Keluarga yang Terdapat ODGJ (N=300) Jawaban Tidak sebanyak 291
Responden (97%), Ya sebanyak 9 responden (3%).

c. Ekonomi
1) Total Pendapatan Keluarga
Diagram 3.42 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Total Pendapatan Keluarga (N=300)
8%

14%

78%

< 1.900.000 1.900.000-3.000.000 >3.000.000

Berdasarkan Diagram 3.42 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi Total


Pendapatan Keluarga (N=300) < 1.900.000 sebanyak 234 Responden (78%),
1.900.000-3.000.000 sebanyak 41 responden (14%), >3.000.000 sebanyak 25
Responden (8%).
2) Tabungan Darurat
Diagram 3.44 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Kepemilikan tabungan darurat (N=300)

15%

85%

ya tidak

Berdasarkan Diagram 3.44 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Ekonomi tentang Tabungan (N=300) Ya sebanyak 254 Responden (85%),
Tidak sebanyak 46 responden (15%).

3) Jenis Transportasi yang Digunakan untuk Bekerja


Diagram 3.45 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Jenis Transportasi yang digunakan untuk beraktifitas (N=300)

5 3 25

247

sepeda sepeda motor mobil becak

Berdasarkan Diagram 3.45 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi Jenis


Transportasi yang digunakan Untuk Beraktifitas (N=300) Sepeda Motor sebanyak
247 Responden (82%), Sepeda sebanayak 25 Responden (9%), Mobil sebanyak 5
Responden (2%), Becak sebanyak 3 Responden (1%).
d. Keamanan dan Transportasi
1) Sarana Transportasi dalam Keluarga
Diagram 3.46 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Sarana Transportasi dalam Keluarga (N=300)

4%

96%

ya tidak

Berdasarkan Diagram 3.46 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Sarana Transportasi dalam Keluarga (N=300) Ya sebanyak 287 Responden (96%),
Tidak sebanyak 13 responden (4%).

2) Jenis Sarana Transportasi yang Dimiliki


Diagram 3.47 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Jenis Sarana Transportasi yang dimiliki (N=300)

2%
5%

7%

86%

motor mobil speda kendaraan umum

Berdasarkan Diagram 3.47 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Jenis Sarana Transportasi yang Dimiliki (N=300) Motor sebanyak 257
Responden (86%), Mobil sebanyak 21 responden (7%), Sepeda sebanyak 15
Responden (5%), Kendaraan Umum sebanyak 7 Responden (2%).
3) Keamanan untuk Rawan Bencana Alam
Diagram 3.49 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Keamanan untuk Rawan Bencana Alam (N=300)

tidak

Berdasarkan Diagram 3.49 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Keamanan untuk Rawan Bencana Alam (N=300) Tidak sebanyak 300 responden
(100%).

e. Kebijakan pemerintah
1) Kebijakan Pemerintah tentang Ambulan Desa
Diagram 3.50 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Kebijakan Pemerintah tentang Ambulan Desa (N=300)

tidak

Berdasarkan Diagram 3.50 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Kebijakan Pemerintah tentang Ambulan Desa (N=300) Tidak sebanyak 300
responden (100%).
2) Kebijakan Pemerintah tentang Aturan merokok
Diagram 3.53 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Kebijakan Pemerintah tentang Aturan Merokok (N=300)
11%

89%

ada tidak

Berdasarkan Diagram 3.53 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Berdasarkan Kebijakan Pemerintah tentang Aturan Merokok (N=300) Ada
sebanyak 267 responden (89%), Tidak Ada sebanyak 33 responden (11%).
3) Kebijakan Pemerintah tentang Tempat Khusus Merokok
Diagram 3.54 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Kebijakan Pemerintah tentang Tempat
Khusus Merokok (N=300)

10%

90%

Ada Tidak

Berdasarkan Diagram 3.54 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Berdasarkan Kebijakan Pemerintah tentang Tempat Khusus Merokok (N=300)
Ada sebanyak 269 responden (90%), Tidak Ada sebanyak 31 responden (10%).
4) Kebijakan Pemerintah tentang Kawasan Dilarang Merokok
Diagram 3.55 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Kebijakan Pemerintah tentang Kawasan
Dilarang Merokok (N=300)
10%

90%

Ya tidak

Berdasarkan Diagram 3.55 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Berdasarkan Kebijakan Pemerintah tentang Kawasan Dilarang Merokok (N=300)
Ada sebanyak 271 responden (90%), Tidak Ada sebanyak 29 responden (10%).
f. Komunikasi
1) Jenis Bahasa
Diagram 3.56 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Jenis Bahasa (N=300)
1%
4%

95%

Bahasa indonesia Bahasa Jawa lain-lain

Berdasarkan Diagram 3.56 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Berdasarkan Jenis Bahasa (N=300) Bahasa Jawa sebanyak 276 responden (95%),
Bahasa Indonesia sebanyak 12 responden (4%), Lain-Lain sebanyak 2 responden
(1%).
2) Kegiatan Masyarakat
Diagram 3.57 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Kegiatan Masyarakat (N=300)

21%

79%

ya tidak

Berdasarkan Diagram 3.57 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Berdasarkan Kegiatan Masyarakat (N=300) Ya sebanyak 236 responden (79%),
Tidak sebanyak 64 responden (21%), Lain-Lain sebanyak 2 responden (1%).
3) Komunikasi tentang Memperoleh Informasi
Diagram 3.58 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Komunikasi tentang Memperoleh Informasi (N=300)

26% 25%

14%

36%

menonton tv mendengar dari tetangga menggunakan internet penkes oleh nakes

Berdasarkan Diagram 3.58 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Berdasarkan Kegiatan Komunikasi tentang Informasi (N=300) Penkes Nakes
sebanyak 74 responden (26%), Menonton TV sebanyak 72 responden (25%),
Tetangga sebanyak 73 responden (25%), Internet sebanyak 71 Responden (24%).

4) Komunikasi tentang Konsultasi Pada Nakes


Diagram 3.59 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Komunikasi tentang Konsultasi pada Nakes (N=300)
8%

92%

ya tidak

Berdasarkan Diagram 3.59 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Berdasarkan Komunikasi tentang Konsultasi pada Nakes (N=300) Ya sebanyak
276 responden (92%), Tidak sebanyak 24 responden (8%).

g. Pendidikan
1) Sarana Pendidikan Di Desa
Diagram 3.60 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Sarana Pendidikan Di Desa (N=300)

100%

SD/MI

Berdasarkan Diagram 3.60 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Berdasarkan Sarana Pendidikan Di Desa (N=300) SD/MI sebanyak 300
responden (100%).
2) Pendidikan Tentang Informasi Kesehatan Di Sekolah
Diagram 3.61 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pendidikan tentang Informasi Kesehatan Di Sekolah (N=300)

ya

Berdasarkan Diagram 3.61 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Berdasarkan Pendidikan tentang Informasi Kesehatan Di Sekolah (N=300) Ada
sebanyak 300 responden (100%).

3) Pendidikan Kesehatan tentang Cara Merawat Kelompok Berisiko


Diagram 3.62 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Kesehatan
tentang Cara Merawat Kelompok Berisiko (N=300)

44%

56%

ya tidak

Berdasarkan Diagram 3.62 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Berdasarkan Pendidikan Kesehatan tentang Cara Merawat Kelompok Berisiko
(N=300) Sudah sebanyak 133 responden (44%), Belum sebanyak 167 responden
(56%).
4) Rutin Mencuci tangan
Diagram 3.63 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Rutin
Mencuci Tangan (N=300)

3%

97%

ya tidak

Berdasarkan Diagram 3.63 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Berdasarkan Rutin Mencuci Tangan (N=300) Ya sebanyak 291 responden (97%),
Tidak sebanyak 9 responden (3%)
5) Edukasi Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Diagram 3.64 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Edukasi Tentang
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (N=300)

4%

96%

ya tidak

Berdasarkan Diagram 3.64 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi


Berdasarkan Edukasi Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (N=300)
Tidak sebanyak 287 responden (96%), Ya sebanyak 13 responden (4%).
C. Hasil Wawancara
1. Karang Taruna
a. Pengelolaan Sampah
Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota karang taruna,
didapatkan hasil bahwa pemanfaatan sampah di desa masih belum
terlaksana karena terkendala tempat pengumpulan sampah,
kesadaran masyarakat, perputaran modal dan masih terbatasnya
SDM. Desa belum memiliki tempat pengumpulan sampah di setiap
RT. Di desa pekuncen juga belum terdapat tempat sampah umum di
pinggiran jalan utama. Untuk tempat sampah di setiap rumah,
kebanyakan di kelola sendiri seperti di bakar atau dibuang ke
pekarangan. Sebagian warga masih membuang sampah di sungai
atau pinggiran sungai. Karang taruna sudah bekerja sama dengan
pengelola TPA untuk menitipkan sampah yang kemudian dibuang
ke TPA. Karang taruna mengumpulkan sampah door to door dengan
gerobak 1-2 kali seminggu dan menyetorkannya ke pengelola TPA.
Kerjasama antara desa dan karang taruna terkait sampah
sudah terjalin cukup lama. Pemerintah desa sendiri baru saja
membentuk kepengurusan BUMDES yang nantinya akan
menjadikan masalah sampah sebagai program untuk memajukan
desa.
2. Tokoh Kesehatan
a. Kesehatan Lansia
Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh kesehatan desa
pekuncen, didapatkan hasil bahwa Masalah yang paling banyak
dialami lansia adalah hipertensi. Kegiatan posyandu lansia rutin
dilaksanakan dan banyak kegiatan yang dilakukan seperti senam
lansia, pengukuran tekanan darah, berat badan, edukasi, dll. Namun
tingkat animo masyarakat khususnya di RW 1 dan 4 masih rendah
karena faktor ekonomi yang cukup dan lokasi yang cukup dekat
dengan rumah sakit. Angka kunjungan posyandu pembantu juga
masih sangat sedikit terutama saat bulan puasa.
b. Kesehatan Balita
Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan bahwa setiap bulan
sekali dilaksanakan kegiatan Posyandu balita. Sebagian besar
keluarga yang memiliki balita aktif dalam mengikuti kegiatan
posyandu. Hal tersebut sejalan dengan hasil penyebaran kuesioner
yang menyatakan bahwa 100% ibu yang memiliki balita mengikuti
posyandu.
c. Rawan Bencana
Bencana alam yang biasa terjadi di desa berupa banjir dan
tanah longsor namun saat ini aman. Di musim penghujan juga
menyebabkan kerawanan terjadinya kecelakaan karena jalanan yang
licin, berlubang dan sulit di akses di beberapa desa seperti Somagede,
Kenteng dan kedungwringin. Warga yang terbiasa beraktifitas ke
desa-desa tersebut berisiko mengalami kecelakaan. Berdasarkan data
register IGD Puskesmas Sempor 2 terdapat 12 kasus kecelakaan
perbulan Maret 2022.
d. Tingkat Pengetahuan Kader
Tingkat pengetahuan kader tentang penyakit hipertensi dan
DM sudah cukup baik, namun kader kesehatan masih sangat
tergantung dengan bidan desa serta tenaga kesehatan puskesmas.
Kader kesehatan perlu memahami langkah pelayanan posyandu (5
meja posyandu) agar pelayanan kesehatan dapat dimulai tanpa
menunggu arahan dari petugas puskesmas. Kader kesehatan juga
masih sering bingung apabila terjadi kesalahan dalam penggunaan
tensi meter dan belum bisa melakukan cek gula darah secara
mandiri. Kader kesehatan juga penting untuk dimotivasi dan
dibekalilebih banyak ilmu dalam memberikan pendidikan kesehatan
dasar yang sifatnya promotif dan preventif kepada masyarakat luas.
Kader yang secara langsung dekat dengan masyarakat akan lebih
efektif dalam menyampaikan informasi apabila dibekali dengan
kemampuan yang mumpuni.

3. Kader
a. Pengelolaan Sampah
Hasil dari wawancara dengan kader di Desa Pekuncen
didapatkan data bahwa terdapat permasalahan mengenai sampah,
sebagian warga membuang sampah di pekarangan dan sebagian di kali
serta sebagian lagi ada yang dibakar, dikarena ada sebagian RW yang
belum mempunyai TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Terkait RT 04
RW 03 pembuangan sampah sudah baik dan terprogram yaitu setiap
rumah membuang sampah di satu titik kemudian nanti ada petugas
yang akan mengambil sampah untuk di buang ke TPA di Desa Semali.
Untuk program anggaran dana pengambilan sampah sendiri dilakukan
penarikan dari setiap KK sebesar 7 ribu/KK.
b. Kesehatan Lansia
Berdasarkan hasil wawancara dengan kader di desa pekuncen
menjelaskan bahwa kebanyakan lansia memiliki penyakit hipertensi,
beberapa ada juga yang memiliki penyakit diabetes. Setiap bulannya,
terdapat kegiatan rutin pengecekan kesehatan pada lansia yaitu dengan
adanya posyandu lansia setiap Senin pertama tiap bulannya. Sebagian
lansia ikut aktif dalam melakukan pemeriksaan kesehatan, namun ada
juga warga yang jarang mengikuti posbindu dikarenakan kurang
kesadaran untuk memeriksakan kesehatan.
A. Observasi
1. Pengelolaan Sampah
Berdasarkan hasil observasi atau pengamatan di desa
Pekuncen didapatkan hasil bahwa pada kenyataannya sebagian
masyarakat desa Pekuncen masih banyak yang membuang
sampah di pekarangan dan hanya dibiarkan saja tanpa ditimbun
ataupun dibakar sehingga di lingkungan pekarangan terlihat
banyak sampah berserakan terutama sampah-sampah plastic yang
tidak bisa membusuk. Sampah organik dan non organik dibuang
menjadi satu.

2. Penerapan Protokol Kesehatan


Berdasarkan hasil observsi, didapatkan bahwa selama
pandemi, warga selalu menerapkan protocol kesehatan yaitu
memakai masker ketika pergi keluar rumah khususnya ke layanan
kesehatan, namun masih banyak warga yang melanggarnya
dengan alasan jarak yang dituju dekat. Warga hanya
menggunakan masker ketika keluar dari desa.

D. Analisa Keperawatan
N Hari/Tgl Data Fokus Kode Masalah
o
1. 21-01- Data Subjektif 00099 Ketidakefektifan
2021 Masyarakat mengatakan tidak ada tempat Pemeliharaan
pembuangan sampah (TPA) di Desa Pekuncen Kesehatan
Masyarakat mengatakan pengelolaan sampah
masih ada yang dibakar
Masyarakat mengatakan masih ada yang
membuang sampah di sungai.
Masyarakat mengatakan saluran pembungan air
limbah masih ada yang ke sungai

Data Objektif
Sampah (organik)/ anorganik tidak dipisahkan
langsung dibakar.
Tampak bekas pembakaran sampah di dekat
rumah.
Masyarakat dalam membuang sampah di
pekarangan sebanyak 64 kk (32%), di sungai
sebanyak 10 kk (5%), di bakar sebanyak 81 kk
(40,5%), di TPS sebanyak 45 kk (45%).
Masyarakat yang membuang air limbah ke got
sebanyak 86 kk (43%), ke sungai 78 kk (39%),
dibiarkan menggenang dipekarangan 19 kk
(9,5%), dan dialirkan ke sawah atau kebun 17 kk
(9,5%).
Terdapat 15 kk yang tidak memiliki WC.
2. 21-01- Data Subjektif 00215 Manajemen
2021 Sebagian lansia yang mengalami penyakit kesehatan tidak
Hipertensi mengatakan jarang mengikuti efektif
kegiatan prolanis
Beberapa dari lansia yang terkena hipertensi
mengatakan jika dirinya masih mengkonsumsi
makanan pantangan karena suka
Sebagian lansia yang terkena hipertensi
mengatakan jika dirinya tidak mengkonsumsi
obat antihipertensi

Data Objektif
Dari 300 KK didapatkan jumlah lansia sebanyak
88, dan jumlah lansia yang mengalami hipertensi
sebanyak 61 orang
Dari 144 KK yang sudah pernah menerima
penyuluhan, sebanyak 31,3% sudah pernah
menerima penyuluhan mengenai hipertensi

E. Prioritas Diagnosa Keperawatan


Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Komunitas

No Diagnosa Keperawatan Pentingnya Pengaruh Positif Peningkatan Jumlah


Permasalahan Bila tidak Kualitas
untuk Diselesaikan Diselesaikan Hidup bila
Diselesaikan
1. Ketidakefektifan 3 2 2 7
Pemeliharaan
Kesehatan
2. Manajemen kesehatan 3 2 1 6
tidak efektif

Keterangan:
Pentingnya Pengaruh Positif Peningkatan Kualitas
Permasalahan bila Tidak Hidup Bila
untuk Diselesaikan Diselesaikan
Diselesaikan
1. Rendah 1. Tidak 1. Tidak Ada
2. Sedang Berpengaruh Peningkatan
3. Tinggi 2. Berpengaruh 2. Ada Peningkatan
3. Sangat 3. Meningkat
Berpengaruh 4. Sangat Meningkat

F. Intervensi Keperawatan
DATA DIAGNOSIS NOC NIC TTD
KEPERAWA
TAN
DIAGNOSIS Tujuan Intervensi
Data pendukung masalah kesehatan komunitas ...
1. Masyarakat mengatakan Ketidakefektif Prevensi Primer
tidak ada tempat an Indikator A T Prevensi
pembuangan sampah Pemeliharaan Keyakinan 2 4 Primer
(TPA) di Desa Pekuncen Kesehatan kesehatan Edukasi
2. Masyarakat mengatakan Kemampua 2 4 kesehatan
pengelolaan sampah n yang Program
masih ada yang dibakar dirasakan pengembangan
3. Masyarakat mengatakan untuk
masih ada yang melakukan Prevensi
membuang sampah di Sekunder
sungai Prevensi Sekunder Manajemen
4. Masyarakat mengatakan Indikator A T lingkungan
saluran pembungan air Keyakinan 3 5 Identifikasi
limbah masih ada yang ke kesehatan: risiko
sungai Sumber
5. Sampah (organik)/ daya yang Prevensi
anorganik tidak dirasakan Tersier
dipisahkan langsung Perceived 3 5 Dukungan
dibakar. untuk kepatuhan
6. Tampak bekas mengontrol pengembangan
pembakaran sampah di program
dekat rumah. Prevensi Tersier
7. Masyarakat dalam Indikator A T
membuang sampah di Partisipasi 3 5
pekarangan sebanyak 64 dengan tim
kk (32%), di sungai kesehatan
sebanyak 10 kk (5%), di Dukungan 3 5
bakar sebanyak 81 kk sosial
(40,5%), di TPS sebanyak
Ket:
45 kk (45%).
1. Menurun
8. Masyarakat yang
2. Cukup menurun
membuang air limbah ke
3. Sedang
got sebanyak 86 kk
4. Cukup meningkat
(43%), ke sungai 78 kk
5. Meningkat
(39%), dibiarkan
menggenang
dipekarangan 19 kk
(9,5%), dan dialirkan ke
sawah atau kebun 17 kk
(9,5%).
9. Terdapat 15 kk yang tidak
memiliki WC.
1. Sebagian lansia yang Manajemen Prevensi Primer Prevensi
mengalami penyakit kesehatan Indikator A T Primer
Hipertensi mengatakan tidak efektif Tindakan 3 5 Dukungan
jarang mengikuti kegiatan mengurangi tanggung jawab
prolanis faktor risiko pada diri sendiri
2. Beberapa dari lansia yang Aktivitas 3 5 Edukasi
terkena hipertensi hidup kesehatan
mengatakan jika dirinya sehari-hari
masih mengkonsumsi efektif Prevensi
makanan pantangan memenuhi Sekunder
karena suka tujuan Edukasi
3. Sebagian lansia yang kesehatan penyakit
terkena hipertensi
mengatakan jika dirinya Prevensi
tidak mengkonsumsi obat Tersier
antihipertensi Prevensi Sekunder Konsultasi
4. Dari 300 KK didapatkan Indikator A T lanjutan
jumlah lansia sebanyak Kontrol 2 5
88, dan jumlah lansia terhadap
yang mengalami kelompok
hipertensi sebanyak 61 berisiko
orang Efektifitas 2 5
5. Dari 144 KK yang sudah program
pernah menerima masyarakat
penyuluhan, sebanyak Prevensi Tersier
31,3% sudah pernah Indikator A T
menerima penyuluhan Program 2 5
mengenai hipertensi efektifitas
komunitas
Perilaku 2 5
pemeriksaa
n kesehatan
pribadi
Ket:
1. Menurun
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat

Anda mungkin juga menyukai