KELOMPOK 1
Disusun Oleh :
1. Aenalia Ikrima F. (2021030002)
2. Aji Utomo (2021030003)
3. Duwi Iryani (2021030016)
4. Ismail Aji (2021030035)
5. Juneth Anandhita H. (2021030038)
6. Kharisma Leonita (2021030040)
7. Nurilita Rizkiani (2021030053)
8. Ratna Tri Rahayu (2021030062)
9. Sofia Wahyu Mei W (2021030078)
10. Wahyu Monika Sari (2021030088)
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan upaya kesehatan untuk mencapai peningkatan
derajat hidup bagi setiap penduduk adalah hakekat pembangunan kesehatan
yang termuat didalalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dengan tujuan
agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai
salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional yang harus
dibangun partisipasi aktif dari seluruh anggota masyarakat bersama petugas
kesehatan. Hal ini sesuai dengan diberlakukakannya UU NO. 23 tahun 1992
pasal 5 yang menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban untuk ikut serta
dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan
lingkungan.
Peningkatan taraf hidup masyarakat di berbagai bidang kehidupan
mengakibatkan pergeseran pola kehidupan diantaranya bidang kesehatan.
Adanya paradigma “sehat-sakit”, menyebabkan perubahan upaya kuratif dan
promotive dari segi kegiatan yang pasif menunggu warga yang datang ke
pelayanan kesehatan menjadi kegiatan penemuan kasus yang bersifat aktif.
Hal ini mejadikan terbukanya akses kesempatan warga untuk meningkatkan
derajat status kesehatannya (Alfitri, 2011).
Keperawatan komunitas ditunjuk untuk mempertahankan dan
meningkatkan status kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi
keperawatan sebagai dasar keahliyannya dalam membantu individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat dalam mengatasi masalah keperawatan kesehatan
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari yang diberikan secara holistic
(bio-psiko-sosio-spritual) dan difokuskan pada kelompok resiko tinggi dalam
upaya meningkatkan derajat kesehatan komunitas (Efendi&Makfudil, 2015).
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah,
kepentingan masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintah Negara Republik Indonesia (UU 6
Tahun 2014 tentang Desa (UU Desa)).
Penyelenggaraan upaya meningkatkan kemampuan status kesehatan
komunitas dalam ruang lingkup wilayah lingkungan keluarga dan masyarakat
di tatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan menerapkan konsep
kesehatan dan keperawatan komunitas serta sebagai salah satu upaya
menyiapkan tenaga perawat professional dan mempunyai potensi
keperawatan secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai,
maka mahasiswa Program sutdy Pendidikan Profesi Ners Universitas
Muhammadiyah Gombong yang sedang melaksanakan praktik klinik
keperawatan komunitas di Desa Pekuncen, Kecamatan Sempor Kabupaten
Kebumen, Provinsi Jawa Tengah yang dilakukan dengan cara melakukan
pendekatan keluarga, kelompok, dan masyarakat secara aktif dan pasif dalam
upaya peningkatan status kesehatan komunitas.
Selain itu, selama proses belajar di stase komunitas, mahasiswa
mengidentifikasi populasi dengan resiko tinggi dari sumber yang tersedia
seperti Puskesmas Sempor 2 dan kantor kepala Desa Pekuncen untuk
bekerjasama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan dan
mengevaluasi perubahan komunitas dengan penerapan proses keperawatan
komunitas dan pengorganisasian komunitas dengan harapan masyarakat
menjadi mandiri dalam meningkatkan derajat status kesehatanya.
B. Rumusan Masalah
Dari penjabaran latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah
mengenai bagaimana cara tenaga kesehatan dapat meningkatkan status
kesehatan komunitas di lingkungan keluarga dan masyarakat?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan komunitas
dan keluarga sesuai konsep dan teori keperawatan komunitas di Desa
Pekuncen, Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa
Tengah.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data komunitas
menggunakan kuesioner 8 sub sistem community as partnership yang
membahas tentang Lingkungan fisik, Pelayanan kesehatan dan sosial,
Ekonomi, Keamanan dan transportasi, Kebijakan pemerintah,
Komunikasi, Pendidikan, dan Rekreasi di Desa Pekuncen Kecamatan
Sempor Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi data pengkajian menggunakan
kuesioner 8 sub sistem community as partnership di Desa Pekuncen
Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.
c. Mahasiwa mampu menentukan masalah kesehatan dan masalah
keperawatan sesuai hasil pengkajian
d. Mahasiwa mampu menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah
kesehatan komunitas.
e. Mahaiswa mampu memberikan asuhan keperawatan komunitas pada
lahan binaan sesuai dengan masalah keperawatan yang telah
dirumuskan.
f. Mahasiswa mampu menyusun laporan asuhan keperawatan komunitas
di Desa Pekuncen Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen, Provinsi
Jawa Tengah.
D. Manfaat
1. Dapat menerapkan ilmu pengetahuan keperawatan, khususnya
keperawatan komunitas.
2. Dapat bekerja sama dengan masyarakat dalam menentukan masalah
kesehatan serta pemecahan masalah yang muncul.
3. Dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya
kesehatan secara individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
E. Waktu Pelaksanan Praktik
Pelaksanaan praktik keperawatan komunitas dimulai pada tanggal 14
Maret-7 Mei 2022.
F. Tempat Pelaksanaan Praktik
Praktik keperawatan komunitas di tempatkan di Desa Pekuncen
Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.
BAB II
KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN KOMUNITAS
b) Persepsi perawat
Persepsi perawat berupa pertanyaan umum tentang kondisi
kesehatan dari masyarakat apa yang menjadi kekuatan, apa
masalahnya atau potensial , masalah yang dapat
diidentifikasi.
Sumber data pada primer berasal dari masyarakat
langsung yang didapat dengan cara: Survey epidemiologi,
pengamatan epidemiologi, dan skrining kesehatan. Sedangkan
pada sekunder, data didapatkan dari data yang sudah ada
sebelumya. Sumber data sekunder didapat dari:
a) Sarana pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, atau
balai kesehatan)
b) Intansi yang berhubungan dengan kesehatan (Kementerian
kesehatan, dinas kesehatan, atau biro pusat statistic)
c) Absensi sekolah, industry, dan perusahaan
d) Secara internasional, data dapat diperoleh dari data WHO,
seperti; laporan populasi dan statistic vital, population
bulletin, dll.
Data yang dikumpulkan dalam pengkajian keperawatan
komunitas dapat diperoleh dengan metode wawancara, angket,
observasi dan pemeriksaan. Setelah data terkumpul, analisis data
komunitas dapat dilakukan dalam beberapa tahapan:
a) Kategorisasi
Data dapat dikategorisasikan dalam berbagai cara;
karakteristik demografi, karakteristik geografis, karakteristik
social-ekonomi, sumber dan pelayanan kesehatan
b) Ringkasan
Meringkas data dalam setiap kategori. Pertanyaan ringkasan
disajikan dalam bentuk ukuran seperti jumlah, tabel, bagan
atau grafik.
c) Perbandingan
Data pembanding sangat diperlukan untuk menetapkan pola
atau kecenderungan yang ada atau jika data tidak benar dan
perlu revalidasi yang membutuhkan data asli. Perbedaan data
dapat terjadi karena terdapat kesalahan pencatatan data.
d) Membuat kesimpulan
Setelah data yang dikumpulkan dan dibuat kategori,
ringkasan dan dibandingkan, maka tahap terakhir adalah
membuat kesimpulan secara logis dari peristiwa yang
kemudian dibuatkan pernyataan penegakan diagnosis
keperawatan komunitas.
2. Diagnosis Keperawatan Komunitas
Penulisan diagnosis keperawatan kelompok dan komunitas
haruslah berlandaskan pengkajian yang akurat yang dilakukan oleh
seluruh komponen yang ada dalam komunitas, sehingga diagnosis
keperawatan komunitas adalah kunci utama pelayanan keperawatan yang
dilakukan di komunitas (Freeman, 1970 dalam Kholifah dan Widagdo,
2016).
Menurut Ervin (2008) dalam Kholifah dan Widagdo (2016)
Mengingat komunitas terdiri atas individu, keluarga, kelompok dan
komunitas, maka diagnosis keperawatan komunitas harus ditujukan
kepada komunitas, kelompok atau mewakili permasalahan individu,
keluarga yang hidup dan tinggal dalam komunitas tersebut. Diagnosis
keperawatan kelompok dan komunitas juga memiliki perbedaan secara
umum dengan diagnosis individu dan keluarga karena saat melakukan
pengkajian di komunitas atau kelompok/aggregates, maka perawat yang
bekerja di komunitas berkolaborasi dengan komunitas, tokoh komunitas,
kepala kelurahan/desa serta aparatnya, pemuka agama serta tenaga
kesehatan lainnya, sehingga formulasi diagnosis keperawatan harus
mewakili semua pemangku kepentingan di komunitas.
Ada tiga bagian diagnosis keperawatan (Kholifah dan Widagdo,
2016), yaitu:
a. Menggambarkan masalah, respon, atau keadaan
b. Identifikasi faktor etiologi berkaitan dengan masalah
c. Tanda dan gejala yang merupakan karakteristik masalah
70
61
60
52
50 47
43
40
30
20
11
10
0
17-25 26-35 36-45 46-55 56-65 66-100
23%
77%
Laki-Laki Perempuan
2%
98%
islam kristen
141
140
120
100
80
71
67
60
40
18
20
3
0
Tidak Sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi
120
100
80
61
60
51
40
27
19
20 15
0
petani ibu rumah tangga buruh pensiunan pns Guru
30%
70%
Ya Tidak
Berdasarkan Diagram 3.6 dapat diketahui bahwa distribusi responden
berdasarkan nilai kepercayaan tentang mitos (N=300) yaitu Ya sebanyak 89
responden (30%), dan Tidak sebanyak 211 responden (70%).
2%
98%
Ya Tidak
3. Sejarah
a) Distribusi frekuensi tentang terjadinya wabah penyakit yang
menyebabkan kematian
Diagram 3.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Wabah Penyakit Yang Menyebabkan Kematian (N=300)
48%
52%
an
s
10
r
ka
n
an
ai
k
ng
a
be
ti
0
ng
at
n
19
en
ku
a
eh
pu
ng
ng
d-
ng
j
k-
s
m
i
ra
pu
ov
lii
ke
nti
na
ba
iC
m
je
ol
pe
da
na
s
ok
an
na
la
pe
t
ri
ot
go
pa
as
si
di
pr
ak
t
en
m
nt
pa
an
ha
V
te
ra
m
m
pk
be
i
/
t
te
rs
ka
ng
ra
m
be
up
yi
Pe
ul
ke
en
en
ut
ur
m
en
M
a
ag
da
n
M
da
j
en
en
M
M
as
ur
g
en
M
89%
91%
98%
15%
25%
59%
10%
40%
50%
3%
97%
99%
terang remang-remang
8) Sumber Air
Diagram 3.17 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Sumber Air (N=300)
17%
14%
68%
9) Kondisi Air
Diagram 3.18 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Kondisi Air (N=300)
100%
10%
26%
4%
60%
Perkarangan Sawah
Sarana khusus pembuangan air limbah sungai
12%
67%
36%
64%
98%
7%
91%
99%
99%
4%
96%
18%
82%
ya tidak
28%
57%
14%
0%
32%
68%
160 154
140
120
100
80
60 57
49
40
40
20
0
Berobat ke Puskesmas Berobat ke RS Berobat ke perawat/bidan lain-lain
15%
8%
2%
75%
13%
87%
YA Tidak
34%
66%
60
50
40
30
20 16
10 8
4 3
0
kencing manis TBC Asma gatal-gatal darah tinggi
8% 19%
13%
60%
41%
59%
Iya Tidak
Berdasarkan Diagram 3.35 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi data lansia
(N=300) Jawaban Ya sebanyak 156 Responden (59%), Tidak sebanyak 107
responden (41%).
5) Mengikuti Posyandu Lansia
Diagram 3.35 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Mengikuti Posyandu Lansia (N=154)
34%
66%
iya tidak
91%
iya tidak
Berdasarkan Diagram 3.37 dapat diketahui bahwa Distribusi Frekuensi Data Ibu
Hamil (N=300) Jawaban Tidak sebanyak 274 Responden (91%), Ya sebanyak 26
responden (9%).
iya
27%
73%
Ya Tidak
iya tidak
97%
ya tidak
c. Ekonomi
1) Total Pendapatan Keluarga
Diagram 3.42 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Total Pendapatan Keluarga (N=300)
8%
14%
78%
15%
85%
ya tidak
5 3 25
247
4%
96%
ya tidak
2%
5%
7%
86%
tidak
e. Kebijakan pemerintah
1) Kebijakan Pemerintah tentang Ambulan Desa
Diagram 3.50 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Kebijakan Pemerintah tentang Ambulan Desa (N=300)
tidak
89%
ada tidak
10%
90%
Ada Tidak
90%
Ya tidak
95%
21%
79%
ya tidak
26% 25%
14%
36%
92%
ya tidak
g. Pendidikan
1) Sarana Pendidikan Di Desa
Diagram 3.60 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Sarana Pendidikan Di Desa (N=300)
100%
SD/MI
ya
44%
56%
ya tidak
3%
97%
ya tidak
4%
96%
ya tidak
3. Kader
a. Pengelolaan Sampah
Hasil dari wawancara dengan kader di Desa Pekuncen
didapatkan data bahwa terdapat permasalahan mengenai sampah,
sebagian warga membuang sampah di pekarangan dan sebagian di kali
serta sebagian lagi ada yang dibakar, dikarena ada sebagian RW yang
belum mempunyai TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Terkait RT 04
RW 03 pembuangan sampah sudah baik dan terprogram yaitu setiap
rumah membuang sampah di satu titik kemudian nanti ada petugas
yang akan mengambil sampah untuk di buang ke TPA di Desa Semali.
Untuk program anggaran dana pengambilan sampah sendiri dilakukan
penarikan dari setiap KK sebesar 7 ribu/KK.
b. Kesehatan Lansia
Berdasarkan hasil wawancara dengan kader di desa pekuncen
menjelaskan bahwa kebanyakan lansia memiliki penyakit hipertensi,
beberapa ada juga yang memiliki penyakit diabetes. Setiap bulannya,
terdapat kegiatan rutin pengecekan kesehatan pada lansia yaitu dengan
adanya posyandu lansia setiap Senin pertama tiap bulannya. Sebagian
lansia ikut aktif dalam melakukan pemeriksaan kesehatan, namun ada
juga warga yang jarang mengikuti posbindu dikarenakan kurang
kesadaran untuk memeriksakan kesehatan.
A. Observasi
1. Pengelolaan Sampah
Berdasarkan hasil observasi atau pengamatan di desa
Pekuncen didapatkan hasil bahwa pada kenyataannya sebagian
masyarakat desa Pekuncen masih banyak yang membuang
sampah di pekarangan dan hanya dibiarkan saja tanpa ditimbun
ataupun dibakar sehingga di lingkungan pekarangan terlihat
banyak sampah berserakan terutama sampah-sampah plastic yang
tidak bisa membusuk. Sampah organik dan non organik dibuang
menjadi satu.
D. Analisa Keperawatan
N Hari/Tgl Data Fokus Kode Masalah
o
1. 21-01- Data Subjektif 00099 Ketidakefektifan
2021 Masyarakat mengatakan tidak ada tempat Pemeliharaan
pembuangan sampah (TPA) di Desa Pekuncen Kesehatan
Masyarakat mengatakan pengelolaan sampah
masih ada yang dibakar
Masyarakat mengatakan masih ada yang
membuang sampah di sungai.
Masyarakat mengatakan saluran pembungan air
limbah masih ada yang ke sungai
Data Objektif
Sampah (organik)/ anorganik tidak dipisahkan
langsung dibakar.
Tampak bekas pembakaran sampah di dekat
rumah.
Masyarakat dalam membuang sampah di
pekarangan sebanyak 64 kk (32%), di sungai
sebanyak 10 kk (5%), di bakar sebanyak 81 kk
(40,5%), di TPS sebanyak 45 kk (45%).
Masyarakat yang membuang air limbah ke got
sebanyak 86 kk (43%), ke sungai 78 kk (39%),
dibiarkan menggenang dipekarangan 19 kk
(9,5%), dan dialirkan ke sawah atau kebun 17 kk
(9,5%).
Terdapat 15 kk yang tidak memiliki WC.
2. 21-01- Data Subjektif 00215 Manajemen
2021 Sebagian lansia yang mengalami penyakit kesehatan tidak
Hipertensi mengatakan jarang mengikuti efektif
kegiatan prolanis
Beberapa dari lansia yang terkena hipertensi
mengatakan jika dirinya masih mengkonsumsi
makanan pantangan karena suka
Sebagian lansia yang terkena hipertensi
mengatakan jika dirinya tidak mengkonsumsi
obat antihipertensi
Data Objektif
Dari 300 KK didapatkan jumlah lansia sebanyak
88, dan jumlah lansia yang mengalami hipertensi
sebanyak 61 orang
Dari 144 KK yang sudah pernah menerima
penyuluhan, sebanyak 31,3% sudah pernah
menerima penyuluhan mengenai hipertensi
Keterangan:
Pentingnya Pengaruh Positif Peningkatan Kualitas
Permasalahan bila Tidak Hidup Bila
untuk Diselesaikan Diselesaikan
Diselesaikan
1. Rendah 1. Tidak 1. Tidak Ada
2. Sedang Berpengaruh Peningkatan
3. Tinggi 2. Berpengaruh 2. Ada Peningkatan
3. Sangat 3. Meningkat
Berpengaruh 4. Sangat Meningkat
F. Intervensi Keperawatan
DATA DIAGNOSIS NOC NIC TTD
KEPERAWA
TAN
DIAGNOSIS Tujuan Intervensi
Data pendukung masalah kesehatan komunitas ...
1. Masyarakat mengatakan Ketidakefektif Prevensi Primer
tidak ada tempat an Indikator A T Prevensi
pembuangan sampah Pemeliharaan Keyakinan 2 4 Primer
(TPA) di Desa Pekuncen Kesehatan kesehatan Edukasi
2. Masyarakat mengatakan Kemampua 2 4 kesehatan
pengelolaan sampah n yang Program
masih ada yang dibakar dirasakan pengembangan
3. Masyarakat mengatakan untuk
masih ada yang melakukan Prevensi
membuang sampah di Sekunder
sungai Prevensi Sekunder Manajemen
4. Masyarakat mengatakan Indikator A T lingkungan
saluran pembungan air Keyakinan 3 5 Identifikasi
limbah masih ada yang ke kesehatan: risiko
sungai Sumber
5. Sampah (organik)/ daya yang Prevensi
anorganik tidak dirasakan Tersier
dipisahkan langsung Perceived 3 5 Dukungan
dibakar. untuk kepatuhan
6. Tampak bekas mengontrol pengembangan
pembakaran sampah di program
dekat rumah. Prevensi Tersier
7. Masyarakat dalam Indikator A T
membuang sampah di Partisipasi 3 5
pekarangan sebanyak 64 dengan tim
kk (32%), di sungai kesehatan
sebanyak 10 kk (5%), di Dukungan 3 5
bakar sebanyak 81 kk sosial
(40,5%), di TPS sebanyak
Ket:
45 kk (45%).
1. Menurun
8. Masyarakat yang
2. Cukup menurun
membuang air limbah ke
3. Sedang
got sebanyak 86 kk
4. Cukup meningkat
(43%), ke sungai 78 kk
5. Meningkat
(39%), dibiarkan
menggenang
dipekarangan 19 kk
(9,5%), dan dialirkan ke
sawah atau kebun 17 kk
(9,5%).
9. Terdapat 15 kk yang tidak
memiliki WC.
1. Sebagian lansia yang Manajemen Prevensi Primer Prevensi
mengalami penyakit kesehatan Indikator A T Primer
Hipertensi mengatakan tidak efektif Tindakan 3 5 Dukungan
jarang mengikuti kegiatan mengurangi tanggung jawab
prolanis faktor risiko pada diri sendiri
2. Beberapa dari lansia yang Aktivitas 3 5 Edukasi
terkena hipertensi hidup kesehatan
mengatakan jika dirinya sehari-hari
masih mengkonsumsi efektif Prevensi
makanan pantangan memenuhi Sekunder
karena suka tujuan Edukasi
3. Sebagian lansia yang kesehatan penyakit
terkena hipertensi
mengatakan jika dirinya Prevensi
tidak mengkonsumsi obat Tersier
antihipertensi Prevensi Sekunder Konsultasi
4. Dari 300 KK didapatkan Indikator A T lanjutan
jumlah lansia sebanyak Kontrol 2 5
88, dan jumlah lansia terhadap
yang mengalami kelompok
hipertensi sebanyak 61 berisiko
orang Efektifitas 2 5
5. Dari 144 KK yang sudah program
pernah menerima masyarakat
penyuluhan, sebanyak Prevensi Tersier
31,3% sudah pernah Indikator A T
menerima penyuluhan Program 2 5
mengenai hipertensi efektifitas
komunitas
Perilaku 2 5
pemeriksaa
n kesehatan
pribadi
Ket:
1. Menurun
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat