Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan komunitas merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan


masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, mengutamakan pelayanan promotif
dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan
rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu, ditinjau pada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya
kesehatannya (DepKes RI, 2006). Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk
meningkatkan status kesehatan dan pencegahan terhadap penyakit melalui pelayanan
keperawatan langsung pada komunitas dan perhatian langsung terhadap kesehatan
seluruh masyarakat dan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan masyarakat
mempengaruhi kesehatan individu, keluarga, dan kelompok.
Pencapaian tujuan keperawatan komunitas, perawat melibatkan peran serta aktif
masyarakat. Peran serta aktif masyarakat dimana individu, keluarga, kelompok khusus,
dan masyarakat bertanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri. Masyarakat dapat
berperan serta dengan cara menyumbang tenaga, pikiran, atau pengetahuan dan sarana
yang dimiliki untuk upaya kesehatan. Dalam melaksanaan asuhan keperawatan komunitas
di masyarakat, seorang perawat kesehatan masyarakat dapat melakukan pendekatan untuk
merubah perilaku masyarakat kearah positif dalam memelihara kesehatan dan
keperawatan yang mereka hadapi, memprioritaskan dan mencari pemecahan masalah
melalui perencanaan yang dibuat serta menilai hasil yang telah dicapai.
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan mahasiswa PSIK STIKes
Tengku Maharatu Kelurahan Tobekgodang,Kecamatan Tampan terhadap 250 KK yang
dilaksanakan mulai tanggal 21 Juni 2019 s/d 06 Juli 2019 maka ditemukan beberapa
masalah kesehatan yaitu: dari hasil Wiendshield Survey yang dilakukan selama tujuh hari
oleh mahasiswa di dapatkan hasil antara lain: terlihat sampah berserakan, air tergenang di
got, dan belum adanya tempat pembuangan sampah khusus di RW 15: dari hasil
wawancara yang dilakukan kelompok kepada ketua RW 15 di dapatkan bahwa di RW 15
masih jarang warga melakukan kegitan gotong royong yang diadakan setiap sebulan
sekali.
Berdasarkan dari hasil pendataan kuesioner yang dilakukan oleh mahasiswa
PSIK STIKes Tengku Maharatu Pekanbaru di RW 15 Kelurahan Tobekgodang
Kecamatan Tampan terhadap 250 KK yang dilaksanakan mulai tanggal 21 Juni 2019
hingga 06 Juli 2019 maka ditemukan beberapa masalah yaitu: Hipertensi, terdapatnya
pembuangan sampah yang tidak tertutup, risiko meningkatnya penyakit akibat
lingkungan yang tidak sehat (ISPA).
Berdasarkan masalah kesehatan yang ditemukan oleh mahasiswa PSIK STIKes
Tengku Maharatu Pekanbaru yang melakukan Praktik Profesi Keperawatan Komunitas di
RW 15 Kelurahan Tobekgodang Kecamatan Tampan, maka pemecahan masalah-masalah
kesehatan tersebut dibahas bersama warga di RW 15 pada kegiatan MMK I yang akan
dilaksanakan pada tanggal 07 Juli 2019.
Berikut ini akan diuraikan hasil pelaksanaan dari pengkajian, merumuskan
masalah keperawatan yang muncul di masyarakat sesuai rencana tindakan yang telah
disepakati bersama masyarakat pada MMK I sampai dengan evaluasi.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah dilaksanakan Praktik Profesi Keperawatan Komunitas di RW 15
Kelurahan Tobek godang Kecamatan Tampan mahasiswa mampu melakukan Asuhan
Keperawatan Komunitas di masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian yang meliputi pengumpulan data, tabulasi data, dan
mempresentasikan data yang diperoleh dilapangan.
b. Merumuskan masalah kesehatan dan memberikan gambaran analisa data yang
sesuai dengan masalah kesehatan yang telah disusun.
c. Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan dengan masalah kesehatan yang
akan dijumpai dan diprioritaskan.
d. Mengimplementasikan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun
e. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan dan penyusunan rencana tindak lanjut
yang perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal.

C. Manfaat Penulisan
1. Dinas Kesehatan Provinsi Riau
Diharapakan penulisan laporan hasil kegiatan ini dapat menjadi gambaran bagi
dinas kesehatan yang berhubungan dengan kondisi kesehatan masyarakat di RW 15
Kelurahan Tobek godang Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru.

2. Pihak Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap


Diharapkan penulisan laporan hasil kegiatan ini menjadi data untuk menyusun
program kerja dan kebijakan dibidang kesehatan yang akan datang.

3. RW 15 Kelurahan Tobekgodang
Diharapkan penulisan laporan kegiatan ini dapat menjadikan masukan untuk
ketua RW 15 dalam mengatasi masalah kesehatan di masyarakatnya.

4. Masyarakat
Diharapkan penulisan laporan kegiatan ini dapat dijadikan acuan dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam mengatasi masalah kesehatan di RW 15
Kelurahan Tobek godang Kecamatan Tampan.

5. Institusi Pendidikan
Diharapkan penulisan laporan hasil kegiatan ini sebagai bahan perbandingan
untuk praktik profesi komunitas masa yang akan datang dan menjadi evaluasi terhadap
program keperawatan komunitas yang telah ditetapkan.
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan laporan akhir Praktik Profesi Keperawatan
Komunitas adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
BAB III :APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI RW 15
KELURAHAN TOBEK GODANG KECAMATAN TAMPAN

LAMPIRAN
BAB II
TINJAUN TEORITIS

A. Konsep Keperawatan Komunitas


1. Definisi Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas adalah tindakan untuk meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan dari populasi dengan mengintegrasikan keterampilan
dan pengetahuan yang sesuai dengan keperawatan dan kesehatan masyarakat
(ANA, 2004 dalam Efendi dan Makhfudli, 2009). Menurut Mubarak, et.al (2009),
Keperawatan komunitas merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat
kesehatan dimana sifat asuhan yang diberikan secara terus-menerus melalui kerja
sama.
Keperawatan komunitas merupakan perpaduan antara keperawatan dan
kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu, ditinjau pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh
melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya (DepKes RI, 2006).
Keperawatan kesehatan komunitas berorientasi pada proses pemecahan
masalah yang dikenal dengan proses keperawatan (nursing proces), yaitu suatu
metode ilmiah dalam keperawatan yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai cara
terbaik dalam memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai respons manusia
dalam menghadapi masalah kesehatan, serta difokuskan kepada individu, keluarga,
kelompok khusus, dan masyarakat dengan penekanan pada pencegahan penyakit,
peningkatan, dan mempertahankan kesehatan (Efendi dan Makhfudli, 2009).
2. Tujuan Keperawatan Komunitas
Tujuan keperawatan komunitas menurut Mubarak, et.al (2009), yaitu:
a. Agar diperoleh asuhan keperawatan komunitas yang bermutu, efektif, dan
efisien sesuai dengan permasalahan yang terjadi pada masyarakat.
b. Agar pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas dapat dilakukan secara
sistematis, dinamis, berkelanjutan, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
c. Meningkatkan status kesehatan masyarakat. Perawat kesehatan komunitas
harus memiliki keterampilan dasar tentang epidemiologi, penelitian,
pengajaran, organisasi masyarakat, dan hubungan interpesonal yang baik.

3. Fungsi Keperawatan Komunitas


Fungsi keperawatan komunitas (Mubarak, et.al, 2009), sebagai berikut:
a. Memberikan pedoman yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga kesehatan
masyarakat dan keperwatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan
keperawatan.
b. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai
dengan kebutuhan
c. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien, serta melibatkan peran serta masyarakat.
d. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya, sehingga mendapatkan pelayanan yang cepat
agar mempercepat proses penyembuhan.

4. Sasaran Keperawatan Komunitas


Sasaran keperwatan komunitas (DepKes, 2006), yaitu:
a. Individu
Sasaran prioritas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko tinggi, usia
lanjut, penderita penyakit menular (seperti: tuberkulosis paru, malaria, DBD,
diare, ISPA, dll) dan penderita penyakit degeneratif.
b. Keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah
kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk group) dengan
prioritas sebagai berikut:
1) Keluarga ekonomi rendah yang belum pernah kontak dengan sarana
pelayanan kesehatan (Puskesmas dan jaringannya) dan belum punya kartu
sehat
2) Keluarga ekonomi rendah yang sudah memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan serta mempunyai masalah kesehatan terkait dengan pertumbuhan
dan perkembangan balita, kesehatan reproduksi, dan penyakit menular
3) Keluarga yang tidak termasuk ekonomi rendah dan mempunyai masalah
kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan pelayanan kesehatan.

c. Kelompok khusus
Sasaran kelompok adalah kelompok mayarakat khusus yang rentan terhadap
timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak terkait dalam
suatu institusi.
1) Kelompok masyarakat khususnya yang tidak terkait dalam suatu institusi
seperti posyandu, kelompok balita, ibu hamil, usia lanjut, penderita
penyakit tertentu, dean pekerja informal
2) Kelompok masyarakat khusus yang terikat dalam suatu institusi seperti
sekolah, pesantren, panti asuhan, panti wreda, rutan, dan lapas.
d. Masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai risiko
tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan seperti berikut:
1) Masyarakat disuatu wilayah (RT, RW, Kelurahan, desa) yang mempunyai:
a) Jumlah bayi meninggal lebih tinggi dibandingkan daerah lain
b) Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan daerah
lain
c) Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain
2) Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare, DBD, dll)
a) Masyarakt dilokasi atau barak pengungsian akibat becanda atau akibat
lainnya
b) Masyarakat didaerah dengan kondisi geografi sulit antara lain daerah
terpencil dan perbatasan
c) Masyarakat didaerah pemukiman baru dengan transportasi sulit seperti
daerah transmigrasi

5. Ciri-Ciri Pelayanan Keperawatan Komunitas


Menurut Efendi dan Makhfudli (2009), ciri-ciri pelayanan keperwatan komunitas
adalah:
a. Merupakan perpaduan antara pelayanan keperawatan dengan kesehatan
komunitas
b. Adanya kesinambungan pelayanan kesehatan (continuity of care)
c. Fokus pelayanan pada upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan
pencegahan penyakit (preventif) baik pada pencegahan tingkat pertama, kedua,
maupun ketiga
d. Terjadi proses alih peran dari perawat kesehatan komunitas kepada klien
(individu, keluarga, kelompok, masyarakat) sehingga terjadi kemandirian
e. Ada kemitraan perawat kesehatan komunitas dengan masyarakat dalam upaya
kemandirian klien.
f. Memerlukan kerja sama dengan tenaga kesehatan lain dan masyarakat

6. Prinsip Keperawatan Kesehatan Komunitas


Keperawatan kesehatan komunitas berdasarkan delapan prinsip, yaitu:
a. Klien atau unit keperawatan merupakan suatu populasi
b. Tugas utama adalah meraih yang terbaik bagi sejumlah orang atau populasi
keselurahan
c. Proses yang digunakan oleh perawat komunitas termasuk bekerja dengan klien
sebagai mitra yang sejajar
d. Pencegahan primer merupakan hal yang prioritas dalam memilih tindakan yang
sesuai
e. Memilih strategi untuk menciptakan lingkungan sehat, kondisi sosial, dan
ekonomi pada populasi yang berkembang merupakan fokus utama.
f. Tanggung jawab mencakup keselurahan populasi yang memerlukan intervensi
atau pelayanan spesifik
g. Penggunaan sumber-sumber kesehatan yang optimal untuk mendapatkan
perbaikan yang terbaik dari populasi merupakan kunci pokok dari kegiatan
praktik
h. Kolaborasi dengan berbagai jenis profesi, organisasi, dan perkumpulan
merupakan cara paling efektif untuk mempromosikan dan melindungi
kesehatan populasi.

7. Peran Perawat Komunitas


a. Pemberi pelayanan
Memberikan pelayanan keperawatan langsung dan tidak langsung kepada klien
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan melalui individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
b. Pendidik
Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dengan resiko tinggi atau
kepada kader.
c. Pengelola
Merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengevaluasi
pelayanan keperawatan baik langsung maupun tidak langsung dan
menggunakan peran serta aktif masyarakat dalam kegiatan keperawatan
komunitas.
d. Konselor
Memberikan konseling atau bimbingan kepada kader, keluarga, dan
masyarakat tentang masalah kesehatan komunitas.
e. Pembela klien (Advokator)
Melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan
keperawatan komunitas.
f. Peneliti
Melakukan penelitian untuk mengembangkan keperawatan komunitas.

B. Asuhan Keperawatan Komunitas


Langkah-langkah dalam proses keperawatan komunitas adalah pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Penerapan proses keperawatan
terjadi proses alih peran dari tenaga keperawatan kepada klien (sasaran) secara bertahap
dan berkelanjutan untuk mencapai kemandirian sasaran dalam menyelesaikan masalah
kesehatannya (DepKes RI, 2006).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam melakukan keperawatan
komunitas yang akan membantu dalam mengumpulkan data untuk menunjang
tegaknya masalah. Pengumpulan data secara akurat dan komprehensif yang
bertujuan: memperoleh informasi kesehatan yang akurat, pengumpulan data
sistematis, kompilasi data, memunculkan data yang hilang, teridentifikasinya
masalah kesehatan.

Aspek yang dikaji dalam pengkajiaan keperawatan komunitas adalah:


a. Pengumpulan data langsung
1) Wawancara
2) Observasi
3) Wiendshield survey
a) Perumahan, lingkungan, daerah (bangunan: tua, bahan arsitektur,
bersatu, berpisah, dan lain-lain).
b) Lingkungan terbuka (luas, sempit, kualitas, pribadi, umum, dan lain-
lain).
c) Batas (ada batas daerah, jalan, got, kondisi bersih, kotor).
d) Kebiasaan (tempat kumpul: siapa, jam berapa, dan lain-lain).
e) Transportasi (cara datang dan pergi, situasi jalan, dan jenis
transportasi).
f) Pelayanan kesehatan di masyarakat (puskesmas, pustu, dan balai
pengobatan).
g) Tempat rekreasi (keluarga, anak-anak, umum).
h) Tempat ibadah (mesjid, gereja).
i) Sekolah/perguruan tinggi/lembaga kursus/pelatihan, dan lain-lain.
j) Organisasi di masyarakat (pokjakes, kepemudaan, dan lain-lain).
k) Politik (kampanye/poster).
b. Pengumpulan data laporan
1) Data inti
a) Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Data ini dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal
di komunitas.
b) Data demografi
Mengkaji jumlah komunitas berdasarkan usia, pendidikan, gender,
pekerjaan, agama, dan riwayat terjadinya komunitas (sejarah
perkembangan).
c) Vital statistik
Jabarkan atau uraikan data mengenai angka kematian kasar, penyebab
kematiaan, angka pertambahan anggota, dan angka kelahiran.
d) Status kesehatan komunitas
Data yang dikaji dari angka mortalitas, morbiditas, IMR, MMR, dan
cakupan imunisasi
2) Data lingkungan fisik
a) Pemukiman
b) Sanitasi
c) Fasilitas-fasilitas yang lain
3) Pelayanan kesehatan dan sosial
Pelayanan kesehatan dan non kesehatan.
4) Ekonomi
Indikator ekonomi dan sumber-sumber informasi
a) Rumah tangga (rata-rata pendapatan biaya perbulan masing-masing
rumah tangga).
b) Individu (pendapatan perorang, persentase yang miskin).
5) Keamanan/transportasi
a) Keamanan
Bagaimana sistem keamanan lingkungan yang ada, upaya
penanggulangan kebakaran yang tersedia, penanggulangan bencana,
dan jika komunitas dekat dengan perusahaan upaya apa yang
dilakukan dalam menanggulangi adanya polusi.
b) Transportasi
(1) Kondisi jalan
(2) Jenis transportasi
(3) Sarana transportasi yang ada
6) Politik dan Pemerintahan
a) Pemerintahan (RT, RW, Lurah, Camat, dan seterusnya).
b) Kelompok pelayanan masyarakat (PKK, LKMD, panti werdha, karang
taruna, posyandu, dan lain-lain).
c) Politik: peran serta partai politik dalam pelayanan kesehatan,
kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan.
7) Sistem komunikasi
a) Sarana umum komunikasi yang telah tersedia di komunitas
b) Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas
c) Cara penyebaran informasi yang digunakan
8) Pendidikan
Status pendidikan, tingkat pendidikan, tipe/macam sekolah, bahasa,
pendidikan yang tersedia didalam/luar masyarakat.
9) Rekreasi (termasuk jenis rekreasi dan tempat)
a) Kebiasaan rekreasi yang ada dalam komunitas
b) Fasilitas tempat rekreasi yang tersedia
2. Diagnosa Keperawatan Komunitas
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) menyatakan bahwa
diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respons individu, keluarga,
dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar
seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai
dengan kewenangan perawat. Ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas
terhadap stressor yang ada, dengan kata lain setelah dilakukan pengkajian
keperawatan, data dikelompokkan dan dianalisa untuk menilai seberapa besar
stressor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang ditimbulkan
terhadap masyarakat tersebut.
Menurut Mubarak, et.al (2009), perumusan diagnosa keperawatan dapat
dilakukan dengan cara, yaitu:
a. Rumus PES
Rumus : DK = P+E+S
Ket :
DK : Diagnosa Keperawatan
P : Problem atau masalah
E : Etiologi
S : Siymptom atau gejala
b. Rumus PE
Rumus : DK = P+E
Ket :
DK : Diagnosa Keperawatan
P : Problem atau masalah
E : Etiologi
Rumusan diagnosa keperawatan menurut Mueke (1984) dalam Mubarak, et.al
(2009), diagnosa keperawatan terdiri dari:
a. Masalah, sehat, dan sakit
b. Karakteristik populasi
c. Karakteristik lingkungan (epidemiologi triangle)
3. Perencanaan
Strategi intervensi keperawatan komunitas dilakukan melalui: proses
kelompok, pendidikan kesehatan, kerjasama perawat dan komunitas serta
mendemonstrasikan hal yang terkait dengan keterampilan masyarakat dalam upaya
peningkatan kesehatan.

4. Pelaksanaan/Intervensi
Melaksanakan kegiatan sesuai rencana yang meningkatkan pada pencegahan
primer, skunder, dan tersier.

5. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan merupakan penilaian terhadap program yang telah
dilaksanakan dibandingkan dengan tujuan dan dijadikan dasar untuk memodifikasi
rencana tindakan selanjutnya. Evaluasi yang dilakukan menggunakan konsep
evaluasi struktur, evaluasi proses, dan evaluasi hasil.
BAB III
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI RW 15
KELURAHAN TOBEK GODANG KECAMATAN TAMPAN

Asuhan keperawatan komunitas di RW 15 Kelurahan Tobekgodang Kecamatan Tampan


yang akan dilaksanakan pada tanggal 07 Juli 2019 , dimana asuhan keperawatan diberikan dalam
beberapa tahap. Tahap pertama yaitu tahap persiapan mencakup Wiendshield Survey dan tahap
pembuatan Quesioner yang dimulai dari tanggal 23 Juni 2019 dan selanjutnya tahap penyebaran
Quesiner dan membuat perumusan masalah dari tanggal 28 Juni 2019 dengan menggunakan
teknik Total Sampling sebanyak 250 KK. Berdasarkan uraian konsep asuhan keperawatan
komunitas BAB II, maka mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan akan mengaplikasikan
asuhan keperawatan komunitas pada masyarakat RW 15 Kelurahan Tobekgodang Kecamatan
Tampan. Asuhan keperawatan ini dilaksanakan mulai tanggal 23 Juni 2019 06 Juli 2019 yang
pelaksanaannya sebagai berikut:

A. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas diantaranya
pengumpulan data melalui Wiendshield Survey yaitu mengobservasi secara langsung
keadaan wilayah untuk melihat secara garis besar situasi dan keadaan wilayah RW 15
Kelurahan Tobekgodang Kecamatan Tampan Setelah survei dilakukan, selanjutnya
dilaksanakan penyusunan Quesiner untuk mengetahui secara keseluruhan masalah kesehatan
yang terjadi di wilayah RW 15 Kelurahan Tobek godang Kecamatan Tampan .
Quesioner yang telah disusun kemudian diisi oleh mahasiswa dengan cara door to door
kepada masyarakat yang bertujuan untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan
masyarakat. Hasil pengumpulan data dianalisa untuk mengetahui masalah kesehatan yang
mungkin muncul di wilayah RW 15 Kelurahan Tobekgodang Kecamatan Tampan Dari hasil
pengolahan data tersebut diperoleh gambaran kesehatan masyarakat di wilayah RW 15
Kelurahan Tobekgodang Kecamatan.
B. Pelaksanaan Pengkajian
Tahap ini dimulai dari memperbanyak Quesioner dan menyebarkan angket dengan door
to door menggunakan metode wawancara terpimpin, pengumpulan Quesioner serta
observasi terhadap masyarakat di RW 15 Kelurahan Tobekgodang Kecamatan Tampan
.Jumlah Quesioner yang dibagikan berjumlah 250. Berdasarkan hasil pengumpulan data
masyarakat di RW 15 Kelurahan Tobekgodang Kecamatan Tampan didapatkan data-data
sebagai berikut:

1. Data Geografi dan Demografi


Sebelah utara berbatasan dengan RW 13 yang merupakan batas perumahan, Sebelah
barat RW 14 berbatasan dengan jl. Rajawali sakti,sebelah Timur RW 09 berbatasan dengan
perumahan,sebelah selatan RW 13 berbatasan dengan perumahan Graha Rajawali. Perumahan
Rajawali Sakti memiliki KK sebanyak 250 KK, 590 jiwa, dan memiliki 6 RT.

Distribusi Frekuensi Bayi dan Balita Berdasarkan Status Imunisasi Dasar


Lengkap di Wilayah RW 15 Kelurahan Tobek godang Tahun 2019

RW 15
No Pertanyaan Total %
ADA JLH %

1 Memperoleh imunisasi dasar lengkap 55 65 100 55 85

2 Apakah di timbang setiap bulan di posyandu 47 65 100 47 72.3

Sumber: analisa data Primer, 2019


Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa bayi dan balita yang memperoleh imunisasi
dasar lengkap sebanyak 55 orang. Sementara bayi yang ditimbang setiap bulan di posyandu
sebanyak 47 orang.
Distribusi Frekuensi Bayi berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah RW
15 Kelurahan tobek godang Tahun 2019

Tobekgodang
Pertanyaan TOTAL %
YA JLH BAYI %

Pemberian ASI Eksklusif 18 18 100 18 100

Sumber: analisa data Primer, 2019


Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa Ibu yang memberikan Asi Eksklusif
sebanyak 18 bayi.

Distribusi Frekuensi KK Berdasarkan Makan Makanan Beragam setiap hari dan


Konsumsi Garam Baryodium di Wilayah RW 15 Kelurahan Tobekgodang Tahun
2019

Tobekgodang
No Pertanyaan TOTAL %
YA JLH KK %

1 Makan Makanan Beragam setiap hari 250 250 100 250 100

2 Mengkonsumsi garam beryodium 250 250 100 250 100

Sumber: analisa data Primer, 2019


Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa masyrakat yang mengkonsumsi makan
makanan beragam dan yang mengkonsumsi garam beryodium setiap hari sebanyak
250
Distribusi Frekuensi Bayi dan Balita mendapat Vitamin A di wilayah RW 15
Kelurahan tobekgodang Tahun 2019

Tobekgodang
No Pertanyaan TOTAL %
YA JLH %

1 Mendapat Vitamin A 65 65 100 65 100

Sumber: analisa data Primer, 2019


Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa Bayi balita yang mendapat Vitamin A
sebanyak 65 orang.

Distribusi Frekuensi PUS menggunakan kontrasepsi di Wilayah RW 15


Kelurahan tobekgodang Tahun 2019

RW 15
No Peranyaan TOTAL %
YA JLH KK %

1 Pasangan Menggunakan Kontrasepsi 115 250 100 115 46

Sumber: analisa data Primer, 2019


Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa OUS yang menggunakan kontrasepsi
sebanyak 115 orang

Distribusi Frekuensi Surveilanse di Wilayah RW 15 Kelurahan tobekgodang


Tahun 2019
RW 15
No Pertanyaan JLH TOTAL %
YA %
JIWA
1 Batuk / Pilek 16 590 100 16 2,7

2 Diare 6 590 100 6 0,10

3 Hipertensi dan berobat rutin 43 590 100 43 7,28

4 Demam Berdarah 0 590 100 0 0


5 TBC 1 590 100 1 0.01

Pemeriksaan kesehatan jika batuk > 2 590 100


6 33 33 5,59
minggu

7 DM 8 590 100 8 1,35

8 Pneumonia 0 590 100 0 0.0

9 Hepatitis 0 590 100 0 0.0

10 Scabies 1 590 100 1 0.16

11 Campak 0 590 100 0 0.0

12 Varicella 0 590 100 0 0.0

Sumber: analisa data Primer, 2019


Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa penyakit yang terbanyak yang dialami
oleh masyarakat RW 15 Kelurahan Tobekgodang adalah Hipertensi.

Distribusi Frekuensi Rumah Berdasarkan Pembuangan Kotoran (Jamban


Keluarga) di Wilayah RW 15 Kelurahan tobekgodang Tahun 2019

RW 15
No Pertanyaan TOTAL %
YA JLH KK %
1 Menggunakan WC 250 250 100 220 88
2 Tidak menggunakan WC 0 0 0 0 0

Sumber: analisa data Primer, 2019


Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa masyarakat di RW 15 semua menggunakan WC .

Distribusi Frekuensi Rumah Berdasarkan Pembuangan Limbah Kamar Mandi di


Wilayah RW 15 Kelurahan tobekgod Tahun 2019

RW 15
No Pertanyaan TOTAL %
YA JLH %
1 Pembuangan Limbah kamar mandi
a. Tergenang di pekarangan 0 250 100 250 0

b. Ke selokan / sarana pembuangan khusus 250 250 100 250 100

Sumber: analisa data Primer, 2019


Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa semua rumah masyarakat membuang limbah
kamar mandi ke selokan atau sarana pembuangan khusus

Distribusi Frekuensi Rumah Berdasarkan Kepemilikan Tempat Sampah di Wilayah


RW 15 Kelurahan tobekgodang Tahun 2019

RW 15
No Pertanyaan TOTAL %
YA JLH KK %
1 Memiliki Tempat sampah 250 250 100.0 250 100
2 Jenis Tempat sampah
a. Terbuka 227 250 100.0 227 90,8

b. Tertutup 23 250 100.0 23 9,2

Kebiasaan Membuang sampah pada 250


3 250 100.0 250 100
tempatnya

Sumber: analisa data Primer, 2019


Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa Masyarakat di RW 15 membuang sampah pada
tempatnya namun tempat sampah yang dimiliki rata-rata terbuka.

Distribusi Frekuensi Rumah Berdasarkan Kepemilikan Jendela Rumah


(Ventilasi) di Wilayah RW 15 Kelurahan tobekgodang Tahun 2019

RW 15
No Memiliki Jendela TOTAL %
ADA JLH KK %

1 Ada disebagian Kamar 250 250 100.0 250 100

2 Tidak ada 0 250 0.0 0 0.0

Sumber: analisa data Primer, 2019


Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa semua rumah masyarakat di RW 15 memiliki
sebagian jendela dikamar.
Distribusi Frekuensi KK berdasarkan perilaku Hidup Bersih Dan Sehat di
Wilayah RW 15 Kelurahan tobekgodang Tahun 2019

RW 15
No Pertanyaan TOTAL %
YA JLH KK %
1 Anggota keluarga merokok 143 590 100 143 24,23

2 Aggota keluarga yang tidak merokok 447 590 100 447 75,76

3 Biasa Cuci Tangan 6 Langkah 86 590 100 86 34,4

4 Memberantas jentik Nyamuk 149 250 100 149 59.6

Melakukan aktifitas Fisik 250


83 100 83 33,2
Menit tiap hari

Sumber: analisa data Primer, 2019


Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa anggota keluarga yang merokok sebanyak 143 KK,
kebiasaan cuci tangan 6 langkah 86 KK, Memberantas jentik nyamuk setiap minggu 149 KK,
dan melakukan aktifitas fisik sebanyak 83 KK.

Distribusi Frekuensi KK Dengan Lansia dan pemanfaatan Po Lansia di Wilayah


RW 15 Kelurahan tobekgodang Tahun 2019

RW 15
No Pertanyaan TOTAL %
YA JLH %
1 Terdapat Lansia > 60 Th 81 590 100 81 13,7

Sumber: analisa data Primer, 2019


Berdasarkan diatas didapatkan bahwa Lansia yang berusia > 60 th sebanyak 81 orang dari 590 jiwa.
Distribusi Frekuensi KK Dengan ODGJ di Wilayah RW 15 Kelurahan
tobekgodang Tahun 2019

RW 15
No Pertanyaan TOTAL %
YA JLH %

1 Keluarga Dengan ODGJ 1 250 100 0 0,01

2 ODGJ terlantar / pasung 1 250 100 0 0,01

ODGJ Mendapat Pengobatan 1 250


3 0 100 0 0
Th Terakhir

Sumber: analisa data Primer, 2019


Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa keluarga yang mengalami gangguan
jiwa hanya terdapat 1 orang dalam 1 KK.

Distribusi Frekuensi Rumah Berdasarkan Kepemilikan Toga di Wilayah


RW 15 Kelurahan tobekgodang Tahun 2019

RW 15
No TOGA TOTAL %
JLH JLH KK JLH
1 Ada 57 250 100 57 22,8
2 Tidak ada 193 250 100 193 77,2

Sumber: analisa data Primer, 2019


Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa masyarakat RW 15 yang memiliki Toga sebanyak 57
KK dan yang tidak ada sebanyak 193 KK.
Distribusi Frekuensi KK Memperoleh Pendidikan KESPRO di Wilayah RW 15
Kelurahan tobekgodang Tahun 2019

RW 15
No Pertanyaan TOTAL %
ADA JLH %
1 Tahu IVA dan SADANIS 47 590 100 47 7,9
2 Pernah melakukan IVA Test 23 590 100 23 3,9
Pernah melakukan Pemeriksaan
3 0 250 100 0 0
SADANIS

Sumber: analisa data Primer, 2019


Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa masyarakat terutama ibu-ibu yang pernah melakukan
Iva test sebanyak 23 orang, dan yang tidak ada yang pernah melakukan Sadanis.

Distribusi Frekuensi Remaja berdasarkan Aktifitas Remaja diwaktu Luang di Wilayah RW


15 Kelurahan tobekgodang Tahun 2019

RW 15 %
Berdasarkan
No Pertanyaan TOTAL data diatas
YA JLH %
didapatkan
bahwa
Kebiasaan remaja dalam mengisi waktu
1
luang

a. Main HP/Internet 73 250 100 73 29,2

b. Olahraga/ Kegiatan Rohani 44 250 100 44 7,6

Remaja pernah mendapatkan pendidikan 250 100


2 15 15 6
Kespro

3 Adakah Organisasi remaja 0 250 100 0 0

Sumber: analisa data Primer, 2019


Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa Anak remaja di RW 15 mengisi waktu
luangnya dengan bermain HP sebanyak 73 orang, olahraga sebanyak 44 orang, dan yang
mendapatkan kesehatan Reproduksi sebanyak 15 orang
MATERI PENYULUHAN

PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT)

A. Pengertian PHBS
Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan
mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif
dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat
(http://creasoft.wordpress.com/ diakses 08 April 2016 pukul 18.30 WIB).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan
atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat
kesehatan masyarakatnya (Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2008).
Jadi PHBS adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan
mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit yang dipraktikkan
atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat
kesehatan masyarakatnya.

B. Bidang PHBS
Bidang PHBS yaitu :
1. Bidang kebersihan perorangan, seperti cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dengan
sabun, mandi minimal 2x sehari, dan lain-lain.
2. Bidang gizi, seperti makan sayur dan buah tiap hari, mengkonsumsi garam beryodium,
menimbang berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) setiap bulan, dan lain-lain.
3. Bidang kesling, seperti membuang sampah pada tempatnya, menggunakan jamban,
memberantas jentik, dan lain-lain (http://dinkeslampung.bdl.nusa.net.id/ diakses tanggal 08 April
2016 pukul 18.30 WIB).
C. Manfaat PHBS
Manfaat dari PHBS diantaranya :
1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit
2. Rumah tangga sehat dapat meningkatkan produktivitas kerja anggota keluarga
3. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya
dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan dan
usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga
4. Salah satu indikator untuk menilai keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota di
bidang kesehatan
5. Meningkatnya citra pemerintah daerah dalam bidang kesehatan
6. Dapat menjadi percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain.

D. Indikator PHBS
Mengacu pada pengertian perilaku sehat, indikator ditetapkan berdasarkan area/ wilayah :
1. Indikator Nasional
Ditetapkan tiga indikator, yaitu :
a) Persentase penduduk tidak merokok
b) Persentase penduduk yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan
c) Persentase penduduk yang melakukan aktivitas fisik/olahraga.
Alasan dipilihnya ketiga indikator tersebut berdasarkan isu global dan regional (Mega
Country Health Promotion Network, Healthy Asean Life Styles), seperti merokok telah menjadi
isu global, karena selain mengakibatkan penyakit seperti jantung dan kanker paru-paru juga
disinyalir menjadi entry point untuk narkoba. Pola makan yang buruk akan berakibat buruk pada
semua golongan umur, bila terjadi pada usia balita akan menjadikan generasi yang
lemah/ generasi yang hilang di kemudian hari. Bagi usia produktif akan mengakibatkan
produktivitas menurun. Kurang aktivitas fisik dan olahraga mengakibatkan metabolisme tubuh
terganggu, apabila berlangsung lama akan menyebabkan berbagai penyakit seperti jantung, paru-
paru, dan lain-lain. ((http://creasoft.wordpress.com/2008/07/29 /perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-
phbs/diakses tanggal 08 April 2016 pukul 18.30 WIB).

2. Indikator Lokal Spesifik


Yaitu indikator Nasional ditambah indikator lokal spesifik masing-masing daerah sesuai
dengan situasi dan kondisi daerah. Ada 16 indikator yang dapat dipergunakan untuk mengukur
perilaku sehat, yaitu :
a) Ibu hamil memeriksakan kehamilannya
b) Ibu melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan
c) Pasangan usia subur (PUS) memakai alat KB
d) Balita ditimbang
e) Penduduk sarapan pagi sebelum melaksanakan aktivitas
f) Bayi diimunisasi lengkap
g) Penduduk minum air bersih yang masak
h) Penduduk menggunakan jamban sehat
i) Penduduk mencuci tangan memakai sabun
j) Penduduk menggosok gigi sebelum tidur
k) Penduduk tidak menggunakan napza
l) Penduduk mempunyai Askes/ tabungan/ uang/ emas
m) Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dan SADARI (Pemeriksaan
Payudara Sendiri)
n) Penduduk memeriksakan kesehatan secara berkala untuk mengukur hipertensi
o) Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dengan Pap Smear
p) Perilaku seksual dan indikator lain yang diperlukan sesuai prioritas masalah kesehatan yang
ada di daerah
(http://creasoft.wordpress.com/2008/07/29/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-phbs/diakses tanggal
08 April 2016 pukul 18.30 WIB).
E. Indikator PHBS di Tiap Tatanan
Indikator tatanan sehat terdiri dari indikator perilaku dan indikator lingkungan di lima
tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum, tatanan sekolah,
dan tatanan institusi kesehatan. (http://dinkeslampung.blogspot.com/2009/05/pengembangan-
phbs-di-5-tatanan.html/ diaksestanggal 08 April 2016 pukul 18.30 WIB).
1) PHBS Di Tatanan Rumah Tangga
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar
tahu, mau dan mampu mempraktikkan hidup bersih dan sehat, serta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan di masyarakat (http://dinkeslampung.blogspot.com/ diakses tanggal 08 April
2016 pukul 18.30 WIB).
Indikator PHBS di tatanan rumah tangga:
a) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
b) Memberi bayi ASI ekslusif
c) Menimbang bayi dan balita setiap bulan
d) Mencuci tangan dengan air bersih dan memakai sabun
e) Menggunakan air bersih
f) Menggunakan jamban sehat
g) Memberantas jentik di rumah
h) Makan sayur dan buah setiap hari
i) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
j) Tidak merokok di dalam rumah (Depkes RI, 2007).

2) PHBS Di Tatanan Tempat Umum


PHBS di tempat-tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat
pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk
mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum yang ber-
PHBS.
Melalui penerapan PHBS di tempat umum ini, diharapkan masyarakat yang berada di
tempat-tempat umum akan terjaga kesehatannya dan tidak tertular atau menularkan penyakit
(http://dinkeslampung.blogspot.com/2009/05/pengembangan-phbs-di-5-tatanan.html/
diakses tanggal 08 April 2016 pukul 18.30 WIB).
Indikator tatanan tempat-tempat umum :
a) PHBS di pasar
1) Menggunakan air bersih
2) Menggunakan jamban
3) Membuang sampah pada tempatnya
4) Tidak merokok di pasar
5) Tidak meludah sembarangan
6) Memberantas jentik nyamuk
b) PHBS di tempat ibadah
1) Menggunakan air bersih
2) Menggunakan jamban
3) Membuang sampah pada tempatnya
4) Tidak merokok di tempat ibadah
5) Tidak meludah sembarangan
6) Memberantas jentik nyamuk
c) PHBS di rumah makan
1) Menggunakan air bersih
2) Menggunakan jamban
3) Membuang sampah pada tempatnya
4) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
5) Tidak merokok di rumah makan
6) Menutup makanan dan minuman
7) Tidak meludah sembarangan
8) Memberantas jentik nyamuk
d) PHBS di angkutan umum
1) Menggunakan air bersih
2) Menggunakan jamban
3) Membuang sampah pada tempatnya
4) Tidak merokok di angkutan umum
5) Tidak meludah sembarangan
(http://www.diskes.jabarprov.go.id/ diakses tanggal 08 April 2016 pukul 18.30 WIB).

F. Jenis Perilaku Hidup Sehat terhadap diri sendiri.


1. Mandi (Depkes RI, 2007)
Mandi menggunakan sabun mandi dilakukan minimal 2x sehari pada pagi dan sore hari yang bertujuan untuk:
· Menjaga kebersihan kulit.
· Mencegah penyakit kulit/ gatal-gatal.
· Menghilangkan bau badan
2. Mencuci rambut (Depkes RI, 2007)
Dilakukan 2x seminggu menggunakan sampho, bertujuan untuk membersihkan rambut dan kulit kepala dari
kotoran dan memberikan rasa segar.
3. Membersihkan hidung (Depkes RI, 2007)
Lubang hidung perlu dibersihkan pada setiap kali mandi guna membuang kotoran yang ada dan melancarkan
jalan untuk bernafas.
4. Gosok gigi
Dilakukan minimal 2 x sehari dengan memakai pasta gigi/ odol yang dilakukan setelah akan dan sebelum
tidur malam. Gosok gigi ini bertujuan untuk (Depkes RI, 2007):
· Menjaga kebersihan gigi dan mulut.
· Mencegah kerusakan pada gigi dan gusi.
· Mencegah bau mulut yang tidak sedap.
5. Kesehatan mata
Untuk kesehatan mata perlu diperhatikan cahaya pada saat membaca dimana cahaya harus cukup terang, jarak
pembaca dengan buku sepanjang penggaris (30 cm), yang dibaca tidak boleh bergerak/ bergoyang, membaca
tidak boleh sambil tiduran. (Depkes RI, 2007)
6. Mencuci tangan.
Dilakukan untuk menjaga kebersihan tangan dari kotoran dan kuman yang dapat menyebabkan penyakit. Cuci
tangan dapat dilakukan pada saat (Depkes RI, 2007):
· Sebelum dan sesudah makan
· Sebelum tidur
· Sebelum dan memegang benda-benda kotor.
· Setelah pulang dari bepergian
7. Memotong kuku
Dilakukan minimal 1x seminggu dengan tujuan untuk (Depkes RI, 2007):
· Mencegah penyakit yang dapat ditularkan melalui tangan saat makan (misalnya
cacingan,menceret, dll)
· Mencegah luka akibat garukan kuku.
Perlu diperhatikan bahwa tidak boleh mengkorek hidung dengan jari/ kuku tangan yang kotor, tidak
memasukkan jari kemulut atau menggigiti kuku.
8. Pakai alas kaki
Anak-anak terkadang dalam bermain tidak meggunakan alas kaki, penggunaan alas kaki perlu dilakukan
agar (Depkes RI, 2007):
· Kaki tidak terluka atau tertusuk benda tajam.
· Mencegah penyakit, misalnya penyakit cacingan akibat menginjak kotoran.
9. Kebersihan pakaian.
Pakaian dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu pakaian sekolah, pakaian bermain dan pakaian
tidur. Pakaian harus selalu bersih dan diganti dalam setiap hari, hal ini bertujuan agar kita
terhindar dari penyakit kulit yang diakibatkan pakaian basah atau kotor. (Depkes RI, 2007)
10. Belajar makan sehat
Makan adalah kebutuhan pokok setiap orang, makan sebaiknya 3x sehari dengan menu yang seimbang yaitu
empat sehat lima sempurna yang terdiri dari nasi, sayur, lauk, buah dan susu. Makan pagi atau sarapan sangat
penting setiap harinya guna menjadi sumber tenaga kita pada siang harinya, perlu diingat juga untuk
menghindari jajan sembarangan karena kebersihan dari makanan yang dijual tidak terjamin dan mungkin dapat
menyebabkan penyakit seerti sakit perut, diare, muntah dan lain-lain. (Depkes RI, 2007)

Standar Sanitasi Sarana Pembuangan Sampah


Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 2008 pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang
sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Kegiatan
pengurangan meliputi:

 Pembatasan timbulan sampah


 Pendauran ulang sampah, dan/atau
 pemanfaatan kembali sampah

Sedangkan kegiatan penanganan meliputi:

 Pemilihan
 Pengumpulan
 Pengangkutan
 Pengolahan

Pemrosesan akhir sampah


Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia, yang keberadaannya banyak menimbulkan masalah
apabila tidak dikelola dengan baik. Apabila dibuang dengan cara ditumpuk saja maka akan menimbulkan bau
dan gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Apabila dibakar akan menimbulkan pengotoran udara.
Kebiasaan membuang sampah disungai dapat mengakibatkan pendangkalan sehingga menimbulkan banjir.
Dengan demikian sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber pencemar pada tanah, badan
airdanudara.
Pengertian lain menyebutkan, sampah adalah semua benda atau produk sisa dalam bentuk padat sebagai akibat
aktivitas manusia, yang dianggap tidak bermanfaat dan tidak dikehendaki oleh pemiliknya dan dibuang sebagai
barang yang tidak berguna. Sampah yang dihasilkan dari jasa boga pada umumnya berupa sampah organik
yang sangat baik untuk makanan maupun tempat berkembang biaknya serangga terutama lalat dan tikus. Oleh
karena itu sampah yang dihasilkan hendaknya langsung dimasukkan ke dalam tempat yang mudah ditutup
sehingga tidak sempat menjadi makanan lalat dan tikus.

Berdasarkan asalnya, sampah digolongkan dalam dua bagian yakni sampah organik (sampah basah) dan
sampah anorganik (sampah kering). Pada tingkat rumah tangga dapat dihasilkan sampah domestik yang pada
umumnya terdiri dari sisa makanan, bahan dan peralatan yang sudah tidak dipakai lagi, bahan pembungkus,
kertas, plastik, dan sebagainya.

Dampak sampah terhadap kesehatan lingkungan, antara lain :


1. Dampak Terhadap Kesehatan : Pembuangan sampah yang tidak terkontrol dengan baik merupakan
tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing
yang dapat menimbulkan penyakit. Potensi bahaya yang ditimbulkan, antara lain penyakit diare, kolera,
tifus yang dapat menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dapat bercampur dengan
air minum. Penyakit DBD dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya
kurang memadai, demikian pula penyakit jamur (misalnya jamur kulit).
2. Dampak Terhadap Lingkungan : Cairan terhadap rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau
sungai akan mencemari air, berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan
lenyap dan hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis.
3. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi : Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat membentuk
lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang tidak sedap dan pemandangan yang
buruk. Hal ini dapat berpengaruh antara lain terhadap dunia pariwisata dan investasi
Beberapa faktor penting yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sampah antara lain :

1. Dalam pengelolaan sampah harus memperhatikan sifat sampahnya kemudian dipilih tindakan atau
langkah apa yang paling tepat untuk menangani sampah.
2. Tersediannya sarana pembuangan/penampungan sampah yang memenuhi syarat kesehatan sehingga tidak
menjadi sumber pengotoran/penularan penyakit. Prinsip-prinsip pengelolaan pembuangan sampah sebagai
berikut: 1). Adanya tempat sampah yang kedap air dan dilengkapi dengan tutup; 2). Memisahkan sampah
berdasarkan sifatnya (misalnya sampah kering dan sampah basah) agar mudah memusnahkannya ;3).
Menghindari mengisi tempat sampah yang melampaui kapasitasnya;4) Kondisi kebersihan lingkungan
tempat sampah harus baik sehingga tidak ada kepadatan serangga/lalat penular penyakit lainnya yang
merugikan kesehatan; 5).Sampah tidak boleh ditampung di tempat sampah melebihi 2 hari.
Peletakan tempat sampah.

1. Di dalam ruangan disediakan tempat sampah dalam bentuk kontainer yang kedap air dan tertutup.
2. Tempat sampah tidak boleh diletakkan di atas/pingggiran saluran air.
Sampah dalam tempat pengumpulan sementara diperbolehkan tertimbun paling lama 24 jam untuk selanjutnya
dibuang ke tempat pembuangan akhir. Tempat pengumpulan sampah sementara hendaknya diberikan tutup.
Pemberian tutup ini antra lain dimaksudkan untuk :

 Tidak mudah dijangkau dan dipakai untuk bersarangnya tikus dan serangga di antaranya lalat, kecoak atau
tidak dapat dijamah oleh binatang-binatang besar seperti anjing dan kucing yang menyebabkan sampah
berserakan.
 Sampah-sampah yang telah terkumpul tidak mudah diterbangkan oleh angin, juga mengurangi dampak
bau.
Dampak yang dapat ditimbulkan sampah, jika tidak dikelola secara benar antara lain :

 Menjadi tempat berkembang biak dan sarang dari serangga terutama lalat dan tikus.
 Menjadi sumber pengotoran tanah, sumber air permukaan, air tanah, maupun pencemaran udara.
 Menjadi tempat hidup serta sumber kuman-kuman penyakit yang membahayakan kesehatan masyarakat.
 Menimbulkan bau yang tidak sedap dan tidak estetis
No Masalah Intervensi Implementasi
Keperawatan
1 Hipertensi Penyuluhan dilakukan di POSYANDU Pendidikan Kesehatan Hipertensi :
Kelurahan Tobekgodang, Rw 15 pada
tanggal 20 Juli 2019 pukul 10.00 WIB. - Pengertian
- Penyebab
- Pemberian Pendidikan - Tanda dan gejala
Kesehatan tentang - Komplikasi
hipertensi - Cara pencegahan
- Pengobatan

2 Perilaku Penyuluhan dilakukan di POSYANDU 1. Pendidikan Kesehatan PHBS


Hidup Bersih Kelurahan Tobekgodang, Rw 15 pada
Dan sehat ( tanggal 20 Juli 2019 pukul 10.00 WIB. - Pengertian PHBS

PHBS ) - Bidang PHBS


- Manfaat PHBS
- Jenis dan perilaku
1. Lakukan Pendidikan Kesehatan PHBS
2. Demonstrasi Cara cuci tangan 6
langkah 2. Mendemonstrasikan Cara Cuci Tangan
3. Demonstrasi cara berantas 6 Langkah
jentik nyamuk
4. Demonstrasi tentang pemilahan 3. Mendemonstrasikan Cara

sampah kering dan baah Pemberantasan Jentik Nyamuk

- Menguras

- Menaburkan bubuk Larvasida

- Mengubur barang – barang bekas

- Menggunakan Obat Nyamuk

- Menggunakan Kelambu saat tidur


- Mengatur cahaya dan ventilasi dalam
rumah

- Menghindari kebiasaan menggantung


pakaian didalam rumah

- Menanam tanaman pengusir nyamuk,


contoh : Serai, jeruk.

4. Mendemonstrasikan cara pemilahan


sampah kering dan basah

Dokumentasi hasi dari intervensi mmk ke 2


Before after
Lampiran 1
SAP ( Satuan Acara Peyuluhan )

Sub pokok Bahasan : Hipertensi


Sasaran : Masyarakat Kelurahan Tobekgodang RW15
Waktu : 40 Menit
Tanggal : 20 Juli 2019
Tempat : MDA Perumahan Rajawali Sakti

A. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 40 Menit, masyarakat mampu memahami tentang
masalah hipertensi
B. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Hipertensi selama 40 Menit, diharapkan masyarakat
dapat :
1. Menjelaskan kembali pengertian dari Hipertensi
2. Menyebutkan kembali penyebab Hipertensi
3. Menyebutkan kembali tanda dan gejala Hipertensi
4. Menjelaskan kembali proses penyakit Hipertensi
5. Menyebutkan kembali komplikasi Hipertensi
6. Menjelaskan kembali cara pencegahan Hipertensi
7. Menjelaskan kembali cara perawatan Hipertensi

C. Materi Penyuluhan
1. Materi Hipertensi
2. Subpokok Pembahasan
a. Pengertian hipertensi
b. Penyebab hipertensi
c. Tanda dan gejala hipertensi
d. Proses penyakit hipertensi
e. Komplikasi Hipertensi
f. Cara pencegahan hipertensi
g. Cara perwatan hipertensi

D. Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Diskusi dan Tanya jawab

E. Media
Leaflet

F. Proses Pelaksanaan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran


1 5 Menit Pembukaan 1. Menjawab salam
1. Salam pembuka 2. Memperhatikan
2. Memperkenalkan diri 3. memperhatikan
3. Menyebutkan materi yang akan
diberikan

2 20 Menit Pelaksanaan Memperhatikan


1. Pengetian Hipertensi
2. Penyebab hipertensi
3. Tanda dan gejala hipertensi
4. Proses penyakit hipertensi
5. Komplikasi hipertensi
6. Cara pencegahan hipertensi
7. Cara perawatan hipertensi
3 10 Menit Evaluasi 1. Bertanya dan
1. Memberikan kesempatan untuk mendengar
bertanya jawaban
2. Meminta masyarakat menjelaskan 2. Tanya jawab
tentang materi hipertensi sekaligus
pemberian
Dorprize
3. Menjelaskan
materi
4 5 Menit Terminasi 1. Memperhatikan
1. Mengucapkan terimakasih atas 2. Menjawab salam
perhatian yang diberikan
2. Mengucapkan salam

G. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan adalah :
1. Evaluasi Struktur
a. Pengorganisasian dilaksanakan sebelum pelaksanaan kegiatan
b. Kontrak dengan masyarakat
c. Pelaksanaan kegiatan dilakasanakan sesuai Satuan Acara Penyuluhan ( SAP)
2. Evaluasi Proses
Masyarakat antusias dalam menyimak uraian materi penyuluhan tentang hipertensi
3. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan penyuluhan 45 menit sasaran mampu :
a. Masyarakat mampu menjelaskan pengertian hipertensi
b. Masyarakat mampu menyebutkan penyebab hipertensi
c. Masyarakat mampu menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
d. Masyarakat mampu menjelaskan proses penyakit hipertensi
e. Masyrakat mampu menyebutkan komplikasi hipertensi
f. Masyarakat mampu menjelaskan pencegahan hipertensi
g. Masyarakat mampu menjelaskan cara perawatn hipertensi
Lampiran 2
SAP ( Satuan Acara Peyuluhan )

Sub pokok Bahasan : Perilaku Hidup Bersih Sehat ( PHBS )


Sasaran : Masyarakat Kelurahan Tobekgodang RW15
Waktu : 40 Menit
Tanggal : 20 Juli 2019
Tempat : MDA Perumahan Rajawali Sakti

A. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 40 menit diharapkan masyarakat dapat mengerti apa
itu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, serta mengerti apa manfaat dari Perilaku Hidup Bersih
Dan Sehat
B. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang PHBS selama 40 Menit, diharapkan masyarakat
dapat
1. Masyarakat dapat menyebutkan pengertian PHBS dengan benar
2. Masyarakat dapat menyebutkan bidang PHBS dengan benar
3. Masyarakat menyebutkan manfaat PHBS dengan benar
4. Menyebutkan indicator PHBS dengan benar
5. Menyebutkan jenis Perilaku Hidup Sehat terhadap diri sendiri

C. Materi Penyuluhan
1. Pengertian PHBS
2. Bidang PHBS
3. Manfaat PHBS di rumah tangga
4. Indicator PHBS
5. Jenis Perilaku hidup sehat terhadap diri sendiri
D. Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Diskusi dan Tanya jawab

E. Media
Leaflet /Handout
Laptop
LCD/power point

F. Proses Pelaksanaan

N Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran


o
1 5 Menit Pembukaan 1. Menjawab salam
1. Salam pembuka 2. Memperhatikan
2. 2. Memperkenalkan diri 3. memperhatikan
3. Menyebutkan materi yang akan diberikan

2 20 Menit Pelaksanaan 1. Memperhatikan


1. Pengetian PHBS 2. Tanya jawab
2. Bidang PHBS sekaligus
3. Manfaat PHBS pemberian
4. Indikator PHBS Dorprize
5. Jenis Perilaku Hidup Sehat terhadap
diri sendiri
3 10 Menit Evaluasi 1. Bertanya dan
1. Memberikan kesempatan untuk mendengar
bertanya jawaban
2. Meminta masyarakat menjelaskan
2. Menjelaskan
tentang materi PHBS materi
4 5 Menit Terminasi 1. Memperhatika
1. Mengucapkan terimakasih atas 2. Menjawab salam
perhatian yang diberikan
2. Mengucapkan salam

G. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan adalah :
4. Evaluasi Struktur
d. Pengorganisasian dilaksanakan sebelum pelaksanaan kegiatan
e. Kontrak dengan masyarakat
f. Pelaksanaan kegiatan dilakasanakan sesuai Satuan Acara Penyuluhan ( SAP)
5. Evaluasi Proses
Masyarakat antusias dalam menyimak uraian materi penyuluhan tentang PHBS
6. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan penyuluhan 40 menit sasaran mampu :
a. Masyarakat mampu menjelaskan PHBS
b. Masyarakat mampu menyebutkan bidang PHBS
c. Masyarakat mampu menjelaskan manfaat PHBS
d. Masyarakat mampu menjelaskaskan Indikator PHBS
e. Masyrakat mampu menjelaskan perilaku hidup sehat terhadap diri
sendiri

Anda mungkin juga menyukai