Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1
A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

nasional yang dilandaskan oleh pemerintah dalam rangka mewujudkan

kesejahteraan hidup bagi setiap penduduk. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

adanya kerjasama lintas sector dari semua instansi terkait termasuk di dalamnya

peran serta masyarakat beserta pihak kesehatan. (Wikipedia. 2010)

Masa globalisasi menuntut adanya perkembangan dan perubahan di segala

bidang salah satu diantaranya adalah bidang kesehatan. Dengan berbagai inovasi

yang dilakukan di bidang kesehatan, perubahan bidang ilmu pengetahuan dan

tekhnologi, maka terjadi peningkatan usia harapan hidup warga Indonesia dan ini

memberikan dampak tersendiri dalam upaya peningkatan derajat/status kesehatan

penduduk.

Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai

peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah merupakan hakekat

pembangunan kesehatan yang termuat di dalam Sistem Kesehatan Nasional

(SKN) dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang

optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Agar

tujuan tersebut dapat tercapai secara optimal, diperlukan partisipasi aktif dari

seluruh anggota masyarakat bersama petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan

telah diberlakukannya UU No. 23 tahun 1992 yaitu pasal 5 yang menyatakan

bahwa setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan lingkungan,

(Kemenkes, 2013)

Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia di berbagai bidang

kehidupan mengakibatkan pergeseran pola kehidupan masyarakat diantaranya

bidang kesehatan. Dengan berkembangnya Paradigma “Sehat-Sakit”, saat ini

2
telah terjadi pergeseran, antara lain: perubahan upaya kuratif menjadi upaya

preventif dan promotif, dan segi kegiatan yang pasif menunggu masyarakat

berobat ke unit-unit pelayanan kesehatan menjadi kegiatan penemuan kasus yang

bersifat aktif. Hal ini akan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada

masyarakat untuk ikut berperan serta secara aktif dalam upaya peningkatan status

kesehatannya.

Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek

pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu

dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya dan

mengikuti seluruh kegiatan kesehatan komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan

masalah kesehatan sampai penanggulangan masalah dengan melibatkan individu,

keluarga dan kelompok dalam masyarakat.

Keperawatan komunitas merupakan salah satu bentuk pelayanan

keperawatan yang didasari dengan ilmu keperawatan yang memberikan

pelayanan pada individu keluarga dan masyarakat dengan menggunakan keluarga

sebagai unit pelayanan dan komunitas sebagai target pelayanan dengan focus

pada kesehatan dan pencegahan penyakit. Dalam rangka mempersiapkan tenaga

keperawatan yang profesional, maka program profesi keperawatan (NERS)

STIKES Bhakti husada bengkulu melakukan praktek kerja lapangan keperawtan

komunitas di Sukabumi Kecamatan Lebong Sakti Kabupaten Lebong Provinsi

Bengkulu. dari tanggal 06 November 2019 sampai 29 November 2019. Pada

praktek keperawatan komunitas ini, digunakan dua pendekatan yaitu ;

Pendekatan Keluarga dan pendekatan Masyarakat.

Pendekatan keluarga dilakukan dengan cara masing-masing keluarga

membimbing 1 keluarga binaan dan 2 keluarga resume di Sukabumi Kecamatan

Lebong Sakti Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu, pendekatan masyarakat

3
dilakukan dengan cara memberi informasi-informasi yang terkait dengan

permasalahan kesehatan yang muncul di wilayah kerja tersebut, dan merupakan

bentuk nyata dari peran serta masyarakat di Sukabumi Kecamatan Lebong Sakti

Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu. Dan melalui pemberian informasi

kesehatan ini diharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan sehingga

berperan dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada individu,

keluarga, dan masyarakat untuk selanjutnya.

Dalam pelaksanaan praktek keperawatan komunitas ini selalu diupayakan

penerapan ilmu pengatahuan dari mahasiswa ke masyarakat. Penerapan ilmu

pengetahuan ini dilakukan dengan cara pendekatan pada keluarga binaan,

keluarga resume dan warga melalui kegiatan penyuluhan kesehatan mengenai

permasalahan kesehatan yang rentan timbul di wilayah Sukabumi Kecamatan

Lebong Sakti Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu, sebagai strategi utama

dalam memberi bekal pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat untuk

mengatasi masalah kesehatannya.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menginformasikan aplikasi asuhan keperawan komunitas di wilayah

Sukabumi Kecamatan Lebong Sakti Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui masalah kesehatan yang muncul di wilayah desa Sukabumi

Kecamatan Lebong Sakti Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu.

b. Tujuan dari POA (Plan Of Action) atau rencana kegiatan guna

mengatasi permasalahan kesehatan yang timbul di wilayah desa

4
Sukabumi Kecamatan Lebong Sakti Kabupaten Lebong Provinsi

Bengkulu.

c. Diketahui implementasi atau tindakan keperawatan atau tindakan

keperawatan meliputi penyuluhan-penyuluhan serta pembinaan

posyandu di wilayah desa Sukabumi Kecamatan Lebong Sakti

Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu.

d. Diketahui evaluasi dari implementasi tindakan keperawatan di wilayah

desa Sukabumi Kecamatan Lebong Sakti Kabupaten Lebong Provinsi

Bengkulu.

e. Diketahui rencana tindak lanjut dalam bidang kesehatan yang dilakuakn

oleh warga di wilayah desa Sukabumi Kecamatan Lebong Sakti

Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu, setelah masa komunitas

mahasiswa berakhir

C. Manfaat

a. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil laporan kegiatan ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi

guna menunjang proses belajar mengajar di STIKES Bhakti Husada Bengkulu

Program Studi Keperawatan.

b. Bagi Mahasiswa

Diharapkan hasil laporan kegiatan ini dapat menambah wawasan serta

pengetahuan dari mahasiswa tentang fenomena kesehatan yang ada

dimasyarakat khususnya diperkotaan, sehingga dapat menjadi modal untuk

menjadi tenaga perawat yang profesional.

c. Bagi Masyarakat

Diharapkan hasil laporan kegiatan ini dijadikan gambaran permasalahan

kesehatan yang rentan muncul diwilayah tersebut dan menambah pengetahuan

5
dari masyarakat untuk berperan serta dalam mengatasi permasalahan

kesehatan yang ada serta menjadi bahan pembinaan masyarakat dalam bidang

kesehatan pada masa yang akan datang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Keperawatan Komunitas

1. Pengertian Keperawatan Komunitas

Model keperawatan komunitas disusun mengacu pada model

teori-teori yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Selanjutnya salah

satu teori keperawatan yang dapat menjadi acuan untuk mengembangkan

model keperawatan adalah teori dari Betty Neuman (2002) yang menekankan

pendekatan total untuk mengatasi masalah kesehatan. Model dari Neuman

pada dasarnya mengandung esensi utama pengaruh lingkungan. Masalah

kesehatan yang timbul tergantung pada besarnya stresos dan derajat reaksi

masyarakat, pencegahan primer, sekunder dan tersier. Konsep model Neuman

didasari teori system yang terdiri dari individu, keluarga, kelompok dan

komunitas yang merupakan target pelayanan kesehatan.

Menurut WHO (2002), komunitas adalah kelompok social yang

ditentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang

sama serta adanya saling mengenal dan interaksi antar anggota masyarakat.

Pengertian keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan

profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan kelompok

6
resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui

pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin

keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan

masyarakat sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

pelayanan keperawatan.

George merumuskan pengertian komunitas sebagai “ people living

within a specific area, sharing chammon ties, and interacting with one

another “ ( orang-orang yang hidup disuatu wilayah tertentu dengan ikatan

bersama dan satu dengan yang lain saling berinteraksi ). Sementara itu,

Cristenson dan Robinson (seperti dikutip oleh Fredian Tonny, 2003) melihat

bahwa konsep komunitas mengandung 4 komponen yaitu :

a. People

b. Place or territory

c. Social interaction

d. Psychological identification

Sehingga kemudian mereka merumuskan pengertian komunitas sebagai

“ People the live within a geographically bouded are who are involved in

social interaction and have one or more Psychological ties with each other

an with the place in which the live “ (orang-orang yang bertemapt tinggal

di suatu daerah yang berbatasan secara geografis yang terlihat dalam inteaksi

social dan memiliki satu atau lebih ikatan psikologi satu dengan yang lain

dan dengan wilayah tempat tinggalnya).

Pengembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yang telah di

jalankan selama ini masih memperlihatkan adanya ketidak sesuaian antara

7
pendekatan pembangunan masyarakat dengan tanggapan masyarakat,

manfaat yang diperoleh dan pastisipasi masyarakat yang diharapkan.

Meskipun di dalam Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang

kesehatan telah ditegaskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan masyarakat

salah satunya adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi

masalah kesehatannya. Oleh karena itu pemerintah maupun pihak-pihak yang

mempunyai perhatian cukup besar terhadap pembangunan masyarakat

termasuk perawat spesialis komunitas perlu mencoba mencari terobosan yang

kreatif agar program-program tersebut dapat dilaksanakan secara optimal dan

berkesinambungan.

Keperawatan komunitas merupakan bentuk pelayanan/asuhan langsung

yang berfokus pada kebutuhan dasar komunitas yang berkaitan dengan

kebiasaan masyarakat, pola perilaku masyarakat yang tidak sehat maupun

ketidakmampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan internal

dan eksternal. Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan

peningkatan kesehatan masyarakat melalui :

a. Pelayanan keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan

kelompok dalam konteks komunnitas

b. Perhatian langsung terhadap kesehatan ke seluruh masyarakat dan

mempertimbangkan bagaimana masalah atau isu kesehatan

masyarakat mempengaruhi individu, keluarga dan masyarakat.

Proses keperawatan komunitas dilakukan melalui 3 langkah yaitu :

a. Diagnosa keperawatan yang ditunjang dengan data dasar : fisiologi,

psikologi, sosiokultural, perkembangan masyarakat dan spiritual.

8
b. Tujuan keperawatan : termasuk negosiasi dengan klien/masyarakat

untuk mengkoreksi hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.

c. Hasil yang diharapkan adalah strategi intervensi pencegahan.

2 Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas


Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan
kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya berikut ini:
1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,
keluarga, dan kelompok dalam konteks komunitas.
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dan mempertimbangkan bagaimana masalah atau
isu kesehatan masyarakat dapat memengaruhi keluarga, individu, dan
kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
2. Menetapkan dan memprioritaskan masalah kesehatan
3. Merumuskan serta memecahkkan masalah
4. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi
yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara
kesehatan secara mandiri (self care).

2.1.3 Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas


Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk
individu, keluarga, dan kelompok, baik yang sehat maupun yang sakit,
khususnya mereka yang berisiko tinggi dalam masyarakat.
1. Individu
Individu adalah anggota keluarga sebagai kesatuan utuh dari aspek
biologi, psikologi, sosial, dan spiritual. Peran perawat komunitas disini
adalah membantu individu agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
karena adanya kelemahan fisik dna mental yang dialami, keterbatasan
pengetahuannya, dan kurangnya kemauan menuju kemandirian.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan
tinggal dalam satu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan
perkawinan atau adopsi. Antara keluarga yang satu dengan yang
lainnya saling bergantung dan berinteraksi. Dan fokus pelayanan
kesehatan yang strategis adalah keluarga.
3. Kelompok Khusus
Kelompok khusus merupakan sekumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, usia, permasalahan (problem), serta kegiatan
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Berikut
ini kelompok khusus yang ada di masyarakat dna institusi yang
diklasifikasikan berdasarkan permasalahan dan kebutuhan yang mereka
hadapi:
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai
akibat perkembangan dan pertumbuhan (growth development)
seperti: kelompok ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi, anak
balita, anak usia sekolah dan kelompok usia lanjut.
9
b. Kelompok khusus dengan kesehatan khusus yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan, seperti:
penderita penyakit menular, penderita penyakit tidak menular, dan
kelompok cacat yang memerlukan rehabilitasi.

2.1.4 Strategi Keperawatan Kesehatan Komunitas


Berikut ini adalah strategi keperawatan kesehatan komunitas:
1. Proses kelompok (Group process)
2. Pendidikan kesehatan (Health promotion)
3. Kerja sama (Partnership)

2.1.5 Falsafah Keperawatan Kesehatan Komunitas


Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada
paradigma keperawatan secara umum, yaitu manusia yang merupakan titik
sentral dari setiap upaya pembangunan kesehatan yang menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan dan bertolak dari pandangan ini disusunlah
paradigma keperawatan komunitas yang terdiri atas empat komponen dasar
yaitu manusia, kesehatan (konsep sehat-sakit), lingkungan, dan
keperawatan.

2.2 Proses Asuhan Keperawatan Kesehatan Komunitas


2.2.1 Definisi Proses Keperawatan Kesehatan Komunitas
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan
yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinu, dan berkesinambungan
dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok
serta masyarakat melalui langkah-lagkah seperti pengkajian, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010)
Keperawatan kesehatan komunitas berorientasi pada proses pemecahan
masalah yang dikenal dengan proses keperawatan (nursing proses), yaitu
suatu metode ilmiah dalam keperawatan yang dapat
dipertanggungjawabkan sebagai cara terbaik dalam memberikan pelayanan
keperawatan yang sesuai respon manusia dalam menghadapi masalah
kesehatan. Langkah-langkah dalam proses keperawatan kesehatan
komunitas adalah pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Dalam penerapan proses keperawatan, terjadi proses alih peran
dari tenaga keperawatan kepada klien (sasaran) secara bertahap dan
berkelanjutan untuk mencapai kemandirian sasaran dalam menyelesaikan
masalah kesehatannya (Depkes RI, 2006; dikutip dari Ferry Efendi dan
Makhfudli, 2009)
2.2.2 Tujuan dan Fungsi Proses Keperawatan Kesehatan Komunitas
10
1. Tujuan proses keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan
dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai
berikut:
a. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau
isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga,
individu, dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami;
b. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut;
c. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan;
d. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;
e. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka
hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam
memelihara kesehatan secara mandiri (self care).
2. Fungsi keperawatan komunitas
Adapun proses keperawatan komunias berfungsi sebagai:
a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah
bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan
masalah klien melalui asuhan keperawatan.
b. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.
c. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan
peran serta masyarakat.
d. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan
penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat
mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2006).
B. Aplikasi Proses Keperawatan Komunitas

a. Pengorganisasian Komunitas

Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas adalah dengan

meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat

kesehatan salah satu bentuknya adalah tahap-tahap berikut :

1. Tahap Persiapan

pemeliharaan area, kontrak, interaksi dengan masyarakat yang

bertujuan untuk terbinanya rasa saling percaya

11
2. Tahap Pengorganisasian

a. Pengidentifikasian maslaah kesehatan

b. Pembentukan POA (Plan Of Action)

3. Tahap Edukasi

Mengadakan pertemuan secara teratur dengan warga dilingkungan

kerja dengan menyampaikan informasi-informasi kesehatan terkait

dengan maslah kesehatan yang muncul.

4. Tahap Akhir

Mengikuti pengevaluasian tindakan keperawatan

b. Proses Keperawatan Komunitas

Setelah pengorganisasian keperawatan komunitas dilaksanakan sehingga

terbentuk POA (Plan Of Action), maka untuk mengatasi masalah

kesehatan komunitasa memakai konsep keperawatan komunitas yang

merupakan suatu pendekatan, yang terdiri atas 5 tahap, yaitu :

1. Pengkajian, yang perlu dikaji :

Data inti (demografi masyarakat) : Usia, pendidikan, jenis kelamin,

pekerjaan, agama, nilai-nilai keyakinan serta riwayat timbulnya

komunitas. Delapan sub system yang mempengaruhi komunitas :

Perumahan, pendidikan komunitas, keamanan serta keselamatan,

politih dan kebijaksanaan pemerintah, sistim ekonnomi, komunikasi

dan rekreasi.

2. Diagnosa Keperawatan Komunitas

12
Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi komunitas terhadap

stressor yang ada selanjutnya dirumuskan dalam komponen

problem/masalah, etiologi/penyebab dan data penunjang.

3. Perencanaan

Perencanaan meliputi strategi intervensi : Proses kelompok,

pendidikan kesehatan, dan kerjasama dengan masyarakat

4. Pelaksanaan

Perawat komunitas bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan

yang telah direncanakan : Penyebaran Informasi, pendidikan

pelatihan, pergerakan masa (kerja bakti warga binaan), Peningkatan

motivasi untuk meningkatkan derajat kesehatan

5. Penilaian

Merupakan respon komunitas terhadap program yang tidak

dilaksanakan dengan pembagian : tujuan jangka panjang, yaitu

perubahan masyarakat dan tujuan jangka pendek yaitu tujuan sesuai

dengan kriteria evaluasi.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. PROFIL DESA SUKABUMI

13
Desa Sukabumi Kecamatan Lebong Sakti terbentuk sejak tanggal 18 juni 2004.

Undang-Undang No. 05 Tahun 1979 tentang Pemerintahan kecamatan/Kelurahan

dan Peraturan Dalam Negeri No. 02 Tahun 1980 tentang Pedoman Pembentukan,

Pemecahan, Pemekaran, Penyatuan dan Penghapusan Kelurahan/desa. Semula

dusun mekar sari masuk dalam wilayah desa bukit peninjauan II kecamatan

sukaraja kabupaten seluma,. Adapun struktur pemerintahan, adalah sebagai

berikut :

1) Kepala Desa : Suhadi

2) Sekretaris Desa : Medi Supriadi

3) Kepala urusan keuangan : Yudianto

4) Kepala urusan Perencanaan : Deni Saputra

5) Kepala urusan tata usaha dan umum : Resco

6) Kepala seksi pemerintahan : Rahmadiyanto

7) Kepala seksi Pelayanan : Resiyati

Desa Sukabumi yang secara administratif berbatasan dengan :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Garut Kecamatan Amen

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Bungai Kecamatan Lebong

Tengah

3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Lemeupit Kecamatan Lebong Sakti

4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Embong Panjang Kecamatan Lebong

Tengah

14
Desa Sukabumi memiliki penduduk berjumlah 1141 jiwa dan 348 KK.

Jenis Kelamin Jumlah


Laki-laki 562 jiwa
Perempuan 579 jiwa
Jumlah 1141 jiwa

Desa Sukabumi merupakan salah satu pusat pertumbuhan ekonomi. Penduduk

Desa Sukabumi terdiri dari berbagai suku bangsa (heterogen). Sebagian besar

penduduk Desa Sukabumi bermata pencaharian buruh tani, PNS, swasta dan

pedagang. Data penduduk menurut mata pencaharian Desa Sukabumi tahun

2019:

Mata Pencaharian Jumlah


PNS 71 jiwa
Buruh tani 367 jiwa
Swasta 265 jiwa
Jumlah 703 jiwa

Penduduk Desa Sukabumi menurut agama, dapat dilihat dalam tabel di bawah

ini :

Agama Jumlah
Islam 1141 jiwa
Jumlah 1141 jiwa

Jumlah fasilitas kesehatan di Desa Sukabumi Kecamatan Lebong Sakti

Kabupaten Lebong, dapat dilihat dalam tabel di bawah ini

15
Faskes JUMLAH
Praktek Bidan 2
Praktek perawat 1
JUMLAH 3

Jumlah penduduk Desa Sukabumi menurut tingkat pendidikan dapat dilihat

dalam tabel di bawah ini :

No Pendidikan Jumlah
1 Tamat Sarjana 93 jiwa
2 Tamat SMA 343 jiwa
3 Tamat SMP 112 jiwa
4 Tamat SD 242 jiwa
5 Sedang Sekolah 242 jiwa
6 Belum Sekolah 63 jiwa
7 Jumlah 1095 jiwa

Jenis populasi ternak di Desa Sukabumi, dapat di lihat dalam tabel di bawah ini :

No Ternak Jumlah
1 Ayam 16500
2 Bebek 4500
3 Kambing 115
Jumlah 21115
B. TAHAP PERSIAPAN

Pada tahap persiapan langkah awal yang dilakukan oleh mahasiswa

adalah mengidentifikasi sumber-sumber yang ada di masyarakat dengan

menggunakan pengkajian guna mendapatkan data-data yang diperlukan untuk

mengaplikasikan Asuhan Keperawatan di Desa Sukabumi Kecamatan Lebong

Sakti Kabupaten Lebong.

16
Pada tahap awal mahasiswa mempersiapkan instrument (angket) sebagai

alat pengkajian dimana proses pengkajian dilaksanakan tanggal 06 – 08

November 2019. Dari hasil pengkajian yang didapatkan selanjutnya langkah

kedua yang dilakukan mahasiswa adalah melakukan pendekatan kepada kepala

desa dan perangkat, tokoh-tokoh masyarakat, kader-kader posyandu, tokoh-tokoh

agama, dan tokoh-tokoh pemuda di Desa Sukabumi Kecamatan Lebong Sakti

Kabupaten Lebong, setelah berhasil melakukan pendekatan mahasiswa bersama

kepala desa dan perangkat desa merencanakan pertemuan pertama.

Pertemuan pertama dengan masyarakat dilaksanakan pada tanggal 06

November 2019 di hadiri oleh tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh agama,

kepala desa, perangkat desa, kader posyandu balita dan lansia. Pada pertemuan

pertama diawali dengan Sosialisasi/perkenalan mahasiswa kepada warga dan

penjelasan tujuan Praktek kerja lapangan Keperawatan Komunitas di Desa

Sukabumi Kecamatan Lebong Sakti Kabupaten Lebong.

Pada pertemuan kedua tanggal 16 November 2019 antara mahasiswa

dengan warga yaitu pada kegiatan MMD (musyawarah masyarakat desa) di balai

desa sukabumi, sekaligus melakukan penyuluhan tentang hipertensi didapat

informasi masalah kesehatan dari para ibu ( Kebiasaan hidup sehat pada

anak-anak, Hipertensi, Reumatik, kesehatan reproduksi). Pertemuan kedua

tersebut diakhiri dengan pembuatan kontrak melakukan penyuluhan pada anak

sekolah dasar dan sekolah menengah atas.

Langkah awal Asuhan Keperawatan Komunitas adalah melakukan

pengkajian data dengan cara pengumpulan data. Pengumpulan data di desa

sukabumi kecamatan lebong sakti kabupaten lebong. Dilakukan oleh mahasiswa

dengan menggunakan format pengkajian, lembar observasi dan wawancara

terstruktur.

17
C.TAHAP PELAKSANAAN

1. PENGKAJIAN

a. Data Demografi

Wilayah Desa Sukabumi Kecamatan Lebong Sakti Kabupaten

Lebong terdiri dari ± 348 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah warga

± 1141 jiwa dengan jenis kelamin laki-laki 562 jiwa, perempuan 579 jiwa.

b. Pendidikan

Pendidikan kepala keluarga (KK) terbanyak pada tingkat sekolah

dasar (SD) 59 jiwa (44%), tidak sekolah 32 jiwa (24%), sekolah

menengah pertama (SMP) 25 jiwa (18%), sekolah menengah atas (SMA)

14 jiwa (10%) dan tingkat serjana sederajat (S1) 5 jiwa (4%).

c. Nilai dan Keyakinan

Suku bangsa keluarga di Desa Sukabumi mayoritas suku Jawa

sebanyak 917 jiwa, Rejang 136 jiwa, Padang 39 jiwa, Melayu 49 jiwa,

Btak 4 jiwa.

Agama yang terbanyak dianut keluarga di desa Sukabumi yaitu Islam

sebanyak 1141 jiwa (100%).

d. Ekonomi

Pekerjaan atau mata pencaharian kepala keluarga terbanyak adalah

petani/buruh 353 kk (64%), wiraswasta 202 kk (24%) serta PNS sebanyak

3 KK (11%),

e. Pelayanan Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi

kepala keluarga dan keluarganya adalah Puskesmas sebanyak 89 % jika

18
sakit keluarga membawa ke pelayanan Kesehatan (Puskesmas,Mantri,

Bidan), 5% Membawa ke alternatif Dukun dan sisanya 6% membiarkan

sampai sembuh dan membeli obat di warung..

f. Keamanan dan Transportasi

Keadaan keamanan di Desa Sukabumi Kecamatan Lebong Sakti

Kabupaten Lebong secara umum aman, siskamling aktif dan ada hansip.

Bila ada masalah keamanan biasanya diselesaikan dengan cara

kekeluargaan.

Transportasi yang digunakan masyarakat adalah mobil, sepeda

motor dan sebagian kecil warga berjalan kaki. Keadaan jalan baik untuk

dilalui kendaraan beroda dua ataupun beroda empat.

g. Politik dan Pemerintahan

Pada Desa Sukabumi Kecamatan Lebong Sakti Kabupaten Lebong

tidak terdapat organisasi politik.

h. Komunikasi

Warga pada Desa Sukabumi Kecamatan Lebong Sakti Kabupaten

Lebong rata-rata berkomunikasi sehari-harinya menggunakan bahasa

jawa, melayu dan bahasa rejang. Warga menerima informasi lewat media

elektronik dan media cetak. Sarana komunikasi yang biasa digunakan

oleh warga adalah pengeras suara di masjid dan undangan tertulis yang

disampaikan oleh Kepala desa dan perangkatnya.

i.Lingkungan Fisik

Keadaan rumah di desa sukabumi diperolah bahwa 67 % keadaan

rumah pencahayaan cukup, 31% ventilasi cukup, 1% ruangan tidak

lembab dan 1 % cahaya matahari masuk rumah. Kebiasaan membuka


19
jendela 83% sering/setiap hari membuka jendela, 15 5 kadang-kadang

dan 2% tidak pernah.

Pengunaan halaman rumah 68 % keadaan halaman rumah di tanam

kembang/bunga, 19 % tidak ada tanaman apa-apa dan 13 % ditanam

tanaman obat. Serta cara pengo;ahan sampah keluarga sebagian besar

59% pengelolaan sampah di bakar, 30% di buang ke tong sampah, 4% di

buang terbuka,4% di buang kompos, 2% di buang ke sungai.

Sumber air minum masyarakat sukabumi 80 % mengunakan

sumber air minum sumur gali, 17% membeli dan 3 % ke sungai.

Keadaan air minum yang digunakan 79 % tidak berbauh,bewarna dan

berasa, 12% keruh, 6% air bewarna, berasa, berbau.

Jenis jamban yang dipakai keluarga 72% septik taank, 17 % leher

angsa, 6 % kakus cemplung dan 5 % sungai. Keluerga yang menguras

bak mandi bila sudah kotor sebanyak 53% membersikan 1 minggu sekali,

34 % membersikan bak mandi seminggu 2-3 kali,7% tidak pernah dan

7% >2minggu sekali.

Saluran limbah runah tangga sebanyak 38 % tidak ada saluran

limbah, 30 % ada saluran l;imbah dan kedap air, 21% lain-lainya dan

11 % ada limbah tergenang.keluarga yang memiliki kandang ternak 62 %

tidak punya ternak, 28 % kandang dekat rumah, 5 % kandang jauh dari

rumah dan 5 % kandang menyatu dengan rumah.

2. Metode Pengumpulan Data

Dalam mendapatkan data-data pengkajian komunitas mahasiswa

menggunakan metode pengumpulan data primer dan sekunder, data primer

diperoleh dari penyebaran angket, observasi, dan wawancara, sedangkan data

sekunder diperoleh dari arsip desa, laporan dari puskesmas dan posyandu

yang ada di Desa Sukabumi Kecamatan lebong sakti kabupaten lebong,

20
Pengumpulan data dilaksanakan 3 hari dari tanggal 6 November sampai 8

november 2019, dalam penyebaran angket dilakukan dari rumah kerumah

warga dan dalam pengisiannya didampingi oleh mahasiswa, adapun data

sebagai berikut.

Gambar 1. Diagram penghasilan rata- rata masyarakat desa Sukabumi

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari hasil pengumpulan data yg di lakukan di peroleh penghasilan
rata-rata di peroleh 52% masyarakat berpenghasilan >1.000.000, 30%
berpenghasilan 500.000-1.000.000 dan 18% berpenghasilan <500.000.

Gambar 2. Diagram Pengeluaran rata-rata masyarkat desa Sukabumi

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari hasil pengumpulan data yg di lakukan di peroleh pengeluaran
rata-rata 34% masyarakat pengeluaran 500.000-1.000.000, 33% pengeluaran
<500.000 dan 33% pengeluaran >1.000.000

Gambar 3. Diagram anggota keluarga apakah ada yang sakit.

21
Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas

Dari Diagram di atas di peroleh 87 % masyarkat yang di survei tidak


sedang sakit sedangkan 13 % sedang sakit.

Gambar 4. Diagram Yang di lakukan jika keluarga ada yang sakit

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas

Dari Diagram di atas di peroleh 89 % jika sakit keluarga membawa ke

pelayanan Kesehatan (Puskesmas,Mantri, Bidan), 5% Membawa ke alternatif

Dukun dan sisanya 6% membiarkan sampai sembuh dan membeli obat di

warung.

Gambar 5.Diagram Alasan Keluarga Membawa Berobat

22
Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas

Dari Diagram di atas di peroleh alasan keluarga membawa berobat

adalah 74% karena dekat, 13 % karena cepat sembuh, 13 % biayanya murah.

Gambar 6. Diagram Jarak Rumah ke Pelayanan Kesehatan

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas

Dari Diagram di atas di peroleh jarak rumah ke pelayanan kesehatan

sebanyak 71% >500 meter dan 29% < 500 meter.

23
Gambar 7. Diagram Informasi kesehatan Yang pernah di dapat

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas

Dari Diagram diatas di peroleh 70% ada menerima informasi

kesehatan, 29 % tidak menerima informasi kesehatan dan 1 % tidak tau.

Gambar 8. Informasi Kesehatan yang di butuhkan

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas

Dari Diagram di atas Diperoleh Informasi yang di butuhkan saat ini

sebanyak 48 % tentang penyakit lansia, 23 % tentang penyakit Balita, 19 %

Tentang Kesehatan Remaja dan 10% kesehatan reproduksi.

24
Gambar 9. Diagram Sumber informasi

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas

Dari Diagram diatas di peroleh bahwa 63 % sumber informasi

kesehatan di peroleh dari petugas kesehatan, 19 % dari Media, 15 % dari

mulut ke mulut dan 3 % tidak tau.

Gambar 10. Diagram anggota Keluarga yang hamil

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas

Dari Diagram di atas di peroleh 4 orang yang sedang hamil.

25
Tabel 11. Diagram jumlah kehamilan

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari Diagram di atas di peroleh 2 orang hamil trisemester pertama, 1
orang trisemester dua dan 1 orang trisemester tiga.

Gambar 12. Diagram Pernah keguguran

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari Diagram di atas di peroleh 2 % atau 2 orang pernah keguguran.

Gambar 13. Diagram Berapa Kali Melahirkan

26
Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas
Dari Diagram diatas diperoleh 1 % tau 1 orang 1 kali melahiran, 1
orang 2-3 kali melahirkan
Gambar 14. Diagram Tempat Pemeriksaan kehamilan.

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari Diagram di atas di peroleh 4% memriksakan kehamilan di
pasilitas kesehatan.

Gambar 15. Diagram Ibu Hamil memilki KMS

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari Diagram diatas di peroleh bahwa 3% memilki buku KMS dan 1%
tidak memilki KMS.

Gambar 16. Diagram Imunisasi TT

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas

27
Dari Diagram di atas di peroleh bahwa imunisasi lengkap sebanyak
3 % dan 1 % tidak lengkap.

Gambar 17. Diagram keluhan yang di rasakan

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari Diagram di atas di peroleh bahwa 2% tidak ada, 1 % Pusing, 1 %
tidak napsu makan,mual.

Gambar 18. Diagram Obat yang diminum saat hamil

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari Diagram diatas diperoleh 1 % tidak ada, 3 % ada.

Gambar 19. Diagram Mengkonsumsi makanan lebih

28
Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas
Dari Diagram diatas di peroleh bahawa 3 % tidak mengkonsumsi
makanan lebih, 1 % mengkonsumsi makanan lebih.
Gambar 20. Diagram informasi yang di ketahui tentang kehamilan

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari Diagram di atas di peroleh bawa 1 %tidak ada, 3 % ada.

Gambar 21. Diagram Informasi Kesehatan ibu yang dibutuhkan

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas

Dari Diagram diatas di peroleh bahwa 1 % tidak ada, 2% perawatan


kehamilan dan 1 % senam ibu hamil.

Gambar 22. Diagram Rencana Kontrasepsi.

29
Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas
Dari Diagram diatas diperoleh bahwa 2% ada dan 2 % tidak ada

Gambar 23. Diagram Penyakit di derita bayi

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari Diagram diatas di peroleh bahwa 16% penyakit Batuk, Pilek, 9%
tidak ada dan 1 5 penyakit lainya.

Gambar 24. Diagram Jenis makanan Selain Asi

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari Diagram diatas Diperoleh bahwa 15 % nasi biasa, buah, 10 %
biskuit,roti, nasi tim lunak dan buah

30
Gambar 25. Diagram Pengelolaan Makanan

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas

Dari Diagram diatas Diperoleh bahawa 15 % di cuci dahulu dan dimasak


sampai lunak 6% di cuci dahulu baru dipotong dan dimasak tapi tidak
sampai lunak dan 5% di potong dahulu baru di cuci dan dimasak sampai
lunak

Gambar 26. Diagram Bayi Imunisasi Lengkap

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari diagram diatas diperolah bahwa 25% bayi memperoleh imunisasi
lengkap, 1 % tidak memperoleh imunisasi lengkap.

Gambar 27. Diagram Bayi di bawa ke posyandu

31
Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas
Dari diagram diatas diperolah bahwa 19 % bayi dibawa ke posyandu,
dan ada 7 % bayi tidak dibawa ke posyandu

Gambar 28. Diagram bayi balita ada KMS

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari diagram diatas diperolah bahwa 22 % bayi mempunyai KMS, dan
hanya 4 % bayi tidak mempunyai KMS

Gambar 29. Diagram Informasi kesehatan bayi yang di butuhkan

32
Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas
Dari diagram diatas diperolah bahwa informasi kesehatan bayi yang
dibutuhkan antara lain : 8 % cara mengatasi penyakit umum pada bayi/balita
(ispa, diare dll) , 6 % cara menstimulasi tumbuh kembang bayi/balita, 6 %
tidak ada informasi kesehatan bayi yang dibutuhkan, 3 % tidak diketahui apa
yang dibutuhkan dan terakhir ada 1 % informasi yang dibutuhkan tentang
pentingnya imunisasi pada bayi / balita.

Gambar 30. Diagram penyakit yang di derita anak sekolah

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari diagram diatas diperolah bahwa penyakit yang sering diderita anak
sekolah adalah : 11 % panas, batuk, pilek, 3 % hanya panas saja dan
sisanya 18 % tidak ada jenis penyakit yang menyerang anak sekolah

Gambar 31. Diagram kebiasaan sarapan

33
Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas
Berikut kebiasaan sarapan yang diperolah dari diagram diatas secara
berurutan yaitu: 16 % pernah tapi tidak rutin, 15 % rutin sarapan dan 1 %
tidak pernah sarapan.

Gambar 32. Diagram kebiasaan jajan di sekolah

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Setelah kebiasaan sarapan yang beragam terlihat juga dari diagram
diatas adanya kebiasaan jajan disekolah yaitu 23 % sering hampir setiap
hari, 7 % pernah sekali-kali, dan hanya 2 % yang tidak pernah jajan
disekolah.

Gambar 33. Diagram pola makan sehari-hari

34
Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas
Dari diagram diatas diketahui pola makan sehari-hari yaitu 27 % 2-3x
sehari, 3 % lebih dari 3x sehari dan siasanya 2 % dengan pola hanya 1x
sehari.

Gambar 33. Diagram pola makan sehari-hari

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Kebiasaan mencuci tanagn dari diagram diatas diperolah bahwa 28 %
sering hampir setiap hari, dan 3 % pernah, sekali-kali.

Gambar 34. Diagram lamanya waktu main

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari diagram diatas diperolah data lama waktunya main anak : 19 % 2-6
jam, dan ada 11 % lebih dari 2 jam dan ada juga 2 % yang ebih dari 6 jam.

Gambar 35. Diagram kebiasaan waktu tidur

35
Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas
Dari diagram diatas diperolah bahwa kebiasaan waktu tidur 68 % 8-12
jam, 24 % lebih dari 2 jam, danada juga 7% lebih dari 12 jam

Gambar 36. Diagram kebiasaan membersihkan diri

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Adapun kebiasaan membersihkan diri dari diagram diatas diperolah
bahwa 30 % sering hampir setiap hari, dan ada 1 % yang pernah sekali-kali.

Gambar 37. Diagram keluhan dirasakan remaja

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas

36
Dari diagram diatas diperolah bahwa keluhan dirasakan remaja : 6 %
sakit saat menstruasi, 3 % lain-lain, 1 %keputihan, sakit maag dan
pertumbuhan jerawat yang berlebihan dan sisanya 19 % tidak ada keluhan.

Gambar 38. Diagram kegiatan remaja diluar jam

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari diagram diatas terlihat kegiatan remaja diluar sekolah : 19 %
olahraga / les tambahan, 5% risma, 4 % berdiam diri dirumah dan 1 % terdiri
dari kerja, nongkrong dengan teman kegiatan dan juga tidak ada kegiatan.

Gambar 39. Diagram bila masalah cerita dengan siapa

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Saat ada masalah dari diagram diatas diperolah bahwa remaja sering
bercerita dengan sasaran antara lain : 59 % orangtua, 24 % orangtua
dan teman dan hanya 5 % yang bercerita kepada teman saja

37
Gambar 40. Diagram kebiasaan waktu tidur

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari diagram diatas diperolah data perilaku yang tidak sehat pada remaja
yaitu 24 % 8-12 jam, 7% 8 jam dan 1 % 12 jam .

Gambar 41. Diagram organisasi yang diikuti remaja

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Adapun dari diagram diatas diperolah bahwa 14 % ada organisasi yag
sering diikuti remaja, dan 17 % tidak ada organisasi yag sering diikuti
remaja.

Gambar 42. Diagram informasi kesehatan dibutuhkan remaja

38
Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas
Dari diagram diatas diperolah bahwa informasi yang dibutukan remaja
8% pertumbuhan tubuh dan sifat pada remaja, 7 % kesehatan reproduksi,
7% Napza, 1% masalah kesehatan umum pada remaja.

Gambar 43. Diagram kebiasaan dewasa/ lansia yang tidak sehat

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari diagram diatas diperolah bahwa 55% merokok/ngopi kebiasaan
yang tidak sehat, 35 % tidak ada, 7% makan tidak teratur, 3% kurang
istirahat.

Gambar 43. Diagram keluhan yang biasa dialami

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas

39
Dari diagram diatas diperolah bahwa 60 % tidak ada keluhan yang biasa
di alami, 14 % tidur/ mudah marah (hipertensi), 11 % nyeri ulu hati, mual
dan tidak napsu makan, 9% sakit pinggang, punggung, sendi(rematik), 2 %
dada berdebar, 1 % mudah lelah, pusing,kurang tenaga( anemia).

Gambar 44. Diagram kegiatan rutin di rumah

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari diagram diatas diperolah bahwa kegiatan rutin di luar rumah
sebanyak 66% membersikan rumah, 24% tidak ada dan 17%
membesarkan/mengasuh cucu.

Gambar 45. Diagram kegitan di luar rumah

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas

40
Dari diagram diatas diperolah bahwa kegiatan di luar rumah 61 %
Bekerja, 12 5 Pengajian, 9% tidak ada, 12 % lainya.

Gambar 46. Diagram jenis makanan lansia

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari diagram diatas diperolah bahwa jenis makanan lansia 91% sama
dengan makan seluruh keluarga,6 % tidak semuahnya sama dengan anggota
keluarga dan 3% berbeda dengan makan anggota keluarga.

Gambar 47. Diagram kebiasaan minum susu

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari diagram diatas diperolah bahwa 50% tidak minum susu, 26%
pernah, sekali-sekali dan 24 % sering hampir setiap hari.

Gambar 48. Diagram kebiasaan pemeriksaan kesehatan

41
Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas
Dari diagram diatas diperolah bahwa kebiasaan pmeriksaan kesehatan
55 % ya dan 44 % tidak.

Gambar 49. Diagram Kebiasaan makan teratur

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari diagram diatas diperoleh 79 % rutin kebaisaan makan teratur, 15 %
pernah tapi tidak sering, 4% tidak pernah.

Gambar 50. Diagram Pengelolaan sampah

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari diagram diatas diperolah bahwa 59% pengelolaan sampah di bakar,
30% di buang ke tong sampah, 4% di buang terbuka,4% di buang kompos,
2% di buang ke sungai.

42
Gambar 51. Keadaan rumah

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari diagram diatas diperolah bahwa 67 % keadaan rumah pencahayaan
cukup, 31% ventilasi cukup, 1% ruangan tidak lembab dan 1 % cahaya
matahari masuk rumah.

Gambar 52. Diagram kebiasaan mengantung pakaian

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari diagram diatas diperolah bahwa 58 % kadang-kadang mengantung
pakaian, 28 % sering/setiap hari dan 14 % tidak pernah.

Gambar 53. Diagram kebiasaan buka jendela

43
Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas
Dari diagram diatas diperolah bahwa 83% sering/setiap hari membuka
jendela, 15 5 kadang-kadang dan 2% tidak pernah.

Gambar 54. Diagram informasi kebiasaan membersihkan bak mandi

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari diagram diatas diperolah bahwa 53% membersikan 1 minggu sekali,
34 % membersikan bak mandi seminggu 2-3 kali,7% tidak pernah dan
7% >2minggu sekali.

Gambar 55. Diagram keadaan halaman rumah

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari diagram diatas diperolah bahwa 68 %keadaan halaman rumah di
tanam kembang/bunga, 19 % tidak ada tanaman apa-apa dan 13 % ditanam
tanaman obat.
Gambar 55. Diagram sumber air minum
44
Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas
Dari diagram diatas diperolah bahwa 80 % sumber air minum sumur gali,
17% membeli dan 3 % ke sungai.

Gambar 56. Diagram keadaan air minum

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari diagram diatas diperolah bahwa 79 % tidak berbauh,bewarna dan
berasa, 12% keruh, 6% air bewarna, berasa, berbau.

Gambar 57. Diagram jenis jamban

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas

45
Dari diagram diatas diperolah bahwa jenis jamban 72% septik taank,
17 % lehen angsa,6 % kakus cemplung dan5 % sungai.

Gambar 58. Diagram saluran limbah

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari diagram diatas diperolah bahwa 38 %tidak ada saluran limbah,
30 % ada saluran l;imbah dan kedap air, 21% lain-lainya dan 11 % ada
limbah tergenang.

Gambar 59. Diagram kandang ternak

Sumber data : Tabulasi Angket Pengkajian komunitas


Dari diagram diatas diperolah bahwa 62 % tidak punya ternak, 28 %
kandang dekat rumah, 5 % kandang jauh dari rumah dan 5 % kandang
menyatu dengan rumah.

46
2 Analisa Data
No. Data Subjektif Data Objektif Masalah Kesehatan
1. Klien: “Tidak punya WC,  Tidak ada WC di rumah Defisit perawatan
kalau BAB disungai. Sudah  Rumah dekat dengan sungai. diri: eliminasi
biasa.”  Ada beberapa orang yang
terlihat mandi di sungai dan
BAB di sungai.
2. Klien: “Biasanya linu mbak. P: Asam urat Nyeri akut
Tapi tidak saya periksakan.” Q: pyar-pyar.
R: Lutut kiri
S: 4
T: kalau berjalan jauh
3. Klien: “Sampahnya saya 7 keluarga, ada sampah yang
bakar karena tidak punya berserakan di samping rumah.
tempat sampah.”

SKORING MASALAH KESEHATAN

47
Keterangan : Keterangan Nilai :
Masalah
No. A B C D E F G H I J K L Jumlah Urutan
Kesehatan
1 ISPA 4 3 4 4 4 5 3 3 4 3 3 4 44 1
2 REMATIK 4 3 4 3 4 5 3 3 4 3 3 4 43 2
3 CARIES GIGI 4 3 4 3 3 5 3 3 4 3 3 4 42 3
4 HIPERTENSI 4 3 4 3 3 5 3 2 3 3 3 4 40 4
5 PENYAKIT
VEKTOR 3 3 4 3 3 5 3 2 3 3 3 4 39 5
NYAMUK
6 ASMA 3 3 4 2 3 5 3 2 3 3 3 4 38 6
A : Tingkat resiko kejadian 1. Sangat rendah
B : Tingkat resiko permasalahan 2. Rendah
C : Potensial untuk ditangani dengan penkes 3. Cukup
D : Minat masyarakat 4. Tinggi
E : Kemungkinan masalah teratasi 5. Sangat tinggi
F : Hubungan dengan program pemerintah
G : Ruang
H : Waktu
I : Fasilitas kesehatan
J : Biaya
K : Sumber daya/ tenaga
L : Sesuai peran perawat CHN

48
4 Prioritas Masalah
No
Diagnosa Keperawatan Jumlah
Prioritas
1 Perilaku Kesehatan Cenderung beresiko b/d pengelolaan sampah yang kurang tepat.

40

2 Defisit perawatan diri: eliminasi b/d pola eliminasi disungai

42

3 Nyer akut b/d penyempitan pembuluh darah. 52

49
POA (Planing Of Action)
PRAKTEK KOMUNITAS MAHASISWA KEPERAWATAN DI DESA SUKABUMI
KECAMATAN LEBONG SAKTI KABUPATEN LEBONG
NOVEMBER 2019

No Masalah Kegiatan Tujuan Yang Terlibat Sasaran Waktu/ Tempat Sumber P. Jawab
Dana
1 Resiko terjadinya Penyuluhan tentang Meningkatkan Mahasiswa, Warga desa 16 November 2019 Mahasiswa Aisie Riski
peningkatan penyakit penyakit hipertensi pengetahuan warga sukabumi yofita
Balai Desa
degeneratif (Hipertensi) tentang penyakit
Sukabumi
akibat pola hidup kurang hipertensi dan cara Kepala Desa
sehat di RT 01 dan RT 02 pengobatannya beserta
Lingkungan I Kelurahan perangkatnya
Labuhan Dalam, yang
ditandai dengan : Mengadakan Citra Avika
1.Dari hasil pengkajian data kegiatan senam Warga desa
Meningkatkan pola hidup
kuesioner didapat jumlah lansia dan sukabumi
sehat pada lansia dan
lansia 33 lansia : pemeriksaan fisik
mengontrol tekanan
lansia
darah pada lansia
Lansia muda 45-59
tahun berjumlah 24 Eli Oktavia
orang.
Lansia > 60 tahun
Memotivasi lansia dan

50
berjumlah 9 orang. keluarga menjaga
kesehatan melalui pola
2.Keluhan yang diderita Ahmad faisal
hidup sehat
selama 3 – 6 bulan
terakhir :
3.Hipertensi 14 lansia
(42,42%) Azhar
Effendy
4.Reumatik dan Asam urat 9
lansia (27,27%).
5.Yang mengalami hipertensi
dan asam urat 4 lansia
(12,12%).
6.Lansia yang mendapat
informasi kesehatan (resiko
penyakit, pencegahan
penyakit) berjumlah 10
lansia (30,30%)
7.Lansia yang mengetahui
informasi posyandu lansia
hanya 29 lansia (87,87%).
8.Lansia yang mengunjungi
posyandu lansia berjumlah
6 lansia (20,69%)
9.Lansia yang rutin
memeriksakan kesehatan ke

51
tempat pelayanan kesehatan
hanya 13 lansia (39,39%).

Dari hasil data wawancara :


10. Tidak ada kegiatan terapi
untuk lansia (senam,
kelompok khusus lansia)
2. Resiko terjadinya penurunan Penyuluhan Meningkatkan o Mahasiswa Siswa SDN 11 November 2019/ Mahasiswa
derajat kesehatan anak usia tentang masalah pengetahuan keluarga
o Pengurus UKS SDN
sekolah akibat kurangnya kurang asupan gizi tentang masalah kurang
asupan gizi seimbang di RT seimbang dan asupan gizi seimbang dan o Guru
01 dan RT 02 Lingkungan I penatalaksanaannya. penatalaksanaannya.
Kelurahan Labuhan Dalam,
yang ditandai dengan :
Program Membantu anak untuk
1. Jumlah anak usia sekolah
pengurangan jajan di hidup sehat
42 anak dan remaja 35
sekolah
anak.
Penimbangan berat
2. 38 anak (90,48%) makan
badan dan tinggi
tidak teratur 3x sehari.
badan
3. 35 anak (83,33%) sangat
suka jajan di sekolah Membantu ibu mengatur
maupun di rumah. pola makan sehat dan
seimbang di sekolah
4. Remaja yang memiliki
kegiatan di luar rumah 27 Memberi informasi

52
remaja (77,14%) tentang berat badan yang
ideal sesuai usia dan
5. Data skrining BB dan TB
tinggi badan.
siswa SDN 3 Labuhan
Dalam 63% siswa tidak
memiliki BB ideal.
Dari hasil wawancara
didapat:
6. Warga tidak pernah
mendapat informasi
kesehatan tentang pola
makan sehat.
3. Resiko terjadinya penurunan Penyuluhan Meningkatkan o Mahasiswa Siswa 00 Mahasiswa
derajat kesehatan anak usia tentang kesehatan pengetahuan remaja
o Pengurus UKS SMA N 3 November 2019/
sekolah akibat kurangnya reproduksi pada tentang kesehatan
Lebong
asupan gizi seimbang di RT remaja reproduksi. o Guru SMA N 3 lebong
Sakti
01 dan RT 02 Lingkungan I sakti
Kelurahan Labuhan Dalam,
yang ditandai dengan :
7. Jumlah anak usia sekolah
42 anak dan remaja 35
anak.
8. 38 anak (90,48%) makan
tidak teratur 3x sehari.
9. 35 anak (83,33%) sangat

53
suka jajan di sekolah
maupun di rumah.
10. Remaja yang memiliki
kegiatan di luar rumah 27
remaja (77,14%)
11. Data skrining BB dan
TB siswa SDN 3 Labuhan
Dalam 63% siswa tidak
memiliki BB ideal.
Dari hasil wawancara
didapat:
12. Warga tidak pernah
mendapat informasi
kesehatan tentang pola
makan sehat.

6 Pelaksanaan dan Evaluasi

No. Diagnosa Tgl Implementasi Evaluasi


1 Perilaku Kesehatan Cenderung 13 Juli 2016 1. Memberikan edukasi tentang dampak pengelolaan E: Dari 10 keluarga 6 keluarga merespon dengan
beresiko b/d pengelolaan sampah yang tidak tepat. baik. Akan tetapi belum menunjukkan keinginan
sampah yang kurang tepat.
2. Memberikan edukasi tentang pengelolaan sampah membuat tempat sampah. Lanjutkan intervensi 2

54
yang tepat. dan 3.
3. Melakukan pengelolaan sampah di salah satu
rumah warga.
2 Defisit perawatan diri: eliminasi 13 Juli 2016 1. Memberikan edukasi tentang dampak BAB di E: Dari 10 keluarga 7 orang memahami dampak
b/d pola eliminasi disungai sungai. BAB di sungai dan mengetahui indikator PHBS.
2. Memberikan edukasi tentang perilaku hidup bersih Ulangi intervensi 1 dan 2.
dan sehat.
3 Nyer akut b/d penyempitan 13 Juli 2016 1. Memberikan edukasi tentang proses terjadinya E: Klien memahami proses terjadinya nyeri dan
pembuluh darah. nyeri. makanan yang boleh dan tidak. Lanjutkan
2. Memberikan edukasi tentang diet makanan. intervensi ke 3.

55
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini kelompok akan membandingkan antara teori dengan kenyataan

yang didapatkan saat melaksanakan praktek keperawatan komunitas di Desa Sukabumi

Kecamatan Lebong Sakti Kabupaten Lebong. Asuhan keperawatan komunitas dan

keluarga yang dilaksanakan mengacu pada metode proses keperawatan yang meliputi

pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dari pelaksanaan kegiatan yang

dilakukan kelompok, baik pada tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan maupun

evaluasi masih ditemukan adanya kesenjangan dengan konsep yang ada. Masing- masing

tahapan dalam proses keperawatan tersebut akan dibahas dengan analisa SWOT

(Kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman).

4.1 Tahap Pengkajian

Pada tahapan pengkajian ini, data diperoleh melalui penyebaran angket, observasi,

dan wawancara. Sebagian besar komponen pengkajian sudah dapat dilaksanakan dan

didapatkan data yang akurat tentang data demografi, populasi, lingkungan fisik,

pendidikan, transportasi dan kebiasaan-kebiasaan hidup di masyarakat Desa

Sukabumi Kecamatan Lebong Sakti Kabupaten Lebong. Dari analisis yang

dilakukan kelompok didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Kekuatan yang dimiliki masyarakat adalah pengetahuan yang cukup tinggi

dimana sebagian besar warga ramah dan berpendidikan SMA sebanyak 343 Jiwa

yang memungkinkan untuk menjadi responden dalam pengumpulan data serta

sarana dan prasarana yang merupakan pendukung terlaksananya proses

pengkajian data.

2. Kelemahan

Kelemahan yang ada dalam tahap ini adalah belum adanya instrumen

pengumpulan data yang baku. Ketajaman dari instrumen yang sudah dibuat

kurang mewakili permasalahan yang ada belum ditemukan data sekunder yang

lengkap. Disamping itu terdapat masalah yang belum dikaji secara optimal

56
seperti politik dan kebijaksanaan pemerintahan. Hal ini disebabkan karena

pengumpulan data dilakukan dengan random sampling.

3. Kesempatan

Melaksanakan praktek komunitas di Desa Sukabumi, Kecamatan Lebong Sakti

Kabupaten Lebong adalah kesempatan yang baik, karena daerah ini merupakan

daerah yang masih perlu pembinaan terutama dalam masalah kesehatan,

sehingga mahasiswa lebih dapat mengaplikasikan keilmuaannya yang didapat

dari akademik dan mempraktekkannya langsung ke dalam masyarakat.

4. Ancaman

Ancaman yang ditemukan saat pengkajian adalah kesulitan dalam melakukan

pengkajian, karena ada sebagian masyarakat di Desa Sukabumi, Kecamatan

Lebong Sakti Kabupaten Lebong yang belum terbuka dalam menyampaikan

masalah untuk dilakukan pengkajian.

4.2. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan yang terdiri dari perumusan tujuan, saran dan penyusunan

rencana tindakan telah dilaksanakan sesuai dengan konsep yang ada. Dalam

penyusunan rencana tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada

kelompok telah melibatkan secara aktif masyarakat di Desa Sukabumi, Kecamatan

Lebong Sakti Kabupaten Lebong. Untuk memberikan gambaran secara rinci maka

dilakukan analisa, sebagai berikut :

1. Kekuatan

Kekuatan yang dimiliki adalah penyusunan rencana dilakukan oleh masyarakat

sehingga masyarakat dapat mengetahui dengan jelas kegiatan yang akan

dilakukan dan masyarakat akan melaksanakan apa yang telah disepakati

semaksimal mungkin.

57
2. Kelemahan

Kelemahan yang ditemukan pada saat perencanaan ini adalah masyarakat baru

pertama kali menyusun suatu rencana penyelesaian masalah kesehatan, alokasi

waktu yang sangat singkat sehingga cenderung memaksa masyarakat.

3. Kesempatan

Mengaplikasikan teori pada tahap ini adalah kesempatan menggunakan peran

serta masyarakat dalam merencanakan kegiatan untuk mengatasi masalah

kesehatannya secara mandiri.

4. Ancaman

Pelaksanaan praktek komunitas mengalami beberapa kendala karena ada

beberapa warga yang tidak ada di rumah saat pendataan.

4.3 Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan tahap lanjutan dari pelaksanaan yang telah dibuat. Dalam

hal ini akan dibahas beberapa pelaksanaan yang dilakukan berdasarkan diagnosa

keperawatan yang ditemukan.

1. Resiko terjadinya peningkatan penyakit degeneratif (Hipertensi) akibat pola

hidup kurang sehat pada lansia di Desa Sukabumi, Kecamatan Lebong Sakti

Kabupaten Lebong berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga

terhadap pola hidup sehat pada lansia.

a. Kekuatan

Keinginan masyarakat yang bisa untuk mencegah terjadinya penyakit

degeneratif hipertensi akibat pola hidup kurang sehat pada lansia di Desa

Sukabumi, Kecamatan Lebong Sakti Kabupaten Lebong dengan mendorong

masyarakat untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan yaitu

penyuluhan yang diadakan mahasiswa.

b. Kelemahan

58
Kesibukan warga sebagai salah satu penyebab ketidakhadiran dalam

penyuluhan dan kegiatan-kegiatan yang diadakan mahasiswa bersama kader.

c. Kesempatan

Adanya dukungan dari Kepala desa, sekretaris desa serta perangkatnya dan

para kader posyandu lansia untuk membantu mencegah timbulnya resiko

terjadinya penyakit degeneratif hipertensi akibat pola hidup kurang sehat

pada lansia di Desa Sukabumi, Kecamatan Lebong Sakti Kabupaten Lebong.

d. Ancaman

Kurangnya pengetahuan dan informasi masyarakat tentang kesehatan

terutama masalah Hipertensi, selain itu tidak adanya kader posyandu lansia.

2. Resiko terjadinya penurunan derajat kesehatan pada keluarga dengan anak usia

sekolah akibat kurangnya asupan gizi pada anak usia sekolah berhubungan

dengan kurangnya informasi dan pengetahuan keluarga tentang gizi seimbang.

a. Kekuatan

Keinginan masyarakat yang bisa untuk mencegah terjadinya gangguan

tumbuh kembang, daya ingat dan penurunan prestasi pada anak usia sekolah

akibat kurangnya asupan gizi seimbang pada anak usia sekolah di Desa

Sukabumi Kecamatan Lebong Sakti Kabupaten Lebong dengan mendorong

masyarakat untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan yaitu

penyuluhan di SD Negeri …. Sukabumi.

b. Kelemahan

Siswa SD Negeri …. Sukabumi masih banyak yang ngobrol sehingga tidak

fokus pada penyuluhan yang diberikan oleh Mahasiswa Co Ners .

c. Kesempatan

Adanya dukungan dari Kepala desa, sekretaris desa serta Kepala Sekolah dan

Guru SD Negeri …. Sukabumi untuk membantu mencegah timbulnya resiko

gangguan tumbuh kembang pada anak usia sekolah akibat kurangnya asupan

59
gizi seimbang di Desa Sukabumi, Kecamatan Lebong Sakti Kabupaten

Lebong.

d. Ancaman

Kurangnya pengetahuan dan informasi masyarakat tentang kesehatan

terutama masalah gizi seimbang.

3. Resiko terjadinya penurunan derajat kesehatan pada keluarga dengan anak usia

sekolah akibat kurangnya asupan gizi pada anak usia sekolah berhubungan

dengan kurangnya informasi dan pengetahuan keluarga tentang gizi seimbang.

e. Kekuatan

Keinginan orang tua yang ingin remaja untuk dapat mengetahui lebih jauh

tentang kesehatan reproduksi pada usia remaja untuk mencegah terjadinya

gangguan kesehatan reproduksi pada remaja akibat kurangnya informasi

tentang kesehatan reproduksi dengan mendorong masyarakat (orang tua)

untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan yaitu penyuluhan di

SMA Negeri 3 Lebong Sakti.

f. Kelemahan

Siswa SMA Negeri 3 Lebong Sakti masih banyak yang malu/tabu untuk

bertanya lebih jauh tentang kesehatan reproduksi kepada Mahasiswa Co

Ners .

g. Kesempatan

Adanya dukungan dari Kepala desa, sekretaris desa serta Kepala Sekolah dan

Guru SMA Negeri 3 Lebong Sakti untuk membantu melakukan penyuluhan

pada remaja di sekolah SMA N 3 Lebong Sakti Kecamatan Lebong Sakti

Kabupaten Lebong.

h. Ancaman

Kurangnya pengetahuan dan informasi remaja tentang kesehatan reproduksi

4.4 Tahap Evaluasi

60
Tahapan evaluasi merupakan tahapan akhir dari asuhan keperawatan komunitas.

Evaluasi yang dilakukan di fokuskan pada evaluasi program yang telah

direncanakan bersama masyarakat Desa Sukabumi, Kecamatan Lebong Sakti

Kabupaten Lebong untuk melihat seberapa jauh kebersihan yang telah dicapai.

Untuk mengevaluasi program dibutuhkan waktu yang lama, oleh karena itu

diperlukan adanya tindak lanjut bersama masyarakat sesuai dengan rencana

keperawatan yang ada. Adapun untuk mengevaluasi tingkat berupa respon verbal

dan non verbal yang sudah dilakukan seperti ; pelaksanaan penyuluhan, penyebaran

leafleat dan kegiatan gotong royong di Desa Sukabumi, Kecamatan Lebong Sakti

Kabupaten Lebong.

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan

61
Berdasarkan analisa hasil Asuhan Keperawatan Komunitas di Desa Sukabumi,

Kecamatan Lebong Sakti Kabupaten Lebong, dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Asuhan Keperawatan Komunitas merupakan salah satu alternatif pendekatan

pemecahan masalah kesehatan yang ditemukan pada masyarakat dengan

menggunakan metode proses keperawatan.

2. Asuhan keperawatan komunitas dilkakukan dengan dua pendekatan yaitu

pendekatan keluarga dan pendekatan masyarakat. Pendekatan dilakukan dengan

cara pengelolaan warga binaan yang beresiko tinggi oleh masing-masing

mahasiswa di Desa Sukabumi, Kecamatan Lebong Sakti Kabupaten Lebong.

3. Masalah kesehatan yang ditemukan di Desa Sukabumi, Kecamatan Lebong

Sakti Kabupaten Lebong adalah Resiko terjadinya peningkatan penyakit

degeneratif (Hipertensi) akibat pola hidup kurang sehat pada lansia, Resiko

terjadinya penurunan derajat kesehatan pada keluarga dengan anak usia sekolah

akibat kurangnya asupan gizi pada anak usia sekolah, Rendahnya informasi

tentang kesehtan reproduksi pada remaja. Tindakan yang telah dilakukan oleh

mahasiswa adalah, penyuluhan kesehatan, penyebaran leafleat, senam lansia,

pemeriksaan fisik lansia.

4. Pada akhir praktek, Kepala Desa bersama mahasiswa mengadakan evaluasi

terhadap program kerja yang telah dilaksanakan.

5.2. Saran

1. Aktifkan peran kader kesehatan dan puskesmas dalam pembinaan kesehatan di

desa sukabumi guna meningkatkan derajat kesehatan

2. Lakukan penyuluhan berkala sesuai informasi kesehatan yang di butuhkan di

masyarakat

3. Untuk menindaklanjuti program yang telah disusun oleh masyarakt bersama

Mahasiswa maka diperlukan kerjasama yang baik antara Puskesmas dan Instansi

terkait agar derajat kesehatan masyarakat dapat tercapai seoptimal mungkin.

62

Anda mungkin juga menyukai