TINJAUAN PUSTAKA
1. Skizofrenia
Namun jika lingkungan sosial mendukung seseorang menjadi pribadi yang terbuka
maka sebenarnya faktor genetika ini bisa diabaikan. Gejala skizofrenia bahkan bisa
tidak muncul sama sekali. Namun jika kondisi lingkungan justru mendukung
suburnya. Skizofrenia termasuk dalam salah satu gangguan mental yang disebut
psikosis. Pasien psikotik tidak dapat mengenali atau tidak memiliki kontak dengan
pada penderita yang masih hidup dan pemeriksaan neuropatologi pada yang mati
memberi kesan bahwa sistem limbik mempunyai peranan penting dalam proses
menyadari ada sesuatu yang tidak beres dalam otaknya dalam kurun waktu yang
lama. Kerusakan yang perlahan- lahan ini yang akhirnya menjadi skizofrenia yang
tersembunyi dan berbahaya. Gejala yang timbul secara perlahan- lahan ini bisa
menjadi skizofrenia acute. Periode skizofrenia akut adalah gangguan yang singkat
8
Universitas Sumatera Utara
9
2. Halusinasi
dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya pengaruh rangsang dari luar yang
terjadi pada semua sistem penginderaan dan hanya dirasakan oleh klien tetapi
tidak dapat dibuktikan dengan nyata dengan kata lain objek tersebut tidak ada
penginderaan kelima indera yang keliru, tetapi yang paling sering adalah
mendengar suara-suara yang mengajaknya bicara padahal tidak ada atau melihat
padahal tidak ada sumber dari bisikan itu (Hawari, 2001). Pasie n merasakan
stimulus yang sebenarnya tidak ada. Pasien merasa ada suara padahal stimulus
suara tidak ada. Melihat bayangan orang atau sesuatu padahal tidak ada.
Membaui bauan tertentu padahal tidak ada. Merasakan sensasi rabaan padahal
Menurut Erlinafsiah (2010) pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa
melakukan sesuatu.
menakutkan.
3. Halusinasi Penghidung: ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau
demensia.
4. Halusinasi Peraba: ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik yang datang dari
dan menjijikkan.
pembentukkan urine.
Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 tahap dan setiap fase memiliki
rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
dan menarik diri dari orang lain. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda
berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan
atau katanonik.
1. Faktor Predisposisi
1. Biologis
2. Psikologis
3. Sosial Budaya
2. Faktor presipitasi
Sikap persepsi: merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa
1. Stressor biologis
2. Stress Lingkungan
perilaku.
(Erlinafsiah, 2010)
bagian dari integral dari pelayanan kesehatan, yang didasarkan pada ilmu dan kiat
masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan
pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus
dalam pemberian asuhan keperawatan yang difokuskan pada reaksi dan respon
unik individu pada suatu kelompok atau perorangan terhadap gangguan kesehatan
yang dialami, baik aktual maupun potensial. Proses keperawatan juga dapat
3.1 Pengkajian
subjektif dari klien. Pengkajian dimulai dari klien masuk ke rumah sakit dan
diteruskan sampai klien pulang. Pengkajian saat klien masuk merupakan data dasar
3.2 Diagnosa
objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis
data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik dan pemberi pelayanan
sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak diri
Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri (suicide), membunuh orang
3.3 Intervensi
diharapkan dari klien dan tindakan yang harus dilaksanakan untuk membantu klien
klien halusinasi adalah klien dapat mengontrol halusinasi yang dialami oleh klien.
3.4 Implementasi
penting. Pada tahap ini melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah
Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengontrol diri dan sukar
untuk berhubungan dengan orang lain. Untuk itu perawat harus mempunyai
kesadaran yang tinggi agar dapat mengenal, menerima dan mengevaluasi perasaan
empati, terbuka dan selalu memberi penghargaan namun tidak boleh tenggelam
Tindakan keperawatan:
Perawat mencoba menanyakan pada klien tentang isi halusinasi (apa yang
muncul.
tersebut meliputi:
1) Menghardik Halusinasi
orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi
terjadwal, klien tidak akan mengalami banyak waktu luang yang seringkali
halusinasi
sudah dilatih
obat secara teratur sesuai dengan program. Klien gangguan jiwa yang
mengalami kekambuhan.
3. Pemberian psikofarmakologi
Pada kondisi akut biasanya diberikan dalam bentuk injeksi 3 x 5 mg, im.
Pemberian injeksi biasanya cukup 3 x 24 jam. Setelahnya diberi obat per oral
promactile. Biasanya diberi per oral. Kondisi akut biasanya diberikan 3 x 100
mg. Apabila kondisi sudah stabil dosis dapat dikurangi 1 x 100 mg pada
Perawat perlu memahami efek samping yang sering ditimbulkan oleh obat-
otot, otot bahu tertarik sebelah, hipersalivasi, pergerakan otot tak terkendali.
oleh klien tidak berkurang maka perlu diteliti apakah obat betul-betul
diminum atau tidak. Untuk itu keluarga juga perlu dijelaskan tentang
klien. Keluarga yang mendukung klien secara konsisten akan membuat klien
mandiri dan atuh mengikuti program pengobatan. Salah satu tugas perawat
adalah melatih keluarga agar mampu merawat klien gangguan jiwa di rumah.
1. pengertian halusinasi
6. cara berkomunikasi
(Yosep, 2009)
SP I : Menghardik halusinasi
SP IV : Menggunakan obat
(Yosep, 2009)