Anda di halaman 1dari 54

i

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan

a danya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada

individu atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial. Individu yang sehat

jiwa terdiri dari : menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu

menghadapi stress kehidupan yang wajar, mampu bekerja produktif dan

memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta dalam lingkungan hidup,

menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya dan merasa nyaman bersama

dengan orang lain (Abdul & Abdul M, 2011).

Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari

gangguan persepsi sensori pada klien skizofrenia. Skizofrenia merupakan suatu

gangguan psikotik yang dapat ditandai dengan gangguan utama pikiran, persepsi,

emosi dan perilaku (APA, 2013; Davidson, Neale & Kring, 2006). Bentuk

halusinasi bisa berupa suara-suara bising atau mendengung. Tapi paling sering

berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat. Bisa juga klien bersikap

mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang yang tidak berbicara atau pada

benda mati. Persepsi masyarakat bahwa penderita gangguan jiwa merupakan

tanggung jawab pihak rumah sakit jiwa saja, padahal faktor yang memegang
2

peranan penting dalam hal perawatan penderita yaitu keluarga serta masyarakat

disekitar penderita gangguan jiwa tersebut (Dermawan & Rusdi, 2013).

Menurut WHO pada tahun 2013 memperkirakan 450 juta orang seluruh

dunia mengalami gangguan jiwa saat ini dan dua puluh lima persen penduduk

diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya.

Diperkirakan terdapat 200.000 kasus baru yang di diagnosa skizofrenia setiap

tahun di United States, dan 2 juta diseluruh dunia. Kira-kira sekitar 1% dari

populasi di United States menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil riset kesehatan

dasar (RISKESDAS) tahun 2013, angka rata-rata nasional gangguan mental

emosional pada penduduk usia 15 tahun ke atas yaitu 6%, angka ini setara dengan

14 juta penduduk. Sedangkan gangguan jiwa berat, rata-rata sebesar 0,17% atau

setara dengan 400.000 penduduk, berdasarkan dari data tersebut bahwa data

pertahun di Indonesia yang mengalami gangguan jiwa selalu meningkat.

Berdasarkan data Departemen Kesehatan, jumlah penderita gangguan jiwa di

Indonesia mencapai 2,5 juta orang. Angka kejadian skizofrenia biasanya terjadi

pada remaja tua dan dewasa muda, dan angka itu kadang-kadang terjadi setelah

usia 50 tahun, walaupun lebih jarang 50% klien skizofrenia melakukan percobaan

bunuh diri. Di Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Provinsi Bengkulu tahun

2018, sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah

halusinasi pendengaran, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi

penghidu, pengecapan dan perabaan.


3

Penatalaksanaan halusinasi yaitu membantu mengenali halusinasi dengan

cara melakukan berdiskusi dengan klien tentang halusinasinya (apa yang

didengar/ dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi halusinasi, situasi yang

menyebabkan halusinasi muncul dan respons klien saat halusinasi muncul, untuk

dapat mengontrol halusinasi klien dapat mengendalikan halusinasinya ketika

halusinasi kambuh, penerapan ini dapat menjadi jadwal kegiatan sehari-hari yang

dapat diterapkan klien yang bertujuan untuk mengurangi masalah halusinasi yang

dialami klien dengan gangguan persepsi sensori (halusinasi dengar) (Keliat,

2012).

Upaya optimalisasi penatalaksanaan klien dengan skizofrenia dalam

menangani gangguan persepsi sensori (halusinasi dengar) dirumah sakit antara

lain melakukan penerapan standar asuhan keperawatan, terapi aktivitas kelompok

dan melatih keluarga untuk merawat pasien dengan halusinasi dan terapi non

farmakologis salah satunya dengan cara terapi musik. Standar Asuhan

Keperawatan mencakup penerapan strategi pelaksanaan halusinasi. Strategi

pelaksanaan pada pasien halusinasi mencakup kegiatan mengenal halusinasi,

mengajarkan pasien menolak halusinasinya, minum obat dengan teratur,

bercakap-cakap dengan orang lain saat halusinasi muncul, serta melakukan

aktivitas terjadwal untuk mencegah halusinasi (Wahyu P, 2010).

Penerapan SPTK (Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan) terjadwal

yang diterapkan pada klien yaitu bertujuan untuk mengurangi masalah


4

keperawatan jiwa yang ditangani pada gangguan persepsi sensori (halusinasi

dengar). Jika pasien sudah pulang maka anjurkan pasien untuk membuat

jadwal kegiatan harian dirumah sesuai dengan kegiatan pasien sehari – hari

untuk mengurangi terjadinya halusinasi, anjurkan pasien untuk minum obat tepat

waktu, dan anjurkan pasien untuk konsultasi kepada dokter sesuai jadwal yang

telah ditentukan

Dari latar belakang diatas penulis tertarik mengambil masalah tentang

“Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi

Pendengaran pada Tn. E di ruang Murai B Rumah Sakit Khusus Jiwa Provinsi

Bengkulu”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memberikan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan

Persepsi Sensori Halusinasi Penglihatan pada Tn. E di ruang Murai B

Rumah Sakit Khusus Jiwa Provinsi Bengkulu.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan Pengkajian Pada Klien Dengan Gangguan Persepsi

Sensori Halusinasi Penglihatan pada Tn. E di ruang Murai B Rumah

Sakit Khusus Jiwa Provinsi Bengkulu.


5

b. Merumuskan Diagnosa Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan

Persepsi Sensori Halusinasi Penglihatan pada Tn. E di ruang Murai B

Rumah Sakit Khusus Jiwa Provinsi Bengkulu.

c. Menyusun Rencana Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan

Persepsi Sensori Halusinasi Penglihatan pada Tn. E di ruang Murai B

Rumah Sakit Khusus Jiwa Provinsi Bengkulu.

d. Melakukan Implementasikan Pada Klien Dengan Gangguan Persepsi

Sensori Halusinasi Penglihatan pada Tn. E di ruang Murai B Rumah

Sakit Khusus Jiwa Provinsi Bengkulu.

e. Melakukan Evaluasi tindakan keperawatan Pada Klien Dengan

Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Penglihatan pada Tn. E di

ruang Murai B Rumah Sakit Khusus Jiwa Provinsi Bengkulu.

C. Manfaat Penulisan

Menambah khasanah keilmuan sehingga peningkatan ilmu

pengetahuan dalam mencari pemecahan permasalahan pada klien engan

masalah Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran. Bagi Klien dan

Keluarga asuhan keperawatan ini dapat memberikan pengalaman serta dapat

menerapkan apa yang telah dipelajari dalam penanganan kasus jiwa yang

dialami dengan kasus nyata dalam pelaksanaan keperawatan, seperti cara

untuk mengendalikan halusinasinya.


6

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian

Halusinasi adalah tanggapan/persepsi panca indra tanpa rangsangan dari

luar/ eksternal yang dapat berupa halusinasi dengan, lihat raba dan lain-lain.

(Rasmun, 2001). Halusinasi adalah suatu keadaan hilangnya kemampuan

individu dalam membedakan antara rangsangan internal (pikiran) dan

rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat

tentang lingkungan tanpa objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh

klien mendengarkan suara – suara tetapi pada kenyataannya tidak ada orang

yang berbicara (Abdul muhith, 2015).

Halusinasi adalah suatu gangguan persepsi panca indera tanpa disertai

dengan adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sstem

penginderaan dimana pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik (Abdul

muhith, 2015). Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien

mengalami perubahan persepsi sensori: merasakan sensori palsu berupa suara,

penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan (Abdul muhith, 2015).

B. Macam-Macam Halusinasi

1. Halusinasi penglihatan : klien melihat gambaran yang jelasa atau samar-

samar tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak melihatnya.
7

2. Halusinasi pendengaran : Klien mendengar suara dan bunyi yang tidak

berhubungan dengan stimulus nyata dan orang- orang lain tidak

mendengarnya.

3. Halusinasi penghidung/penciuman : Klien mencium bau yang muncul dari

sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak menciumnya.

4. Halusinasi pengecapan : Klien merasa makan sesuatu yang tidak nyata.

5. Biasanya merasakan rasa makanan yang tidak enak.

6. Halusinasi perabaan : Klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus

yang nyata. (Rasman, 2001)

C. Sebab-Sebab Timbulnya Halusinasi

1. Model Diatesis Stress (Stress Diatesis Model)

Model ini mendalilkan bahwa seorang mungkin memiliki suatu

kerentanan spesifik (diatesis) yang jika dikenai oleh sesuatu pengaruh

lingkungan yang menimbulkan stress. Pada model ini yang paling umum

diatesis atau stress dapat biologis atau lingkungan (sebagai contohnya infeksi)

atau fsikologis (contohnya situasis keluarga yang penuh ketergantungan atau

kematian teman dekat). Dasar biologis untuk suatu dibentuk lebih lanjut oleh

pengaruh efigenetik, seperti penyalahgunaan zat, stress fsikologi trauma.

2. Faktor Biologis

a. Neurofatologi : Keadaan fatologi dari area- area struktur limbik, lobus

brontalis dan basal ganglia mengakibatkan terjadinya skizofrenia.

b. Neurotransmitter
8

c. Genetik

d. Faktor Psikososial (FK USU. 2004)

D. Tahapan Halusinasi, Karakteristik Dan Perilaku Yang Ditampilkan

Tahap 1:

Memberi rasa nyaman tingkat ansietas sedang; secara umum halusinasi

merupakan sesuatu kesenangan.

Karakteristik:

- Mengalami ansietas kesepian, secara bersalah dan ketakutan.

- Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan anisietas

- Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran non

fsikotik

Prilaku Klien:

- Tersenyum, tertawa sendiri

- Mengerakkan bibir tanpa suara

- Pergerakan mata yang cepat

- Respon verbal yang lambat

- Diam dan berkonsentrasi

Tahap II: Menyalahkan

Tingkat kecemasan berat secara umum halusinasii menyebabakan rasa antipati.

Karakteristik:

- Pengalaman sensori menakutkan


9

- Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut

- Mulai merasa kehilangan kontrol

- Mebarik diri daeri orang lain. Non. Psikotik

Prilaku Klien:

- Terjadi peningkatan denyuit jantung, pernapasan dan tekanan darah

- Perhatian dengan lingkungan berkurang

- Konsentrasi terhadappengalaman sensorinya

- Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas

Tahap III:

Mengontrol, Tingkat kecemasan berat, Pengalaman halusinasi tidak dapat ditolak

lagi

Karakteristik:

- Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya (halusinasi)

- Isi halusinasi menjadi atraktif

- Kesepian bila pengalaman sensori berakhir psikotik

Perilaku Klien:

- Perintah halusinasi ditaati

- Sulit berhubungan dengan orang lain

- Perhatian terhadap lingkungan berkurang, hanya beberapa detik.

- Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tampak tremor &

berkeringat
10

Tahap IV

Klien sudah dikuasai oleh halusinasi, Klien panik

Perilaku Klien

- Perilaku panik

- Resiko tinggi mencederai

- Aditasi

- Kataton

- Tidak mampu berespon terhadap lingkungan (Rasman, 2004)

E. Rentang respon.

Rentang Respon neurobiologis.

Res respo
pons ns
adati mala
af Pikira
a Kadan datif
a Gang
.n .g . guan
b logis b proses prose
. pikir
d. Perse bs
cd t d. pikir
.c psi
.. e . (wah
. akurat ec am)
Emosi e r
..
konsis . g Halus
ten a inasi
denga n Keru
n g sakan
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada prose
penga g
laman u s
Hubu emos
dalam rentang respon neurobiologis (Stuart dan Laraia, 2005). ngan Ini merupakan
I i
sosial l P
respon persepsi paling mal adaptif. Jika klien sehat maka persepsinya
harmo u akurat, er
nis s il
i a
Emo k
si u
berl ti
ebih d
an/ a
kura k
Perila ro
ku rg
tidak a
biasa ni
Mena si
rik r
diri 11 Is
ol
as
i
s
mampu mengidentifikasi dan menginterorestasikan stimulus berdasarkan o
si
informasi yang diterima melalui pancaindra (pendengaran, penglihatan, al

penghidu, pengecapan, dan perabaan), klien dengan halusinasi mempersepsikan

suatu stimulus pancaindra walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada.

Respon individu (yang karena suatu hal mengalami kelainan persepsi) yaitu

salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut dengan ilusi.

Klien mengalami ilusi jika interpretasi yang dilakukan terhadap stimulus

pancaindera tidak akurat sesuai dengan stimulus yang diterima. Respon tersebut

digambarkan seperti gambar diatas

F. Validasi Informasi Tentang Halusinasi.

Halusinasi benar – benar nyata dirasakan oleh klien yang

mengalaminya, seperti mimpi saat tidur. Klien mungkin tidak pnya cara

untuk menentukan persepsi tersebut secara nyata. Sama halnya seperti

seseorang yang mendengarkan siaran ramalan cuaca dan tidak lagi

meragukan orang yang berbicara tentang cuaca tersebut. Ketidakmampuan

untuk mempersepsikan stimulus secara riil dapat menyulitkan kehidupan

klien. Karenanya halusinasi menjadi prioritas untuk segera diatasi. Sangat

penting untuk memberi kesempatan klien untuk menjelaskan tentang

halusinasi yang dialaminya secara leluasa. Perawat membutuhkan

kemampuan untuk berbicara tentang halusinasi karena dengan perbincangan

halusinasi dapat menjadi indikator sejauh mana gejala psikotik klien diatasi.

Untuk memfasilitasinya. Klien perlu dibuat nyaman untuk menceritakan


12

perihal halusinasinya. Klien yang mengalami halusinasi sering kecewa

karena mendapatkan respon negatif ketika mereka menceritakan

halusinasinya kepada orang lain. Karenanya banyak klien kemudian enggan

untuk menceritakan pengalaman – pengalaman aneh halusinasinya.

Pengalaman halusinasi menjadi masalah untuk dibicarakan dengan

orang lain. Kemampuan untuk bercakap – cakap tentang halusinasi yang

dialami oleh klien sangat penting untuk memastikan dan memvalidasi

pengalaman halusinasi tersebut. Perawat harus memiliki ketulusan dan

perhatian yang penuh untuk dapat memfasilitasi percakapan tentang

halusinasi. Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada

jenis halusinasinya, apakah halusinasinya merupakan halusinasi

pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, perabaan, kinestetik,

cenesthetic. Apakah perawat mengidentifikasi adanya tanda – tanda dan

perilaku halusinasi, maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak

hanya sekedar mengetahui jenis halusinasinya saja. Validasi informasi

tentang halusinasi yang dilakukan meliputi :

1. Isi Halusinasi, yang dialami oleh klien. Ini dapat dikaji dengan

menanyakan suara siap yang didengar dan apa yang dikatakan

berkata jika halusinasi yang dialami adalah halusinasi dengar. Bentuk

bayangan bagaimana yang dilihat klien bila jenis halusinasinya adalah

halusinasi penglihatan, bau apa yang dicium jika halusinasinya


13

adalah halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap untuk halusinasi

pengecapan, atau merasakan apa dipermukaan tubuh bila mengalami

halusinasi perabaan.

2. Waktu dan Frekuensi Halusinasi, ini dapat dikaji dengan

menanyakan kepada klien kapan pengalaman halusinasi muncul,

berapa hari sekali, seminggu atau sebulan pengalaman halusinasi itu

muncul. Informasi ini penting untuk mengidentifikasi pencetus

halusinasi dan menentukan bilamana klien perlu diperhatikan saat

mengalami halusinasi.

3. Situasi pencetus Halusinasi, perawat perlu mengidentifikasi situasi

yang dialami klien sebelum mengalami halusinasi. Ini dapat dikaji

dengan menanyakan kepada klien peristiwa atau kejadian yang

dialami sebelum halusinasi ini muncul. Selain itu perawat juga bisa

mengobservasi apa yang dialami klien menjelang muncul halusinasi

untuk memvalidasi pernyataan klien.

4. Respon klien, untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah

mempengaruhi klien, bisa dikaji dengan menanyakan apa yang

dilakukan klien saat mengalami pengalaman halusinasi. Apakah

klien masih bisa mengontrol stimulasi halusinasi atau sudah tidak

berdaya lagi terhadap halusinasi (Stuart dan Laraia, 2005).


14

G.
MHMgce
D S
Patofi
ael ae aoaf k
siologi
nuklnnruf i
.liai ua gese z
ndi sr gpek o
gri ii ur M f
se
k nkao r
unda nb e
nirisenu
dkl n
1. Menciptakan lingkungan g,yang ii eeterapiutik i
aordrut
r bm a
nanei er
Untuk mengurangi tingkat g n si kecemasan, kepanikan dan ketakutan
laigtrim
h S
klien akibat halusinasi,n asebaiknya a k
pada permulaan pendekatan
relia
n e
dilakukan secara individual di dan usahakan agarm terjadi kontak mata,
ri
(20 a
kalau bisa klien disentuh atau dipegang. Klien jangan di isolasi baik
12), 2
secara fisik maupun emosional. Setiap perawat. masuk kekamar atau
poh 2
mendekati klien, bicaralah dengan klien. Begitu juga bila akan
on P
meninggalkannya hendaknya klien diberitahu. a Klien diberitahu
mas t
tindakan yang akan dilakukan. Diruangan itu ohendaknya di sediakan
alah f
sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong i klien untuk
pad s
berhubungan dengan realitas, misalnya jam idinding, gambar atau
a o
hiasan dinding, majalah dan permainan. l
klie o
2. Melaksanakan program terapi dokter g
n i
Sering kali klien menolak obat yang di berikan sehubungan
den H
a
gan l
u
gan s
i
ggu n
an s
i
pers

H. epsi
Pen 15
atalsen
aksa
naasori
dengan rangsangan halusinasi
n yang diterimanya. Pendekatan
Med :
sebaiknya secara persuasif
is. tapi intruktif. Perawat harus mengamati
hal
agar obat yang diberikan betul P ditelan, serta reaksi obat yang
usin e
diberikan. n
asi a
3. Menggali permasalahan klien dan t membantu mengatasi yang ada
den a
Setelah klien lebih kooperatif
l dan komunikatif, perawat dapat
gar a
menggali masalah klien yang k merupakan penyebab timbulnya
dan s
halusinasi serta membantu mengatasi
a masalah yang ada. Pengumpulan
per n
data ini juga dapat melalui keterangan
a keluarga klien atau orang lain
aba a
yang dekat dengan klien. n
an
4. Memberi aktivitas pada klien p
seb a
Klien di ajak mengaktifkan d diri untuk melakukan gerakan fisik,
agai a
misalnya berolahraga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini
beri k
dapat membantu mengarahkan l klien ke kehidupan nyata dan
kut: i
memupuk hubungan dengan orang e lain. Klien di ajak menyusun
n
jadwal kegiatan memilih kegiatan yang sesuai.
h
5. Melibatkan keluarga dan petugasa lain dalam proses keperawataN
l
Keluarga klien dan petugas u lain sebaiknya diberitahu tentang
s
data klien agar ada kesatuan i pendapat dan kesinambungan dalam
n
proses keperawatan, misalnya daria percakapan dengan klien di ketahui
s
bila sedang sendirian dia seringi mendengar suara yang mengejek. Tapi

d
e
n
g
a
n
a
r
a
:
16

bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas.

Perawat menyarankan agar klien jangan menyendiri dan menyibukan

diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini

hendaknya di beritahukan pada keluarga klien dan petugas lain agar

tidak membiarkan klien sendirian dan saran yang di berikan tidak

bertentangan.

I. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Halusinasi

Pengkajian Terdiri Dari:

1. Identitas Klien

2. Alasan Masuk

3. Faktor- Faktor Predisposisi :

a. Faktor Biologis

Abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurobiologik yang

maldaptik yaitu:

1) Penelitian pencitraan sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak

lebih luas dalam perkembangan skizofrenia paranoid, lesi pada

daerah prontal, termoral, dan limbik paling berhubungan dengan

perilaku psikotik.

2) Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizopenia hasil

penelitian menunjukkan hal-hal berikut ini:

a) Dopamin neurotransmitter yang berlebihan


17

b) Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmitter lain.

c) Masalah- masalah pada sisten respon dopamin.

b. Faktor Psikologi

Teori psikologi untuk trjadinya respon neurubiologik yang maladaptik

belum didukung oleh penelitian . sayangnnya teori psikologik terlalu

menyalahkan sebagai penyebab gangguan ini sehingga menimbulkan

kurang percaya keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa profesional.

c. Faktor Secara Budaya

Stress yang menumpuk dapat menunjang terjadinya skizopenia

paranoid dengan halusinasi pebglihatan.

4. Faktor Presdiftasi (Pencetus)

a. Biologis

Stress biologis yang berhubungan dengan neurobiologi yang maladaptif

termasuk:

1) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses

informasi

2) Abnormalitas pada mekanisme pintu masauk dalam otak yang

mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi

rangsangan.

3) Stress lingkungan
18

Secara biologis menyatakan ambang toleransi terhadap stress yang

berinteraksi dengan stress lingkungan untuk menentukan terjadinya

gangguan perilaku.

b. Pemicu gejala

Pemiju gejala merupakan prekusor dan stimulus yang sering me nimbulkan

episoe baru satu penyakit, pemicu biasanya terdapat pada respon

neurobilogik yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan lingkungan

sikap & perilaku individu (Buku Saku Keperawatan Jiwa, 2011)

Masalah / Pemeriksaan Fisik

Riwayat Psikososial

Status Mental

Mekanisme Koping

Riwayat Sosil & Spritual

Kebutuhan Persiapan Pulang

Masalah Psikososial & lingkungan

Aspek Medik (Rasmun, 2011).

- Karakteristik Perilaku Klien Halusinasi

- Bicara, tersenyum, menngis, tertawa sendiri

- Mengatatakan melihat sesuatu yang tidak nyata

- Merusak diri sendiri, orang lain, lingkngan

- Tidak dapat membedakan hal yang nyata & tidak nyata


19

- Tidak dapat memusatkan perhatian / konsentrasi

- Pembicaraaan kacau kadang tidak masuk akal

- Sikap curiga & bermusuhan

- Menarik diri, menghindar dari orang lain

- Sulit membuat keputusan

- Ketakutan

- Mudah tersinggung, jengkel, marah.

- Menyalahkan diri sendiri, kadang orang lain.

- Muka merah kadang pucat

- Ekspresi wajah tegang

- Tekanan darah meningkat

- Nafas terengah- engah

- Nadi cepat

- Banyak berkeringat.

B. Masalah Keperawatan

1. Resiko tinggi terhadap tindakan kekerasan yang dirasakan pada lingkungan

yang berhubungan dengan halusinasi

2. Halusinasi b/d isolasi sosial: menarik diri

3. Perubahan proses pikir: waham b/d hdr


20

4. Penatalaksanaan regimen reapeutik tak efektif : ketidak mampuan b/d, koping

keluarga tak efektif.

C. Implementasi Pada Pasien Dengan Halusinasi Penglihatan

1. Bina Hubungan Saling Percaya

a. Berbicara dengan pasien secara jujur, singkat, jelas, mudah dimengerti,

dan tentang hal yang nyata.

b. Dengarkan pernyataan tentang halusinasi pasien tanpa menentang

maupun menyetujui

c. Perhatikan secara cermat ungkapan pasien.

2. Bimbing/Anjurkan Pasien Untuk Mengungkapkan Perasaanya

a. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan halusinasinya

b. Idenfikasi jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi yang menimbulkan

halusinasi & respon klien terhadap halusinasi.

c. Anjurkan pertanyaan terbuka yang membutuhkan jawaban luas.

d. Katakan pada klien bahwa perawat tidak mengalami apa yang klien

alami tanpa menyangkal pernyataan.

e. Ajak pasien membicarakan hal- hal yang nyata di lingkunganya

3. Anjurkan, Bantu & Bimbing Klien Untuk Menemukan Cara Mendidik

Halusinasi Dalam Meneyelesaikan Masalah Yang Konstitutip

a. Bersama klien merencanakan kegiatan untuk mencegah terjadinya

halusinasi
21

b. Bimbing pasien melakukan kegiatan yang tepat misalnya dengan

bercakap- cakap dengan oang lain, melakukan kegiatan rumah,

membuat jadwal kegiatan harian.

c. Beri kesempatan kepada pasien untuk mencoba cara yagn dipilihnya

d. Bimbing pasien untuk mencoba cara lain

e. Beri pujian atas keberhasilan klien

f. Anjurkan pasien untuk meminum obat secara teratur

D. Evaluasi

Klien mampu :

1. Mengungkapkan & menjelaskan jenis,isi, waktu, Frekuensi & situasi yang

menimbuklkan terjadinya halusinasi.

2. Membedakan hal yang nyata & tidak nyata

3. Memilih cara untuk mengatasi terjadinya halusinasi

4. Berinteraksi dengan orang lain tanpa ada rasa curiga

5. Berespon sesuai stimulus di luar dirinya

6. Klien tidak mencederai orang lain,diri sendiri & lingkungannya.

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pengkajian : 14 Januari 2020


22

Ruang Rawat : Murai B

I. Identitas Klien

Nama : Tn. E

Umur : 22 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Tuna karya

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Melayu/Indonesia

Alamat : Panorama

Tanggal Pengkajian : 14 Januari 2020

Tanggal Masuk : 09 Januari 2020

II. Sumber Informasi

Nama : Tn. U

Umur : 50 Tahun

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Panorama

Riwayat Penyakit

A. Riwayat Penyakit Sekarang/Alasan Masuk RS

Bicara kotor, marah-marah, dan klien pernah mengamuk, memukul,

orangtuanya karena mendengar bisikan untuk menyangka orangtuanya, suka


23

menarik diri, klien sering senyum – senyum sendiri, ngomel-ngomel sendiri,

tidak bisa tidur, gelisah, klien mengatakan mendengar suara – suara dan

bisikan yang menyuruh klien untuk memecahkan kaca rumah tetangga.

Masalah Keperawatan

Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

B. Faktor Predisposisi

1. Klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu

2. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil, karena klien menolak untuk berobat,

sehingga keluarga tidak membawa klien berobat.

3. Klien pernah menganiaya ayahnya pada umur 26 tahun, tidak pernah

mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarganya serta

tindakan kriminal

4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Sejak 17 tahun dia sudah mengkonsumsi narkoba dan terkadang klien merasa

sedih belum mendapat pekerjaan kerena klien merasa tidak berguna dan

penganggurang

Masalah keperatan : Gangguan konsep diri : hanya diri rendah

C. Riwayat Penyakit Keluarga

1. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

2. Genogram
24

Klien anak 1 dari 5 bersaudara

D. Riwayat Psikososial

1. Konsep Diri

a. Citra tubuh : Klien menerima keadaan dirinya dan menyukai seluruh

bagian tubuhnya

b. Identitas : Klien tamatan SMP, lajang tidak memiliki pekerjaan

c. Peran : Sebagai anak dalam keluarga

d. Ideal diri : Klien ingin cepat sembuh dan berkumpul dengan

keluarganya

e. Harga diri : Klien sering dikucilkan oleh keluarganya dirumah

karena sering marah-marah

Masalah keperawatan : gangguan konsep diri : harga diri rendah


25

Spritual

 Nilai dan Keyakinan

Klien beragama Islam dan klien percaya adanya Tuhan, sebelum dan sesudah

masuk Rumah Sakit Jiwa klien melakukan sholat 5 kali sehari.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

2. Status Mental

a. Penampilan

Klien berpenampilan tidak rapi, kotor, kuku panjang dan hitam

Masalah keperawatan: Defisit Perawatan Diri

b. Pembicaraan

Klien bicara cepat dan klien dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan

perawat sesuai dengan topik pembicaraan, klien tidak menunjukkan adanya

tanda- tanda kerusakan komunikasi verbal.

Masalah perawatan: tidak ada masalah

c. Aktivitas motorik

Klien mengatakan tidak berguna dan sangat sedih karena masuk rumah sakit

jiwa & merasa diasingkan dari keluarganya, klien suka menyendiri,

pandangan kosong.

Masalah keperwatanya : intoleransi aktifitas .


26

d. Alam perasaan

Klien mengatakan tidak berguna dan sangat sedih karena masuk Rumah Sakit

Jiwa dan merasa diasingkan dari keluargannya, klien sudah menyendiri,

pandangan kosong. Klien merasa takut karena suara suara yang tidak jelas

dan tidak ada wujudnya selalu menganggu klien.

Masalah keperawatan : Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

e. Afek

Klien dapat berespon sesuai stimulus yang diberikan, suka senyum – senyum

sendiri, kadang gelisah.

Masalah keperawatan : Halusinasi pendengaran

f. Interaksi selama wawancara

Selama wawancara klien koperatif, dan kadang – kadang menatap lawan

bicaranya

g. Persepsi

Pendengaran, isi: berupa bisikan dan suara-suara yang menyuruh klien untuk

memecahkan kaca jendela rumah tetangga, frekuensi: kadang - kadang,

waktu: disaat pagi dan jika tidak ada teman untuk diajak bicara dan sering

bicara sendiri.

Masalah keperawatan: Resiko terhadap kekerasan dan Halusinasi penglihatan

h. Proses pikir

Klien berbicara sesuai topik pembicaraan, klien berbicara singkat

Masalah keperawaran: tidak ada masalah


27

i. Isi pikir

Tidak dijumpai adanya gangguan isi pikir

Masalah keperawatan: tidak dijumpai masalah

j. Tingkat kesadaran

Klien dalam keadaan baik, klien bisa membedakan waktu, tempat dan orang.

k. Memori

Memori klien masih baik karena masih mengigat kejadian- kejadian yang

terjdi diceritakan pada perawat baik dulu & sekarang.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah

l. Tingkat konsentrasi & berhitung

Klien masih mampu berhitung tanpa bantuan orang lain.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah

m. Kemampuan penilaian

Klien mampu membedakan pekerjaan apabila diberikan pilihan pekerjaan

mana yang harus dilakukan.

Masalah keperawatan: tidak ada masalah

n. Daya titik diri

Klien dalam perawatan & mengetahui bahwa ia sakit

Masalah keperawatan: tidak ada masalah

VI. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda- tanda vital

TD:110/70 mmHg
28

HR:80 x/i

T: 370C

RR:20 x/i

b. Ukuran Antropometri

TB:165 cm

BB:55 kg

c. Keluhan fisik: tidak ada

Masalah keperawatan: tidak ada masalah

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang

1. Makan: klien bisa makan sendiri

2. BAB/ BAK: Sendiri

3. Mandi: klien mandi 2x sehari tanpa bantuan orang lain

4. Berpakaian: klien mampu berpakaian sendiri

5. Istirahat tidur: tidur malam mulai 21.00 s/d 05.00

6. Penggunaan obat: klien dapat mengenal obatnya & makan obat sendiri dengan

teratur

VIII. Mekanisme Koping

Klien bersifat tertutup: jika ada masalah, klien jarang mau menceritakan pada

orang lain, karena klien suka diam & tidak mau diganggu.

IX. Masalah Pfikososial dan Lingkungan


29

1. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik, klien merasa keluarga kurang

memperhatikan

2. Masalah dengan pendidikan: klien lulus SMP

3. Masalah dengan pekerjaan: klien pernah dipecat oleh perusahaan.

4. Masalah dengan perumahan: klien ingin tinggal di rumah & merasa bosan di

RSJ

5. Masalah hubungan dengan lingkunganya, klien mengatakan tidak pernah

mengikuti kegiatan sosial.

6. Masalah dengan ekonomi: Klien dengan pelayanan kesehatan: spesifik

X. Aspek Medik

Diagnosa Medik: Skizofrenia paranoid: hausinasi penglihatan.

Therapy:

1. Injeksi cholupromazine (CPZ) 100 mg 3x1)

2. Halloperidol 5 mg 3x1

3. Trihexiphenidil THP0 2mg 2x2 mg

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN.


1. Perubahan sensori persepsi halusinasi pendengaran
2. Isolasi sosial menarik diri
3. harga diri rendah
4. Penatalaksanaan regimen terapeutik Tidak efektif
30

ANALISA DATA

Nama : Tn. E

Ruangan : Murai B

TGL DATA ETIOLOGI MASALAH


31

Ds: klien mengatakan mendengar Resiko tinggi mencederai Halusinasi


suara dan bisikan diri sendiri, orang lain, dan pendengaran
lingkungan.
I : bisikan-bisakan yang menyuruh
klien untuk memecahkan kaca
jendela rumah tetangga dan
menyerang orang tua nya
F : kadang-kadang
T : di saat pagi dan kadang tiba-tiba
R : klien merasa gelisah dan takut Perubahan persepsi
sensori : halusinasi
Do : pendengaran.
- klien ngomel-ngomel sendiri
- Klien senyum-senyum sendiri
- Gelisah
- Mengarahkan telinga ke
sumber suara

Isolasi sosial : menarik diri.

POHON MASALAH

Resiko terhadap tindakan


kekerasan yang diarahkan
pada lingkungan
32

Gangguan sensori/persepsi
halusinasi penglihatan (core
problem)

Isolasi sosial
menarik diri

Penataklaksanaan Gangguan konsep diri :


legimen terapeutik Harga diri rendah
tak efektif

Koping keluarga
in efektif
33

RENCANAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


Nama : Tn. E
Ruangan : Murai B

Diagnosa Perencanaan.
Keperawatan. Tujuan Kriteria Hasil Tindakan keperawatan.

Gangguan Persepsi Tujuan Umum : klien dapat Setelah dilakukan 1x SP 1


Sensori : mengenali, mengontrol, pertemuan, klien dapat 1. BHSP
Halusinasi memutuskan halusinasinya. berinteraksi dan 2. Mengidentifikasi jenis halusinasi klien
pendengaran. berkomunikasi dengan 3. Mengidentifikasi isi halusinasi klien
Tujuan Khusus : perawat. 4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
Klien dapat membina Evaluasi : klien masih belum klien
hubungan saling percaya bisa diajak berinteraksi. 5. Mengidentifikasi situasi yang
dengan perawat. menimbulkan halusinasi
klien dapat mengenal 6. Mengidentifikasi respons klien
halusinasinya. terhadap halusinasi
klien dapat mengendalikan 7. Melatih klien cara mengontrol
halusinasinya.
halusinasi dengan menghardik
8. Membimbing klien memasukan dalam
34

SP 2:
1. Mengevaluasi masalah dan latihan
sebelumnya
2. Melatih cara mengontrol halusinasi
dengan berbincang dengan orang
lain
3. Membimbing klien memasukkan
jadwal kegiatan harian

SP 3:
1. Mengevaluasi masalah dan latihan
sebelumnya
2. Melatih klien cara mengontrol
halusinasi dengan kegiatan
(yang bisa dilakukan klien)
3. Membimbing klien
memasukkan jadwal kegiatan
harian
35

SP 4:
1. Mengevaluasi masalah dan latihan
sebelumnya
2. Menjelaskan cara mengontrol
halusinasi dengan teratur minum
obat( prinsip 6 benar minum obat)
3. Membimbing klien memasukkan
jadwal kegiatan

KELUARGA
SP 1
1. Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam
merawat klien
2. Menjelaskan pengertian, tanda
dan gejala, halusinasi yang
dialami klien beserta proses
terjadinya
3. Menjelaskan cara – cara
merawat klien halusinasi
4.
36

SP 2
1. Melatih keluarga mempraktekkan
cara merawat klien dengan
halusinasi
2. Melatih keluara melakukan cara
merawat lansung kepada klien
halusinasi

SP 3
1. Membantu keluarga membuat
jadwal aktivitas dirumah termasuk
minum obat (discharge planning)
2. Menjelaskan follow up klien
setelah pulang
37

MPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Tn. E
Bangsal : Murai B

Tanggal No. SP Implementasi Evaluasi paraf


19/ 01/2020 SP 1 Salam terapeutik “Selamat Pagi Pak, S : nama saya TN. E, saya suka dipanggil E
10.00 – 10.30 - memperkenalkan diri O : Bicara spontan, Suara pelan, Ekperesi
- berjabat tangan tenang klien banyak menunduk terkesan
- duduk berhadapan pendiam
- mengingatkan kontrak A : Hubungan saling percaya perlu
- menunjukkan sikap ditingkatkan
empati P : Pertemuan berikutnya Pkl 11.00 topik
mengenal halusinasi

S: Saya Mendengar suara bisikan seperti


19/ 01/2020 SP 1  salam terapeutik mengejek saya, menyuruh saya
11.00 – 11.30 “Selamat Siang Pak, memecahkan kaca dan menyerang orang

 mengingatkan kontrak, tua saya

topik, waktu dan tempat “Apakah O : Kontak mata lama , Klien sering
38

bapak masih ingat pertemuan kita menunduk, Bicara pelan lancar


tadi pagi, pertemuan sekarang akan Kadang tertawa, tidak sesuai stimulus
membicarakan apa ? A : Klein mengenal halusinasi perlu
 mengevaluasi ditinggalkan
kemampuan klien “Apakah bapak P : Pertemuan pkl 13.30 wib topik mengontrol
masih ingat nama saya? halusinasi
 Membantu klien
mengidentifikasi situasi yang
menyebabkan halusinasi “Apakah
bapak sering mendengar suara –
suara atau bisikan - bisikan dan
apa isi suara itu”
 Mendorong klien
mengungkapkan perasaannya pada
saat halusinasi “Bagaimana
perasaan bapak pada saat
mendengar suara-suara itu”
 Memberi pujian kepada
klien atas ungkapnya selama
interaksi “Bagus, bapak sudah
39

mengungkapkan apa yang bapak


rasakan selama ini “
 Menyimpulkan
kemampuan klien selama interaksi
“Bapak tadi mengatakan sering
mendengar suara – suara, tetapi
hanya bapak yang mendengar, saya
perawat dan pasien yang lain tidak
mendengar Itu yang namanya
halusinasi
 Mengakhiri pertemuan
“Baiklah Pak… Pertemuan kita
cukup disini “
 Mengadakan kontrak
untuk pertemuan berikutnya. Topik,
waktu dan tempat. “nanti siang kita
akan bicarakan tentang cara
19/ 01/2020 SP 1 mengontrol halusinasi, apakah S : Untuk mengontrol halusinasi ada 4 cara.
13.00 – 13.30 bapak setuju? Pertama harus berani mengatakan “Tidak”
mau mendengar suara bisikan orang yang
40

 Salam terapeutik tidak ada orangya


“Selamat Siang pak? Bagaimana Kedua, harus ada aktifitas misalnya ke
makan siangnya pad ? rehab, menyapu, cucian. Ketiga, minta
 Mengingatkan tolong sama perawat, keluarga kalau
kontrak,”Apakah bapak masih mendengar suara bisikan itu lagi.
ingat, sekarang kita akan Keempat, minum obat taratur
membicarakan apa? O : Kontak mata lama, Bicara lancar
 Mengevaluasi Ekspresi tenang
kemampuan klien pada sebelumnya A : SP 1 tercapai klien dapat menyebutkan
“Apakah bapak msih ingat apa itu cara memutuskan (mengontrol halusinasi)
halusinasi ? P : Pertemuan berikutnya tanggal 20 Januari

 Mengkaji tindakan apa 2020 pukul 10.00 wib, topik SP 2 yaitu

yang biasanya dilakukan klien mengevaluasi masalah dan latihan

untuk mengontrol halusinasi, sebelumnya, melatih cara mengontrol

selama ini apa yang dilakukan oleh halusinasi dengan berbincang dengan

pasien untuk mengontrol halusinasi orang lain, membimbing klien

“ memasukkan jadwal kegiatan harian

 Mendiskusikan dengan
klien cara untuk memutus
(mengontrol halusinasi) “untuk
41

mengontrol halusinasi itu ada 4


cara, pertama harus berani
melawan halusinasi dengan
mengatakan “tidak” mau
mendengar suara bisikan itu lagi,
kedua dengan melakukan banyak
aktifitas (kerehab, bantu menyapu,
mengelap meja dll). Ketiga,
meminta tolong perawat / keluarga
bila sedang halusinasi. Keempat,
minum obat teratur
 Meminta klien
mengulangi apa yang sudah
dijelaskan
“coba ulangi pak… apa yang sudah
saya jelaskan tadi”
 Memberikan pujian
atas kemampuan klien selama
pertemuan, “bapak tadi sudah bisa
menyebutkan cara untuk
42

memutuskan halusinasi,itu sudah


20 Januari 2020 SP 2 bagus sekali, nanti bapak bisa S : Klien dapat mengenali macam dan jumlah
10.00 – 10.30 coba” obat yang dimakan
 Mengakhiri kontrak - Klien menyebutkan
“baiklah pak…. Pertemuan kita guna masing-masing obat
cukup sekian. Besok kita akan - Klien akan makan
berbincang – bincang lagi pak obat sesuai peraturan dokter
O : Klien memperhatikan obat yang
diperlihatkan oleh perawat
 Salam terapeutik - Klien mananyakan
“selamat pagi pak..? nampaknya satu persatu obat yang dikenalkan
bapak sedang menunggu saya ? - Klien makan obat
 Mengingatkan siang setelah makan siang
kontrak, topik dan waktu
“apakah bapak masih ingat, kita A : SP 2 tercapai klien dapat menyebutkan
akan membicarakan apa hari ini ? jenis, nama obat dan guna obat untuk
 Mengevaluasi mengontrol halusinasi
kemampuan klien tentang SP atau P : Pertemuan selanjutnya tanggal 21 Januari
pertemuan sebelumnya “apakah 2020 pukul 10.00 wib Lanjut ke SP 3
bapak masih ingat bagaimana cara
43

mengontrol halusinasi
 Mengobservasi
respon verbal / non verbal saat ini
 Mendistribusikan
dengan klien macam-macam obat
yang dimakan

 Meminta klien untuk


mengulangi seperti apa yang telah
didiskusikan
“coba sekarang bapak ulangi apa
yang sudah kita diskusikan tadi
 Memberikan pujian
atas kemampuan klien
mengungkapakan kembali hasil
diskusi,”bagus.. bapak sudah dapat
21 Januari 2020 SP 3 menjelaskan dengan baik, berarti S : Klien dapat mengenali macam dan jumlah
Pukul 13.00 – 13.00 bapak sudah mengetahui guna obat obat yang dimakan, Klien menyebutkan

untuk mengontrol halusinasi guna masing-masing obat, Klien akan

 Mengakhiri kontrak, makan obat sesuai peraturan dokter, klien


44

“baiklah pak…kita akhiri mengatakan akan mengikuti jadwal yang


pertemuan kita siang ini dibuat oleh perawat
 Mengadakan kontrak O : Klien memperhatikan obat yang
untuk pertemuan berikutnya diperlihatkan oleh perawat
tanggal 21 Januari 2020 - Klien mananyakan
satu persatu obat yang dikenalkan
 Salam terapeutik - Klien makan obat
“selamat siang pak..? nampaknya siang setelah makan siang
bapak sedang menunggu saya ? A : SP 3 tercapai klien dapat menyebutkan
 Mengingatkan jenis, nama obat dan guna obat untuk
kontrak, topik dan waktu mengontrol halusinasi dan kien akan
“apakah bapak masih ingat, kita mengikuti jadwal kegiatan yang telah dibuat
akan membicarakan apa hari ini ? perawat
 Mengevaluasi P : Pertemuan selanjutnya tanggal 22 Januari
kemampuan klien tentang SP atau 2020 pukul 10.00 wib Lanjut ke SP 4
pertemuan sebelumnya “apakah
bapak masih ingat bagaimana cara
mengontrol halusinasi dan cara
minum obat ?
 Mengobservasi
45

respon verbal / non verbal saat ini


 Menjelaskan juga
bahwa untuk mengontrol halusinasi
dapat dilakukan dengan melakukan
percakapan dengan teman teman
 Mengajarkan dan
membuat jadwal kegiatan klien
dalam melakukan aktivitas pagi
klien mandi, membersihkan tempat
tidur, mengobrol dengan teman –
teman, mencuci pakaian, makan
siang, minum obat, tidur, mandi,
berkumpul dengan teman teman
 Meminta klien untuk
mengulangi seperti apa yang telah
didiskusikan
“coba sekarang bapak ulangi apa
yang sudah kita diskusikan tadi
22 Januari 2020 SP 4  Memberikan pujian S : Klien dapat mengenali macam dan jumlah
10.00 – 11.00 atas kemampuan klien obat yang dimakan, Klien menyebutkan
46

mengungkapakan kembali hasil guna masing-masing obat, Klien akan


diskusi,”bagus.. bapak sudah dapat makan obat sesuai peraturan dokter, klien
menjelaskan dengan baik. mengatakan akan mengikuti jadwal yang
 Mengakhiri kontrak, dibuat oleh perawat
“baiklah pak…kita akhiri O : Klien memperhatikan obat yang
pertemuan kita siang ini diperlihatkan oleh perawat
 Mengadakan kontrak - Klien mananyakan
untuk pertemuan berikutnya satu persatu obat yang dikenalkan
tanggal 22 Januari 2020 - Klien makan obat
siang setelah makan siang
 Salam terapeutik A : SP 4 tercapai klien dapat menyebutkan
“selamat Pagi pak..? nampaknya jenis, nama obat dan guna obat untuk
bapak sedang menunggu saya ? mengontrol halusinasi dan kien akan
 Mengingatkan mengikuti jadwal kegiatan yang telah dibuat
kontrak, topik dan waktu perawat
“apakah bapak masih ingat, kita P : Pertemuan selanjutnya memberikan
akan membicarakan apa hari ini ? discharge planning pada keluarga tanggal 24
 Mengevaluasi Januari 2020 pukul 10.00 wib
kemampuan klien tentang SP atau
pertemuan sebelumnya “apakah
47

bapak masih ingat bagaimana cara


mengontrol halusinasi dan cara
minum obat ?
 Mengobservasi
respon verbal / non verbal saat ini
 Menjelaskan juga
bahwa untuk mengontrol halusinasi
dapat dilakukan dengan melakukan
percakapan dengan teman teman
 Mengajarkan dan
membuat jadwal kegiatan klien
dalam melakukan aktivitas pagi
klien mandi, membersihkan tempat
tidur, mengobrol dengan teman –
teman, mencuci pakaian, makan
siang, minum obat, tidur, mandi,
berkumpul dengan teman teman
 Meminta klien untuk
mengulangi seperti apa yang telah
didiskusikan
48

24 Januari 2020 Discharge “coba sekarang bapak ulangi apa S : - halusinasi : Persepsi yang salah tanpa
Planning yang sudah kita diskusikan tadi rangsangan dari luar
Keluarga  Memberikan pujian - Tanda-tandanya :
atas kemampuan klien Bicara sendiri, tertawa sendiri, marah
mengungkapakan kembali hasil tiba-tiba
diskusi,”bagus.. bapak sudah dapat - Timbul saat
menjelaskan dengan baik. menyendiri/melamun, tidak timbul saat
 Mengakhiri kontrak, ada kegiatan
“baiklah pak…kita akhiri - Memutuskan untuk
pertemuan kita siang ini mengatasi segera halusinasi untuk
 Mengadakan kontrak mencegah bahaya kekerasan yang
untuk keluarga pasien berikutnya dilakukan
tanggal 24 Januari 2020 - Memberi kegiatan
rumah sehari-hari, tidak memberi peluang
 Menyampaikan klien untuk menyendiri
salam “selamat siang pak…? - Membantu suasana
- Memperkenal rumah yang menyenangkan klien
kan surat tugas - Mengikutsertakan
- Menyampaika klien dalam aktivitas keluarga, akan
49

n tujuan kunjungan bersama, ngobrol bersama


- Mendengarka - Membawa klien
n ungkapan keluarga dengan untuk mengontrol teratur kerumah sakit,
empati memastikan tidak pernah putus obat
O : Keluarga dapat dengan lancar
 Meng menjelaskan kembali kemampuan selama
enalkan kepada keluarga tentang diskusi. Keluarga nampak antusias
masalah halusinasi mendengarkan dan bertanya tentang hal yang
o Pengertian belum diketahui
halusinasi A : Discharge Planning dapat menjelaskan
o Sebab kembali apa yang dijelaskan oleh perawat
timbulnya halusinasi setelah diskusi
o Tanda dan P : Pertemuan selesai

gejala
o Saat
timbulnya
o Frekwensi, isi
halusinasi
50

 Memb
antu keluarga dalam memutuskan
tindakan terhadap masalah
halusinasi dengan menjelaskan
akibat dari halusinasi yang tidak
terkontrol

 Meng
ajarkan kepada keluarga cara
merawat klien halusinasi

 Menje
laskan tentang cara memutuskan
halusinasi yaitu :
-
Keluarga harus membantu klien
saat meminta bantuan
-
Memberikan kegiatan rumah
-
51

Menjamin diminumnya obat oleh


klien di rumah


Mengajurkan kepada keluarga
menciptakan lingkungan yang
mendukung tidak munculnya
halusinasi


Menjelaskan kepada keluarga
pentingnya kontrol ke rumah sakit
untuk mengetahui perkembangan
penyakitnya


Mengevaluasi kemampuan keluarta
tentang cara merawat klien untuk
halusinasi
52


Memberikan pujian atas kemampuan
keluarga mengungkapkan kembali
apa yang dijelaskan selama
pertemuan


Tidak lanjut : meminta keluaga
membesuk klien secara teratur
minimum 1 bulan sekali


Meminta keluarga terlihat aktif dalam
proses keperawatan selama klien di
rumah sakit
53

DAFTAR PUSTAKA

Budi A, “Proses Keperawatan Jiwa”, Jakarta : EGC, 2005

Maramis, WF, “Catatan Ilmu Keperawatan Jiwa”, Surabaya : Penerbit Airlangga,


1995

Stuart, G.W, Anna Sudden, S.J.E.R, “Buku Saku Keperawatan Jiwa”, Jakarta. EGC.
1995

Rasmun, SKp, “Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan


Keluarga”, Jakarta, EGC. 2001

Anda mungkin juga menyukai