Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN DENGAN DEFISIT

PERAWATAN DIRI

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. MOHD. SYUKRI, M.Kep, Sp.Kep Jiwa

DISUSUN OLEH :

ASNI YASTUTI

MERY YULIANA

NAZARUDDIN

SYARIFUDDIN

PROGRAM STUDI RPL JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan bagian integral dari kesehatan, sehat jiwa tidak hanya
terbatas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua
orang. Menurut Yosep (2007), kesehatan jiwa adalah sikap yang positif terhadap diri
sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri,
memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.
Umumnya manusia memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan baik,
namun ada juga individu yang mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian
dengan persoalan yang dihadapi. Mereka bahkan gagal melakukan koping yang sesuai
tekanan yang dialami, atau mereka menggunakan koping yang negatif, koping yang tidak
menyelesaikan persoalan dan tekanan tapi lebih pada menghindari atau mengingkari
persoalan yang ada.
Permasalahan pada suatu individu dalam mengalami gangguan jiwa sangatlah
kompleks antara satu dengan lainnya saling berkaitan. Mekanisme koping yang tidak
efektif merupakan salah satu faktor seseorang dapat mengalami gangguan jiwa. Seseorang
dapat dikatakan sehat jiwanya apabila seseorang tersebut memenuhi kriteria sebagai
berikut : sikap positif terhadap diri sendiri, tumbuh kembang dan aktualisasi diri, integrasi
(keseimbanganatau keutuhan), otonomi, persepsi realitas, environmental mastery
(kecakapan dalam adaptasi dengan lingkungan).
Sejalan dengan itu fungsi serta tanggung jawab perawat psikiatri dalam memberikan
asuhan keperawatan dituntut untuk dapat menciptakan suasana yang dapat membantu
proses penyembuhan dengan menggunakan hubungan terapeutik melalui usaha
pendidikan kesehatan dan tindakan keperawatan yang dapat membantu proses
penyembuhan dengan menggunakan hubungan terapeutik melalui usaha pendidikan
kesehatan dan tindakan keperawatan secara komprehensif yang diajukan secara
berkesinambungan karena penderita isolasi sosial dapat menjadi berat dan lebih sukar
dalam penyembuhan bila tidak mendapatkan perawatan secara intensif.
Menurut data dari WHO (World Health Organization) tahun 2011, yang di kutip dari
Ikrar (2012), penderita gangguan jiwa berat telah menempati tingkat yang luar biasa.
Lebih 24 juta mengalami gangguan jiwa berat. Jumlah penderita gangguan jiwa di dunia,
seperti fenomena gunung es di lautan, yang kelihatannya hanya puncaknya, tetapi
dasarnya lebih banyak lagi yang belum terlacak. Bahkan menurut laporan pusat psikiater
Amerika, dibutuhkan dana sekitar US$ 160 bilyun pertahun. Berarti gangguan jiwa
berdampak dalam semua segi kehidupan, ekonomi, politik, sosial, budaya, keamanan, dan
seterusnya.
Menurut data dari Departemen Kesehatan tahun 2007, kasus gangguan jiwa di
Indonesia yaitu 11,6% dari seluruh penduduk Indonesia (19,6 jt orang dari 241 jt). Pada
laporan riset kesehatan dasar tahun 2007, ditemukan bahwasebanyak 11,6% individu
yang berumur 15 tahun keatas melaporkan bahwa mereka memiliki gangguan emosional
(Dimyati, 2010).
Widowati (2013) mengungkapkan bahwa tekanan hidup diduga membuat semakin
banyak orang depresi dan gila. Setidaknya saat ini yang terdata saja di Jawa Tengah
terdapat 30.000 orang yang mengidap gangguan jiwa. Dari angka tersebut, hanya 20.000
orang yang mendapat perawatan intensif di rumah sakit kejiwaan. Tidak adanya
pengetahuan keluarga mengenai gangguan kejiwaan menyebabkan penderita tidak
memperoleh pengobatan. Selain itu, sebagian besar penderita gangguan kejiwaan masuk
kategori masyarakat miskin sehingga mereka selalu urung memberikan pengobatan yang
layak karena tidak ada biaya. Karena faktor biaya itulah, kebanyakan keluarga miskin
lebih memilih senang untuk memasung atau mengurung pasien gangguan jiwa daripada
dibawa ke rumah sakit jiwa. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa
dengan defisit perawatan diri.

B. Perumusan Masalah
Dalam penulisan laporan ini perumusan masalahnya adalah bagaimana aplikasi asuhan
keperawatan pada klien dengan masalah utama defisit perawatan diri di ruang Amarta
RSJD Surakarta.

C. Tujuan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan defisit perawatan
diri dan memberi pengetahuan kepada pembaca tentang asuhan keperawatan kepada klien
dengan gangguan defisit perawatan diri.

D. Manfaat
1. Institusi Pendidikan
Sebagai sumber informasi dan bahan referensi pada kepustakaan institusi
dalam meningkatkan mutu pendidikan pada masa yang akan datang di bidang
keperawatan, khususnya keperawatan jiwa.
2. Penulis dan mahasiswa
Memberikan pengertian, pengetahuan, pemahaman kepada pembaca mengenai
defisit perawatan diri dalam menyikapi dan mengatasi jika ada pasien dengan
masalah defisit perawatan diri.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Masalah Utama
Defisit perawatan diri
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000).
2. Faktor Predisposisi dan Faktor Presivitasi
Menurut Depkes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah:
a. Factor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah:
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

2) Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan
diri adalah:
a. Fisik
 Badan bau, pakaian kotor
 Rambut dan kulit kotor
 Kuku panjang dan kotor
 Gigi kotor disertai mulut bau
 Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
 Malas, tidak ada inisiatif
 Menarik diri, isolasi diri
 Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Social
 Interaksi kurang
 Kegiatan kurang
 Tidak mampu berperilaku sesuai norma
 Cara makan tidak teratur
 BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri.
4. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
Pola perawatan diri kadang perawatan diri Tidak melakukan
seimbang kadang tidak perawatan saat stress

5. Penatalaksanaan
Pasien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak membutuhkan
perawatan medis karena hanya mengalami gangguan jiwa, pasien lebih
membutuhkan terapai kejiwaan melalui komunikasi terapeutik.
C. Pohon Masalah
Effect Isolasi Sosial: menarik diri

Core Problem Defisit Perawatan Diri: mandi, berdandan

Causa Harga Diri Rendah Kronis
D. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Defisit perawatan diri
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah
E. Data yang Perlu Dikaji
1. Data Subyektif:
Klien mengatakan malas mandi, tak mau menyisir rambut, tak mau menggosok
gigi, tak mau memotong kuku, tak mau berhias, tak bisa menggunakan alat mandi /
kebersihan diri.
2. Data Obyektif:
Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi
kotor, mulut bau, penampilan tidak rapih, tak bisa menggunakan alat mandi.
F. Diagnosis Keperawatan Jiwa
1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
2. Defisit perawatan diri
G. Rencana Tindakan Keperawatan
Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
1. Untuk Klien
Tujuan Umun: Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk
memperhatikan kebersihan diri.
Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Kriteria evaluasi: Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda percaya
pada perawat:
1) Wajah cerah, tersenyum
2) Mau berkenalan
3) Ada kontak mata
4) Menerima kehadiran perawat
5) Bersedia menceritakan perasaannya
Intervensi
1) Berikan salam setiap berinteraksi.
2) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan.
3) Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
4) Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
5) Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
6) Buat kontrak interaksi yang jelas.
7) Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
8) Penuhi kebutuhan dasar klien.
2. Untuk Keluarga
a. Beri pendidikan kesehatan tentang merawat klien dan memotivasi klien untuk
kebersihan diri melalui pertemuan keluarga
b. Beri reinforcement positif atas partisipasi aktif keluarga
Defisit Perawatan Diri
1. Untuk Klien
Tujuan: Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti
mandi, berpakaian, makan, dan BAB/BAK
Intervensi:
a. Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri secara mandiri
b. Memberikan cara melakukan mandi/membersihkan diri, berhias, makan/minum,
BAB/BAK secara mandiri
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengawali masalah kurang
perawatan diri
2. Untuk Keluarga
a. Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh
klien agar dapat menjaga kebersihan diri
b. Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat dan memantau klien dalam
merawat klien
c. Anjurkan klien untuk memberikan pujian atas keberhasilan klien dalam merawat
diri.

H. Strategi Pelaksanaan Tindakan


SP Pada Pasien SP Pada Keluarga
SP 1 SP I k
1.      Menjelaskan pentingnya1.      Mendiskusikan masalah yang
kebersihan diri dirasakan keluarga dalam merawat
2.      Menjelaskan cara pasien
menjaga kebersihan diri 2.      Menjelaskan pengertian, tanda dan
3.      Melatih pasien cara gejala defisit perawatan diri, dan jenis
menjaga kebersihan diri defisit perawatan diri yang dialami
4.      Membimbing pasien pasien beserta proses terjadinya
memasukkan dalam jadwal 3.      Menjelaskan cara-cara merawat
kegiatan harian. pasien defisit perawatan diri
SP 2 p SP 2 k
1.        Memvalidasi masalah 1.      Melatih keluarga mempraktekkan
dan latihan sebelumnya. cara merawat pasien dengan defisit
2.        Menjelaskan cara makan perawatan diri
yang baik 2.      Melatih keluarga melakukan cara
3.        Melatih pasien cara merawat langsung kepada pasien
makan yang baik defisit perawatan diri
4.        Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
SP 3 p SP 3 k
1.      Memvalidasi masalah 1.      Membantu keluarga membuat
dan latihan sebelumnya. jadual aktivitas di rumah termasuk
2.      Menjelaskan cara minum obat (discharge planning)
eliminasi yang baik 2.      Menjelaskan follow up pasien
3.      Melatih cara eliminasi setelah pulang
yang baik.
4.      Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa

Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia

Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.


FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Ruang rawat : Tanggal dirawat:


A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Bapak M Suwano (L)
Umur : 34 Tahun
No. CM : 049031
Tanggal Masuk :

B. ALASAN MASUK/FAKTOR PRESIPITASI


Klien diantar keluarganya ke IGD RSJD Provinsi Jambi pada. Keluarga
mengatakan klien selama dirumah gelisah dan malas melakukan kegiatan apapun.
Keluarga mengatakan pasien jarang mandi dan susah diminta mandi. Klien mandi
seminggu sekali. Klien tampak berantakan, bau dan kulitnya lengket. Dan pakaiannya
kurang rapi, celananya terbalik.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
 YA

TIDAK

2. Pengobatan sebelumnya?

Berhasil Tidak berhasil
 Kurang berhasil

3. Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi
Aniaya fisik 23  ........... ...........
Aniaya seksual ........... ........... ........... ...........
Penolakan ........... ........... ........... ...........
Kekerasan dalam ........... ........... ........... ...........
keluarga
Tindakan kriminal ........... ........... ........... ...........
Jelaskan tanda gejala PERILAKU KEKERASAN :

4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa


YA
TIDAK

Jika ada
Hubungan keluarga :
Gejala :

Riwayat pengobatan : Klien pernah dirawat setahun yang lalu

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Klien mengatakan ingin menjadi polisi tetapi keluarga tidak memiliki uang untuk
membiayai.

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital
TD : 13=10/80 mmHg
HR : 86 kali / menit
S : 36,3 oC
RR : 20 kali / menit
2. Ukur
BB : 56 Kg
TB : 158 cm
3. Keluhan fisik
Klien tampak berantakan, celananya terbalik, bau dan giginya tampak kuning.

E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Ayah
Ibu Bapak
Bapa
k
Rah
mat Pasien
m

: Laki – Laki
: Perempuan
: Meninggal

Jelaskan :
Klien merupakan anak ke 6 dari 6 bersaudara, dan tinggal serumah dengan ibunya,
klien dekat dengan kakak ke 2
Konsep Diri:
a. Citra Tubuh :
Klien mengatakan menyukai anggota tubuhnya.
b. Identitas :
Klien mengatakan ia adalah seorang laki-laki, klien mengatakan sebelum masuk
rumah sakit ia bekerja di pabrik.
c. Peran :
Klien sebagai anak, sebelum sakit jiwa bekerja di pabrik.
d. Ideal Diri :
Klien mengatakan ingin segera sembuh dari penyakitnya dan pulang untuk
berkumpul dengan keluarga.
e. Harga Diri :
Klien mengatakan tidak puas dengan pekerjaan sebelumnya yaitu bekerja
dipabrik.
Masalah keperawatan:

2. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang berarti adalah Kedua orang tua, Kakek dan
Nenek.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Terbatas
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Hubungan sosial klien dengan masyarakat mengalami hambatan klien merasa
keberadaannya tidak diinginkan dan tidak diterima oleh keluarga dan
masyarakat sekitar tempat tinggalnya.
Masalah kep: Tidak ada masaah keperawatan.

3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan ia menganut agama islam.
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan sholat 5 waktunya belum terlaksana seluruhnya karena
pasien sering lupa untuk melaksanakannya.

F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Bagaimana penampilan klien dalam hal berpakaian, mandi, toileting, dan
pemakaian sarana / prasarana atau instrumentasi dalam mendukung penampilan,
apakah klien:
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan :
Klien tampak berantakan dan menggunakan celana terbalik.
2. Pembicaraan
Cepat Apatis
√ Keras √ Lambat
Gagap Membisu
Inkoherensi Tidak mampu memulai pembicaraan

Jelaskan :
Pembicaraan klien keras dan agak lambat ketika diajak berbicara

3. Aktivitas motorik
Lesu Tik
Tegang Grimasem
√ Gelisah Tremor
Agitasi Kompulsif
Jelaskan :
Klien tampak gelisah, karena sering berpindah dari satu tempat ke tempat
yang lain.

4. Alam perasaan
√ Sedih Khawatir
Ketakutan Gembira berlebihan
Putus asa

5. Afek
Datar √ Labil
Tumpul Tidak sesuai

6. Interaksi selama wawancara


Bermusuhan Kontak mata kurang
Tidak kooperatif Curiga
Mudah tersinggung

7. Persepsi - Sensorik
Halusinasi / Ilusi ?
Ada
Pendengaran Pengecapan
Penglihatan Penghidu
Perabaan
Jelaskan
Data Subjektif
Isi Halusinasi :

Frekuensi :
Waktu :
Situasi saat muncul :
Respon pasien :
Data Objektif :

8. Isi pikir
Obsesi Depersonalisasi
Phobia Ide yang terkait Waham :
Hipokondria
Agama Pikiran magis
Nihilistik
Somatik Sisip pikir
Kebesaran Siar pikir
Curiga Kontrol pikir
Jelaskan :

9. Proses pikir

√ Circumstansial Flight of idea


Tangensial Blocking
Kehilangan asosiasi Pengulangan pembicaraan / perseverasi
Jelaskan :
Pembicaraan klien berbelit-belit, tidak ada hubungan antara satu kalimat dengan
kalimat lainnya dan klien tidak menyadarinya, tetapi tetap sampai pada tujuan
pembicaraan.

10. Tingkat Kesadaran


Bingung Disorientasi waktu
Sedasi Disorientasi orang
Stupor Disorientasi tempat

11. Memori
Gangguan daya ingat jangka Gangguan daya ingat saat ini
panjang
Gangguan daya ingat jangka Konfabulasi
pendek
Jelaskan :
Klien tidak menunjukkan adanya gangguan memori atau daya ingat, pasien masih bisa
menceritakan kejadian dimasa lalu dan yang pernah dialaminya.

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan :
Tingkat konsentrasi dan berhitung klien tidak ada gangguan, pasien bisa berkonsentrasi
dan berhitung 1-10.

13. Kemampuan penilaian


Gangguan ringan
Gangguan bermakna
Jelaskan :
Kemampuan penilaian pasien tidak memiliki gangguan penilaian.

14. Daya Tilik Diri


Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal di luar dirinya

Jelaskan :
Daya tilik diri klien mengatakan bahwa klien tidak mengalami gangguan jiwa

G. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Makanan Transportasi
Keamanan Tempat tinggal
Perawatan Kesehatan Uang
Pakaian
Jelaskan :
Kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan untuk makan dan minum tidak ada
masalah

2. Kegiatan hidup sehari-hari


a. Perawatan diri
Mandi BAK / BAB
Kebersihan Ganti pakaian
Makan
Jelaskan :
Perawatan diri klien seperti mandi, kebersihan, makan BAB dan BAK tidak ada
masalah.

Nutrisi
Apakah anda puas dengan pola makan anda?
√ Ya

Tidak
Frekuensi makan sehari : 3 kali
Frekuensi kedapan sehari : 2 kali
Nafsu makan :
√ Meningkat Berlebihan
Menurun Sedikit – sedikit
Berat badan :
Meningkat
Menurun
BB terendah : 52 Kg BB tertinggi : 55 Kg
Jelaskan :
Klien mengatakan selama di rumah sakit nafsu makan meningkat ,BB meningkat
dari 52 Kg sekarang menjadi 55 Kg

b. Tidur
Apakah ada masalah tidur ? TIDAK
Apakah merasa segar setelah bangun tidur ? YA
Apakah ada kebiasaan tidur siang? TIDAK
Lama tidur siang : ........ Jam
Apa yang menolong tidur ? .................................................................................
Tidur malam jam : 21.30 WIB , berapa jam : 7 -8 jam
Apakah ada gangguan tidur ?
Sulit untuk tidur Terbangun saat tidur
Bangun terlalu pagi Gelisah saat tidur
Somnambulisme Berbicara saat tidur
Jelaskan :
Tidak ada masalah gangguan tidur

c. Penggunaan Obat
√ Bantuan minimal Bantuan total

3. Pemeliharaan Kesehatan
Ya Tidak
Perawatan lanjutan √

Sistem pendukung

4. Aktivitas di Dalam Rumah


Ya Tidak
Mempersiaperilaku
kekerasanan makanan
Menjaga kerapian rumah
Mencuci pakaian

5. Aktivitas di Luar Rumah


Ya Tidak
Belanja
Transportasi
Lain-lain
Jelaskan :
...................................................................................................................................
.................................................................................................................................
H. MEKANISME KOPING
Adaptif: Maladaptif:
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Teknik relokasi Berkerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olah raga Menciderai diri
Lainnya: pasien bisa melakukan Lainnya: reaksi pasien
teknik relaksasi nafas dalam yang di lambat
ajarkan untuk mengontrol rasa takut
saat stressor halusinasinya muncul

I. SUMBER KOPING
Kemampuan individu menyelesaikan masalah, uraikan
Klien belum mampu menyelesaikan masalah , klien mengatakan tidak
mau bergaul dengan teman dan masyarakat karena merasa tidak
diinginkan di keluarga maupun masyarakat.
Kemampuan keluarga menyelesaikan masalah pasien, uraikan
Keluarga tidak mampu menyelesaikan masalah klien, sehingga klien
harus di rawat dirumah sakit.
Kemampuan finansial keluarga untuk membantu perawatan pasien,
uraikan
Kemampuan finansial keluarga mampu untuk membantu perawatan klien.
Pengalaman perawatan sebelumnya, uraikan
Klien belum pernah masuk ke Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi,
Klien baru pertama kalinya .

J. ASPEK MEDIS
Diagnosis medis : Skizofrenia
Terapi medis : Risperidone 2 x 1(2gr), Lorazepam 2 x 1(2gr), Metilprednisolon 2
x 1 (2gr).

K. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Defisit perawatan diri

Perawat

( )
ANALISA DATA

Nama : Bapak M Suwano


NO DATA MASALAH
1. Data Subjektif : Defisit perawatan diri
Klien selama dirumah gelisah dan
malas melakukan kegiatan apapun.
Keluarga mengatakan pasien jarang
mandi dan susah diminta mandi. Klien
mandi seminggu sekali.

Data Objektif :
Klien tampak berantakan, bau dan
kulitnya lengket. Dan pakaiannya
kurang rapi, celananya terbalik,
giginya tampak kuning.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Nama : Bapak M Suwano


NO DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan harga diri rendah dibuktikan dengan
Klien selama dirumah gelisah dan malas melakukan kegiatan apapun. Keluarga
mengatakan pasien jarang mandi dan susah diminta mandi. Klien mandi seminggu
sekali. Klien tampak berantakan, bau dan kulitnya lengket. Dan pakaiannya kurang
rapi, celananya terbalik, giginya tampak kuning.
CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA: BAPAK M SUWANO TANGGAL :


RUANGAN :
IMPLEMENTASI EVALUASI
Data Subjektif: S: Klien mengatakan senang dan merasa
Klien mengatakan malas melakukan ada manfaatnya.
apapun.
O: Klien mampu mengulangi dan
Data Objektif: mendemonstrasikan cara menjaga
Klien tampak kurang rapi pakaiannya, kebersihan diri (mandi dan ganti
gigi tampak kuning. pakaian, sikat gigi, cuci rambut,
potong kuku)
Kemampuan:
Klien mampu mengulangi dan A: Defisit perawatan diri +
mendemonstrasikan cara menjaga
kebersihan diri (mandi dan ganti pakaian, P: Latihan cara menjaga kebersihan diri
sikat gigi, cuci rambut, potong kuku) (mandi dan ganti pakaian, sikat gigi,
cuci rambut, potong kuku)
DX : Defisit perawatan diri. Pagi : 07.00 WIB
Sore : 18.00 WIB
T/: Mengajarkan pasien SP 1 cara
menjaga kebersihan diri (mandi dan ganti
pakaian, sikat gigi, cuci rambut, potong
kuku)

RTL: SP 2 defisit perawatan diri.


CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA: BAPAK M SUWANO TANGGAL :


RUANGAN :
IMPLEMENTASI EVALUASI
Data Subjektif: S: Klien mengatakan senang dan merasa
Klien mengatakan malas melakukan ada manfaatnya.
apapun.
O: Klien mampu mengulangi dan
Data Objektif: mendemonstrasikan cara berdandan
Klien tampak kurang rapi pakaiannya, (sisiran dan cukuran)

Kemampuan: A: Defisit perawatan diri +


Klien mampu mengulangi dan
mendemonstrasikan cara berdandan P: Latihan cara menjaga kebersihan diri
(sisiran dan cukuran) (mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, cuci
Klien mampu mengulangi dan rambut, potong kuku), cara berdandan
mendemonstrasikan cara berdandan (sisiran dan cukuran)
(sisiran dan cukuran) Pagi : 07.00 WIB
Sore : 18.00 WIB
DX : Defisit perawatan diri.

T/: Mengajarkan pasien SP 2 cara


berdandan (sisiran dan cukuran)

RTL: SP 3 defisit perawatan diri.


CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA: BAPAK M SUWANO TANGGAL :


RUANGAN :
IMPLEMENTASI EVALUASI
Data Subjektif: S: Klien mengatakan senang dan merasa
Klien mengatakan malas melakukan ada manfaatnya.
apapun.
O: Klien mampu mengulangi dan
Data Objektif: mendemonstrasikan cara dan alat makan
Pakaian klien tampak rapi dan sesuai. minum.

Kemampuan:
Klien mampu mengulangi dan A: Defisit perawatan diri +
mendemonstrasikan cara berdandan
(sisiran dan cukuran) P: Latihan cara menjaga kebersihan diri
Klien mampu mengulangi dan (mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, cuci
mendemonstrasikan cara berdandan rambut, potong kuku), cara berdandan
(sisiran dan cukuran) (sisiran dan cukuran), cara dan alat makan
Klien mampu mengulangi dan minum.
mendemonstrasikan cara dan alat makan Pagi : 07.00 WIB
minum. Sore : 18.00 WIB

DX : Defisit perawatan diri.

T/: Mengajarkan pasien SP 2 cara dan alat


makan minum.

RTL: SP 4 defisit perawatan diri.


CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA: BAPAK M SUWANO TANGGAL :


RUANGAN :
IMPLEMENTASI EVALUASI
Data Subjektif: S: Klien mengatakan senang dan merasa
Klien mengatakan sudah melakukan ada manfaatnya.
kegiatan sesuai jadwal.
O: Klien mampu mengulangi dan
Data Objektif: mendemonstrasikan cara BAB dan BAK
Pakaian klien tampak rapi dan sesuai. yang baik.

Kemampuan: A: Defisit perawatan diri -


Klien mampu mengulangi dan
mendemonstrasikan cara berdandan P: Latihan cara menjaga kebersihan diri
(sisiran dan cukuran) (mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, cuci
Klien mampu mengulangi dan rambut, potong kuku), cara berdandan
mendemonstrasikan cara berdandan (sisiran dan cukuran), cara dan alat makan
(sisiran dan cukuran) minum, dan cara BAB dan BAK yang
Klien mampu mengulangi dan baik.
mendemonstrasikan cara dan alat makan Pagi : 07.00 WIB
minum. Sore : 18.00 WIB
Klien mampu mengulangi dan
mendemonstrasikan cara BAB dan BAK
yang baik.

DX : Defisit perawatan diri.

T/: Mengajarkan pasien SP 4 cara BAB


dan BAK yang baik.

RTL: Validasi SP 4 defisit perawatan diri.

Anda mungkin juga menyukai