Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kehamilan adalah suatu kondisi yang terjadi bila ada pertemuan dan

persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa). Kehamilan

terbagi atas trimester I (1 – 14 minggu), trimester II (14 – 28 minggu), trimester

III (28 – 42 minggu).

Negara berkembang masih sangat perlu di perhatikan terutama terkait

masalah kesehatan ibu. Tingginya kasus kematian masih menjadi topik hangat

yang selalu dibicarakan untuk upaya penurunannya. Angkat kematian ibu (AKI)

di indonesia masih tergolong tinggi yaitu 228 ibu meninggal per 100.000

kelahiran pada tahun 2010. Angka ini lebih dari 20-30 kali lipat dibanding dengan

AKI dinegara tetangga. Singapura mencatat paling rendah angka kematian ibu

melahirkan,hanya 3 ibu per 100.000 kelahiran. Kemudian disusul Malaysia ( 5 ibu

meninggal per 100.000 kelahiran).thailand ( 8-10 per 100.000), vietnam ( 50 per

100.000). indonesia tertinggi di kawasan asia tenggara untuk jumlah AKI

( UNICEF,2012).

Salah satu upaya yang dilakukan departemen kesehatan dalam rangka

mempercepat penurunan angka kematian ibu adalah pelayanan kesehatan meternal

yang berkualitas, yaitu melakukan pemeriksaan kehamilan atau artenatal care

(ANC). Tujuan dari ANC adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui

masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta menghasilkan

bayi yang sehat ( Depkes RI,2014).

1
Ibu hamil yang termasuk golongan dengan kehamilan resiko tinggi adalah ibu

dengan riwayat kehamilan dan persalinan yang sebelumnya kurang baik,

misalnya riwayat keguguran, pendarahan pasca kelahiran,lahir mati, tinggi badan

ibu hamil kurang dari 145 cm, ibu hamil yang kurus atau berat badan kurang usia

ibu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, sudah memiliki 4 anak

atau lebih, jarak antara dua kehamilan kurang dari 2 tahun, ibu ibu menderita

anemia atau kurang darah ,pendarahan pada kehamilan, tekanan darah yang

meninggi dan sakit kepala hebat dan adanya bengkak pada tungkai, kelainan letak

janin atau bentuk panggul ibu tidak normal, riwayat penyakit kronik seperti

diabetes, darah tinggi, asma dan lain-lain ( chistian,2008).

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Melaporkan penerapan/aplikasi asuhan keperawatan pada keluarga dengan

ibu hamil resiko tinggi

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk memaparkan:

a. Pengkajian pada keluarga dengan masalah ibu hamil resiko tinggi

b. Analisa data hasil pengkajian dan menetapkan diagnosa keperawatan

pada klien dengan kehamilan resiko tinggi.

c. Rencana tindakan keperawatan pada klien dengan kehamilan resiko

tinggi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Ibu Hamil

1. Pengertian

Bumil adalah suatu kondisi dimana seorang perempuan mengalami

kehamilan. Kehamilan adalah suatu kondisi yang terjadi bila ada pertemuan

dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa).

Kehamilan terbagi atas trimester I (1 – 14 minggu), trimester II (14 – 28

minggu), trimester III (28 – 42 minggu).

2. Konsep Pertumbuhan / PerkembanganFisik

a. Perubahan/ Pertumbuhan Fisik

1) Perubahan Pada Kulit

Terjadi hiperpigmentasi yaitu kelebihan pigmen di tempat tertentu. Pada

wajah, pipi, dan hidung mengalami hiperpigmentasi sehingga menyerupai

topeng (topeng kehamilan atau kloasma gravidarum). Pada areola mamae dan

Puting susu, daerah yang berwarna hitam di sekitar puting susu akan

menghitam. Sekitar areola yang biasanya tidak berwarna akan berwarna hitam.

Hal ini disebut areola mamae sekunder. Puting susu menghitam dan membesar

sehingga lebih menonjol. Pada areola suprapubis, terdapat garis hitam yang

memanjang dari atas simfisis sampai pusat. Warnanya lebih hitam

dibandingkan sebelumnya, muncul garis baru yang memanjang ditengah atas

pusat (linea nigra). Pada perut, selain hiperpigmentasi terjadi stria gravidarum

3
yang merupakan garis pada kulit. Terdapat 2 jenis stria gravidarum yaitu stria

livida (garis berwarna biru) dan stria albikan (garis berwarna putih). Hal ini

terjadi karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis

anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.

2) Perubahan kelenjar

Kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk seperti leher

pria. Perubahan ini tidak selalu terjadi pada wanita hamil.

3) Perubahan payudara

Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin

dekatnya persalinan, payudara menyiapkan diri untuk memproduksi makanan

pokok untuk bayi setelah lahir. Perubahan yang terlihat pada payudara adalah:

a) Payudara membesar, tegang dan sakit

b) Vena di bawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas

c) Hiperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu serta muncul areola

mamae sekunder

d) Kelenjar Montgomery yang terletak di dalam areola mamae membesar dan

kelihatan dari luar. Kelenjar Montgomery mengeluarkan lebih banyak

cairan agar puting susu selalu lembab dan lemas sehingga tidak menjadi

tempat berkembang biak bakteri.

e) Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat. Mulai kehamilan 16

minggu, cairan yang dikeluarkan jernih. Pada kehamilan 16 minggu

sampai 32 minggu, warna cairan agak putih seperti air susu yang sangat

encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan yang

4
dikeluarkan lebih kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung

lemak. Cairan ini disebut kolostrum.

4) Perubahan Perut

Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin besar. Biasanya

hingga kehamilan 4 bulan, pembesaran perut belum kelihatan. Setelah

kehamilan 5 bulan, perut mulai kelihatan membesar. Saat hamil tua, perut

menjadi tegang dan pusat menonjol ke luar. Timbul stria gravidarum dan

hiperpigmentasi pada linea alba serta linea nigra.

5) Perubahan Alat Kelamin Luar

Alat kelamin luar ini tampak hitam kebiruan karena adanya kongesti pada

peredaran darah. Kongesti terjadi karena pembuluh darah membesar, darah

yang menuju uterus sangat banyak, sesuai dengan kebutuhan uterus untuk

membesarkan dan memberi makan janin. Gambaran mukosa vagina yang

mengalami kongesti berwarna hitam kebiruan (tanda Chadwick).

6) Perubahan padaTungkai

Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua,

sering terjadi edema pada salah satu tungkai. Edema terjadi karena tekanan

uterus yang membesar pada vena femoralis sebelah kanan atau kiri.

7) Perubahan Sikap tubuh

Sikap tumbuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar.

b. Perkembangan/ Perubahan Psikologis

Menurut teori Rubin, perubahan psikologis yang terjadi pada:

5
1) Trimester I meliputi: ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir.

2) Trimester II meliputi: perasaan lebih nyaman serta kebutuhan mempelajari

perkembangan dan pertumbuhan janin meningkat. Kadang tampak egosentris

dan berpusat pada diri sendiri.

3) Trimester III meliputi: memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih introvert, dan

merefleksikan pengalaman masa lalu.

c. Masalah yang Sering Terjadi

1) Respon Terhadap Perubahan Citra Tubuh

Perubahan fisiologis kehamilan menimbulkan perubahan bentuk tubuh

yang cepat dan nyata. Selama trimester I bentuk tubuh sedikit berubah, tetapi

pada trimester II pembesaran abdomen yang nyata, penebalan pinggang dan

pembesaran payudara memastikan status kehamilan. Wanita merasa seluruh

tubuhnya bertambah besar dan menyita ruang yang lebih luas. Perasaan ini

semakin kuat seiring bertambahnya usia kehamilan. Secara bertahap terjadi

kehilangan batasan–batasan fisik secara pasti, yang berfungsi memisahkan diri

sendiri dari orang lain dan memberi rasa aman. 

Sikap wanita terhadap tubuhnya di duga dipengaruhi oleh nilai – nilai

yang diyakininya dan sifat pribadinya. Sikap ini sering berubah seiring

kemajuan kehamilan. Sikap positif terhadap tubuh biasanya terlihat selama

trimester I. Namun, seiring kemajuan kehamilan, perasaan tersebut menjadi

lebih negatif. Pada kebanyakan wanita perasaan suka atau tidak suka terhadap

6
tubuh mereka dalam keadaan hamil bersifat sementara dan tidak menyebabkan

perubahan persepsi yang permanen tentang diri mereka.

2) Ambivalensi Selama Masa Hamil

Ambivalensi didefinisikan sebagai konflik perasaan yang simultan,

seperti cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu, atau suatu keadaan.

Ambivalensi adalah respon normal yang dialami individu yang mempersiapkan

diri untuk suatu peran baru. Kebanyakan wanita memiliki sedikit perasaan

ambivalen selama hamil. Bahkan wanita yang bahagia dengan kehamilannya,

dari waktu ke waktu dapat memiliki sikap bermusuhan terhadap kehamilan

atau janin. Pernyataan pasangan tentang kecantikan seorang wanita yang tidak

hamil atau peristiwa promosi seorang kolega ketika keputusan untuk memiliki

seorang anak berarti melepaskan pekerjaan dapat meningkatkan rasa

ambivalen. Sensasi tubuh, perasaan bergantung, dan kenyataan tanggung jawab

dalam merawat anak dapat memicu perasaan tersebut.

Perasaan ambivalen berat yang menetap sampai trimester III dapat

mengindikasikan bahwa konflik peran sebagai ibu belum diatasi (Lederman,

1984). Setelah kelahiran seorang bayi yang sehat, kenangan akan perasaan

ambivalen ini biasanya lenyap. Apabila bayi yang lahir cacat, seorang wanita

kemungkinan akan mengingat kembali saat–saat ia tidak menginginkan anak

tersebut dan merasa sangat bersalah. Tanpa penyuluhan dan dukungan yang

memadai, ia dapat menjadi yakin bahwa perasaan ambivalennya telah

menyebabkan anaknya cacat.

7
3) Hubungan Seksual

Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual. Beberapa

pasangan menyatakan puas dengan hubungan seksual mereka, sedangkan yang

lain mengatakan sebaliknya. Perasaan yang berbeda–beda ini dipengaruhi oleh

faktor – faktor fisik, emosi, dan interaksi, termasuk takhayul tentang seks

selama masa hamil, masalah disfungsi seksual, dan perubahan fisik pada

wanita.

Dengan berlanjutnya kehamilan, perubahan bentuk tubuh, citra tubuh,

dan rasa tidak nyaman mempengaruhi keinginan kedua belah pihak untuk

menyatakan seksualitas mereka. Selama trimester I seringkali keinginan

seksual wanita menurun, terutama jika ia merasa mual, letih, dan mengantuk.

Saat memasuki trimester II kombinasi antara perasaan sejahteranya dan

kongesti pelvis yang meningkat dapat sangat meningkatkan keinginannya

untuk melampiaskan seksualitasnya. Pada trimester III peningkatan keluhan

somatik (tubuh) dan ukuran tubuh dapat menyebabkan kenikmatan dan rasa

tertarik terhadap seks menurun (Rynerson, Lowdermilk, 1993)

Pasangan tersebut perlu merasa bebas untuk membahas hubungan

seksual mereka selama masa hamil. Kepekaan individu yang satu terhadap

yang lain dan keinginan untuk berbagi masalah dapat menguatkan hubungan

seksual mereka. Komunikasi antara pasangan merupakan hal yang penting.

Pasangan yang tidak memahami perubahan fisiologis dan emosi, yang terjadi

dengan cepat selama masa hamil, dapat menjadi bingung saat melihat perilaku

pasangannya. Dengan membicarakan perubahan – perubahan yang mereka

8
alami, pasangan dapat mendefinisikan masalah mereka dan menawarkan

dukungan yang diperlukan. Perawat dapat memperlancar komunikasi antar

pasangan dengan berbicara kepada pasangan tentang perubahan perasaan dan

perilaku yang mungkin dialami wanita selama masa hamil (Rynerson,

Lowdermilk, 1993).

4) Kekhawatiran terhadap Janin

Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbeda–beda selama

masa hamil (Gaffney, 1988). Kekhawatiran pertama timbul pada trimester I

dan berkaitan dengan kemungkinan terjadinya keguguran. Banyak wanita yang

sengaja tidak mau memberitahukan kehamilannya kepada orang lain sampai

periode ini berlalu. Ketika janin menjadi semakin jelas, yang terlihat dengan

adanya gerakan dan denyut jantung, Kecemasan orang tua yang terutama ialah

kemungkinan cacat pada anaknya. Orang tua mungkin akan membicarakan rasa

cemasnya ini secara terbuka dan berusaha untuk memperoleh kepastian bahwa

anaknya dalam keadaan sempurna. Pada tahap lanjut kehamilan, rasa takut

bahwa anaknya dapat meninggal semakin melemah. Kemungkinan kematian

ini terbukti semakin tidak dipikirkan orang tua.

d. Tugas Perkembangan

1) Menerima Kehamilan

Langkah pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu ialah menerima

ide kehamilan dan mengasimilasi status hamil ke dalam gaya hidup wanita

tersebut (Lederman, 1984). Tingkat penerimaan dicerminkan dalam kesiapan

wanita dan respons emosionalnya dalam menerima kehamilan.

9
a) Kesiapan menyambut kehamilan 

Ketersediaan keluarga berencana mengandung makna bahwa kehamilan

bagi banyak wanita merupakan suatu komitmen tanggung jawab bersama

pasangan. Namun, merencanakan suatu kehamilan tidak selalu berarti

menerima kehamilan (Entwistle, Doering, 1981).Wanita lain memandang

kehamilan sebagai suatu hasil alami hubungan perkawinan, baik diinginkan

maupun tidak diinginkan, bergantung pada keadaan. 

Wanita yang siap menerima suatu kehamilan akan dipicu gejala -

gejala awal untuk mencari validasi medis tentang kehamilannya. Beberapa

wanita yang memiliki perasaan kuat, seperti “tidak sekarang,” bukan saya,”

dan “ tidak yakin,” mungkin menunda mencari pengawasan dan perawatan

(Rubin, 1970). Namun , beberapa wanita menunda validasi medis karena

akses keperawatan terbatas, merasa malu, atau alasan budaya. Untuk orang

lain, kehamilan dipandang sebagai suatu peristiwa alami, sehingga tidak

perlu mencari validasi medis dini. 

Setelah kehamilan dipastikan respon emosi wanita dapat bervariasi,

dari perasaan sangat gembira sampai syok, tidak yakin, dan putus asa.

Reaksi yang diperlihatkan banyak wanita ialah respon” suatu hari nanti,

tetapi tidak sekarang.”

Wanita lain dengan sederhana menerima kehamilan sebagai

kehendak alam. Banyak wanita mula- mula terkejut ketika mendapatkan diri

mereka hamil. Namun, seiring meningkatnya penerimaan terhadap

kehadiran seorang anak, akhirnya mereka menerima kehamilan. Tidak

10
menerima kehamilan tidak dapat disamakan dengan menolak anak. Seorang

wanita mungkin tidak menyukai kenyataan dirinya hamil, tetapi agar anak

itu dilahirkan.

b) Respon Emosional

Wanita yang bahagia dan senang dengan kehamilannya sering

memandang hal tersebut sebagai pemenuhan biologis dan merupakan bagian

dari rencana hidupnya. Mereka memiliki harga diri yang tinggi dan

cenderung percaya diri akan hasil akhir untuk dirinya sendiri, untuk

bayinya, dan untuk anggota keluarga yang lain. Meskipun secara umum

keadaan mereka baik, namun kelabilan emosional yang terlihat pada

perubahan mood yang cepat untuk dijumpai pada wanita hamil.

Perubahan mood yang cepat dan peningkatan sensitifitas terhadap

orang lain ini membingungkan calon ibu dan orang- orang di sekelilingnya.

Peningkatan iritabilitas, uraian air mata dan kemarahan serta perasaan suka

cita, serta kegembiraan yang luar biasa muncul silih berganti hanya karena

suatu provokasi kecil atau tanpa provokasi sama sekali.

Perubahan hormonal yang merupakan bagian dari respon ibu

terhadap kehamilan, dapat menjadi penyebab perubahan mood, hampir sama

seperti saat akan menstruasi atau selama menopause. Alasan lain, seperti

masalah seksual atau rasa takut terhadap nyeri selama melahirkan, juga

dijadikan penjelasan timbulnya perilaku yang tidak menentu ini. 

Seiring kemajuan kehamilan, wanita lebih menjadi terbuka tentang

terhadap diri sendiri dan orang lain. Ia bersedia membicarakan hal- hal yang

11
tidak pernah dibahas atau yang dibahas hanya dalam keluarga dan tampak

yakin bahwa pikiran- pikirannya dan gejala - gejala yang dialaminya akan

menarik untuk si pendengar yang dianggapnya protektif. Keterbukaan ini,

disertai kesiapan untuk belajar, meningkatkan kesempatan untuk bekerja

sama dengan wanita hamil dan meningkatkan kemungkinan

diselenggarakannya perawatan yang efektif dan terapeutik untuk

mendukung kehamilan.

Apabila anak tersebut diingingkan, rasa tidak nyaman yang timbul

akibat kehamilan cenderung dianggap sebagai suatu iritasi dan upaya

dilakukan untuk meredakan rasa nyaman tersebut biasanya membawa

keberhasilan. Rasa senang yang timbul karena memikirkan anak yang akan

lahir dan perasaan dekat dengan anak membantu menyesuaikan diri

terhadap rasa tidak nyaman ini.

Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya mengeluhkan ketidak

nyamanan fisik dapat mencari bantuan untuk mengatasi konflik peran ibu

dan tanggung jawabnya. Pengkajian lebih lanjut tentang toleransi dan

kemampuan koping perlu dilakukan (Lederman, 1984)

2) Mengenal Peran Ibu

Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai pada awal setiap

kehidupan seorang wanita, yakni melalui memori - memori ketika ia,

sebagai seorang anak, diasuh oleh ibunya. Persepsi kelompok sosialnya

mengenai peran feminim juga membuatnya condong memilih peran sebagai

ibu atau wanita karir, menikah atau tidak menikah, dan mandiri dari pada

12
interdependen. Peran - peran batu loncatan, seperti bermain dengan boneka,

menjaga bayi, dan merawat adik - adik, dapat meningkatkan pemahaman

tentang arti menjadi seorang ibu.

Banyak wanita selalu menginginkan seorang bayi, menyukai anak-

anak, dan menanti untuk menjadi seorang ibu. Mereka sangat dimotivasi

untuk menjadi orang tua. Hal ini mempengaruhi penerimaan mereka

terhadap kehamilan dan akhirnya terhadap adaptasi prenatal dan adaptasi

menjadi orang tua (Grossman, Eichler, Winckooff,1980 ;Lederman, 1984).

Wanita yang lain tidak mempertimbangkan dengan terinci arti menjadi

seorang ibu bagi diri mereka sendiri. Konflik selama masa hamil, seperti

tidak menginginkan kehamilan dan keputusan - keputusan yang berkaitan

denga karir dan anak harus diselesaikan.

3) Hubungan Ibu-Anak

Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode prenatal,

yakni ketika wanita mulai membayangkan dan melamunkan dirinya menjadi

ibu (Rubin, 1975; Gaffney, 1988a). Mereka mulai berpikir seakan-akan

dirinya adalah seorang ibu dan membayangkan kualitas ibu seperti apa yang

mereka miliki. Orang tua yang sedang menantikan bayi berkeinginan untuk

menjadi orang tua yang hangat, penuh cinta, dan dekat dengan anaknya.

Mereka mencoba untuk mengantisipasi perubahan - perubahan yang

mungkin terjadi pada kehidupannya akibat kehadiran sang anak dan

membayangkan apakah mereka bisa tahan terhadap kebisingan, kekacauan,

kurangnya kebebasan, dan bentuk perawatan yang harus mereka berikan.

13
Mereka mempertanyakan kemampuan mereka untuk membagi kasih mereka

kepada anak yang belum dilahirkan ini. Rubin (1967) menemukan bahwa

wanita “ menerapkan “dan menguji perannya sebagai ibu dengan

mengambil contoh ibunya sendiri atau wanita lain pengganti ibu yang

memberi pelayanan, dukungan, atau berperan sebagai sumber informasi dan

pengalaman. Hubungan ibu - anak terus berlangsung sepanjang masa hamil

sebagai suatu proses perkembangan(Rubin, 1975)

Banyak wanita khususnya Nulipara, secara aktif mempersiapkan diri

untuk menghadapi persalinan. Mereka membaca buku, menghadiri kelas

untuk orang tua, dan berkomunikasi dengan wanita lain (ibu, saudara

perempuan, teman, orang yang tidak dikenal).Mereka akan mencari orang

terbaik untuk memberi nasihat, arahan, dan perawatan (Patterson, Freese,

Goldenberg, 1990). Rasa cemas dapat timbul akibat kekhawatiran akan

proses kelahiran yang aman untuk dirinya dan anaknya (Rubin, 1975). 

4) Hubungan Dengan Pasangan

Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah

ayah sang anak (Richardson,1983). Semakin banyak bukti menunjukkan

bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama

hamil akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit

komplikasi persalinan, dan lebih mudah melakukan penyesuaian selama

masa nifas (Grossman,Eichler,Winckoff,1980; May,1982). Ada 2 kebutuhan

utama yang ditunjukkan wanita selama ia hamil (Richardson,1983).

Kebutuhan pertama ialah menerima tanda – tanda bahwa ia dicintai dan

14
dihargai. Kebutuhan kedua ialah merasa yakin akan penerimaan

pasangannya terhadap sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut ke dalam

kelurga. Rubin (1975) menyatakan bahwa wanita hamil harus “memastikan

tersedianya akomodasi sosial dan fisik dalam keluarga dan rumah tangga

untuk anggota baru tersebut.

Hubungan pernikahan tidak tetap, tetapi berubah dari waktu ke

waktu. Bertambahnya seorang anak akan mengubah sifat ikatan pasangan

untuk selama–lamanya. Lederman (1984) melaporkan bahwa hubungan istri

dan suami bertambah dekat selama masa hamil. Dalam studinya, ia

mengatakan bahwa kehamilan berdampak mematangkan hubungan suami –

istri akibat peran dan aspek – aspek baru yang ditemukan dalam diri masing

– masing pasangan.

5) Kesiapan Untuk Melahirkan

Menjelang akhir trimester III, wanita akan mengalami kesulitan

napas dan gerakan janin menjadi cukup kuat sehingga mengganggu tidur

ibu. Nyeri pinggang, sering berkemih, keinginan untuk berkemih,

konstipasi, dan timbulnya varies dapat sangat mengganggu. Ukuran tubuh

yang besar dan rasa canggung mengganggu kemampuannya melakukan

pekerjaan rumah tangga rutin, dan mengambil posisi yang nyaman untuk

tidur dan istirahat.

Pada saat ini kebanyakan wanita akan tidak sabar untuk menjalani

persalinan, apakah disertai rasa suka cita, rasa takut, atau campuran

keduanya. Keinginan yang kuat untuk melihat hasil akhir kehamilannya dan

15
untuk segera menyelesaikannya membuat wanita siap masuk ke tahap

persalinan.

B. KONSEP KEHAMILAN DENGAN RESIKO TINGGI

1. Pengertian

Kehamilan resiko tinggi adalah ibu hamil dengan berbagai faktor resiko

yang dapat mengganggu proses kehamilan sampai bersalin atau mengancam

jiwa ibu dan janin

Ibu hamil dengan resiko tinggi adalah ibu hamil yang mengalami risiko

atau bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan, bila

dibandingkan dengan Ibu Hamil yang normal.

a. Kriteria Ibu Hamil dengan Faktor Resiko, yaitu :

1) Usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

2) Paritas primipara (kehamilan pertama) atau kehamilan telah lebih dari

empat.

3) Jarak persalinan terakhir kurang dari 2 tahun

4) Tinggi badan kurang dari 142 cm

5) Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm pada trimester III

b. Ibu Hamil Yang Tergolong Resiko Tinggi yaitu :

1) Ibu hamil yang sering pusing berat, penglihatan kabur, kaki bengkak

dan kenaikan tekanan darah

2) Ibu hamil dengan kelainan letak (sungsang atau lintang

3) Ibu hamil yang diperkirakan bayinya kembar

4) Riwayat kehamilan jelek

16
5) Ibu dengan riwayat penyakit jantung, ginjal, TBC, liver, hipertensi dan

penyakit berat lainnya.

2. Masalah Yang sering Terjadi

Ada beberapa masalah yang sering ditemukan pada wanita hamil

dengan usia di atas 35 tahun, seperti diabetes gestational (diabetes yang

muncul pada saat kehamilan), tekanan darah tinggi dan juga masalah-masalah

pada janin. Wanita hamil dengan usia yang lebih tua juga akan lebih sering

mengalami masalah pada kandung kemih dibandingkan wanita hamil dengan

usia yang lebih muda. Resiko-resiko lainnya adalah resiko keguguran lebih

besar, lebih banyak yang melahirkan melalui operasi Caesar karena kondisi

yang tidak memungkinkan untuk melahirkan secara normal, dan juga

memiliki resiko lebih tinggi melahirkan bayi cacat.

Saat berusia akhir 30-an, wanita cenderung mengalami kondisi-kondisi

medis berkaitan dengan sistem reproduksi, seperti fibroid uterine dan tumor

otot. Fibroid uterine adalah pertumbuhan sel otot atau jaringan lain di dinding

uterus, membentuk tumor. Fibroid uterine dan tumor otot bisa menimbulkan

rasa nyeri atau perdarahan vagina saat kehamilan berkembang. Jika wanita

tersebut hamil di atas usia 40 tahun, tingkat keparahannya bahkan lebih berat

lagi. Problem-problem tadi bisa bertambah dengan adanya hemoroid (wasir),

inkontinensi (kesulitan menahan keluarnya urin), varises, problem-problem

pembuluh darah, nyeri otot, nyeri punggung, dan juga proses melahirkan yang

lebih sulit dan lebih panjang.

17
Selain resiko melahirkan bayi dengan Sindroma Down, resiko

keguguran dan melahirkan dengan operasi Caesar, wanita hamil berusia di

atas 35 tahunan juga memiliki resiko bayi meninggal saat dalam rahim atau

saat proses melahirkan. Walaupun resiko ini ada di setiap usia kehamilan,

namun pada wanita dengan usia 35 tahun ke atas, resiko ini lebih besar, yaitu

7 dari 1000 kehamilan.

Hal lain yang perlu diwaspadai pada kehamilan diusia 35 tahun keatas

aalah terjadinya pre-eklamsia. Gejala awalnya adalah tekanan darah yang

meningkat secara drastis hingga lebih dari 140/90 mmHg, rin mengandung

protein, terjadi pembengkakan pada pergelangn kaki, tangan dan wajah. Bila

terdiagnosis pre-eklamsia harus diperiksa juga fungsi organ-organ tubuh yang

lain seperti ginjal, jantung, paru, mata, otak dan sistem syaraf.

Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua

mengakibatkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan

kesehatan ibu. (Baliwati, 2004 : 3). Karena pada ibu yang terlalu muda

(kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan

ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan

hormonal yang terjadi selama kehamilan (Soetjiningsih, 1995 : 96).

Apabila umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapat perubahan

hormonal yang dapat menyebabkan “non dijunction” pada kromosom.

Perubahan endokrin seperti meningkatnya sekresi androgen, menurunnya

kadar hidroepiandrosteron, menurunnya konsentrasi estradiolsistemik,

perubahan konsentrasi reseptor hormon danpeningkatan kadar LH dan FSH

18
secara tiba-tiba sebelum dan selama menopause. Selain itu kelainan

kehamilan juga berpengaruh.

Adapun bahaya yang dapat ditimbulkan akibat Ibu hamil dengan risiko

tinggi adalah sebagai berikut :

a) Bayi lahir belum cukup bulan.

b) Bayi lahir dengan berat kahir rendah (BBLR).

c) Keguguran (abortus).

d) Persalinan tidak lancar / macet. 

e) Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan. 

f) Janin mati dalam kandungan. 

g) Ibu hamil / bersalin meninggal dunia.

h) Keracunan kehamilan / kejang-kejang.

3. Pencegahan

Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah bila gejalanya ditemukan sedini

mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikinya, yaitu dengan cara :

a) Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke

Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit, paling sedikit 4 kali selama masa

kehamilan.

b) Dengan mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali. 

c) Bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering dan

lebih intensif. 

d) Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna

19
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Proses pengkajian dilakukan selama periode prenatal yang meliputi

wawancara, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Data yang

perlu dikumpulkan pada saat pengkajian adalah interpretasi subyektif pasien

tentang status kesehatan dan kehamilannya dan observasi afek pasien,

postur, bahasa tubuh, warna kulit, tanda fisik dan keadaan emosional (Klien,

2000).

Saat wawancara tanyakan riwayat kesehatan komprehensif yang

menekankan pada :

a. Kehamilan saat ini: alasan mencari perawatan, keluhan utama atau keluhan

yang dirasakan selama hamil, hamil keberapa, usia kehamilan sekarang,

tanggal perkiraan melahirkan, kebutuhan selama kehamilan, persiapan

persalinan dan persiapan awal menjadi ibu, harapan yang diinginkan

tentang cara kelahiran, jenis kelamin bayi, status nutrisi, pola berkemih.

b. Kehamilan sebelumnya: jumlah anak saat ini, riwayat kehamilan dan

pengalaman persalinan sebelumnya, riwayat kehilangan (abortus) janin,

dan riwayat medis yang meliputi: riwayat pembedahan, penggunaan obat,

penyakit yang menyertai, riwayat menstruasi.

c. Riwayat psikososial dan budaya: pekerjaan wanita dan pasangan,

pendidikan, status pekawinan, latar belakang budaya dan etnik, status sosial

ekonomi, persepsi tentang kehamilan saat ini (apakah kehamilan ini

diinginkan, direncanakan, apakah wanita dan pasangan senang, apakah

20
wanita menerima kehamilan), masalah yang timbul akibat kehamilan

(finansial, karier/pekerjaan, tempat tinggal), perubahan pola seksual.

d. Keadaan keluarga: kaji sistem dukungan keluarga, hubungan ibu hamil

dengan suami, keluarga ayah, ibu, dan saudara, hubungan dengan keluarga

suami, riwayat cacat dan kelainan genetik Riwayat keluarga memberi

informasi tentang keluarga pasien, orang tua, saudara kandung, anak, Hal

ini membantu mengidentifikasi gangguan genetik, familial dan kondisi

yang dapat mempengaruhi status kesehatan wanita atau janin.

e. Pengkajian fisik: pemeriksaan fisik difokuskan pada pemeriksaan

ginekologi, payudara, abdomen, pemeriksaan panggul, inspeksi luar,

pemeriksaan dalam, palpasi luar, dan pemeriksaan yang menyangkut

keluhan utama dan riwayat kesehatan atau penyakit yang pernah diderita

pasien.

f. Tes kesehatan atau laboratorium yang pernah dilakukan selama hamil:

pemeriksaan darah (kadar Hb, Ht, sel darah putih, glukosa,), tekanan darah,

tinggi badan, berat badan, urin (protein, sel darah putih, pH), USG, VDRL,

hepatitis, EKG, titer rubela, toxo, pap smear.

g. Pengkajian semua faktor resiko yang mungkin ada: Hipertensi, jantung,

diabetes, cacat bawaan.

Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga perlu dilakukan

pengkajian yang berkaitan dengan tugas perawatan kesehatan keluarga,

yaitu:

a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

21
Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui kemampuan keluarga

mengenal masalah kesehatan adalah

1) Pengetahuan pasien dan keluarga tentang fakta dari masalah yang

meliputi pengertian, tanda kehamilan, gejala kehamilan normal dan

penyimpangan dari normal,

2) Persepsi keluarga terhadap kehamilan

b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan

mengenai tindakan kesehatan yang tepat

Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui kemampuan keluarga

mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat adalah :

1) Apakah kehamilan yang dialami dianggap suatu masalah

2) Apakah keluarga takut dengan akibat perubahan yang terjadi akibat

kehamilan

3) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap anggota

keluarga yang sedang hamil dan kehamilannya

4) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan

5) Apakah keluarga percaya terhadap petugas kesehatan

c. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota

keluarga yang sakit

Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang sakit adalah :

1) Sejauh mana keluarga mengetahui kehamilannya: kebutuhan,

perubahan dan perawatan

22
2) Sejauh mana keluarga mengetahui kebutuhan dan perkembangan

perawatan yang diperlukan

3) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber sumber yang ada dalam

keluarga (penanggung jawab, sumber keuangan, fasilitas fusik,

psikososial, dukungan keluarga)

4) Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sedang

hamil

d. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga memelihara

lingkungan rumah yang sehat

Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan

keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat adalah :

1) Sejauhmana keluarga mengetahui sumber sumber yang dimiliki

2) Sejauhmana keluarga melihat keuntungan/manfaat pemeliharaan

lingkungan

3) Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya higiene sanitasi

4) Sejauhmana keluarga mengetahui upaya pencegahan

5) Sejauhmana kekompakan antar anggota keluarga

e. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga menggunakan

fasilitas/pelayanan kesehatan di masyarakat.

Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan

keluarga menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan di masyarakat

adalah :

23
1) Sejauh mana keluarga tahu keberadaan fasilitas kesehatan yang

dapat digunakan untuk perawatan wanita hamil

2) Sejauhmana keluarga mengetahui keuntungan yang dapat diperoleh

dari fasilitas kesehatan

3) Sejauhmana keluarga mempercayai petugas dan fasilitas kesehatan

4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik dengan

petugas kesehatan

5) Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa ditegakkan berdasarkan data yang didapat selama pengkajian.

Diagnosa yang mungkin muncul adalah :

a. Ansietas yang berhubungan dengan Kekhawatiran terhadap diri sendiri dan

janin, Krisis situasional/maturasional, Perubahan fisik selama hamil, Rasa

tidak nyaman selama krhamilan, Ancaman terhadap konsep diri, Stres,

Perubahan status peran, status kesehatan, pola peran, keadaan ekonomi

b. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan respon keluarga

terhadap diagnosa kehamilan

c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman terhadap

penatalaksanaan kesehatan dan kehamilan

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

Morning sicknes atau Emesis gravidarum.

e. Perubahan pola seksual yang berhubungan dengan Rasa kurang nyaman

pada kehamilan, Rasa takut bahwa senggama akan mencederai janin.

24
f. Konflik peran orang tua berhubungan dengan Ketidaktahuan peran yang

harus dijalankan, Perubahan status peran, perkawinan

g. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan Persepsi negatif terhadap

kehamilan, Psikososial, Perubahan fisik selama kehamilan.

Untuk diagnosa keperawatan keluarga etiologi berdasarkan hasil

pengkajian dari 5 tugas perawatan kesehatan keluarga.

3. Rencana Intervensi

Tujuan utama intervensi yang akan dilakukan pada asuhan keperawatan yang

diberikan pada masa kehamilan adalah :

a. Wanita akan menunjukan pengetahuan yang benar tentang adaptasi yang

dialami tubuh seorang ibu hamil terhadap perkembangan janin sebagai

dasar untuk memahami rasional dan pentingnya perawatan, koping yang

digunakan dan menjalankan perannya.

b. Wanita akan menggunakan pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi,

kebutuhan seksual, aktivitas sehari hari, rasa tidak nyaman akibat

kehamilan, dan perawatan diri.

c. Wanita akan mengenali gejala gejala yang menunjukan

deviasi/penyimpangan dari kehamilan normal dan melaporkan hal hal

tersebutuntuk dapat segera diatasi.

d. Wanita dan keluarganya akan berpartisipasi secara aktifdalam

perawatannya selama kehamilan.

25
Dari beberapa masalah keperawatan yang muncul, perawat dapat

melakukan intervensi yang berkaitan dengan kebutuhan selama kehamilan

diantaranya adalah:

a. Ciptakan hubungan perawat-pasien-keluarga yang saling percaya. Hal ini

penting untuk menentukan intensitas, kualitas hubungan dan keberhasilan

intervensi yang direncanakan bersama

b. Kaji keluhan selama hamil: mual, muntah, pusing, perubahan pola seksual,

sering kencing dan pengalaman kehamilan dan persalinan sebelumnya.

c. Berikan informasi adequat tentang kehamilan: perubahan fisik, perubahan

emosi, psikologis dan perubahan peran serta tanda tanda dari masalah

kehamilan yang tidak normal.

d. Beri kesempatan pasien, pasangan, anggota keluarga, atau anak untuk

mengutarakan perasaan terhadap kehamilan yang dijalani, harapan dan

masalah yang mungkin ada terkait kehamilan anggota keluarganya.

e. Libatkan pasien, pasangan, anggota keluarga, atau anak dalam kelompok

yang sama untuk berbagi pengalaman, pendapat dan perasaan

f. Diskusikan bersama pasien, pasangan atau anggota keluarga yang lain

tentang kebutuhan selama hamil, harapan terhadap kehamilan sekarang,

dan rencana persalinan.

g. Ajarkan teknik persiapan yang diperlukan untuk proses persalinan dan

persiapan menjadi ibu: latihan nafas, senam hamil, teknik mengejan yang

benar, cara perawatan payudara, cara menyusui.

h. Berikan alternatif /pilihan penyelesain terhadap masalah yang dirasakan

26
i. Berikan dukungan secara adequat dan anjurkan pada keluarga untuk

melakukan hal yang sama terhadap perubahan yang tejadi selama

kehamilan

j. Jelaskan cara senggama yang aman untuk wanita hamil, perawatan diri

yang diperlukan terkait perubahan selama kehamilan (payudara, personal

higiene,kulit)

k. Anjurkan keluarga ikut berperan pada perawatan ibu

l. Beri informasi pada pasien dan anggota keluarga untuk mengakses sumber

informasi terkait kehamilan: buku, internet, konsultasi dengan dokter

kandungan.

m. Motivasi pasien untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur

termasuk pemeriksaan darah, dan ginekologi.

n. Diskusikan dengan ibu dan atau anggota keluarga yang lain tentang jadwal

kunjungan dan pemeriksaan kehamilan.

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kehamilan adalah suatu kondisi yang terjadi bila ada pertemuan da

npersenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa). Kehamilan

terbagi atas trimester I (1 – 14 minggu), trimester II (14 – 28 minggu), trimester

III (28 – 42 minggu).

Kehamilan resiko tinggi adalah ibu hamil dengan berbagai faktor resiko yang

dapat mengganggu proses kehamilan sampai bersalin atau mengancam jiwa ibu

dan janin

B. Saran

Makalah ini masih banyak kekurangan dari karna itu kritik yang sifatnya

membangun sangat kami harapkan

28

Anda mungkin juga menyukai