Anda di halaman 1dari 57

Komunikasi pada anak merupakan bagian penting dalam membangun kepercayaan diri kita

dengan anak. Melalui komunikasi akan terjalin rasa percaya, rasa kasih saying dan
selanjutnya anak akan memiliki sutau penghargaan pada dirinya.

Secara umum pengertian komunikasi anak merupakan proses pertukaran informasi yang
disampaikan oleh anak kepada orang lain dengan harapan orang yang diajak dalam
pertukaran informasi tersebut mampu memenuhi kebutuhannya. Dalam tinjauan ilmu
keperawatan anak, anak merupakan seseorang yang membutuhkan suatu perhatian dan kasih
saying, sebagai kebutuhan khusus anak yang dapat dipenuhi dengan cara komunikasi baik
secara verbal maupun non verbal yang dapat menumbuhkan kepercayaan pada anak sehingga
tujuan komunikasi dapat tercapai.

Tahapan Komunikasi Dengan Anak

Dalam melakukan komunikasi dengan anak terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan
sebelum mengadakan komunikasi secrara langsung, tahapan ini dapat meliputi tahap awal
(Pra Interaksi), tahap perkenalan atau orientesi, tahap kerja dan tahap terakhir yaitu tahap
terminasi.

1.Tahap Pra interaksi

Pada tahap ini yang harus kita lakukan adalah mengumpulkan data tentang klien dengan
mempelajari status atau bertanya keapda orang tua tentang masalah atau latar belakang yang
ada, mengeksplorasi perasaan, proses ini akan mengurangi kekurangan dalam saat
komunikasi dengan cara mengeksplorasikan perasaan aapa yang ada pada dirinya, membuat
rencana pertemuan dengan klien, proses ini ditunjukkan dengan kapan komunikasi akan
dilakukan, dimana dan rencana apa yang dikomunikasikan serta target dan sasaran yang ada.

2.Tahap Perkenalan atau Orientasi

Tahap ini yang dapat kita lakukan adalah memberikan salam dan senyum kepada klien,
melakukan validasi (Kognitif, psikomotor, afektif), mencari kebenaran data yang ada dengan
wawancara, mengobservasi atau pemeriksaan yang lain, memperkenalkan nama kita dengan
tujuan agar selalu ada yang memperhatikan terhadap kebutuhannya, menanyakan nama
kesukaan panggilan klien karena akan mempermudah dalam berkomunikasi dan lebih dekat,
menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien, menjelaskan peran kita dan klien,
menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, menjelaskan tujuan, menjelaskan waktu yang
dibutuhkan untuk kegiatan dan menjelaskan kerahasiahan.

3.Tahap Kerja

Pada tahap ini kegiatan yang dapat kita lakukan adalah member kesempatan pada klien untuk
bertanya, karena akan memberitahu tentang hal-hal yang kurang dimengerti dalam
komunikasi, menanyakan keluhan utama, memulai kegiatan dengan cara yang baik, dan
melakukan kegiatan sesuai dengan rencana.

4.Tahap Terminasi

Pada tahap terminasi dalam komunikasi ini kegiatan yang dapat kita lakukan adalah
menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses dan hasil, memberikan
reinforcement yang positif, merencanakan tindak lanjut dengan klien, melakukan kontrak
(waktu,tempat dan topic) dan mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.

Cara Berkomunikasi Dengan Anak

5.Melalui orang lain atau pihak ketiga

Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan kepercayaan diri
anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua
secara langsung yang sedang berada di samping. Selain itu dapat digunakan dengan
mengomentari tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta lainnya, dengan catatan
tidak langsung pada pokok pembicaraan.

6.Bercerita

Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima, cerita yang
disampaikan hendaknya seuai dengan pesan yang akan disampaikan yang dapat diekspresikan
melalui tulisan maupun gambar.

7.Menfasilitasi

Menfaslitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau respon
anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam menfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan
perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan repon terhadap pesan yang
disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan
ungkapan negative yang menunjukan kesan yang jelek pada anak.

8.Biblioterafi

Melalui pemberin buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan,
dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan
kepada anak.

9.Meminta untuk menyebutkan keinginan

Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak untuk
menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang didapatkan, dan keinginan
tersebut dapat menunjukan perasaan dan pikiran saat itu.

10.Pilihan Pro dan Kontra

Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau mengetahui
perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pada situasi yang menunjukan pilihan yang
positif dan negatif sesuai pendapat anak.

11.Penggunaan skala

Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada
anak seperti penggunaan perasaan nyeri cemas, sedih, dan lain–lain. Dengan menganjurkan
anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
12.Menulis

Melalui ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah atau
lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan diam.

13.Menggambar

Seperti halnya menulis, menggambarpun juga dapat digunakan untuk mengungkapkan


ekspresinya. Perasaan marah, jengkel, biasanya dapat diungkapkan melalui gambar dan anak
akan mengungkapkannya apabila gambar yang ditulisnya ditanya tentang maksudnya.

14.Bermain

Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi. Melalui ini hubungan
interpersonal antara anak, perawat dan orang disekitarnya dapat terjalin danpesa-pesan dapat
disampaikan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dengan Anak

1) Pendidikan

2) Pengetahuan

3) Sikap

4) Usia tumbuh kembang

5) Status kesehatan anak

6) Sistem sosial

7) Saluran

8) Lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

A.Aziz Alimul Hidayat (2003), Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat dalam
Komunikasi Terapeutik pada Anak Usia Prasekolah, Medikes Jurnal Keperawatan dan
Kesehatan Hal 40-45.

Whaley and Wong’s (1995), Essensials of Pediatric Nursing Fourth Edition, Mosby
Company, St Louis Missouri.

Yupi Supartini (2004), Buku ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC Jakarta.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan
anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai data yang
terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau
tindakan keperawatan. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak,
antara lain :
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga
2. Bercerita
3. Memfasilitasi
4. Biblioterapi
5. Meminta untuk menyebutkan keinginan
6. Pilihan pro dan kontra
7. Penggunaan skala
8. Menulis
9. Menggambar
10. Bermain

Dampak dari komunikasi dengan kekerasan terhadap anak-anak adalah hilangnya fitrah kelembutan.
Berdasarkan pengalamannya, anak yang terbiasa dengan kekerasan, sejak kecil sudah terlihat.
Karena terbiasa dengan kekerasan, ia pun akan membutuhkannya setiap kali akan melakukan
sesuatu. Hal itu terjadi karena fitrah kelembutannya sudah melemah.
Komunikasi dengan kekerasan juga akan membuat anak tidak memiliki keberanian untuk
mengungkapkan pendapatnya.
B. Rumusan masalah
1. Menjelaskan tentang komunikasi pada anak dan tumbuh kembang anak
2. Proses tumbuh kenbang anak berdasarkan usia
3. Menjelaskan kekerasan dampak pada anak
4. Menjelaskan tata cara berkomunikasi dan komunikasi keluarga
5. Mengatahui Program dan kebijakan pemerintah tentang Kesehatan Ibu dan anak di Indonesia.

C. Tujuan
1. Mengatahui tentang komunikasi pada anak dan tumbuh kembang anak
2. Mengatahui tumbuh kenbang anak berdasarkan usia
3. Mengatahui kekerasan dampak pada anak
4. Mengatahui tata cara berkomunikasi dan komunikasi keluarga
5. Mengatahui Program dan kebijakan pemerintah tentang Kesehatan Ibu dan anak di Indones
BAB II
PEMBAHASAN

1. A. Komunikasi Pada Anak berdasarkan usia tumbuh kembang.


Dalam melakukan komunikasi pada anak perawat perlu memperhatikan berbagai aspek diantaranya
adalah usia tumbuh kembang anak, cara berkomunikasi dengan anak, metode dalam berkomunikasi
dengan anak tahapan atau langkah-langkah dalam melakukan komunikasi dengan anak serta peran
orang tua dalam membantu proses komunikasi dengan anak sehingga bisa didapatkan informasi
yang benar dan akurat.
1. Usia Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakan-gerakan bayi,
gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di samping itu komunikasi pada bayi dapat
dilakukan secara non verbal. Perkembangan komunikasipada bayi dapat dimulai dengan
kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan
berespons untuk mengeluarkan suara-suara bayi. Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut
dapat dimulai pada usia minggu ke delapan dimana bayi sudah mampu untuk melihat objek atau
cahaya, kemudian pada minggu kedua belas sudah mulai melakukan tersenyum. Pada usia ke enam
belas bayi sudah mulai menolehkan kepala pada suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan
tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain.
Pada bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat
beberapa gambar yang terdapat dalam buku. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu
mengucapkan kata-kata yang spesifik antara dua atau tiga kata.
Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi yang efektif pada bayi yakni
dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan tehnik sentuhan seperti mengusap,
menggendong, memangku, dan lain-lain.
2. Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan bahasa anak
dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua
sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengan kata-kata ulangan.
Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai sembilan ratus kata dan
banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan dan sebagainya. Komunikasi pada
usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi,
kemampuan bahasanya mulai meningkat, mudah merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan
tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu
diingat bahwa pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara (Behrman, 1996). Pada usia ini
cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa yang terjadi pada
dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan
digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas
dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata
“jawab dong”, mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan
maksud anak mudah diajak komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya
mengatur jarak, adanya kesadaran diri dimana kita harus menghindari konfrontasi langsung, duduk
yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan
dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman dengan
anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita
dalam menggali perasaan dan fikiran anak si saat melakukan komunikasi.

3. Usia Sekolah (5-11 tahun)


Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan anak mencetak,
menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan oleh anak
mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca disini sudah muncul, pada usia ke
delapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai berfikir tentang kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih memperhatikan tingkat
kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata sederhana yang spesifik, menjelaskan
sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini
keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari objek tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan
arti, fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang ditanyakn secara jelas dan jangan
menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara
efektif.
4. Usia Remaja (11-18 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan berdiskusi atau
berdebat dan sudah mulai berpikir secara konseptual, sudah mulai menunjukkan perasaan malu,
pada anak usia sering kali merenung kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan dalam
komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai menunjukkan ke arah yang lebih positif, terjadi
konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa. Komunikasi yang
dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau curah pendapat pada teman sebaya, hindari
beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi
mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa transisi dalam bersikap
dewasa.
B. Cara komunikasi dengan anak.
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan
anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai data yang
terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau
tindakan keperawatan. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak,
antara lain :
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga.
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan kepercayaan diri anak,
dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung
yang sedang berada di samping anak. Selain itu dapat digunakan cara dengan memberikan komentar
tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta hal lainnya, dengan catatan tidak langsung pada
pokok pembicaraan.
2. Bercerita.
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima, mengingat anak
sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan
yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun gambar
3. Memfasilitasi.
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau respon anak
terhadap pesan dapat diterima. Dalam memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan perasaan
dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan respons terhadap pesan yang disampaikan
melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan negatif yang
menunjukkan kesan yang jelek pada anak.
4. Biblioterapi.
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan, dengan
menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada anak.

5. Meminta untuk menyebutkan keinginan.


Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak untuk menyebutkan
keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat
menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.
6. Pilihan pro dan kontra.
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau mengetahui perasaan dan
pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan yang positif dan negatif
sesuai dengan pendapat anak.
7. Penggunaan skala.
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada anak
seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk
mengekspresikan perasaan sakitnya.
8. Menulis.
Melalui cara ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah atau
lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan diam. Cara ini dapat
dilakukan apabila anak sudah memiliki kemampuan untuk menulis.

9. Menggambar.
Seperti halnya menulis menggambar pun dapat digunakan untuk mengungkapkan ekspresinya,
perasaan jengkel, marah yang biasanya dapat diungkapkan melalui gambar dan anak akan
mengungkapkan perasaannya apabila perawat menanyakan maksud dari gambar yang ditulisnya.
10. Bermain.
Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi, melalui ini hubungan interpersonal
antara anak, perawat dan orang di sekitarnya dapat terjalin, dan pesan-pesan dapat disampaikan.
C.Tips Dasar Komunikasi pada Anak
Nilai altruistik perlu diwujudkan dengan kata-kata, seperti ucapan "terima kasih" atau "tolong" saat
meminta bantuan dan ini perlu ditanamkan pada anak. Menurut pakar perkembangan ini, kata-kata
tersebut lebih dari sekadar ungkapan sopan santun, namun merupakan awal pemahaman tentang
komunikasi.
Setiap orang tua pasti pernah mengalami kesulitan komunikasi dengan anak. Ada masanya ketika
anak anda tampak seperti mendengar perintah anda dengan penuh perhatian, tetapi kemudian tidak
ingat apa-apa mengenai percakapan itu. Ada masanya anak anda berbicara terus menerus kemudian
menuduh anda tidak mendengarkannya. Pada tahapan yang berbeda, anak-anak berkomunikasi
dengan cara yang berbeda.
Anak anda yang berusia lima tahun, dapat berubah seolah menjadi anak yang berusia empat belas
tahun yang menjawab pertanyaan anda dengan hanya satu kata saja: anda bertanya ; bagaimana
kabarmu sayang? ‘Baik’ jawabnya singkat. “apa yang kamu kerjakan di rumah teman kamu tadi?”
‘macam-macam’ jawabnya lagi.
Anak-anak mengalami masa-masa dimana mereka sangat terbuka mengenai perasaan mereka. Dan
ada kalanya, mereka lebih pendiam dan menyimpan sendiri pikiran-pikiran dan emosi mereka
sendiri. Akan tetapi berkomunikasi setiap waktu dengan anak-anak adalah penting. Mempunyai
hubungan baik yang terpelihara baik, tergantung pada komunikasi yang baik.
Anak-anak merupakan komunikator yang baik. Mereka akan berbicara, mendengarkan sehingga
mereka akan mendapatkan teman-teman,pendidikan,pekerjaan dan lain-lain. Cara anda berbicara
dan mendengarkan anak-anak anda sangat mempengaruhi bagaimana mereka berkomunikasi
dengan orang lain. Karena anak ini mengetahui hampir setiap naluri, bahwa komunikasi bukan hanya
sekedar kata-kata yang keluar dari mulut anda.
Komunikasi adalah juga bahasa tubuh yang menyertai kata-kata ini. Komunikasi yang baik adalah
mengetahui kapan berbicara dan kapan untuk diam. Sebagaimana ketrampilan interpersonal,
kemampuan untuk berkomunikasi dibentuk pertama kali oleh hubungan seorang anak dengan orang
tuanya. Ketrampilan komunikasi dipelajari dirumah yaitu di masa bayi
D.Perekat keluarga.
Menurut Ery Soekresno, Psi, Pengelola Sekolah Kebon Maen, Cilangkap-Cimanggis-Depok,
komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam keluarga. Menurutnya, komunikasi berfungsi
sebagai perekat keluarga. Ery mencontohkan, berdasarkan hasil penelitian pada tahun 1996, faktor
penyebab tingginya angka perceraian di Amerika ternyata bukan disebabkan kehadiran orang ketiga.
Karena di mata masyarakat Amerika umumnya, perzinahan sudah dianggap halal. Namun, penyebab
yang tertinggi adalah faktor terhambatnya komunikasi suami istri. Komunikasi yang tidak lancar
antara suami istri akan berdampak pula terhadap kelancaran komunikasi pada anak.
Komunikasi antara orang tua dan anak adalah sebuah proses pengiriman pesan dimana pesan yang
diterima sama dengan pesan yang dikirim. Komunikasi dengan kekerasan, menurut Ery adalah,
penyampaian pesan yang dilakukan secara negatif. Termasuk dalam komunikasi secara negatif
adalah saat orangtua menggunakan bahasa yang tidak indah. "Bahasa yang jelek tidak
menyenangkan anak, akibatnya anak tidak mau mendengarkan orangtua," tutur psikolog yang aktif
menyerukan kampanye komunikasi tanpa kekerasan ini.
Komunikasi dengan kekerasan tidak melulu berarti disampaikan dengan bahasa-bahasa yang tidak
baik, seperti penggunaan kata yang berasal dari ‘kebun binatang’ atau kata hinaan lainnya.
E.Verbal dan non verbal.
Ada dua bentuk komunikasi, yaitu verbal (bahasa) dan non-verbal (bahasa tubuh). Artinya, saat
orangtua berbicara kepada anak, bukan hanya kata-katanya saja yang ditangkap oleh anak. Menurut
Ery, di bawah usia satu tahun, mungkin mereka hanya menangkap 10% kata yang diucapkan ibu.
Sisanya lebih kepada bahasa non-verbal.
Ery mencontohkan, saat bayi berbicara dengan mengeluarkan kata-kata yang tidak jelas. Misalnya
bah, bah, bah. Kebetulan ibu ini membahasakan bapaknya itu abah. Ibu memberikan respon sambil
menunjuk pada suaminya atau menunjukkan fotonya, "Oh Abah ya, Abah. Ya, itu Abah."Artinya,
anak itu memahami sebuah kata itu kan dari bahasa non verbal karena setiap kali dia ngomong bah,
bah, bah kok yang ditunjuk orang itu. Akhirnya kata itu memiliki arti bagi dirinya. Meskipun saat itu
anak belum mengerti betul tentang siapa sebenarnya Abah.
Menurut Ery, orangtua perlu terus menyadari bahwa bahasa non-verbal yang dipakainya sangat
penting bagi anak. Meski bahasa yang digunakan orangtua positif, namun bilakomunikasi non-
verbalnya negatif, maka pesan yang diterima anak adalah seperti yang ia lihat. Misalnya, seorang ibu
mengatakan pada anaknya, "Ibu tuh sebenarnya sayang sama kamu,” tapi intonasinya yang tinggi
atau dilakukan sambil mencubit anak. Tak salah bila anak akan berpikir, "Oh sayang itu artinya sama
dengan mencubit ya." Akhirnya, saat bertemu dengan sepupu, adik atau temannya atau dia dengan
adiknya dia menyampaikan sayangnya dengan mencubit. "Padahal seharusnya menyampaikan rasa
sayang harus diiringi dengan pelukan dan suara yang lembut agar anak mampu menangkap pesan
yang disampaikan dengan benar," jelas istri dari Irwan Rinaldi ini.
F.Dampak komunikasi dengan kekerasan.
Dampak dari komunikasi dengan kekerasan terhadap anak-anak adalah hilangnya fitrah kelembutan.
Berdasarkan pengalamannya, anak yang terbiasa dengan kekerasan, sejak kecil sudah terlihat.
Karena terbiasa dengan kekerasan, ia pun akan membutuhkannya setiap kali akan melakukan
sesuatu. Hal itu terjadi karena fitrah kelembutannya sudah melemah.
Komunikasi dengan kekerasan juga akan membuat anak tidak memiliki keberanian untuk
mengungkapkan pendapatnya. Ery mencontohkan adegan yang terjadi pada sebuah keluarga saat
mereka menanti datangnya waktu maghrib untuk berbuka puasa. Di hari pertama, ibu menyediakan
menu lengkap, ada kue, es kelapa, gorengan, disamping menu utama hari itu. Di hari kedua, sang ibu
tidak menyediakan gorengan dalam deretan menu berbuka. Namun, ia menggantikannya dengan
makanan kesukaan anak-anak yang lain, yaitu puding karamel. Anaknya yang berusia 5 tahun
berkomentar, "Mi, kok hari ini nggak ada gorengan?" Sang Ibu, yang kebetulan masih sibuk dengan
urusan dapur langsung bereaksi dengan melakukan interpretasi dan evaluasi. " Kamu ini kok nggak
bersyukur banget sih?" Anak yang semula hanya sekedar berkomentar tentu menjadi takut untuk
menyampaikan komentar pada kesepatan lain. Apalagi bila hal seperti itu terjadi berulang kali.
Lebih berbahaya lagi, menurut Ery, bila anak menjadi terbiasa melakukan pekerjaan secara
sembunyi-sembunyi. Bila orangtua tidak segera mengubah cara berkomunikasinya, maka dampak itu
akan terpelihara sampai anak tumbuh dewasa.
Dampak lainnya adalah menjadi terbiasa berpikir negatif. Artinya, ketika ada orang bermaksud baik
terhadap anak, dia tidak menganggap itu sebagai sesuatu yang baik. Sebaliknya, anak akan berpikir,
"Apa sih maksudnya kamu berbuat baik sama aku?" Menurut Ery, hal itu terjadi karena orangtua
terbiasa berpikir negatif terhadap dirinya yang terwujud dengan komunikasi yang negatif. Akhirnya,
yang terbangun dalam benakanak adalah apa pun yang dilakukannya tidak ada yang benar.
Misalnya, saat seorang anak sedang duduk-duduk di dalam rumah sementara ibunya sedang
menyapu lantai. Sang Ibu mengatakan "Aduh Kakak, tidur-tiduran aja, enggak mau membantu ibu
nyapu," Sebaliknya, saat sang anak sedang menyapu lantai, Ibu berkomentar, "Wah tumben nih anak
ibu nyapu." Komentar seperti itu akan membuatanak menjadi tidak tahu apa yang seharusnya
dilakukan karena menjadi serba salah.
Komunikasi yang baik saat ibu sedang menyapu sementara anaknya sedang tidur-tiduran adalah "Ibu
seneng deh kalau kakak mau membantu Ibu nyapu. Kalau kakak membantu Ibu pekerjaan rumah ibu
cepat selesai. Habis itu kita bisa bermain dan cerita-cerita". Pesan akan sampai tanpa perlu
menyakiti perasaan anak. Anak pun menjadi lebih mudah diajak bekerjasama. Saat anak sedang
menyapu, seharusnya Ibu menyampaikan penghargaannya dengan pesan yang positif, tanpa perlu
menyindir anak.
Menurut Ery, faktor pembentuk utama dan pertama adalah keluarga. Bila rumah sudah berfungsi
sebagai tempat yang memberikan kesejukan untuk anak-anak, maka ke mana pun anak pergi, rumah
tetap menjadi referensi utama bagi anak. Kesejukan itulah yang perlu dibangun oleh orangtua
melalui komunikasi tanpa kekerasan. Saat anak memiliki masalah, mereka tahu kemana harus
berbicara. Saat yang paling berpengaruh bagi anak adalah sebelum anak mencapai usia balighnya
karena pada masa itu anak masih mudah untuk berubah. Namun, perubahan yang paling utama dan
pertama harus berawal dari para orangtua.
2. Menentukan tata cara berkomunikasi
Salah satu bagian dari keberhasialan dalam wawancara adalah tergantung pada keadaan fisik dan
psikologis si pewancara itu sendiri. Perkenalan yang tepat, penjelasan peranan, menerangkan alasan
wawancara serta menjamin kebebasan dan rahasia.

1. Komunikasi dengan keluarga


Komunikasi dengan keluarga merupakan proses segi tiga antara perawat orang tua dan anak.
Walaupun orang tua merupakan fokus penting dalam berkomunikasi segi tiga. Saudara kandung,
sanak keluraga lainnya dan pengasuhnya juga merupakan bagian dari proses komunikasi.
Melaksanakan penjajakan terhadap anak memerlukan input dari anak itu sendiri ( verbal dan non
verbal ), informasi dari orang tua dan observasi perawat sendiri. Untuk itu lakukanlah langkah-
langkah sebagai berikut :

 MENDORONG ORANG TUA UNTUK BERBICARA.


Informasi tentang faktor kehidupan anak. Berhati-hatilah dan gunakan pertanyaan-pertanyaan
terbuka untuk menggali data sebanyak mungkin.
 MENGARAHKAN PADA POKOK PERMASALAHAN.
Kemampuan untuk mengarahkan pada pokok permasalahan selama berwawancara adalah salah
satu kesulitan dalam mencapai tujuan komunikasi efektif. Salah satu pendekatan adalah
menggunakan pertanyaan terbuka dan luas.
 MENDENGARKAN.
Mendengarkan adalah unsur yang paling penting dalam komunikasi yang efektif. Dalam proses
mendengarkan perawat harus mengarahkan perhatiannya dengan sungguh-sungguh pada klien. Ini
merupakan proses aktif karena konsetrasi dan perhatian ditujukan pada semua aspek percakapan
yaitu : verbal, non verbal dan yang bersifat abstrak.
 DIAM SEJENAK.
Diam sebagai satu respon, sering kali merupakan tehnik wawancara yang sulit untuk dipelajari. Diam
bertujuan untuk mengalihkan pikiran, perasaan dan untuk saling memehami emosinya kadang-
kadang perlu menghentikan taktik diam ini dan kembali berkomunikasi.
 BERSIKAP EMPATI.
Empati berarti ikut merasakan perasaan orang lain secara obyektif. Perawat yang empati berusaha
sebanyak mungkin melihat keadaan dari sudut pandang klien / keluarga. Empati berbeda dengan
simpati, simpati tidak selalu ada unsur hubungan “ membantu “ dengan klien.
• Menyakinkan
Hampir semua orang tua ingin menjadi orang tua yang baik dan ingin menunjukkan kemampuannya
dalam perannya. Orang tua membutuhkan perawat yang menghargai dan memperhatikan
perannya sebagai orang tua dan ingin agar perawat memperhatikan anaknya. Hindarkan
pembicaraan yang menyinggung harga diri sebagai orang tua.
• Menentukan Masalah.
Perawat dan orang tua harus sepakat bahwa masalah itu ada.
Perawat akan bersama ibu menetapkan apakah masalahnya ini benar atau tidak.

• Memecahkan Masalah.
Pemahaman dan pengenalan masalah harus disepakati oleh orang tua kemudian mulai
merencanakan pemecahannya.
Perawat harus mendiskusikan resikonya terhadap keluarga dan mencoba mencari pemecahan
masalah yang lebih efektif.
• Mengadaptasi Bimbingan.
Segera setelah masalah diidentifikasi & disetujui oleh perawat dan orang tua, maka dapat mulai
merencanakan pemecahannya. Orang tua yang dilibatkan dalam memecahkan masalah berfartisipasi
penuh selama perawatan berlangsung. Bila situasi memungkinkan, keputusan yang diambil adalah
berasal dari orang tua dan perawat berperan sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah.
• Menghindari hambatan-hambatan komunikasi
Hambatan yang mempengaruhi proses hubungan dalam berkomunikasi :
Sosialisasi
Memberi nasehat-nasehat yang tidak ada kaitannya dan yang tidak diperlukan
Memberikan dorongan sepintas
Melindungi suatu situasi/opini
Menawarkan keyakinan yang kurang sesuai
Memberikan pujian secara stereotipi
Menahan ekspresi emosi dengan pertanyaan tertutup
Menginterupsi & menyelesaikan kalimat seseorang
Lebih banyak bicara dari pada orang yang diintervien
Membuat konklusi yang menghakimi
Mengubah fokus pembicaraan dengan sengaja

2. Komunikasi dengan anak.


 Esensi Komunikasi.
Dua unsur penting dalam komunikasi untuk memahami fungsi pertukaran pikiran dan perasaan ,
yaitu :
• Harus menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi orang yang mereka ajak berkomunikasi.
Contoh : bila mengunakan isyarat seperti menunjuk pada sesuatu benda yang ingin dilihat orang
lain, maka harus dalam bentuk yang dapat dipahami.
Apabila komunikasi dengan bicara maka harus dilakukan dengan kata dan struktur tata bahasa yang
dapat dipahami anak.
• Anak harus memahami bahasa yang digunakan orang lain, misalnya : anak berusia 18 bulan,
pembicaraan harus memantapkan kata-katanya dengan isyarat dan pada saat anak bertambah besar
pemahaman bertambah baik sehingga isyarat kurang diperlukan.
• Bentuk Komunikasi Pra Bicara.
Sebelum anak siap untuk belajar berbicara, alam telah menyediakan bentuk komunikasi tertentu
yang sifatnya sementara.
Selama satu setengah tahun pertama, sebelum anak mempelajari kata-kata sebagai, bentuk
komunikasi, mereka menggunakan empat bentuk komunikasi pra bicara atau (prespeech) yakni :
tangisan, celoteh, isyarat dan ekspresi emosional.
Bentuk komunikasi prabicara sifatnya sementara, sehingga bentuk komunikasi pra bicara ini
sebaiknya ditinggalkan apabila kegunaannya sudah berakhir.
• Tangisan.
Pada awal kehidupan pasca lahir, menangis merupakan salah satu cara pertama yang dapat
dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Melalui tangisan dia memberi tahu
kebutuhannya seperti lapar, dingin, panas, lelah , dan kebutuhan untuk diperhatikan. Jika
kebutuhannya segera dipenuhi , bayi hanya akan menangis bila ia merasa sakit atau tertekan.
Perawat harus banyak berlatih mengenal macam-macam arti tangisan bayi karena ibu muda
memerlukan bantuan ini.
Setelah berusia 2 minggu, kebanyakan kasus disebabkan karena orang tua yang tidak cepat tanggap
terhadap arti tangis bayinya dan tidak konsisten dalam menanggapinya.
Bayi yang sehat dan normal frekwensi tangisan menurun pada usia 6 bulan karena keinginan &
kebutuhan mereka cukup terpenuhi. Frekwensi tangis seharusnya menurun sejalan dengan
meningkatnya kemampuan bicara.

• Ocehan dan Celoteh.


Bentuk komunikasi prabicara disebut “ocehan“ (Cooing ) atau “Celoteh” (Babbling).
Ocehan timbul karena bunyi ekplosif awal yang disebabkan oleh perubahan gerakan mekanisme ‘
suara ‘. Ocehan ini terjadi pada bulan awal kehidupan bayi seperti : merengek, menjerit, menguap,
bersin, menangis & mengeluh.
Sebagian ocehan akan berkembang menjadi celoteh dan sebagian akan hilang. Celoteh merupakan
mekanisme otot saraf bayi berkembang & sebagian bayi mulai berceloteh pada awal bulan kedua,
kemudian meningkat cepat antara bulan ke – 6 & ke – 8.
Nilai celoteh :
a. Berceloteh adalah praktek verbal sebagai dasar bagi perkembangan gerakan terlatih yang
dikehendaki dalam bicara. Celoteh mempercepat ketrampilan berbicara.
b. Celoteh mendorong keinginan berkomunikasi dengan orang lain. Berceloteh membantu bayi
merasakan bahwa dia bagiandari kelompok sosial.

• Isyarat.
Yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai pengganti atau pelengkap bicara.
Contoh isyarat umum pada masa bayi :
• Mendorong putting susu dari mulut artinya kenyang/tidak lapar
• Tersenyum dan mengacungkan tangan artinya ingin digendong
• Mengeliat, meronta, menangis, selama berpakaian & mandi artinya tidak suka akan pembatasan
gerak.
 Ungkapan emosional.
Adalah ungkapan emosional melalui perubahan tubuh & roman muka.
Contoh :
a. Mengendurkan badan, mengangkat tangan/kaki, tersenyum & ramah
b. Maneragangkan badan, gerakanmembanting tangan/kaki,roman muka tegang & menangis.

 Peran Bicara Dalam Komunikasi.


Cara berkomunikasi pada anak belum berusia 1 tahun, adalah menangis dan menggunakan isyarat-
isyarat yang tidak selalu dipahami orang lain. Bicara merupakan ketrampilan yang harus dipelajari
yang terdiri dari :
Kata, yaitu aspek motorik bicara, kamampuan mengeluarkan bunyi tertentu dalam komunikasi.
Mengakitkan arti dengan kata-kata tersebut, yaitu aspek mental bicara, untuk mendapatkan hasil
yang baik dibutuhkan koordinasi otot-otot, kemampuan mengait kata-kata, mempelajari tata
bahasa.
Untuk memperkecil kesalahan anak, perlu mengaitkan kata spesifik dengan objek yang spesifik.
Hal yang penting dalam belajar bicara :
 Persiapan Fisik.
Tergantung Kematangan mekanisme bicara, contoh Bayi baru lahir.
 Persiapan Mental.
Tergantung pada kematangan otak ( asosiasi otak ), yang berkembang antara 1 – 18 bulan, saat yang
tepat diajak bicara.
 Model untuk ditiru (yang baik)
 Kesempatan praktek / untuk bertatih.
 Motivasi dan tantangan.
 Bimbingan :
- Menyediakan model yang baik.
- Mengatakan dengan perlahan dan jelas
- Membetulkan kesalahan.
Setiap individu berbeda dalam ukuran kualitas kosa kata, tergantung pada kondisi yang
mempengaruhi :
- Faktor Kesehatan.
- Kecerdasan.
- Keadaan sosial ekonomi.
- Jenis kelamin.
- Keinginan yang kuat untuk berkomunikasi.
- Dorongan dari lingkungan.
- Ukuran keluarga dalam hal anak mendapat kesempatan berlatih.
- Urutan kelahiran.
- Metode Pelatihan.
- Kelahiran kembar, yang mendorong anak untuk berkomunikasi hanya dengan saudara kembarnya.
- Hubungan dengan teman sebaya.
- Kepribadian.
Kemampuan memahami dan berbicara mempengaruhi penyesuaian sosial anak, karena bicara dapat
:
- Memuaskan kebutuhan dan keinginan.
- Meminta perhatian dari orang lain.
- Meningkatkan hubungan sosial.
- Menentukan penilaiaan sosial.
- Sebagai dasar penilaian diri.
- Sebagai prestasi akademik.
- Mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain.
- Mempengaruhi prilaku orang lain (berbicara dengan keyakinan ).
 Komunikasi Sehubungan Dengan Proses Berpikir Sesuai Tingkat Perkembangan Anak.
Proses berpikir pada anak-anak dimulai dari yang kongkrit ke fungsional sampai akhirnya kepada
yang abstrak :
 Masa Bayi.
Karena bayi tidak mampu menggunakan kata-kata maka dia menggunakan komunikasi non verbal.
Mereka akan tersenyum dan mendekat bila situasi menyenangkan dan akan menangis bila tidak
menyenangkan.
Bayi yang lebih besar memusatkan perhatian pada dirinya dan ibunya sehingga setiap orang asing
akan merupakan ancaman bayinya.
 Masa Pra Sekolah ( Toddler ).
Anak usia dibawah 5 tahun, hampir semuanya egosentris , mereka melihat segala sesuatu hanya
berhubungan dengan dirinya sendiri dan hanya dari sudut pandang mereka sendiri.
Waktu pemeriksaan anak perlu menyentuh alat-alat yang akan digunakan dalam pemeriksaan agar
dia mengenal dan merasa terasing gunakan kalimat singkat dan kata-kata yang familiar bagian anak
serta batas pernyataan yang sifatnya menyatakan penyelesaian.
 Masa Usia Sekolah.
Anak berusia 5 – 8 tahun kurang mengandalkan pada apa yang mereka lihat tetapi lebih pada apa
yang mereka ketahui bila diperhadapkan pada masalah baru. Mereka butuh penyelesaian untuk
segala sesuatu tetapi membutuhkan lebih dari itu.
 Masa Remaja.
Masa ini anak berfikir dan berperilaku antara anak dan orang dewasa .
Oleh karena itu pada saat anak mengalami ketegangan mereka mencari rasa aman yang biasa
didapatkan pada masa kanak-kanak.
Apabila anak berbicara disertai emosional maka cara terbaik untuk memberikan dukungan (
Support ) adalah memberi perhatian, mencoba untuk tidak menyela (interupsi ) dan menghindari
komentar / ekspresi yang menimbulkan kesan terkejut / mencela.
 Tehnik Berkomunikas dengan Anak.
 Tehnik Non Verbal.
a. Tehnik Orang Ketiga..
Tehnik ini mengungkapkan ekspresi perasaan orang ketiga, seperti “ dia atau mereka “.
Tehnik tersebut mengurangi perasaan terancam dari pada lansung bertanya pada anak bagaimana
perasaannya ? cara seperti ini memberikan kesempatan untuk setuju atau tidak setuju tanpa ingin
bertahan.
Misalnya Perawat mengatakan : “ kadang-kadang bila seseorang jatuh sakit, perasaan-perasaan
marah dan sedih karena dia mampu berbuat seperti apa yang orang lain perbuat”.
Kemudian diam sebentar untuk menunggu responnya atau mendorong timbulnya jawaban dan
berkata lagi : “ Apakah engkau pernah merasakan seperti itu ?”
Tehnik pendekatan seperti ini memberi kesempatan pada anak dalam tiga pilihan :
1. Menyetujui, penuh harapan dan mengunggkapkan perasaannya.
2. Tidak setuju.
3. Tetap diam, mungkin mempunyai suatu perasaan tetapi tidak mampu mengekresikan nya pada
saat itu.
b. Neuro Linguistic Programming ( NLP ).
Tehnik pendekatan ini relatif masih baru. Pendekatan ini untuk mengerti proses komunikasi yang
memperhatikan cara/gaya/kelakuan dimana informasi dapat diterima dan dimengerti oleh
individu.

Dalam komunikasi biasanya orang menggunakan satu dari tiga sensorik seperti ;
- Penglihatan
- Pendengaran
- Kinesthetic.
Sensorik yang spesifik adalah mengidentifikasi melalui observasi tipe dari kata kerja, kata sifat dan
kata ketergantungan yang digunakan seseorang.dengan mengunakan sensori yang sama, perawat
dapat meningkatkan hubungan dan mengkomunikasikan informasi lebih efektif. Orang tipe visual
yang memanfaatkan alat bantu seperti diagram dan ilustrasi. Orang tipe mendengar menggunakan
kata-kata atau suara-suara. Anak-anak cendrung menggunakan bantuk kinesthetic dan belajar dari
manipulasi objek-objek

Contoh NLP
Cara Komunikasi Respon yang cocok
Cara Visual :
Saya dapat melihat bahwa saya tidak sehat.
Cara Auditory :
Dari apa yang saya dengar dimana dokter mengatakan, anak saya akan sembuh.
Cara Kinesthetic :
Saya merasa bahwa prognosa anak saya menurun. Ceritakan pada saya tentang apa yang kamu
lihat.

Apa yang kamu dengar yang membuat kamu melihat sesuatu seperti ini.

Ceritakan lagi tentang perasaan anda bahwa prognosanya menurun.

c. Facilitative Responding.
Facilitative Responding adalah mendengarkan secara seksama dan membayangkan kembali
perasaan-perasaan pasien dan isi pernyataan anak.
Seperti :
- Respon yang empati
- Tidak menghakimi dan mengesahkan perasaan-perasaan seseorang.
Rumus untuk fasilitative responding adalah ;
“Engkau merasa ------ karena ----“ (Henrich and Bernheim, 1981 ).
Contoh Bila seseorang anak mengatakan :
“ Saya benci ke RS dan mendapatkan suntikan,” dan fasilitatife respon adalah “ engkau merasa
tidak bahagia karena semua dilakukan padamu”.
d. Bercerita ( Story telling ).
Respon anak terhadap tehnik-tehnik bercerita bervariasi. Bercerita menggunakan bahasa anak, dan
menyelidiki perasaannya, sementara itu menghindarkan hambatan yang disengaja atau hindarkan
ketakutan-ketakutan yang paling sederhana adalah meminta anak menceritakan tentang sesuatu
kejadian / peristiwa sperifik “ Berada di Rumah Sakit”. Selain itu dapat menggunakan gambaran dari
suatu peristiwa dan meminta anak untuk menceritakannya.
Dongeng bersama lebih mengembangkan pendekatan terapiutik. Dongeng tidak saja membantu
membuka pikiran anak, juga mencoba merubah persepsi anak atau perasaan takutnya.
Kita mulai dengan meminta anak bercerita tentang sesuatu kejadian, diikuti oleh cerita lain oleh
perawat yang sebabnya sama dengan cerita anak hanya bedanya disini bertujuan membantu anak
masuk kedalam masalahnya.
Contohnya ; Anak bercerita tentang masuk Rumah sakit dan tidak dapat melihat orang tuanya
lagi.
Cerita perawat hampir sama dan mengunakan nama orang lain bercerita bahwa sewaktu anak itu
berada di Rumah sakit tetap dapat bertemu orang tuanya setiap hari setelah selesai bekerja .
Dengan cara ini dapat mengurangi perasaan takutnya akan terpisah dari orang tuanya.
e. Bibliotherapy
Bibliotherapy melibatkan penggunaan buku-buku dalam rangka proses therapiutik dan supportive.
Sasarannya adalah membantu anak mengungkapkan perasaan-perasaan dan perhatiannya melalui
aktivitas membaca, cara ini dapat memberi kesempatan pada anak untuk menjelajahi suatu
kejadian yang sama dengan keadaannya tetapi sedikit berbeda untuk mengijinkan dia
membatasinya dari kisah itu dan tetap dalam kontrol. Pada dasarnya buku tidak mengancam
karena anak dapat sewaktu-waktu menutup buku tersebut atau berhenti membacanya.
Petunjuk umum dalam menggunakan Bibliotherapy :
Jajaki perkembangan emosi dan pengetahuan anak
Hayati isi buku dan sesuaikan isinya dengan tingkat usia anak.
Bersama-sama memakai buku itu seperti kita membaca untuknya.
Menyelidiki bersama anak akan arti dari isi buku dengan cara menceritakan kembali cerita itu,
baru kembali bagian-bagian khusus, gambar sesuatu yang berkaitan dengan cerita itu dan
diskusikan gambar tersebut , bicarakan tentang karakter atau simpulkan pengertian dari cerita
tersebut.
f. Fantasy.
Bentuk khusus dari Bibliotherapy adalah menggunakan dongeng fantasy atau dongeng yang wajar
seperti “ Bawang Putih dan Bawang Merah”, “Malin Kundang”, “ Sikancil mencuri ketimun” , Abu
Nawas”, dan lain-lain. Figur dan kejadian-kejadian pada dongeng melambangkan dan
mengilustrasikan adanya suatu konflik dalam suatu peristiwa seperti butuh kasih sayang /dicintai ,
takut akan meninggal , takut akan tidak berharga, pentingnya kejujuran dalam kehidupan dan lain-
lain. Perlu penjelasan pada anak arti dari dongeng dalam mencapai kebutuhan-kebutuhannya.
g. Mimpi.
Mimpi sering diartikan sebagi ungkapan sesuatu sasaran tidak sadar dan akan menekan kembali
perasaan dan pikiran seseorang. Dipulau jawa kita kenal beberapa macam mimpi yang dapat
mengartikan sesuatu, seperti mimpi titiyoni, gondoyoni dan puspogeni.
Salah satu cara pada Psychoterapi dapat menggunakan interpretasi dari mimpi dengan menanyakan
pada anak dan orang tua tentang mimpi. Kemudian jelajahi perasaan bersalah yang sangat
mengganggi
h. Pertanyaan “Bagaimana Bila”.
Pertanyaan “ Bagaimana Bila” mendorong anak untuk menjelajahi situasi dan menentukan berbagai
pemecahan masalah.

Contoh :
Perawat dapat bertanya : “ bagaimana bila engkau sakit dan harus masuk Rumah Sakit.???”.
Anak akan mengatakan perasaan-perasaannya yang telah dia ketahui dan tentang apa yang dia
anggap aneh yang ingin dia ketahui.
Jenis komunikasi yang baik akan membantu anak mempelajari ketrampilah pertahanan diri ;
khususnya pada situasi-situasi yang berbahaya.

i. Tiga Permintaan (Tree Wishes).


Satu strategi untuk mengundang anak –anak dalam percakapan adalah tehnik “ Tiga Permintaan”.
Satu pertanyaan sederhana , apabila kau ingin memiliki tiga hal didunia, apakah itu “. Biasanya
anak menjawab tentang apa yang dirasakan , seperti “ Saya tidak mau sakit lagi”. Apa bila kita
tanyakan tentang kedua sisa pertanyaan, dia akan menyatakan “ Apabila hal itu jadi kenyataan ,
demikian pula permintaan lainnya adalah sama dan saya tidak ada permintaan lagi.
Selanjutnya perawat dan pasien akan membahas tentang apa arti sakit baginya. Sekalipun perawat
tidak mampu menyembuhkan nya tetapi dia mampu membuat sebagian permintaannya menjadi
kenyataan .
Salah satu diantaranya adalah mengatur teman-teman sekolahnya untuk mengunjunginya pada saat
dia di Rumah Sakit dan masa penyembuhan dirumah. Sebelum percakapan ini keinginan anak
untuk berada/dekat dengan teman-temannya tidak akan pernah terwujud.

j. Ranting Game.
Permainan ini terutama membantu anak-anak yang lebih besar untuk berani berbicara. Dari ada
menanyakan padanya bagaimana perasaaannya, lebih baik perawat bertanya bagaimana
pengalaman dari hari ke hari dalam skala 1 sampai 10, dengan skor 10 yang menjadi paling baik.
Anak-anak pada tingkat usia sekolah dapat menggunakan cara ini yaitu dengan menulis pengalaman/
perasaan mereka selama dirawat dalam buku hariannya.
k. Word Association Game
Pendekatan degan cara “permainan asosiasi kata” dapat dimulai dengan sejumlah kata-kata kunci
dan meminta anak untuk menyebut kata pertama yang dia kenal. Akan tetapi baik jika dimulai
dengan kata-kata netral seperti menggambar, menulis, berdo’a kemudian pada kata-kata yang
mengundang kecemasan seperti, penyakit, jarum suntik, rumah sakit, pembedahan dan lain-lain.
Kunci kata-kata yang dipilih harus sesuai dengan situasi kehidupan anak.
l. Sentenoe Completion
Tanpa menanyakan langsung tentang keadaannya, tetapi menyadarkan pernyataan yang harus
dilengkapi oleh anak.
Cara pendekatan ini khususnya digunakan untuk anak-anak pra remaja dan remaja.
Contoh :
“ Sesuatu yang menyenangkan ( menjengkelkan) tentang sekolah anak ……………………”
“ Usia yang paling menarik (tidak menarik) adalah ………………..”
Pernyataan dimulai dengan yang netral kemudian diakhiri dengan pernyataan yang difokuskan pada
perasaan tentang dirinya.

m. Pros and Cons ( Pro dan Kontra ).


Suatu pendekatan yang agak berbeda untuk mendorong menjelajahi perasaan-perasaannya adalah
memilih topic seperti “ Berada di RS”, dan meminta anak membuat daftar (list), “ 5 hal yang baik
dan 5 hal yang buruk “ tentang RS ini adalah tehnik yang sangat berharga apabila diterapkan untuk
menciptakan hubungan baik.
Contoh :
Dapat meminta anggota keluarga menulis lima hal yang mereka senangi dan yang tidak disenangi
tentang satu sama lainnya. Kemudian setiap anggota keluarga mendapat kesempatan
mendiskusikan perasaan-perasaan mereka dalam suasana yang tidak bersifat mengadili.
Bagaimana, bila menggunakan cara ini, perawat harus mampu menangani perasaan-perasaan yang
tiba-tiba muncul, perawat peka, cepat tanggap dan cepat menetralisir situasi
Tehnik Verbal.

Tehnik komunikasi non verbal dapat digunakan pada anak-anak seperti:


a. Menulis.
Menulis adalah suatu alternatif pendekatan komunikasi bagi anak, remaja muda dan pra remaja.
Untuk memulai suatu percakapan perawat dapat memeriksa / menyelidiki tentang tulisan dan
mungkin juga meminta untuk membaca beberapa bagian.
Dengan menulis anak-anak lebih riel dan nyata.
b. Menggambar.
Mengambar adalah salah satu bentuk komunikasi yang berharga melalui pengamatan gambar.
Dasar asumsi dalam menginterpretasi gambar adalah bahwa anak-anak mengungkapkan tentang
dirinya.
Untuk mengevaluasi sebuah gambar utamakan / fokuskan pada unsur-unsur sebagai berikut :
 Ukuran dari bentuk badan individu, ini mengekspresikan orang penting.
 Urutan bentuk gambar, mengekspresikan prioritas kepentingan.
 Posisi anak terhadap anggota keluarga lainnya, mengekspresikan perasaan anak terhadap status
terhadap status dalam keluarga atau ikatan keluarga.
 Bagian adanya hapusan, bayangan atau gambar silang, mengekspresikan ambivalen
pertentangan, keprihatinan atau kecemasan pada hal-hal tertentu.
c. Gerakan Gambar Keluarga.
Menggambarkan suatu kelompok, berpengaruh pada perasaan anak-anak dan respon emosi, dia
akan menggambarkan pikirannya tentang dirinya dan anggota keluarga yang lainnya.
Gambar kelompok yang paling berharga bagi anak adalah gambar keluarga.

d. Sosiogram
Menggambar tak perlu dibatasi bagi anak-anak, dan jenis gambar yang berguna bagi anak-anak
seusia 5 tahun adalah sosiogram (gambar ruang kehidupan) atau lingkaran keluarga. Menggambar
suatu lingkaran adalah untuk melambangkan orang-orang yang hampir mirip dalam kehidupan
anak, dan gambar bundaran-bundaran didekat lingkaran menunjukkan keakraban / kedekatan.
e. Menggambar bersama dalam keluarga
Salah satu tehnik yang berguna dan dapat diterapkan pada anak-anak adalah menggambar bersama
dalam keluarga.
Menggambar bersama dalam keluarga merupakan satu alat yang berguna untuk menggungkapkan
dinamika dan hubungan keluarga.
f. Bermain.
Bermain adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling penting dan dapat menjadi tehnik yang
paling efektif untuk berhubungan dengan mereka. Dengan bermain dapat dikumpulkan petunjuk
mengenai tumbuh kembang fisik, intelektual dan sosial. Terapeutik play sering digunakan untuk
mengurangi trauma akibat sakit atau masuk rumah sakit atau untuk mempersiapkan anak sebelum
dilakukan prosedur medis / perawatan.
3. Program dan kebijakan pemerintah tentang Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, Departemen Kesehatan pada periode
2005-2009 memprioritaskan pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagai urutan pertama dalam
pembangunan kesehatan. Prioritas berikutnya adalah pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin,
pendayagunaan tenaga kesehatn, penanggulangan penyakit menular, gizi buruk dan krisis kesehatan
akibat bencana serta peningkatan pelayanan kesehatan daerah terpencil, tertinggal, daerah
perbatasan dan pulau-pulau terluar.
Visi dan Misi Departemen Kesehatan yaitu meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang berkualitas, maka untuk mencapai upaya tersebut adalah :
1. Pelayanan Kesehatan Dasar yang terdiri dari:
a. Pelayanan Kesehatan ibu dan anak :
Kebijakan tentang KIA secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas
dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di semua fasilitas kesehatan, dari posyandu sampai
rumah sakit pemerintah maupun fasilitas kesehatan swasta.
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter
spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) seperti pengukuran berat
badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta
pemberian tablet besi kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai pedoman pelayanan
antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan
antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan ibu hamil K1 dan K4.
b. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi Kebidanan.
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di
sekitar persalinan. Hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan sebesar 70,62 % - 77,21 %.
c. Deteksi Resiko, Rujukan Kasus Resti dan Penanganan Komplikasi.
Kegiatan deteksi dini dan penanganan ibu hamil berisiko/komplikasi kebidanan perlu lebih
ditingkatkan baik di fasilitas pelayanan KIA maupun di masyarakat. Deteksi risiko oleh tenaga
kesehatan pada tahun 2007 sebesar 46,17% sedangkan deteksi risiko oleh masyarakat (kader, tokoh
masyarakat,dll) sebesar 22,08%.
Resti komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan
kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Resti/komplikasi kebidanan meliputi Hb <> 140 mmHg,
diastole > 90 mmHg). Oedeme nyata, ekslampsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak
lintang pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis,
persalinan p````````rematur.

d. Kunjungan Neonatus (KN1 dan KN2).

Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan
kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara
lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan
pada neonatus (0-28hari) minimal dua kali, satu kali pada umur 0-7 hari (KN1) dan satu lagi pada
umur 8-28 hari (KN2).
Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan disamping melakukan pemeriksaan
kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi pada ibu. Pelayanan tersebut meliputi
pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI
dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian
imunisasi);pemberian vitamin K; manajemen terpadu balita muda (MTBM); penyuluhan perawatan
neonatus di rumah menggunakan buku KIA. Cakupan kunjungan neonatal (KN2) pada tahun 2007
sebesar 77,16%.
2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB).
Masa subur seorang wanita memiliki peranan penting bagi terjadinya kehamilan sehingga peluang
wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Menurut hasil penelitian, usia subur seorang wanita terjadi
antara usia 15-49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan
kelahiran, wanita/ pasangan lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB.
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007, persentase wanita berumur 10 tahun
keatas yang pernah kawin dengan jumlah anak yang dilahirkan hidup terbesar adalah 2 orang
(23,02%), 1orang (19,52%) dan 3 orang (17,11%). Sedangkan rata-rata jumlah anak lahir hidup per
wanita usia 15-19 tahun adalah 1,79 untuk daerah perkotaan dan 1,98 di pedesaan.
3. Pelayanan Imunisasi.
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi 0-1 tahun (BCG,DPT, Campak,
Polio, HB), imunisasi untuk wanita usia subur/ibu hamil TT dan imunisasi untuk anak SD (kelas 1; DT
dan kelas 2-3; TT), sedangkan kegiatan imunisasi tambahan dilakukan atas dasar ditemukannya
masalah seperti desa non UCI, potensial/resti KLB, ditemukan/diduga adanya virus polio liar atau
kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan teknis.
Pencapaian UCI pada dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap
pada kelompok bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti
eilayah tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd immunity)
terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31). Dalam hal ini pemerintah
menargetkan pencapaian UCI pada wilayah administrasi desa dan kelurahan. Pencapaian UCI pada
tahun 2007 sebesar 71,18 % dengan target nasional UCI 80%.
Program-program kebijakan pemerintah terhadap kesehatan ibu dan anak di Indonesia yang sedang
berlangsung diantara meliputi :
• Perawatan Penyakit Anak yang Terpadu (IMCI).
• Rencana Kesehatan Remaja Nasional.
• kebijakan dan rencana untuk mencegah malaria dalam kehamilan dan malaria bawaan, penularan
vertikal HIV dan syphilis dalam kehamilan.
• Making Pregnancy Safer.
• Peningkatan kesadaran akan HIV/AIDS.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dalam berkomunikasi secara nob –verbal , secara serentak menggunakan semua pancaindra kita
dalam proses menerima dan mengirim berita.
Bagaimana kita memakai panca indra tadi dan bagaimana penginterpretasi berita yang diterima
sangat menentukan observasi kita.
Orang tua merupakan fokus penting dalam komunikasi segi tiga walaupun tidak mengabaikan
saudara kandung, sanak saudara atau pembantunya. Dalam proses komunikasi dalam keluarga kita
dapat menggunakan langkah-langkah seperti : mendorong orang tua untuk berbicara ; mengarahkan
pada pokok permasalahan ; mendengar ; diam sejenak ; meyakinkan ; menentukan masalah ;
memecahkan masalah ; mengantisipasi bimbingan , dan menghindari hambatan-hambatan
komunikasi.
Walaupun tampaknya bayi tidak mampu berbicara, ternyata dia memilih bentuk komunikasi
prabicara seperti : tangisan, celoteh, isyarat dan ekspresi emosional. Kemudian bentuk komunikasi
prabicara ini berkembang menjadi peran bicara dalam berkomunikasi. Untuk mencapai ini
dibutuhkan : persiapan fisik; kesiapan mental; model yang baik untuk ditiru; kesempatan untuk
praktek; motipasi yang tinggi; bimbingan yang tepat.
Komunikasi yang berkaitan dengan proses berpikir harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan
anak. Proses berpikir pada anak-anak dimulai dari yang kongkrit ke fungsional dan akhirnya
keabstrak.
Terdapat bermacam-macam tehnik berkomunikasi dengan anak seperti tehnik komunikasi non
verbal ; tehnik orang ketiga ; neurolinguistic programming (N. C. P ) ; facilitativa responding ;
bercerita ; bibliotherapy ; fantasy ; mimpi ; pertanyaan “ bagaimana bila tiga permintaan “, rating
game ; word association game ; melengkapi kalimat dan pro & kontra. Sedang komunikasi verbal
bagi kebanyakan anak & orang tua sering mendapat kesulitan karena harus membicarakan perasaan-
perasaannya. Komunikasi verbal dapat berupa : menulis ; menggambar ; gerakan gambar keluarga ;
sociogram ; menggambar bersama dalam keluarga dan bermain.
B. Saran.
Makalah ini kami angkat berdasarkan dari sumber penerbit dan pengatahuan dan diskusi kelompok
kami.somoga pembaca dapat menambah wawasan dan pengatahuan tentang makala ini.
Serta membawa manfaat bagi lingkungan,Dengan cara berkomunikasi seperti ini.Perawat dapat
lebih merencanakan bantuan dan bimbingan bagi pasien dan juga perawat akan mengembangkan
kepercayaan pada diri sendiri.Kami menerima saran anda agar makalah ini lebih sepurnah.

Daftar Pustaka
Asuhan Keperawatan anak dan dalam kontek keluarga,usdiknakes Depkes RI Jakarta (1993)
Hubungan teraputik perawat – klien Budiana Keliat S.Kp
Elyshabet d.k.k , Asuhan Keperawatan anak.university Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi pada anak merupakan suatu proses penyampaian dan transfer informasi
yang melibatkan anak, baik sebagai pengirim pesan maupun penerima pesan. Dalam proses
ini melibatkan usaha-usaha untuk mengelompokkan, memilih dan mengirimkan lambang-
lambang sedemikian rupa yang dapat membantu seorang pendengar atau penerima berita
mengamati dan menyusun kembali dalam pikirannya arti dan makna yang terkandung dalam
pikiran komunikator.
Pada anak, komunikasi yang terjadi mempunyai perbedaan bila dibandingkan dengan
yang terjadi pada usia bayi, balita,remaja, maupun orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh
karakteristik khusus yang dimiliki anak tersebut sesuai dengan usia dan perkembangannya.
Komunikasi pada anak sangat penting karena pada proses tersebut mereka dapat saling
mengekspresikan perasaan dan pikiran, sehingga dapat diketahui oleh orang lain. Disamping
itu dengan berkomunikasi anak - anak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya .
Pada anak -anak yang dirawat dirumah sakit karena banyaknya permasalahan yang
dialaminya baik yang berhubungan dengan sakitnya maupun karena ketakutan dan
kecemasannya terhadap situasi maupun prosedur tindakan , sering komunikasi menjadi
terganggu. Anak menjadi lebih pendiam ataupun tidak berkomunikasi. Keadaan ini apabila
dibiarkan akan dapat memberikan efek yang kurang baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan disamping proses penyembuhan penyakitnya.
Perawat yang mempunyai banyak waktu dengan pasien , diharapkan dapat memulai
menciptakan komunikasi yang efektif. Keterlibatan perawat dalam berkomunikasi sangat
penting karena dengan demikian perawat mendapat informasi dan dapat membina rasa
percaya anak pada perawat serta membantu anak agar dapat mengekspresikan perasaannya
sehingga dapat dicari solusinya. Sehubungan dengan itu perawat dituntut untuk memiliki
kemampuan komunikasi dalam memberikan askep pada anak, menguasai teknik-teknik
komunikasi yang cocok bagi anak sesuai dengan perkembangannya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebgai berikut :
1. Apakah pengertian komunikasi terapeutik pada anak?
2. Apakah tujuan komunikasi terapeutik pada anak?
3. Apakah prinsip dasar komunikasi terapeutik pada anak?
4. Bagaimanakah teknik komunikasi terapeutik pada anak?
5. Bagaimanakah karakteristik Helper yang memfasilitasi tumbuhnya hubungan terapeutik pada
anak?
6. Bagaimanakah teknik yang kurang tepat dilakukan dalam komunikasi terapeutik pada anak?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang penulisan makalah ini, antara lain :
1. Siswa dapat mengetahui pengertian komunikasi terapeutik pada anak.
2. Siswa dapat mengetahui tujuan komunikasi terapeutik pada anak.
3. Siswa dapat mengetahui prinsip dasar komunikasi terapeutik pada anak.
4. Siswa dapat menerapkan teknik komunikasi terapeutik pada anak.
5. Siswa dapat mengetahui karakteristik Helper yang memfasilitasi tumbuhnya hubungan
terapeutik pada anak.
6. Siswa dapat mengetahui dan menghindari teknik yang kurang tepat dilakukan dalam
komunikasi terapeutik pada anak.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik pada Anak


Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan secara sadar,bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik pada anak adalah
komunikasi yang dilakukan antara perawat dan klien (anak), yang direncanakan secara sadar ,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan anak.
Komunikasi dengan anak berdasarkan usia tumbuh kembang, antara lain :
1. Usia Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakan-
gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di samping itu
komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal. Perkembangan komunikasi pada
bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi
digerakkan maka bayi akan berespons untuk mengeluarkan suara-suara bayi. Perkembangan
komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan dimana bayi sudah
mampu untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua belas sudah mulai
melakukan tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepala pada
suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai
mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi
sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang
terdapat dalam buku. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata
yang spesifik antara dua atau tiga kata.
Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi yang efektif
pada bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan tehnik sentuhan
seperti mengusap, menggendong, memangku, dan lain-lain
2. Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan
bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh kata,
pada tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengan kata-kata ulangan.
Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai sembilan
ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan dan sebagainya.
Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi,
inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat, mudah merasa kecewa dan rasa
bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap
ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara
(Behrman, 1996).
Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu
apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat
pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak
dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap
mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktivitas saat
komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak mudah diajak
komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak,
adanya kesadaran diri dimana kita harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang
terlalu dekat dan berhadapan. Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan
dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman
dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis
atau bercerita dalam menggali perasaan dan fikiran anak si saat melakukan komunikasi.

3. Usia Sekolah (5-11 tahun)


Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan anak
mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan
oleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca disini sudah muncul,
pada usia ke delapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai berfikir tentang
kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata sederhana
yang spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu
yang tidak diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari
objek tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan
dari sesuatu yang ditanyakn secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini
akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.

4. Usia Remaja (11-18 tahun)


Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan
berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berpikir secara konseptual, sudah mulai
menunjukkan perasaan malu, pada anak usia sering kali merenung kehidupan tentang masa
depan yang direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai
menunjukkan ke arah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah
masa peralihan anak menjadi dewasa.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau curah pendapat
pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga
kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan
merupakan masa transisi dalam bersikap dewasa.
2.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik pada Anak
Adapun tujuan yang diharapkan dalam melakukan komunikasi terapeutik pada anak
adalah :
1) Membantu anak untuk memperjelas dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila
klien percaya pada hal- hal yang diperlukan.
2) Mengurangi keraguan , membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.
3) Mempengaruhi orang lain , lingkungan fisik dan dirinya sendiri.

2.3 Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik pada Anak


Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers, seperti :
1) Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati,memahami dirinya sendiri
serta nilai yang dianut.
2) Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima percaya,dan menghargai.
3) Perawat harus memahami dan menghayati nilai yang dianut oleh klien
4) Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik fisik maupun mental.
5) Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien bebas berkembang tanpa rasa
takut.
6) Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien memiliki motivasi untuk
mengubah dirinya baik sikap,tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat
memecahkan masalah - masalah yang dihadapi.
7) Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan
mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan ,maupun frustasi.
8) Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya.
9) Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati bukan
tindakan yang terapeutik.
10) Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar hubungan komunikasi terapeutik.
11) Mampu berperan sebagai role model.
12) Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila di anggap mengganggu.
13) Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi.
14) Berpegang pada etika.
15) Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri atas
tindakan yang dilakukan dan tanggungjawab terhadap orang lain.
2.4 Teknik-teknik Komunikasi Terapeutik pada Anak
Seperti yang sudah dijelaskan pasien anak merupakan individu yang unik, dalam
melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien anak dibutuhkan teknik khusus agar
hubungan yang dijalankan dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan tumbuh kembang
anak.

2.4.1. Teknik Verbal


1. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan kepercayaan diri
anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua
secara langsung yang sedang berada di samping anak. Selain itu dapat digunakan cara dengan
memberikan komentar tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta hal lainnya,
dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.
2. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima, mengingat
anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai
dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun
gambar.
3. Memfasilitasi
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau respon
anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan
perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan respons terhadap pesan yang
disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan
ungkapan negatif yang menunjukkan kesan yang jelek pada anak.
4. Biblioterapi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan,
dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan
kepada anak.
5. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak untuk
menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keinginan
tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.
6.Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau mengetahui
perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan yang
positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.
7. Penggunaan skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada
anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan
anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.

2.4.2. Teknik Non Verbal


Teknik komunikasi non verbal dapat digunakan pada anak- anak seperti :
1. Menulis
Menulis adalah suatu alternatif pendekatan komunikasi bagi anak, remaja muda dan pra
remaja. Untuk memulai suatu percakapan perawat dapat memeriksa/ menyelidiki tentang
tulisan dan mungkin juga meminta untuk membaca beberapa bagian. Dengan menulis anak-
anak lebih riil dan nyata.
2. Menggambar
Menggambar adalah salah satu bentuk komunikasi yang berharga melalui pengamatan
gambar. Dasar asumsi dalam menginterpretasi gambar adalah bahwa anak- anak
mengungkapakan tentang dirinya. Untuk mengevaluasi sebuah gambar utamakan/fokuskan
pada unsur-unsur sebagai berikut :
a. Ukuran dari bentuk badan individu, ini mengekspresikan orang penting
b. Urutan bentuk gambar, mengekspresikan prioritas kepentingan
c. Posisi anak terhadap anggota keluarga lainnya, mengekspresikan perasaan anak terhadap
status dalam keluaraga atau ikatan keluarga
d. Bagian adanya hapusan, bayangan atau gambar silang, mengekspresikan ambivalen/
pertentangan, keprihatinan atau kecemasan pada hal- hal tertentu.
3. Gerakan gambar keluarga
Menggambarkan suatu kelompok, berpengaruh pada perasaan anak-anak dan respon emosi,
dia akan menggambarkan pikirannya tentang dirinya dan anggota keluarga yang lainnya.
Gambar kelompok yang paling berharga bagi anak adalah gambar keluarga.
4. Sosiogram
Menggambar tak perlu dibatasi bagi anak- anak, dan jenis gambar yang berguna bagi anak-
anak seusia 5 tahun adalah sosiogram (gambar ruang kehidupan) atau lingkungan keluarga.
Menggambar suatu lingkaran adalah untuk melambangkan orang-orang yang hampir mirip
dalam kehidupan anak, dan gambar bundaran- bundaran didekat lingkaran menunjukkan
keakraban/ kedekatan.
5. Menggambar bersama dalam keluarga
Salah satu teknik yang berguna dan dapat diterapkan pada anak- anak adalah menggambar
bersama dalam keluarga. Menggambar bersama dalam keluarga merupakan satu alat yang
berguna untuk mengungkapkan dinamika dan hubungan keluarga.
6. Bermain
Bermain merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk berhubungan dengan anak.
Dengan bermain dapat dikumpulkan petunjuk mengenai tumbuh kembang fisik, intelektual
dan sosial. Terapeutik play sering digunakan untuk mengurangi trauma akibat sakit atau
masuk rumah sakit atau untuk mempersiapkan anak sebelum dilakukan prosedur medis/
perawatan.

Diatas telah dijelaskan beberapa teknik komunikasi terapeutik pada umumnya,


sedangkan cara yang perlu diterapkan saat melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien
anak, antara lain : (Mundakir, 2005 : 153-154)
1. Nada suara, diharapkan perawat dapat berbicara dengan nada suara yang
rendah dan lambat. Agar pasien anak jauh lebih mengerti apa yang ditanyakan oleh perawat.
2. Mengalihkan aktivitas, pasien anak yang terkadang hiperaktif lebih
menyukai aktivitas yang ia sukai, sehingga perawat perlu membuat jadwal yang bergantian
antara aktivitas yang pasien anak sukai dengan aktivitas terapi atau medis.
3. Jarak interaksi, diharapkan perawat dapat mempertahankan jarak yang
aman saat berinteraksi dengan pasien anak.
4. Kontak mata, diharapkan perawat dapat mengurangi kontak mata saat
mendapat respon dari pasien anak yang kurang baik, dan kembali melakukan kontak mata
saat kira-kira pasien anak sudah dapat mengontrol perilakunya.
5. Sentuhan, jangan pernah menyentuh anak tanpa izin dari si anak.

Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan
dengan anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai
data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah
keperawatan atau tindakan keperawatan.

2.5 Karakteristik Helper yang Memfasilitasi Tumbuhnya Hubungan Terapeutik pada Anak
Menurut Roger dalam Stuart G.W (1998), ada beberapa karakteristik seorang helper
(perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, yaitu:

1. Kejujuran

Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa terbina hubungan
saling percaya. Seseorang akan menaruh rasa percaya pada lawan bicara yang terbuka dan
mempunyai respons yang tidak dibuat-buat, sebaliknya ia akan berhati-hati pada lawan bicara
yang terlalu halus sehingga sering menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya dengan
kata-kata atau sikapnya yang tidak jujur (Rahmat, J.,1996 dalam Suryani,2005).). Sangat
penting bagi perawat untuk menjaga kejujuran saat berkomunikasi dengan klien, karena
apabila hal tersebut tidak dilakukan maka klien akan menarik diri, merasa dibohongi,
membenci perawat atau bisa juga berpura-pura patuh terhadap perawat.

2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif

Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah
dipahami oleh klien dan tidak menggunakan kalimat yang berbelit-belit. Komunikasi
nonverbal perawat harus cukup ekspresif dan sesuai dengan verbalnya karena ketidaksesuaian
akan menimbulkan kebingungan bagi klien.

3. Bersikap positif

Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan lewat komunikasi
nonverbal sangat penting baik dalam membina hubungan saling percaya maupun dalam
membuat rencana tindakan bersama klien. Bersikap positif ditunjukkan dengan bersikap
hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien. Untuk mencapai kehangatan dan
ketulusan dalam hubungan yang terapeutik tidak memerlukan kedekatan yang kuat atau
ikatan tertentu diantara perawat dan klien akan tetapi penciptaan suasana yang dapat
membuat klien merasa aman dan diterima dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya
(Burnard,P dan Morrison P,1991 dalam Suryani,2005).

4. Empati bukan simpati

Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap ini perawat
akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang dirasakan dan
dipikirkan klien (Brammer,1993 dalam Suryani,2005). Dengan bersikap empati perawat
dapat memberikan alternative pemecahan masalah karena perawat tidak hanya merasakan
permasalahan klien tetapi juga tidak berlarut-larut dalam perasaaan tersebut dan turut
berupaya mencari penyelesaian masalah secara objektif.
5. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien

Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi pada klien (Taylor, Lilis
dan Le Mone, 1993), oleh karenaya perawat harus mampu untuk melihat permasalahan yang
sedang dihadapi klien dari sudut pandang klien. Untuk mampu melakukan hal ini perawat
harus memahami dan memiliki kemampuan mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian.
Mendengarkan dengan penuh perhatian berarti mengabsorpsi isi dari komunikasi (kata-kata
dan perasaan) tanpa melakukan seleksi. Pendengar (perawat) tidak sekedar mendengarkan
dan menyampaikan respon yang di inginkan oleh pembicara (klien), tetapi berfokus pada
kebutuhan pembicara. Mendengarkan dengan penuh perhatian menunjukkan sikap caring
sehingga memotivasi klien untuk berbicara atau menyampaikan perasaannya.

6. Menerima klien apa adanya

Seorang helper yang efektif memiliki kemampuan untuk menerima klien apa adanya. Jika
seseorang merasa diterima maka dia akan merasa aman dalam menjalin hubungan
interpersonal (Sullivan, 1971 dalam Antai Ontong, 1995 dalam Suryani, 2005). Nilai yang
diyakini atau diterapkan oleh perawat terhadap dirinya tidak dapat diterapkan pada klien,
apabila hal ini terjadi maka perawat tidak menunjukkan sikap menerima klien apa adanya.

7. Sensitif terhadap perasaan klien

Seorang perawat harus mampu mengenali perasaan klien untuk dapat menciptakan hubungan
terapeutik yang baik dan efektif dengan klien. Dengan bersikap sensitive terhadap perasaan
klien perawat dapat terhindar dari berkata atau melakukan hal-hal yang menyinggung privasi
ataupun perasaan klien.

8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri

Perawat harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai individu yang ada pada saat
ini, bukan atas masa lalunya, demikian pula terhadap dirinya sendiri.

2.6. Teknik Yang Kurang Tepat Dilakukan Dalam Komunikasi Terapeutik Pada Anak

Hal- hal yang kurang berkenan dilakukan dalam komunikasi terapeutik pada anak, seperti :

1. Mengabaikan keterangan anak


Saat melakukan komunikasi pada anak seorang perawat hendaknya selalu mendengarkan
segala keluh kesah yang disampaikan anak, hindari sikap acuh tak acuh. Dengan demikian
diharapkan seorang perawat mampu mengetahui permasalahan yang sebenarnya dialami oleh
anak.
2. Besikap emosional
Dalam melakukan komunikasi terapeutik pada anak bersikaplah tenang dan sabar dalam
mendengarkan segala keterangan yang disampaikan anak. Hindari bersikap emosional karena
seorang anak akan enggan untuk menyampaikan masalahnya.
3. Pembicaraan satu arah
Hindari pembicaraan satu arah saat melakukan komunikasi terapeutik pada anak karena hal
itu akan menyebabkan anak menjadi pendiam, mintalah umpan balik atas apa yang
dibicarakan. Dengan memberikan kesempatan pada anak untuk ikut berbicara, itu akan
membuat anak menjadi lebih terbuka kepada kita.
4. Hindari pertanyaan yang bertubi-tubi
Saat berkomunikasi pada anak hindarilah pertanyaan yang bertubi- tubi karena hal itu akan
membuat anak menjadi bosan dan enggan untuk diajak berkomunikasi pada tahap
selanjutnya. Bila anak tidak menjawab pertanyaan yang diajukan, ulangilah dengan
pertanyaan lain sehingga mendapatkan respon.
5. Menyudutkan anak
Hindarilah sikap yang dapat menyudutkan anak karena hal itu akan membuat anak kurang
mendapatkan kepercayaan. Terimalah kondisi anak apa adanya. Apapun yang terjadi
berusalah terus ada di pihak anak dengan selalu mendengarkan segala keluh kesah anak
sehingga ia menganggap kita sebagai temannya.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari penjelasan diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa :
1. Komunikasi terapeutik pada anak adalah komunikasi yang dilakukan antara perawat dan
klien (anak), yang direncanakan secara sadar , bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan anak.
2. Tujuan yang diharapkan dalam melakukan komunikasi terapeutik pada anak adalah
membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran, mengurangi keraguan , membantu dalam hal mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya, mempengaruhi orang lain , lingkungan fisik
dan dirinya sendiri.
3. Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers, diantaranya seperti berpegang
pada etika, komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima percaya,dan
menghargai, perawat harus memahami dan menghayati nilai yang dianut oleh klien, perawat
harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik fisik maupun mental.
4. Cara komunikasi terapeutik yang perawat lakukan saat menghadapi pasien anak seperti posisi
badan, jarak interaksi, kontak mata, nada suara saat berbicara, sentuhan, dan pengalihan
aktivitas dapat membuat pasien anak merasa nyaman dan aman akan keberadaan perawat.
5. Terdapat teknik komunikasi terapeutik secara verbal yaitu teknik orang ketiga , teknik
bercerita, teknik Biblotherapy, tiga permintaan, rating game, dan Neuro Linguistic
Programming. Sedangkan untuk teknik komunikasi terapeutik secara nonverbal seperti teknik
menulis, teknik menggambar, teknik bermain.
6. Beberapa karakteristik seorang helper (perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya
hubungan yang terapeutik, diantaranya seperti kejujuran, tidak membingungkan dan cukup
ekspresif, bersikap positif, empati bukan simpati, mampu melihat permasalahan dari
kacamata klien.

3.2 Saran

Diharapkan mahasiswa bisa memahami dan mengerti tentang komunikasi teraprutik pada
anak dan teknik- teknik yang digunakan. Serta diharapkan mahasiswa bisa mendapatkan
tambahan ilmu pengetahuan dari makalah ini.
A. Pilihlah salah satu jawaban di bawah yang anda anggap paling benar !

1. Komunikasi dengan anak berdasarkan usia tumbuh kembang meliputi, kecuali .......(c)

a. Usia Bayi (0-1 tahun)

b. Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)


c. Usia dalam kandungan

d. Usia Sekolah (5-11 tahun)

2. Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers, kecuali......(b)

a. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik fisik maupun mental.
b. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling curiga, tidak peduli,dan egois.
c. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati bukan
tindakan yang terapeutik.
d. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien bebas berkembang tanpa rasa
takut.
3. Salah satu tujuan dari komunikasi terapeutik pada anak adalah..........(a)
a. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif.
b. Membentuk pribadi anak yang tertutup, berwatak keras dan memiliki sifat egois.
c. Mengurangi rasa percaya diri dalam bergaul.
d. Mempengaruhi pribadi, fisik, serta lingkungannya.
4. Dibawah ini merupakan cara berkomunikasi dengan teknik verbal, kecuali....(b)
a. Bercerita
b. Motivasi
c. Biblioterapi
d. Pilihan pro dan kontra

5. Menurut (Mundakir, 2005 : 153-154) cara yang perlu diterapkan saat melakukan
komunikasi terapeutik dengan pasien anak, adalah...........(c)

a. Nada suara, body language, interaksi, pandangan mata.


b. Mengalihkan aktivitas, kontak mata, interaksi.
c. Nada suara, Mengalihkan aktivitas, Jarak interaksi, Kontak mata, Sentuhan
d. Sentuhan, body language, ekspresi wajah.

6. Seorang anak dikatakan memasuki masa remaja saat berusia......(c)

a. (0-1 Tahun)

b. (11-18 Tahun)

c. (5-11 Tahun)

d. (1-5 Tahun)

7. Teknik komunikasi terapeutik pada anak salah satunya adalah biblioterapi, yaitu.....(b)

a. Dengan bercerita kepada anak mengenai pengalaman- pengalaman yang pernah ia alami.
b. Dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan
disampaikan kepada anak.
c. Berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada di samping
anak.
d. Dengan meminta anak untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang
dirasakan anak.
8. Untuk mengevaluasi sebuah gambar utamakan/fokuskan pada unsur-unsur, kecuali.......(d)
a. Urutan bentuk gambar, mengekspresikan prioritas kepentingan
b. Posisi anak terhadap anggota keluarga lainnya, mengekspresikan perasaan anak terhadap
status dalam keluaraga atau ikatan keluarga
c. Bagian adanya hapusan, bayangan atau gambar silang, mengekspresikan ambivalen/
pertentangan, keprihatinan atau kecemasan pada hal- hal tertentu.
d. Warna gambaran, mengekspresikan perasaan yang dirasakan anak

9. Sensorik yang digunakan dalam berkomunikasi pada anak adalah......(c)


a. Pendengaran, penciuman dan peraba
b. Penciuman, peraba dan sentuhan
c. Penglihatan, pendengaran, dan kinastetic
d. Penglihatan pendengaran, dan penciuman

10. Hal- hal yang kurang berkenan dilakukan dalam komunikasi terapeutik pada anak
adalah......(a)
a. Mengabaikan keterangan anak, besikap emosional, pembicaraan satu arah, hindari
pertanyaan yang bertubi-tubi, dan menyudutkan anak.
b. Mengabaikan kepentingan anak, besikap emosional, pembicaraan satu arah, hindari
pertanyaan yang membosankan, dan menyudutkan anak.
c. Mengabaikan keterangan anak, besikap sabar, pembicaraan satu arah, hindari pertanyaan
yang bertubi-tubi, dan menjerumuskan anak.
d. Mengabaikan keterangan anak, besikap sabar dan jujur, pembicaraan dua arah, hindari
pertanyaan yang bertubi-tubi, dan menyudutkan anak.

B. Jawablah pertanyaan dibawah dengan singkat dan jalas !

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan komunikasi terpeutik pada anak!

2. Bagaimanakah cara yang diterapkan saat melakukan komunikasi terapeutik pada anak?

3. Mengapa kita harus menghindari pembicaraan satu arah terhadap anak, jelaskan!
4. Sebutkan 5 Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers!

5. Bagaimanakah penggunaan skala pada komunikasi dengan teknik verbal!

1. Komunikasi terapeutik pada anak adalah komunikasi yang dilakukan antara perawat dan
klien (anak), yang direncanakan secara sadar , bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan anak.
2. a. Nada suara, diharapkan perawat dapat berbicara dengan nada suara yang
rendah dan lambat. Agar pasien anak jauh lebih mengerti apa yang ditanyakan oleh perawat.
b. Mengalihkan aktivitas, pasien anak yang terkadang hiperaktif lebih
menyukai aktivitas yang ia sukai, sehingga perawat perlu membuat jadwal yang bergantian
antara aktivitas yang pasien anak sukai dengan aktivitas terapi atau medis.
c. Jarak interaksi, diharapkan perawat dapat mempertahankan jarak yang
aman saat berinteraksi dengan pasien anak.
d.Kontak mata, diharapkan perawat dapat mengurangi kontak mata saat
mendapat respon dari pasien anak yang kurang baik, dan kembali melakukan kontak mata
saat kira-kira pasien anak sudah dapat mengontrol perilakunya.
e. Sentuhan, jangan pernah menyentuh anak tanpa izin dari si anak.

3. karena hal itu akan menyebabkan anak menjadi pendiam, mintalah umpan balik atas apa
yang dibicarakan. Dengan memberikan kesempatan pada anak untuk ikut berbicara, itu akan
membuat anak menjadi lebih terbuka kepada kita.
4. Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers, seperti :
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati,memahami dirinya sendiri
serta nilai yang dianut.
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima percaya,dan menghargai.
3. Perawat harus memahami dan menghayati nilai yang dianut oleh klien
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik fisik maupun mental.
5. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien bebas berkembang tanpa rasa
takut.
6. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien memiliki motivasi untuk
mengubah dirinya baik sikap,tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat
memecahkan masalah - masalah yang dihadapi.
7. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan
mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan ,maupun frustasi.
8. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya.
9. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati bukan
tindakan yang terapeutik.
10. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar hubungan komunikasi terapeutik.
11. Mampu berperan sebagai role model.
12. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila di anggap mengganggu.
13. Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi.
14. Berpegang pada etika.
15. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri atas
tindakan yang dilakukan dan tanggungjawab terhadap orang lain.

5. Penggunaan skala dalam komunikasi dengan teknik verbal :


Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada
anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan
anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
KOMUNIKASI PADA KEPERAWATAN ANAK

1 KOMUNIKASI PADA KEPERAWATAN ANAK


Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto,1994). Teknik komunikasi
terapeutik merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi
penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud untuk
mempengaruhi orang lain (Stuart & sundeen,1995).
Adapun tujuan komunikasi terapeutik adalah:

1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya
pada hal yang diperlukan;
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya;
3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.

Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan mengajarkan kerja sama antara
perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Perawat berusaha mengungkap
perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang
dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).
Prinsip-prinsip komunikasi adalah:

1. Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi


2. Tingkah laku professional mengatur hubungan terapeutik
3. Membuka diri dapat digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai tujuan
terapeutik
4. Hubungan sosial dengan klien harus dihindari
5. Kerahasiaan klien harus dijaga
6. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman
7. Implementasi intervensi berdasarkan teori
8. Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang
tingkah laku klien dan memberi nasihat
9. Beri petunjuk klien untuk menginterprestasikan kembali pengalamannya secara
rasional
10. Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari perubahan
subyek/topik jika perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu yang sangat menarik
klien.

2 KOMUNIKASI PADA ANAK

Dalam melakukan komunikasi pada anak perawat perlu memperhatikan berbagai aspek
diantaranya adalah usia tumbuh kembang anak, cara berkomunikasi dengan anak, metode
dalam berkomunikasi dengan anak tahapan atau langkah-langkah dalam melakukan
komunikasi dengan anak serta peran orang tua dalam membantu proses komunikasi dengan
anak sehingga bisa didapatkan informasi yang benar dan akurat.

A. Komunikasi dengan anak berdasarkan usia tumbuh kembang

1. Usia Bayi (0-1 tahun)

Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakan-
gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di samping itu
komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal. Perkembangan komunikasi pada
bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi
digerakkan maka bayi akan berespons untuk mengeluarkan suara-suara bayi. Perkembangan
komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan dimana bayi sudah
mampu untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua belas sudah mulai
melakukan tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepala pada
suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai
mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi
sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang
terdapat dalam buku. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata
yang spesifik antara dua atau tiga kata.
Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi yang efektif pada bayi
yakni dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan tehnik sentuhan seperti
mengusap, menggendong, memangku, dan lain-lain.
2. Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)

Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan bahasa
anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh kata, pada
tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengan kata-kata ulangan.
Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai sembilan ratus kata
dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan dan sebagainya.
Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi,
inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat, mudah merasa kecewa dan rasa
bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap
ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara
(Behrman, 1996).
Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa
yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat
pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak
dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap
mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktivitas saat
komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak mudah diajak
komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak,
adanya kesadaran diri dimana kita harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang
terlalu dekat dan berhadapan. Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan
dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman
dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis
atau bercerita dalam menggali perasaan dan fikiran anak si saat melakukan komunikasi.

3. Usia Sekolah (5-11 tahun)

Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan anak
mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan
oleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca disini sudah muncul,
pada usia ke delapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai berfikir tentang
kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih memperhatikan
tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata sederhana yang spesifik,
menjelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak
diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari objek
tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari
sesuatu yang ditanyakn secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan
membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.

4. Usia Remaja (11-18 tahun)

Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan berdiskusi
atau berdebat dan sudah mulai berpikir secara konseptual, sudah mulai menunjukkan
perasaan malu, pada anak usia sering kali merenung kehidupan tentang masa depan yang
direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai menunjukkan ke arah
yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa peralihan anak
menjadi dewasa.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau curah pendapat pada
teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga
kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan
merupakan masa transisi dalam bersikap dewasa.

B. Cara komunikasi dengan anak

Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan
anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai data yang
terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan
atau tindakan keperawatan. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi
dengan anak, antara lain :

1. Melalui orang lain atau pihak ketiga

Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan kepercayaan diri
anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua
secara langsung yang sedang berada di samping anak. Selain itu dapat digunakan cara dengan
memberikan komentar tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta hal lainnya,
dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.

2. Bercerita

Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima, mengingat
anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai
dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun
gambar.

3. Memfasilitasi

Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau respon
anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan
perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan respons terhadap pesan yang
disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan
ungkapan negatif yang menunjukkan kesan yang jelek pada anak.

4. Biblioterapi

Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan,
dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan
kepada anak.

5. Meminta untuk menyebutkan keinginan

Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak untuk
menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keinginan
tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.

6. Pilihan pro dan kontra

Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau mengetahui
perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan yang
positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.
7. Penggunaan skala

Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada
anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan
anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.

8. Menulis

Melalui cara ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah
atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan diam. Cara
ini dapat dilakukan apabila anak sudah memiliki kemampuan untuk menulis.

9. Menggambar

Seperti halnya menulis menggambar pun dapat digunakan untuk mengungkapkan


ekspresinya, perasaan jengkel, marah yang biasanya dapat diungkapkan melalui gambar dan
anak akan mengungkapkan perasaannya apabila perawat menanyakan maksud dari gambar
yang ditulisnya.

10. Bermain

Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi, melalui ini hubungan
interpersonal antara anak, perawat dan orang di sekitarnya dapat terjalin, dan pesan-pesan
dapat disampaikan

3.KOMUNIKASI KEPERAWATAN PADA ANAK


Meliputi :
1. menjadi pendengar yang baik
2.tenang dan jujur
3.pembicaraan dua arah
4. Hindari pertanyaan yang bertubi-tubi.
5. Berilah dukungan
6. Menempatkan diri

DAFTAR PUSTAKA

http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/komunikasi-terapeutik/

http://yenci.wordpress.com/2010/07/14/gangguan-komunikasi/

http://www.f-buzz.com/2008/11/12/kelanjutan-dari-10-cara-berkomunikasi-dengan-
anak/
www.denyrendra.net/.../komunikasi-perawat-dengan-anak-dan-balita
KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK USIA SEKOLAH

0 komentar
Posted in

undefined
undefined

1. PENDAHULUAN

Komunikasi pada anak usia sekolah merupakan suatu proses penyampaian dan transfer
informasi yang melibatkan anak usia sekolah, baik sebagai pengirim pesan maupun penerima
pesan.Dalam proses ini melibatkan usaha-usaha untuk mengelompokkan, memilih dan
mengirimkan lambang- lambang sedemikian rupa yang dapat membantu seorang pendengar
atau penerima berita mengamati dan menyusun kembali dalam pikirannya arti dan makna
yang terkandung dalam pikiran komunikator.
Pada anak usia sekolah, komunikasi yang terjadi mempunyai perbedaan bila dibandingkan
dengan yang terjadi pada usia bayi, balita,remaja, maupun orang dewasa. Hal ini disebabkan
oleh karakteristikkhusus yang dimiliki anak tersebut sesuai dengan usia dan
perkembangannya .
Komunikasi pada anak usia sekolah sangat penting karena pada proses tersebutmereka dapat
saling mengekspresikan perasaan dan pikiran, sehingga dapat diketahui oleh orang lain.
Disamping itu dengan berkomunikasi anak - anak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya
.
Pada anak -anak yang dirawat dirumah sakit karena banyaknya permasalahan yang
dialaminya baik yang berhubungan dengan sakitnya maupun karena ketakutan dan
kecemasannya terhadap situasi maupun prosedur tindakan , sering komunikasi menjadi
terganggu. Anak menjadi lebih pendiam ataupun tidak berkomunikasi. Keadaan ini apabila
dibiarkan akan dapat memberikan efek yang kurang baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan disamping proses penyembuhan penyakitnya .
Perawat yang mempunyai banyak waktu dengan pasien , diharapkan dapat memulai
menciptakan komunikasi yang efektif. Keterlibatan perawat dalam berkomunikasi sangat
penting karena dengan demikian perawat mendapat informasi dan dapat membina rasa
percaya anak pada perawat serta membantu anak agar dapat mengekspresikan perasaannya
sehingga dapat dicari solusinya.
Sehubungan dengan itu perawat dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi dalam
memberikan askep pada anak usia sekolah, menguasai teknik-teknik komunikasi yang cocok
bagi anak usia sekolah sesuai dengan perkembangannya .

2. TINJAUAN TEORI
2.1 Tumbuh kembang Anak
Menurut Jean Peuget, anak pada usia 7-11 tahun merupakan tahap konkrit operasional. Pada
fase ini anak sudah mulai berpikir lebih logis dan terarah,dapat memilih , menggolongkan ,
mengorganisasikan fakta, disamping itu mampu berpikir dari sudut pandang orang lain. Pada
fase ini pula anak dapat mengetahui konsep guru, tetapi belum dapat berpikir hal - hal yang
abstrak. Anak telah dapat mengatasi persoalan dengan konkrit dan sistematis menurut
persepsinya .

Sedangkan menurut Erickson, usia 6-12 tahun adalah tahap industri Vs. inferiority. Anak siap
menjadi pekerja dan ingin dilibatkan dalam aktifitas , bila diberi tugas akan dikerjakan
sampai selesai. Sudah ingin menghasilkan sesuatu , mulai belajar aturan - aturan dan
kompetisi melalui proses pendidikan belajar dan berhubungan dengan orang lain. Jika
harapan anak terlalu tinggi dan tidak mampu memenuhi standart maka anak menjadi
inferiority, kurang percaya diri , gangguan prestasi dan takut kompetisi.

2.2 Komunikasi
2.2.1 Pengertian Komunikasi
1) Pengertian komunikasi yaitu :
• Menurut Harold Koont dan Cyril O'Donell :
Komunikasi adalah pemindahan informasi dari satu orang ke orang lain terlepas percaya atau
tidak . Tetapi informasi yang ditransfer tentulah harus dimengerti oleh penerima .
• Menurut William Ablig :
Komunikasi adalah proses pengoperan lambang- lambang yang mengandung pengertian
antara individu- individu.
• Menurut Dale Yoder :
Kata communications berasal dari sumber yang sama , seperti kata common yang artinya
bersama , bersama-sama dalam membagi ide,apabila seseorang berbicara, orang yang lain
mendengarkan .
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah :
- komunikasi dilakukan dua orang atau lebih
- komunikasi merupakan pembagian ide, pikiran, fakta , pendapat.
- Komunikasi melalui lambang-lambang yang harus dimengerti oleh pelaku komunikasi
2) Komunikasi terapeutik adalah :
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan secara sadar,bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
3) Komunikasi terapeutik pada anak usia sekolah adalah:
Komunikasi yang dilakukan antara perawat dan klien (anak usia sekolah ), yang direncanakan
secara sadar , bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien .
2.2.2 Kegunaan komunikasi terapeutik:
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama antara
perawat dan klien melalui hubungan perawat dan klien.
2.2.3 Tujuan komunikasi terapeutik adalah :
1) Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila
klien percaya pada hal- hal yang diperlukan .
2) Mengurangi keraguan , membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektifdan
mempertahankan kekuatan egonya.
3) Mempengaruhi orang lain , lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
2.2.4 Unsur-unsur komunikasi terapeutik
1) Sumber proses komunikasi yaitu pengirim dan penerima pesan
2) Pesan-pesan yang disampaikan berupa bahasa verbal dan non verbal
3) Penerima pesan membalas pesan yang disampaikan oleh sumber sehingga dapat
dimengerti atau tidak suatu pesan
4) Lingkungan pada waktu komunikasi berlangsung meliputi saluran penyampaian dan
penerimaan pesan serta lingkungan alamiah saat pesan disampaikan
2.2.5 Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers:
1) Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati,memahami dirinya
sendiri serta nilai yang dianut
2) Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima percaya,dan menghargai
3) Perawat harus memahami dan menghayati nilai yang dianut oleh klien
4) Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik fisik maupun mental
5) Perawat harus menciptakansuasana yang memungkinkan klien bebas berkembang tanpa
rasa takut
6) Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien memiliki motivasi untuk
mengubah dirinya baik sikap,tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat
memecahkan masalah - masalah yang dihadapi
7) Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan
mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan ,maupun frustasi
8) Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya
9) Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati
bukan tindakan yang terapeutik
10) Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar hubungan komunikasi terapeutik.
11) Mampu berperan sebagai role model.
12) Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila di anggap mengganggu.
13) Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi.
14) Berpegang pada etika.
15) Bertanggungjawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri atas
tindakan yang dilakukan dan tanggungjawab terhadap orang lain.
2.2.6 Teknik -teknik komunikasi terapeutik :
1) Mendegar
Merupakan dasar utama dalam berkomunikasi. Dengan mendengar perawat mengetahui
perasaan klien. Beri kesempatan lebih banyak pada klien untuk bicara. Perawat harus menjadi
pendengar yang aktif.
2) Pertanyaan terbuka
Membneri kesempatan untuk memilih, contoh : "Apakah yang sedang saudara pikirkan ?", "
Apa yang akan kita bicarakan hari ini ?" Beri dorongan dengan cara mengatakan : " Saya
mengerti…. atau o - o - o.
3) Mengulang
Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien , gunanya untuk menguatkan ungkapan
klien dan memberi indikasi perawat mengikuti pembicaraan klien .
4) Klarifikasi
Dilakukan bila perawat ragu , tidak jelas, tidak mendengar, atau klien malu mengemukakan
informasi , informasi yang diperoleh tidak lengkap atau mengemukakannya berpindah-
pindah. Contoh : "Dapatkah anda jelaskan kembali tentang ….", gunanya untuk kejelasan dan
kesamaan ide, persepsi, dan perasaan perawat dan klien .
5) Refleksi
(1) Refleksi isi : memvalidasi apa yang di dengar, klarifikasi ide yang diekspresikan klien
dengan pengertian perawat.
(2) Refleksi perasaan : memberi respon pada perasaan klien
terhadap isi pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima ide dan perasaannya.
Keuntungan :
Mengetahui dan menerima ide dan perasaan
Mengoreksi
Memberi keterangan lebih jelas
Kerugian :
Mengulang terlalu sering hal yang sama
Dapat menimbulkan marah dan frustasi
6) Memfokuskan
Membantu klien bicara pada topik yang telah dipilih dan yang penting menjaga pembicaraan
tetap pada tujuan , yaitu lebih spesifik,jelas, dan berfokus pada realitas .
Contoh :
- Klien : " Wanita sering jadi bulan - bulanan ".
- Perawat : " Coba ceritakan bagaimana perasaan anda
sebagai wanita ".
7) Membagi persepsi
Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan pikirkan . Dengan cara ini
perawat dapat meminta umpan balik dan memberi informasi .
Contoh : " Anda tertawa, tetapi saya rasa anda marah pada saya ".
8) Identifikasi " tema"
Latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul selama percakapan . Gunanya untuk
meningkatkan pengertian dan mengeksplorasi masalah yang penting , misalnya : " Saya lihat
dari semua keterangan yang anda jelaskan , anda telah disakiti. Apakah ini latar belakang
masalahnya ?"
9) Diam (silence)
Cara yang sukar, biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan . Tujuannya memberi
kesempatan berpikir dan memotivasi klien untuk bicara. Pada klien yang menarik diri , teknik
diam berarti perawat menerima klien.
10) Informing
Memberi informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan.
11) Saran
Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah. Tepat dipakai pada fase kerja dan tidak
tepat pada awal hubungan.

2.2.7 Hambatan komunikasi


1) Faktor yang bersifat teknis yaitu kurangnya penguasaan teknik berkomunikasi .
Teknik komunikasi mencakup unsur - unsur yang ada dalam komunikator dalam
mengungkapkan pesan, menyandi lambang - lambang , kejelian dalam memilih saluran , dan
metode penyampaian pesan.
2) Faktor yang sifatnya perilaku
Bentuk dari perilaku yang dimaksud adalah perilaku komunikasi yang bersifat :
a. Pandangan bersifat apriori
b. Prasangka yang didasarkan atas emosi
c. Suasana yang otoriter
d. Ketidakmampuan untuk berubah walaupun salah
e. Sifat yang egosentris
3) Faktor yang bersifat situasional
Kondisi dan situasi yang menghambat komunikasi ,misalnya : situasi ekonomi, sosial,
politik,dan keamanan.

2.3 Model - model Komuniasi


2.3.1 Shannon - Weaver Model
Dalam model Shannon, komunikasi dipresentasikan sebagai suatu sistem , dimana memilih
sumber informasi yang diformulasi ke dalam suatu pesan . Pesan kemudian ditransmisikan
dengan signal melalui chanel ke receiver . Penerima / receiver menginterpretasikan pesan dan
mengirimkan ke tujuan . Bentuk unik dari konsep ini adalah adanya noise/ gangguan .Noise
adalah faktor-faktor yang mempengaruhi atau mengganggu transfer pesan dari sumber ke
tujuan yang akan dicapai. Dalam model komunikasi manusia, noise dapat berupa distorsi
persepsi misalnya : interpretasi psikologis ,suara yang tidak terdengar.

Salah satu kekuatan / keunggulan dari model ini adalah kesamaan jalur dalam pengiriman
komunikasi yaitu dari sumber ke penerima. Kekurangannya adalah tidak menunjukkan
hubungan transaksi antara sumber dan receiver. Model ini sifatnya linear yang berarti
jalurnya satu arah. Model ini dibatasi oleh omitting komponen feed back dan tidak secara
jelas mengilustrasikan fungsi proses.

Jika diaplikasikan ke lingkungan perawatan kesehatan, kita tidak bisa melihat faktor yang
mempengaruhi. Komunikasi klien seperti sikap dan latarbelakang. Model ini dapat
menerangkan bagaimana pengalaman pendidikan berpengaruh terhadap komunikasi antar
profesional ( sebagai contoh komunikasi antara lulusan ners baru dan ners yang
berpengalaman ), tetapi tidak bisa diketahui bagaimana umpan balik mempengaruhi dialog
antar profesional - profesional selanjutnya.

2.3.2 Leary Model


Dalam komunikasi transaksional dan model multidimensional, menguatkan aspek
interaksional dalm komunikasi. Dimana komunikasi manusia adalah proses dua orang dimana
satu dan lainnya saling dipengaruhi dan mempengaruhi. Leary mengembangkan teori ini dari
hasil pengalamannya sebagai terapis pada pasien psikoterapi.

Tingkah laku Leary berbeda saat menghadapi tiap pasien dan Leary menemukan bahwa
pasien juga terpengaruh tingkah laku Leary. Leary menyimpulkan bahwa tingkah laku orang
merupakan respon dari tingkah laku yang kita tampilkan ,misalnya bila kita bertingkah
dominan maka kita kondisikan orang lain bertingkah submisive.

Dalam perspektif Leary, setiap pesan komunikasi dapat dilihat melalui dua dimensi :
Dominan - Submision dan Hate - Love. Ada dua aturan yang mengatur fungsi dimensi ini
dalam interaksi manusia .
Aturan pertama : Tingkah laku komunikatif dominan atau submisive biasanya menstimuli
tingkah laku sebaliknya pada orang lain; berlaku autokratik (dominan) biasanya akan
menstimuli orang lain untuk berlaku submisive dan sebaliknya.
Aturan kedua : Tingkah laku membenci / mencintai biasanya akan menstimuli tingkah laku
yang sama dari orang lain , artinya dengan bertingkah laku yang baik pada orang lain , orang
lain akan berlaku baik juga dan sebaliknya.

Leary menyatakan bahwa aturan - aturan ini berlaku secara reflek, respon kita terhadap
perilaku orang lain secara involuntary dan immediate sehingga komunikasi kita otomatis
akan distimulasi oleh reaksi dominan - submisive atau hate - love dari yang lain.

Dominan

Hate Love

Submisive

Model Leary dapat secara langsung diterapkan dalam komunikasi dipelayanan kesehatan.
Selama beberapa tahun , pasien yang datang dengan kondisi akut sering diasumsikan /
ditempatkan dalam peran submisive sedangkan tenaga profesional dalam peran dominan.
Trend sekarang dimana konsumen memegang peranan , perlu adanya balancing antara
profesional dan pasien. Pasien menjadi lebih asertive dan penyedia jasa pelayanan harus
mengevaluasi kembali otoritas dan kontrol mereka. Kekuatan / keunggulan model Leary
adalah adanya transaksional dimana dia mendeskripsikan power dan issue-issue affiliasi
dalam interaksi manusia. Jika kita benar-benar ingin mengerti komunikasi kita dengan orang
lain, kita perlu melihat kualitas dari dua individu yang berinteraksi.

2.3.3 Selected Health - Related Model


Pada model-model yang terseleksi ini , tidak berfokus pada komponen - komponen yang ada
dalam komunikasi, tetapi pada pencapaian tujuan utama yaitu kesehatan maksimal, model
yang terseleksi ini ada 3 yaitu, : model terapeutik, model keyakinan kesehatan , dan model
interaksi King. Selain tiga model ini sebetulnya masih banyak model lain yang bisa
digunakan dalam pelayanan kesehatan seperti model Orem, Rogers / roy, namun 3 model ini
dipilih karena tiap model menekankan perbedaan fokus dalam pelayanan kesehatan dan tiap
model mempunyai hubungan langsung dalam komunikasi manusia

1) Model Terapeutik
Model terapeutik menekankan pentingnya peran hubungan dalam membantu klien dan pasien
menempatkan diri dalam situasinya dan berusaha untuk tetap sehat dan menjauhi sakit. Bila
digunakan oleh profesional kesehatan komunikasi terapeutik dapat didefinisikan sebagai
kemampuan untuk membantu individu mengatasi stress, menghadapi masalah psikologis dan
bagaimana berhubungan dengan orang lain secara efektif.

Meskipun banyak model- model yang dikembangkan untuk mendeskripsikan teori


psikoterapeutik, tidak semua model tersebut cocok dalam interaksi yang berhubungan dengan
kesehatan. Salah satu model yang cocok adalah model Rogerian,Carl Rogers (1951) yakin
bahwa jika seorang terapis berkomunikasi secara jujur dan mengerti klien , akan membantu
klien dalam mengatasi situasi yang dialami. Model Roger ini berfokus pada klien " client
centered" karena fokus interaksi ada pada klien. Dalam model ini penolong berkomunikasi
dengan empati, positif regard , dan congruence .(Figur 1-7 )

Menurut Roger, empati adalah proses komunikasi untuk mengerti / memahami perasaan
klien. Positif regard adalah proses komunikasi untuk mendukung / support klien selama
perawatan , tidak memvonis / non jugdment dan tidak mengancam. Sedangkan congruence
merupakan pengekspresian perasaan dan pikiran penolong kepada klien secara jujur.

Dalam lingkungan pelayanan kesehatan , model terapeutik dapat secara langsung diterapkan
dalam komunikasi profesional - klien . Model Rogerian mendeskripsikan bagaimana para
profesional kesehatan harus berkomunikasi dengan klien jika mereka memilih klien sebagai
fokus. Dengan adanya empati ,positive regard, dan congruence , klien merasa mengerti dan
lebih mampu mengatasi sakitnya .

2) Model Keyakinan Kesehatan


Model keyakinan kesehatan diformulasikan oleh Rosenstock dan koleganya (1966,1974 ).
Pada model ini ditekankan pada persepsi klien. Model ini didesign untuk menjelaskan
tindakan preventif kesehatan individu. Sejak dikembangkan model ini , dapat diketahui
pengaruh teori sosial -psikological dalam usaha individu mencari kesehatannya dan
menghindari sakit.

Model keyakinan kesehatan terdiri dari tiga elemen mayor:


(1) Persepsi individual tentang penerimaan tingkat keparahan penyakit.
(2) Persepsi individual tentang keuntungan dan hambatan dalam mengambil tindakan untuk
mencegah sakit.
(3) Petunjuk -petunjuk yang tersedia untuk individu yang dapat menstimulasi individu untuk
melakukan aktifitas pencegahan. (Becker & Maiman , 1975)

Contoh dibawah ini mungkin membantu untuk mengklarifikasi bagaimana model ini
digunakan dalam riset komunikasi kesehatan. Peneliti tertarik untuk mengetahui apakah
mahasiswa menggunakan kondom pada saat intercourse sebagai tindakan preventif
kesehatan.

Penelitian diatas diatas memberikan konseptual frame work untuk masalah di atas. Tingkah
laku para mahasiswa akan dipengaruhi oleh tingkat pemahaman AIDS sebagai ancaman
dimana hal ini juga dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,etnik, variable sosial dan
psikological.Selain ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kampanye mass media
, artikel majalah,atau dari orang-orang yang mengetahui tentang AIDS . Mereka akan
memilih sex yang aman dengan menggunakan kondom setelah mengetahui keuntungannya
lebih besar daripada hambatannya.

Meskipun banyak aspek yang terlibat dalam model komunikasi ini , ada dua aspek fokus
yaitu adanya elemen -elemen petunjuk meliputi kampanye mass media, saran dari orang lain
yang mengerti, artikel koran,dan pesan-pesan yang berhubungan dengan variable-variable.
Komunikasi menjadi penting jika individu tersebut menerima petunjuk-petunjuk yang dapat
memotivasi mereka untuk tindakan kesehatan, contohnya artikel majalah yang menjelaskan
hubungan kanker dan merokok akan mempengaruhi individu untuk berhenti merokok.
Elemen kedua adalah berhubungan dengan faktor -faktor modifikasi yang mencakup variable
sosial - psikological, contohnya pasien yang mengalami kegagalan dalam mengekspresikan
pikirannya karena pola komunikasi yang ada di profesional kesehatan dideskripsikan seperti
formal, penolakan / kontroling,para profesional secara kuat tidak setuju dengan pasien ,
dalam interview tidak menggunakan feed back sehingga akan mempengaruhi perilaku
kesehatan klien.

Model ini juga mempunyai kelemahan dan kelebihan . Sisi positifnya, model ini
mengilustrasikan pentingnya penggunaan dan pengaruh mass media pada perilaku sehat,
model ini berfokus pada persepsi dan keyakinan klien yang dapat mempengaruhi perilaku-
perilaku yang diadopsi. Sisi negatifnya, model ini banyak menempatkan keyakinan
konseptual dan abstrak. Model ini menekankan persepsi klien dalam tindakan preventif
perawatan daripada interaksi transaksional profesional - klien dalam meningkatkan perawatan
kesehatan .

3) Model Interaksi King


King's (1971,1981) mengembangkan frame work untuk keperawatan yang menekankan
pentingnya proses komunikasi antara ners dan klien .King menggunakan sistem perspektif
untuk menggambarkan bagaimana profesional kesehatan (ners) membantu klien untuk
mempertahankan kesehatan. King menunjukkan konseptual frame work yang menekankan
interrelation antara personel , interpersonel,dan sistem sosial dimana sistem interpersonal
adalah penekanan specifik.

Paradigma King mendiskusikan peran sistem interpersonal dalam perawatan kesehatan.


Dalam model ini , selama interaksi antara ners - pasien , secara simultan membuat judgment
tentang keadaan mereka dan satu dengan yang lainnya berdasarkan persepsi mereka tentang
situasi tersebut. Adanya judgment akan berdampak aksi verbal dan nonverbal yang dapat
menstimulasi reaksi ners dan klien . Pada point ini ,persepsi baru terbentuk dan proses
terulang lagi. Interaksi adalah proses dinamis yang mencakup interplayresi prokal yang
terbentuk antara ners dan klien dimana secara bersama-sama menentukan tujuan bersama.

Model King ini mempunyai dimensi penting yaitu relationship,proses,dan trasaksi . Adanya
feed back juga mengidentifikasi pentingnya arti berbagi / sharing antara ners dan klien.
Dalam model ini tidak ditunjukkan bagaimana hubungan interpersonal dipengaruhi oleh
faktor - faktor situasional atau hubungan interpersonal berhubungan dengan perilaku
kesehatan klien ; King menjelaskan issue - issue ini dalam A Theory For Nursing (1981).

2.3.4 Model Komunikasi Kesehatan


Model hubungan komunikasi dan kesehatan kami gambarkan " previous section" yang
memberikan fondasi (dasar ) untuk membentuk komunikasi kesehatan . Model pada Figur 1-
10 mengilustrasikan komunikasi kesehatan seperti konsep yang kami tunjukkan . Komunikasi
kesehatan memberikan spesifikasi terhadap transaksi antar semua partisipan dalam perawatan
kesehatan tentang issue kesehatan .Fokus utama komunikasi kesehatan terjadi dalam
bermacam - macam hubungan saat terjadi perawatan kesehatan . Perbedaannya , model
komunikasi kesehatan meletakkan sistem yang lebih luas daripada komunikasi , dan ini
menekankan cara dimana serangkaian faktor dapat mempengaruhi interaksi dalam
lingkungan perawatan kesehatan. Model komunikasi kesehatan pada Figur 1-10
mengilustrasikan 3 faktor mayor dari proses komunikasi kesehatan , yaitu : relationship,
transaksi,dan konteks.

Relationship
Dari perspektif sistem , model komunikasi kesehatan menggambarkan 4 type mayor dari
relationship yang exis dalam lingkungan perawatan kesehatan : profesional- profesional,
profesional-klien, profesional-other, klien-other. Aturan mainnya , bila individu
diikutsertakan dalam komunikasi kesehatan , dia terlibat dalam satu dari 4 type hubungan.
Model ini juga mengindikasikan hubungan interpersonal dapat mempengaruhi type hubungan
dalam lingkungan perawatan kesehatan. Sebagai contoh, bagaimana komunikasi profesional
kesehatan dengan setiap orang dapat berefek pada interaksi profesional kesehatan dengan
pasien. Sama halnya , bagaimana klien bereaksi dengan anggota - anggota dari jaringan
sosialnya akan mempengaruhi interaksi antara klien dengan profesional kesehatan.

Dalam model ini batasan profesional kesehatan adalah digunakan untuk mengidentifikasi
beberapa individu yang berpendidikan, dilatih dan berpengalaman untuk memberikan
pelayanan kesehatan untuk orang lain. Profesional kesehatan, termasuk didalamnya perawat,
administrasi kesehatan , pekerja sosial, dokter, buruh kesehatan, ahli terapi okupasi dan fisik,
farmakolog,pendeta, personel kesling, kesehatan jiwa , teknisi , dan spesialis lainnya . Setiap
profesional kesehatan membawa karakteristik unik, kepercayaan, nilai, dan persepsi terhadap
lingkungan perawatan kesehatan ,yang akan berpengaruh terhadap bagaimana dia berinteraksi
dengan klien dan anggota tim kesehatan . Sebagai contoh,, usia, latarbelakang sosiokultural,
dan pengalaman yang dilalui dari profesional kesehatan akan berpengaruh/ mempengaruhi
cara dalam merespon kepada klien dan mitra kerja.

Klien adalah individu yang diberikan layanan kesehatan . Pada kondisi "acut setting care"
perilaku pasien tidak selalu menunjukkan sebagai pasien. Dalam lingkungan kesehatan lain,
individu yang menerima pelayanan menunjukkan sebagai klien. Pada model komunikasi
kesehatan, batasan klien digunakan untuk menunjukkan seseorang yang menjadi fokus
pelayanan perawatan kesehatan yang "are being provided" .Batasan meliputi karakteristik
khusus, nilai dan kepercayaan yang dibawa individu ke lingkungan perawatan kesehatan.
Sepantasnya karakteristik personel sebagai profesional kesehatan mempengaruhi
interaksinya. Karakteristik unik dari klien mempengaruhi interaksi klien dengan yang
lainnya.

Jaringan sosial klien termasuk set ke-tiga dari sifat individu yang berpartisipasi dalam
komunikasi kesehatan . Client's significant others telah ditemukan sebagai hal yang paling
essensial dalam mendorong klien seperti yang mereka sampaikan untuk menjaga kesehatan .

Comm. Variables

Lifespan Health transactions

Comm. Variables

Figur 1-10. Health communication model.

Transaksi
Transaksi adalah elemen mayor ke-dua dalam model komunikasi kesehatan. Transaksi
merupakan suatu interaksi antara partisipan yang terlibat.Transaksi ini melibatkan individu
tentang informasi yang mencakup verbal dan non verbal. Transaksi kesehatan merupakan
bentuk kesepakatan bagaimana klien itu mencari dan mempertahankan kesehatannya
sepanjang hidup.

Transaksi kesehatan merupakan suatu proses yang berkesinambungan ,dinamis dan bukan
suatu yang statis, dimana terdapat feed back yang continue yang partisipan mampu untuk
menempatkan diri dalam berkomunikasi.

Konteks
Elemen ke-tiga model komunikasi kesehatan adalah konteks, yaitu setting / tempat dimana
proses terjadiyang punya pengaruh besar dalam komunikasi antara health professional - client
- anggota keluarga dan orang lain yang terlibat dalam konteks. Salah satu unsur konteks
adalah tempat dimana perawatan kesehatan dilaksanakan ,seperti : rumah sakit, klinik, ruang
rawat jalan, atau ruang intensive yang mempengaruhi pola komunikasi didalamnya. Unsur
yang lain adalah jumlah partisipan yang terlibat dalam komunikasi (lingkungan perawatan )
misalnya dalam bentuk group kecil atau interaksi antar individu atau kelompok besar. Jumlah
partisipan yang ada mempengaruhi situasi yang ada di dalamnya .

3. PEMBAHASAN

Dari berbagai macam model komunikasi , yang sesuai untuk diterapkan pada klien anak usia
sekolah adalah model komunikasi kesehatan (Health Communication Model) karena pada
model ini penekanan pada proses relationship terdapat empat tipe relationship yang ada ,yaitu
hubungan antara: professional - professional, profesional - client , professional - significant
others , dan client - significant others.

Sesuai dengan teori perkembangan Jean Peaget, pada fase ini anak dapat mengetahui konsep
baru ( merasakan sakit) tetapi belum dapat berpikir tentang hal-hal yang abstrak sehingga
untuk mencapai proses perawatan diperlukan significant othes / keluarga / teman untuk
membantu profesional kesehatan mengekspresikan hal abstrak yang dirasakan oleh klien.

Sedangkan menurut teori Erickson, pada fase ini anak belajar untuk dilibatkan dalam aktifitas
dan berusaha untuk menyelesaikan tugasnya, mulai belajar aturan - aturan baru melalui
proses belajar dan berhubungan dengan orang lain sehingga mendukung profesional
kesehatan untuk melakukan tindakan - tindakan keperawatan pada klien.

Konteks adalah tempat / situasi dimana pelayanan kesehatan diberikan berdasarkan : tempat /
ruang, jenis pelayanan, dan jumlah personel, hal ini berkaitan dengan peran significant others
(keluarga, teman dll.) dan profesional kesehatan untuk menyiapkan lingkungan yang
terapeutik bagi kesembuhan klien. Hal ini berkaitan dengan proses tumbang yang
diungkapkan oleh Erickson yakni anak sudah mulai berpikir logis dan terarah ,dapat memilih
, menggolongkan , mengorganisasikan fakta, disamping itu mampu berpikir dari sudut
pandang orang lain sedangkan jumlah partisipan yang terlibatdalam komunikasi ( group kecil
/ interaksi antar individu ) akan membantu klien untuk mengekspresikan tentang perasaan .

Transaksi, kesepakatan interaksi antar partisipan didalam proses komunikasi meliputi verbal ,
nonverbal yang terjadi secara kontinyu , ini menunjukkan bahwa komunikasi tidak hanya
bersifat satu arah dan terdapat umpan balik, ini terkait dengan teori Erickson dimana anak
siap menjadi pekerja dan ingin dilibatkan dalam aktifitas.

4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
4.1.1 Komunikasi terapeutik sangat penting diterapkan pada anak usia sekolah,dengan
demikian perawat dapat membina hubungan saling percaya pada anak dan anak dapat
mengekspresikan perasaannya .
4.1.2 Komunikasi teraputik mempunyai tujuan, unsur-unsur, prinsip,
teknik-teknik dan hambatan yang perlu diketahui dan disadari sehingga memudahkan dalam
penerapan.
4.1.3 Dari model konsep komunikasi yang ada adalah model komunikasi
kesehatan yang dapat digunakan dalam berinteraksi dengan pasien anak usia sekolah.
4.2 Saran
Diharapkan makalah ini bisa memerikan masukan bagi perawat terutama perawat yang
bekerja pada ruang perawatan anak, sehinga kami menyarankan agar teman-teman perawat
membaca dan memahami isi makalah ini sehinga menjadi bekalkan bila berinteraksi dengan
anak usia sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Kesehatan Anak dalam Kontek Keluarga, pusdiknakes Depkes RI , Jakarta (1993).

Hubungan Terapeutik Perawat - Klien , Budiana Keliat ,S.Kp.


Health Communication Strategies for Health Professional, Laurel L. Northouse third edition,
application &lange 1998.

Anda mungkin juga menyukai