dengan anak. Melalui komunikasi akan terjalin rasa percaya, rasa kasih saying dan
selanjutnya anak akan memiliki sutau penghargaan pada dirinya.
Secara umum pengertian komunikasi anak merupakan proses pertukaran informasi yang
disampaikan oleh anak kepada orang lain dengan harapan orang yang diajak dalam
pertukaran informasi tersebut mampu memenuhi kebutuhannya. Dalam tinjauan ilmu
keperawatan anak, anak merupakan seseorang yang membutuhkan suatu perhatian dan kasih
saying, sebagai kebutuhan khusus anak yang dapat dipenuhi dengan cara komunikasi baik
secara verbal maupun non verbal yang dapat menumbuhkan kepercayaan pada anak sehingga
tujuan komunikasi dapat tercapai.
Dalam melakukan komunikasi dengan anak terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan
sebelum mengadakan komunikasi secrara langsung, tahapan ini dapat meliputi tahap awal
(Pra Interaksi), tahap perkenalan atau orientesi, tahap kerja dan tahap terakhir yaitu tahap
terminasi.
Pada tahap ini yang harus kita lakukan adalah mengumpulkan data tentang klien dengan
mempelajari status atau bertanya keapda orang tua tentang masalah atau latar belakang yang
ada, mengeksplorasi perasaan, proses ini akan mengurangi kekurangan dalam saat
komunikasi dengan cara mengeksplorasikan perasaan aapa yang ada pada dirinya, membuat
rencana pertemuan dengan klien, proses ini ditunjukkan dengan kapan komunikasi akan
dilakukan, dimana dan rencana apa yang dikomunikasikan serta target dan sasaran yang ada.
Tahap ini yang dapat kita lakukan adalah memberikan salam dan senyum kepada klien,
melakukan validasi (Kognitif, psikomotor, afektif), mencari kebenaran data yang ada dengan
wawancara, mengobservasi atau pemeriksaan yang lain, memperkenalkan nama kita dengan
tujuan agar selalu ada yang memperhatikan terhadap kebutuhannya, menanyakan nama
kesukaan panggilan klien karena akan mempermudah dalam berkomunikasi dan lebih dekat,
menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien, menjelaskan peran kita dan klien,
menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, menjelaskan tujuan, menjelaskan waktu yang
dibutuhkan untuk kegiatan dan menjelaskan kerahasiahan.
3.Tahap Kerja
Pada tahap ini kegiatan yang dapat kita lakukan adalah member kesempatan pada klien untuk
bertanya, karena akan memberitahu tentang hal-hal yang kurang dimengerti dalam
komunikasi, menanyakan keluhan utama, memulai kegiatan dengan cara yang baik, dan
melakukan kegiatan sesuai dengan rencana.
4.Tahap Terminasi
Pada tahap terminasi dalam komunikasi ini kegiatan yang dapat kita lakukan adalah
menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses dan hasil, memberikan
reinforcement yang positif, merencanakan tindak lanjut dengan klien, melakukan kontrak
(waktu,tempat dan topic) dan mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan kepercayaan diri
anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua
secara langsung yang sedang berada di samping. Selain itu dapat digunakan dengan
mengomentari tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta lainnya, dengan catatan
tidak langsung pada pokok pembicaraan.
6.Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima, cerita yang
disampaikan hendaknya seuai dengan pesan yang akan disampaikan yang dapat diekspresikan
melalui tulisan maupun gambar.
7.Menfasilitasi
Menfaslitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau respon
anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam menfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan
perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan repon terhadap pesan yang
disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan
ungkapan negative yang menunjukan kesan yang jelek pada anak.
8.Biblioterafi
Melalui pemberin buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan,
dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan
kepada anak.
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak untuk
menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang didapatkan, dan keinginan
tersebut dapat menunjukan perasaan dan pikiran saat itu.
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau mengetahui
perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pada situasi yang menunjukan pilihan yang
positif dan negatif sesuai pendapat anak.
11.Penggunaan skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada
anak seperti penggunaan perasaan nyeri cemas, sedih, dan lain–lain. Dengan menganjurkan
anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
12.Menulis
Melalui ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah atau
lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan diam.
13.Menggambar
14.Bermain
Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi. Melalui ini hubungan
interpersonal antara anak, perawat dan orang disekitarnya dapat terjalin danpesa-pesan dapat
disampaikan.
1) Pendidikan
2) Pengetahuan
3) Sikap
6) Sistem sosial
7) Saluran
8) Lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
A.Aziz Alimul Hidayat (2003), Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat dalam
Komunikasi Terapeutik pada Anak Usia Prasekolah, Medikes Jurnal Keperawatan dan
Kesehatan Hal 40-45.
Whaley and Wong’s (1995), Essensials of Pediatric Nursing Fourth Edition, Mosby
Company, St Louis Missouri.
Yupi Supartini (2004), Buku ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC Jakarta.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan
anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai data yang
terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau
tindakan keperawatan. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak,
antara lain :
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga
2. Bercerita
3. Memfasilitasi
4. Biblioterapi
5. Meminta untuk menyebutkan keinginan
6. Pilihan pro dan kontra
7. Penggunaan skala
8. Menulis
9. Menggambar
10. Bermain
Dampak dari komunikasi dengan kekerasan terhadap anak-anak adalah hilangnya fitrah kelembutan.
Berdasarkan pengalamannya, anak yang terbiasa dengan kekerasan, sejak kecil sudah terlihat.
Karena terbiasa dengan kekerasan, ia pun akan membutuhkannya setiap kali akan melakukan
sesuatu. Hal itu terjadi karena fitrah kelembutannya sudah melemah.
Komunikasi dengan kekerasan juga akan membuat anak tidak memiliki keberanian untuk
mengungkapkan pendapatnya.
B. Rumusan masalah
1. Menjelaskan tentang komunikasi pada anak dan tumbuh kembang anak
2. Proses tumbuh kenbang anak berdasarkan usia
3. Menjelaskan kekerasan dampak pada anak
4. Menjelaskan tata cara berkomunikasi dan komunikasi keluarga
5. Mengatahui Program dan kebijakan pemerintah tentang Kesehatan Ibu dan anak di Indonesia.
C. Tujuan
1. Mengatahui tentang komunikasi pada anak dan tumbuh kembang anak
2. Mengatahui tumbuh kenbang anak berdasarkan usia
3. Mengatahui kekerasan dampak pada anak
4. Mengatahui tata cara berkomunikasi dan komunikasi keluarga
5. Mengatahui Program dan kebijakan pemerintah tentang Kesehatan Ibu dan anak di Indones
BAB II
PEMBAHASAN
9. Menggambar.
Seperti halnya menulis menggambar pun dapat digunakan untuk mengungkapkan ekspresinya,
perasaan jengkel, marah yang biasanya dapat diungkapkan melalui gambar dan anak akan
mengungkapkan perasaannya apabila perawat menanyakan maksud dari gambar yang ditulisnya.
10. Bermain.
Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi, melalui ini hubungan interpersonal
antara anak, perawat dan orang di sekitarnya dapat terjalin, dan pesan-pesan dapat disampaikan.
C.Tips Dasar Komunikasi pada Anak
Nilai altruistik perlu diwujudkan dengan kata-kata, seperti ucapan "terima kasih" atau "tolong" saat
meminta bantuan dan ini perlu ditanamkan pada anak. Menurut pakar perkembangan ini, kata-kata
tersebut lebih dari sekadar ungkapan sopan santun, namun merupakan awal pemahaman tentang
komunikasi.
Setiap orang tua pasti pernah mengalami kesulitan komunikasi dengan anak. Ada masanya ketika
anak anda tampak seperti mendengar perintah anda dengan penuh perhatian, tetapi kemudian tidak
ingat apa-apa mengenai percakapan itu. Ada masanya anak anda berbicara terus menerus kemudian
menuduh anda tidak mendengarkannya. Pada tahapan yang berbeda, anak-anak berkomunikasi
dengan cara yang berbeda.
Anak anda yang berusia lima tahun, dapat berubah seolah menjadi anak yang berusia empat belas
tahun yang menjawab pertanyaan anda dengan hanya satu kata saja: anda bertanya ; bagaimana
kabarmu sayang? ‘Baik’ jawabnya singkat. “apa yang kamu kerjakan di rumah teman kamu tadi?”
‘macam-macam’ jawabnya lagi.
Anak-anak mengalami masa-masa dimana mereka sangat terbuka mengenai perasaan mereka. Dan
ada kalanya, mereka lebih pendiam dan menyimpan sendiri pikiran-pikiran dan emosi mereka
sendiri. Akan tetapi berkomunikasi setiap waktu dengan anak-anak adalah penting. Mempunyai
hubungan baik yang terpelihara baik, tergantung pada komunikasi yang baik.
Anak-anak merupakan komunikator yang baik. Mereka akan berbicara, mendengarkan sehingga
mereka akan mendapatkan teman-teman,pendidikan,pekerjaan dan lain-lain. Cara anda berbicara
dan mendengarkan anak-anak anda sangat mempengaruhi bagaimana mereka berkomunikasi
dengan orang lain. Karena anak ini mengetahui hampir setiap naluri, bahwa komunikasi bukan hanya
sekedar kata-kata yang keluar dari mulut anda.
Komunikasi adalah juga bahasa tubuh yang menyertai kata-kata ini. Komunikasi yang baik adalah
mengetahui kapan berbicara dan kapan untuk diam. Sebagaimana ketrampilan interpersonal,
kemampuan untuk berkomunikasi dibentuk pertama kali oleh hubungan seorang anak dengan orang
tuanya. Ketrampilan komunikasi dipelajari dirumah yaitu di masa bayi
D.Perekat keluarga.
Menurut Ery Soekresno, Psi, Pengelola Sekolah Kebon Maen, Cilangkap-Cimanggis-Depok,
komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam keluarga. Menurutnya, komunikasi berfungsi
sebagai perekat keluarga. Ery mencontohkan, berdasarkan hasil penelitian pada tahun 1996, faktor
penyebab tingginya angka perceraian di Amerika ternyata bukan disebabkan kehadiran orang ketiga.
Karena di mata masyarakat Amerika umumnya, perzinahan sudah dianggap halal. Namun, penyebab
yang tertinggi adalah faktor terhambatnya komunikasi suami istri. Komunikasi yang tidak lancar
antara suami istri akan berdampak pula terhadap kelancaran komunikasi pada anak.
Komunikasi antara orang tua dan anak adalah sebuah proses pengiriman pesan dimana pesan yang
diterima sama dengan pesan yang dikirim. Komunikasi dengan kekerasan, menurut Ery adalah,
penyampaian pesan yang dilakukan secara negatif. Termasuk dalam komunikasi secara negatif
adalah saat orangtua menggunakan bahasa yang tidak indah. "Bahasa yang jelek tidak
menyenangkan anak, akibatnya anak tidak mau mendengarkan orangtua," tutur psikolog yang aktif
menyerukan kampanye komunikasi tanpa kekerasan ini.
Komunikasi dengan kekerasan tidak melulu berarti disampaikan dengan bahasa-bahasa yang tidak
baik, seperti penggunaan kata yang berasal dari ‘kebun binatang’ atau kata hinaan lainnya.
E.Verbal dan non verbal.
Ada dua bentuk komunikasi, yaitu verbal (bahasa) dan non-verbal (bahasa tubuh). Artinya, saat
orangtua berbicara kepada anak, bukan hanya kata-katanya saja yang ditangkap oleh anak. Menurut
Ery, di bawah usia satu tahun, mungkin mereka hanya menangkap 10% kata yang diucapkan ibu.
Sisanya lebih kepada bahasa non-verbal.
Ery mencontohkan, saat bayi berbicara dengan mengeluarkan kata-kata yang tidak jelas. Misalnya
bah, bah, bah. Kebetulan ibu ini membahasakan bapaknya itu abah. Ibu memberikan respon sambil
menunjuk pada suaminya atau menunjukkan fotonya, "Oh Abah ya, Abah. Ya, itu Abah."Artinya,
anak itu memahami sebuah kata itu kan dari bahasa non verbal karena setiap kali dia ngomong bah,
bah, bah kok yang ditunjuk orang itu. Akhirnya kata itu memiliki arti bagi dirinya. Meskipun saat itu
anak belum mengerti betul tentang siapa sebenarnya Abah.
Menurut Ery, orangtua perlu terus menyadari bahwa bahasa non-verbal yang dipakainya sangat
penting bagi anak. Meski bahasa yang digunakan orangtua positif, namun bilakomunikasi non-
verbalnya negatif, maka pesan yang diterima anak adalah seperti yang ia lihat. Misalnya, seorang ibu
mengatakan pada anaknya, "Ibu tuh sebenarnya sayang sama kamu,” tapi intonasinya yang tinggi
atau dilakukan sambil mencubit anak. Tak salah bila anak akan berpikir, "Oh sayang itu artinya sama
dengan mencubit ya." Akhirnya, saat bertemu dengan sepupu, adik atau temannya atau dia dengan
adiknya dia menyampaikan sayangnya dengan mencubit. "Padahal seharusnya menyampaikan rasa
sayang harus diiringi dengan pelukan dan suara yang lembut agar anak mampu menangkap pesan
yang disampaikan dengan benar," jelas istri dari Irwan Rinaldi ini.
F.Dampak komunikasi dengan kekerasan.
Dampak dari komunikasi dengan kekerasan terhadap anak-anak adalah hilangnya fitrah kelembutan.
Berdasarkan pengalamannya, anak yang terbiasa dengan kekerasan, sejak kecil sudah terlihat.
Karena terbiasa dengan kekerasan, ia pun akan membutuhkannya setiap kali akan melakukan
sesuatu. Hal itu terjadi karena fitrah kelembutannya sudah melemah.
Komunikasi dengan kekerasan juga akan membuat anak tidak memiliki keberanian untuk
mengungkapkan pendapatnya. Ery mencontohkan adegan yang terjadi pada sebuah keluarga saat
mereka menanti datangnya waktu maghrib untuk berbuka puasa. Di hari pertama, ibu menyediakan
menu lengkap, ada kue, es kelapa, gorengan, disamping menu utama hari itu. Di hari kedua, sang ibu
tidak menyediakan gorengan dalam deretan menu berbuka. Namun, ia menggantikannya dengan
makanan kesukaan anak-anak yang lain, yaitu puding karamel. Anaknya yang berusia 5 tahun
berkomentar, "Mi, kok hari ini nggak ada gorengan?" Sang Ibu, yang kebetulan masih sibuk dengan
urusan dapur langsung bereaksi dengan melakukan interpretasi dan evaluasi. " Kamu ini kok nggak
bersyukur banget sih?" Anak yang semula hanya sekedar berkomentar tentu menjadi takut untuk
menyampaikan komentar pada kesepatan lain. Apalagi bila hal seperti itu terjadi berulang kali.
Lebih berbahaya lagi, menurut Ery, bila anak menjadi terbiasa melakukan pekerjaan secara
sembunyi-sembunyi. Bila orangtua tidak segera mengubah cara berkomunikasinya, maka dampak itu
akan terpelihara sampai anak tumbuh dewasa.
Dampak lainnya adalah menjadi terbiasa berpikir negatif. Artinya, ketika ada orang bermaksud baik
terhadap anak, dia tidak menganggap itu sebagai sesuatu yang baik. Sebaliknya, anak akan berpikir,
"Apa sih maksudnya kamu berbuat baik sama aku?" Menurut Ery, hal itu terjadi karena orangtua
terbiasa berpikir negatif terhadap dirinya yang terwujud dengan komunikasi yang negatif. Akhirnya,
yang terbangun dalam benakanak adalah apa pun yang dilakukannya tidak ada yang benar.
Misalnya, saat seorang anak sedang duduk-duduk di dalam rumah sementara ibunya sedang
menyapu lantai. Sang Ibu mengatakan "Aduh Kakak, tidur-tiduran aja, enggak mau membantu ibu
nyapu," Sebaliknya, saat sang anak sedang menyapu lantai, Ibu berkomentar, "Wah tumben nih anak
ibu nyapu." Komentar seperti itu akan membuatanak menjadi tidak tahu apa yang seharusnya
dilakukan karena menjadi serba salah.
Komunikasi yang baik saat ibu sedang menyapu sementara anaknya sedang tidur-tiduran adalah "Ibu
seneng deh kalau kakak mau membantu Ibu nyapu. Kalau kakak membantu Ibu pekerjaan rumah ibu
cepat selesai. Habis itu kita bisa bermain dan cerita-cerita". Pesan akan sampai tanpa perlu
menyakiti perasaan anak. Anak pun menjadi lebih mudah diajak bekerjasama. Saat anak sedang
menyapu, seharusnya Ibu menyampaikan penghargaannya dengan pesan yang positif, tanpa perlu
menyindir anak.
Menurut Ery, faktor pembentuk utama dan pertama adalah keluarga. Bila rumah sudah berfungsi
sebagai tempat yang memberikan kesejukan untuk anak-anak, maka ke mana pun anak pergi, rumah
tetap menjadi referensi utama bagi anak. Kesejukan itulah yang perlu dibangun oleh orangtua
melalui komunikasi tanpa kekerasan. Saat anak memiliki masalah, mereka tahu kemana harus
berbicara. Saat yang paling berpengaruh bagi anak adalah sebelum anak mencapai usia balighnya
karena pada masa itu anak masih mudah untuk berubah. Namun, perubahan yang paling utama dan
pertama harus berawal dari para orangtua.
2. Menentukan tata cara berkomunikasi
Salah satu bagian dari keberhasialan dalam wawancara adalah tergantung pada keadaan fisik dan
psikologis si pewancara itu sendiri. Perkenalan yang tepat, penjelasan peranan, menerangkan alasan
wawancara serta menjamin kebebasan dan rahasia.
• Memecahkan Masalah.
Pemahaman dan pengenalan masalah harus disepakati oleh orang tua kemudian mulai
merencanakan pemecahannya.
Perawat harus mendiskusikan resikonya terhadap keluarga dan mencoba mencari pemecahan
masalah yang lebih efektif.
• Mengadaptasi Bimbingan.
Segera setelah masalah diidentifikasi & disetujui oleh perawat dan orang tua, maka dapat mulai
merencanakan pemecahannya. Orang tua yang dilibatkan dalam memecahkan masalah berfartisipasi
penuh selama perawatan berlangsung. Bila situasi memungkinkan, keputusan yang diambil adalah
berasal dari orang tua dan perawat berperan sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah.
• Menghindari hambatan-hambatan komunikasi
Hambatan yang mempengaruhi proses hubungan dalam berkomunikasi :
Sosialisasi
Memberi nasehat-nasehat yang tidak ada kaitannya dan yang tidak diperlukan
Memberikan dorongan sepintas
Melindungi suatu situasi/opini
Menawarkan keyakinan yang kurang sesuai
Memberikan pujian secara stereotipi
Menahan ekspresi emosi dengan pertanyaan tertutup
Menginterupsi & menyelesaikan kalimat seseorang
Lebih banyak bicara dari pada orang yang diintervien
Membuat konklusi yang menghakimi
Mengubah fokus pembicaraan dengan sengaja
• Isyarat.
Yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai pengganti atau pelengkap bicara.
Contoh isyarat umum pada masa bayi :
• Mendorong putting susu dari mulut artinya kenyang/tidak lapar
• Tersenyum dan mengacungkan tangan artinya ingin digendong
• Mengeliat, meronta, menangis, selama berpakaian & mandi artinya tidak suka akan pembatasan
gerak.
Ungkapan emosional.
Adalah ungkapan emosional melalui perubahan tubuh & roman muka.
Contoh :
a. Mengendurkan badan, mengangkat tangan/kaki, tersenyum & ramah
b. Maneragangkan badan, gerakanmembanting tangan/kaki,roman muka tegang & menangis.
Dalam komunikasi biasanya orang menggunakan satu dari tiga sensorik seperti ;
- Penglihatan
- Pendengaran
- Kinesthetic.
Sensorik yang spesifik adalah mengidentifikasi melalui observasi tipe dari kata kerja, kata sifat dan
kata ketergantungan yang digunakan seseorang.dengan mengunakan sensori yang sama, perawat
dapat meningkatkan hubungan dan mengkomunikasikan informasi lebih efektif. Orang tipe visual
yang memanfaatkan alat bantu seperti diagram dan ilustrasi. Orang tipe mendengar menggunakan
kata-kata atau suara-suara. Anak-anak cendrung menggunakan bantuk kinesthetic dan belajar dari
manipulasi objek-objek
Contoh NLP
Cara Komunikasi Respon yang cocok
Cara Visual :
Saya dapat melihat bahwa saya tidak sehat.
Cara Auditory :
Dari apa yang saya dengar dimana dokter mengatakan, anak saya akan sembuh.
Cara Kinesthetic :
Saya merasa bahwa prognosa anak saya menurun. Ceritakan pada saya tentang apa yang kamu
lihat.
Apa yang kamu dengar yang membuat kamu melihat sesuatu seperti ini.
c. Facilitative Responding.
Facilitative Responding adalah mendengarkan secara seksama dan membayangkan kembali
perasaan-perasaan pasien dan isi pernyataan anak.
Seperti :
- Respon yang empati
- Tidak menghakimi dan mengesahkan perasaan-perasaan seseorang.
Rumus untuk fasilitative responding adalah ;
“Engkau merasa ------ karena ----“ (Henrich and Bernheim, 1981 ).
Contoh Bila seseorang anak mengatakan :
“ Saya benci ke RS dan mendapatkan suntikan,” dan fasilitatife respon adalah “ engkau merasa
tidak bahagia karena semua dilakukan padamu”.
d. Bercerita ( Story telling ).
Respon anak terhadap tehnik-tehnik bercerita bervariasi. Bercerita menggunakan bahasa anak, dan
menyelidiki perasaannya, sementara itu menghindarkan hambatan yang disengaja atau hindarkan
ketakutan-ketakutan yang paling sederhana adalah meminta anak menceritakan tentang sesuatu
kejadian / peristiwa sperifik “ Berada di Rumah Sakit”. Selain itu dapat menggunakan gambaran dari
suatu peristiwa dan meminta anak untuk menceritakannya.
Dongeng bersama lebih mengembangkan pendekatan terapiutik. Dongeng tidak saja membantu
membuka pikiran anak, juga mencoba merubah persepsi anak atau perasaan takutnya.
Kita mulai dengan meminta anak bercerita tentang sesuatu kejadian, diikuti oleh cerita lain oleh
perawat yang sebabnya sama dengan cerita anak hanya bedanya disini bertujuan membantu anak
masuk kedalam masalahnya.
Contohnya ; Anak bercerita tentang masuk Rumah sakit dan tidak dapat melihat orang tuanya
lagi.
Cerita perawat hampir sama dan mengunakan nama orang lain bercerita bahwa sewaktu anak itu
berada di Rumah sakit tetap dapat bertemu orang tuanya setiap hari setelah selesai bekerja .
Dengan cara ini dapat mengurangi perasaan takutnya akan terpisah dari orang tuanya.
e. Bibliotherapy
Bibliotherapy melibatkan penggunaan buku-buku dalam rangka proses therapiutik dan supportive.
Sasarannya adalah membantu anak mengungkapkan perasaan-perasaan dan perhatiannya melalui
aktivitas membaca, cara ini dapat memberi kesempatan pada anak untuk menjelajahi suatu
kejadian yang sama dengan keadaannya tetapi sedikit berbeda untuk mengijinkan dia
membatasinya dari kisah itu dan tetap dalam kontrol. Pada dasarnya buku tidak mengancam
karena anak dapat sewaktu-waktu menutup buku tersebut atau berhenti membacanya.
Petunjuk umum dalam menggunakan Bibliotherapy :
Jajaki perkembangan emosi dan pengetahuan anak
Hayati isi buku dan sesuaikan isinya dengan tingkat usia anak.
Bersama-sama memakai buku itu seperti kita membaca untuknya.
Menyelidiki bersama anak akan arti dari isi buku dengan cara menceritakan kembali cerita itu,
baru kembali bagian-bagian khusus, gambar sesuatu yang berkaitan dengan cerita itu dan
diskusikan gambar tersebut , bicarakan tentang karakter atau simpulkan pengertian dari cerita
tersebut.
f. Fantasy.
Bentuk khusus dari Bibliotherapy adalah menggunakan dongeng fantasy atau dongeng yang wajar
seperti “ Bawang Putih dan Bawang Merah”, “Malin Kundang”, “ Sikancil mencuri ketimun” , Abu
Nawas”, dan lain-lain. Figur dan kejadian-kejadian pada dongeng melambangkan dan
mengilustrasikan adanya suatu konflik dalam suatu peristiwa seperti butuh kasih sayang /dicintai ,
takut akan meninggal , takut akan tidak berharga, pentingnya kejujuran dalam kehidupan dan lain-
lain. Perlu penjelasan pada anak arti dari dongeng dalam mencapai kebutuhan-kebutuhannya.
g. Mimpi.
Mimpi sering diartikan sebagi ungkapan sesuatu sasaran tidak sadar dan akan menekan kembali
perasaan dan pikiran seseorang. Dipulau jawa kita kenal beberapa macam mimpi yang dapat
mengartikan sesuatu, seperti mimpi titiyoni, gondoyoni dan puspogeni.
Salah satu cara pada Psychoterapi dapat menggunakan interpretasi dari mimpi dengan menanyakan
pada anak dan orang tua tentang mimpi. Kemudian jelajahi perasaan bersalah yang sangat
mengganggi
h. Pertanyaan “Bagaimana Bila”.
Pertanyaan “ Bagaimana Bila” mendorong anak untuk menjelajahi situasi dan menentukan berbagai
pemecahan masalah.
Contoh :
Perawat dapat bertanya : “ bagaimana bila engkau sakit dan harus masuk Rumah Sakit.???”.
Anak akan mengatakan perasaan-perasaannya yang telah dia ketahui dan tentang apa yang dia
anggap aneh yang ingin dia ketahui.
Jenis komunikasi yang baik akan membantu anak mempelajari ketrampilah pertahanan diri ;
khususnya pada situasi-situasi yang berbahaya.
j. Ranting Game.
Permainan ini terutama membantu anak-anak yang lebih besar untuk berani berbicara. Dari ada
menanyakan padanya bagaimana perasaaannya, lebih baik perawat bertanya bagaimana
pengalaman dari hari ke hari dalam skala 1 sampai 10, dengan skor 10 yang menjadi paling baik.
Anak-anak pada tingkat usia sekolah dapat menggunakan cara ini yaitu dengan menulis pengalaman/
perasaan mereka selama dirawat dalam buku hariannya.
k. Word Association Game
Pendekatan degan cara “permainan asosiasi kata” dapat dimulai dengan sejumlah kata-kata kunci
dan meminta anak untuk menyebut kata pertama yang dia kenal. Akan tetapi baik jika dimulai
dengan kata-kata netral seperti menggambar, menulis, berdo’a kemudian pada kata-kata yang
mengundang kecemasan seperti, penyakit, jarum suntik, rumah sakit, pembedahan dan lain-lain.
Kunci kata-kata yang dipilih harus sesuai dengan situasi kehidupan anak.
l. Sentenoe Completion
Tanpa menanyakan langsung tentang keadaannya, tetapi menyadarkan pernyataan yang harus
dilengkapi oleh anak.
Cara pendekatan ini khususnya digunakan untuk anak-anak pra remaja dan remaja.
Contoh :
“ Sesuatu yang menyenangkan ( menjengkelkan) tentang sekolah anak ……………………”
“ Usia yang paling menarik (tidak menarik) adalah ………………..”
Pernyataan dimulai dengan yang netral kemudian diakhiri dengan pernyataan yang difokuskan pada
perasaan tentang dirinya.
d. Sosiogram
Menggambar tak perlu dibatasi bagi anak-anak, dan jenis gambar yang berguna bagi anak-anak
seusia 5 tahun adalah sosiogram (gambar ruang kehidupan) atau lingkaran keluarga. Menggambar
suatu lingkaran adalah untuk melambangkan orang-orang yang hampir mirip dalam kehidupan
anak, dan gambar bundaran-bundaran didekat lingkaran menunjukkan keakraban / kedekatan.
e. Menggambar bersama dalam keluarga
Salah satu tehnik yang berguna dan dapat diterapkan pada anak-anak adalah menggambar bersama
dalam keluarga.
Menggambar bersama dalam keluarga merupakan satu alat yang berguna untuk menggungkapkan
dinamika dan hubungan keluarga.
f. Bermain.
Bermain adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling penting dan dapat menjadi tehnik yang
paling efektif untuk berhubungan dengan mereka. Dengan bermain dapat dikumpulkan petunjuk
mengenai tumbuh kembang fisik, intelektual dan sosial. Terapeutik play sering digunakan untuk
mengurangi trauma akibat sakit atau masuk rumah sakit atau untuk mempersiapkan anak sebelum
dilakukan prosedur medis / perawatan.
3. Program dan kebijakan pemerintah tentang Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, Departemen Kesehatan pada periode
2005-2009 memprioritaskan pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagai urutan pertama dalam
pembangunan kesehatan. Prioritas berikutnya adalah pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin,
pendayagunaan tenaga kesehatn, penanggulangan penyakit menular, gizi buruk dan krisis kesehatan
akibat bencana serta peningkatan pelayanan kesehatan daerah terpencil, tertinggal, daerah
perbatasan dan pulau-pulau terluar.
Visi dan Misi Departemen Kesehatan yaitu meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang berkualitas, maka untuk mencapai upaya tersebut adalah :
1. Pelayanan Kesehatan Dasar yang terdiri dari:
a. Pelayanan Kesehatan ibu dan anak :
Kebijakan tentang KIA secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas
dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di semua fasilitas kesehatan, dari posyandu sampai
rumah sakit pemerintah maupun fasilitas kesehatan swasta.
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter
spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) seperti pengukuran berat
badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta
pemberian tablet besi kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai pedoman pelayanan
antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan
antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan ibu hamil K1 dan K4.
b. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi Kebidanan.
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di
sekitar persalinan. Hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan sebesar 70,62 % - 77,21 %.
c. Deteksi Resiko, Rujukan Kasus Resti dan Penanganan Komplikasi.
Kegiatan deteksi dini dan penanganan ibu hamil berisiko/komplikasi kebidanan perlu lebih
ditingkatkan baik di fasilitas pelayanan KIA maupun di masyarakat. Deteksi risiko oleh tenaga
kesehatan pada tahun 2007 sebesar 46,17% sedangkan deteksi risiko oleh masyarakat (kader, tokoh
masyarakat,dll) sebesar 22,08%.
Resti komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan
kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Resti/komplikasi kebidanan meliputi Hb <> 140 mmHg,
diastole > 90 mmHg). Oedeme nyata, ekslampsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak
lintang pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis,
persalinan p````````rematur.
Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan
kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara
lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan
pada neonatus (0-28hari) minimal dua kali, satu kali pada umur 0-7 hari (KN1) dan satu lagi pada
umur 8-28 hari (KN2).
Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan disamping melakukan pemeriksaan
kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi pada ibu. Pelayanan tersebut meliputi
pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI
dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian
imunisasi);pemberian vitamin K; manajemen terpadu balita muda (MTBM); penyuluhan perawatan
neonatus di rumah menggunakan buku KIA. Cakupan kunjungan neonatal (KN2) pada tahun 2007
sebesar 77,16%.
2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB).
Masa subur seorang wanita memiliki peranan penting bagi terjadinya kehamilan sehingga peluang
wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Menurut hasil penelitian, usia subur seorang wanita terjadi
antara usia 15-49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan
kelahiran, wanita/ pasangan lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB.
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007, persentase wanita berumur 10 tahun
keatas yang pernah kawin dengan jumlah anak yang dilahirkan hidup terbesar adalah 2 orang
(23,02%), 1orang (19,52%) dan 3 orang (17,11%). Sedangkan rata-rata jumlah anak lahir hidup per
wanita usia 15-19 tahun adalah 1,79 untuk daerah perkotaan dan 1,98 di pedesaan.
3. Pelayanan Imunisasi.
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi 0-1 tahun (BCG,DPT, Campak,
Polio, HB), imunisasi untuk wanita usia subur/ibu hamil TT dan imunisasi untuk anak SD (kelas 1; DT
dan kelas 2-3; TT), sedangkan kegiatan imunisasi tambahan dilakukan atas dasar ditemukannya
masalah seperti desa non UCI, potensial/resti KLB, ditemukan/diduga adanya virus polio liar atau
kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan teknis.
Pencapaian UCI pada dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap
pada kelompok bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti
eilayah tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd immunity)
terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31). Dalam hal ini pemerintah
menargetkan pencapaian UCI pada wilayah administrasi desa dan kelurahan. Pencapaian UCI pada
tahun 2007 sebesar 71,18 % dengan target nasional UCI 80%.
Program-program kebijakan pemerintah terhadap kesehatan ibu dan anak di Indonesia yang sedang
berlangsung diantara meliputi :
• Perawatan Penyakit Anak yang Terpadu (IMCI).
• Rencana Kesehatan Remaja Nasional.
• kebijakan dan rencana untuk mencegah malaria dalam kehamilan dan malaria bawaan, penularan
vertikal HIV dan syphilis dalam kehamilan.
• Making Pregnancy Safer.
• Peningkatan kesadaran akan HIV/AIDS.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dalam berkomunikasi secara nob –verbal , secara serentak menggunakan semua pancaindra kita
dalam proses menerima dan mengirim berita.
Bagaimana kita memakai panca indra tadi dan bagaimana penginterpretasi berita yang diterima
sangat menentukan observasi kita.
Orang tua merupakan fokus penting dalam komunikasi segi tiga walaupun tidak mengabaikan
saudara kandung, sanak saudara atau pembantunya. Dalam proses komunikasi dalam keluarga kita
dapat menggunakan langkah-langkah seperti : mendorong orang tua untuk berbicara ; mengarahkan
pada pokok permasalahan ; mendengar ; diam sejenak ; meyakinkan ; menentukan masalah ;
memecahkan masalah ; mengantisipasi bimbingan , dan menghindari hambatan-hambatan
komunikasi.
Walaupun tampaknya bayi tidak mampu berbicara, ternyata dia memilih bentuk komunikasi
prabicara seperti : tangisan, celoteh, isyarat dan ekspresi emosional. Kemudian bentuk komunikasi
prabicara ini berkembang menjadi peran bicara dalam berkomunikasi. Untuk mencapai ini
dibutuhkan : persiapan fisik; kesiapan mental; model yang baik untuk ditiru; kesempatan untuk
praktek; motipasi yang tinggi; bimbingan yang tepat.
Komunikasi yang berkaitan dengan proses berpikir harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan
anak. Proses berpikir pada anak-anak dimulai dari yang kongkrit ke fungsional dan akhirnya
keabstrak.
Terdapat bermacam-macam tehnik berkomunikasi dengan anak seperti tehnik komunikasi non
verbal ; tehnik orang ketiga ; neurolinguistic programming (N. C. P ) ; facilitativa responding ;
bercerita ; bibliotherapy ; fantasy ; mimpi ; pertanyaan “ bagaimana bila tiga permintaan “, rating
game ; word association game ; melengkapi kalimat dan pro & kontra. Sedang komunikasi verbal
bagi kebanyakan anak & orang tua sering mendapat kesulitan karena harus membicarakan perasaan-
perasaannya. Komunikasi verbal dapat berupa : menulis ; menggambar ; gerakan gambar keluarga ;
sociogram ; menggambar bersama dalam keluarga dan bermain.
B. Saran.
Makalah ini kami angkat berdasarkan dari sumber penerbit dan pengatahuan dan diskusi kelompok
kami.somoga pembaca dapat menambah wawasan dan pengatahuan tentang makala ini.
Serta membawa manfaat bagi lingkungan,Dengan cara berkomunikasi seperti ini.Perawat dapat
lebih merencanakan bantuan dan bimbingan bagi pasien dan juga perawat akan mengembangkan
kepercayaan pada diri sendiri.Kami menerima saran anda agar makalah ini lebih sepurnah.
Daftar Pustaka
Asuhan Keperawatan anak dan dalam kontek keluarga,usdiknakes Depkes RI Jakarta (1993)
Hubungan teraputik perawat – klien Budiana Keliat S.Kp
Elyshabet d.k.k , Asuhan Keperawatan anak.university Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang penulisan makalah ini, antara lain :
1. Siswa dapat mengetahui pengertian komunikasi terapeutik pada anak.
2. Siswa dapat mengetahui tujuan komunikasi terapeutik pada anak.
3. Siswa dapat mengetahui prinsip dasar komunikasi terapeutik pada anak.
4. Siswa dapat menerapkan teknik komunikasi terapeutik pada anak.
5. Siswa dapat mengetahui karakteristik Helper yang memfasilitasi tumbuhnya hubungan
terapeutik pada anak.
6. Siswa dapat mengetahui dan menghindari teknik yang kurang tepat dilakukan dalam
komunikasi terapeutik pada anak.
BAB II
PEMBAHASAN
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan
dengan anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai
data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah
keperawatan atau tindakan keperawatan.
2.5 Karakteristik Helper yang Memfasilitasi Tumbuhnya Hubungan Terapeutik pada Anak
Menurut Roger dalam Stuart G.W (1998), ada beberapa karakteristik seorang helper
(perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, yaitu:
1. Kejujuran
Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa terbina hubungan
saling percaya. Seseorang akan menaruh rasa percaya pada lawan bicara yang terbuka dan
mempunyai respons yang tidak dibuat-buat, sebaliknya ia akan berhati-hati pada lawan bicara
yang terlalu halus sehingga sering menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya dengan
kata-kata atau sikapnya yang tidak jujur (Rahmat, J.,1996 dalam Suryani,2005).). Sangat
penting bagi perawat untuk menjaga kejujuran saat berkomunikasi dengan klien, karena
apabila hal tersebut tidak dilakukan maka klien akan menarik diri, merasa dibohongi,
membenci perawat atau bisa juga berpura-pura patuh terhadap perawat.
Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah
dipahami oleh klien dan tidak menggunakan kalimat yang berbelit-belit. Komunikasi
nonverbal perawat harus cukup ekspresif dan sesuai dengan verbalnya karena ketidaksesuaian
akan menimbulkan kebingungan bagi klien.
3. Bersikap positif
Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan lewat komunikasi
nonverbal sangat penting baik dalam membina hubungan saling percaya maupun dalam
membuat rencana tindakan bersama klien. Bersikap positif ditunjukkan dengan bersikap
hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien. Untuk mencapai kehangatan dan
ketulusan dalam hubungan yang terapeutik tidak memerlukan kedekatan yang kuat atau
ikatan tertentu diantara perawat dan klien akan tetapi penciptaan suasana yang dapat
membuat klien merasa aman dan diterima dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya
(Burnard,P dan Morrison P,1991 dalam Suryani,2005).
Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap ini perawat
akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang dirasakan dan
dipikirkan klien (Brammer,1993 dalam Suryani,2005). Dengan bersikap empati perawat
dapat memberikan alternative pemecahan masalah karena perawat tidak hanya merasakan
permasalahan klien tetapi juga tidak berlarut-larut dalam perasaaan tersebut dan turut
berupaya mencari penyelesaian masalah secara objektif.
5. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi pada klien (Taylor, Lilis
dan Le Mone, 1993), oleh karenaya perawat harus mampu untuk melihat permasalahan yang
sedang dihadapi klien dari sudut pandang klien. Untuk mampu melakukan hal ini perawat
harus memahami dan memiliki kemampuan mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian.
Mendengarkan dengan penuh perhatian berarti mengabsorpsi isi dari komunikasi (kata-kata
dan perasaan) tanpa melakukan seleksi. Pendengar (perawat) tidak sekedar mendengarkan
dan menyampaikan respon yang di inginkan oleh pembicara (klien), tetapi berfokus pada
kebutuhan pembicara. Mendengarkan dengan penuh perhatian menunjukkan sikap caring
sehingga memotivasi klien untuk berbicara atau menyampaikan perasaannya.
Seorang helper yang efektif memiliki kemampuan untuk menerima klien apa adanya. Jika
seseorang merasa diterima maka dia akan merasa aman dalam menjalin hubungan
interpersonal (Sullivan, 1971 dalam Antai Ontong, 1995 dalam Suryani, 2005). Nilai yang
diyakini atau diterapkan oleh perawat terhadap dirinya tidak dapat diterapkan pada klien,
apabila hal ini terjadi maka perawat tidak menunjukkan sikap menerima klien apa adanya.
Seorang perawat harus mampu mengenali perasaan klien untuk dapat menciptakan hubungan
terapeutik yang baik dan efektif dengan klien. Dengan bersikap sensitive terhadap perasaan
klien perawat dapat terhindar dari berkata atau melakukan hal-hal yang menyinggung privasi
ataupun perasaan klien.
8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri
Perawat harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai individu yang ada pada saat
ini, bukan atas masa lalunya, demikian pula terhadap dirinya sendiri.
2.6. Teknik Yang Kurang Tepat Dilakukan Dalam Komunikasi Terapeutik Pada Anak
Hal- hal yang kurang berkenan dilakukan dalam komunikasi terapeutik pada anak, seperti :
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari penjelasan diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa :
1. Komunikasi terapeutik pada anak adalah komunikasi yang dilakukan antara perawat dan
klien (anak), yang direncanakan secara sadar , bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan anak.
2. Tujuan yang diharapkan dalam melakukan komunikasi terapeutik pada anak adalah
membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran, mengurangi keraguan , membantu dalam hal mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya, mempengaruhi orang lain , lingkungan fisik
dan dirinya sendiri.
3. Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers, diantaranya seperti berpegang
pada etika, komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima percaya,dan
menghargai, perawat harus memahami dan menghayati nilai yang dianut oleh klien, perawat
harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik fisik maupun mental.
4. Cara komunikasi terapeutik yang perawat lakukan saat menghadapi pasien anak seperti posisi
badan, jarak interaksi, kontak mata, nada suara saat berbicara, sentuhan, dan pengalihan
aktivitas dapat membuat pasien anak merasa nyaman dan aman akan keberadaan perawat.
5. Terdapat teknik komunikasi terapeutik secara verbal yaitu teknik orang ketiga , teknik
bercerita, teknik Biblotherapy, tiga permintaan, rating game, dan Neuro Linguistic
Programming. Sedangkan untuk teknik komunikasi terapeutik secara nonverbal seperti teknik
menulis, teknik menggambar, teknik bermain.
6. Beberapa karakteristik seorang helper (perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya
hubungan yang terapeutik, diantaranya seperti kejujuran, tidak membingungkan dan cukup
ekspresif, bersikap positif, empati bukan simpati, mampu melihat permasalahan dari
kacamata klien.
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa bisa memahami dan mengerti tentang komunikasi teraprutik pada
anak dan teknik- teknik yang digunakan. Serta diharapkan mahasiswa bisa mendapatkan
tambahan ilmu pengetahuan dari makalah ini.
A. Pilihlah salah satu jawaban di bawah yang anda anggap paling benar !
1. Komunikasi dengan anak berdasarkan usia tumbuh kembang meliputi, kecuali .......(c)
a. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik fisik maupun mental.
b. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling curiga, tidak peduli,dan egois.
c. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati bukan
tindakan yang terapeutik.
d. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien bebas berkembang tanpa rasa
takut.
3. Salah satu tujuan dari komunikasi terapeutik pada anak adalah..........(a)
a. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif.
b. Membentuk pribadi anak yang tertutup, berwatak keras dan memiliki sifat egois.
c. Mengurangi rasa percaya diri dalam bergaul.
d. Mempengaruhi pribadi, fisik, serta lingkungannya.
4. Dibawah ini merupakan cara berkomunikasi dengan teknik verbal, kecuali....(b)
a. Bercerita
b. Motivasi
c. Biblioterapi
d. Pilihan pro dan kontra
5. Menurut (Mundakir, 2005 : 153-154) cara yang perlu diterapkan saat melakukan
komunikasi terapeutik dengan pasien anak, adalah...........(c)
a. (0-1 Tahun)
b. (11-18 Tahun)
c. (5-11 Tahun)
d. (1-5 Tahun)
7. Teknik komunikasi terapeutik pada anak salah satunya adalah biblioterapi, yaitu.....(b)
a. Dengan bercerita kepada anak mengenai pengalaman- pengalaman yang pernah ia alami.
b. Dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan
disampaikan kepada anak.
c. Berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada di samping
anak.
d. Dengan meminta anak untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang
dirasakan anak.
8. Untuk mengevaluasi sebuah gambar utamakan/fokuskan pada unsur-unsur, kecuali.......(d)
a. Urutan bentuk gambar, mengekspresikan prioritas kepentingan
b. Posisi anak terhadap anggota keluarga lainnya, mengekspresikan perasaan anak terhadap
status dalam keluaraga atau ikatan keluarga
c. Bagian adanya hapusan, bayangan atau gambar silang, mengekspresikan ambivalen/
pertentangan, keprihatinan atau kecemasan pada hal- hal tertentu.
d. Warna gambaran, mengekspresikan perasaan yang dirasakan anak
10. Hal- hal yang kurang berkenan dilakukan dalam komunikasi terapeutik pada anak
adalah......(a)
a. Mengabaikan keterangan anak, besikap emosional, pembicaraan satu arah, hindari
pertanyaan yang bertubi-tubi, dan menyudutkan anak.
b. Mengabaikan kepentingan anak, besikap emosional, pembicaraan satu arah, hindari
pertanyaan yang membosankan, dan menyudutkan anak.
c. Mengabaikan keterangan anak, besikap sabar, pembicaraan satu arah, hindari pertanyaan
yang bertubi-tubi, dan menjerumuskan anak.
d. Mengabaikan keterangan anak, besikap sabar dan jujur, pembicaraan dua arah, hindari
pertanyaan yang bertubi-tubi, dan menyudutkan anak.
2. Bagaimanakah cara yang diterapkan saat melakukan komunikasi terapeutik pada anak?
3. Mengapa kita harus menghindari pembicaraan satu arah terhadap anak, jelaskan!
4. Sebutkan 5 Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers!
1. Komunikasi terapeutik pada anak adalah komunikasi yang dilakukan antara perawat dan
klien (anak), yang direncanakan secara sadar , bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan anak.
2. a. Nada suara, diharapkan perawat dapat berbicara dengan nada suara yang
rendah dan lambat. Agar pasien anak jauh lebih mengerti apa yang ditanyakan oleh perawat.
b. Mengalihkan aktivitas, pasien anak yang terkadang hiperaktif lebih
menyukai aktivitas yang ia sukai, sehingga perawat perlu membuat jadwal yang bergantian
antara aktivitas yang pasien anak sukai dengan aktivitas terapi atau medis.
c. Jarak interaksi, diharapkan perawat dapat mempertahankan jarak yang
aman saat berinteraksi dengan pasien anak.
d.Kontak mata, diharapkan perawat dapat mengurangi kontak mata saat
mendapat respon dari pasien anak yang kurang baik, dan kembali melakukan kontak mata
saat kira-kira pasien anak sudah dapat mengontrol perilakunya.
e. Sentuhan, jangan pernah menyentuh anak tanpa izin dari si anak.
3. karena hal itu akan menyebabkan anak menjadi pendiam, mintalah umpan balik atas apa
yang dibicarakan. Dengan memberikan kesempatan pada anak untuk ikut berbicara, itu akan
membuat anak menjadi lebih terbuka kepada kita.
4. Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers, seperti :
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati,memahami dirinya sendiri
serta nilai yang dianut.
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima percaya,dan menghargai.
3. Perawat harus memahami dan menghayati nilai yang dianut oleh klien
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik fisik maupun mental.
5. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien bebas berkembang tanpa rasa
takut.
6. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien memiliki motivasi untuk
mengubah dirinya baik sikap,tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat
memecahkan masalah - masalah yang dihadapi.
7. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan
mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan ,maupun frustasi.
8. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya.
9. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati bukan
tindakan yang terapeutik.
10. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar hubungan komunikasi terapeutik.
11. Mampu berperan sebagai role model.
12. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila di anggap mengganggu.
13. Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi.
14. Berpegang pada etika.
15. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri atas
tindakan yang dilakukan dan tanggungjawab terhadap orang lain.
1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya
pada hal yang diperlukan;
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya;
3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan mengajarkan kerja sama antara
perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Perawat berusaha mengungkap
perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang
dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).
Prinsip-prinsip komunikasi adalah:
Dalam melakukan komunikasi pada anak perawat perlu memperhatikan berbagai aspek
diantaranya adalah usia tumbuh kembang anak, cara berkomunikasi dengan anak, metode
dalam berkomunikasi dengan anak tahapan atau langkah-langkah dalam melakukan
komunikasi dengan anak serta peran orang tua dalam membantu proses komunikasi dengan
anak sehingga bisa didapatkan informasi yang benar dan akurat.
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakan-
gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di samping itu
komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal. Perkembangan komunikasi pada
bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi
digerakkan maka bayi akan berespons untuk mengeluarkan suara-suara bayi. Perkembangan
komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan dimana bayi sudah
mampu untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua belas sudah mulai
melakukan tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepala pada
suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai
mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi
sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang
terdapat dalam buku. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata
yang spesifik antara dua atau tiga kata.
Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi yang efektif pada bayi
yakni dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan tehnik sentuhan seperti
mengusap, menggendong, memangku, dan lain-lain.
2. Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan bahasa
anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh kata, pada
tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengan kata-kata ulangan.
Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai sembilan ratus kata
dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan dan sebagainya.
Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi,
inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat, mudah merasa kecewa dan rasa
bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap
ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara
(Behrman, 1996).
Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa
yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat
pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak
dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap
mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktivitas saat
komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak mudah diajak
komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak,
adanya kesadaran diri dimana kita harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang
terlalu dekat dan berhadapan. Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan
dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman
dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis
atau bercerita dalam menggali perasaan dan fikiran anak si saat melakukan komunikasi.
Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan anak
mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan
oleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca disini sudah muncul,
pada usia ke delapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai berfikir tentang
kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih memperhatikan
tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata sederhana yang spesifik,
menjelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak
diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari objek
tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari
sesuatu yang ditanyakn secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan
membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan berdiskusi
atau berdebat dan sudah mulai berpikir secara konseptual, sudah mulai menunjukkan
perasaan malu, pada anak usia sering kali merenung kehidupan tentang masa depan yang
direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai menunjukkan ke arah
yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa peralihan anak
menjadi dewasa.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau curah pendapat pada
teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga
kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan
merupakan masa transisi dalam bersikap dewasa.
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan
anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai data yang
terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan
atau tindakan keperawatan. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi
dengan anak, antara lain :
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan kepercayaan diri
anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua
secara langsung yang sedang berada di samping anak. Selain itu dapat digunakan cara dengan
memberikan komentar tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta hal lainnya,
dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.
2. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima, mengingat
anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai
dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun
gambar.
3. Memfasilitasi
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau respon
anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan
perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan respons terhadap pesan yang
disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan
ungkapan negatif yang menunjukkan kesan yang jelek pada anak.
4. Biblioterapi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan,
dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan
kepada anak.
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak untuk
menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keinginan
tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau mengetahui
perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan yang
positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.
7. Penggunaan skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada
anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan
anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
8. Menulis
Melalui cara ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah
atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan diam. Cara
ini dapat dilakukan apabila anak sudah memiliki kemampuan untuk menulis.
9. Menggambar
10. Bermain
Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi, melalui ini hubungan
interpersonal antara anak, perawat dan orang di sekitarnya dapat terjalin, dan pesan-pesan
dapat disampaikan
DAFTAR PUSTAKA
http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/komunikasi-terapeutik/
http://yenci.wordpress.com/2010/07/14/gangguan-komunikasi/
http://www.f-buzz.com/2008/11/12/kelanjutan-dari-10-cara-berkomunikasi-dengan-
anak/
www.denyrendra.net/.../komunikasi-perawat-dengan-anak-dan-balita
KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK USIA SEKOLAH
0 komentar
Posted in
undefined
undefined
1. PENDAHULUAN
Komunikasi pada anak usia sekolah merupakan suatu proses penyampaian dan transfer
informasi yang melibatkan anak usia sekolah, baik sebagai pengirim pesan maupun penerima
pesan.Dalam proses ini melibatkan usaha-usaha untuk mengelompokkan, memilih dan
mengirimkan lambang- lambang sedemikian rupa yang dapat membantu seorang pendengar
atau penerima berita mengamati dan menyusun kembali dalam pikirannya arti dan makna
yang terkandung dalam pikiran komunikator.
Pada anak usia sekolah, komunikasi yang terjadi mempunyai perbedaan bila dibandingkan
dengan yang terjadi pada usia bayi, balita,remaja, maupun orang dewasa. Hal ini disebabkan
oleh karakteristikkhusus yang dimiliki anak tersebut sesuai dengan usia dan
perkembangannya .
Komunikasi pada anak usia sekolah sangat penting karena pada proses tersebutmereka dapat
saling mengekspresikan perasaan dan pikiran, sehingga dapat diketahui oleh orang lain.
Disamping itu dengan berkomunikasi anak - anak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya
.
Pada anak -anak yang dirawat dirumah sakit karena banyaknya permasalahan yang
dialaminya baik yang berhubungan dengan sakitnya maupun karena ketakutan dan
kecemasannya terhadap situasi maupun prosedur tindakan , sering komunikasi menjadi
terganggu. Anak menjadi lebih pendiam ataupun tidak berkomunikasi. Keadaan ini apabila
dibiarkan akan dapat memberikan efek yang kurang baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan disamping proses penyembuhan penyakitnya .
Perawat yang mempunyai banyak waktu dengan pasien , diharapkan dapat memulai
menciptakan komunikasi yang efektif. Keterlibatan perawat dalam berkomunikasi sangat
penting karena dengan demikian perawat mendapat informasi dan dapat membina rasa
percaya anak pada perawat serta membantu anak agar dapat mengekspresikan perasaannya
sehingga dapat dicari solusinya.
Sehubungan dengan itu perawat dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi dalam
memberikan askep pada anak usia sekolah, menguasai teknik-teknik komunikasi yang cocok
bagi anak usia sekolah sesuai dengan perkembangannya .
2. TINJAUAN TEORI
2.1 Tumbuh kembang Anak
Menurut Jean Peuget, anak pada usia 7-11 tahun merupakan tahap konkrit operasional. Pada
fase ini anak sudah mulai berpikir lebih logis dan terarah,dapat memilih , menggolongkan ,
mengorganisasikan fakta, disamping itu mampu berpikir dari sudut pandang orang lain. Pada
fase ini pula anak dapat mengetahui konsep guru, tetapi belum dapat berpikir hal - hal yang
abstrak. Anak telah dapat mengatasi persoalan dengan konkrit dan sistematis menurut
persepsinya .
Sedangkan menurut Erickson, usia 6-12 tahun adalah tahap industri Vs. inferiority. Anak siap
menjadi pekerja dan ingin dilibatkan dalam aktifitas , bila diberi tugas akan dikerjakan
sampai selesai. Sudah ingin menghasilkan sesuatu , mulai belajar aturan - aturan dan
kompetisi melalui proses pendidikan belajar dan berhubungan dengan orang lain. Jika
harapan anak terlalu tinggi dan tidak mampu memenuhi standart maka anak menjadi
inferiority, kurang percaya diri , gangguan prestasi dan takut kompetisi.
2.2 Komunikasi
2.2.1 Pengertian Komunikasi
1) Pengertian komunikasi yaitu :
• Menurut Harold Koont dan Cyril O'Donell :
Komunikasi adalah pemindahan informasi dari satu orang ke orang lain terlepas percaya atau
tidak . Tetapi informasi yang ditransfer tentulah harus dimengerti oleh penerima .
• Menurut William Ablig :
Komunikasi adalah proses pengoperan lambang- lambang yang mengandung pengertian
antara individu- individu.
• Menurut Dale Yoder :
Kata communications berasal dari sumber yang sama , seperti kata common yang artinya
bersama , bersama-sama dalam membagi ide,apabila seseorang berbicara, orang yang lain
mendengarkan .
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah :
- komunikasi dilakukan dua orang atau lebih
- komunikasi merupakan pembagian ide, pikiran, fakta , pendapat.
- Komunikasi melalui lambang-lambang yang harus dimengerti oleh pelaku komunikasi
2) Komunikasi terapeutik adalah :
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan secara sadar,bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
3) Komunikasi terapeutik pada anak usia sekolah adalah:
Komunikasi yang dilakukan antara perawat dan klien (anak usia sekolah ), yang direncanakan
secara sadar , bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien .
2.2.2 Kegunaan komunikasi terapeutik:
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama antara
perawat dan klien melalui hubungan perawat dan klien.
2.2.3 Tujuan komunikasi terapeutik adalah :
1) Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila
klien percaya pada hal- hal yang diperlukan .
2) Mengurangi keraguan , membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektifdan
mempertahankan kekuatan egonya.
3) Mempengaruhi orang lain , lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
2.2.4 Unsur-unsur komunikasi terapeutik
1) Sumber proses komunikasi yaitu pengirim dan penerima pesan
2) Pesan-pesan yang disampaikan berupa bahasa verbal dan non verbal
3) Penerima pesan membalas pesan yang disampaikan oleh sumber sehingga dapat
dimengerti atau tidak suatu pesan
4) Lingkungan pada waktu komunikasi berlangsung meliputi saluran penyampaian dan
penerimaan pesan serta lingkungan alamiah saat pesan disampaikan
2.2.5 Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers:
1) Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati,memahami dirinya
sendiri serta nilai yang dianut
2) Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima percaya,dan menghargai
3) Perawat harus memahami dan menghayati nilai yang dianut oleh klien
4) Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik fisik maupun mental
5) Perawat harus menciptakansuasana yang memungkinkan klien bebas berkembang tanpa
rasa takut
6) Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien memiliki motivasi untuk
mengubah dirinya baik sikap,tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat
memecahkan masalah - masalah yang dihadapi
7) Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan
mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan ,maupun frustasi
8) Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya
9) Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati
bukan tindakan yang terapeutik
10) Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar hubungan komunikasi terapeutik.
11) Mampu berperan sebagai role model.
12) Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila di anggap mengganggu.
13) Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi.
14) Berpegang pada etika.
15) Bertanggungjawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri atas
tindakan yang dilakukan dan tanggungjawab terhadap orang lain.
2.2.6 Teknik -teknik komunikasi terapeutik :
1) Mendegar
Merupakan dasar utama dalam berkomunikasi. Dengan mendengar perawat mengetahui
perasaan klien. Beri kesempatan lebih banyak pada klien untuk bicara. Perawat harus menjadi
pendengar yang aktif.
2) Pertanyaan terbuka
Membneri kesempatan untuk memilih, contoh : "Apakah yang sedang saudara pikirkan ?", "
Apa yang akan kita bicarakan hari ini ?" Beri dorongan dengan cara mengatakan : " Saya
mengerti…. atau o - o - o.
3) Mengulang
Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien , gunanya untuk menguatkan ungkapan
klien dan memberi indikasi perawat mengikuti pembicaraan klien .
4) Klarifikasi
Dilakukan bila perawat ragu , tidak jelas, tidak mendengar, atau klien malu mengemukakan
informasi , informasi yang diperoleh tidak lengkap atau mengemukakannya berpindah-
pindah. Contoh : "Dapatkah anda jelaskan kembali tentang ….", gunanya untuk kejelasan dan
kesamaan ide, persepsi, dan perasaan perawat dan klien .
5) Refleksi
(1) Refleksi isi : memvalidasi apa yang di dengar, klarifikasi ide yang diekspresikan klien
dengan pengertian perawat.
(2) Refleksi perasaan : memberi respon pada perasaan klien
terhadap isi pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima ide dan perasaannya.
Keuntungan :
Mengetahui dan menerima ide dan perasaan
Mengoreksi
Memberi keterangan lebih jelas
Kerugian :
Mengulang terlalu sering hal yang sama
Dapat menimbulkan marah dan frustasi
6) Memfokuskan
Membantu klien bicara pada topik yang telah dipilih dan yang penting menjaga pembicaraan
tetap pada tujuan , yaitu lebih spesifik,jelas, dan berfokus pada realitas .
Contoh :
- Klien : " Wanita sering jadi bulan - bulanan ".
- Perawat : " Coba ceritakan bagaimana perasaan anda
sebagai wanita ".
7) Membagi persepsi
Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan pikirkan . Dengan cara ini
perawat dapat meminta umpan balik dan memberi informasi .
Contoh : " Anda tertawa, tetapi saya rasa anda marah pada saya ".
8) Identifikasi " tema"
Latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul selama percakapan . Gunanya untuk
meningkatkan pengertian dan mengeksplorasi masalah yang penting , misalnya : " Saya lihat
dari semua keterangan yang anda jelaskan , anda telah disakiti. Apakah ini latar belakang
masalahnya ?"
9) Diam (silence)
Cara yang sukar, biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan . Tujuannya memberi
kesempatan berpikir dan memotivasi klien untuk bicara. Pada klien yang menarik diri , teknik
diam berarti perawat menerima klien.
10) Informing
Memberi informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan.
11) Saran
Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah. Tepat dipakai pada fase kerja dan tidak
tepat pada awal hubungan.
Salah satu kekuatan / keunggulan dari model ini adalah kesamaan jalur dalam pengiriman
komunikasi yaitu dari sumber ke penerima. Kekurangannya adalah tidak menunjukkan
hubungan transaksi antara sumber dan receiver. Model ini sifatnya linear yang berarti
jalurnya satu arah. Model ini dibatasi oleh omitting komponen feed back dan tidak secara
jelas mengilustrasikan fungsi proses.
Jika diaplikasikan ke lingkungan perawatan kesehatan, kita tidak bisa melihat faktor yang
mempengaruhi. Komunikasi klien seperti sikap dan latarbelakang. Model ini dapat
menerangkan bagaimana pengalaman pendidikan berpengaruh terhadap komunikasi antar
profesional ( sebagai contoh komunikasi antara lulusan ners baru dan ners yang
berpengalaman ), tetapi tidak bisa diketahui bagaimana umpan balik mempengaruhi dialog
antar profesional - profesional selanjutnya.
Tingkah laku Leary berbeda saat menghadapi tiap pasien dan Leary menemukan bahwa
pasien juga terpengaruh tingkah laku Leary. Leary menyimpulkan bahwa tingkah laku orang
merupakan respon dari tingkah laku yang kita tampilkan ,misalnya bila kita bertingkah
dominan maka kita kondisikan orang lain bertingkah submisive.
Dalam perspektif Leary, setiap pesan komunikasi dapat dilihat melalui dua dimensi :
Dominan - Submision dan Hate - Love. Ada dua aturan yang mengatur fungsi dimensi ini
dalam interaksi manusia .
Aturan pertama : Tingkah laku komunikatif dominan atau submisive biasanya menstimuli
tingkah laku sebaliknya pada orang lain; berlaku autokratik (dominan) biasanya akan
menstimuli orang lain untuk berlaku submisive dan sebaliknya.
Aturan kedua : Tingkah laku membenci / mencintai biasanya akan menstimuli tingkah laku
yang sama dari orang lain , artinya dengan bertingkah laku yang baik pada orang lain , orang
lain akan berlaku baik juga dan sebaliknya.
Leary menyatakan bahwa aturan - aturan ini berlaku secara reflek, respon kita terhadap
perilaku orang lain secara involuntary dan immediate sehingga komunikasi kita otomatis
akan distimulasi oleh reaksi dominan - submisive atau hate - love dari yang lain.
Dominan
Hate Love
Submisive
Model Leary dapat secara langsung diterapkan dalam komunikasi dipelayanan kesehatan.
Selama beberapa tahun , pasien yang datang dengan kondisi akut sering diasumsikan /
ditempatkan dalam peran submisive sedangkan tenaga profesional dalam peran dominan.
Trend sekarang dimana konsumen memegang peranan , perlu adanya balancing antara
profesional dan pasien. Pasien menjadi lebih asertive dan penyedia jasa pelayanan harus
mengevaluasi kembali otoritas dan kontrol mereka. Kekuatan / keunggulan model Leary
adalah adanya transaksional dimana dia mendeskripsikan power dan issue-issue affiliasi
dalam interaksi manusia. Jika kita benar-benar ingin mengerti komunikasi kita dengan orang
lain, kita perlu melihat kualitas dari dua individu yang berinteraksi.
1) Model Terapeutik
Model terapeutik menekankan pentingnya peran hubungan dalam membantu klien dan pasien
menempatkan diri dalam situasinya dan berusaha untuk tetap sehat dan menjauhi sakit. Bila
digunakan oleh profesional kesehatan komunikasi terapeutik dapat didefinisikan sebagai
kemampuan untuk membantu individu mengatasi stress, menghadapi masalah psikologis dan
bagaimana berhubungan dengan orang lain secara efektif.
Menurut Roger, empati adalah proses komunikasi untuk mengerti / memahami perasaan
klien. Positif regard adalah proses komunikasi untuk mendukung / support klien selama
perawatan , tidak memvonis / non jugdment dan tidak mengancam. Sedangkan congruence
merupakan pengekspresian perasaan dan pikiran penolong kepada klien secara jujur.
Dalam lingkungan pelayanan kesehatan , model terapeutik dapat secara langsung diterapkan
dalam komunikasi profesional - klien . Model Rogerian mendeskripsikan bagaimana para
profesional kesehatan harus berkomunikasi dengan klien jika mereka memilih klien sebagai
fokus. Dengan adanya empati ,positive regard, dan congruence , klien merasa mengerti dan
lebih mampu mengatasi sakitnya .
Contoh dibawah ini mungkin membantu untuk mengklarifikasi bagaimana model ini
digunakan dalam riset komunikasi kesehatan. Peneliti tertarik untuk mengetahui apakah
mahasiswa menggunakan kondom pada saat intercourse sebagai tindakan preventif
kesehatan.
Penelitian diatas diatas memberikan konseptual frame work untuk masalah di atas. Tingkah
laku para mahasiswa akan dipengaruhi oleh tingkat pemahaman AIDS sebagai ancaman
dimana hal ini juga dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,etnik, variable sosial dan
psikological.Selain ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kampanye mass media
, artikel majalah,atau dari orang-orang yang mengetahui tentang AIDS . Mereka akan
memilih sex yang aman dengan menggunakan kondom setelah mengetahui keuntungannya
lebih besar daripada hambatannya.
Meskipun banyak aspek yang terlibat dalam model komunikasi ini , ada dua aspek fokus
yaitu adanya elemen -elemen petunjuk meliputi kampanye mass media, saran dari orang lain
yang mengerti, artikel koran,dan pesan-pesan yang berhubungan dengan variable-variable.
Komunikasi menjadi penting jika individu tersebut menerima petunjuk-petunjuk yang dapat
memotivasi mereka untuk tindakan kesehatan, contohnya artikel majalah yang menjelaskan
hubungan kanker dan merokok akan mempengaruhi individu untuk berhenti merokok.
Elemen kedua adalah berhubungan dengan faktor -faktor modifikasi yang mencakup variable
sosial - psikological, contohnya pasien yang mengalami kegagalan dalam mengekspresikan
pikirannya karena pola komunikasi yang ada di profesional kesehatan dideskripsikan seperti
formal, penolakan / kontroling,para profesional secara kuat tidak setuju dengan pasien ,
dalam interview tidak menggunakan feed back sehingga akan mempengaruhi perilaku
kesehatan klien.
Model ini juga mempunyai kelemahan dan kelebihan . Sisi positifnya, model ini
mengilustrasikan pentingnya penggunaan dan pengaruh mass media pada perilaku sehat,
model ini berfokus pada persepsi dan keyakinan klien yang dapat mempengaruhi perilaku-
perilaku yang diadopsi. Sisi negatifnya, model ini banyak menempatkan keyakinan
konseptual dan abstrak. Model ini menekankan persepsi klien dalam tindakan preventif
perawatan daripada interaksi transaksional profesional - klien dalam meningkatkan perawatan
kesehatan .
Model King ini mempunyai dimensi penting yaitu relationship,proses,dan trasaksi . Adanya
feed back juga mengidentifikasi pentingnya arti berbagi / sharing antara ners dan klien.
Dalam model ini tidak ditunjukkan bagaimana hubungan interpersonal dipengaruhi oleh
faktor - faktor situasional atau hubungan interpersonal berhubungan dengan perilaku
kesehatan klien ; King menjelaskan issue - issue ini dalam A Theory For Nursing (1981).
Relationship
Dari perspektif sistem , model komunikasi kesehatan menggambarkan 4 type mayor dari
relationship yang exis dalam lingkungan perawatan kesehatan : profesional- profesional,
profesional-klien, profesional-other, klien-other. Aturan mainnya , bila individu
diikutsertakan dalam komunikasi kesehatan , dia terlibat dalam satu dari 4 type hubungan.
Model ini juga mengindikasikan hubungan interpersonal dapat mempengaruhi type hubungan
dalam lingkungan perawatan kesehatan. Sebagai contoh, bagaimana komunikasi profesional
kesehatan dengan setiap orang dapat berefek pada interaksi profesional kesehatan dengan
pasien. Sama halnya , bagaimana klien bereaksi dengan anggota - anggota dari jaringan
sosialnya akan mempengaruhi interaksi antara klien dengan profesional kesehatan.
Dalam model ini batasan profesional kesehatan adalah digunakan untuk mengidentifikasi
beberapa individu yang berpendidikan, dilatih dan berpengalaman untuk memberikan
pelayanan kesehatan untuk orang lain. Profesional kesehatan, termasuk didalamnya perawat,
administrasi kesehatan , pekerja sosial, dokter, buruh kesehatan, ahli terapi okupasi dan fisik,
farmakolog,pendeta, personel kesling, kesehatan jiwa , teknisi , dan spesialis lainnya . Setiap
profesional kesehatan membawa karakteristik unik, kepercayaan, nilai, dan persepsi terhadap
lingkungan perawatan kesehatan ,yang akan berpengaruh terhadap bagaimana dia berinteraksi
dengan klien dan anggota tim kesehatan . Sebagai contoh,, usia, latarbelakang sosiokultural,
dan pengalaman yang dilalui dari profesional kesehatan akan berpengaruh/ mempengaruhi
cara dalam merespon kepada klien dan mitra kerja.
Klien adalah individu yang diberikan layanan kesehatan . Pada kondisi "acut setting care"
perilaku pasien tidak selalu menunjukkan sebagai pasien. Dalam lingkungan kesehatan lain,
individu yang menerima pelayanan menunjukkan sebagai klien. Pada model komunikasi
kesehatan, batasan klien digunakan untuk menunjukkan seseorang yang menjadi fokus
pelayanan perawatan kesehatan yang "are being provided" .Batasan meliputi karakteristik
khusus, nilai dan kepercayaan yang dibawa individu ke lingkungan perawatan kesehatan.
Sepantasnya karakteristik personel sebagai profesional kesehatan mempengaruhi
interaksinya. Karakteristik unik dari klien mempengaruhi interaksi klien dengan yang
lainnya.
Jaringan sosial klien termasuk set ke-tiga dari sifat individu yang berpartisipasi dalam
komunikasi kesehatan . Client's significant others telah ditemukan sebagai hal yang paling
essensial dalam mendorong klien seperti yang mereka sampaikan untuk menjaga kesehatan .
Comm. Variables
Comm. Variables
Transaksi
Transaksi adalah elemen mayor ke-dua dalam model komunikasi kesehatan. Transaksi
merupakan suatu interaksi antara partisipan yang terlibat.Transaksi ini melibatkan individu
tentang informasi yang mencakup verbal dan non verbal. Transaksi kesehatan merupakan
bentuk kesepakatan bagaimana klien itu mencari dan mempertahankan kesehatannya
sepanjang hidup.
Transaksi kesehatan merupakan suatu proses yang berkesinambungan ,dinamis dan bukan
suatu yang statis, dimana terdapat feed back yang continue yang partisipan mampu untuk
menempatkan diri dalam berkomunikasi.
Konteks
Elemen ke-tiga model komunikasi kesehatan adalah konteks, yaitu setting / tempat dimana
proses terjadiyang punya pengaruh besar dalam komunikasi antara health professional - client
- anggota keluarga dan orang lain yang terlibat dalam konteks. Salah satu unsur konteks
adalah tempat dimana perawatan kesehatan dilaksanakan ,seperti : rumah sakit, klinik, ruang
rawat jalan, atau ruang intensive yang mempengaruhi pola komunikasi didalamnya. Unsur
yang lain adalah jumlah partisipan yang terlibat dalam komunikasi (lingkungan perawatan )
misalnya dalam bentuk group kecil atau interaksi antar individu atau kelompok besar. Jumlah
partisipan yang ada mempengaruhi situasi yang ada di dalamnya .
3. PEMBAHASAN
Dari berbagai macam model komunikasi , yang sesuai untuk diterapkan pada klien anak usia
sekolah adalah model komunikasi kesehatan (Health Communication Model) karena pada
model ini penekanan pada proses relationship terdapat empat tipe relationship yang ada ,yaitu
hubungan antara: professional - professional, profesional - client , professional - significant
others , dan client - significant others.
Sesuai dengan teori perkembangan Jean Peaget, pada fase ini anak dapat mengetahui konsep
baru ( merasakan sakit) tetapi belum dapat berpikir tentang hal-hal yang abstrak sehingga
untuk mencapai proses perawatan diperlukan significant othes / keluarga / teman untuk
membantu profesional kesehatan mengekspresikan hal abstrak yang dirasakan oleh klien.
Sedangkan menurut teori Erickson, pada fase ini anak belajar untuk dilibatkan dalam aktifitas
dan berusaha untuk menyelesaikan tugasnya, mulai belajar aturan - aturan baru melalui
proses belajar dan berhubungan dengan orang lain sehingga mendukung profesional
kesehatan untuk melakukan tindakan - tindakan keperawatan pada klien.
Konteks adalah tempat / situasi dimana pelayanan kesehatan diberikan berdasarkan : tempat /
ruang, jenis pelayanan, dan jumlah personel, hal ini berkaitan dengan peran significant others
(keluarga, teman dll.) dan profesional kesehatan untuk menyiapkan lingkungan yang
terapeutik bagi kesembuhan klien. Hal ini berkaitan dengan proses tumbang yang
diungkapkan oleh Erickson yakni anak sudah mulai berpikir logis dan terarah ,dapat memilih
, menggolongkan , mengorganisasikan fakta, disamping itu mampu berpikir dari sudut
pandang orang lain sedangkan jumlah partisipan yang terlibatdalam komunikasi ( group kecil
/ interaksi antar individu ) akan membantu klien untuk mengekspresikan tentang perasaan .
Transaksi, kesepakatan interaksi antar partisipan didalam proses komunikasi meliputi verbal ,
nonverbal yang terjadi secara kontinyu , ini menunjukkan bahwa komunikasi tidak hanya
bersifat satu arah dan terdapat umpan balik, ini terkait dengan teori Erickson dimana anak
siap menjadi pekerja dan ingin dilibatkan dalam aktifitas.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
4.1.1 Komunikasi terapeutik sangat penting diterapkan pada anak usia sekolah,dengan
demikian perawat dapat membina hubungan saling percaya pada anak dan anak dapat
mengekspresikan perasaannya .
4.1.2 Komunikasi teraputik mempunyai tujuan, unsur-unsur, prinsip,
teknik-teknik dan hambatan yang perlu diketahui dan disadari sehingga memudahkan dalam
penerapan.
4.1.3 Dari model konsep komunikasi yang ada adalah model komunikasi
kesehatan yang dapat digunakan dalam berinteraksi dengan pasien anak usia sekolah.
4.2 Saran
Diharapkan makalah ini bisa memerikan masukan bagi perawat terutama perawat yang
bekerja pada ruang perawatan anak, sehinga kami menyarankan agar teman-teman perawat
membaca dan memahami isi makalah ini sehinga menjadi bekalkan bila berinteraksi dengan
anak usia sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Asuhan Kesehatan Anak dalam Kontek Keluarga, pusdiknakes Depkes RI , Jakarta (1993).