BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
1. Menjelaskan tentang komunikasi pada anak dan tumbuh kembang anak
2. Proses tumbuh kenbang anak berdasarkan usia
3. Menjelaskan kekerasan dampak pada anak
4. Menjelaskan tata cara berkomunikasi dan komunikasi keluarga
5. Mengatahui Program dan kebijakan pemerintah tentang Kesehatan Ibu dan anak di
Indonesia.
C. Tujuan
1. Mengatahui tentang komunikasi pada anak dan tumbuh kembang anak
2. Mengatahui tumbuh kenbang anak berdasarkan usia
3. Mengatahui kekerasan dampak pada anak
4. Mengatahui tata cara berkomunikasi dan komunikasi keluarga
5. Mengatahui Program dan kebijakan pemerintah tentang Kesehatan Ibu dan anak di
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
orang tua dalam membantu proses komunikasi dengan anak sehingga bisa didapatkan
informasi yang benar dan akurat.
1. Usia Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakangerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di samping itu
komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal. Perkembangan
komunikasipada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu
yang menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan berespons untuk mengeluarkan
suara-suara bayi. Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada
usia minggu ke delapan dimana bayi sudah mampu untuk melihat objek atau cahaya,
kemudian pada minggu kedua belas sudah mulai melakukan tersenyum. Pada usia ke
enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepala pada suara yang asing bagi dirinya.
Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal
seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi
terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang
terdapat dalam buku. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan katakata yang spesifik antara dua atau tiga kata.
Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi yang efektif
pada bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan tehnik
sentuhan seperti mengusap, menggendong, memangku, dan lain-lain.
2. Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan
bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh
kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengan kata-kata
ulangan.
Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai sembilan
ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan dan
sebagainya. Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin
tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat,
mudah merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi
harus berpusat pada dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa
pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara (Behrman, 1996). Pada usia ini
cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa yang
terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat
pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak
dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap
mendesak untuk dijawab seperti kata-kata jawab dong, mengalihkan aktivitas saat
komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak mudah diajak
komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak,
adanya kesadaran diri dimana kita harus menghindari konfrontasi langsung, duduk
yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara non verbal kita selalu memberi dorongan
penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari
anak, bersalaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan
cemas, menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali perasaan dan fikiran anak
si saat melakukan komunikasi.
3. Usia Sekolah (5-11 tahun)
Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan anak
mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang
dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca
disini sudah muncul, pada usia ke delapan anak sudah mampu membaca dan sudah
mulai berfikir tentang kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata
sederhana yang spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada
anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek
fungsional dan prosedural dari objek tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi
dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang ditanyakn secara jelas dan
jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu
berkomunikasi secara efektif.
4. Usia Remaja (11-18 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan
berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berpikir secara konseptual, sudah mulai
menunjukkan perasaan malu, pada anak usia sering kali merenung kehidupan tentang
masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai
menunjukkan ke arah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini
adalah masa peralihan anak menjadi dewasa. Komunikasi yang dapat dilakukan pada
usia ini adalah berdiskusi atau curah pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa
pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam
komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa
transisi dalam bersikap dewasa.
3. Memfasilitasi.
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau
respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam memfasilitasi kita harus mampu
mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan
respons terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh
perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan negatif yang menunjukkan kesan yang
jelek pada anak.
4. Biblioterapi.
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan
perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang
akan disampaikan kepada anak.
5. Meminta untuk menyebutkan keinginan.
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak untuk
menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan
keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.
6. Pilihan pro dan kontra.
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau mengetahui
perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan
yang positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.
7. Penggunaan skala.
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit
pada anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan
menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
8. Menulis.
Melalui cara ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih,
marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan
diam. Cara ini dapat dilakukan apabila anak sudah memiliki kemampuan untuk menulis.
9. Menggambar.
Seperti halnya menulis menggambar pun dapat digunakan untuk mengungkapkan
ekspresinya, perasaan jengkel, marah yang biasanya dapat diungkapkan melalui
baik, hal itu terjadi karena orangtua terbiasa berpikir negatif terhadap dirinya yang
terwujud dengan komunikasi yang negatif. Akhirnya, yang terbangun dalam benak anak
adalah apa pun yang dilakukannya tidak ada yang benar.
faktor pembentuk utama dan pertama adalah keluarga. Bila rumah sudah
berfungsi sebagai tempat yang memberikan kesejukan untuk anak-anak, maka ke
mana pun anak pergi, rumah tetap menjadi referensi utama bagi anak. Kesejukan itulah
yang perlu dibangun oleh orangtua melalui komunikasi tanpa kekerasan. Saat anak
memiliki masalah, mereka tahu kemana harus berbicara. Saat yang paling berpengaruh
bagi anak adalah sebelum anak mencapai usia balighnya karena pada masa itu anak
masih mudah untuk berubah. Namun, perubahan yang paling utama dan pertama harus
berawal dari para orang tua.
2. Menentukan tata cara berkomunikasi
Salah satu bagian dari keberhasialan dalam wawancara adalah tergantung pada
keadaan fisik dan psikologis si pewancara itu sendiri. Perkenalan yang tepat,
penjelasan peranan, menerangkan alasan wawancara serta menjamin kebebasan dan
rahasia.
adalah salah satu kesulitan dalam mencapai tujuan komunikasi efektif. Salah satu
pendekatan adalah menggunakan pertanyaan terbuka dan luas.
3. MENDENGARKAN.
Mendengarkan adalah unsur yang paling penting dalam komunikasi yang efektif. Dalam
proses mendengarkan perawat harus mengarahkan perhatiannya dengan sungguhsungguh pada klien. Ini merupakan proses aktif karena konsetrasi dan perhatian
ditujukan pada semua aspek percakapan yaitu : verbal, non verbal dan yang bersifat
abstrak.
4. DIAM SEJENAK.
Diam sebagai satu respon, sering kali merupakan tehnik wawancara yang sulit untuk
dipelajari. Diam bertujuan untuk mengalihkan pikiran, perasaan dan untuk saling
memehami emosinya kadang-kadang perlu menghentikan taktik diam ini dan kembali
berkomunikasi.
5. BERSIKAP EMPATI.
Empati berarti ikut merasakan perasaan orang lain secara obyektif. Perawat yang
empati berusaha sebanyak mungkin melihat keadaan dari sudut pandang klien /
keluarga. Empati berbeda dengan simpati, simpati tidak selalu ada unsur hubungan
Perawat akan bersama ibu menetapkan apakah masalahnya ini benar atau tidak.
Memecahkan Masalah.
Pemahaman dan pengenalan masalah harus disepakati oleh orang tua kemudian mulai
merencanakan pemecahannya.
Perawat harus mendiskusikan resikonya terhadap keluarga dan mencoba mencari
pemecahan masalah yang lebih efektif.
Mengadaptasi Bimbingan.
Segera setelah masalah diidentifikasi & disetujui oleh perawat dan orang tua, maka
dapat mulai merencanakan pemecahannya. Orang tua yang dilibatkan dalam
memecahkan masalah berfartisipasi penuh selama perawatan berlangsung. Bila situasi
memungkinkan, keputusan yang diambil adalah berasal dari orang tua dan perawat
Tangisan.
Pada awal kehidupan pasca lahir, menangis merupakan salah satu cara pertama yang
dapat dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Melalui tangisan dia
memberi tahu kebutuhannya seperti lapar, dingin, panas, lelah , dan kebutuhan untuk
diperhatikan.
merasa sakit atau tertekan. Perawat harus banyak berlatih mengenal macam-macam
arti tangisan bayi karena ibu muda memerlukan bantuan ini.
Setelah berusia 2 minggu, kebanyakan kasus disebabkan karena orang tua yang tidak
cepat tanggap terhadap arti tangis bayinya dan tidak konsisten dalam menanggapinya.
Bayi yang sehat dan normal frekwensi tangisan menurun pada usia 6 bulan karena
keinginan & kebutuhan mereka cukup terpenuhi. Frekwensi tangis seharusnya
menurun sejalan dengan meningkatnya kemampuan bicara.
Ocehan dan Celoteh.
Bentuk komunikasi prabicara disebut ocehan (Cooing ) atau Celoteh (Babbling).
Ocehan timbul karena bunyi ekplosif awal yang disebabkan oleh perubahan gerakan
mekanisme suara . Ocehan ini terjadi pada bulan awal kehidupan bayi seperti :
merengek, menjerit, menguap, bersin, menangis & mengeluh.
Sebagian ocehan akan berkembang menjadi celoteh dan sebagian akan hilang.
Celoteh merupakan mekanisme otot saraf bayi berkembang & sebagian bayi mulai
berceloteh pada awal bulan kedua, kemudian meningkat cepat antara bulan ke 6 & ke
8.
Nilai celoteh :
a. Berceloteh adalah praktek verbal sebagai dasar bagi perkembangan gerakan terlatih
yang dikehendaki dalam bicara. Celoteh mempercepat ketrampilan berbicara.
b. Celoteh mendorong keinginan berkomunikasi dengan orang lain. Berceloteh
membantu bayi merasakan bahwa dia bagiandari kelompok sosial.
Isyarat.
Yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai pengganti atau
pelengkap bicara.
Contoh isyarat umum pada masa bayi :
Mendorong putting susu dari mulut artinya kenyang/tidak lapar
Tersenyum dan mengacungkan tangan artinya ingin digendong
Mengeliat, meronta, menangis, selama berpakaian & mandi artinya tidak suka akan
pembatasan gerak.
Ungkapan emosional.
Adalah ungkapan emosional melalui perubahan tubuh & roman muka.
Contoh :
a) Mengendurkan badan, mengangkat tangan/kaki, tersenyum & ramah
b) Maneragangkan badan, gerakanmembanting tangan/kaki,roman muka tegang &
menangis.
Persiapan Fisik.
Tergantung Kematangan mekanisme bicara, contoh Bayi baru lahir.
Persiapan Mental.
Tergantung pada kematangan otak ( asosiasi otak ), yang berkembang antara 1-18
bulan, saat yang tepat diajak bicara.
Model untuk ditiru (yang baik)
Kesempatan praktek / untuk bertatih.
Motivasi dan tantangan.
Bimbingan :
o Menyediakan model yang baik.
o Mengatakan dengan perlahan dan jelas
o Membetulkan kesalahan.
Setiap individu berbeda dalam ukuran kualitas kosa kata, tergantung pada kondisi yang
mempengaruhi :
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Faktor Kesehatan.
Kecerdasan.
Keadaan sosial ekonomi.
Jenis kelamin.
Keinginan yang kuat untuk berkomunikasi.
Dorongan dari lingkungan.
Ukuran keluarga dalam hal anak mendapat kesempatan berlatih.
Urutan kelahiran.
Metode Pelatihan.
Kelahiran kembar, yang mendorong anak untuk berkomunikasi hanya dengan saudara
kembarnya.
o Hubungan dengan teman sebaya.
o Kepribadian.
o
o
o
o
o
o
o
o
Masa Bayi.
Karena bayi tidak mampu menggunakan kata-kata maka dia menggunakan komunikasi
non verbal.
Penglihatan
Pendengaran
Kinesthetic.
Sensorik yang spesifik adalah mengidentifikasi melalui observasi tipe dari kata kerja,
kata sifat dan kata ketergantungan yang digunakan seseorang.dengan mengunakan
sensori yang sama, perawat dapat meningkatkan hubungan dan mengkomunikasikan
informasi lebih efektif. Orang tipe visual yang memanfaatkan alat bantu seperti
diagram dan ilustrasi. Orang tipe mendengar menggunakan kata-kata atau suara-suara.
Anak-anak cendrung menggunakan bantuk kinesthetic dan belajar dari manipulasi
objek-objek
b) Facilitative Responding.
Facilitative Responding adalah mendengarkan secara seksama dan membayangkan
kembali perasaan-perasaan pasien dan isi pernyataan anak.
Seperti :
- Respon yang empati
- Tidak menghakimi dan mengesahkan perasaan-perasaan seseorang.
Rumus untuk fasilitative responding adalah ;
Engkau merasa ------ karena ---- (Henrich and Bernheim, 1981 ).
b) Menggambar.
Mengambar adalah salah satu bentuk komunikasi yang berharga melalui pengamatan
gambar. Dasar asumsi dalam menginterpretasi gambar adalah bahwa anak-anak
mengungkapkan tentang dirinya.
Untuk mengevaluasi sebuah gambar utamakan / fokuskan pada unsur-unsur sebagai
berikut :
o Ukuran dari bentuk badan individu, ini mengekspresikan orang penting.
o Urutan bentuk gambar, mengekspresikan prioritas kepentingan.
o Posisi anak terhadap anggota keluarga lainnya, mengekspresikan perasaan anak
terhadap status terhadap status dalam keluarga atau ikatan keluarga.
o Bagian adanya hapusan, bayangan atau gambar silang, mengekspresikan ambivalen
pertentangan, keprihatinan atau kecemasan pada hal-hal tertentu.
c) Gerakan Gambar Keluarga.
Menggambarkan suatu kelompok, berpengaruh pada perasaan anak-anak dan respon
emosi, dia akan menggambarkan pikirannya tentang dirinya dan anggota keluarga yang
lainnya.
Gambar kelompok yang paling berharga bagi anak adalah gambar keluarga.
d) Sosiogram
Menggambar tak perlu dibatasi bagi anak-anak, dan jenis gambar yang berguna bagi
anak-anak seusia 5 tahun adalah sosiogram (gambar ruang kehidupan) atau lingkaran
keluarga. Menggambar suatu lingkaran adalah untuk melambangkan orang-orang
yang hampir mirip dalam kehidupan anak, dan gambar bundaran-bundaran didekat
lingkaran menunjukkan keakraban / kedekatan.
f) Bermain.
Bermain adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling penting dan dapat menjadi
tehnik yang paling efektif untuk berhubungan dengan mereka. Dengan bermain dapat
dikumpulkan petunjuk mengenai tumbuh kembang fisik, intelektual dan sosial.
Terapeutik play sering digunakan untuk mengurangi trauma akibat sakit atau masuk
rumah sakit atau untuk mempersiapkan anak sebelum dilakukan prosedur medis /
perawatan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
komunikasi.
Walaupun tampaknya bayi tidak mampu berbicara, ternyata dia memilih bentuk
komunikasi prabicara seperti :
1. tangisan,
2. celoteh, isyarat dan
3. ekspresi emosional.
Kemudian bentuk komunikasi prabicara ini berkembang menjadi peran bicara dalam
berkomunikasi. Untuk mencapai ini dibutuhkan : persiapan fisik; kesiapan mental;
model yang baik untuk ditiru; kesempatan untuk praktek; motipasi yang tinggi;
bimbingan yang tepat.
Komunikasi yang berkaitan dengan proses berpikir harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak. Proses berpikir pada anak-anak dimulai dari yang kongkrit ke
fungsional dan akhirnya keabstrak.
Terdapat bermacam-macam tehnik berkomunikasi dengan anak seperti tehnik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
B. Saran.
Makalah ini kami angkat berdasarkan dari sumber penerbit dan pengatahuan dan
diskusi kelompok kami.somoga pembaca dapat menambah wawasan dan pengatahuan
tentang makala ini.Serta membawa manfaat bagi lingkungan,Dengan cara
berkomunikasi seperti ini.Perawat dapat lebih merencanakan bantuan dan bimbingan
bagi pasien dan juga perawat akan mengembangkan kepercayaan pada diri
sendiri.Kami menerima saran anda agar makalah ini lebih sepurnah