Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KOMUNITAS II

TRANSCULTURAL PADA MASYARAKAT


“JAMBI”

Disusun oleh:

Disyacitta Kartika (201410201024)


Galang Rizka Helmy P (201410201028)
Intan Kusuma Hapsari (201410201038)
Putri Diani Mustikawati (201410201046)
Retno Utami (201410201049)

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta
2017
1
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidaya, dan

inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah keperawatan

Komunitas II ini tepat sesuai tenggang waktu yang diberikan.

Adapun makalah Keperawatan Komunitas II ini telah kami usahakan semaksimal

mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar

pembuatan makanlah ini. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan

pada penyusunannya ataupun pada bahasanya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik

dan saran dari pembaca sehingga makalah ini dapat kami perbaiki lagi.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat

memberikan inspirasi pada pembaca semua.

Yogyakarta, 22 Oktober 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4

A. Latar belakang ....................................................................................................................... 4

B. Rumusan masalah .................................................................................................................. 4

C. Tujuan.................................................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN TEORI ...................................................................................................... 6

A. Pengertian Transcultural Nursing ......................................................................................... 6

B. Konsep Transcultural Nursing .............................................................................................. 7

C. Paradigma Transcultural Nursing.......................................................................................... 9

D. Proses Keperawatan Transkultural...................................................................................... 10

E. Tahap Diagnosa Keperawatan. ............................................................................................ 13

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................ 15

A. Pranikah .............................................................................................................................. 15

B. Menikah ............................................................................................................................... 15

C. Hamil ................................................................................................................................... 15

D. Melahirkan .......................................................................................................................... 17

E. Neonatus .............................................................................................................................. 18

BAB IV PENUTUP ................................................................................................................. 19

A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 19

B. Saran .................................................................................................................................... 20

Daftar pustaka .......................................................................................................................... 21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Transkultural adalah lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang

satu mempengaruhi budaya yang lain. Atau pertemuan kedua nilai – nilai budaya

yang berbeda melalui proses interaksi sosial.

Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai

cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan

keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep

sentral keperawatan

Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan

keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit

(Sunrise Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini

digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap

masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan

dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi.

B. Rumusan masalah

1. Apakah pengertian dari Transcultural Nursing ?

2. Apakah yang dimaksud Konsep Transcultural Nursing ?

3. Apakah yang di maksud paradigm Transcultural Nursing ?

4. Apakah Proses Keperawatan Transkultural ?

5. Apakah Pengaruh Budaya Jambi terhadap proses keperawatan ?

4
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Transcultural Nursing

2. Untuk mengetahui apa yang di maksud Konsep Transcultural Nursing

3. Untuk mengetahui apa yang di maksud paradigm Transcultural Nursing

4. Untuk mengetahui Proses Keperawatan Transkultural

5. Untuk mengetahui Pengaruh Budaya Jambi terhadap proses keperawatan

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Transcultural Nursing

a. Transcultural

Bila ditinjau dari makna kata , transkultural berasal dari kata trans dan culture,

Trans berarti alur perpindahan, jalan lintas atau penghubung. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia; trans berarti melintang, melintas, menembus, melalui.

Cultur berarti budaya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur berarti,

kebudayaan yaitu cara pemeliharaan atau pembudidayaan. Kepercayaan, yaitu nilai

– nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi suatu kelompok dan diteruskan

pada generasi berikutnya, sedangkan cultural berarti : Sesuatu yang berkaitan

dengan kebudayaan.

Jadi, transkultural adalah lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya

yang satu mempengaruhi budaya yang lain. Atau pertemuan kedua nilai – nilai

budaya yang berbeda melalui proses interaksi sosial.

b. Nursing

Pada kamus Kedokteran Dorland, Nursing diartikan sebagai: pelayanan yang

mendasar atau berguna bagi peningkatan, pemaliharaan, dan pemulihan kesehatan

serta kesejahteraan atau dalam pencegahan penyakit, misalnya terhadap bayi,

oranng sakit atau cedera, atau lainnya untuk setiap sebab yang tidak mampu

menyediakan pelayanan seperti itu bagi diri mereka sendiri.

c. Transcultural Nursing

Transcultural Nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan

perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya (nilai budaya yang berbeda, ras yang

6
mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada

klien / pasien (Leininger, 1991).

Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses

belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan

diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai

budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan

untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya

kepada manusia (Leininger, 2002).

B. Konsep Transcultural Nursing

a. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari

dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berpikir, bertindak dan mengambil

keputusan.

b. Nilai Budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau

sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi

tindakan dan keputusan.

c. Perbedaan budaya Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan

bentuk yang optimal daei pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada

kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk

memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan

dan tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang

danindividu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).

d. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa

budayanya adalah yang terbaik di antara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang

lain.

7
e. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang

digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.

f. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan

asal muasal manusia

g. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada

penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran

yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi

untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal

balik di antara keduanya.

h. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan

perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk

memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi

dan kualitas kehidupan manusia.

i. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung

dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau

antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia

j. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,

kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing, mendukung

atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok

untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup

dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.

k. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk

memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena

percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok

lain.

8
C. Paradigma Transcultural Nursing

Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai

cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan

keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep

sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrew

and Boyle, 1995).

a. Manusia

Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai

dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan

melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki

kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun

dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).

b. Sehat

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi

kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu

keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk

menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi

dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama

yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang

adaptif (Andrew and Boyle, 1995).

c. Lingkungan

Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi

perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang

sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling

berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik.

9
Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti

daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di

daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari

sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang

berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam

masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus

mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.

Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang

menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni,

riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.

D. Proses Keperawatan Transkultural

Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan

keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit

(Sunrise Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini

digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap

masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan

dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi.

a. Tahap Pengkajian

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah

kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar,

1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise

Model” yaitu:

1. Faktor teknologi (technological factors).

10
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat

penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu

mengkaji: persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah

kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan

alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi

untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.

2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors).

Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis

bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yangsangat kuat untuk

menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya

sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah: agama yang

dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara

pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.

3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kindship and social factors).

Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama

panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,

pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala

keluarga.

4. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural values and lifeways factors).

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh

penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah

suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya

terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah: posisi dan jabatan yang

dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan,

11
makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan

aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.

5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors).

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang

mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya

(Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan

dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga

yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.

6. Faktor ekonomi (economical factors).

Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang

dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.Faktor ekonomi yang

harus dikaji oleh perawat di antaranya: pekerjaan klien, sumber biaya

pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain

misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota

keluarga.

7. Faktor pendidikan (educational factors).

Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh

jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka

keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan

individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan

kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat

pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara

aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

12
E. Tahap Diagnosa Keperawatan.

Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya

yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan (Giger and

Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan

keperawatan transkultural yaitu: gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan

kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan

dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

1. Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan.

Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transkultural adalah suatu proses

keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses

memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang

sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga

pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle,

1995) yaitu: mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak

bertentangan dengankesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien

kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang

dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.

a. Cultural care preservation/maintenance:

1. Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat

2. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien

3. Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat

b. Cultural care accomodation/negotiation:

1. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien

2. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan

13
3. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan

berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.

c. Cultual care repartening/reconstruction:

1. Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan

melaksanakannya

2. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok

3. Gunakan pihak ketiga bila perlu

4. Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang

dapat dipahami oleh klien dan orang tua,

5. Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.

Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-

masing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan

perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.

Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa

tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan

terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan

menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

14
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pranikah

Tidak boleh bepergian terlalu sering.

Mitos: Seseorang yang akan menikah rentan terhadap kecelakaan.

Peran perawat : Memberikan edukasi bahwa orang yang mau menikah jika

pergi terlalu sering tidak baik, karena dikhawatirkan akan sakit akibat sering

terkena angin saat bepergian. Mungkin benar rentan terhadap kecelakaan

namun hal itu juga tidak dikhususkan untuk orang yang akan menikah.

B. Menikah
Mengkonsumsi touge mentah atau masak.

Mitos: Rahim subur sehingga cepat mendapat keturunan.

Peran perawat : Dianjurkan untuk mengkonsumsi toge yang telah dimasak

terlebih dahulu karena dapat membunuh mikroorganisme patogen; serta

menghilangkan zat-zat berbahaya bagi kesehatan yang mungkin terdapat pada

tauge mentah.

C. Hamil

1. Mengkomsumsi jengkol

Mitos: Air ketuban berbau busuk dan juga selaput ketubannya tebal

sehingga janin sulit lahir.

Peran perawat: memberikan edukasi bahwa boleh memakan jengkol namun

dibatasi karena pada jengkol ada asam jengkolat yang tinggi bisa

mengakibatkan bertambah beratnya kinerja ginjal sehingga ibu hamil dapat

mengalami sakit pinggang yang parah. Namun jengkol juga memiliki

kandungan kalsium yang cukup tinggi sehingga dapat mencukupi

15
kebutuhan kalsium pada janin dan mencegah osteoporosis pada ibu hamil.

Jengkol juga tidak mengakibatkan selaput ketuban tebal.

2. Mengkonsumsi jamur

Mitos: Selaput ketuban menjadi tebal sehingga janin sulit lahir.

Peran perawat: memberikan edukasi bahwa jamur, khususnya jamur tiram

juga mengandung asam folat yang cukup tinggi dan terbukti ampuh

menyembuhkan anemia. Dan juga tidak menyebabkan selaput ketuban tebal

namun berkhasiat sebagai antitumor, menurunkan kolesterol, serta

bertindak sebagai antioksidan. Dari penelitian yang dilakukan Ujagar Group

(India) juga dikatakan bahwa jamur tiram memiliki nilai nutrisi yang sangat

bagus, di mana 100 persen sayuran mengandung protein tinggi, kaya

vitamin, mineral, rendah karbohidrat, lemak, dan kalori. Selain itu, bagus

untuk liver, pasien diabetes, menurunkan berat badan, seratnya membantu

pencernaan, antiviral (antivirus), dan antikanker.

3. Usia kehamilan 8-9 bulan tidak boleh melakukan hubungan seksual dengan

suami

Mitos : jika anak lahir kepala menjadi tidak bulat sempurna/penyot.

Peran perawat: memberikan edukasi bahwa hubungan seksual selama

kehamilan tidak dilarang selama tidak ada riwayat penyakit:

1. Sering abortus dan kelahiran prematur

2. Perdarahan pervaginaam

3. Coitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu terakhir

kehamilan

4. Bila ketuban sudah pecah, coitus dilarang karena dapat menyebabkan

infeksi janin intrauteri

16
Dan juga pada kehamilan 8 bulan dengan perut yang besar tentunya

perlu disiasati agar posisi hubungan membuat ibu hamil tetap nyaman.

Posisi yang dianjurkan adalah wanita di atas (posisi female superior).

Hal ini dikarenakan jika posisi wanita di bawah dan suami di atas

(missionary position) akan menekan perut ibu hamil, sehingga ibu

hamil tidak nyaman. Posisi itu juga seringkali membuat nyeri dan

ketuban pecah.

D. Melahirkan

a. Suami dianjurkan untuk mendampingi istri dalam proses persalinan.

Mitos: agar suami tidak selingkuh.

Peran Perawat: memberikan edukasi bahwa ketika suami berada disamping

istri yang akan melahirkan itu akan menjadi support system istri untuk

melahirkan. Hal yang dapat dilakukan suami selain menemani juga dapat

dengan menggenggam tangan istrinya karena dengan genggaman suami

kepada istrinya akan memberikan kekuatan kepada istrinya. Dan rasa

sayang suami terhadap istri pun bertambah.

b. Nenek,kakek,orang tua, dan suami dari wanita yang akan melahirkan

melangkahi kepala wanita tersebut sebanyak 3 kali jika mengalami

kesulitan saat proses persalinan.

Mitos: Dapat memudahkan proses persalinan Karena wanita yang akan

melahirkan tersebut sudah meminta maaf atas kesalahannya yang dilakukan

baik secara langsung maupun tidak langsung.

Peran perawat: memberikan edukasi bahwa hubungan yang baik dengan

keluarga dapat mengurangi beban perasaan dan pikiran atau psikologis ibu

17
saat persalinan menjadi baik sehingga proses persalinan dapat berjalan

lancar.

E. Neonatus

Pada usia sebulan bayi sudah diberi makan bubur jika menangis terus menerus.

Mitos: bayi yang menangis terus menerus dianggap belum kenyang menyusu

ASI.

Peran perawat: memberikan edukasi bahwa pemberian makanan tambahan

bagi bayi sebelun umur 6 bulan tidak tepat karena lambung bayi masih lemah

dan risiko alergi tinggi.Tangisan bayi tak selalu berarti lapar,namun juga bisa

berarti mengantuk, lelah, kedingiginan, bosan dan sebagainya. Bayi menangis

karena memang menangislah bahasa yang dikuasai bayi.

18
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Transkultural adalah lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu

mempengaruhi budaya yang lain. Atau pertemuan kedua nilai – nilai budaya yang

berbeda melalui proses interaksi sosial.

Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai

cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan

keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep

sentral keperawatan

Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan

keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit

(Sunrise Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini

digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap

masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan

dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi.

19
B. Saran

Kami sadar bahwa makalah yang kami buat jauh dari kata kempurna, untuk itu

kami meminta saran sehingga kami dapat menyusun makalah yang lebih bail lagi,

demikian yang data kimi samaikan apabila ada kesalahan dalam penulisan kami

mengucapkan permintaan maaf

20
Daftar pustaka

Anni (2011). Transcultural nursing (http://anni.wordpress.com/2011/06/25/kultural-

nursing/ , diakses pada tanggal 21 Oktober 2017).

Asep sopyan Ramadhani (2012). Konsep keperawatan lintas budaya transcultural nursing

from http://supyan.stikeskuningan.ac.id/2012/02/01/konsep-keperawatan-lintas-

budaya-transcultural-nursing/ diakses pada tanggal 21 Oktober 2017)

Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan

Transcultural. Jakarta: EGC.

Pratiwi, Arum. (2011). Buku Ajar Keperawatan Transkultural. Yogyakarta: Gosyen

Publishing

Ratna, Wahyu. (2010). Sosiologi dan Antropologi Kesehatan dalam Perspektif Ilmu

Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

21

Anda mungkin juga menyukai