Anda di halaman 1dari 49

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU 2020

STRATEGI PELAKSANAAN
“HALUSINASI”

DOSEN PENGAMPU :
Feri Agustriyani, S.Kep., Ners., M.Kep

DI SUSUN OLEH :
Lena Fitriana (1801033)
Lili Nurrohmah (1801034)
Muhammad Sholih (1801035)
Muhammad Ikhsan (1801036)
KEPERAWATAN JIWA
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat
rahmat-Nya Kami bisa menyelesaikan tugas Asuhan Keperawatan klien dengan Halusinasi
mata kuliah Keperawatan Jiwa II. Kami  mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusun sangat menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna
dan masih banyak yang harus di koreksi oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari
semua pihak tentunya dengan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah  ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca, mahasisiwa dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Pringsewu, Desember 2020

2|Halusinasi
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...............................................................................................................1

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA.........................................................................................3

DENGAN MASALAH HALUSINASI.....................................................................................3

A. MASALAH UTAMA GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI..................3

1. Pengertian Halusinasi......................................................................................................3

2. Jenis Halusinasi...............................................................................................................4

3. Fase Halusinasi................................................................................................................9

4. Rentang Respon Neurobiologis.....................................................................................10

B. PROSES TERJADINYA MASALAH.............................................................................11

1. Faktor Predisposisi........................................................................................................11

2. Faktor Presipitasi...........................................................................................................17

3. Penilaian Terhadap Stressor..........................................................................................18

4. Sumber Koping.............................................................................................................18

5. Mekanisnie Koping.......................................................................................................19

C. POHON MASALAH........................................................................................................20

D. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI........20

E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN..................................................................22

STRATEGI PELAKSANAAN (SP 1-4).................................................................................25

HALUSINASI..........................................................................................................................25

A. STRATEGI PELAKSANAAN SP 1 HALUSINASI.......................................................25

B. STRATEGI PELAKSANAAN 2 HALUSINASI.............................................................29

C. STRATEGI PELAKSANAAN 3 HALUSINASI.............................................................33

D. STRATEGI PELAKSANAAN 4 HALUSINASI.............................................................37

DOKUMENTASI KEPERAWATAN.....................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................46

3|Halusinasi
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN MASALAH HALUSINASI

A. MASALAH UTAMA GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

1. Pengertian Halusinasi
a. Menurut Fontaine, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015) halusinasi adalah terjadinya
penglihatan sun sentuhan, bau maupun rasa tanpa stimulus eksternal terhadap
organ organ indera.
b. Sedangkan menurut Towsend (2009 dalam Satrio, dkk, 2015), Halusinasi
merupahan suatu bentuk persepsi atau pengalaman indera dimana tidak terdapat
stimulasi terhadap reseptor-reseptornya, halusinasi merupakan persepsi sensori
yang salah yang mungkin meliputi salah satu dari kelima panca indera. Hal ini
menunjukkan bahwa halusinasi dapat bermacam-macam yang meliputi
halusoinasi pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.
c. Menurut Stuart (2009 hitam Satrio, dkk, 2015), halusinasi adalah distorsi persepsi
palsu yang terjadi pada respon neurobiologis yang maladaptif, klien mengalami
distorsi sensori yang nyata dan meresponnya, namun dalam halusinasi stimulus
internal dan eksternal tidak dapat diidentifikasi
d. Sedangkan NANDA-I (2009-2011 dalam Satrio, dkk, 2015) juga menyatakan
bahwa halusinasi merupakan perubahan dalam jumlah dan pola stimulus yang
diterima disertai dengan penurunan berlebih distorsi atau kerusakan respon
beberapa stimulus.
e. Videbeck (2008) juga menyebutkan bahwa halusinasi adalah persepsi sensori
yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak terjadi dalam realitas, halusinasi
dapat melibatkan panca indera dan sensasi tubuh.
f. Halusinasi yang paling sering terjadi adalah halusinasi dengar (Videbeck, 2008).
g. Stuart (2009 dalam Satrio, dkk, 2015) juga menyatakan bahwa halusinasi dengar
merupakan masalah utama yang paling sering dijumpai.
4|Halusinasi
h. Fontaine (2009 dalam Sarrio, dkk, 2015) juga menyatakan bahwa halusinasi
dengar merupakan gejaia skizofrenia yang paling sering dijumpai, mencakup 70%
dari keseluruhan halusinasi.
i. Sedangkan Stuart dan Laraia (2005: Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk. 2015) juga
menjeiaskan bahwa 70% khien skizofrenia mengaiami haiusinasi dengar.
Persentase diatas menunjukkan bahwa halusinasi dengar merupakan halusinasi
yang mayoritas dijumpai pada kijang skizofrenia.

2. Jenis Halusinasi

a. Halusinasi Pendengaran
Halusinasi dengar merupakan gejala mayoritas yang sering dijumpai pada klien
skizofrenia. Polos & Papotos (2002, dalam Fontaine, 2009 dalam Satrio, dkk,
2015) menyatakan bahwa halusinasi dan delusi mencapai 90% pada individu
dengan skizofrenia dan halusinasi dengar merupakan masalah utama yang paling
sering dijumpai 70%. Diperkuat oleh Stuart dan Laraia (2005 dalam Satrio, dkk,
2015) yang menyatakan banwa klien skizofrenia 70% mengalami halusinasi
dengar. Senada dengan pemyataan diatas Stuart (2009 dainm Satrio, dkk, 2015)
yang juga menyatakan bahwa halusinasi yang paling sering diakitkan dengan
skizofrenia, sekitar 70% klien skizofrenia mengalami halusinasi dengar.
Penyataan diatas menunjukkan bahwa persentase halusinasi dengar merupakan
persentase terbesar yang ditemukan pada klien skizofrenia dibandingkan dengan
halusinasi ininnya. Menurut Copei (2007), halusinasi pendengaran paling sering
terjadi pada skizofrenia, ketika klien mendengar suara-suara, suara tersebut
dianggap terpisan dari pikiran klien sendiri. isi suara-suara tersebut mengancam
dan menghina, sering kali suara tersebut memerintah klien untuk meiakukan
tindakan yang akan melukai klien atau orang lain

Menurut Stuart (2009 dalam Satrio, dkk, 2015), pada klien halusinasi dengar tanda
dan gejala dapat dikarakteristik mendengar bunyi atau suara, paling sering dalam
bentuk suara, rentang suara dari suara sederhana atau suara yang jelas, suara
tersebut membicarakan tentang pasien, samapi percakapan yang komplet antara

5|Halusinasi
dua orang atau lebih seperti orang yang berhalusinasi. Suara yang didengar dapat
berupa perintah yang memberitahu pasien untuk melakukan sesuatu, kadang-
kadang dapat membahayakan atau mencederai. Cancro dan Lehman (2000, dalam
Videbeck, 2008) menyebutkan bahwa paling sering suara yang didengar adalah
suara orang berbicara pada klien atau membicarakan klien. Suara dapat satu
ataupun banyak dan dapat berupa suara yang dikenal maupun yang tidak dikenal.
Sedangkan Sarosa (2007) menyebutkan bahwa halusinasi yang didengar dapat
berbentuk suara perempuan (49,87%) dan laki-laki (50,13%). Dan reaksi kiien
ketika mendengar suara tersebut. 48,32% adalah marah dan halusinasi yang
didengar berasai dan kedua telinga (91,47%).

Sementara itu hasil penelitian Nayani dan David (1996, dalam Birchwood. 2009
dalam Satrio, dkk, 2015) menunjukkan bahwa isi halusinasi pendengaran 84%
berupa perintah untuk melakukan sesuatu, 77% mengkritik individu, 70%
menghina klien. 66% mengancam, 61% membicarakan tentang orang lain, 53%
mendebat klien, 48% menyenangkan klien. 41% menanyakan sesuatu dan 40%
menertawakan kijen.

Halusinasi dengar harus menjadi fokus perhatian kita bersama karena halusinasi
dengar apabiin tidaic ditangani secara baik dapat menimbuikan resiko terhadap
keamanan din klien sendiri, oranglain dan juga lingkungan sekitan. Hai mi
dikarenakan halusinasi dengar klien sering berisikan perintah untuk melukai
dirinya sendiri maupun oranglain (Rogers dkk. 1990 dalam Birchwood, 2009).
Dan secara klinik dan evidence base, halusinasi dengar tersebut telah terbukti
dapat menyebabkan distress pada individu (Garety & Hemsiey. 1987 dalam
Birchwood, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015).

Senada dengan itu. Wong (2008) juga menyebutkan bahwa lebih dan 75% kiien
halusinasi dengar mengalami distress yang sangat tinggi akibat naiusinasi yang
didengannya

Nayani dan David (1996 dalam Birchwood, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015) juga
menyebutkan banwa kiien balusinasi mengairni distress oleh karena halusinasi

6|Halusinasi
yang didengarnya, karena frekuensi halusinasi muncul sedikitnya 5 kali dalam
sehari dan dengan durasi lebih dan 3 jam perhari. Birchwood (2009) juga
menyebutkan bahwa distress juga dapat disebabkan karena kekerasan dan suara-
suara yang didengar, isi dan halusinasi dan juga kepercayaan klien terhadap isi
halusinasi. Dan hal tersebut sering menyebabkan ketakutan/kecemasan bahkan
depresi pada klien skizofrenia. Dan 40% klien skizofrenia mengalami depresi
akibat halusinasi dengar yang dialaminya.
Penelitian Wong (2008) tentang karakteristik halusinasi dengar pada klien
psikotik didapatkan hasil bahwa irekuensi terjadinya halusinasi terjadi dalam
beberapa kali dalam setiap jam (27%), 18% klien melaporkan satu kali dalam
setiap jam, 41% terjadi setiap nan dan 14% terjadi setiap minggu. Dan durasi
halusinasi dengar tersebut terjadi lebih kurang 10 menit (63%). 27% melaporkan
bahwa durasi terjadinya halusinasi adaian kurang dan satu jam dan 9%
melaporkan bahwa halusinasi terjadi sepanjang han. Dan berdasarkan keyakinan
klien terhadap halusinasi yang didengarnya didapat hasil bahwa klien percaya
bahwa halusinasi tersebut merupakan suatu hal yang buruk, suatu hai yang baik,
peperangan emosional dan resistensi emosional. Keyakinan bahwa halusinasi
merupakan suatu hal buruk berhubungan dengan keyakinan klien bahwa
halusinasi merupakan suatu hal yang maha kuat.

b. Halusinasi Penciuman
Pada halusinasi penciuman isi halusinasi dapat berupa klien mencium aroma atau
bau tertentu seperti urine atau feces atau bau yang bersifat lebih umum atau bau
busuk atau bau yang tidak sedap (Cancro & Lehman, 2000 daiam Videbeck,
2008). Pendapat yang sama juga dikemukan oleh Stuart (2009 dalam Satrio, dick,
2015) pada halusinasi penciuman, kiien dapat mencium bau busuk, jorok, dan bau
tengik seperti darah, urin, atau tinja, kadang-kadang bau bisa menyenangkan,
halusinasi penciuman biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang, dan
demensia.

c. Halusinasi Penglihatan

7|Halusinasi
Sedangkan pada klien balusinasi penglihatan, isi halusinasi berupa melihat
bayangan yang sebenarnya tidak ada sama sekali, misalnya cahaya atau orang
yang telah meninggal atau mungkin sesuatu yang bentuknya menakutkan (Cancro
& Lehman, 2000 dalam Videbeck, 2008). Isi halusinasi penglihatan klien adalah
klien melihat cahaya, bentuk geometris, kartun atau campuran antara gambaram
bayangan yang kompleks, Dan bayangan tersebut dapat menyenangkan klien atau
juga sebaliknya mengerikan (Stuart & Laraia, 2005: Stuart, 2009 dalam Satrio,
dkk, 2015)

d. Halusinasi Pengecapan
Sementara itu pada haiusinasi pengecapan, isi hausinasi berupa klien mengecap
rasa yang tetap ada dalam mulut, atau perasaan bahwa makanan terasa seperti
sesuatu yang lain. Rasa tersebut dapat berupa rasa logam atau pahit atau mungkin
seperti rasa tertentu. Atau berupa rasa busuk, tak sedap dan anyir seperti darah,
urine atau feces (Stuart & Larain., 2005; Stuart, 2009 daiam Satrio, dkk, 2015).

e. Halusinasi Perabaan
Isi halusinasi perabaan adalah klien merasakan sensasi seperti aliran listrik yang
menjalar ke seluruh tubub atau binatang kecil yang merayap di kulit (Cancro &
Lehman, 2004 dalam Videbeck, 2008). Kien juga dapat mengalami nyeri atau
tidak nyaman tanpa adanya stimulus yang nyata, seperti sensasi listrik dan bumi,
benda mati ataupun dan orangiain (Stuart & Laraia, 2005; Stuart, 2009 dalam
Satrio, dkk, 2015).

f. Halusinasi Chenesthetik
Halusinasi chenesthetik klein akan merasa fungsi tubuh seperti darah berdenyut
melalui vena dan arteri, mencerna makanan, atau bentuk urin (Videbeck, 2008:
Stuart, 2009 daiam Satrio, dkk, 2015),

g. Halusinasi Kinestetik

8|Halusinasi
Terjadi ketika klien tidak bergerak tetapi melaporkan sensasi gerakan tubuh,
gerakan tubuh yang tidak lazim seperti menyang di atas tanah. Sensasi gerakan
sambil berdiri tak bergerak (Videbeck, 2008; Smuart, 2009 daium Satrio, dkk,
2015)

9|Halusinasi
3. Fase Halusinasi
a. Comforting (Halusinasi menyenangkan, Cemas ringan)
Klien yang berhalusinasi mengalami emosi yang intense seperti cemas, kesepian,
rasa bersalah, dan takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan. Seseorang mengenal bahwa
pikiran dan pengalaman sensori berada dalam kesadaran controi jika kecemasan
tersebut bisa dikelola.
Perilaku yang dapat diobservasi:
1) Tersenyum lebar, menyeringai tetapi tampak tidak tepat
2) Menggerakan bibir tanpa membuat suara
3) Pergerakan mata yang cepat
4) Respon verbal yang lambat seperti asyik
5) Diam dan tampak asyik

b. Comdemning (Halusinasi menjijikan, Cemas sedang)


Penngalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Kien yang berhalusinasi mulai
merasa kehilangan control dan mungkin berusaha menjauhkan diri, serta merasa
malu dengan adanya pengalaman sensori tersebut dan menarik diri dari orang lain
Perilaku yang dapat diobservasi:
1) Ditandai dengan peningkatan kerja system saraf autonomic yang menunjukan
kecemasan misainya terdapat peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah
2) Rentang perhatian menjadi sempit
3) Asyik dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk
membedakan halusinasi dengan realitas

c. Controlling (Pengalaman sensori berkuasa, Cemas berat)


Klien yang bernaiusinasi menyerah untuk mencoba melawan pengalaman
halusinasinya. Isi halusinasi bisa menjadi menarik/meimkat. Seseorang mungkin
mengaiami kesepian jika pengalaman sensori berakhir.
Perilaku yang dapat diobservasi:
1) Arahan yang diberikan halusinasi tidak hanya dijadikan objek saja oleh klien
tetapi mungkin akan diikitu/dituruti
10 | H a l u s i n a s i
2) Klien mengalami kesulitan berhubungan dengan orang lain
3) Rentang perhatian hanya dalam beberapa detik atau menit
4) Tampak tanda kecemasan berat seperti berkeringat, tremor, tidak mampu
mengikuti perintah.

d. Conquering (Melebur dalam pengaruh halusinasi, Panic)


Pengalaman sensori bisa mengancam jika kiin tidak mengikuti perintah dari
halusinasi. Halusinasi mungkin berakhir dalam waktu empat jam atau seharibila
tidak ada intervensi terapeutik.
Perilaku yang dapat diobservasi:
1) Perilaku kien tampak seperti dihantui terror dan panic
2) Potensi kuat untuk bunuh diri dan membunuh orang lain
3) Aktifitas fisik yang digambarkan kien menunjukan isi dari halusinasi misalnya
klien melakukan kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonia
4) Klien tidak dapat berespon pada arahan kompleks
5) Klien tidak dapat berespon pada lebih dari satu orang

4. Rentang Respon Neurobiologis


Rentang Respon Neurobiologis

Respon adaftif Respon maladaftif

1. Fikiran logis 1. Kadang proses 1. Gangguan


pikir proses pikir
2. Persepsi akut
terganggu. (waham).
3. Emosi
2. Ilusi.
2. Halusinasi.
konsisten
3. Emosi.
dengan 3. RPK.
pengalaman. 4. Pilaku tidak
4. Perilaku tidak
biasa.
4. Prlaku sesuai. terorganisir.

11 | H a l u s i n a s i
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
Halusinasi sering secara umum ditemukan pada klien skizofrenia. Proses terjadinya
halusinasi pada klien skizofrenia dapat dijelaskan berdasarkan Model Adaptasi Stuart
dan Laraia (2005; Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015) yaitu faktor predisposisi,
faktor presipitasi, penilaian stressor, sumber koping dan judge mekanisme koping.

1. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia (2005; Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015), faktor
predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya halusinasi pada klien skizofrenia
meliputi faktor biologi, psikologi dan juga sosialkultural.
a. Faktor Biologi
Menurut Videbeck (2008), faktor biologi yang dapat menyebabkan terjadinya
skizofrenia adalah faktor genetik, neuruunatomi, neurokimia seria imunovirologi.
1) Genetik
Secara genetik ditemukan perubahan pada kromosom 5 dan 6 yang
mempredisposisiskan individu mengalami skizofrenia (Copel. 2007).
Sedangkan Buchanan dan Carpenter (2000, daiam Stuart & Larain, 2005:
Stuart. 2009 dalam Satrio. dkk, 2015) menyebutkan bahwa kromosom yang
berperan dalam menurunkan skizofrenia adalah kromosom 6. Sedangkan
kromosom lain yang juga berperan adalah kromosoni 4, 8, 15 dan 22,
Craddock et al (2006 daiam Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015). Penelitian
lain juga menemukan gen GAD 1 yang benanggung jawab memproduksi
GABA, dimana pada klien skizofrenia tidak dapat meningkat secara normal
sesuai perkembangan pada daerah frontai, dimana bagaian ini berfungsi dalam
proses berfikir dan pengambilan keputusan Hung et al. (2007 dalam Stuart,
2009 dalam Satrio, dkk, 2015) Penelitian yang paling penting memusatkan
pada penelitian anak kembar yang menunjukkan anak kembar identik beresiko
mengalami skizofrenia sebesar 50%, sedangkan pada kembar non
identik/fraternal berisiko 15% mengalami skizofrenia, angka ini meningkat
sampai 35% jika kedua orangtua biologis menderita skizofrenia
(Cancro&Lehman, 2000; Videbeck, 2008; Stuart, 2009) Semua penelitian ini
menunjukkan bahwa faktor genetik hanya sebagian kecil penyebab terjadinya

12 | H a l u s i n a s i
skizofrenia dan ternyata masih ada faktor lain yang juga berperan sebagai
faktor penyebab terjadinya skizofrenia.

2) Neuroanatomi
Penelitian menunjukkan kelainan anatomi, fungsional dan neurokimia di otak
klien skizofrenia hidup dan postmortem, penelitian menunjukkan bahwa
kortek prefrontai dan system limbik tidak sepenuhnya berkembang pada di
otak klien dengan skizofenia. Penurunan volume otak mencerminkan
penurunan baik materi putin dan materi abu-abu pada neuron akson (Kuroki et
al. 2006: Higgins, 2007 dalam Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015). Hasil
pemeriksaan Computed Tomography (CT) dan Magnetic Resonance imaging
(MRI), memperlihatkan penurunan volume otak pada individu dengan
skizofrenia. temuan ini memperlihatkan adanya keterlambatan perkembangan
jaringan otak dan atropi. Pemeriksaan Positron Emission Tomography (PET)
menunjukkan.
Penurunan aliran darah ke otak pada lobus frontal selama tugas perkembangan
kognitif pada individu dengan skizofrenia. Penelitian lain juga menunjukkan
terjadinya penurunan volume otak dan fungsi otak yang abnormal pada area
temporalis dan tronti (Videbeck, 2008). Perubahan pada kedua lobus tersebut
belum diketahui secara pasti penyebabnya

Keadaan patologis yang terjadi pada lobus temporalis dan frontalis berkorelasi
dengan terjadinya tanda-tanda positif dan negatif dan skizofrenia. Copel
(2007) menyebutkan bahwa tanda-tanda positif skizofrenia seperti psikosis
disebabkan karena fungsi otak yang abnormal pada lobus temporalis.
Sedangkan tanda-tanda negatif seperti tidak memiliki kemaunn atau motivasi
dan anhedonia disebabkan oleh fungsi otak yang abnormal pada lobus
frontalis.

Hal ini sesuai dengan Sadock dan Sadock (2007 dalam Townsend, 2009 daiam
Satrio, dkk, 2015) yang menyatakan bahwa fungsi utama iobus frontalis
adalah aktivasi motorik, intelektual, perencanaan konseptual aspek
kepribadian, aspek produksi bahasa. Sehingga apabila terjadi gangguan pada

13 | H a l u s i n a s i
lobus frontalis, maka akan terjadi perubahan pada aktivitas motorik, gangguan
intelektual, perubahan kepribadian dan juga emosi yang tidak stabil.
Sedangkan fungsi utama dan lobus temporalis adalah pengaruran bahasa,
ingatan dan juga emosi. Sehingga gangguan yang terjadi pada korteks
temporalis dan nukleus-nukeus limbik yang berhubungan pada iobus
temporalis akan menyebabkan timbulnya gejala halusinasi.
3) Neurokimia
Penelitian di bidang neurotransmisi telah memperjelas hipotesis disregulasi
pada skizofrenia, gangguan terus menerus dalam satu atau lebih
neurotransmitter atau neuromodulator mekanisme pengaturan homeostatic
menyebabkan neurotransmisi tidak stabil atau tidak menentu. Teori ini
menyatakan bahwa area mesolimbik overaktif terhadap dopamine, sedangkan
apa area prefrontal mengainmi hipoaktif sehingga terjadi ketidakseimbangan
antara system neuritransmiter dopamine dan serotonin serta yang lain (Stuart,
2009 dalam Satrio, dkk. 2015). Pernyataan ini memberi arti bahwa
neurotransmiter mempunyai peranan yang penting menyebabkan terjadinya
skizofrenia,

Beberapa referensi menunjukkan bahwa neurotransmiter yang berperan


menyebabkan skizofrenia adniah dopamin dan serotonin. Satu teori yang
terkenal memperlihatkan dopamin sebagai faktor penyebab. ini dibuktikan
dengan obat-obatan yang menyekat reseptor dopamin pascasinaptik
mengurangi gejala psikotik dan pada kenyataannya semakin efektif obat
tersebut dalam mengurangi gejala skizofrenia. Sedangkan serotonin berperan
sebagai modulasi dopamine, yang membantu mengontrol kelebihan dopamin,
beberapa peneliti yakin bahwa kelebihan serotonin itu sendiri berperan dalam
perkembangan skizofrenia, ini dibuktikan dengan penggunaan obat
antipsikotik atipikal seperti klozapin (clozaril) yang merupakan antagonis
dopamin dan serotonin. Penelitian menunjukkan bahwa kiozapin dapat
menghasilkan penurunan gejala psikotik secara dramatis dan mengurangi
tanda-tanda negatif skizofrenia (O'Connor, i998; Marder, 2000 dalam
Videbeck, 2008).

14 | H a l u s i n a s i
Adanya overioad reuptake neurotransmiter dopamin dan serotonin
mengakibatkan kerusakan komunikasi antar sei otak, sehingga jalur penerima
dan pengiriman informasi di otak terganggu. Keadaan inilah yang
mengakibatkan informasi tidak dapat diproses sehingga terjadi kerusakan
dalam persepsi yang berkembang menjadi halusinasi dan kesalahan dalam
membuat kesimpulan yang berkembang menjadi delusi.

4) Imunovirologi
Sebuah penelitian untuk menemukan "virus Skizofrenia telah berlangsung
(Torrey et al, 2007; Daiman et al, 2008 dalam Satrio, dkk. 2015). Bukti
campuran menunjukkan bahwa paparan prenatal terhadap virus influenza,
terutama selama trimester pertama, mungkin menjadi salah satu faktor
penyebab skizofrenia pada beberapa orang tetapi tidak pada orang lain (Brown
et al, 2004). Teori ini didukung oleh temuan riset yang memperlihatkan lebih
banyak orang dengan skizofrenia lahir di musim dingin atau awal musim semi
dan di daerah perkotaan (Van Os et al. 2004). Temuan ini menunjukkan
musim potensial dan tempat lahir dampak terhadap risiko untuk skizofrenia.
Infeksi virus lebih sering terjadi pada tempat-tempat keramaian dan musim
dingin dan awal musim semi dan dapat terjadi in utero atau pada anak usin
dini pada beberapa orang yang rentan (Gallagher et al, 2007; Veling et al.
2008 daiam Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015).

b. Faktor Psikologis
Selain faktor biologi diatas, faktor psikologis juga ikut berperan mengakibatkan
terjadinya skizofrenia. Menurut Townsend, (2009). swal. terjadinya skizofrenia
difokuskan pada hubungan dalam keluarga yang mempengaruhi perkembangan
gangguan ini, teori awal menunjukkan kurangnya hubungan antara orangtua dan
anak, seria disiungsi system keluarga sebagai penyebab skizofrenia. Dalam
penelitian lain disebutkan beberapa anak dengan skizofrenia menunjukkan
kelainan halus yang meliputi perhatian, koordinasi, kemampuan sosial, fungsi
neuromotor dan respon emosionai jauh sebelum mereka menunjukkan gejain yang
jelas dari skizofrenia (Schifiman et al. 2004 dalam Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk.
15 | H a l u s i n a s i
2015). Hai diatas didukung oleh Sinaga, (2007) yang menyebutkan bahwa
lingkungan emosional yang tidak stabil mempunyai resiko yang besar pada
perkembangan skizofrenia, pada masa kanak disfungsi situasi sosial seperti trauma
masa kecil, kekerasan, hostilitas dan hubungan interpersonal yang kurang hangat
diterima oleh anak sangat mempengaruhi perkembangan neurologikal anak
sehingga lebih rentan mengalami skizofrenia dikemudian hari.

Berdasarkan Stuart dan Laraia (2005 dalam Satrio, dkk. 2015) faktor psikologis
yang dapat mempengaruhi adalah tingkat inteligensi, kemampuan verbal, moral,
kepribadian, pengalaman masa lalu, konsep diri dan motivasi. Seiain itu faktor
penyebab terjadinya skizofrenia berdasarkan teori interpersonal berpendapat
bahwa skizofrenia muncul akibat hubungan disfungsional pada masa kehidupan
awal dan masa remaja, skizofrenia terjadi akibat ibu yang cemas berlebihan,
terlalu protektif atau tidak perhatian secara emosional atau ayah yang jauh dan
suka mengontrol (l'orrey, 1995 dalam Videbeck, 2008). Hal ini memberi arti
bahwa anak akan belajar pada orangtuanya yang mengalami skizofrenia dan akan
mempraktekkan apa yang dilihatnya setelah ia besar dalam setiap ia mengalami
masalan,

c. Faktor Sosial Budaya


Faktor sosial budaya yang dapat menyebabkan terjadinya skizofrenia adalah
adanya double bind didalam keluarga dan konflik dalam keluarga. Torrey (1995,
dalam Videbeck, 2008) juga menyebutkan bahwa salah satu faktor sosial yang
dapat menyebabkan terjadinya skizofrenia adalah adanya disfungsi daiam
pengasuhan anak maupun dinamika keluarga. Konflik tersebut apabila tidak
diatasi dengan baik maka akan menyebabkan resiko terjadinya skizofrenia

Berdasarkan Towsend (2005 dalam Satrio, dick, 2015), faktor sosial kultural
meliputi disfungsi dalam keluarga, konflik keluarga. komunikasi doebie bind serta
ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi tugas perkembangan. Hal ini
didukung oleh Seaward (1997, dalam Videbeck, 2008) menyebutkan bahwa
skizofrenia disebabkan oleh faktor interpersonal yang meliputi komunikasi yang

16 | H a l u s i n a s i
tidak efektif, ketergantungan yang berlebihan atau menarik diri dalam hubungan,
dan kehilangan kontrol emosional. Pernyataan ini menunjukkan bahwa iaktor
sosial budaya seperti pengalaman sosial dapat menjadi faktor penyebab terjadinya
skizofrenia.

Selain itu Seaward (1997, dalam Videbeck, 2008) juga menyebutkari bahwa
faktor budaya dan sosial yang dapat menyebabkan terjadinya skizofrenia adalah
karena tidak adanya penghasilan, adanya kekerasan, tidak memiliki tempat tinggal
(tunawisma), kemiskinan dan diskriminasi ras, golongan, usia maupun jenis
kelamin. Dan diperkuat oleh Sinaga, (2007) menyatakan bahwa stressor sosial
juga mempengaruhi perkembangan skizofrenia, diskriminasi pada komunitas
minoritas mempunyai angka kejadian skizofrenia yang tinggi. skizofrenia lebih
banyak didapatkan pada masyarakat dilingkungan perkatuan disbanding
masyarakat pedesaan, individu dengan skizofrenia akan bergeser ke kelompok
social ekonomi rendah, bergantung dengan lingkungan sekitar, kehilangan
pekerjaan dan berkurang penghasilan. Stuart dan Laraia (2005) menyebutkan
bahwa faktor sosiai kuiturai yang dapat mempengaruhi yaitu usia, jenis keiamin,
pendidikan, penghasilan, pekerjaan. posisi sosial, latar belakang budaya, niiai dan
pengalaman sosial indiviau. iai diatas memberikan gambaran pada kita semua
bahwa faktor sosial budaya seperti masalah kemiskinan, pendidikan maupun
pekerjaan juga dapat mempengaruhi kualitas kesehatan jiwa individu. Dan oleh
sebab itu perlu ditingkatkan kemampuan individu dalam beradaptasi menghadapi
situasi tersebut agar individu tidak jarun pada skizofrenia.

Pemyataan diatas didukung oleh penelitian Tamer dkk (2002) yang menunjukkan
bahwa karakteristik responden skizofrenia yang mengalami halusinasi adalah 216
orang berjenis kelamin laki-laki (70%) dan berusia rata-rate 27 tahun. Hal berbeda
dinyatakan oleh Sinaga (2007) yang menyatakan bahwa prevalensi skizofrenia
sama antara laki-laki dan perempuan, icipi i balu dalam usi dan perjalam penyukil
Laki-laki mempunyai onset skizofrenia lebih awal dibandingkan pada wanita.

Penelitian Tamer dkk (1998) juga menunjukkan bahwa 76 responden skizofrenia


tidak mempunyai pekerjaan (90%). Pekerjaan sangat erat kaitannya dengan

17 | H a l u s i n a s i
penghasilan dan status ekonomi individu. hal mi didukung oleh Sinaga (2007)
yang menyatakan bahwa stres yang dialami oleh anggota kelompok sosial
ekonomi rendah berperan dalam perkembangan skizofrenia.

Masalah keluargn dan pendidikan dapat menjadi pencetus terjadinya skizofrenia.


Hai mi ditunjukkan oleh penelitian Tarrier dkk (1998) yang menemukan bahwa
skizofrenia ditemukan pada 24 responden (33.33%) yang hidup sendiri dan 78
responden tidak mempunyai pendidikan ataupun keahlian (91%). Hal ini
menunjukkan bahwa memang kehidupan perkawinan dapat menjadi pencetus
terjadinya skizofrenia jika terjadi akumulasi masalah yang tidak dapat
diselesaikan (Hawari, 2001 dalam Carolina, 2008). Begitu juga pendidikan,
pendidikan dapat menjadi sumber koping individu yang dapat membantu individu
dalam mengatasi stress (Stuart & Laraia, 2005).
Menurut Sinaga (2007), prevalensi terjadinya skizofrenia pada laki-laki pada usia
15 sampai 25 tahun, sedangkan pada wanita terjadi pada usia 25 sampai 35 tahun,
sedangkan onset terjadinya skizofrenia sebelum umur 10 tahun atau sesudah 50
tahun sangat jarang. Carolina (2008) menyebutkan bahwa usia berhubungan
dengan variasi stressor dalam hidup, sumber dukungan dar sumber koping dalam
mengatasi masukan.

5. Faktor Presipitasi
Pada kondisi normal, outik mempunyai peranan penting dalam mereguiasi sejumlah
informasi. Informasi normal diproses meialui aktivitas neuron. Stimuius visuai dan
auditory dideteksi dan disaring oleh thalamus dan dikirim untuk diproses di lobus
frontal. Sedangkan pada klien skizofrenia terjadi mekanisme yang abnormal dalam
memproses informasi (Perry, Geyer & Brati, 1999 dalam Stuart & Larain, 2005).
Gejala pencetus yang menyebabkan hal tersebut terjadi adalah faktor kesehatan,
lingkungan, sikap dan perilaku individu (Stuart & Laraia, 2005; Stuart, 2009 dalam
Satrio, dkk, 2015).

Faktor pencetus halusinasi diakibatkan gangguan umpan balik di otak yang mengatur
jumian dan waktu dalam proses informasi. Stimuii pengiinatan dan pendengaran pada

18 | H a l u s i n a s i
awalnya di suring oleh hipotalamus dan dikirim untuk diproses oien iobus frontai dan
biia informasi yang sampaikan terialu banyak pada suatu waktu atau jika informasi
tersebut salah, lobus frontal mengirimkan pesan overioad ke ganglia basai dan di
ingatkan iagi hipotalamus untuk memperlambat transmisi ke lobus frontal. Penurunan
fungsi dari lobus frontal menyebabkan gangguan pada proses umpan balik dalam
penyampaian informasi yang menghasilkan proses informasi overload (Stuart &
Laraia, 2005: Stuart, 2009). Stessor presipiatsi yang lain adanya abnormal pada pintu
mekanisme pada klien skizofrenia, Pintu mekanisme adalah proses elektrik yang
melibatkan elektolit, hal ini memicu penghambatan saraf dan rangsang aksi dan
umpan balik yang terjadi pada system sarai. Penurunan pintu mekanisme/gating
proses ini ditunjukkan dengan ketidakmampuan individu dalam memilih stimuli
secara selektif (Hong et al., 2007 daiam Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk. 2015).

6. Penilaian Terhadap Stressor


Penilaian terhadap stressor merupakan penilaian individu ketika menghadapi stressor
yang datang. Menurut Sinaga (2007). faktor biologis, psikososial dan lingkungan
saling benintegrasi satu sama lain pada saat individu mengalami stres sedangkan
individu sendiri memiliki kerentanan (diatesis), yang jika diaktifian oleh pengaruh
stres maka akan menimbulkan gejala skizofrenia. Model diatesis stress diatas sama
seperti Model Adaptasi Stuart dan Laraia (2005). Berdasarkan Stuart dan Laraia.
(2005). penilaian seseorang terhadap stressor terdiri dan respon kogiitif, afektif,
fisiologis, perilaku dan sosial. Hal ini memberikan arti bahwa apabila individu
mengalami suatu stressor maka ia akan merespon stressor maka ia akan merespon
stressor tersebut dan akan tampak meiaiui tanda dan gejaia yang muncul.

7. Sumber Koping
Berdasarkan Stuart dan Laraia (2005 dalam Satrio, dkk, 2015), sumber koping
merupakan hal yang penting dalam membantu klien dalam mengatasi stressor yang
dihadapinya. Sumber koping tersebut meliputi asset ekonomi, sosial support, nilai dan
kemampuan individu mengatasi masalah. Apabila individu mempunyai sumber
koping yang adekuat maica in akan mampu beradaparasi dan mengatasi stressor yang
ada.
19 | H a l u s i n a s i
Keluarga merupakan salah satu sumber koping yang dibutuhkan individu ketika
mengalami stress. Hal tersebut sesuai dengan Videbeck (2008) yang menyatakan
bahwa keluarga memang merupakan salah satu sumber pendukung yang utama dainm
penyembuhan klien skizofrenia. Psikosis atau Skizofrenia adalah penyakit
menakutkan dan sangat menjengkelkan yang memerlukan penyesuaian baik bagi klien
dan keluarga. Proses penyesuaian pasca psikotik terdiri dari empat fase: (1) disonansi
kognitif (psikosis aktif), (2) pencapaian wawasan, (3) stabilitas dalam semua aspek
kehidupan (ketetapan kognitif), dan (4) bergerak terhadap prestasi kerja atau tujuan
pendidikan (ordinariness), Proses multifase penyesuaian dapat beriangsung sampai 6
tahun (Moller, 2006. dalam Stuart, 2009):

a. Efikasi/Kemanjuran pengobatan untuk secara konsisten mengurangi gejala dan


menstabilkan disonansi kognitif setelah episode pertama memakan waktu 6
sampai 12 bulan.
b. Awal pengenalan diri/insight sebagai proses mandiri melakukan pemeriksaan
realitas yang dapat diandalkan. Pencapaian keterampiian ini memakan waktu 6
sampai 18 bulan dan tergantung pada kebernasiian pengobatan dan dukungan
yang berkelanjutan.
c. Setelah mencapai pengenalan diri/insight, proses pencapaian kognitif meliputi
keteguhan melanjutkan hubungan interpersonai normal dan reengaging dalam
kegiatan yang sesuai dengan usia yang berkaitan dengan sekolah dan bekerja. Fase
ini beriangsung i sampai 3 tahun.
d. Ordinariness/kesiapan kembali seperti sebelum sakit ditandai dengan kemampuan
untuk secara konsisten dan dapat diandalkan dan terlibat dalam kegiatan yang
sesuai dengan usia lengkap dari kehidupan sehari hari mencerminkan tujuan
prepsychosis. Fase ini berlangsung minimai 2 tahun, sumber daya Keluarga,
seperti pemahaman orang tua terhadap penyakit. keuangan, ketersediaan waktu
dan energi, dan kemampuan untuk menyediakan dukungan yang berkelanjutan,
mempengaruhi jalannya penyesuaian postpsychotic.

20 | H a l u s i n a s i
8. Mekanisnie Koping
Pada klien skizofrenia, klien berusaha untuk melindungi dirinya dan pengalaman yang
disebabkan oleh penyakitnya. Klien akan melakukan regresi untuk mengatasi
kecemasan yang dininminya, meinkukan proyeksi sebagai usaha untuk menjelaskan
persepsinya dan menarik diri yang berhubungan dengan masalah membangun
kepercayaan dan keasyikan terhadap pengalaman internal (Stunt & Larnia, 2005:
Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015)

C. POHON MASALAH

Resiko perilaku kekerasan

Gangguan Sensori
Persepsi : Halusinasi

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

D. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Masalah keperawatan: Diagnosis Keperawatan NANDA-I rentang respon
neurobiologis, skizofrenia dan gangguan psikotik (Stuart, 2009):
 Anxiety
 Impaired Verbal Communication
 Confusion,Acute Compromised family coping
 Ineffective coping Decisional conflict
 Hopelessness Impaired memory
 Noncompliance
 Disturbed personal identity
 Ineffective role performance
21 | H a l u s i n a s i
 Self care deficit (bathing hygiene,dressing/grooming)
 Disturbed sensory perception
 Impaired social interaction
 Social isolation
 Risk for suicide
 Ineffective therapeutic regiment management
 Disturbed thought processes

(*Diagnosis keperawatan primer rentang responneurobiologis, skizofrenia dan


gangguan psikotik)
2. Halusinasi
a. Pendengaran
 Melirik mata ke kanan/ ke kiri untuk menscan sumber suara
 Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang sedang berbicara/
benda mati didekatnya
 Terlibat pembicaraan dengan benda mati atau orang yang tidak Nampak
 Menggerakkan mulut seperti mengomel
b. Penglihatan
 Tiba-tiba tampak tergagap, ketakutan karena orang lain, benda mati atau
stimulus yang tak terlihat
 Tiba lari ke ruang lain
c. Pengecapan
 Meludahkan makanan atau minuman
 Menolak makanan atau minum obat
 Tiba-tiba meninggalkan meja makan
d. Penghirup
 Mengerutkan hidung seperti menghirup udarayang tidak enak.
 Menghirup bau tubuh.
 Menghirup bau udara ketika berjalan kearah orang lain.
 Berespon terhadap bau
e. Peraba
 Menampar diri sendiri seakan-akan sedang.
 memadamkan api Melompat-lompat di lantai seperti menghindari sesuatu
yang menyakitkan.
22 | H a l u s i n a s i
f. Sintatik
 Mengverbalisasi terhadap proses tubuh
 Menolak menyelesaikan tugas yang menggunakan bagian tubuh yang
diyakini tidakberfungsi
3. Tanda dan gejala umum
a. Data Subjektif:
Pasien mengatakan:

1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan.


2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yangberbahaya.
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu atau monster.
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses,kadang-kadang bau
itu menyenangkan.
6) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses.
7) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
b. Data Objektif:
1) Bicara atau tertawa sendiri.
2) Marah-marah tanpa sebab.
3) Mengarahkan telinga ke arah tertentu.
4) Menutup telinga.
5) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
7) Mencium sesuatu seperti membaui bau-bauan tertentu.
8) Menutup hidung.
9) Sering meludah.
10) Muntah.
11) Menggaruk-garuk permukaan kulit (Kemenkes, 2012).

E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa Sp/ kemampuan klien Sp/kemampuan keluarga

23 | H a l u s i n a s i
Keperawatan

Resiko Perilaku Sp 1: Sp 1:
Kekerasan
 Identifikasi penyebab,  Diskusikan masalah yang
tanda dan gejala, PK dirasakan dalammerawat
yang dilakukan, akibat pasien.
PK.  Jelaskan pengertian, tanda
 Jelaskan cara dan gejala dan proses
mengontrol PK : fisik, terjadinya PK (gunakan
obat, verbal, spiritual. booklet).
 Latihan cara mengontrol  Jelaskan cara merawat PK.
PK secara fisik : tarik  Latih satu cara merawat PK
nafas dalam dan pukul dengan melakukan kegiatan
kasur dan bantal. fisik : tarik nafas dan pukul
 Masukan pada jadwal kasur dan bantal.
kegiatan untuk latihan  Anjurkan membantu pasien
fisik. sesuai jadwal dan memberi
pujian.

Sp 2: Sp 2:

 Evaluaasi kegiatanc  Evaluasi kegiatan keluarga


latihan fisik, beri dalam merawat atau
pujian. melatih pasien fisik, dan
 Latih cara mengontrol beri pujian.
PK dengan obat  Jelaskan 6 benar cara
(jelaskan 6 benar : memberikan obat.
jenis, guna, dosis,  Latih cara memberikan atau
frekuensi, cara, membimbing minum obat.
kontinuitas minum  Anjurkan membantu pasien
obat). sesuai jadwal dan beri
 Masukan pada jadwal pujian.
kegiatan untuk latihan
fisik dan minum obat.

24 | H a l u s i n a s i
Sp 3 : Sp 3 :

 Evaluasi kegiatan  Evaluasi kegiatan keluarga


latihan fisik dan obat, dalam merawat atau
beri pujian. melatih pasien fisik dan
 Latihan cara memberikan obat, beri
mengontrol PK secara pujian.
verbal ( 3 cara yaitu :  Latih cara membimbing :
mengungkapkan, cara bicara yang baik.
meminta, menolak  Latih cara membimbing
dengan benar). kegiatan spiritual.
 Memasukkan pada  Anjurkan membantu pasien
jadwal kegiatan untuk sesuai jadwal dan memberi
latihan fisik, minum pujian..
obat dan verbal.

Sp 4 : Sp 4 :

 Evaluasi kegiatan  Evaluasi kegiatan keluarga


latihan fisik dan obat dalam merawat atau
dan verbal, beri pujian. melatih pasien fisik,
 Latihan cara memberikan obat, latihan
mengonrol spiritual (2 bicara yang baik dan
kegiatan). spiritual yang baik, beri
 Masukan pada jadwal pujian.
kegiatan untuk latihan  Jelaskan follow up ke RSJ /
fisik, minum obat, PKM, tanda kambuh,
verbal dan spiritual. rujukan.
 Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan
memberikan pujian.

25 | H a l u s i n a s i
STRATEGI PELAKSANAAN (SP 1-4)

HALUSINASI

A. STRATEGI PELAKSANAAN SP 1 HALUSINASI


Nama : Bpk. I
Hari/Tanggal : Senin/ 21 Desember 2020
Ruangan : Melati
Pertemuan : 1 Sp. 1

A. PROSES KEPERAWATAN
1) Kondisi Klien
Data Subjektif
 Klien mengatakan mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang sedang
berbicara / benda mati di dekatnya
 Klien mengatakan ada suara yang mengajak berbicara pembicaraan atau
orang yang tidak nampak
 Klien mengatakan menggerakan mulut seperti mengomel

Data Objektif
 Klien tampak berbicara sendiri
 Klien tampak gelisah dan mondar mandir
 Klien tampak mudah tersinggung
 Klien tampak gerakan tidak terkontrol
 Klien terlihat tertawa sendiri

2) Diagnosa Keperawatan
Halusinasi Pendengan

3) Tujuan

26 | H a l u s i n a s i
 Membina hubungan saling percaya.
 Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik.

4) Intervensi Keperawatan
 Membina hubungan saling percaya.
 Membantu pasien menyadari gangguan sensori persepsi halusinasi.
 Melatih pasien cara mengontrol halusinasi.

B. STRATEGI PELAKSANAAN

a. Orientasi
Perawat : Assalamualaikum wr. wb
Klien : Waalaikumsalam wr. wb
Perawat : Bagaimana keadaan bapak pagi ini?
Klien : Baik.
Perawat : Apakah suara-suara itu masih ada?
Klien : Masih sus.
Perawat : Berisi apakah suara tersebut?
Klien : Suaranya seperti bisikan-bisikan gitu sus.
Perawat : Saya percaya suara itu bapak dengar dan saya tidak mendengar.
Apakah suara tersebut terdengar terus menerus atau sewaktu-waktu saja?
Klien : Terus-menerus sus.
Perawat : Kapan paling sering bapak dengar suara-suara?
Klien : Ketika saya sendiri saya sering mendengarnya sus.
Perawat : Berapa kali sehari bapak mendengar suara-suara?
Klien : 5x sus.
Perawat : Apakah yang kita pelajari kemarin bapak bisa?
Klien : Bisa sus.
Perawat : Apakah suara-suara itu berkurang?
Klien : Berkurang sus.
Perawat : Bagus sekali, bapak hebat. Baiklah pada pagi ini kita akan belajar
cara kedua yaitu cara meminum obat yang benar. Waktunya 15 menit tempatnya

27 | H a l u s i n a s i
disini saja tujuannya supaya menghilangkan suara-suara yang membisiki bapak.
Aakah bapak bersedia?
Klien : Saya bersedia sus.

b. Fase Kerja
Perawat : Bapak, jadi gini dokter melibatkan obat untuk bapak. Sekarang saya
akan menjelaskan kepada bapak cara mengontrol halusinasi dengan cara minum obat
secara teratur dengan prinsip 5 benar ya pak. Disini ada 3 obat semuanya obat tablet.
Yang pertama ini ada obat namanya cpz berwarna orange gunanya untuk
menghilangkan suara-suara bisikan yang sering bapak dengar itu ya. Yang kedua
adalah obat haloperidol warnanya pink gunanya supaya pikiran bapak lebih tenang
ya. Yang ketiga ada namanya obat thf berwarna putih gunanya untuk merilekskan
tubuh bapak. Obat ini diminum 2x sehari jadi setiap jam 7 pagi dan jam 7 malam ya
pak. Jangan sampai kelewatan harus diminum secara rutin dan harus dihabiskan ya
pak. Obatnya harus diminum secara rutin karena jika bapak lupa meminum atau
sengaja tidak meminum ditakutkan nanti suara-suara itu akan muncul kembali
bahkan bisa lebih parah. Sekarang sudah jam 7 pagi jadi sekarang waktunya bapak
minum obat ya. Saya pastikan kembali apakah benar nama bapak ikhsan? Benar ya
pak nama bapak ikhsan nah ini obatnya diminum setiap kali minum setengah tablet
semuanya ya. Karena obat ini harus diminum secara rutin saya akan masukkan ke
jadwal harian ya pak supaya tidak terlewatkan minum obatnya.
c. Terminasi
Perawat : Apa yang bapak rasakan setelah minum obat dengan baik dan benar?
Klien : Saya merasa suara-suara bisikan sudah mulai berkurang.
Perawat : Kita tadi diskusikan tentang apa?
Klien : Mendiskusikan tentang cara minum obat dengan prinsip 5 benar.
Perawat : Supaya bapak tidak mendengar suara-suara yang mengganggu bapak
apa yang bapak lakukan?
Klien : Menghardik dan minum obat.
Perawat : Coba sekarang bapak jelaskan cara minum obat dengan prinsip 5
benar?

28 | H a l u s i n a s i
Klien : Pastikan obatnya benar benar punya saya, masing-masing diminum
setengah tablet jadi obatnya dibagi dua. Diminum 2x sehari pada pagi jamx 7 dan
malam jam 7.
Perawat : Baik sekali bapak dapat menjelaskan, jangan lupa ketika minum obat
2Xsehari sesuai jadwal yang sudah kita buat. Baiklah kita akan bertemu lagi nanti
siang untuk membahas cara berkenalan dengan 2-3 orang dan berbincang-bincang
saat melakukan kegiatan. Waktunya 15 menit diruangan ini saja. Apakah bapak
bersedia?
Klien : Iya sus, saya bersedia.
Perawat : Baiklah kalau begitu silahkan kembali ke kamar. Saya akan kembali
keruangan perawat.

29 | H a l u s i n a s i
F. STRATEGI PELAKSANAAN 2 HALUSINASI
Nama : Bpk I
Hari/Tanggal : Selasa/ 22 Desember 2020
Ruangan : Melati
Pertemuan : 2 Sp. 2

A. PROSES KEPERAWATAN
1) Kondisi Klien
Data Subjektif
 Klien mengatakan masih mendengar suara-suara bisikan.
 Klien mengatakan mendengarnya ketika sendiri.

Data Objektif
 Klien sudah mampu menghardik.
 Klien belum mampu mengenal obat.
 Klien sedikit tenang.

2) Diagnosa Keperawatan
Halusinasi Pendengan

3) Tujuan
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan obat.

4) Intervensi Keperawatan
 Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
 Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa.
 Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program.
 Jelaskan akibat bila putus obat.
 Jelaskan cara mendapatkan obat.
 Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar obat, benar
pasien, benar cara, benar ibuw aktu, benar dosis dan kontinuitas.

30 | H a l u s i n a s i
B. STRATEGI PELAKSANAAN

a. Orientasi
Perawat : Assalamualaikum wr. wb
Klien : Waalaikumsalam wr. wb
Perawat : Bagaimana keadaan bapak pagi ini?
Klien : Baik.
Perawat : Apakah suara-suara itu masih ada?
Klien : Masih sus.
Perawat : Berisi apakah suara tersebut?
Klien : Suaranya seperti bisikan-bisikan gitu sus.
Perawat : Saya percaya suara itu bapak dengar dan saya tidak mendengar.
Apakah suara tersebut terdengar terus menerus atau sewaktu-waktu saja?
Klien : Terus-menerus sus.
Perawat : Kapan paling sering bapak dengar suara-suara?
Klien : Ketika saya sendiri saya sering mendengarnya sus.
Perawat : Berapa kali sehari bapak mendengar suara-suara?
Klien : 5x sus.
Perawat : Apakah yang kita pelajari kemarin bapak bisa?
Klien : Bisa sus.
Perawat : Apakah suara-suara itu berkurang?
Klien : Berkurang sus.
Perawat : Bagus sekali, bapak hebat. Baiklah pada pagi ini kita akan belajar
cara kedua yaitu cara meminum obat yang benar. Waktunya 15 menit tempatnya
disini saja tujuannya supaya menghilangkan suara-suara yang membisiki bapak.
Aakah bapak bersedia?
Klien : Saya bersedia sus.

b. Fase Kerja
Perawat : Bapak, jadi gini dokter melibatkan obat untuk bapak. Sekarang saya
akan menjelaskan kepada bapak cara mengontrol halusinasi dengan cara minum obat
secara teratur dengan prinsip 5 benar ya pak. Disini ada 3 obat semuanya obat tablet.

31 | H a l u s i n a s i
Yang pertama ini ada obat namanya cpz berwarna orange gunanya untuk
menghilangkan suara-suara bisikan yang sering bapak dengar itu ya. Yang kedua
adalah obat haloperidol warnanya pink gunanya supaya pikiran bapak lebih tenang
ya. Yang ketiga ada namanya obat thf berwarna putih gunanya untuk merilekskan
tubuh bapak. Obat ini diminum 2x sehari jadi setiap jam 7 pagi dan jam 7 malam ya
pak. Jangan sampai kelewatan harus diminum secara rutin dan harus dihabiskan ya
pak. Obatnya harus diminum secara rutin karena jika bapak lupa meminum atau
sengaja tidak meminum ditakutkan nanti suara-suara itu akan muncul kembali
bahkan bisa lebih parah. Sekarang sudah jam 7 pagi jadi sekarang waktunya bapak
minum obat ya. Saya pastikan kembali apakah benar nama bapak ikhsan? Benar ya
pak nama bapak ikhsan nah ini obatnya diminum setiap kali minum setengah tablet
semuanya ya. Karena obat ini harus diminum secara rutin saya akan masukkan ke
jadwal harian ya pak supaya tidak terlewatkan minum obatnya.
c. Terminasi
Perawat : Apa yang bapak rasakan setelah minum obat dengan baik dan benar?
Klien : Saya merasa suara-suara bisikan sudah mulai berkurang.
Perawat : Kita tadi diskusikan tentang apa?
Klien : Mendiskusikan tentang cara minum obat dengan prinsip 5 benar.
Perawat : Supaya bapak tidak mendengar suara-suara yang mengganggu bapak
apa yang bapak lakukan?
Klien : Menghardik dan minum obat.
Perawat : Coba sekarang bapak jelaskan cara minum obat dengan prinsip 5
benar?
Klien : Pastikan obatnya benar benar punya saya, masing-masing diminum
setengah tablet jadi obatnya dibagi dua. Diminum 2x sehari pada pagi jamx 7 dan
malam jam 7.
Perawat : Baik sekali bapak dapat menjelaskan, jangan lupa ketika minum obat
2Xsehari sesuai jadwal yang sudah kita buat. Baiklah kita akan bertemu lagi nanti
siang untuk membahas cara berkenalan dengan 2-3 orang dan berbincang-bincang
saat melakukan kegiatan. Waktunya 15 menit diruangan ini saja. Apakah bapak
bersedia?
Klien : Iya sus, saya bersedia.

32 | H a l u s i n a s i
Perawat : Baiklah kalau begitu silahkan kembali ke kamar. Saya akan kembali
keruangan perawat.

33 | H a l u s i n a s i
G. STRATEGI PELAKSANAAN 3 HALUSINASI
Nama : Bpk I
Hari/Tanggal : Rabu/ 23 Desember 2020
Ruangan : Melati
Pertemuan : 3 Sp. 3

A. Proses Keperawatan.
1) Kondisi Klien
Data Subjektif
 Klien mengatakan masih mendengar suara-suara bisikan.
 Klien mengatakan mendengarnya ketika sendiri.

Data Objektif
 Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
 Klien tampak tertawa sendiri.

2) Diagnosa Keperawatan
Halusinasi Pendengan

3) Tujuan
Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.

4) Intervensi Keperawatan
 Evaluasi ke jadwal harian
 Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
 Menganjurkan kepada klien agar memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan
harian klien.

34 | H a l u s i n a s i
B. STRATEGI PELAKSANAAN
d. Orientasi
a. Salam
Perawat : Assalamualaikum wr. wb
Klien : Waalaikumsalam wr. wb
b. Evaluasi / validasi, kontrak, tujuan interaksi
Perawat : Bagaimana keadaan bapak pagi ini?
Klien : Baik.
Perawat : Apakah suara-suara itu masih ada?
Klien : Masih pak.
Perawat : Berisi apakah suara tersebut?
Klien : Suaranya seperti bisikan-bisikan gitu pak.
Perawat : Saya percaya suara itu bapak dengar dan saya tidak mendengar.
Apakah suara tersebut terdengar terus menerus atau sewaktu-waktu saja?
Klien : Terus-menerus pak.
Perawat : Kapan paling sering bapak dengar suara-suara?
Klien : Ketika saya sendiri saya sering mendengarnya pak.
Perawat : Berapa kali sehari bapak mendengar suara-suara?
Klien : 5x pak.
Perawat : Apakah yang kita pelajari kemarin bapak bisa?
Klien : Bisa pak.
Perawat : Apakah suara-suara itu berkurang?
Klien : Berkurang pak.
Perawat : Bagus sekali, bapak hebat. Baiklah pada pagi ini kita akan belajar
cara kedua yaitu cara meminum obat yang benar. Waktunya 15 menit tempatnya
disini saja tujuannya supaya menghilangkan suara-suara yang membisiki bapak.
Aakah bapak bersedia?
Klien : Saya bersedia pak.

e. Fase Kerja

35 | H a l u s i n a s i
Perawat : Bapak, jadi gini dokter melibatkan obat untuk bapak. Sekarang saya
akan menjelaskan kepada bapak cara mengontrol halusinasi dengan cara minum obat
secara teratur dengan prinsip 5 benar ya pak. Disini ada 3 obat semuanya obat tablet.
Yang pertama ini ada obat namanya cpz berwarna orange gunanya untuk
menghilangkan suara-suara bisikan yang sering bapak dengar itu ya. Yang kedua
adalah obat haloperidol warnanya pink gunanya supaya pikiran bapak lebih tenang
ya. Yang ketiga ada namanya obat thf berwarna putih gunanya untuk merilekskan
tubuh bapak. Obat ini diminum 2x sehari jadi setiap jam 7 pagi dan jam 7 malam ya
pak. Jangan sampai kelewatan harus diminum secara rutin dan harus dihabiskan ya
pak. Obatnya harus diminum secara rutin karena jika bapak lupa meminum atau
sengaja tidak meminum ditakutkan nanti suara-suara itu akan muncul kembali
bahkan bisa lebih parah. Sekarang sudah jam 7 pagi jadi sekarang waktunya bapak
minum obat ya. Saya pastikan kembali apakah benar nama bapak ikhsan? Benar ya
pak nama bapak ikhsan nah ini obatnya diminum setiap kali minum setengah tablet
semuanya ya. Karena obat ini harus diminum secara rutin saya akan masukkan ke
jadwal harian ya pak supaya tidak terlewatkan minum obatnya.
f. Terminasi
Perawat : Apa yang bapak rasakan setelah minum obat dengan baik dan benar?
Klien : Saya merasa suara-suara bisikan sudah mulai berkurang.
Perawat : Kita tadi diskusikan tentang apa?
Klien : Mendiskusikan tentang cara minum obat dengan prinsip 5 benar.
Perawat : Supaya bapak tidak mendengar suara-suara yang mengganggu bapak
apa yang bapak lakukan?
Klien : Menghardik dan minum obat.
Perawat : Coba sekarang bapak jelaskan cara minum obat dengan prinsip 5
benar?
Klien : Pastikan obatnya benar benar punya saya, masing-masing diminum
setengah tablet jadi obatnya dibagi dua. Diminum 2x sehari pada pagi jamx 7 dan
malam jam 7.
Perawat : Baik sekali bapak dapat menjelaskan, jangan lupa ketika minum obat
2Xsehari sesuai jadwal yang sudah kita buat. Baiklah kita akan bertemu lagi nanti
siang untuk membahas cara berkenalan dengan 2-3 orang dan berbincang-bincang

36 | H a l u s i n a s i
saat melakukan kegiatan. Waktunya 15 menit diruangan ini saja. Apakah bapak
bersedia?
Klien : Iya pak, saya bersedia.
Perawat : Baiklah kalau begitu silahkan kembali ke kamar. Saya akan kembali
keruangan perawat.

37 | H a l u s i n a s i
38 | H a l u s i n a s i
H. STRATEGI PELAKSANAAN 4 HALUSINASI
Nama : Bpk I
Hari/Tanggal : Kamis/ 24 Desember 2020
Ruangan : Melati
Pertemuan : 4 Sp. 4

A. Proses Keperawatan.
1) Kondisi Klien
Data Subjektif
 Klien mengatakan masih mendengar suara-suara bisikan.
 Klien mengatakan mendengarnya ketika sendiri.

Data Objektif
 Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
 Klien tampak tertawa sendiri.

2) Diagnosa Keperawatan
Halusinasi Pendengan

3) Tujuan
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas sehari-hari.

4) Intervensi Keperawatan
 Evaluasi jadwal kegiatan harian.
 Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang
mampu klien lakukan.
 Menganjurkan klien memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan sehari-hari
klien.

B. STRATEGI PELAKSANAAN
a. Orientasi
Perawat : Asalamualaikum pak , selamat pagi. Saya boleh duduk pak?
39 | H a l u s i n a s i
Pasien : Walaikumsalam wr.wb, boleh pak
Perawat : Bapak masih ingat dengan saya?
Pasien : Masih pak (sambil mengangguk)

Perawat :Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Apakah masih ada mendengar suara-
suara?
Pasien : saya baik pak, suaranya sudah jarang saya dengar
Perawat :Apakah bapak telah melakukan tiga cara yang telah dipelajari untuk
menghilangkan suara-suara yang menganggu?
Pasien : ya , saya sudah melakukannya
Perawat : Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya?
Pasien : (mengambil buku kegiatan harian dan memberikannya pada perawat)
Perawat :Bagus sekali pak, bapak minum obatnya dengan teratur, latihan bercakap-
cakap dengan teman dan perawat juga dilakukan dengan teratur, bapak juga
menghardik suara suara jika muncul. Sekarang coba ceritakan pada saya
apakah dengan ketiga cara tadi suara-suara yang bapak dengarkan berkurang?
Pasien : iya pak, suaranya berkurang
Perawat :Bagus sekali pak, dengan cara tersebut suara-suara itu sudah tidak akan
menganggu bapak lagi. Coba sekarang bapak praktekkan lagi bagaimana
cara menghardik suara-suara yang telah kita pelajari dan jelaskan kembali
pada saya 6 cara minum obat yang benar dan dengan siapa bapak bisa
bercakap-cakap jika suaranya muncul?
Pasien : Jika saya mendengar suara itu lagi, saya katakan “Pergi.. pergi saya tidak
mau dengar.. Kamu suara palsu” (sambil menutup kedua telinganya).
Sebelum saya meminum obat saya lihat dulu label yang menempel di
bungkus obat, apakah benar nama saya yang tertulis disitu, perhatikan jenis
obatnya, berapa dosis, satu atau dua butir obat yang harus diminum, jam
berapa saja obatnya harus diminum, dan cara meminum obatnya. Dan yang
terakhir saya harus bercakap cakap dengan teman atau perawat jika suara itu
terdengar.

Perawat : Bagus sekali pak ! Bapak sudah bisa mempraktekkannya.

40 | H a l u s i n a s i
Perawat : Baiklah Bapak sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan latihan cara
menghilangkan suara yang muncul dengan melakukan aktivitas fisik yaitu
membersih kamar tujuannya kalau bapak sibuk maka kesempatan muncul
suara-suara akan berkurang. Apakah bapak bersedia?
Pasien : saya bersedia
Perawat : Waktunya 20 menit ya pak?
Pasien :baiklah pak

b. Fase Kerja.
Perawat : Baiklah mari kita merapikan tempat tidur. Tujuan nya agar bapak dapat
mengalihkan suara yang didengar. Dimana kamar tidur bapak?
Pasien : Disana pak, disebelah dapur.
Perawat : (di kamar) Baiklah pak sekarang kita merapikan tempat tidur bapak ya.
Kalau kita akan merapikan tempat tidur, kita pindahkan dulu bantal, guling
dan selimutnya. Lalu kita pasang sepraynya lagi, kita mulai dari arah atas ya
sekarang bagian kaki, tarik dan masukkan, lalu bagian pinggir dimasukkan.
Sekarang ambil bantal dan letakkan dibagian atas kepala. Selanjutnya kita
lipat dan rapikan selimutnya dan letakan dibawah kaki.
Pasien : (mempraktekkan)
Perawat :Bagus sekali bapak. bapak dapat melakukannya dengan baik dan rapi.

c. Terminasi.
Perawat : Bagaimana perasaan bapak setelah kita membereskan tempat tidur apakah
selama kegiatan berlangsung suara-suara itu datang?
Pasien : saya senang pak dan suara itu sudah tidak terdengar lagi.
Perawat : Bagus sekali pak. Jadi selama latihan suara-suara itu tidak ada ya pak. bapak
dapat melakukan kegiatan untuk menghilangkan suara-suara dengan sering
bekerja. Apakah bapak bisa menjelaskan kembali langkah-langkah merapikan
tempat tidur?
Pasien : Pindahkan dulu bantal, guling dan selimutnya. Lalu pasang sepraynya,mulai
dari arah atas lalu bagian kaki, tarik dan masukkan, lalu bagian pinggir

41 | H a l u s i n a s i
dimasukkan. Kemudian letakkan bantal dibagian atas kepala. Selanjutnya lipat
dan rapikan selimutnya dan letakan dibawah kaki.

Perawat :Bagus sekali pak sekarang masukan kedalam jadwal kegiatan harian.
Pasien : baik pak ( sambil membuka buku jadwal harian)

Perawat : Bapak kita telah melakukan keempat cara untuk menghilangkan suara-suara
yang bapak dengar. Jadi bapak harus melakukannya setiap hari agar suara-
suara itu tidak mengganggu bapak lagi. Bagaimana pak? Apakah bapak
mengerti?
Pasien : ya saya mengerti
Perawat : Baiklah pak,saya akan menemui bapak besok untuk melihat apakah bapak
melakukan keempat kegiatan tersebut atau tidak. Saya permisi dulu ya pak.
Assalammualaikum wr wb

42 | H a l u s i n a s i
DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Tgl, jam Professional Hasil Asesemen Pasien Intruksi PPA Verivikasi
Pemberi dan Pemberi Termasuk Pasca DPJP
Asuhan Pelayanan Bedah
21/12/20, Perawat Lena S:  Mengkaji
10.00 Fitriana  “Mendengarkan masalah
WIB Melati dengan penuh Halusinasi
perhatian pada  Latih pasien
orang sedang cara
berbicara / benda mengontrol
mati di halusinasi
dekatnya” dengan
 “ada suara yang menghardik.
mengajak  Masukkan
berbicara pada jadwal
pembicaraan kegiatan
atau orang yang harian pasien.
tidak nampak”
O:
 Pasien Mengenal
halusinasi dan
mampu
mengontrol
halusinasi
dengan
menghardik.
A:
 Halusinasi
pendengaran
(masih ada)

P:
 Evaluasi SP 1

43 | H a l u s i n a s i
 Lanjut SP 2
(latih cara
mengontrol
halusinasi
dengan enam
benar minum
obat.).

Tgl, jam Professional Hasil Asesemen Pasien Intruksi PPA Verivikasi


Pemberi dan Pemberi Termasuk Pasca DPJP
Asuhan Pelayanan Bedah
22/12/20, Perawat Lili S:  Mengevaluasi
10.00 Nurrohmah  Pasien SP 1
WIB Melati mengatakan  Latih pasien
masih cara
mendengar mengontrol
suara-suara halusinasi
bisikan. dengan enam
benar minum
O: obat.
 Pasien mampu  Masukkan
mengontrol pada jadwal
halusinasi kegiatan
dengan cara harian pasien.
minum obat
secara teratur
dengan prinsip 5
benar.
A:
 Halusinasi
pendengaran
(masih ada)

44 | H a l u s i n a s i
P:
 Evaluasi SP 2
 Lanjut SP 3
(latih cara
mengontrol
halusinasi
dengan
bercakap-cakap
saat terjadi
halusinasi).

Tgl, jam Professional Hasil Asesemen Pasien Intruksi PPA Verivikasi


Pemberi dan Pemberi Termasuk Pasca DPJP
Asuhan Pelayanan Bedah

45 | H a l u s i n a s i
23/12/20, Perawat S:  Mengevaluasi
10.00 Muhammad  Pasien SP 2
WIB Sholih mengatakan  Latih pasien
Melati masih cara bercakap-
mendengar cakap dengan
suara-suara orang lain .
bisikan.  Masukkan
pada jadwal
O: kegiatan
 Pasien mampu harian pasien.
mengontrol
halusinasi
dengan cara
bercakap-cakap
dengan orang
lain.
A:
 Halusinasi
pendengaran
(masih ada)

P:
 Evaluasi SP 1&2
 Lanjut SP 4
(latih cara
mengontrol
halusinasi
dengan
melakukan
aktivitas sehari-
hari).

46 | H a l u s i n a s i
Tgl, jam Professional Hasil Asesemen Pasien Intruksi PPA Verivikasi
Pemberi dan Pemberi Termasuk Pasca DPJP
Asuhan Pelayanan Bedah
24/12/20, Perawat S:  Mengevaluasi
10.00 Muhammad  Pasien SP 3
WIB Ikhsan mengatakan  Latih pasien
Melati suara-suara cara
bisikan sudah melakukan
berkurang. aktivitas
sehari-hari.
O:  Masukkan
 Pasien mampu pada jadwal
mengontrol kegiatan
halusinasi harian pasien.
dengan cara
melakukan
aktivitas sehari-
hari.
A:
 Halusinasi
pendengaran
(sedikit teratasi)

P:
 Evaluasi SP
1,2&3
 Terapi kelompok
(psikoedukasi).
 Terapi keluarga
(supportif
therapy, self
terapygroup
therapy).

47 | H a l u s i n a s i
48 | H a l u s i n a s i
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, G.W. (2010). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 6. Jakarta: EGC

Shives. L. R (2012). Basic conscepts of Psychiatric mental health nursing. 9th ed.

Philadelphia: Lippincott Williams & wilkins

Videbeck, Sheila L. (2011) Psychiatric-mental health nursing / Sheila L. Videbeck;

[illustrations by Catchy J. Miller]. – 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams

& wilkins

Townsend, (2014) Essentials of psychiatric mental health nursing: concepts of care in

evidence-based practice/Mary C. Townsend. – 6th ed

49 | H a l u s i n a s i

Anda mungkin juga menyukai