Anda di halaman 1dari 35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV penulis akan menguraikan pengelolaan asuhan keperawatan


jiwa pada Ny. F dan Ny. T dengan perilaku kekerasan di ruang Citro
Anggodo RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah yang
berlangsung selama 3 hari di mulai tanggal 20-22 April 2018.

A. HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Lokasi dan Pengambilan Data

Pelaksanaan asuhan keperawatan ini dilakukan di RSJD Dr. Amino


Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Lokasinya di Jl. Brigjend
Sudiarto No 347, Gemah, Pedurungan, Kota Semarang, Jawa Tengah,
Kode Pos 50246, Indonesia. RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah terdiri dari 15 ruang rawat inap, IGD Jiwa dan Umum
24 jam, 8 Instalasi rawat jalan, 14 pelayanan penunjang dan 9 fasilitas
rehabilitasi. Penulis dalam melaksanakan asuhan keperawatan
mengambil dua pasien yang dirawat diruang Citro Anggodo.

2. Biodata Pasien

Pengkajian dilakukan pada hari Jum’at tanggal 20 April 2018 ,


pukul 09.00. Dari pengkajian Ny. F (Pasien I) didapatkan data sebagai
berikut pasien berinisial Ny. F (Pasien I), alamat Kendal, umur 34
tahun, jenis kelamin perempuan, status perkawinan menikah,
beragama islam, pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga, pendidikan
terakhir SMA, pasien masuk RSJD Dr. Amino Gondohutomo tanggal
masuk 8 April 2018, di ruang Citro Anggodo, diagnosa medis
Gangguan Bipolar Manik , nomor rekam medis 00067430. Identitas

32
33

penanggung jawab bernama Tn. H, beralamat di Kendal dan hubungan


dengan pasien adalah suami.

Pada pengkajian Ny. T (Pasien II) dilakukan pada hari Jum’at


tanggal 20 April 2018 pukul 10.00 dengan data sebagai berikut :
pasien berinisial Ny. T (Pasien II), alamat Pemalang, umur 36 tahun,
jenis kelamin perempuan, status perkawinan menikah, beragama
islam, pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga, pendidikan terakhir
SMA, pasien masuk RSJD Dr. Amino Gondohutomo tanggal masuk
11 April 2018, di ruang Citro Anggodo, diagnosa medis Skizofrenia
Tak Terinci, nomor rekam medis 00120939. Identitas penanggung
jawab bernama Tn. K, beralamat di Pemalang dan hubungan dengan
pasien adalah Ayah kandung.

3. Pengkajian

a. Riwayat Pasien

Dari pengkajian riwayat pasien Ny. F (Pasien I) didapatkan data


sebagai berikut Ny. F (Pasien I) pada faktor presdiposisi bahwa
masuk ke RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
pada tanggal 8 April 2018 karena menolak kontrol, menolak
minum obat, sering marah-marah, mengamuk dan memecahkan
barang-barang. “Aku pernah ke RSJ mas karena menolak kontrol,
menolak minum obat dan sering marah-marah”. Pada faktor
presipitasi pasien mengatakan “aku gak pernah dikasih uang sama
suami aku untuk pergi ke salon dan berbelanja mas”. Pasien marah,
mengamuk, memecahkan barang-barang dan memukul anaknya.

Pada pengkajian Ny. T (Pasien II) didapatkan data sebagai


berikut Ny. T (pasien II) pada faktor presdiposisi bahwa masuk ke
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah pada
tanggal 11 April 2018 karena menolak kontrol, pasien marah-
marah, membanting barang-barang. “Aku pernah dibawa ke RSJ
34

mas, saat itu aku menolak kontrol , mengamuk, marah-marah”.


Pada faktor presipitasi ayahnya diberi uang lebih oleh suaminya
sedangkan aku hanya dikasih sedikit, lalu aku marah kepada ayah
aku. Ketika suami aku pergi, aku membanting barang-barang yang
ada dirumah, melempar ayah aku dengan batu dan mengancam
ayah aku dengan pisau. “Aku dirumah sebagai istrinya hanya diberi
uang yang sedikit mas dari pada ayah aku lalu aku pun marah
kepada ayah aku, membanting barang-barang, melempar batu,
mengancam dengan pisau”.

b. Pemeriksaan Fisik

Pada pengkajian Ny. F (Pasien I) didapatkan data Tekanan darah


120/70 mmHg, nadi 90x/menit, pernafasan 26x/menit, dan suhu
36,7o C. Pada hasil pengukuran tinggi badan 166 cm, dan berat
badan 65 kg. Pada keadaan fisik diperoleh data rambut hitam,
kusam pada kepala tidak ada benjolan. Pada bagian mulut mukosa
bibir kering, gigi kotor dan mulut bau. Dibagian kulit berwarna
sawo matang, kulit kering, turgor kulit kering.

Pada pengkajian Ny. T (Pasien II) didapatkan data Tekanan


darah 120/70 mmHg, nadi 96x/menit, pernafasan 23x/menit, dan
suhu 36,5oC. Pada hasil pengukuran tinggi badan 165cm dan berat
badan 61 kg. Pada keadaan fisik diperoleh data rambut hitam,
panjang, kusut, kusam pada kepala tidak ada benjolan atau lesi.
Pada bagian mulut mukosa bibir kering, gigi kotor dan mulut bau.
Dibagian kulit berwarna kuning langsat, kulit kering, turgor kulit
kering. Pasien sering mengalami pusing saat bangun tidur.
35

c. Pemeriksaan Psikososial

1) Genogram

Pada pengkajian Ny. F (Pasien I) didapatkan data pasien


mengatakan “aku anak terakhir dan menikah dengan suamiku”.
“aku mempunyai satu orang anak berumur 12 tahun”. “Di
keluargaku aku dan suamiku tidak ada yang mempunyai
riwayat gangguan jiwa”. “Aku tinggal bersama suami dan
anakku”.

Pada Ny. T (Pasien II) didapatkan data pasien mengatakan


“aku anak kedua dari tiga bersaudara”. “Aku menikah dengan
suami aku dan mempunyai 2 orang anak, 1 anak masih hidup
dan 1 anak meninggal karena sakit”. “Kakak aku mempunyai
riwayat gangguan jiwa sejak 4 tahun yang lalu tetapi sudah
sembuh”. “Di keluarga suamiku aku tidak ada yang mempunyai
riwayat gangguan jiwa”. “Aku tinggal bersama ayahku, suami
dan anakku”.

2) Konsep Diri

Pada pengkajian konsep diri Ny. F (Pasien I) didapatkan


data sebagai berikut pasien mengatakan “bagian tubuhku yang
paling aku suka adalah wajah dan tubuh”. Pasien mengatakan
“aku seorang perempuan bernama Ny.F, berumur 34 tahun, aku
sudah menikah, mempunyai satu orang anak dan tinggal di
Kendal”. Pasien mengatakan “di dalam keluarga aku berperan
sebagai seorang ibu yang mengurus semua kebutuhan
keluarga”. Pasien mengatakan “aku sebagai seorang istri dan
ingin pulang ke rumah agar dapat bertemu dengan keluargaku”.
Pasien mengatakan “hubungan yang paling dekat dengan
anakku”.
36

Pada Ny. T (Pasien II) didapatkan data sebagai berikut


pasien mengatakan “aku bersyukur mempunyai tubuh yang
indah dan terawat seperti ini”. Pasien mengatakan “aku seorang
perempuan bernama Ny. T, berumur 36 tahun, aku sudah
menikah dan tinggal dipemalang”. Pasien mengatakan “aku
berperan sebagai seorang ibu yang mengurus semua kebutuhan
di dalam keluarga”. Pasien mengatakan “aku menerima
sebagai seorang istri dan ingin pulang ke rumah agar dapat
bertemu dengan anakku”. Pasien mengatakan “hubungan yang
paling dekat dan dipercaya adalah ibu dan anakku”. ”Aku
sering sedih jika teringat ibuku dan suamiku yang lebih peduli
kepada ayahku dari pada aku”.

3) Hubungan Sosial
Pada pengkajian hubungan sosial Ny. F (Pasien I)
didapatkan data sebagai berikut pasien mengatakan ‘orang yang
berarti di dalam hidupnya adalah anakku”. Pasien mengatakan
“saat aku dirumah sering mengikuti arisan dan pengajian yang
diadakan dimasyarakat”. Pasien mengatakan “aku tidak ada
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain”.
Pada Ny. T (Pasien II) didapatkan data sebagai berikut
pasien mengatakan “orang yang berarti di dalam hidupnya
adalah ibu dan anakku”. Pasien mengatakan “saat aku dirumah
sering mengikuti arisan, pengajian dan gotong royong yang
diadakan dimasyarakat”. Pasien mengatakan “aku tidak ada
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain”.
4) Spiritual
Pada pengkajian spiritual Ny. F (Pasien I) didapatkan data
sebagai berikut pasien mengatakan “aku beragama Islam, sering
mengikuti pengajian dan ceramah-ceramah di masjid”. Pasien
37

mangatakan “saat aku dirumah rutin beribadah sholat dan saat


dirumah sakit aku rutin beribadah”.
Pada Ny. T (Pasien II) didapatkan data sebagi berikut
pasien mengatakan “aku beragama Islam, sering mengikuti
pengajian dan ceramah-ceramah di masjid”. Pasien mangatakan
“saat dirumah aku rutin sholat dan saat di rumah sakit aku
sering sholat lima waktu”.
d. Status Mental

1) Penampilan

Pada pengkajian Ny. F (Pasien I) didapatkan data sebagai


berikut pasien mengatakan “aku mandi sehari 2 kali di pagi hari
dan sore hari”. Penampilan pasien cukup rapi, makan 3 kali
sehari dipagi hari, siang hari dan menjelang malam hari, dalam
bertoilet pasien selalu menyiramnya.

Pada Ny. T (Pasien II) didapatkan data sebagi berikut


pasien mengatakan “aku mandi sehari 2 kali di pagi hari dan
sore hari. Penampilan pasien cukup rapi, makan 3 kali sehari
dipagi hari, siang hari dan menjelang malam hari, dalam
bertoilet pasien selalu menyiramnya hingga bersih.

2) Pembicaraan

Pada pengkajian Ny. F (Pasien I) didapatkan data sebagai


berikut pasien berbicara kotor, keras, ngotot dan bernada tinggi.

Pada Ny. T (Pasien II) didapatkan data sebagi berikut


pasien berbicara cepat, ngotot, bernada tinggi dan sering
berbicara kotor.
38

3) Aktifitas Motorik

Pada pengkajian Ny. F (Pasien I) didapatkan data sebagai


berikut pasien tampak gelisah dan sering mondar-mandir di
dalam ruangan.

Pada Ny. T (Pasien II) didapatkan data sebagi berikut


pasien tampak gelisah, tangan mengempal, sering mondar-
mandir di dalam ruangan.

4) Afek dan Emosi

Pada pengkajian Ny. F (Pasien I) didapatkan data sebagai


berikut pasien memilik afek labil. Pasien mengatakan “sedih
karena rindu dengan keluarga yang ada dirumah”.

Pada Ny. T (Pasien II) didapatkan data sebagi berikut


pasien memilik afek labil. Pasien mengatakan “sedih karena
rindu dengan keluarga yang ada dirumah dan ibuku”.

5) Interaksi Selama Wawancara

Pada pengkajian Ny. F (Pasien I) didapatkan data sebagai


berikut pasien selama berinteraksi terlihat kooperatif dengan
kontak mata kurang dan postur tubuh kaku.

Pada Ny. T (Pasien II) didapatkan data sebagi berikut


pasien selama berinteraksi terlihat kooperatif dengan kontak
mata kurang dan postur tubuh kaku.

6) Persepsi-Sensori

Pada pengkajian Ny. F (Pasien I) didapatkan data sebagai


berikut pasien mengatakan “aku tidak pernah mendengar suara-
suara yang tidak ada wujudnya, tidak melihat bayangan-
bayangan aneh, tidak mencium bau-bau aneh”.
39

Pada Ny. T (Pasien II) didapatkan data sebagi berikut


pasien mengatakan “aku tidak pernah mendengar suara-suara
yang tidak ada wujudnya, tidak melihat bayangan-bayangan
aneh, tidak mencium bau-bau aneh”.

7) Proses Pikir

Pada pengkajian Ny. F (Pasien I) didapatkan data sebagai


berikut pasien mempunyai gangguan proses pikir seperti
perseverasi (berulang-ulang menceritakan idea). Isi pikiran
pasien preokupasi yang terpaku hanya pada idea saja.

Pada Ny. T (Pasien II) didapatkan data sebagi berikut


pasien mempunyai gangguan dalam proses pikir seperti
perseverasi (berulang-ulang menceritakan suatu idea). Pasien
mempunyai gangguan dalam isi pikir seperti fantasi (isi pikiran
tentang suatu keadaan yang diharapkan tetapi tidak nyata).

8) Tingkat Kesadaran

Pada pengkajian Ny. F (Pasien I) didapatkan data sebagai


berikut pasien tidak mengalami disorientasi tempat dan waktu.
“Aku ini di RSJ dan hari ini hari jum’at jam 09.30”.

Pada Ny. T (Pasien II) didapatkan data sebagai berikut


pasien tampak bingung, tetapi pasien tidak mengalami
disorientasi tempat dan waktu. “Aku ini di RSJ dan hari ini hari
jum’at jam 10.00”.

9) Memori

Pada pengkajian Ny. F (Pasien I) didapatkan data sebagai


berikut pasien tidak mengalami gangguan memori, pasien
masih mengingat hal-hal yang pernah pasien lakukan. “Aku
40

tadi sudah makan pada pagi hari, sholat dan aku juga sudah
mandi”.

Pada Ny. T (Pasien II) didapatkan data sebagai berikut


pasien tidak mengalami gangguan memori, pasien masih
mengingat hal-hal yang pernah pasien lakukan. “Aku tadi
sholat subuh, makan pada pagi hari dan aku juga sudah mandi”.

10) Tingkat Konsentrasi

Pada pengkajian Ny. F (Pasien I) didapatkan data sebagai


berikut pasien dapat menghitung umurnya dari kelahirannya.
“Aku berusia 34 tahun, berarti aku lahir pada tahun 1984”.

Pada Ny. T (Pasien II) didapatkan data sebagai berikut pasien


dapat menghitung pertanyaan penjumlahan dan pengurangan.
“aku punya 20 apel diberikan ke perawat 5 maka aku punya 15
apel”.

11) Kemampuan Penilaian

Pada pengkajian Ny. F (Pasien I) didapatkan data sebagai


berikut pasien dapat menilai ruangan yang kotor dan yang
bersih.

Pada Ny. T (Pasien II) didapatkan data sebagai berikut pasien


dapat menilai baju, ruangan dan tempat tidur yang kotor dan
yang bersih.

12) Daya Tilik Diri

Pada pengkajian Ny. F (Pasien I) didapatkan data sebagai


berikut pasien menyadari sakit yang dideritanya. “Aku dibawa
kesini karena aku mengamuk dirumah, memecahkan barang-
barang dan memukul anakku”.
41

Pada Ny. T (Pasien II) didapatkan data sebagai berikut pasien


menyadari sakit yang dideritanya. “Aku dibawa kesini karena
aku mengamuk dirumah dan melempar ayah aku dengan batu”.

e. Kebutuhan Perencanaan Pulang

1) Kebutuhan Makan

Pada pengkajian Ny. F (Pasien I) didapatkan data sebagai


berikut pasien makan 3 kali sehari, pasien mampu makan
sendiri tanpa bantuan.

Pada Ny. T (Pasien II) didapatkan data sebagi berikut


pasien makan 3 kali sehari, pasien mampu makan sendiri tanpa
bantuan.

2) Defekasi/Berkemih

Pada pengkajian Ny. F (Pasien I) didapatkan data sebagai


berikut pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri dan tidak
mengalami permasalahan ketika BAB/BAK.

Pada Ny. T (Pasien II) didapatkan data sebagai berikut


pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri dan tidak
mengalami permasalahan ketika BAB/BAK.

3) Mandi

Pada pengkajian Ny. F (Pasien I) didapatkan data sebagai


berikut pasien dapat mandi sendiri tanpa perlu bantuan orang
lain.

Pada Ny. T (Pasien II) didapatkan data sebagai berikut


pasien dapat mandi sendiri tanpa perlu bantuan orang lain.
42

4) Berpakaian/Berhias

Pada pengkajian Ny. F (Pasien I) didapatkan data sebagai


berikut pasien dapat memakai pakaian secara mandiri, pasien
berhias dengan menyisir rambut.

Pada Ny. T (Pasien II) didapatkan data sebagai berikut


pasien dapat memakai pakaian secara mandiri, pasien berhias
dengan menyisir rambut dan memakai bedak.

5) Istirahat tidur

Pada pengkajian Ny. F (Pasien I) didapatkan data sebagai


berikut pasien tidur siang hari antara 1-2 jam dari pukul 13.00 –
15.00, tidur malam hari antara 8-10 jam dari pukul 21.00 –
06.00.

Pada Ny. T (Pasien II) didapatkan data sebagai berikut


pasien tidur siang hari antara 3-4 jam dari pukul 12.00 – 16.00,
tidur malam hari antara 8-9 jam dari pukul 21.00 – 05.00.

f. Makanisme Koping

Pada pengkajian Ny. F (Pasien I) didapatkan data sebagai


berikut pasien mau berbicara dengan orang lain. Pasien mudah
marah.

Pada Ny. T (Pasien II) didapatkan data sebagi berikut pasien


senang berbicara dengan orang lain. Pasien mudah tersinggung.

g. Masalah Psikososial dan Lingkungan

Pada pengkajian Ny. F (Pasien I) didapatkan data sebagai


berikut pasien memiliki masalah dengan keluarganya yaitu
suaminya, pasien merasa sedih karena suaminya tidak
memberikannya uang.
43

Pada Ny. T (Pasien II) didapatkan data sebagi berikut pasien


memiliki masalah dengan keluarganya yaitu ayahnya dan
suaminya, pasien merasa sedih suaminya selalu tidak adil
dengannya.

h. Aspek Medis

Pada pengkajian Ny. F (Pasien I) didapatkan data sebagai


berikut Diagnosa medis Gangguan Bipolar Manik. Clozapine 100
mg melalui per oral dengan interval 1 hari sekali dimalam hari
pukul 19.00. Frimania 200 mg melalui per oral dengan interval 1
hari dua kali di jam 07.00 dan 19.00.

Pada Ny. T (Pasien II) didapatkan data sebagai berikut Diagnosa


medis Skizofrenia Tak Terinci. Chlorpromazine 100 mg melalui
per oral dengan interval 1 hari dua kali jam 07.00 dan jam 19.00.
Resperidone 2 mg melalui per oral dengan interval 1 hari dua kali
jam 07.00 dan jam 19.00. Hexymer 2 mg melalui per oral dengan
interval 1 hari dua kali jam 12.00 dan jam 19.00.

i. Pemeriksaan Penunjang

Pasien I

WBC 8,46 (103/uL), Chlorida 123,1 (mg/dl).

Pasien II

WBC 12,41 (103/uL), HGB 9,8 (g/dL), HCT 33,4 (%), MCV 70,8
(fL), MCH 20,8 (pg), MCHC 29,3 (g/dL), RDW-CV 17,6 (%),
Chlorida 94,5 (mg/dl).

4. Perumusan Masalah

Berdasarkan pengkajian fokus keperawatan sesuai data diatas


didapatkan masalah keperawatan :
44

Pada pengkajian Ny. F (Pasien I) didapatkan masalah keperawatan


sebagai berikut

a. Masalah pertama data subyektif pasien mengatakan “aku tidak


dikasih uang sama suami aku untuk ke salaon dan berbelanja”.
setelah itu aku marah-marah, mengamuk, memecahkan barang-
barang dan memukul anak aku. Data obyektif Pasien berbicara
dengan kotor, keras, cepat, ngotot dan bernada tinggi, Pasien
tampak gelisah dan sering mondar-mandir, Pasien kooperatif.
Masalah keperawatan resiko mencederai diri, orang lain, dan
lingkungan.

b. Masalah kedua data subyektif pasien mengatakan “aku pernah


dibawa ke RSJD Dr Amino Gondohutomo karena menolak
kontrol, menolak minum obat, sering marah-marah, mengamuk
memecahkan barnag-barang”. Data obyektif nada bicara pasien
tinggi, ngotot, postur tubuh kaku. Masalah keperawatan perilaku
kekerasan.

c. Masalah ketiga data subyektif pasien mengatakan “aku sedih,


suami aku jarang memberikan aku uang untuk pergi kesalon dan
berbelanja”. Data obyektif pasien tampak gelisah, sedih dan
kontak mata kurang. Masalah keperawatan gangguan konsep diri
(harga diri rendah)

Pada Ny. T (Pasien II) didapatkan masalah keperawatan sebagi berikut

a. Masalah pertama data subyektif pasien mengatakan. “ayah aku


diberi uang lebih oleh suaminya sedangkan aku hanya sedikit, lalu
aku marah kepada ayah aku, membanting barang-barang,
melempar ayah aku dengan batu dan mengancam ayah aku dengan
pisau”. Data obyektif pasien berbicara dengan keras, cepat, ngotot,
bernada tinggi dan sering berbicara kotor, pasien tampak gelisah
45

dan sering mondar-mandir, pasien kooperatif. Masalah


keperawatan resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan.

b. Masalah kedua data subyektif pasien mengatakan “Aku pernah


dibawa ke RSJD Dr Amino Gondohutomo karena menolak
kontrol, marah-marah dan membanting barang-barang dirumah”.
Data obyektif nada bicara pasien tinggi, cepat, ngotot dan sering
berbicara kotor, postur tubuh kaku dan tangan mengempal.
Masalah keperawatan perilaku kekerasan.

c. Masalah ketiga data subyektif pasien mengatakan “Aku sedih, aku


merasa suami aku sudah tidak peduli dengan aku, memberi aku
uang sedikit dari pada ayah aku”. Data obyektif pasien tampak
gelisah, sedih, kontak mata kurang. Masalah keperawatan
gangguan konsep diri (harga diri rendah)

5. Masalah Keperawatan

Berdasarkan analisa data Ny. F (Pasien I) dan Ny. T (Passien II)


didapatkan masalah keperawatan.

a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

b. Perilaku Kekerasan.

c. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah.

Berdasarkan masalah keperawatan Ny. F (Pasien I) dan Ny. T (Pasien


II) dapat digambarkan dalam pohon masalah sebagai berikut.

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan Akibat

Perilaku Kekerasan/amuk Core Problem

Gangguan Konsep Diri :Harga Diri Rendah Kronis Causa


Gambar 4.1 pohon masalah perilaku kekerasan pada
Ny. F (Pasien I) dan Ny. T (Pasien II)
46

6. Berdasarkan pohon masalah tersebut dapat dirumuskan diagnosa


keperawatan yang utama adalah

1) Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan


dengan perilaku kekerasan.

2) Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.

7. Perencanaan

Dengan diagnosa keperawatan resiko mencederai diri sendiri, orang


lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan pada Ny.
F (pasien I) dan Ny. T (pasien II)

a. Tujuan khusus 1 : Pasien dapat membina hubungan saling percaya


dengan kriteria hasil Pasien mau membalas salam, pasien mau
berjabat tangan, pasien mau menyebutkan nama pasien, pasien
mau tersenyum, pasien mau kontak mata, pasien mau mengetahui
nama perawat.

Intervensi, beri salam atau panggil nama, sebutkan nama perawat


sambil jabat tangan, jelaskan maksud hubungan interaksi, beri rasa
aman dan sikap empati, lakukan kontak singkat tapi sering.

b. Tujuan khusus 2 : Pasien dapat mengidentifikasi penyebab


perilaku kekerasan dengan kriteria hasil Pasien mengungkapkan
perasaannya, pasien dapat mengungkapkan penyebab perasaan
jengkel (dari diri sendiri, orang lain dan lingkungan).

Intervensi, beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan


perasaannya, bantu pasien mengungkapkan penyebab perasaan
jengkel.

c. Tujuan khusus 3 : Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda


perilaku kekerasan dengan kriteria hasil pasien dapat
47

mengungkapkan perasaannya saat marah, pasien dapat


menyimpulkan tanda – tanda marah atau kesal yang dialami.

Intervensi, anjurkan pasien untuk mengungkapkan apa yang


dialami, dan alasan-alasan pasien saat marah/kesal, observasi
tanda-tanda perilaku kekerasan, simpulkan bersama pasien tanda
marah/kesal yang dialami pasien.

d. Tujuan khusus 4 : Pasien dapat mengidentifikasi perilaku


kekerasan yang dilakukan dengan kriteria hasil pasien dapat
mengungkapkan perilaku kekerasan yang dilakukan, pasien dapat
bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa di lakukan,
pasien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyebabkan
masalah atau tidak.

Intervensi, anjurkan pasien untuk mengungkapkan perilaku


kekerasan yang biasa dilakukan, bantu pasien bermain peran
dengan perilaku kekerasan yang biasa di lakukan, bicarakan
dengan pasien apakah dengan cara yang pasien lakukan masalah
selesai.

e. Tujuan khusus 5 : Pasien dapat mengidentifikasi akibat perilaku


kekerasan dengan kriteria hasil pasien dapat menjelaskan akibat
dari cara yang digunakan pasien.

Intervensi, bicarakan akibat/kerugian dari cara yang digunakan


pasien, bersama pasien menyimpulkan akibat cara yang digunakan
pasien, tanyakan pada pasien apakah ia ingin belajar cara baru
yang sehat.

f. Tujuan khusus 6 : Pasien dapat mengidentifikasi cara konstruksi


dalam berespon terhadap kemarahan dengan kriteria hasil Pasien
dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara
konstruktif.
48

Intervensi, tanyakan pada pasien apakah ia mengetahui cara lain


yang sehat, berikan pujian jika pasien mengetahui cara lain yang
sehat, diskusikan dengan pasien cara lain yang sehat.

g. Tujuan khusus 7 : Pasien dapat mendokumentasikan cara


mengontrol perilaku kekerasan dengan kriteria hasil pasien dapat
menjelaskan atau mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku
kekerasan.

Intervensi, bantu pasien memilih cara yang paling tepat untuk


pasien, bantu pasien mengaktifkan manfaat cara yang telah dipilih,
bantu pasien menstimulasi, beri reinforcement atau motivasi
positif, anjurkan pasien mengungkapkan cara yang telah dipelajari
saat marah.

h. Tujuan khusus 8 : Pasien dapat menggunakan obat yang benar


dengan kriteria hasil Dapat menyebutkan obat-obat yang diminum
dan kegunaannya (jenis, dosis, waktu dan efek), Pasien dapat
minum obat sesuai program.

Intervensi, jelaskan jenis-jenis obat yang diminum pasien,


diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat
tanpa ijin, jelaskan prinsip minum obat, jelaskan manfaat minum
obat dan efek obat yang perlu diperhatikan, anjurkan pasien
minum obat tepat waktu, anjurkan pasien melaporkan pada
perawat atau dokter jika merasakan efek yang tidak
menyenangkan, beri pujian jika pasien minum obat dengan benar.

i. Tujuan khusus 9 : Pasien dapat dukungan dari keluarga dalam


mengontrol perilaku dengan kriteria hasil keluarga pasien dapat
menyebutkan cara merawat pasien yang perilaku kekerasan,
mengungkapkan rasa puas dalam merawat pasien.
49

Intervensi, identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat


pasien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap
pasien saat ini, jelaskan peran serta keluarga dalam merawat
pasien, jelaskan cara-cara merawat pasien seperti : terkait dengan
cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif, sikap tenang,
bicara tenang dan jelas, membantu pasien mengenal penyebab
marah.

8. Pelaksanaan

Diagnosa keperawatan resiko mencederai diri sendiri, orang lain


dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan, dalam
melakukan tindakan keperawatan penulis berpedoman pada strategi
pelaksanaan.

Pada Implementasi hari pertama Ny. F (Pasien I) dengan data


sebagai berikut membina hubungan saling percaya dengan cara
memberi salam, berjabat tangan, memperkenalkan diri, menanyakan
perasaan pasien pada hari ini, kontrak waktu. Setelah tindakan
membina hubungan saling percaya tercapai ditunjukkan pasien mau
diajak berbincang – bincang, pasien tampak tersenyum dan mau
mengungkapkan perasaannya. Selanjutnya pasien dilakukan tindakan
SP1P pada hari jum’at tanggal 20 April 2018 pukul 09.00 yaitu
mengidentifikasi penyebab perasaan marah pasien. Mengidentifikasi
tanda dan gejala perilaku kekerasan (tanda fisik dan emosi) saat
perilaku kekerasan itu terjadi. Mengidentifikasi perilaku kekerasan
yang dilakukan atau jenis – jenis tindakan kekerasan yang biasanya
dilakukan, menanyakan kepada pasien bagaimana perasaan setelah
melakukan tindakan kekerasan tersebut, dan mendiskusikan apakah
dengan tindakan kekerasan yang dilakukan pasien permasalahannya
dapat teratasi. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan yang
dilakukan pasien baik pada diri sendiri, orang lain maupun di
50

lingkungan sekitar pasien. Mendiskusikan kepada pasien untuk


mempelajari cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik
pertama yaitu dengan nafas dalam. Membantu pasien mempraktikkan
latihan cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik pertama yaitu
nafas dalam.

Pada Implementasi hari pertama Ny. T (Pasien II) dengan data


sebagai berikut implementasi pada jum’at tanggal 20 April 2018 pukul
10.00 yaitu membina hubungan saling percaya dengan cara memberi
salam, berjabat tangan, memperkenalkan diri, menanyakan perasaan
pasien pada hari ini, kontrak waktu. Setelah tindakan membina
hubungan saling percaya tercapai ditunjukkan pasien mau diajak
berbincang – bincang, pasien tampak tersenyum dan mau
mengungkapkan perasaannya. Selanjutnya pasien dilakukan tindakan
SP1P pada hari jum’at tanggal 20 April 2018 pukul 10.00 yaitu
mengidentifikasi penyebab perasaan marah pasien. Mengidentifikasi
tanda dan gejala perilaku kekerasan (tanda fisik dan emosi) saat
perilaku kekerasan itu terjadi. Mengidentifikasi perilaku kekerasan
yang dilakukan atau jenis – jenis tindakan kekerasan yang biasanya
dilakukan, menanyakan kepada pasien bagaimana perasaan setelah
melakukan tindakan kekerasan tersebut, dan mendiskusikan apakah
dengan tindakan kekerasan yang dilakukan pasien permasalahannya
dapat teratasi. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan yang
dilakukan pasien baik pada diri sendiri, orang lain maupun di
lingkungan sekitar pasien. Mendiskusikan kepada pasien untuk
mempelajari cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik
pertama yaitu dengan nafas dalam. Membantu pasien mempraktikkan
latihan cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik pertama yaitu
nafas dalam.

Pada evaluasi hari kedua Ny. F (Pasien I) dengan data sebagai


berikut pertemuan kedua pada sabtu tanggal 21 April 2018 pukul
51

08.00 WIB tindakan yang dilakukan yaitu SP2P membantu pasien


mengevaluasi tindakan yang telah diajarkan seperti mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara fisik yang pertama yaitu nafas dalam,
melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik yang
kedua yaitu memukul bantal atau guling.

Pada hasil evaluasi hari kedua Ny. T (Pasien II) dengan data
sebagai berikut pertemuan kedua pada sabtu tanggal 21 April 2018
pukul 09.30 WIB tindakan yang dilakukan yaitu SP2P membantu
pasien mengevaluasi tindakan yang telah diajarkan seperti mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara fisik yang pertama yaitu latihan nafas
dalam, melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
fisik yang kedua yaitu memukul bantal atau guling.

Hasil evaluasi hari ketiga Ny. F (Pasien I) dengan data sebagai


berikut pada pertemuan ketiga minggu tanggal 22 April 2018 pukul
08.00 WIB tindakan yang dilakukan yaitu mengevaluasi SP2P cara
memukul bantal/guling dan mengulang SP2P cara memukul
bantal/guling.

Pada evaluasi hasil ketiga Ny. T (Pasien II) dengan data sebagai
berikut pada pertemuan ketiga minggu tanggal 22 April 2018 pukul
09.30 WIB tindakan yang dilakukan yaitu SP3P mengevaluasi
kemampuan pasien pada tindakan yang sudah diajarkan seperti nafas
dalam dan pukul bantal, melatih pasien mengontrol kekerasan secara
verbal atau sosial (menolak, meminta, dan mengungkapkan perasaan
dengan baik).

9. Evaluasi

Hasil evaluasi hari jum’at tanggal 20 April 2018 pukul 12.00 WIB
Ny. F (Pasien I) dengan data sebagai berikut Data Subjektif Pasien
mengatakan marah karena tidak diberi uang oleh suami aku. Pasien
mengatakan saat marah,mengamuk, membanting barang dan memukul
52

anaknya. Pasien mengatakan barang-barangnya rusak dan anaknya


menjauhinya. Pasien mengatakan tidak mengerti cara mengontrol
marahnya. Pasien mengatakan “aku bisa melakukan latihan nafas
dalam”. Pasien mengatakan “lega mas saat melakukan nafas dalam”.
Data objektif pembicaraan pasien cepat. Pasien tampak gelisah. Postur
tubuh kaku, kontak mata kurang. Pasien terlihat kurang benar dalam
melakukan latihan nafas dalam. Pasien terlihat lega dalam melakukan
nafas dalam. Masalah teratasi. Melanjutkan SP2P pada pasien perilaku
kekerasan yaitu dengan cara fisik 2 (memukul bantal/guling).

Sedangkan evaluasi hari jum’at tanggal 20 April 2018 pukul 12.00


WIB Ny.T (Pasien II) dengan data sebagai berikut Data subjektif
Pasien mengatakan marah karena merasa suaminya tidak adil
dengannya. Pasien mengatakan saat marah, mengamuk, membanting
barang, melempar ayahnya dengan batu dan mengancam ayahnya
dengan pisau. Pasien mengatakan barang-barangnya rusak dan
ayahnya menjauhinya. Pasien mengatakan cara mengontrol marahnya
dengan berdoa. Pasien mengatakan bisa melakukan latihan nafas
dalam ditunjukkan dengan pasien dapat mendemonstrasikan cara
mengontrol perilaku kekerasan pertama (nafas dalam). Data Objektif
Pembicaraan pasien cepat, ngotot dan sering berbicara kotor. Pasien
tampak gelisah. Postur tubuh kaku. Masalah teratasi sebagian.
Mengevaluasi SP1P (Nafas dalam). Melanjutkan SP2P pada pasien
perilaku kekerasan yaitu dengan cara fisik 2 (memukul bantal/guling).

Hasil evaluasi hari sabtu 21 April 2018 pukul 12.00 WIB Ny. F
(Pasien I) dengan data sebagai berikut Data subjektif pasien
mengatakan “aku bisa melakukan latihan nafas dalam, seperti ini kan
mas”. Pasien mengatakan “akan melakukan pukul bantal/guling bila
marah”. Pasien mengatakan “aku bisa melakukan dan sudah berlatih
pukul bantal/guling”. Data Objektif pasien mampu melakukan cara
mengontrol perilaku kekerasan fisik I (nafas dalam). Pasien belum
53

optimal dalam melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan fisik II


(memukul bantal/guling), pasien kooperatif, kontak mata kurang,
postur tubuh kaku. Masalah tidak teratasi. Mengevaluasi SP2P
perilaku kekerasan (memukul bantal/guling), mengulang SP2P
perilaku kekerasan (memukul bantal/guling)

Evaluasi hari sabtu 21 April 2018 pukul 12.00 WIB Ny.T (Pasien
II) dengan data sebagai berikut : Data subjektif Pasien mengatakan
“aku sering melakukan latihan nafas dalam saat marah aku muncul”.
Pasien mengatakan akan melakukan pukul bantal/guling bila marah.
Pasien mengatakan “aku bisa melakukan dan sudah berlatih pukul
bantal / guling ketika marah”. Data Objektif Pasien mampu
melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan fisik 1 dan 2 (latihan
nafas dalam, pukul bantal/guling). Pasien kooperatif, kontak mata
kurang. Masalah teratasi. Mengevaluasi SP1P (Nafas dalam) dan
SP2P (Memukul bantal). Melanjutkan SP3P pasien perilaku kekerasan
yaitu melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
verbal.

Hasil evaluasi hari Minggu 22 April 2018 pukul 12.00 WIB Ny. F
(Pasien I) dengan data sebagai berikut Data subjektif pasien
mengatakan “aku melakukan memukul bantal saat marah”. Pasien
mengatakan “rasanya lega mas saat mengeluarkan marah dengan
memukul bantal” Data Objektif pasien terlihat sudah benar dalam
melakukan SP2P (memukul bantal/guling) wajah pasien rileks.
Masalah teratasi. Menganjurkan pasien berlatih cara mengontrol
marah yang telah diajarkan. Perawat melakukan pendelegasian pasien
ke perawat yang bertanggung jawab untuk melanjutkan. SP3P
perilaku kekerasan yaitu melatih pasien mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara verbal.
54

Pada evaluasi hari Minggu 22 April 2018 pukul 12.00 WIB Ny.T
(Pasien II) dengan data sebagai berikut : Data subjektif Pasien
mengatakan “aku latihan nafas dalam dan pukul bantal saat muncul
rasa marah”. Pasien mengatakan “aku sudah bisa mencoba cara
meminta yang baik, menolak yang baik dan berbicara yang baik”.
Pasien mengatakan kecewa dengan suaminya karena aku sebagai
istrinya sendiri hanya diberi uang sedikit. Data objektif Pasien
menungkapkan perasaannya. Pasien mencoba meminta makanan yang
baik ke pasien lain. Pasien terlihat lega.SP3P tercapai sebagian.
Lanjutkan SP4P dengan mengevaluasi SP1P, SP2P, SP3P.
Menganjurkan pasien untuk selalu berlatih cara mengontrol marah
yang telah diajarkan. Perawat melakukan pendelegasian pasien kepada
perawat yang bertanggung jawab untuk melanjutkan SP4P,SP5P
perilaku kekerasan.

B. PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis akan membahas Asuhan Keperawatan Jiwa


dengan perilaku kekerasan dan cara mengontrol marah pada Ny. F (Pasien
I) dan Ny. T (Pasien II) di Ruang Citro Anggodo RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dan mencoba membandingkan antara
dua pasien yang berbeda dengan kasus yang sama pada Ny. F (Pasien I)
dan Ny. T (Pasien II). Penulis menggunakan metode ilmiah yaitu proses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan.

1. Pengkajian

Pada pengkajian Ny. F (Pasien I) yang dilakukan dengan cara


wawancara dengan pasien dan perawat ruangan. Data yang didapat
pasien dirawat sejak tanggal 8 April 2018. Pada saat dilakukan
pengkajian pada tanggal 20 April 2018 didapatkan data Pasien dirawat
55

di RSJD Dr Amino Gondohutomo karena menolak kontrol, menolak


minum obat, sering marah-marah, mengamuk, memecahkan barang-
barang dan memukul anaknya”. Data objektif Nada bicara pasien
tinggi, ngotot, keras, kotor, gelisah, sedih, kontak mata kurang, postur
tubuh kaku dan pasien kooperatif. Dari data yang penulis peroleh dari
perawat ruangan bahwa Ny. F (Pasien I) mengalami Perilaku
Kekerasan.

Pada Pengkajian Ny. T (Pasien II) yang dilakukan dengan cara


wawancara dengan pasien dan perawat ruangan. Data yang didapat
pasien dirawat sejak tanggal 11 April 2018. Pada saat dilakukan
pengkajian pada tanggal 20 April 2018 didapatkan data yaitu pasien
dirawat di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
karena mengamuk, marah-marah, membanting barang, melempar
ayahnya dengan batu dan mengancam ayahnya dengan pisau. Data
objektif pasien berbicara keras, cepat, ngotot, bernada tinggi dan
sering berbicara kotor. Pasien tampak gelisah, sedih, sering mondar
mandir, tangan mengempal, kontak mata kurang dan postur tubuh
kaku. Pasien kooperatif. Dari data yang penulis peroleh dari perawat
ruangan bahwa Ny. T (Pasien II) mengalami Perilaku Kekerasan.

Tanda dan gejala perilaku kekerasan yang diperoleh secara fisik


yaitu

a. Fisik : mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang


mengatup, wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
b. Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor,
berbicara dengan nada keras, kasar, dan ketus.
c. Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain,
merusak lingkungan, amuk/agresif.
56

d. Emosi : tidak adekuat tidak aman dan nyaman, merasa terganggu


dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin
berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.
e. Intelektual : mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan,
dan tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
f. Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan,
tidak bermoral, dan kreativitas terhambat.
g. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan,
dan sindiran.
h. Perhatian : bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan
seksual.
(Fitria, 2009, h.140)

Pada kenyataannya Ny. F (Pasien I) hanya menunjukkan tanda dan


gejala seperti pembicaraan pasien keras, ngotot, cepat, bernada tinggi,
pasien tampak gelisah, sedih, kontak mata kurang, postur tubuh kaku,
pasien kooperatif. Tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan
kenyataan, karena pada kenyataan tanda gejala seperti mata melotot,
tangan mengempal, rahang mengantup, wajah memerah, mengancam,
melukai diri sendiri, jengkel, merasa diri benar, menarik diri,
pengasingan dan melarikan diri yang terdapat pada teori adalah tanda
gejala pasien sebelum diberi penatalaksanaan. Ny. F (Pasien I)
mengalami kemajuan atau perbaikan perilaku secara signifikan. Hal
ini terjadi karena Ny. F (Pasien I) sudah menjalani perawatan di RSJD
Dr. Amino Gondohutomo selama 12 hari dan mendapatkan terapi
obat. Selama pengkajian Ny. F (Pasien I) mengalami peningkatan atau
kemajuan dalam berperilakunya. Pada Ny. F (Pasien I) pernah dirawat
di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah sebanyak
satu kali pada tahun 2017. Pada pengobatan sebelumnya pada tahun
2017, pasien kurang berhasil karena pasien tidak rutin minum obat
dan menolak kontrol. Faktor pencetus pasien kambuh yaitu suaminya
57

tidak memberikan uang dan tidak mau kontrol dan tidak minum obat
secara teratur. Terapi obat yang diberikan pada Ny. F (Pasien I) adalah
clozapine 100 mg sehari 1x yang berguna untuk mengatasi gangguan
mental seperti skizofernia, gejala psikosis pada penderita penyakit
parkinson. Frimania 200 mg sehari 2x yang berguna untuk mengatasi
perubahan mood, over rangsangan, perilaku agresif, hypomania. Hal
ini diperkuat oleh H.M. Fanani, (2013) dengan judul “Perbedaan
Kefektifan antara Clozapine dengan Elektro Convulsive Therapy
dalam Penatalaksanaan Skizofrenia Resisten obat di rumah sakit jiwa
daerah Surakarta” mengatakan bahwa dengan pengobatan clozapine
lebih efektif untuk pasien skizofrenia resisten obat dibandingkan
dengan ECT hal ini dibuktikkan dengan menurunnya skor PANSS.
Saat ini sudah cukup banyak yang menunjukkan bahwa dalam terapi
obat pada pasien gangguan jiwa sangatlah penting dalam proses
penyembuhan pasien.
Pada kenyataannya Ny. T (Pasien II) menunjukkan tanda dan gejala
seperti pasien berbicara dengan keras, cepat, ngotot, bernada tinggi
dan sering berbicara kotor, pasien tampak gelisah, sering mondar
mandir, postur tubuh kaku, tangan mengempal, pasien terlihat gelisah,
sedih, pasien kooperatif. Tidak terdapat kesenjangan antara teori
dengan kenyataan, karena pada kenyataan tanda gejala seperti
mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, merasa terganggu,
dendam, meremehkan, merasa diri berkuasa, menarik diri,
pengasingan, penolakan, melarikan diri yang terdapat pada teori
adalah tanda gejala pasien sebelum diberi penatalaksanaan. Ny. T
(Pasien II) karena sudah menjalani perawatan di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah selama 9 hari, sudah
mendapatkan latihan fisik I nafas dalam dan pemberian terapi obat
secara teratur. Selama pengkajian Ny.T (Pasien II) mengalami
kemajuan dalam berperilakunya. Pada pengobatan februari 2018
pasien kurang berhasil karena pasien tidak rutin minum obat dan
58

menolak kontrol. Faktor pencetus pasien kambuh yaitu pasien merasa


suaminya tidak adil dengannya. Terapi obat yang diberikan pada Ny.
T (Pasien II) adalah Chlorpromazine 100 mg sehari 2x yang berguna
untuk mengendalikan psikomotornya. Resperidone 2 mg sehari 2x
yang berguna untuk mengobati skizofrenia dan gangguan bipolar.
Hexymer 2 mg sehari 2x yang berguna untuk mengobati penyakit
parkinson. Hal ini diperkuat oleh Dr. Edward, (2014) dengan judul
“Pemulihan Gangguan Jiwa : Pedoman Bagi Penderita, Keluarga dan
Relawan Jiwa” mengatakan bahwa dengan pengobatan dan terapi
psikososial ada sekitar 70-90% bisa pulih dan hidup produktif di
masyarakat. Saat ini sudah banyak yang menunjukkan bahwa dalam
terapi obat (psychistric medication) pada pasien gangguan jiwa
sangatlah penting dalam proses penyembuhan pasien..

2. Diagnosa Keperawatan

Pada asuhan keperawatan Ny. F (Pasien I) diagnosa keperawatan yang


muncul yaitu perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri
rendah dengan data subyektif “ aku jarang diberi uang oleh suami aku,
lalu aku jengkel dengan suami aku, marah-marah dirumah,
membanting barang-barang dan memukul anak aku”. “Aku pernah
dibawa ke RSJD Dr Amino Gondohutomo mas, saat itu aku menolak
kontrol, menolak minum obat, sering marah-marah”. Data obyektif
pembicaraan pasien keras, pasien tampak gelisah, pasien kooperatif
namun mudah tersinggung, nada bicara tinggi, postur tubuh kaku, dan
kontak mata kurang. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah
perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah. Tidak
terdapat kesenjangan antara teori dengan kenyataan pada
permasalahan yang dialami pasien sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan dan
mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi
perilaku kekerasan. (Farida dan Yudi, 2010 p.78)
59

Pada asuhan keperawatan Ny.T (Pasien II) diagnosa keperawatan


yang muncul yaitu perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri
rendah dengan data subyektif “Aku marah ayah aku diberi uang lebih
oleh suaminya sedangkan aku hanya sedikit, lalu aku marah kepada
ayah aku, membanting barang-barang, melempar ayah aku dengan
batu dan mengancam ayah aku dengan pisau”. “Aku pernah dibawa ke
RSJD Dr Amino Gondohutomo mas, saat itu aku kesini karena
menolak kontrol, mengamuk karena kesal dengan suami aku yang
tidak adil dengan aku”. Data obyektif pembicaraan pasien keras,
pasien tampak gelisah, pasien kooperatif namun mudah tersinggung,
nada bicara tinggi, postur tubuh kaku, dan kontak mata kurang.
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah perilaku kekerasan
berhubungan dengan harga diri rendah. Tidak terdapat kesenjangan
antara teori dengan kenyataan pada permasalahan yang dialami pasien
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa seseorang untuk
mencapai suatu tujuan dan mengalami hambatan akan timbul
dorongan agresif yang memotivasi perilaku kekerasan. (Farida dan
Yudi, 2010 p.78).

3. Intervensi

Rencana keperawatan untuk diagnosa keperawatan perilaku


kekerasan pada Ny. F (Pasien I) dilakukan pada hari jum’at tanggal 20
April 2018 pukul 09.00 dan pada Ny. T (Pasien II) dilakukan pada
hari Jum’at tanggal 20 April 018 pukul 10.00 WIB.

Intervensi Keperawatan yang dilakukan pada Ny. F (Pasien I) dan Ny.


T (Pasien II) dengan menggunakan Tujuan Umum yaitu klien tidak
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya dan Tujuan
Khusus yaitu Klien dapat membina hubungan saling percaya, klien
dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, klien dapat
mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan, klien dapat
60

mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan, klien dapat


mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan, klien dapat
mengidentifikasi cara konstruksi dalam berespon terhadap kemarahan,
klien dapat mendokumentasikan cara mengontrol perilaku kekerasan,
klien dapat menggunakan obat yang benar, klien dapat dukungan dari
keluarga dalam mengontrol perilaku, klien mendapat perlindungan
dari lingkungan untuk mengontrol perilaku kekerasan. (Muhith, 2015
p.164)

Pada teori mempunyai 1 tujuan umum dan 10 tujuan khusus. Pada


kelolaan kasus pasien Ny. F (Pasien I) dan Ny. T (Pasien II) tercapai 8
Tujuan Khusus yaitu klien dapat membina hubungan saling percaya,
klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, klien dapat
mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan, klien dapat
mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan, klien dapat
mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan, klien dapat
mengidentifikasi cara konstruksi dalam berespon terhadap kemarahan,
klien dapat mendokumentasikan cara mengontrol perilaku kekerasan,
klien dapat menggunakan obat yang benar. Dalam rencana
keperawatan yang disusun pada Ny. F (Pasien I) dan Ny. T (Pasien II)
sesuai dengan teori diatas.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi pada pasien dengan perilaku kekerasan yaitu


menggunakan SP 1 Pasien, SP 2 Pasien, SP 3 Pasien, SP 4 Pasien, SP
5 Pasien dan SP 1 Keluarga, SP 2 Keluarga, SP 3 keluarga.
Implementasi keperawatan pada Ny. F (Pasien I) dan Ny. T (Pasien II)
dilaksanakan 3 hari yaitu tanggal 20-22 April 2018 dengan
menggunakan strategi pelaksanaan pasien. Pada strategi pelaksanaan
pasien penulis menemukan perbedaan antara Ny. F (Pasien I) dan Ny.
T (Pasien II).
61

Pada pelaksanaan tindakan keperawatan hari jum’at 20 april 2018


Ny. F (Pasien I) sudah bisa melakukan latihan nafas dalam dengan
benar dan pasien mengatakan “lega mas rasanya setelah nafas dalam”
dibuktikan bahwa pasien terlihat kooperatif setelah melakukan latihan
nafas dalam. Pada Ny. T (Pasien II) sudah dapat melakukan latihan
nafas dalam dengan benar dan pasien mengatakan “aku merasa lega
mas setelah latihan nafas dalam” dibuktikan bahwa pasien terlihat
kooperatif setelah melakukan latihan nafas dalam.

Pada pelaksanaan tindakan keperawatan hari sabtu 21 april 2018


Ny. F (Pasien I) dapat melakukan nafas dalam secara mandiri
dibuktikan dengan jadwal latihan dan belum optimal dalam
melakukan latihan memukul bantal/guling. Pada Ny. T (Pasien II)
dapat melakukan latihan nafas dalam secara mandiri dan dapat
melakukan latihan memukul bantal/guling dengan benar.

Pada pelaksanaan tindakan keperawatan hari minggu 22 april 2018


Ny. F (Pasien I) mengulang tindakan latihan memukul bantal dengan
hasil dapat melakukan latihan memukul bantal/guling dengan benar.
Pada Ny. T (Pasien II) dapat melakukan latihan memukul bantal
dengan benar saat marah dan dapat melakukan latihan meminta,
menolak dan berkata baik dibuktikan dengan Ny. T meminta kue
kepada pasien lainnya

Dari data tersebut didapatkan hasil sebagai berikut : Ny. F (Pasien


I) dan Ny. T (Pasien II) dapat melakukan SP2P (Latihan memukul
bantal/guling) dengan benar saat pasien marah, dibuktikan dengan Ny.
F (Pasien I) dan Ny. T (Pasien II) melakukan dengan benar saat
melakukan latihan memukul bantal yaitu menyalurkan energy dengan
memukul bantal dengan hasil pasien kooperatif tidak menunjukkan
perilaku yang agresif. Didukung dengan jurnal Retno Yuli Hastuti
yang berjudul “Efektifitas Teknik Memukul Terhadap Perubahan
62

Status Emosi : Marah Klien Skizofrenia” menyatakan bahwa hasil dari


32 responden terdapat perbedaan status emosi sebelum dan sesudah
melakukan teknik memukul bantal. Pemberian teknik memukul
bantal/guling mengalami penurunan status emosi pada 32 responden.

Pada Ny. F (Pasien I) mendapatkan terapi obat clozapine 100 mg


sehari 1x dengan kegunaan mengobati gangguan mental atau mood
tertentu (skizofrenia) dan penyakit parkinson. Efek samping sakit
kepala, mengantuk, pusing, pandangan kabur, tremor dan nafsu makan
menurun. Frimania 200 mg sehari 2x dengan kegunaan mengobati
perubahan mood, emosi berlebihan, hypomania, perilaku agresif. Efek
samping memori menurun, kebingungan, diare, haus meningkat dan
peningkatan BAK.

Pada Ny. T (Pasien II) mendapatkan terapi obat chlorpromazine


100 mg sehari 2x dengan kegunaan mengobati gangguan jiwa atau
suasana hati tertentu (seperti skizofrenia, gangguan psikotik, fase
manik dari gangguan bipolar, masalah perilaku yang parah pada anak-
anak). Efek samping tremor, gelisah, mual sakit perut, nyeri sendi,
pikiran yang tidak biasa. Resperidone 2 mg sehari 2x dengan
kegunaan mengobati gangguan mental/mood tertentu seperti
skizofrenia, gangguan bipolar, gangguan autis. Efek samping tremor,
kejang, mimisan, masalah menelan, pucat, perasaan ingin pingsan.
hexymer 2 mg sehari 2x dengan kegunaan mengobati penyakit
parkinson. Efek samping sakit kepala, sembelit, mulut kering, kantuk.
(Prabowo, 2014, p 145).

Dalam SP4P dan SP5P juga sedikit mengalami permasalahan


karena keterbatasan waktu dalam memberikan informasi tentang
manfaat beribadah dan akibat jika tidak mengkonsumsi obat. Karena
pada Ny. F (Pasien I) SP3P, SP4P dan SP5P belum tercapai dan pada
Ny. T (Pasien II) SP4P dan SP5P belum tercapai maka didelegasikan
63

kepada perawat ruangan. Peran perawat sangat penting dalam


kesembuhan pasien untuk proses penyembuhan pasien diantaranya
memberikan asuhan keperawatan jiwa dengan gangguan perilaku
kekerasan dan mengajarkan strategi pelaksanaan pasien (SP Pasien).
Dalam melaksanakan strategi pelaksanaan (SP) menggunakan
komunikasi terapeutik yang digunakan dalam semua tindakan medis
baik dalam keperawatan umum maupun keperawatan jiwa.

5. Evaluasi

Dalam melakukan evaluasi pada saat memberikan asuhan


keperawatan jiwa pada Ny. F dan Ny. T dengan perilaku kekerasan,
penulis menggunakan evaluasi formatif.

Hasil evaluasi hari jum’at tanggal 20 April 2018 pukul 12.00 WIB
Ny. F (Pasien I) dengan data sebagai berikut Data Subjektif Pasien
mengatakan marah karena tidak diberi uang oleh suami aku. Pasien
mengatakan saat marah, mengamuk, membanting barang dan
memukul anaknya. Pasien mengatakan barang-barangnya rusak dan
anaknya menjauhinya. Pasien mengatakan tidak mengerti cara
mengontrol marahnya. Pasien mengatakan “aku bisa melakukan
latihan nafas dalam”. Data objektif Pembicaraan pasien cepat. Pasien
tampak gelisah. Postur tubuh kaku, kontak mata kurang. Pasien
terlihat lega dalam melakukan latihan nafas dalam. Masalah teratasi.
Melanjutkan SP2P pada pasien perilaku kekerasan yaitu dengan cara
fisik II (memukul bantal/guling).

Pada evaluasi hari jum’at tanggal 20 April 2018 pukul 12.00 WIB
Ny.T (Pasien II) dengan data sebagai berikut Data subjektif Pasien
mengatakan marah karena merasa suaminya tidak adil dengannya.
Pasien mengatakan saat marah, mengamuk, membanting barang,
melempar ayahnya dengan batu dan mengancam ayahnya dengan
pisau. Pasien mengatakan barang-barangnya rusak dan ayahnya
64

menjauhinya. Pasien mengatakan cara mengontrol marahnya dengan


berdoa. Pasien mengatakan bisa melakukan latihan nafas dalam
ditunjukkan dengan pasien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol
perilaku kekerasan pertama (nafas dalam). Data Objektif Pembicaraan
pasien cepat, ngotot dan sering berbicara kotor. Pasien tampak gelisah.
Postur tubuh kaku. Masalah teratasi sebagian. Mengevaluasi SP1P
(Nafas dalam). Melanjutkan SP2P pada pasien perilaku kekerasan
yaitu dengan cara fisik 2 (memukul bantal/guling)

Hasil evaluasi hari sabtu 21 April 2018 pukul 12.00 WIB Ny. F
(Pasien I) dengan data sebagai berikut Data subjektif Pasien
mengatakan “aku bisa melakukan latihan nafas dalam, seperti ini kan
mas”. Pasien mengatakan “akan melakukan pukul bantal/guling bila
marah”. Pasien mengatakan aku bisa melakukan dan sudah berlatih
pukul bantal/guling”. Data Objektif Pasien mampu melakukan cara
mengontrol perilaku kekerasan fisik I (nafas dalam), pasien belum
optimal dalam melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan fisik II
(memukul bantal/guling), pasien kooperatif, kontak mata kurang dan
postur tubuh kaku. Masalah tidak teratasi. Mengevaluasi SP2P
perilaku kekerasan (memukul bantal/guling). Mengulang SP2P
perilaku kekerasan (memukul bantal/guling).

Pada evaluasi hari sabtu 21 April 2018 pukul 12.00 WIB Ny.T
(Pasien II) dengan data sebagai berikut Data subjektif Pasien
mengatakan “aku sering melakukan latihan nafas dalam saat marah
aku muncul”. Pasien mengatakan akan melakukan pukul bantal/guling
bila marah. Pasien mengatakan “aku bisa melakukan dan sudah
berlatih pukul bantal / guling ketika marah”. Data Objektif Pasien
mampu melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan fisik 1 dan 2
(latihan nafas dalam, pukul bantal/guling). Pasien kooperatif, kontak
mata kurang. Masalah teratasi. Mengevaluasi SP1P (Nafas dalam) dan
SP2P (Memukul bantal). Melanjutkan SP3P pasien perilaku kekerasan
65

yaitu melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara


verbal.

Hasil evaluasi hari Minggu 22 April 2018 pukul 12.00 WIB Ny. F
(Pasien I) dengan data sebagai berikut Data subjektif pasien
mengatakan “aku melakukan memukul bantal saat marah”. Pasien
mengatakan “rasanya lega mas saat mengeluarkan marah dengan
memukul bantal”. Data Objektif Pasien terlihat sudah benar dalam
melakukan SP2P (memukul bantal/guling). Wajah pasien rileks.
Masalah teratasi. Menganjurkan pasien berlatih cara mengontrol
marah yang telah diajarkan. Perawat melakukan pendelegasian pasien
ke perawat yang bertanggung jawab untuk melanjutkan SP3P perilaku
kekerasan yaitu melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara verbal.

Pada evaluasi hari Minggu 22 April 2018 pukul 12.00 WIB Ny.T
(Pasien II) dengan data sebagai berikut : Data subjektif Pasien
mengatakan “aku latihan nafas dalam dan pukul bantal saat muncul
rasa marah”. Pasien mengatakan “aku sudah bisa mencoba cara
meminta yang baik, menolak yang baik dan berbicara yang baik”.
Pasien mengatakan kecewa dengan suaminya karena aku sebagai
istrinya sendiri hanya diberi uang sedikit. Data objektif Pasien
menungkapkan perasaannya. Pasien mencoba meminta makanan yang
baik ke pasien lain. Pasien terlihat lega.SP3P tercapai sebagian.
Lanjutkan SP4P dengan mengevaluasi SP1P, SP2P, SP3P.
Menganjurkan pasien untuk selalu berlatih cara mengontrol marah
yang telah diajarkan. Perawat melakukan pendelegasian pasien kepada
perawat yang bertanggung jawab untuk melanjutkan SP4P, SP5P
perilaku kekerasan.

Evaluasi pada Ny. F (Pasien I) dan Ny. T (Pasien II) sesuai dengan
tujuan khusus yang terdapat pada teori seperti membina hubungan
66

saling percaya, mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan,


mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan, mengidentifikasi
perilaku kekerasan yang dilakukan, mengidentifikasi akibat perilaku
kekerasan dan mengidentifikasi cara konstruksi daalam berespon
terhadap kemarahan. (Muhith, 2015 p.164).

C. KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan


prosedur ilmiah, namun demikian penulis masih memiliki keterbatasan
dalam melakukan penelitian seperti

Pada Ny. F (Pasien I) terdapat keterbatasan dalam melakukan SP3P


(mengontrol marah secara verbal), SP4P (mengontrol marah dengan cara
spiritual sholat dan berdoa), dan SP5P (mengontrol marah dengan minum
obat secara teratur). Tidakan SP3P, SP4P dan SP5P tidak dilakukan karena
keterbatasan waktu dalam melakukan asuhan keperawatan kepada
perawat ruangan untuk dilakukan tindakan berikutnya. Ketidakhadiran
keluarga membuat tindakan SP1K, SP2K dan SP3K tidak tercapai.

Pada Ny. T (Pasien II) terdapat keterbatasan dalam melakukan SP4P


(mengontrol marah dengan cara spiritual sholat dan berdoa), dan SP5P
(mengontrol marah dengan minum obat secara teratur). Tidakan SP4P dan
SP5P tidak dilakukan karena keterbatasan waktu dalam melakukan asuhan
keperawatan kepada perawat ruangan untuk dilakukan tindakan
berikutnya. Ketidakhadiran keluarga membuat tindakan SP1K, SP2K dan
SP3K tidak tercapai.

Anda mungkin juga menyukai