A. HASIL PENELITIAN
2. Biodata Pasien
32
33
3. Pengkajian
a. Riwayat Pasien
b. Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksaan Psikososial
1) Genogram
2) Konsep Diri
3) Hubungan Sosial
Pada pengkajian hubungan sosial Ny. F (Pasien I)
didapatkan data sebagai berikut pasien mengatakan ‘orang yang
berarti di dalam hidupnya adalah anakku”. Pasien mengatakan
“saat aku dirumah sering mengikuti arisan dan pengajian yang
diadakan dimasyarakat”. Pasien mengatakan “aku tidak ada
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain”.
Pada Ny. T (Pasien II) didapatkan data sebagai berikut
pasien mengatakan “orang yang berarti di dalam hidupnya
adalah ibu dan anakku”. Pasien mengatakan “saat aku dirumah
sering mengikuti arisan, pengajian dan gotong royong yang
diadakan dimasyarakat”. Pasien mengatakan “aku tidak ada
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain”.
4) Spiritual
Pada pengkajian spiritual Ny. F (Pasien I) didapatkan data
sebagai berikut pasien mengatakan “aku beragama Islam, sering
mengikuti pengajian dan ceramah-ceramah di masjid”. Pasien
37
1) Penampilan
2) Pembicaraan
3) Aktifitas Motorik
6) Persepsi-Sensori
7) Proses Pikir
8) Tingkat Kesadaran
9) Memori
tadi sudah makan pada pagi hari, sholat dan aku juga sudah
mandi”.
1) Kebutuhan Makan
2) Defekasi/Berkemih
3) Mandi
4) Berpakaian/Berhias
5) Istirahat tidur
f. Makanisme Koping
h. Aspek Medis
i. Pemeriksaan Penunjang
Pasien I
Pasien II
WBC 12,41 (103/uL), HGB 9,8 (g/dL), HCT 33,4 (%), MCV 70,8
(fL), MCH 20,8 (pg), MCHC 29,3 (g/dL), RDW-CV 17,6 (%),
Chlorida 94,5 (mg/dl).
4. Perumusan Masalah
5. Masalah Keperawatan
b. Perilaku Kekerasan.
7. Perencanaan
8. Pelaksanaan
Pada hasil evaluasi hari kedua Ny. T (Pasien II) dengan data
sebagai berikut pertemuan kedua pada sabtu tanggal 21 April 2018
pukul 09.30 WIB tindakan yang dilakukan yaitu SP2P membantu
pasien mengevaluasi tindakan yang telah diajarkan seperti mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara fisik yang pertama yaitu latihan nafas
dalam, melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
fisik yang kedua yaitu memukul bantal atau guling.
Pada evaluasi hasil ketiga Ny. T (Pasien II) dengan data sebagai
berikut pada pertemuan ketiga minggu tanggal 22 April 2018 pukul
09.30 WIB tindakan yang dilakukan yaitu SP3P mengevaluasi
kemampuan pasien pada tindakan yang sudah diajarkan seperti nafas
dalam dan pukul bantal, melatih pasien mengontrol kekerasan secara
verbal atau sosial (menolak, meminta, dan mengungkapkan perasaan
dengan baik).
9. Evaluasi
Hasil evaluasi hari jum’at tanggal 20 April 2018 pukul 12.00 WIB
Ny. F (Pasien I) dengan data sebagai berikut Data Subjektif Pasien
mengatakan marah karena tidak diberi uang oleh suami aku. Pasien
mengatakan saat marah,mengamuk, membanting barang dan memukul
52
Hasil evaluasi hari sabtu 21 April 2018 pukul 12.00 WIB Ny. F
(Pasien I) dengan data sebagai berikut Data subjektif pasien
mengatakan “aku bisa melakukan latihan nafas dalam, seperti ini kan
mas”. Pasien mengatakan “akan melakukan pukul bantal/guling bila
marah”. Pasien mengatakan “aku bisa melakukan dan sudah berlatih
pukul bantal/guling”. Data Objektif pasien mampu melakukan cara
mengontrol perilaku kekerasan fisik I (nafas dalam). Pasien belum
53
Evaluasi hari sabtu 21 April 2018 pukul 12.00 WIB Ny.T (Pasien
II) dengan data sebagai berikut : Data subjektif Pasien mengatakan
“aku sering melakukan latihan nafas dalam saat marah aku muncul”.
Pasien mengatakan akan melakukan pukul bantal/guling bila marah.
Pasien mengatakan “aku bisa melakukan dan sudah berlatih pukul
bantal / guling ketika marah”. Data Objektif Pasien mampu
melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan fisik 1 dan 2 (latihan
nafas dalam, pukul bantal/guling). Pasien kooperatif, kontak mata
kurang. Masalah teratasi. Mengevaluasi SP1P (Nafas dalam) dan
SP2P (Memukul bantal). Melanjutkan SP3P pasien perilaku kekerasan
yaitu melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
verbal.
Hasil evaluasi hari Minggu 22 April 2018 pukul 12.00 WIB Ny. F
(Pasien I) dengan data sebagai berikut Data subjektif pasien
mengatakan “aku melakukan memukul bantal saat marah”. Pasien
mengatakan “rasanya lega mas saat mengeluarkan marah dengan
memukul bantal” Data Objektif pasien terlihat sudah benar dalam
melakukan SP2P (memukul bantal/guling) wajah pasien rileks.
Masalah teratasi. Menganjurkan pasien berlatih cara mengontrol
marah yang telah diajarkan. Perawat melakukan pendelegasian pasien
ke perawat yang bertanggung jawab untuk melanjutkan. SP3P
perilaku kekerasan yaitu melatih pasien mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara verbal.
54
Pada evaluasi hari Minggu 22 April 2018 pukul 12.00 WIB Ny.T
(Pasien II) dengan data sebagai berikut : Data subjektif Pasien
mengatakan “aku latihan nafas dalam dan pukul bantal saat muncul
rasa marah”. Pasien mengatakan “aku sudah bisa mencoba cara
meminta yang baik, menolak yang baik dan berbicara yang baik”.
Pasien mengatakan kecewa dengan suaminya karena aku sebagai
istrinya sendiri hanya diberi uang sedikit. Data objektif Pasien
menungkapkan perasaannya. Pasien mencoba meminta makanan yang
baik ke pasien lain. Pasien terlihat lega.SP3P tercapai sebagian.
Lanjutkan SP4P dengan mengevaluasi SP1P, SP2P, SP3P.
Menganjurkan pasien untuk selalu berlatih cara mengontrol marah
yang telah diajarkan. Perawat melakukan pendelegasian pasien kepada
perawat yang bertanggung jawab untuk melanjutkan SP4P,SP5P
perilaku kekerasan.
B. PEMBAHASAN
1. Pengkajian
tidak memberikan uang dan tidak mau kontrol dan tidak minum obat
secara teratur. Terapi obat yang diberikan pada Ny. F (Pasien I) adalah
clozapine 100 mg sehari 1x yang berguna untuk mengatasi gangguan
mental seperti skizofernia, gejala psikosis pada penderita penyakit
parkinson. Frimania 200 mg sehari 2x yang berguna untuk mengatasi
perubahan mood, over rangsangan, perilaku agresif, hypomania. Hal
ini diperkuat oleh H.M. Fanani, (2013) dengan judul “Perbedaan
Kefektifan antara Clozapine dengan Elektro Convulsive Therapy
dalam Penatalaksanaan Skizofrenia Resisten obat di rumah sakit jiwa
daerah Surakarta” mengatakan bahwa dengan pengobatan clozapine
lebih efektif untuk pasien skizofrenia resisten obat dibandingkan
dengan ECT hal ini dibuktikkan dengan menurunnya skor PANSS.
Saat ini sudah cukup banyak yang menunjukkan bahwa dalam terapi
obat pada pasien gangguan jiwa sangatlah penting dalam proses
penyembuhan pasien.
Pada kenyataannya Ny. T (Pasien II) menunjukkan tanda dan gejala
seperti pasien berbicara dengan keras, cepat, ngotot, bernada tinggi
dan sering berbicara kotor, pasien tampak gelisah, sering mondar
mandir, postur tubuh kaku, tangan mengempal, pasien terlihat gelisah,
sedih, pasien kooperatif. Tidak terdapat kesenjangan antara teori
dengan kenyataan, karena pada kenyataan tanda gejala seperti
mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, merasa terganggu,
dendam, meremehkan, merasa diri berkuasa, menarik diri,
pengasingan, penolakan, melarikan diri yang terdapat pada teori
adalah tanda gejala pasien sebelum diberi penatalaksanaan. Ny. T
(Pasien II) karena sudah menjalani perawatan di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah selama 9 hari, sudah
mendapatkan latihan fisik I nafas dalam dan pemberian terapi obat
secara teratur. Selama pengkajian Ny.T (Pasien II) mengalami
kemajuan dalam berperilakunya. Pada pengobatan februari 2018
pasien kurang berhasil karena pasien tidak rutin minum obat dan
58
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi
Hasil evaluasi hari jum’at tanggal 20 April 2018 pukul 12.00 WIB
Ny. F (Pasien I) dengan data sebagai berikut Data Subjektif Pasien
mengatakan marah karena tidak diberi uang oleh suami aku. Pasien
mengatakan saat marah, mengamuk, membanting barang dan
memukul anaknya. Pasien mengatakan barang-barangnya rusak dan
anaknya menjauhinya. Pasien mengatakan tidak mengerti cara
mengontrol marahnya. Pasien mengatakan “aku bisa melakukan
latihan nafas dalam”. Data objektif Pembicaraan pasien cepat. Pasien
tampak gelisah. Postur tubuh kaku, kontak mata kurang. Pasien
terlihat lega dalam melakukan latihan nafas dalam. Masalah teratasi.
Melanjutkan SP2P pada pasien perilaku kekerasan yaitu dengan cara
fisik II (memukul bantal/guling).
Pada evaluasi hari jum’at tanggal 20 April 2018 pukul 12.00 WIB
Ny.T (Pasien II) dengan data sebagai berikut Data subjektif Pasien
mengatakan marah karena merasa suaminya tidak adil dengannya.
Pasien mengatakan saat marah, mengamuk, membanting barang,
melempar ayahnya dengan batu dan mengancam ayahnya dengan
pisau. Pasien mengatakan barang-barangnya rusak dan ayahnya
64
Hasil evaluasi hari sabtu 21 April 2018 pukul 12.00 WIB Ny. F
(Pasien I) dengan data sebagai berikut Data subjektif Pasien
mengatakan “aku bisa melakukan latihan nafas dalam, seperti ini kan
mas”. Pasien mengatakan “akan melakukan pukul bantal/guling bila
marah”. Pasien mengatakan aku bisa melakukan dan sudah berlatih
pukul bantal/guling”. Data Objektif Pasien mampu melakukan cara
mengontrol perilaku kekerasan fisik I (nafas dalam), pasien belum
optimal dalam melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan fisik II
(memukul bantal/guling), pasien kooperatif, kontak mata kurang dan
postur tubuh kaku. Masalah tidak teratasi. Mengevaluasi SP2P
perilaku kekerasan (memukul bantal/guling). Mengulang SP2P
perilaku kekerasan (memukul bantal/guling).
Pada evaluasi hari sabtu 21 April 2018 pukul 12.00 WIB Ny.T
(Pasien II) dengan data sebagai berikut Data subjektif Pasien
mengatakan “aku sering melakukan latihan nafas dalam saat marah
aku muncul”. Pasien mengatakan akan melakukan pukul bantal/guling
bila marah. Pasien mengatakan “aku bisa melakukan dan sudah
berlatih pukul bantal / guling ketika marah”. Data Objektif Pasien
mampu melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan fisik 1 dan 2
(latihan nafas dalam, pukul bantal/guling). Pasien kooperatif, kontak
mata kurang. Masalah teratasi. Mengevaluasi SP1P (Nafas dalam) dan
SP2P (Memukul bantal). Melanjutkan SP3P pasien perilaku kekerasan
65
Hasil evaluasi hari Minggu 22 April 2018 pukul 12.00 WIB Ny. F
(Pasien I) dengan data sebagai berikut Data subjektif pasien
mengatakan “aku melakukan memukul bantal saat marah”. Pasien
mengatakan “rasanya lega mas saat mengeluarkan marah dengan
memukul bantal”. Data Objektif Pasien terlihat sudah benar dalam
melakukan SP2P (memukul bantal/guling). Wajah pasien rileks.
Masalah teratasi. Menganjurkan pasien berlatih cara mengontrol
marah yang telah diajarkan. Perawat melakukan pendelegasian pasien
ke perawat yang bertanggung jawab untuk melanjutkan SP3P perilaku
kekerasan yaitu melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara verbal.
Pada evaluasi hari Minggu 22 April 2018 pukul 12.00 WIB Ny.T
(Pasien II) dengan data sebagai berikut : Data subjektif Pasien
mengatakan “aku latihan nafas dalam dan pukul bantal saat muncul
rasa marah”. Pasien mengatakan “aku sudah bisa mencoba cara
meminta yang baik, menolak yang baik dan berbicara yang baik”.
Pasien mengatakan kecewa dengan suaminya karena aku sebagai
istrinya sendiri hanya diberi uang sedikit. Data objektif Pasien
menungkapkan perasaannya. Pasien mencoba meminta makanan yang
baik ke pasien lain. Pasien terlihat lega.SP3P tercapai sebagian.
Lanjutkan SP4P dengan mengevaluasi SP1P, SP2P, SP3P.
Menganjurkan pasien untuk selalu berlatih cara mengontrol marah
yang telah diajarkan. Perawat melakukan pendelegasian pasien kepada
perawat yang bertanggung jawab untuk melanjutkan SP4P, SP5P
perilaku kekerasan.
Evaluasi pada Ny. F (Pasien I) dan Ny. T (Pasien II) sesuai dengan
tujuan khusus yang terdapat pada teori seperti membina hubungan
66
C. KETERBATASAN PENELITIAN