Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

Disusun Oleh:
Septy Hayatun Nufush
2019205201038

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2021
A. Konsep Dasar Harga Diri Rendah Kronis

1. Pengertian

Menurut Stuart, 2006 dalam Damayanti dan Iskandar Harga diri merupakan

penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis

beberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah

perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun

melakuakn kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetap merasa sebagai seorang

yang penting dan berharga ( Damaiyanti & Iskandar, 2012).

Harga diri rendah kronis (chronic low self-esteem) merupakan perasaan yang

timbul akibat evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau kemampuan diri negatif

yang sudah berlangsung lama (Townsend, 2009 dalam Sutejo 2021).

Harga diri rendah kronis juga merupakan evalusasi diri atau kemampuan diri yang

negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama (NANDA, 2016). Sedangkan

berdasarkan SDKI, 2016 harga diri rendah kronis merupakan evaluasi atau

perasaan negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan klien seperti tidak berarti,

tidak berharga, tidak berdaya yang berlangsung dalam waktu lama dan terus

menerus (SDKI, 2016).

2. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah Kronis

Harga diri rendah kronis merupakan gangguann yang terjadi pada diri klien akibat

harga diri rendah situasional yang tidak diselesaikan atau ketiadaan feed back

(umpan balik) positif dari lingkungan mengenai prilaku klien sebelumnya. Selain
itu, respon negatif dari lingkungan juga turut berperan terhadap gangguan harga

diri rendah kronis. Beberapa faktor yang mendasari harga diri rendah kronis, klien

awalnya dihadapkan pada stressor (kris) dan berusaha untuk menyelesaikannya,

tetapi tidak sampai tuntas. Hal ini menimbulkan pikiran bahwa ia tidak mampu

atau gagal dalam menjalankan fungsi dan perannya. Penilaian negatif atas

kegagalannya ini merupakan kondidi harga diri rendah situasional yang kemudian

menjadi harga diri rendah kronis akibat ketiadaan dukungan positif atau

penyalahan secara terus menerus kepada klien (Sutejo, 2021).

3. Faktor Predisposisi Dan Presipitasi

a. Faktor Predisposisi

Gangguan konsep diri harga diri rendah kronis dipengaruhi oleh beberapa

faktor predisposisi, seperti faktor biologis, psikologis, sosial dan kultural

(Sutejo, 2021).

1. Faktor Biologis

Dari faktor biologis harga diri rendah biasanya terjadi karena adanya

kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara umum.

Hal ini juga berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak,

seperti menurunnya kadar serotonin yang dapat mengakibatkan klien

mengalami depresi. Pada klien depresi, kecendrungan harga diri rendah

kronis semakin besar karena lebih dikuasai oleh pikiran- pikiran negatif

dan tidak berdaya. Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada

kasus harga diri rendah kronis adalah sistem limbik (pusat emosi);

hipotalamus yang mengatur mood dan motifasi; thalamus sebagai sistem


pengatur arus informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan; dan

amigdala yang berhubungan dengan emosi.

2. Faktor Psikologis

Berdasarkan faktor psikologis, harga diri rendah kronis berhubungan

dengan pola asuh dan kemampuan individu dalam menjalankan peran dan

fungsi. Dari segi psikologis, hal hal yang dapat mengakibatkan individu

mengalami harga diri rendah kronis dapat meliputi penolakan orang tua,

harapan orang tua yang tidak realistis, orang tua yang tidak percaya pada

anak, tekanan teman sebaya, peran yang tidak sesuai dengan jenis kelamin,

serta peran dalam pekerjaan.

3. Faktor Sosial

Faktor sosial yang sangat mempengaruhi proses terjadinya harga diri

rendah kronis adalah status ekonomi, lingkungan, kultur sosial yang

berubah. Faktor kultural dapat dilihat dari tuntutan peran sesuai

kebudayaan yang sering menjadi pemicu meningkatnya kejadian harga diri

rendah kronis, seperti pada kasus wanita harus sudah menikah jika umur

mencapai dua puluhan atau perubahan kultur kearah gaya hidup

individualisme.

b. Faktor Presipitasi

Hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,

kegagalan atau menurunnya produktivitas menjadi faktor presipitasi gangguan

konsep diri harga diri rendah kronis (Sutejo, 2021).

4. Tanda Dan Gejala


Klien dengan gangguan harga diri rendah kronis memiliki batasan karakteristik

berikut ini:

a. Ucapan ucapan negatif atau kritik negatif terhadap diri sendiri.

b. Ekspresi rasa malu atau bersalah.

c. Mengevaluasi diri sendiri sebagai akibat dari ketidak mampuan menghadapi

kejadian.

d. Merasionalisasi penolakan atau adanya penolakan terhadap umpan balik

positif serta melebih lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri.

e. Ragu-ragu untuk mencoba hal atau situasi baru (Sutejo, 2021).

5. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Aktualisasi Konsep Harga diri Keracunan Depersonalisasi

diri diri positif rendah identitas

(Stuart, 2013 dalam Sutejo,2021)

Keterangan

a. Aktualisasi diri merupakan pernyataan diri tentang konsep diri yang positip

dengan latar belakang pengalaman yang nyata, sukses, dan diterima.

b. Konsep diri positif merupakan kondisi individu yang memiliki pengalaman yang

positif dalam beraktualisasi diri.

c. Harga diri rendah adalah transisi atau peralihan respon konsep diri adaptif dengan

konsep maladaptif.
d. Identitas kacau adalah kegagalan individu dalam mengintegrasikan aspek aspek

identitas masa kanak kanak kedalam kematangan aspek psikososial kepribadian

pada masa dewasa yang harmonis.

e. Depersonalisasi merupakan perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri

sendiri yang memiliki kaitan dengan ansietas, kepanikan serta tidak dapat

membedakan dirinya dengan orang lain.

6. Mekanisme Koping

Mekanisme jangka pendek harga diri rendah yang biasa dilakukan adalah:

a. Tindakan lari sementara dari kritis, misalnya pemakainan obat obatan, kerja keras,

atau menonton televisi secara terus menerus.

b. Kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok sosial,

keagamaan, atau politik.

c. Kegiatan yang memberikan dukungan sementara, seperti mengikuti suatu

kompetisi atau kontes.

d. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti

penyalahgunaan obat obatan.

Apabila mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil pada individu, maka

individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka panjang ini, individu

menutup identitas, keadaan ketika individu terlalu cepat mengadopsi identitas yang

disenangi oleh orang orang yang berarti tanpa memperhatikan hasrat atau potensi diri

sendiri. Selain penutupan identitas, mekanisme koping jangka panjang yang dilakukan

adalah identitas negatif, asumsi identitas yang tidak sesuai dengan perasaan ansietas,

bermusuhan, dan rasa bersalah (Stuart, 2007 dalam Sutejo 2021). Mekanisme
pertahanan ego yang juga dilakukan adalah fantasi, regresi, desasosiasi, isolasi,

proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain (Sutejo, 2021)

7. Sumber Koping

Sumber koping harga diri rendah mencakup empat aspek, yaitu kemampuan personal

(personal ability), dukungan sosial (social support), asset material (material assets),

dan kepercayaan (beliefs).

a. Kemampuan personal (personal ability)

1. Klien mampu mengenal dan menilai aspek positif (kemampuan yang dimiliki).

2. Klien mampu melatih kemampuan yang masih dapat dilakukan di rumah sakit.

3. Klien mampu melakukan aktivitas secara rutin di ruangan.

c. Dukungan sosial (social support)

1. Keluarga mengetahui cara merawat klien dengan harga diri rendah.

2. Klien mendapatkan dukungan dari masyarakat.

d. Asset material (material assets)

1. Sosial ekonomi rendah

2. Rutin berobat

3. Adanya kader kesehatan jiwa

4. Jarak ke pelayanan kesehatan mudah dijangkau

e. Kepercayaan (beliefs)

1. Klien mempunyai keinginan untuk sembuh

2. Klien mempunyai keyakinan positif terhadap program pengobatan (Sutejo,

2021)

A. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian
Dalam keperawatan, pengkajian merupakan pengumpulan data subjek dan objek

secara sistematis dengan tujuan membuat penentuan tindakan keperawatan bagi

individu, keluarga dan komunitas ( Craven & Hirnle, 2000 dalam Damaiyanti &

Iskandar, 2012). Oleh karena itu suatu format pengkajian yang dapat menjadi alat

bantu perawat dalam pengumpulan data. Pengkajian individu terdiri atas riwayat

kesehatan ( data subjek ) dan pemeriksaan fisik ( data objektif ) ( Weber dan

Kelly, 2009 dikutip Nanda-I, 2012 ). Pengkajian keluarga meliputi kelengkapan

irformasi spesifik dari anggota keluarga ( data subjektif ) dan hasil observasi

interaksi keluarga ( data objektif ) ( Wright dan Leahey ), 2009 dikutip Nanda-I

2012 ). Pengkajian komunitas terdiri atas kelengkapan informasi dari pemberi

informasi dari pemberi informasi utama dalam komunitas ( data subjek ) dan data

statistik ( Anderson & McFarlen, 2010 dalam Damaiyanti & Iskandar, 2012)

2. Masalah kesehatan yang lazim muncul

1. Koping individu tidak efektif

2. Harga diri rendah kronik

3. Isolasi sosial

(Stuart, 2006 dalam Damaiyanti & Iskandar, 2012).

3. Pohon masalah

Isolasi sosial

Effect

Harga diri rendah kronik

Care problem


Koping individu tidak efektif

Causa

(Stuart, 2006 dalam Damaiyanti & Iskandar, 2012).

4. Diagnosa Keperawatan Yang Diangkat Berdasarkan Pohon Masalah Adalah:

Masalah kosep diri berkaitan dengan perasaan ansietas, bermusuhan dan rasa

bersalah. Masalaha ini sering menimbulkan proses penyebaran diri dan sirkular

bagi individu yang dapat menyebabkan respon koping maladaptif. Respon ini

dapat terlihan pada berbagai macam individu yang mengalami ancaman integritas

fisik atau sistem diri (Stuart, 2006 dalam Damaiyanti & Iskandar, 2012).

Diagnosa yang diangkat berdasarkan pohon masalah adalah:

a. Harga diri rendah kronik

b. Koping individu tidak efektif

c. Isolasi sosial

(Stuart, 2006 dalam Damaiyanti & Iskandar, 2012).

5. Intervensi

Pertemua pasien keluarga

1 1. Identifikasi kemampuan 1. Diskusikan masalah yang

melakukan kegiatan dan dirasakan dalam merawat

melakukan kegiatan dan pasien

aspek positif pasien 2. Jelaskan pengertian,

(buat daftar kegiatan) tanda dan gejala, &proses

2. Bantu pasien menilai terjadinya harga diri


kegiatan yang dapat rendah (gunakan booklet)

dilakukan saat ini (pilih 3. Diskusikan kemampuan

dari daftar kegiatan); atau aspek positif pasien

buat daftar kegiatan yang pernah dimiliki

yang dapat dilakukan sebelum dan setelah sakit

saat ini 4. Jelaskan cara merawat

3. Bantu pasien memilih harga diri rendah

salah satu kegiatan yang terutama memberikan

dapat dilakukan saat ini pujisn semua hal yang

untuk dilatih positif pada pasien

4. Latih kegiatan yang 5. Latih keluarga memberi

dipilih (alat dan cara tanggung jawab kegiatan

melakukannya) pertama yang dipilih

5. Masukan pada jadual pasien; bimbing dan beri

kegiatan untuk latihan pujian

dua kali perhari 6. Anjurkan membantu

pasien sesuai jadual dam

memberikan pujian
2

1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan


pertama yang telah keluarga dalam
dilatih dan berikan membimbing pasien
pujian melaksanakan kegiatan
2. Bantu pasien memilih pertama yang dipilih dan
kegiatan kedua yang dilatih pasien.beri pujian
akan dilatih
3. Latih kegiatan kedua 2. Bersama keluarga

yang dipilih pasien melatih pasien dalam

4. Masukan pada jadual melakukan kegiatan ke

kegiatan untuk latihan; dua yang dipilih pasien

dua kegiatan masing 3. Anjurkan membantu

masing 2 kali perhari pasien sesuai jadual


3

1. Evaluasi kegiatan

pertama dan kedua yang 1. Evaluasi kegiatan

telah dilatih dan berikan keluarga dalam

pujian membimbing pasien

2. Bantu pasien memilih melaksanakan kegiatan

kegiatan ketiga (alat pertama dan kedua yang

dan cara) telah dilatih. Berikan

3. Latih kegiatan ketiga pujian

(alat dan cara) 2. Bersama keluarga

4. Masukan pada jadual melatih pasien untuk

kegiatan untuk latihan; melatih kegiatan ketiga

tiga kegiatan, masing yang dipilih

masing dua kali perhari 3. Anjurkan membantu


4
pasien dan sesuai jadual

dan berikan pujian

1. Evaluasi kegiatan

pertama, kedua dan 1. Evaluasi kegiatan

ketiga yang telah dilatih keluarga dalam

dan berikan pujian membimbing pasien


2. Bantu pasien memilih dalam melakukan

kegiatan keempat yang kegiatan pertama, kedua

telah dilatih dan ketiga. Beri pujian

3. Latih kegiatan keempat 2. Bersama keluarga

4. Masukan pada jadual melatih pasien

kegiatan untuk latihan; melakukan kegiatan

empat kegiatan masing keempat yang dipilih

masing dua kali perhari 3. Jelaskan folowup ke

RSJ/PKM, tanda

kambuh, rujukan

5 4. Anjurkan membantu

pasien sesuai jadual dan

memberi pujian
1. Evaluasi kegiatan dan

beri pujian
1. Evaluasi kegiatan
2. Latih kegiatan
keluarga dalam
dilanjutkan sampai tak
membimbing pasien
terhingga
melakukan kegiatan
3. Nilai kemampuan yang
yang telah dipilih oleh
telah mandiri
pasien. Beri pujian
4. Nilai apakah harga diri
2. Nilai kemampuan
pasien meningkat
keluarga dalam

membimbing pasien

3. Nilai kemampuan

keluarga melakukan
kontrol ke RSJ / PKM

(Kusumo, dkk, 2015).

5. Implementasi

Tindakan keperawatan merupakan standar dari standar asuhan yang berhubungan

dengan aktifitas keperawatan profesional yang dilakukan oleh perawat, dimana

implementasi dilakukan pada pasien, keluarga dan komunitas berdasarkan rencana

keperawatan yang dibuat. Dalam mengimplementasikan intervensi, perawat kesehatan

jiwa menggunakan intervensi yang luas yang dirancang untuk mencegah penyakit

meningkatkan, mempertahankan, dan memulihkan kesehatan fisik dan mental.

Kebutuhan klien terhadap pelayanan keperawatan dan dirancang pemenuhan

kebutuhannya melalui standar pelayanan dan asuhan keperawatan. Pedoman tindakan

keperawatan dibuat untuk tindakan pada klien baik secara individual, kelompok

maupun yang terkait dengan ADL (Actifity Daily Living). Dengan adanya perincian

kebutuhan waktu, diharapkan setiap perawat memiliki jadwal harian untuk masing

masing klien sehingga waktu kerja perawat menjadi lebih efektif dan efisien (Keliat

dan Akemat, 2009 dalam Damaiyanti & Iskandar, 2012).

6. Evaluasi

Perawat kesehatan jiwa mengevaluasi perkembangan klien dalam mencapai hasil yang

diharapkan asuhan keperawatan adalah proses dinamik yang melibatkan perubahan

dalam status kesehatan klien sepanjang waktu, pemicu kebutuhan terhadap data baru,

berbagai diagnosa keperawatan, dan memodifikasi rencana asuhan sesuai dengan

kondisi klien. Semua keperawatan yang telah dilakukan oleh perawat


didokumentasikan dalam format implementasi dan dievaluasi dengan menggunkan

pendekatan SOAP ( subjektif, objektif, analisis, perencanaan). Disamping itu terkait

dengan pendekatan SOAP setiap selesai yang terkait dengan tindakan keperawatan

yang telah dilakukan sebagai bentuk tindak lanjut yang akan dilaksanakan oleh pasien.

Penugasan atau kegiatan ini dimasukan ke dalam jadwal kegiatan aktivitas klien dan

diklasifikasikan apakah tugas tersebut dilakukan secara mandiri (M), dengan bantuan

sebagai (B), atau dengan bantuan total (T) kemampuan melakukan tugas atau aktivitas

dievaluasi setiap hari (Keliat & Akemat, 2009 dalam Damaiyanti & Iskandar, 2012).
Daftar pustaka

Damaiyanti, Mukhiripah & Iskandar.2012.Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung:PT Refika

Aditama.

Kusumo K.L. dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. PUSAT PENELITIAN DAN

PENERBITAN LP2M INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG.

Nur arif, H, A & Kusuma, H.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis Dan NANDA-Nic Noc Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction Yogya.

Sutejo.2021.Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:Pustaka baru press

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi Dan Indikator Diagnostic,

Edisi I.Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai