Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Klinik


Keperawatan Keperawatan Dasar Mahasiswa Keperawatan (D3)
Tingkat II Semester III
Dosen Pembimbing : Galih Jatnika.,S.Kp,M.Kes

Disusun oleh:
Ade Alma Faazriani
211119078

PROGRAM STUDI D3-KEPERAWATAN


STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
Jl. Terusan Jend. Sudirman, Baros, Kec. Cimahi Tengah, Cimahi,
Jawa Barat 40633
2019-2020
LAPORAN PENDAHULUAN
RS : Tgl : Nilai : Tgl : Nilai : Rata-rata :

Ruang : Paraf CI : Paraf Dosen :

Judul : Defisit Perawatan Diri


Definisi :
Perawatan Diri adalah salah kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna
mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.
(Depkes, 2000 dalam Wibowo, 2009).
Poter, Perry (2005), dalam Anonim (2009), mengemukakan bahwa Personal Higiene adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
Wahit Iqbal Mubarak (2007), juga mengemukakan bahwa higiene personal atau kebersihan diri adalah
upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperolah kesejahteraan
fisik dan psikologis.
Seseorang yang tidak dapat melakukan perawatan diri dinyatakan mengalami defisit perawatan
diri. Nurjannah (2004), dalam Wibowo (2009), mengemukakan  bahwa Defisit Perawatan Diri adalah
gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting).
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), dalam Anonim(2009), Kurang Perawatan Diri adalah
kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan  perawatan kebersihan untuk dirinya
Pasien yang mengalami gangguan jiwa kronik seringkali tidak memperdulikan  perawatan diri.
Hal ini menyebabkan pasien dikucilkan dalam keluarga dan masyarakat (Keliat, 2009).
Klien dengan gangguan jiwa hampir semuanya mengalami defisit perawatan diri. Hal ini
disebabkan karena ketidaktahuan dan ketidakberdayaan yang  berhubungan dengan keadaannya
sehingga terjadilah defisit perawatan diri (Muslim, 2010)

Etiologi
Menurut Fitria di dalam buku Mukhripah & Iskandar 2012 defisi perawatan diri memiliki
tanda dan gejala sebagai berikut:
1. Mandi/Hygiene
Pasien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau
mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan
perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
2. Berpakaian/ Berhias
Pasien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian,
menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Pasien juga memiliki
ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat
tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki,
mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan
mengenakan sepatu.
3. Makan
Pasien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan makanan,
menangani perkakas, mengunyah makanan, mendapatkan makanan, mengambil makanan
dan memasukkan kedalam mulut, menggambil cangkir atau gelas, serta mencerna
makanan dengan aman.
4. Eliminasi
Pasien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan kamar kecil,
duduk ata bangkit dari closet, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri
setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.
Menurut Depkes (2000), dalam Anonim (2009), tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan
diri yaitu:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi
2. Psikologi
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
3. Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. tidak mampu berprilaku secara norma
d. Cara makan tidak teratur
e. Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK) di sembarang tempat
f. Gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri

Selain itu, tanda dan gejala tampak pada pasien yang mengalami Defisit Perawatan Diri adalah
sebagai berikut:
a. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan
bau, serta kuku panjang dan kotor
b. Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acakacakan, pakaian kotor
dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien
perempuan tidak berdandan
c. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh kemampuan mengambil makan
sendiri, makan berceceran dan makan tidak pada tempatnya
d. Ketidak mampuan eliminasi secara mandiri, ditandai dengan BAB/BAK tidak pada
tempatnya, dan tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB BAK (Kelial, 2009).
Apabila kondisi ini dibiarkan berlanjul. maka akhimya dapat Juga menimbulkan penyakit fisik
seperti kelaparan dan kurang gizi, sakit infeksi saluran pencernaan dan pernafasan serta adanya
penyakit kulit, atau timbul penyakit yang lainnya (Harist 2011).
Patofisiologi (Pathway sampai muncul masalah keperawatan)
Efusi pleura

Sesak

Kemampuan melakukan aktivitas menurun

Mersa tidak berdaya

Koping individu tidak efektif

Defisit perawatan diri

Manifestasi Klinik
Klien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak membutuhkan perawatan medis, karena
hanya mengalami gangguan jiwa, pasien lebih membutuhkan terapi kejiwaan melalui
komunikasi terapeutik atau dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Menurut NANDA
NIC-NOC (2010) penatalaksanaan defisit perawatan diri yaitu:
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
c. Berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai kemampuan.
d. Ciptakan lingkungan yang mendukung.

Pemeriksaan Penunjang
Klien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak membutuhkan pemeriksaan penunjang,
pasien hanya akan di pantau terus akan motivasiya dalam melakukan perawatan diri, di pantau
apakah pasien melakukan perawatan diri secara mandiri atau di bantu, jika pasien melakukan
perawatan diri di bantu maka harus di pantau terus apakah ada kemajuan dari pasien hingga
pasien dapat melakukan perawatan dirinya secara mandiri dan perawata akan terus memberikan
edukasi dan memberikan fasilitas pasien agar dapat memenuhi kebutuhan perawatan dirinya
hingga mandiri
Penatalaksanaan Klinik
Penatalaksanaan dengan defisit perawatan diri menurut (Herdman Ade, 2011:154) adalah
sebagai berikut :
a. Meningkatan kesadaran dan kepercayaan diri
b. Membimbing dan menolong klien perawatan diri
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung
d. BHSP (bina hubungan saling percaya)
Komplikasi
Akibat dari defisit perawatan diri adalah gangguan pemeliharaan kesehatan. Gangguan
pemeliharaan kesehatan ini bentuknya bisa bermacam – macam. Akibat dari defisit perawat diri
adalah sebagai berikut :
a. Kulit yang kurang bersih merupakan penyebab berbagai gangguan macam penyakit kulit
(kadas, kurap, kudis, panu, bisul, kusta, patek atau frambosa, dan borok).
b. Kuku yang kurang terawat dan kotor sebagai tempat bibit penyakit yang masuk ke
dalam tubuh. Terutama penyakit alat – alat pernapasan. Disamping itu kuku yang kotor
sebagai tempat bertelur cacing, dan sebagai penyakit cacing pita, cacing tambang, dan
penyakit perut.
c. Gigi dan mulut yang kurang terawat akan berakibat pada gigi berlubang, bau mulut, dan
penyakit gusi
d. Gangguan lain yang mungkin muncul seperti gastritis kronis (karenan kegagalan dalam
makan), penyebaran penyakit dari orofecal (karena hygien BAB/BAK sembarangan)
(Wahit Iqbal, dkk.,2015:159).
Sedangkan menurut (tarwoto dan wartonah, 2010:117) akibatnya adalah :
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga, gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan
gangguan interaksi sosial.
Pengkajian sesuai data fokus (seswuai teori)
1. Riwayat Keperawatan

Pengkajian Keperawatan

a. Identitas

Biasanya identitas terdiri dari: nama klien, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan,
tanggal masuk, alasan masuk, nomor rekam medik, keluarga yang dapat dihubungi.

b. Alasan Masuk

Biasanya apa yang menyebabkan pasien atau keluarga datang,atau dirawat dirumah sakit.
Biasanya masalah yang di alami pasien yaitu senang menyendiri, tidak mau banyak berbicara
dengan orang lain, terlihat murung, penampilan acak-acakan, tidak peduli dengan diri sendiri dan
mulai mengganggu orang lain.
c. Faktor Predisposisi.

Pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri ditemukan adanya faktor herediter
mengalami gangguan jiwa, adanya penyakit fisik dan mental yang diderita pasien sehingga
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri. Ditemukan adanya faktor
perkembangan dimana keluarga terlalu melindungi dan memanjakan pasien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu, menurunnya kemampuan realitas sehingga menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri serta didapatkan kurangnya
dukungan dan situasi lingkungan yang mempengaruhi kemampuan dalam perawatan diri.

d. Pemeriksaan Fisik

Biasanya pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan tanda- tanda vital (TTV), pemeriksaan
secara keseluruhan tubuh yaitu pemeriksaan head to toe yang biasanya penampilan klien yang
kotor dan acak-acakan.

e. Psikososial

1) Genogram

Biasanya menggambarkan pasien dengan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,
dilihat dari pola komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.

2) Konsep diri

a) Citra tubuh

Biasanya persepsi pasien tentang tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi pasien terhadap
bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.

b) Identitas diri

Biasanya dikaji status dan posisi pasien sebelum pasien dirawat, kepuasan pasien terhadap status
dan posisinya,kepuasan pasien sebagai laki-laki atau perempuan ,keunikan yang dimiliki sesuai
dengan jenis kelamin dan posisinnya.

c) Peran diri
Biasanya meliputi tugas atau peran pasien dalam keluarga/pekerjaan/ kelompok/ masyarakat,
kemampuan pasien dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi saat
pasien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan pasien akibat perubahan tersebut.

d) Ideal diri

Biasanya berisi harapan pasien terhadap kedaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam
keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan pasien terhadap lingkungan sekitar, serta harapan
pasien terhadap penyakitnya

e) Harga diri

Biasanya mengkaji tentang hubungan pasien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak
pada pasien berubungan dengan orang lain, fungsi peran tidak sesuai harapan, penilaian pasien
terhadap pandangan atau penghargaan orang lain.

f) Hubungn sosial

Biasanya hubungan pasien dengan orang lain sangat terganggu karena penampilan pasien yang
kotor sehingga orang sekitar menghindari pasien. Adanya hambatan dalam behubungan dengan
orang lain, minat berinteraksi dengan orang lain.

g) spiritual

1) Nilai dan keyakinan

Biasanya nilai dan keyakinan terhadap agama pasien terganggu karna tidak menghirauan lagi
dirinya.

2) Kegiatan ibadah

Biasanya kegiatan ibadah pasien tidak dilakukan ketika pasien menglami gangguan jiwa.

h) Status mental

1) Penampilan
Biasanya penampilan pasien sangat tidak rapi, tidak tahu cara berpakaian, dan penggunaan
pakaian tidak sesuai.

2) Cara bicara/ pembicaraan

Biasanya cara bicara pasien lambat, gagap, sering terhenti/bloking, apatisserta tidak mampu
memulai pembicaraan.

3) Aktivitas motorik

Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dan kompulsif.

4) Alam perasaan

Biasanya keadaan pasien tampak sedih, putus asa, merasa tidak berdaya, rendah diri dan merasa
dihina.

5) Afek

Biasanya afek pasien tampak datar, tumpul, emosi pasien berubah-ubah, kesepian, apatis,
depresi/sedih dan cemas.

6) Interaksi selama wawancara

Biasanya respon pasien saat wawancara tidak kooperatif, mudah tersinggung, kontak kurang
serta curiga yang menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada pewawancara atau orang
lain.

7) Persepsi

Biasanya pasien berhalusinasi tentang ketakutan terhadap hal-hal kebersihan diri baik halusinasi

pendengaran, penglihatan serta halusinasi perabaan yang membuat pasien tidak mau
membersihkan diri dan pasien mengalami depersonalisasi.

8) Proses pikir
Biasanya bentuk pikir pasien otistik, dereistik, sirkumtansial, kadang tangensial, kehilangan
asosiasi, pembicaraan meloncat dari topik satu ke topik lainnya dan kadang pembicaraan
berhenti tiba-tiba.

i) Kebutuhan pasien pulang

1) Makan

Biasanya pasien kurang makan, cara makan pasien terganggu serta pasien tidak memiliki
kemampuan menyiapkan dan membersihkan alat makan.

2) Berpakaian

Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, tidak bisa menggunakan pakaian yang sesuai dan
tidak bisa berdandan.

3) Mandi

Biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara mandi, tidak gosok gigi, tidak mencuci rambut,
tidak

menggunting kuku, tubuh pasien tampak kusam dan badan pasien mengeluarkan aroma bau.

4) BAB/BAK

Biasanya pasien BAB/BAK tidak pada tempatnya seperti di tempat tidur dan pasien tidak bisa
membersihkan WC setelah BAB/BAK.

5) Istirahat

Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak melakukan aktivitas apapun setelah bangun tidur.

6) Penggunaan obat

Apabila pasien mendapat obat, biasanya pasien minum obat tidak teratur.

7) Aktivitas dalam rumah


Biasanya pasien tidak mampu melakukan semua aktivitas di dalam maupun diluar rumah karena
pasien selalu merasa malas.

j) Mekanisme koping

1) Adaptif

Biasanya pasien tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak bisa menyelesikan masalah yang
ada, pasien tidak mampu berolahraga karena pasien selalu malas.

2) Maladaptif

Biasanya pasien bereaksi sangat lambat atau kadang berlebihan, pasien tidak mau bekerja sama
sekali, selalu menghindari orang lain.

3) Masalah psikososial dan lingkungan

Biasanya pasien mengalami masalah psikososial seperti berinteraksi dengan orang lain dan
lingkungan. Biasanya disebabkan oleh kurangnya dukungan dari keluarga, pendidikan yang
kurang, masalah dengan sosial ekonomi dan pelayanan kesehatan.

4) Pengetahuan

Biasanya pasien defisit perawatan diri terkadang mengalami gangguan kognitif sehingga tidak
mampu mengambil keputusan.

k) Sumber Koping

Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang.
Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan menggunakan sumber koping yang ada di
lingkungannya. Sumber koping tersebut dijadikan sebagai modal untuk menyelesaikan masalah.
Dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seorang mengintegrasikan pengalaman
yang menimbulkan stressdan mengadopsi strategi koping yang efektif.

Analisa Data (sesuai teori)


Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : Efusi pleura Defisit perawatan diri
- Pasien mengeluh
sesak
Sesak
- Pasien kesulitan
melakukan aktivitas
sehari-hari Kemampuan melakukan
aktivitas menurun
- Pasien kesulitan ke
kamar mandi
- Pasien belum mandi Mersa tidak berdaya
- Pasien belum sikat
gigi
Koping individu tidak
- Pasien belum makan efektif
dan minum
DO :
Defisit perawatan diri
- Pernafasan pursed-lip
- Pernafasan cuping
hidung
- Pasien tampak kotor
- Pasien tidak nyaman
- Pasien tidak ada
motivasi untuk mandi
dan gosok gigi
- Kelemahan

Diagnosa Keperawatan (berdasarkan prioritas masalah)


Diagnosis keperawatan utama untuk klien dengan masalah defisit perawatan diri adalah :
1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, penurunan motivasi atau minat
ditandai dengan pasien kesulitan ke kamar mandi, pasien tidak ada motivasi untuk mandi
dan gosok gigi.

Rencana asuhan keperawatan (sesuai teori)


NO Diagnosa Perencanaan Tindakan Keperawatan
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
Defisit
1 Setelah dilakukan Dukungan
perawatan diri perawatan diri
Tindakan
berhubungan keperawatan selama (I.11348)
dengan
2x24jam Observasi Observasi
kelemahan,
diharapkan defisit 1. Identifikasi 1. Untuk
penurunan perawatan diri kebiasaaan mengetahui
meningkat dengan aktivitas kebiasaan
motivasi atau
perawatan aktivitas klien
kriteria hasil:
minat sesuai usia
2. Untuk
1. Kemampuan
2. Monitr tingkat mengetahui
mandi meningkat
kemandirian tingkat
(5)
kemandirian
2. Kemampuan pasien
mengenakan
3. Untuk
pakaian
3. Identifikasi mengetahui apa
meningkat (5)
kebutuhan alat saja yang
3. Kemampuan bantu dibutuhkan
ketoilet kebersihan diri, pasien untuk
(BAK/BAB) berpakaian, memenuhi
meningkat (5) berhias dan kebutuhan
makan dirinya
4. Verbalisasi
keinginan Terapeutik
melakukan
Terapeutik 1. Untuk
perawatan diri
menmabah
meningkat (5) 1. Sediakan
kenyamana
lingkungan
5. Minat pasien
yang terapeutik
melakukan
2. Agar pasien
perawtaan diri 2. Siapkan
dapat
meningkat (5) keperluan
memenuhi
pribadi
6. Mempertahanka kebutuhan
n kebersihan diri dirinya
meningkat (5)
3. Dampingin 3. Untuk
7. Mempertahanka dalam meningkatkan
n kebersihan melakukan kemandirian
mulut meningkat perawatan diri pasien
(5) hingga mandiri
4. Untuk
4. Fasilitasi memenuhi
kemandirian , kebutuhan
bantu jika tidak pasien
mampu
melakukan
perawatan diri 5. Agar kebutuhan
pasien terencana
5. Jadwalkan
dan dapat
rutinitas
dilaksanakan
perawatan diri Edukasi
Edukasi 1. Agar pasien
dapat
1. Anjurkan
memenuhi
melakukan
defisit
perawatan diri
kebutuhan
secara
dirinya dengan
konsisten sesuai
mandiri
kemampuan
Daftar Pustaka

Beman, A, Snyder, S. & Fradsen, G. (2016). Kozier & Erb's Fundamentals of Nuraing (edisi ke-

10), AS: Pearson Education.

Dougherty, L & Lister, S. (2015). Manual Prosedur Keperawatan Cinical (gth ad.). Inggris: The

Royal Marsden NHS Foundation Trust.

Perry, AG & Potter, PA (2014). Nursing Skills & Procedures (edisi ke-8th). St. Louis: Elsevier
WIikinson, JM, Treas, LS, Bamet, K. & Smith, MH (2016). Fundamentals of Nursing (edisi ke-

3d). Philadelphia: Perusahaan FA Davis.

Aprilianti dkk. (2014). Laporan Pendahuluan Keperawatan Jiwa Defisit Perawatan

Diri. Bina Medika (pp. 5-7). Jakarta: Scribd.

Keliat A B. (2007). Model Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai