Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUANRESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. KONSEP DASAR TEORI


1. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan (agresif) adalah suatu bentuk perilaku yang diarahkan pada tujuan
menyakiti atau melukai orang lain yang dimotivasi menghindari perilaku tersebut
(Kaplan dan Sadock, 2004).

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain
(Yosep, 2007; hal, 146).

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis (Depkes, RI, 2008 ; hal. 147 )

Kesimpulan :
Resiko perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu memilikii perilaku
yang kemungkinan dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri, orang
lain, maupun lingkungan.

2. ETIOLOGI
a. Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang mungkin menjadi factor
predisposisi yang mungkin / tidak mungkin terjadi jika factor berikut dialami
oleh individu :
1) Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat
timbul agresif atau amuk
2) Prilaku
Reinforcement yang diterima ketika melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan, merupakan aspek yang menstimulasi mengadopsi
perilaku kekerasan
3) Sosial Budaya
Budaya tertutup, control social yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan
menciptakan seolah – olah perilaku kekerasan diterima
4) Bioneurologis
Kerusakan system limbic, lobus frontal atau temporal dan
ketidakseimbangan neurotransmitter

b. Faktor Presipitasi
1) Bersumber dari klien
 Kelemahan fisik
 Keputusasaan
 Ketidak berdayaan
 Percaya diri kurang

2) Bersumber dari lingkungan


 Kritikan yang mengarah penghinaan
 Kehilangan orang yang dicintai / pekerjaan
 Kekerasan

3) Interaksi dengan orang lain


 Provokatif
 Konflik
(Budi Ana Keliat, 2005)

Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku


kekerasan bias disebabkan adanya gangguan harga diri : harga diri rendah.
Harga diri Adela penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa sebarapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.Dimana
gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negative terhadap
diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
(Budiana Keliat, 2005)

3. TANDA DAN GEJALA


Menurut Stuart dan Sundeen (2008) :
a. Muka merah
b. Pandangan tajam, memperlihatkan permusuhan
c. Otot tegang
d. Nada suara tinggi
e. Berdebat
f. Kadang memaksakan kehendak

Gejala yang muncul :


a. Stress
b. Mendekati orang lain dengan ancaman
c. Mengungkapkan secara verbal seperti mengancam akan melukai
d. Menentang
e. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
f. Mempunyai rencana untuk melukai
4. PENATALAKSANAAN
a. Terapi Somatik
Menurut (Depkes RI, 2008, hal 230) menerangkan bahwa terapi Somatik adalah
terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan
mengubah perilaku yang maladaptife menjadi perilaku adaktif dengan
melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien, tetapi target terapi
adalah perilaku klien .

b. Terapi kejang listrik


Terapi kejang listrik atau elektronik convulsive therapy (ECT) adalah bentuk
terapi kepada klien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan
arus listrik melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis klien. Terapi ini ada
awalnya untuk menangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya
dilaksanakan adalah tiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali).

5. RENTANG RESPON MARAH

AdaptifMaladaptif

AsertifFrustasiPasifAgresif Ngamuk / Kekerasan

Gambar 8.1. Rentang respon marah

Menurut Yosep ( 2007 ) tentang respon marah yaitu :

a. Asertif adalah : kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau
diungkapkan tanpa menyakiti orang lain akan memberi kelegaan pada individu
dan tidak menimbulkan masalah.
b. Frustasi adalah: respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena tidak
reakstis atau hambatan dalam proses percakapan tujuan.
c. Pasif adalah : individu tidak mampu mengungkapkan perasaannya, klien tampak
pemalu, pendiam sulit diajak bicara karena rendah diri dan merasa kurang
mampu.
d. Agresif adalah: perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk
bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol. Perilaku yang tampak
dapat berupa : muka kusam , bicara kasar, menuntut, kasar disertai kekerasan.
e. Ngamuk adalah: perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai kehilangan
kontrol diri , individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
6. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

Perilaku Kekerasan
PPS: halusinasi

Ketidak Harga diri rendah Isolasi Sosial


efektifan Kronik
cara
terapeutik

Ketidak Disfungsi berduka


efektifan
kopingdalam
keluarga

gambar 8.2. Pohon Masalah Perilaku Kekerasan


B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN
1. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan Data
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses dan merupakan proses yang
sistematis untuk mengumpulkan data, menganalisis data dan menentukan
diagnosa keperawatan ( Keliat, 2008 ).

Adapun masalah keperawatan dan data yang perlu di kaji adalah sebagai berikut:
1) Perilaku kekerasan / amuk
DS :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau
marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

DO :
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
- Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam,
memperlihatkan permusuhan.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien marah dengan masalah
utama perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
a. Resiko prilaku kekerasan terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan
b. Perilaku kekerasan

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Tujuan Umum : Klien tidak melakukan perilaku kekerasan
b. Tujuan Khusus :

SP I
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
Bina hubungan saling percaya dengan klien, dengan menggunakan
komunikasi terapeutik yaitu beri salam atau panggil nama, perkenalkan
nama perawat, jelaskan maksud pertemuan, jelaskan tentang kontrak yang
akan dibuat, beri rasa aman dan sikap empati, lakukan kontrak singkat tapi
sering.
Rasional : hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi perawat dan
klien.

b. Klien dapat mengidenifikasikan penyebab prilaku kekerasan


Intervensi :
1) Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional : Dengan memberi kesempatan mengungkapkan perasaannya
dapat mengetahui masalah yang dialami oleh klien.
2) Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau
kesal.
Rasional : Dengan mengungkapkan penyebab perasaan jengkel maka
akan meringankan beban pikiran.

c. Klien dapat mengidentifikasikan tanda dan gejala prilaku kekerasan.


Intervensi :
1) Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan di rasakan saat
ini.
Rasional : Agar dapat meringankan beban pikiran yang dialami oleh
klien.
2) Observasi tanda dan prilaku kekerasan pada klien.
Rasional : Agar dapat dipantau tindakan yang dilakukan oleh klien.

3) Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel atau kesal.


Rasional : Agar dapat diketahui tanda dan gejala jengkel yang dialami
oleh klien.

d. Klien dapat mengidentifikasikan prilaku kekerasan yang biasa dilakukan.


Intervensi :
1) Anjurkan klien untuk mengungkapkan prilaku kekerasan yang biasa
dilakukan (verbal, pada orang lain, pada lingkungan dan pada diri
sendiri).
Rasional : Dengan memberikan kesempatan untuk mengungkapkannya
dapat meringankan beban yang dialami oleh klien.
2) Bantu klien bermain peran sesuai dengan prilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
Rasional : Agar dapat diketahui bahwa tindakan yang dilakukan salah.
3) Bicarakan dengan klien,apakah dengan cara yang klien lakukan
masalahnya selesai.
Rasional : Agar dapat dipertimbangkan perbuatan yang dilakukannya
adalah sikap yang menyimpang atau salah.

e. Klien dapat mengidentifikasikan akibat prilaku kekerasan.


Intervensi :
1) Bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien.
Rasonal: Agar dapat diketahui bahwa tindakan yang dilakukan telah
merugikan dirinya sendiri
2) Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang dilakukan klien.
Rasional : Agar klien termotivasi untuk mempelajari cara yang
dapatmencegah prilaku kekerasan.
3) Tanyakan kepada klien ”apakah ia ingin mempelajari cara baru yang
sehat ?”
Rasional : Agar klien termotivasi untuk mempelajari cara yang
dapatmencegah prilaku kekerasan.

SP II :
a. Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah prilaku kekerasan.
Intervensi : :
1) Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
Rasional : Dengan mendiskusikan kegiatan yang biasa dilakukan dapat
memotivasi kegiatan yang baik dilakuakn.
2) Beri pujian atas kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh klien.
Rasional : Agar dapat meningkatkan harga diri klien.

b. Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah prilaku


kekerasan.
Intervensi : :
1) Diskusikan cara bicara yang baik dengan klien dan beri contoh cara
bicara yang baik dan mita klien mengikuti contoh cara bicara yang baik.
Rasional : Dengan mendiskusikan kegiatan yang biasa dilakukan dapat
memotivasi kegiatan yang baik dilakukan.
2) Minta klien mengulang sendiri.
Rasional : Agar dapat diketahui bahwa tindakan yang dilakkan benar atau
salah.
3) Beri pujian atas keberhasilan klien.
Rasional : Agar dapat meningkatkan harga diri klien

c. Klien dapat mendemonstrasikan cara spritual untuk mencegah prilaku


kekerasan.
Intervensi :
1) Diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang pernah dilakukan.
Rasional : Dengan mediskusikan kegiatan ibadah, klien dapat mengingat
agar lien mau menerapkan kegiatan ibadah yang dilakukan.
2) Minta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang akan dilakukan.
Rasional : Dengan memberikan kesempatan untuk mendemontrasikannya
dapat diingat kegiatan ibadah yang dilaksanakan.

3) Beri pujian atas keberhasilan Klien.


Rasional : Dapat meningkatkan harga diri klien.

SP III :
a. Klien dapat mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah prilaku
kekerasan.
Intervensi :
1) Diskusikan dengan klien tentang jenis obat yang diminumnya (5 benar).
Rasional : Agar klien mau mematuhi peraturan minum obat.
2) Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat.
Rasional : Dengan mendiskusikan manfaat minum obat dapat merangsang
keinginan klien untuk patuh minum obat.

4. EVALUASI
Evaluasi menurut Keliat (2005) adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek
dari tindakan keperawatan yang dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu evaluasi proses atau formatif dan evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan
dengan membandingkan respon klien dengan tujuan yang telah ditentukan.

Hasil yang diharapkan pada asuhan keperawatan klien dengan prilaku kekerasan
adalah :
a. Klien membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab prilaku kekerasan.
c. Klien dapat mengidentifikasikan tanda dan gejala prilaku kekerasan.
d. Klien dapat mengidentifikasi prilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat prilaku kekerasan.
f. Klien dapan mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah prilaku kekerasan.
g. Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah prilaku kekerasan
h. Klien dapat mendemonstrasikan cara spiritual untuk mencegah prilaku kekerasan.
i. Klien dapat mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah prilaku
kekerasan.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (2007), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktek Klinik, Keliat, B.A.
(2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2 Jakarta: EGC

Maramis, W.K. (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.

Rajiman, W. (2008). Pedoman Penulisan Laporan dan Strategi Pelaksanaan, Malang: Dep Kes
RI.

http://ners-blog.blogspot.com/2011/10/laporan-pendahuluan-resiko-perilaku.html

Anda mungkin juga menyukai