Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

1. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri (Budi Anna Keliat, 2007).
Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak
diterima lingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya (Barry,
dalam Yosep, 2009).
Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan
(Keliat, dalam Fitria, 2009).
Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:
1) Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif
mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian
(kehilangan, perubahan).
2) Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu
mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau
kemampuan dalam waktu lama.
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti,
rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri (keliat, 2011).
Harga diri rendah situasional merupakan perkembangan persepsi
negatif tentang harga diri sebagai respons seseorang terhadap situasi yang
sedang dialami (Wilkinson, 2012).

2. Etiologi
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan
ideal diri yang tidak realistis.
Sedangkan stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal
dan eksternal seperti :
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menaksirkan kejadian yang mengancam.
2) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dimana individu mengalami frustrasi.
Ada tiga jenis transisi peran, yaitu :
1) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-
norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan
sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh
kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan
dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan
keperawatan.
Sedangkan menurut hasil riset Malhi (2008, dalam Yosep, 2009),
menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita
seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai
tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya
hal ini menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal.
Dalam tinjauan Life Span Teori (Yosep, 2009), penyebab terjadinya
harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi
pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja
keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima.
Menjelang dewasa awal sering gagal sekolah, pekerjaan dan pergaulan. Harga
diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut
lebih dari kemampuannya.

3. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronik adalah
penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal
diri yang tidak realistis (Fitria, 2009).

4. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas (Fitria, 2009).
5. Manifestasi Klinis
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 20)
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena
rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi
jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan
mengkritik diri sendiri.
3) Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak
mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
4) Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5) Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan.
6) Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

6. Rentang Respon

Keterangan:
1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang
pengalaman nyata yang sukses diterima.
2) Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri.
3) Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan
konsep diri maladaptif.
4) Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan
aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5) Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak
dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
7. Pohon Masalah
Menurut Fitria (2009) dan Yosep (2009), pohon masalah pada pasien
dengan harga diri rendah adalah sebagai berikut:

Isolasi Social Diri : Menarik Diri Effect

Gangguan Harga Diri Rendah Core Problem

Gangguan citra tubuh Cause

8. Penanganan
Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan
metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Penatalaksanaan
medis pada gangguan konsep diri yang mengarah pada diagnosa medis
skizofrenia, khususnya dengan perilaku harga diri rendah, yaitu:
1) Psikofarmakologi
Menurut Hawari (2003), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2
golongan yaitu:
(1) Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya:
Chorpromazine HCL (Largactil, Promactil, Meprosetil),
Trifluoperazine HCL (Stelazine), Thioridazine HCL (Melleril),
dan Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace).
(2) Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone
(Risperdal, Rizodal, Noprenia), Olonzapine (Zyprexa),
Quentiapine (Seroquel), dan Clozapine (Clozaril).
2) Psikotherapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan
apabila klien dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan
dimana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan
pemahaman diri sudah baik.
Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah berupa terapi
aktivitas kelompok (TAK).
3) Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall
secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode
yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik
diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi
neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5
joule/detik. (Maramis, 2005)
4) Therapy Modalitas
Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk
skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan
klien. Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial
untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi
diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal.
Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada
rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.
(Kaplan dan Sadock,1998).
5) Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas
kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok
stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan
therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005).
Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling
relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri
harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi
persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi
adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan
terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan
dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan
Akemat,2005).
6) Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan
tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang
adaptif dengan melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik
(Riyadi dan Purwanto, 2009).
7) Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana
terjadi interaksi antara sesama penderita dan dengan para pelatih
(sosialisasi).
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA TEORITIS
PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

1. Data yang Perlu Dikaji


Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan harga diri
rendah (Fitria, 2009), adalah:
1) Harga diri rendah
2) Koping individu tidak efektif
3) Isolasi sosial
4) Gangguan sensori persepsi: halusinasi
5) Risiko perilaku kekerasan
6) Keputusasaan
Sedangkan data yang perlu dikaji pada pasien dengan harga diri rendah
(Fitria, 2009 dan Yosep, 2009), adalah:
1) Data subyektif
(1) Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna.
(2) Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
(3) Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau
bekerja.
(4) Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandi,
berhias, makan atau toileting).
2) Data obyektif
(1) Mengkritik diri sendiri
(2) Perasaan tidak mampu
(3) Pandangan hidup yang pesimistis
(4) Tidak menerima pujian
(5) Penurunan produktivitas
(6) Penolakan terhadap kemampuan diri
(7) Kurang memperhatikan perawatan diri
(8) Berpakaian tidak rapi
(9) Berkurang selera makan
(10) Tidak berani menatap lawan bicara
(11) Lebih banyak menunduk
(12) Bicara lambat dengan nada suara lemah.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Isolasi sosial : menarik diri
2) Harga diri rendah
3) Gangguan citra tubuh

3. Intervensi Keperawatan (RUFA.06. RBD-PICU)


1) Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah
2) Tujuan : Pasien mampu :
(1) Membina hubungan saling percaya
(2) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
(3) Menilai kemampuan yang dapat digunakan
(4) Menetapkan atau memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
(5) Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
(6) Merencanakan kegiatan yang telah dilatih
3) Tindakan Keperawatan
(1) Membina hubungan saling percaya dengan cara :
a. Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
b. Perkenalkan diri dengan pasien
c. Tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
d. Buat kontrak asuhan
e. Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang
diperoleh untuk kepentingan terapi
f. Tunjukkan sikap empati terhadap klien
g. Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
(2) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
pasien :
a. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif
pasien (buat daftar kegiatan)
b. Beri pujian yang realistik dan hindarkan memberikan penilaian yang
negatif setiap kali bertemu dengan pasien
(3) Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
a. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini ( pilih
dari daftar kegiatan ) : buat daftra kegiatan yang dapat dilakuakn saat
ini
b. Bantu pasien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien
(4) Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan berdasarkan
daftar kegiatan yang dilakukan
a. Diskusikan kegiatan yang akan dipilih untuk dilatih saat pertemuan
b. Bantu pasien memberikan alasan terhadap pilihan yang ia tetapkan
(5) Melatih kegiatan yang telah dipilih pasien sesuai kemampuan
a. Latih kegiatan yang dipilih (alat atau cara melakukannya)
b. Bantu pasien memasukkan pada jadwal kegiatn untuk latihan dua
kali per hari
c. Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang
diperlihatkan pasien
(6) Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya
dan menyusun rencana kegiatan
a. Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan
b. Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan
setiap aktifitas
d. Susun daftar aktifitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan
keluarga
e. Beri kesempatan klien untuk mengungkapakan perasaanya setelah
pelaksanaan kegiatan
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2003. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan dari Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Penatalaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika
Hawari, D. 2003. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa: Skizofrenia. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Keliat , Budi Anna. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa . EGC. Jakarta.
Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC.
Maramis. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press :
Surabaya
Stuart dan Sundeen . 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. EGC.Jakarta .
Stuart, GW and Loreia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8th
Ed. Philadelphia : Elsevier Mosby.

Anda mungkin juga menyukai