Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN PSIKOSOSIAL

DENGAN ANSIETAS

Disusun Oleh :

Maulidya Hafansya P17320318047

Tingkat 3B

Dosen Pembimbing :

Ns. Riyanto, M.Kep, Sp,Kom

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG


PRODI KEPERAWATAN BOGOR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Masalah Utama
Ansietas

II. Definisi
Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menhadapi ancaman (PPNI, 2016).
Ansietas merupakan perasaan tidak tenang yang samar–samar karena
ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab tidak spesifik atau
tidak diketahui oleh individu) (Yusuf, Fitryasari, & Tristiana, 2019).
Ansietas adalah satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala
somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf Autonomic
(SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan
satu fungsi emosi.
Jadi,  ansietas merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi umum
terhadap stress kadang dengan disertai kemunculan ansietas. Namun ansietas itu dikatakan
menyimpang bila individu tidak dapat meredam rasa cemas tersebut dalam situasi dimana
kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa adanya kesulitan yang berarti.

III. Etiologi
Stuart & Suddent (2014) menyatakan bahwa ansietas dapat diekspresikan secara
langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping yang dikembangkan untuk
menjelaskan asal ansietas yaitu :
1. Faktor Predisposisi:
a. Faktor Psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua
elemen kepribadian Id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls
primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Faktor Interpersonal, bahwa ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak
adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan
dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah terutama mudah
mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c. Faktor Perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
d. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam
keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan
depresi.
e. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulatory inhibisi asam
gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis
yang berhubungan dengan ansietas. Selain itu, kesehatan umum individu dan
riwayat ansietas pada keluarga memiliki efek nyata sbagai predisposisi ansietas.
Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan
kemampuan individu untuk mengatasi stressor.
2. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori:
a. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologi yang akan terjadi
atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan indentitas, harga diri, dan
fungsi social yang terintegrasi pada individu.

IV. Patofisiologi
Berdasarkan proses perkembangannya:
1. Bayi/anak-anak
a. Berhubungan dengan perpisahan.
b. Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal.
c. Berhubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya.
2. Remaja
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Perkembangan seksual.
b. Perubahan hubungan dengan teman sebaya.
3. Dewasa
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Kehamilan.
b. Menjadi orang tua.
c. Perubahan karir.
d. Efek penuaan.
4. Lanjut usia
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Penurunan sensori.
b. Penurunan motorik.
c. Masalah keuangan.
d. Perubahan pada masa pension.

V. Pathway

Stressor

Koping individu
inefektif

Gangguan suasana perasaan


cemas

Kerusakan interaksi
sosial

VI. Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala ansietas yang ditunjukkan atau ditemukan oleh seseorang bervariasi
tergantung dari beratnya atau tingkatan yang dirasakan oleh individu tersebut. Keluhan
yang sering dikemukakan oleh seseorang saat mengalami kecemasan secara umum antara
lain adalah sebagai berikut :
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian, dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi daya ingat.

VII. Klasifikasi
1. Ansietas Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Menyebabkan individu
menjadi lebih waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini dapat
memotivasi belajar dan menghasilakn pertumbuhan serta kreativitas.
2. Ansietas Sedang
Memungkinkan individu unutk berfokus pada hal yang penting  dan mengesampingkan
hal yang lain. Mempersempit lapang persepsi individu. Sehingga individu mengalami
tidak perhatian yang selektif namun dapat lebih berfokus pasda area jika diarahkan
untuk melakukannya.
3. Ansietas Berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu, cenderung berfokus ada sesuatu yang
rinci dan spesifik sehingga tidak memikirkan hal yang lain. Semua perilaku ditujukkan
untuk mengurangi ketegangan. Individu memerlukan banyak arahan untuk berfokus
pada hal lain.
4. Tingkat Panik dari Ansietas
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Individu yang mengalami panik
tidak mampu melakukan sesuatu meskipun dengan arahan, karena mengalami
kehilangan kendali.

VIII. Komplikasi
1. Depresi
2. Somatoform
3. Skizofrenia Hibefrenik
4. Skizofrenia Simplek
IX. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium, pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan
fungsi adrenalin, peningkatan glukosa dan menurunnya fungsi paratiroid, tingkat
oksigen dan kalsium.
2. Uji psikologis.

X. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu
metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik
atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius (Hawari, 2008) selengkapnya seperti pada
uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c. Cukup olahraga.
d. Tidak merokok.
e. Tidak meminum minuman keras.
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan
yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar
saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering
dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam,
bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat
dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik
(fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang
bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta
percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (rekonstruksi)
kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan
untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika
kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi
stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
sebagai faktor pendukung.
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan
dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan
stressor psikososial.

XI. Diagnosa Keperawatan


1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan cemas.
2. Gangguan alam perasaan : Cemas berhubungan dengan koping individu inefektif.

XII. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Kerusakan Tupan : Setelah 1. Ansietas 1. Kaji tingkat
interaksi sosial Cemas dilakukan berkurang. ansietas
berhubungan dapat tindakan 2. Menunjukkan klien.
dengan cemas teratasi. selama 1x24 pengendalian 2. Gali bersama
jam diri terhadap klien tentang
Tupen : diharapkan ansietas. teknik yang
Klien dapat cemas dapat berhasil dan
mengenali berkurang atau tidak berhasil
ansietasnya. hilang, dengan menurunkan
kriteria hasil : ansietas
1. Ansietas dimasa lalu.
hilang.
2. TTV dalam
batas normal.
2. Gangguan alam Tupan : Setelah 1. Kaji status 1. Mengetahui
perasaan: cemas Koping dilakukan koping yang mekanisme
tindakan
berhubungan individu digunakan oleh adaptif untuk
selama 1x24
dengan koping klien jam klien. menentukkan
individu adekuat. diharapkan 2. Bantu klien intervensi
koping
inefektif untuk untuk
individu klien
Tupen : adekuat, mengidentifikas mengubah
Klien dapat dengan kriteria i stressor pola koping
hasil :
membina spesifik untuk klien.
1. Klien
hubungan mampu mengatasi. 2. Pengenalan
saling mengekspres 3. Berikan terhadap
percaya. ikan dukungan jika stressor
kemarahan
dengan cara klien adalah
yang dapat mengungkapkan langkah
diterima perasaannya. utama dalam
secara sosial.
mengubah
2. Klien
mampu respon klien
mengungkap terhadap
kan
stressor.
kemampuan
koping 3. Dengan
alternative, mengungkap
dapat
kan
diterima
secara sosial. perasaannya
beban klien
akan
berkurang.

Anda mungkin juga menyukai