Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RSJ MUTIARA SUKMA


PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Oleh :

HIKMAH NURUL ASLAMIAH


NIM : 039STYJ22

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU PROFESI NERS
2023
LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

1. Masalah utama
Resiko perilaku kekerasan
2. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan
campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Hal ini didasarkan keadaan
emosi yang mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan
emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam diri atau
destruktif (Yoseph, Iyus, 2010).
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasanatau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai
ancaman (Stuart & Sundeen, 2007).
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan adalah suatu keadaan
dimana seseorang melakukan tindakan baik verbal maupun non verbal yang
dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan yang muncul
akibat perasaan jengkel / kesal / marah.
3. Manifestasi Klinis
Menurut Keliat (2006) adalah:
1. Klien mengatakan benci / kesal dengan seseorang
2. Suka membentak
3. Menyerang orang yang sedang mengusiknya jika sedang kesal
4. Mata merah dan wajah agak merah
5. Nada suara tinggi dan keras
6. Bicara menguasai
7. Pandangan tajam
8. Suka merampas barang milik orang lain
9. Ekspresi marah saat memnicarakan orang

4. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Psikologis
Psiconalytical Theory : teori ini mendukung bahwa perilaku
agresif merupakan akibat dari instructual drives. Freud berpendapat
bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting, pertama insting
hidup yang diekspresikan dengan seksualitas ; dan kedua : insting
kematian yang diekspresikan dengan agresifitas.
b. Faktor Sosial Budaya
Ini mengemukakan bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-
respon yang lain. Agresif dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi,
dan semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar
kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan berespon terhadap
keterbangkitan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang
dipelajarinya. Kultur dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan,
adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana
yang diterima atau tidak dapat diterima sehingga dapat membantu
individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang asertif.
c. Faktor biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif
mempunyai dasar biologis, penelitian neurobiologis mendapatkan bahwa
adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus (yang
berada ditengah sistem limbik).
2. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan berespon dengan marah apabila
merasa dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara
psikis, atau lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep diri
seseorang, ketika seseorang merasa terancam, mungkin dia tidak menyadari
sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Ancaman dapat
berupa internal ataupun eksternal, contoh stressor eksternal : serangan
secara psikis, kehilangan hubungan yang dianggap bermakna dan adanya
kritikan dari orang lain, sedangkan contoh dari stressor internal : merasa
gagal dalam bekerja, merasa kehilangan seseorang yang dicintai, dan
ketakutan terhadap penyakit yang diderita. Bila dilihat dari sudut pandang
perawat-klien, maka faktor yang mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan
terbagi dua yaitu :
a. Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, kurang
percaya diri.
b. Lingkungan : ribut, kehilangan orang atau objek yang berharga, konflik
interaksi social.
5. Rentang Respon
Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif
dan melarikan diri atau respon melawan dan menentang. Respon melawan dan
menetang merupakan respon maladaptive, yaitu agresif-kekerasan perilaku
yang menampakkan mulai dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu:
1. Asertif: mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan
merasa lega
2. Frustasi: merasa gagal mencpai tujuan disebabkan karena tujuan yang tidak
realistis
3. Pasif: diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
sedang dialami
4. Agresif: memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang
lain mengancam, memberi kata-kata ancaman tanpa niat menyakiti
5. Kekerasan: sering juga disebut gaduh - gaduh atau amuk. Perilaku
kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain dengan menakutkan,
memberi kata – kata ancaman, disertai melukai pada tingkat ringan, dan
yang paling berat adalah merusak secara serius. Klien tidak mampu
mengendalikan diri.

6. Psikopatologi
(Depkes, 2000) mengemukakan bahwa stress, cemas dan merah
merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap
individu. Stress dapat menyebabkan kecamasan yang menimbulkan perasaan
tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan
kemarahan yang mengarah pada perilaku kekerasan.
Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun
internal. Secara eksternal dapat barupa perilaku kekerasan sedangkan secara
internal dapat berupa perilaku depresi dan penyakit fisik. Mengekspresiakan
marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan kata- kata yang dapat
dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain, akan memberi perasaan
lega, menurunkan ketegangan, sehingga perasaan marah dapat diatasi.

7. Pohon Masalah
Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan persepsi sensori: Halusinasi

8. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


1. Masalah keperawatan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perilaku kekerasan/amuk
c. Perubahan persepsi sensori : halusinasi….
2. Data yang perlu dikaji
a. Data Subjektif
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya
b. Data Objektif
1) Mata merah, wajah agak merah
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam
4) Merusak dan melempar barang-barang

I. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku kekerasan
2. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
3. Resiko tinggi menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

J. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Diagnosa : Perilaku Kekerasan
a. Tujuan Umum
Klien tidak melakukan tindakan kekerasan baik kepada diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan.
b. Tujuan Khusus
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria evaluasi :
a) Klien mau membalas salam
b) Klien mau berjabat tangan
c) Kllien mau menyebut nama
d) Klien mau tersenyum
e) Klien ada kontak mata
f) Klien mau mengetahui nama perawat
g) Klien mau menyediakan waktu untuk perawat
Intervensi Keperawatan :
a) Beri salam dan panggil nama klien
b) Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
c) Jelaskan maksud hubungan interaksi
d) Jelaskan kontrak yang akan dibuat
e) Beri rasa aman dan tunjukkan sikap empati
f) Lakukan kontak singkat tetapi sering
Rasionalisasi : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk
hubungan selanjutnya.
2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Kriteria Evaluasi :
a) Klien mengungkapkan perasaannya
b) Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan marah, jengkel/
kesal ( diri sendiri, orang lain dan lingkungan)
Intervensi keperawatan :
a) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaanya
b) Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan marah,
jengkel/ kesal
Rasionalisasi : Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
dapat membantu mengurangi stress dan penyebab
marah, jengkel/ kesal dapat diketahui.
3) Klien dapat mengidentifikasi tanda perilaku kekerasan
Kriteria evaluasi :
a) Klien dapt mengungkapkan tanda-tanda marah, jengkel/ kesal
b) Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda marah, jengkel/ kesal yang
dialami
Intervensi keperawatan :
a) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami soal marah, jengkel/
kesal.
b) Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.
c) Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/ kesal yang dialami
klien.
Rasionalisasi :
a) Untuk mengetahui hal yang dialami dan dirasakan saat jengkel
b) Untuk mengetahui tanda-tanda klien jengkel/ kesal
c) Menarik kesimpulan bersama klien supaya kllien mengetahui
secara garis besar tanda- tanda marah / kesal.

4) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan


Kriteria evaluasi :
a) Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan klien.
b) Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
c) Klien mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah/
tidak
Intervensi :
a) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan klien
b) Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
c) Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan
masalahnya selesai.
Rasionalisasi :
a) Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan
b) Untuk mengetahui perilaku kekerasan yang biasa klien lakukan dan
dengan bantuan perawat bisa membedakan perilaku konstruktif
dengan destruktif.
c) Dapat membantu klien, dapat menggunakan cara yang dapat
menyelesaikan masalah.
5) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Kriteria evaluasi :
a) Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien.
Intervensi keperawatan :
a) Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang telah dilakukan klien
b) Bersama klien simpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien.
c) Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang
sehat.

Rasionalisasi:
a) Membantu klien menilai perilaku kekerasan yang dilakukan.
b) Dengan mengetahui akibat perilaku kekerasan diharapkan klien
dapat mengubah perilaku destruktidf menjadi konstruktif.
c) Agar klien dapat mempelajari perilaku konstruktif yang lain.
6) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon
terhadap kemarahan.
Kriteria evaluasi:
Klien dapat melakukan cara berespon terhdap kemarahan
secara konstruktif.
Intervensi:
a) Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang
sehat
b) Berikan pujian bila klien mengetahui cara lain yang sehat.
c) Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.
(1) Secara fisik: tarik nafas dalam saat kesal, memukul kasur/
bantal, olah raga, melakukan pekerjaan yang penuh tenaga.
(2)Secara verbal: katakan pada perawat atau orang lain
(3)Secara sosial: latihan asertif, manajemen PK.
(4)Secara spiritual: anjurkan klien sembahyang, berdoa,/ ibadah
lain
Rasionalisasi:
a) Dengan mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon
terhadap kemarahan dapat membantu klien menemukan cara yang
baik untuk mengurangi kekesalannya sehingga klien tidak stress
lagi.
b) Reinforcement positif dapat memotivasi klien dan meningkatkan
harga dirinya.
c) Berdiskusi dengan klien untuk memilih cara yang lain dan sesuai
dengan kemampuan klien.

7) Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan


Kriteria evaluasi:
a) Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku
kekerasan.
(1) Fisik: tarik nafas dalam, olah raga, menyiram tanaman.
(2) Verbal: mengatakan langsung dengan tidak menyakiti.
(3) Spiritual : sembahyang, berdoa, ibadah lain
Intervensi keperawatan:
a) Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
b) Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih
c) Bantu klien menstimulasi cara tersebut (role play).
d) Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi
cara tersebut.
e) Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat
marah.
Rasionalisasi:
a) Memberikan stimulasi kepada klien untuk menilai respon perilaku
kekerasan secara tepat.
b) Membantu klien dalam membuat keputusan untuk cara yang telah
dipilihnya dengan melihat manfaatnya.
c) Agar klien mengetahui cara marah yang konstruktif
d) Pujian dapat meningkatkan motifasi dan harga diri klien.
e) Agar klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilihnya jika
sedang kesal.
8) Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku
kekerasan.
Kriteria evaluasi:
Keluarga klien dapat:
a) Menyebutkan cara merawat klien yang berperilaku kekerasan
b) Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien

Intervensi keperawatan:
a) Identifikasi kemampuan keluarga klien dari sikap apa yang telah
dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.
b) Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
c) Jelaskan cara-cara merawat klien.
d) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.
e) Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan
demonstrasi.
Rasionalisasi:
a) Kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi akan
memungkinkan keluarga untuk melakukan penilaian terhadap
perilaku kekerasan
b) Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien
sehingga keluarga terlibat dalam perawatan klien.
c) Agar keluarga dapat klien dengan perilaku kekerasannya
d) Agar keluarga mengetahui cara merawat klien melalui
demonstrasi yang dilihat keluarga secara langsung.
e) Mengeksplorasi perasaan keluarga setelah melakukan
demonstrasi.
9) Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program
pengobatan)
Kriteria evaluasi:
a) klien dapat menyebutkan obat- obatan yang diminum dan
kegunaan (jenis, waktu, dosis, dan efek)
b) klien dapat minum obat sesuai program terapi
Intervensi keperawatan:
a) Jelaskan jenis- jenis obat yang diminum klien (pada klien dan
keluarga)
b) Diskusikan menfaat minum obat dan kerugian jika berhenti
minum obat tanpa seijin dokter
c) Jelaskan prinsip benar minum obat (nama, dosis, waktu, cara
minum).
d) Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu.
e) Anjurkan klien melapor kepada perawat/ dokter bila merasakan
efek yang tidak menyenangkan.
f) Berikan pujian pada klien bila minum obat dengan benar.
Rasionalisasi:
a) klien dan keluarga dapat mengetahui mana-mana obat yang
diminum oleh klien.
b) Klien dan keluarga dapat mengetahui kegunaan obat yang
dikonsumsi oleh klien.
c) Klien dan keluarga dapat mengetahui prinsip benar agartidak
terjadi kesalahan dalam mengkonsumsi obat.
d) Klien dapat memiliki kesadaran pentingnya minum obat dan
bersedia minum obat dengan kesadaran sendiri.
e) Mengetahui efek samping obat sedini mungkin sehingga tindakan
dapat dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari
komplikasi.
10) Reinforcement positif dapat memotifasi keluarga dank lien serta
meningkatkan harga diri.

STRATEGI PELAKSANAAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

SP 1 RPK
Fase Orientasi:
“Selamat Pagi pak, perkenalkan nama saya Maezul, senang dipanggil Maezul
saya mahasiswa Keperawatan dari UNW. Hari ini saya dinas pagi dari pkl. 07.00-
14.00. Saya yang akan merawat bapak selama bapak di rumah sakit ini. Nama
bapak siapa, bapak senang dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak hari ini?, apa keluhan bapak saat ini?
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang mengontrol marah
dengan cara fisik , tarik nafas dalam dan pukul bantal .”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
ruang tamu?”

Fase Kerja :
“Baiklah bapak tadi bapak mengatakan sering marah, kalau saya boleh tau, apa
yang sering menyebabkan bapak marah?, saat bapak ingin marah biasanya apa
tanda-tandanya? Apakah bapak tau apa akibatnya kalau bapak marah? Lalu apa
yang bapak rasakan setelah marah? Apakah bapak merasa menyesal?
“Baiklah untuk mengontrol marah ada beberapa cara yaitu latihan fisik, tarik nafas
dalam dan pukul bantal/kasur, yang kedua latihan minum obat secara teratur,
ketiga latihan berbicara yang benar, keempat latihan melakukan kegiatan spiritual.
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu yaitu dengan cara tarik nafas dalam
dan memukul bantal/kasur.
”caranya coba bapak tarik nafas melalui hiduung tahan sebentar kemudian
keluarkan dari mulut dilakukan shari 5 kali. Skarang saya akan mempraktekan
bapak bisa melihat dulu
“coba sekarang bapak praktekan cara tarik nafas dalam tersebut seperti yang saya
contohkan tadi” bagus...
“nah sekarang kita akan latihan pukul bantal/kasur, jadi kalau bapak lagi kesal
ingin memukul seseorang, luapkan marahnya pada bantal dan kasur yang ada
diruangan ini, caranya seperti ini, bapak perhatikan saya dulu baru bapak bisa
melakukan, sekarang bapak lakukan pukul bantal dan kasur ya, bagus...nah
sekarang bapak kan sudah bisa, kita buat jadwal kegiatannya ya, mau jam berapa
saja bapak melakukan latihan fisik tarik nafas dalam dan pukul bantal/kasur.

Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tentang cara
mengontrol perasaan marah dengan latihan fisik tarik nafas dalam dan pukul
bantal/kasur?”
”coba bapak sebutkan kembali ada berapa cara mengontrol marah dengan latihan
fisik.
Baguss bapak....
‘Sekarang kita buat jadwal latihannya ya bapak, berapa kali sehari bapak mau
latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?”
Ya, bapak bisa melakukan tarik nafas dalam dan pukul bantal 5 kali sehari, jangan
lupa laksanakan semua latihan dengan teratur sesuai dengan jadwal ya bapak
”Baik pak, besok akan bertemu lagi dan kita latihan cara yang kedua yaitu dengan
cara minum obat yang benar dan teratur untuk mengontrol marah. Tempatnya mau
dimana bapak? Apa mau disini saja pak? Ohh baiklah pak, sampai jumpa besok ya
pak, selamat istirahat.
SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat
Fase Orientasi :
“Selamat Pagi bapak“ bapak kelihatan rileks hari ini, masih ingat dengan saya pak? Saya
perawat Maezul yang kemarin mengajarkan cara mengontrol marah dengan tarik nafas dan
pukul bantal, baik sekarang kita akan bicara tentang pentingnya minum obat untuk mengontrol
rasa marah atau jengkel yang bapak alami, berapa lama bapak ingin berbincang-bincang.
“Bagaimana perasaan bapak saat ini, bagaimana dengan perasaan marah dan jengkel yang
sering bapak rasakan, apa yang bapak lakukan saat rasa jengkel/marah, lalu apa manfaat yang
bapak rasakan dengan melakukan mwmukul bantal/kasur.
“adakah hal yang menyebabkan bapak marah?”
“bagaimana dengan latihan nafas dalam dan pukul bantal? Apa sudah dilakukan? Boleh saya
lihat jadwal latihannya, wah bagus bapak ternyata bapak telah melakukan apa yang sudah saya
ajarkan kemarin, nanti kegitan ini terus bapak lakukan ya.
“sekarang kita akan diskusi tentang pentingnya minum obat dan latihan cara minum obat yang
benr untuk mengontrol rasa marah, saya akan menjelaskan tentang pentingnya minum obat
dan cara minum obat yang benar.

Fase Kerja :
“bapak obat itu ada tiga macam ya yang warnanya orange itu CPZ, yang warna putih ini
namanya THP dan yang merah jambu ini namanya HLP, jadi sebelum minum obat bapak
lihat dulu label yang menempel dibungkus obat, apakah benar nama bapak tertulis disitu.
Selain itu bapak perlu memperhatikan jenis obatnya, berapa dosis yang diminum, jam berapa
saja obatnya harus diminum, misal diminum 3x sehari yaitu jam 07.00, 13.00 dan jam 19.00.
Cara minum obatnya juga harus benar tidak boleh pake kopi, soda, susu tapi harus pakai air
putih atau teh manis boleh.
“bapak perlu minum obat ini secara teratur agar pikirannya jadi tenang dan tidurnya juga
menjadi nyenyak. Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya bisa menghisap es batu, bila mata bapak terasa berkunang-kunang sebaiknya
istirahat dan jangan beraktifitas dulu dan jangan pernah berhenti minum obat sebelum
berkonsultasi dengan dokter ya bapak.

Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tentang cara mengontrol
perasaan marah dengan cara minum obat yang benar?”
“coba bapak sebutkan kembali cara minum obat yang benar, ya bagus bapak, berarti bapak
sudah tau cara minum obat yang benar.
“sudah ada berapa cara mengontrol pearasaan marah yang bapak pelajari? Selanjutnya bapak
harus tetap latihan nafas dalam dan pukul bantal 3x sehari, minum obat secara benar 3x sehari
jangan lupa laksanakan semua latihan dengan teratur sesuai jadwal ya pak.
“baik bapak besok kita akan bertemu lagi, saya juga akan melatih cara mengontrol perasaan
marah dengan cara berikutnya yaitu berbicara yang baik. Bapak besok mau jam berapa?
Dimana? Baik pak, sampai jumpa besok dan selamat istirahat.

SP 3 : latihan bicara yang baik


Fase Orientasi :
“Selamat Pagi bapak“ bapak kelihatan lebih segar hari ini, masih ingat dengan saya pak? Saya
perawat Maezul yang kemarin mengajarkan cara mengontrol marah dengan tarik nafas dan
minum obat.
“Bagaimana perasaan bapak saat ini, bagaimana dengan perasaan marah dan jengkel yang
sering bapak rasakan, apa yang bapak lakukan saat rasa jengkel/marah tersebut datang, lalu
apa manfaat yang bapak rasakan dengan melakukan hal tersebut.
“bagaimana dengan latihan nafas dalam dan minum obat? Apa sudah dilakukan? Boleh saya
lihat jadwal latihannya, wah bagus...bapak, ternyata bapak telah melakukan apa yang sudah
saya ajarkan kemarin, nanti kegitan ini terus bapak lakukan ya.
“sekarang kita akan diskusi tentang pentingnya berbicara yang baik untuk mengontrol rasa
marah yang bapak alami tujuannya agar bapak mampu mengungkapkan rasa marahnya dengan
cara yang benar, nanti ada 3 cara yaitu mengungkapkan marah, meminta dan menolak dimana
enaknya kita brbincang-bincang? Berapa lama bapak mau berbincang-bincang?

Fase kerja
‘baik bapak sekarang kita mulai ya...tadi kan ada 3 cara untuk mengontrol marah dengan
bicara yang baik. Yang pertama kita belajarmengungapkan rasa marah, contohnya bapak bisa
mengatakan “saya tidak suka kamu bicara seperti itu atau bersikap atau bersikap seperti
itu...nanti saya bisa marah “ coba bapak praktekkan...iya bagus sekali pak. Cara yang kedua
meminta, “contohnya saya minta jangan diambil buku itu, nanti saya bisa marah”, coba bapak
praktekkan...iya bagus sekali pak. Nah yang terakhir denga menolak, jadi bapak kalau
misalnya tidak menyukai sesuatu bisa menolaknya tapi dengan bicara menolak yang baik,
contohnya “saya menolak untuk dijadikan ketua dalam kelompok acara kerja bakti, nanti saya
bisa marah, coba bapak praktekkan...iya bagus sekali pak. Nah sekarang kita buat jadwal
kegiatannya ya pak, mau berapa kali dan jam berapa aja melakukan latihan bicara yang baik.
Fase terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tentang cara mengontrol
perasaan marah dengan latihan bicara yang baik?
“coba bapak sebutkan kembali cara bicara yang baik?
Ya bagus pak...
“sudah ada berapa cara mengontrol perasaan marah yang sudah bapak pelajari. Selanjutnya
bapak harus tetap latihan nafas dalam 5x/hari. Latihan pukul bantal/kasur 5x/hari. Minum obat
secara benar 3x/hari. Dan latihan bicara yang baik 3x/hari. Jangan lupa laksnakan semua
latihan dengan teratur sesuai jadwal ya pak.
“baik pak...besok kita akan bertemu lagi, saya juga akan melatih cara mengontrol perasaan
marah dengan cara berikutnya yaitu spiritual. Bapak mau jam berapa? Dimana? Baik pak
sampai jumpa besok dan selamat istirahat.

Sp 4 Latihan Mengontrol Perilaku Kekerasan Secara Spiritual


Fase Orintasi
“selamat pagi pak, masih ingat dengan saya pak? Saya perawat Maezul yang kemarin merawat
bapak, sesuai dengan janji saya, hari ini saya datang lagi.
“bagaimana perasaan bapak?
“pak tujuan saya ngobrol dengan bapak adalah unutuk membantu menyelesaikan masalah
bapak kaitannya dengan perasaan marah yang bapak alami.
“kemarin kita sudah belajar latihan mengontrol marah dengan cara tarik nafas dalam,
memukul kasur dan bantal, minum obat dan bicara baik-baik.
“coba sekarang kita lakukan lagi apa yang sudah kita pelajari dahulu, apabila ada perasaan
marah atau ada orang yang membuat bapak marah maka kita: bagaimana menarik nafas
dalam? (klien mempraktekkan nafas dalam dan menarik nafas dari mulut dan menghembuskan
dari mulut) bagus pak...bagaimana dengan memukul bantal? (klien mempraktekan) ya bagus
sekali pak... apa yang harus diperhatikan dalam minum obat? (klien menjawab 5 benar minum
obat yaitu benar orang, obat, waktu, dosis dan cara) bagus pak...pintar...
Bagaimana kita bicara baik pada orang yang membuat marah kita. (klien mengatakan “saya
tidak suka kamu bicara sepeti itu atau bersikap seperti itu...nanti saya bisa marah) bagus sekali
pak...
“bapak ternyata masih ingat dengan apa yang sudah saya ajarkan. “bagaimana pak, latihan apa
yang sudah dilakukan? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus
sekali...bagaimana rasa marahnya”
“bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang llatihan spiritual untuk
mengontrol marah/jengkel? Bagaimana kalau ditempat tadi?
“berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?

Fase Kerja
“coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan.
Bagus...baik yang mana yang mau dicoba?
“nah...kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik nafas dalam dari
hidung sambil menghembuskan nafas dari mulut ucapkan “astaghfirullahal adzim” baik pak,
saya akan berikan contohnya terlebih dahulu. (perawat mempragakan duduk dan tarik nafas
dalam dari hidung sambil mengehembuskan nafas dari mulut ucapkan “astaghfirullahal
adzim” sekali lagi ya pak, (perawat mempragakan lagi)
“sekarang coba bapak yang melakukan (klien mempragakan)...coba lagi pak.
“nah sekarang coba lakukan sebanyak 3x (klien mempragakan sebanyak 3x)...bagus pak,
bagus sekali...
“jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks, jika tidak reda juga, ambil air
wudhu kemudian sholat”.
“bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan...coba bapak
sebutkan sholat 5 waktu? Bagus...mau coba yang mana? Coba sebutkan caranya (untuk yang
muslim.

Fase terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tentang cara mengontrol
perasaan marah dengan latihan spiritual?
“jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus...
“mari kita masukkan kegiatan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik tari nafas dalam, pukul
batal 5x/hari , minum obat secara benar 3x/ hari, bicara yang baik setiap berbicara dengan
orang lain , istighfar dan sholat. Baik kita masukkan ke jadwal ya.... (sesuai kesepakatan
pasien)
Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat lakukan bila bapak merasa marah
Setelah ini coba bapak lakukan jadwal sholat ssesuaai jadwal yang telah kita buat tadi
“besok kita ketemu lagi ya pak nanti kita bicarakan keempat cara mengontrol rasa marah, tarik
nafas dalam, pukul bantak/kasur, minum obat secara benar , bicara baik, dan cara spiritual....
mau jam berapa pak.?
Nanti kita akan membicarakan empat cara untuk mengontrol rasa marah bapak, apakah bapak
setuju.? Sekarang saya persilahkan untuk melanjutkan bapak, sampai jumpa....

DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi
2.Jakarta: EGC
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta :
Salemba Medika
Nurjannah (2005), Buku Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa edisi 2 Moco
Media
Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .

Anda mungkin juga menyukai