Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK RESIKO

PERILAKU KEKERASAN

Disusun Oleh :

1. Dinata Salsabila Sohera


2. Humrah Juwita
3. Masayu Azizah
4. Muhammad Ilyas Yasin
5. Popy Adelia
6. Revita Rachmawati

` Dosen Pengampu: Ns. Vera AG,S.Kep .

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM II/SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2022/2023

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi adalah
terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan
pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi
kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif. Terapi aktivitas
kelompok ini secara signifikan memberi perubahan terhadap ekspresi kemarahan
kearah yang lebih baik pada klien dengan riwayat kekerasan. Pernyataan ini dapat
dibuktikan dengan adanya penurunan ekspresi kemarahan setelah dilakukan terapi
aktivitas kelompok sebesar 60,4%.
Pada terapi aktivitas stimulasi persepsi ini klien dilatih mempersepsikan
stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami.Kemampuan persepsi
klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi, dengan proses ini diharapkan
respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
Terapi aktivitas kelompok ini memberi hasil : kelompok menunjukkan
loyalitas dan tanggung jawab bersama, menunjukkan partisipasi aktif semua
anggotanya, mencapai tujuan kelompok, menunjukkan teerjadinya komunikasi
antar anggota dan bukan hanya antara ketua dan anggota.

2. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Klien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.

2. Tujuan Khusus
1. Klien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
2. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik.
3. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi sosial.
4. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan spiritual
yang biasa dilakukannya.
5. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum
obat.

2
BAB II
LANDASANTEORI

1. Pengertian Perilaku Kekerasan


Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan unutk
melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan defenisi
ini, perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri
sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua
bentuk yaitu perilaku kekerasan saat sedang berlangsung atau perilaku
kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan)(Keliat &Akemat, 2010).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008).

2. Penyebab Perilaku Kekerasan


Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri
rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana
gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai
tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia
merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu
dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya
misalnya dengan kekerasan.
Hilangnya harga diri: pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan
yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu
tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas
tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.

3
3. Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
a) Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem
saraf otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan
tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi
HCl meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva
meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan
otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan
disertai reflek yang cepat.
b) Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku
asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena
individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain
secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk
pengembangan diri klien.
c) Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku
“acting out” untuk menarik perhatian orang lain.
d) Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan

4. Tanda dan gejala:


a) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi).
b) Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri).
c) Gangguan hubungan sosial (menarik diri).
d) Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).
e) Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya. (Budiana Keliat, 2010)

4
5. Akibat dari Perilaku Kekerasan
Resiko tinggi menciderai diri sendiri dan orang lain, seseorang dengan
resiko perilaku kekerasan dimana dia mengalami kegagalan yang
menyebabkan frustasi yang dapat menimbulkan respon menentang dan
melawan seseorang melakukan hal sesuai dengan keinginannya akibatnya dia
menunjukkan perilaku yang mal adaptif yang menciderai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan.
Tanda dan Gejala:
a) Memperlihatkan permusuhan.
b) Mendekati orang lain dengan ancaman.
c) Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai.
d) Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan.
e) Mempunyai rencana untuk melukai.

6. Rentang Respon Perilaku Kekerasan.


a. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan, kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai
ancaman. Kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau
diungkapkan tampa menyakiti orang lain akan memberikan kelegaan dan
tidak menimbulkan masalah. Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat
menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan
menentang.
b. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan.
c. Pasif adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu untuk
mengungkapkan perasaan yang sedang dialami untuk menghindari, suatu
tuntutan nyata.
d. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan
untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol.
e. Amuk atau kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat
disertai kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang
lain dan lingkungan.
f. Bunuh diri.

5
7. Tindakan keperawatan pada klien perilaku kekerasan
Keliat dkk. (2010) mengemukakan cara khusus yang dapat dilakukan keluarga
dalam mengatasi marah klien yaitu:
a. Tindakan Keperawatan
1) Berteriak, menjerit, dan memukul.
Terima marah klien, diam sebentar, arahkan klien untuk memukul
barang yang tidak mudah rusak seperti bantal, kasur.
2) Cari gara-gara.
Bantu klien latihan relaksasi misalnya latihan fisik maupun olahraga,
Latihan pernafasan 2X/ hari, tiap kali 10 kali tarikan dan hembusan
nafas.
3) Bantu melalui humor.
Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka orang
yang menjadi sasaran dan diskusi cara umum yang sesuai.
b. Terapi Medis
Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa.

3. SESI YANG DIGUNAKAN


Dalam Terapi Aktifitas Kelompok Perilaku Kekerasan dibagi dalam 5 sesi,
yaitu:
Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa
Dilakukan. Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik
Sesi 3: Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial.
Sesi 4: Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual.
Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengonsumsi Obat

4. KLIEN
1. Karakteristik/Kriteria
a. Klien perilaku kekerasan yang sudah mulai mampu bekerja sama
dengan perawat

b. Klien perilaku kekerasan yang dapat berkomunikasi dengan


perawat.

6
2. Proses Seleksi
a. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
b. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
c. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK PK, meliputi :
menjelaskan tujuan TAK PK pada klien, rencana kegiatan kelompok,
dan aturan main dalam kelompok.

5. KRITERIA HASIL
➢ Evalusi Struktur
a. Kondisi lingkungsn tenang, dilakukan di tempat tertutup, dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
b. Klien dan terapis duduk bersama membentuk lingkaran.
c. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan.
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
e. Leader, co-leader, fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya
➢ Evalusi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal sampai akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung
jawab dalam antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal sampai akhir.

Evalusi Hasil
Diharapkan 80% dari kelompok mampu:
a. Memperkenalkan diri
b. Membicarakan perilaku kekerasan yang sedang dialami.

c. Membicarakan cara-cara menanggulangi perilaku kekerasan yang dialami.


d. Bekerja sama dengan perawat selama berinteraksi.
e. Mengevaluasi kemampuan menanggulangi perilaku kekerasan.

7
6. PENGORGANISASIAN
Waktu Pelaksanaan
Hari / Tanggal : Minggu , 13 November 2022

Waktu : 08.00 – 08.45 WIB

Alokasi Waktu :

 Perkenalan dan pengarahan ( 5


menit )

 Terapi Kelompok ( 30 menit )

 Penutup ( 5 menit )
Tempat : Ruang Bangau
Jumlah klien : 6 orang

➢ Tim Terapis
1. Leader: Masayu Azizah

Uraian tugas:
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2) Memimpin jalannya terapi kelompok.
3) Memimpin diskusi.
2. Co-leader: Dinata Salsabila

Uraian tugas :
1) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
3) Membantu memimpin jalannya kegiatan.
4) Menggantikan leader jika ada berhalangan.
3. Observer: Popy Adelia
Uraian tugas :
1) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,
tempat dan jalannya acara.
2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok dengan evaluasi kelompok.

4. Fasilitator:
1) Muhammad Ilyas Yasin
2) Humrah Juwita
3) Revita Rachmawati
Uraian tugas :
1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
8
2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan.
3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan.
4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah.
5. Pasien :
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Metode dan Media


1. Alat:
1) Whiteboard
2) Spidol
3) Bola
4) Alat musik
5) Buku catatan dan pulpen
6) Jadwal kegiatan klien
7) Bantal
2. Metode:
1) Dinamika kelompok
2) Diskusi dan tanya jawab
3) Bermain peran/simulasi

9
BAB 3
PROSES PELAKSANAAN

I. Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan


Tujuan:
1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya.
2. Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat marah (tanda dan
gejala marah).
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (prilaku
kekerasan).
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.

Keterangan:

: Leader

: Co Leader

: Observer

: Fasilitator

Alat:
:Pasien

: Pemutar
musik

: Dokumentasi

10
Setting:
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
3. Papan tulis/flipchart/whitebord
4. Kapur/ spidol
5. Buku catatan dan pulpen
6. Jadwal kegiatan klien

Metode:
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi

Langkah Kegiatan:
1. Persiapan
a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
1. Salam teraupetik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalkan nama panggilan terapis kepeda klien (pakai papan
nama)
3) Menanyakan nama panggilan semua klien (beri papan nama)
2. Evaluasi /validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan masalah yang dirasakan
3. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengenal perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan
2) Menjelaskan aturan main berikut:

11
• Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin kepada terapis.
• Lama kegiatan 45 menit.
• Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap Kerja
a. Mendiskusikan penyebab marah
1) Tanyakan pengalaman tiap klien marah
2) Tulis di papan tulis/flipchart/whiteboard
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar
oleh penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi
1) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda

dan gejala)
2) Tulis di papan tulis tulis/flipchart/whiteboard
c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal,
merusak lingkungan, menciderai/memukul orang lain, dan memukul diri
sendiri)
1) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah
2) Tulis di papan tulis tulis/flipchart/whiteboard
d. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling
sering dilakukan untuk diperagakan.

e. Melakukan bermain peran/simulasi untuk perilaku kekerasan yang tidak


berbahaya (terapis sebagai sumber penyebab dan klien yang
melakukan perilaku kekerasan).
f. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran/simulasi.
g. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan
1) Tanyakan akibat perilaku kekerasan
2) Tuliskan di papan tulis / whiteboard
h. Memberikan reinforcement pada peran serta klien
i. Beri kesimpulan penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan, dan
akibat perilaku kekerasan

12
j. Menanyakan kesedian klien untuk mempelajari cara baru yang sehat
menghadapi kemarahan

4. Tahap Terminasi
Evaluasi :
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif.
Tindak lanjut :
1. Menganjurkan klien memulai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab
marah, yaitu tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang terjadi, serta
akibat perilaku kekerasan.
2. Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala perilaku
kekerasan dan akibatnya yang belum diceritakan.
Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

5. Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 1, kemampuan
yang diharapkan adalah mengetahui penyebab perilaku, mengenal tanda dan
gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku
kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut :

13
Sesi 1 TAK
Stimilasi perilaku Kekerasan
Kemampuan Psikologi

Memberi Tanggapan Tentang

Mempraktekkan
Nama Penyebab Tanda &
No. PK gejala Perilaku Akibat caramengontrol
klien Kekerasan PK PK dengan nafas
PK
dalam

1.
2.
3.
4.
5.

6.
7.

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui


penyebab perilaku kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku
kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan, serta
mempraktekkan cara mengontrolperilaku kekerasan dengan nafas
dalam. Beri tanda (+) jika mampu dan beri tanda (-) jika tidak mampu.

14
II. Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik
Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dilakukan klien.
2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan
3. Klien dapat mendemontrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah
perilaku kekerasan.
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama membentuk segi empat
2. Ruangan nyaman dantenang.

Alat
1. Bantal
2. Sound musik
3. Papan tulis
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Permainan
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 1
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
a) Salam dari terapis kepada klien.
b) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi validasi

a) Menanyakan perasaan klien saat ini


b) Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan: penyebab;
tanda dan gejala; perilaku kekerasan serta akibatnya.
c. Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah
perilaku kekerasan
b) Menjelaskan aturan main berikut:

15
1. Klien Bersedia mengikuti TAK
2. Berpakaian rapi dan bersih
3. Peserta tidak diperbolehkan makan, minum atau merokok
selama pelaksanaan TAK
4. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin kepada terapi
5. Lama kegiatan 45 menit
6. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

3. Tahap kerja
Melakukan pemilihan peserta yang akan di lakukan tahap kerja
dengan permainan sederhana yaitu diputarkan musik, kemudian klien
memutar bola yang di pegang, bila musik di hentikan dan ada peserta TAK
yang masih memegang bola berarti dia adalah peserta yang terpilih untuk
dilakukan tahap kerja selanjutnya.

a. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasanya dilakukan oleh klien.


1. Tanyakan kegiatan : rumah tangga, harian, dan olah raga yang
biasa silakukan oleh klien.
2. Tulis dipapan tulis/flipchart/whiteboard
b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan
kemarahan secara sehat: tarik napas dalam, menjemur/memukul
kasur/bantal, menyikat kamar mandi, main bola,senam, memukul
gendang
c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.
d. Bersama klien mempraktekan dua kegiatan yang dipilih.
e. Terapis mempraktekkan.
f. Klien melakukan redemontrasi.
g. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktekan cara penyaluran
kemarahan.
h. Upayakan semua klien berperan aktif.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapi menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku
kekerasan.
3. Memberitahukan kemajuan masing – masing klien dalam mencapai
hasil tiap sesi.

16
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika
stimulus penyebab perilaku kekerasan.
2. Menganjurkan klien malatih secara teratur cara yang telah
dipelajari.
3. Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi
sosial yang asertif.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

5. Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 2,
kemampuan yang di harapakan adalah dua kemampuan mencegah perilaku
kekerasan secara fisik. Formulir evaluasi sebagai berikut:

Sesi 2:
Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan fisik

No
Nama klien Mempraktekkan cara fisik Mempraktekkancara
yang pertama fisik yang kedua
1.
2.
3.
4.
5.

17
PENUTUP

Demikian proposal Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) gangguan presepsi


sensori perilaku kekerasan ini kami berikan sebagai gambaran kelompok untuk
menerapkan kegiatan TAK gangguan presepsi sensori perilaku kekerasan ke
pasien, berbagai usaha dan kemampuan kami optimalkan demi kelangsungan
kegiatan ini.
Kami mengharapkan kepada para pembimbing maupun rekan pembaca
jika ada kesalahan ataupun kekurangan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Selain itu juga masih mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua
pembaca.
Atas perhatian dan dukungannya kami ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya.

Penulis

18
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A. & Akemat. (2010).Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa .


Jakarta: EGC

Purba, dkk. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial
dan Gangguan Jiwa. Medan: USUPress

Rasmun, (2009).Keperawatan kesehatan mental psikiatri terintegrasi dengan


keluarga. Jakarta : CV Sagung Seto.

Stuart, G.W. (2008). Buku Saku keperawatan Jiwa (Edisi 5) . Jakarta. Buku
Kedokteran EGC

19

Anda mungkin juga menyukai