PERILAKU KEKERASAN
Disusun Oleh :
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi adalah
terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan
pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi
kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif. Terapi aktivitas
kelompok ini secara signifikan memberi perubahan terhadap ekspresi kemarahan
kearah yang lebih baik pada klien dengan riwayat kekerasan. Pernyataan ini dapat
dibuktikan dengan adanya penurunan ekspresi kemarahan setelah dilakukan terapi
aktivitas kelompok sebesar 60,4%.
Pada terapi aktivitas stimulasi persepsi ini klien dilatih mempersepsikan
stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami.Kemampuan persepsi
klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi, dengan proses ini diharapkan
respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
Terapi aktivitas kelompok ini memberi hasil : kelompok menunjukkan
loyalitas dan tanggung jawab bersama, menunjukkan partisipasi aktif semua
anggotanya, mencapai tujuan kelompok, menunjukkan teerjadinya komunikasi
antar anggota dan bukan hanya antara ketua dan anggota.
2. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Klien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
2. Tujuan Khusus
1. Klien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
2. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik.
3. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi sosial.
4. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan spiritual
yang biasa dilakukannya.
5. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum
obat.
2
BAB II
LANDASANTEORI
3
3. Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
a) Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem
saraf otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan
tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi
HCl meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva
meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan
otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan
disertai reflek yang cepat.
b) Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku
asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena
individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain
secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk
pengembangan diri klien.
c) Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku
“acting out” untuk menarik perhatian orang lain.
d) Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan
4
5. Akibat dari Perilaku Kekerasan
Resiko tinggi menciderai diri sendiri dan orang lain, seseorang dengan
resiko perilaku kekerasan dimana dia mengalami kegagalan yang
menyebabkan frustasi yang dapat menimbulkan respon menentang dan
melawan seseorang melakukan hal sesuai dengan keinginannya akibatnya dia
menunjukkan perilaku yang mal adaptif yang menciderai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan.
Tanda dan Gejala:
a) Memperlihatkan permusuhan.
b) Mendekati orang lain dengan ancaman.
c) Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai.
d) Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan.
e) Mempunyai rencana untuk melukai.
5
7. Tindakan keperawatan pada klien perilaku kekerasan
Keliat dkk. (2010) mengemukakan cara khusus yang dapat dilakukan keluarga
dalam mengatasi marah klien yaitu:
a. Tindakan Keperawatan
1) Berteriak, menjerit, dan memukul.
Terima marah klien, diam sebentar, arahkan klien untuk memukul
barang yang tidak mudah rusak seperti bantal, kasur.
2) Cari gara-gara.
Bantu klien latihan relaksasi misalnya latihan fisik maupun olahraga,
Latihan pernafasan 2X/ hari, tiap kali 10 kali tarikan dan hembusan
nafas.
3) Bantu melalui humor.
Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka orang
yang menjadi sasaran dan diskusi cara umum yang sesuai.
b. Terapi Medis
Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa.
4. KLIEN
1. Karakteristik/Kriteria
a. Klien perilaku kekerasan yang sudah mulai mampu bekerja sama
dengan perawat
6
2. Proses Seleksi
a. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
b. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
c. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK PK, meliputi :
menjelaskan tujuan TAK PK pada klien, rencana kegiatan kelompok,
dan aturan main dalam kelompok.
5. KRITERIA HASIL
➢ Evalusi Struktur
a. Kondisi lingkungsn tenang, dilakukan di tempat tertutup, dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
b. Klien dan terapis duduk bersama membentuk lingkaran.
c. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan.
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
e. Leader, co-leader, fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya
➢ Evalusi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal sampai akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung
jawab dalam antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal sampai akhir.
Evalusi Hasil
Diharapkan 80% dari kelompok mampu:
a. Memperkenalkan diri
b. Membicarakan perilaku kekerasan yang sedang dialami.
7
6. PENGORGANISASIAN
Waktu Pelaksanaan
Hari / Tanggal : Minggu , 13 November 2022
Alokasi Waktu :
Penutup ( 5 menit )
Tempat : Ruang Bangau
Jumlah klien : 6 orang
➢ Tim Terapis
1. Leader: Masayu Azizah
Uraian tugas:
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2) Memimpin jalannya terapi kelompok.
3) Memimpin diskusi.
2. Co-leader: Dinata Salsabila
Uraian tugas :
1) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
3) Membantu memimpin jalannya kegiatan.
4) Menggantikan leader jika ada berhalangan.
3. Observer: Popy Adelia
Uraian tugas :
1) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,
tempat dan jalannya acara.
2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok dengan evaluasi kelompok.
4. Fasilitator:
1) Muhammad Ilyas Yasin
2) Humrah Juwita
3) Revita Rachmawati
Uraian tugas :
1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
8
2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan.
3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan.
4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah.
5. Pasien :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
9
BAB 3
PROSES PELAKSANAAN
Keterangan:
: Leader
: Co Leader
: Observer
: Fasilitator
Alat:
:Pasien
: Pemutar
musik
: Dokumentasi
10
Setting:
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
3. Papan tulis/flipchart/whitebord
4. Kapur/ spidol
5. Buku catatan dan pulpen
6. Jadwal kegiatan klien
Metode:
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
Langkah Kegiatan:
1. Persiapan
a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
1. Salam teraupetik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalkan nama panggilan terapis kepeda klien (pakai papan
nama)
3) Menanyakan nama panggilan semua klien (beri papan nama)
2. Evaluasi /validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan masalah yang dirasakan
3. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengenal perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan
2) Menjelaskan aturan main berikut:
11
• Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin kepada terapis.
• Lama kegiatan 45 menit.
• Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Mendiskusikan penyebab marah
1) Tanyakan pengalaman tiap klien marah
2) Tulis di papan tulis/flipchart/whiteboard
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar
oleh penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi
1) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda
dan gejala)
2) Tulis di papan tulis tulis/flipchart/whiteboard
c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal,
merusak lingkungan, menciderai/memukul orang lain, dan memukul diri
sendiri)
1) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah
2) Tulis di papan tulis tulis/flipchart/whiteboard
d. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling
sering dilakukan untuk diperagakan.
12
j. Menanyakan kesedian klien untuk mempelajari cara baru yang sehat
menghadapi kemarahan
4. Tahap Terminasi
Evaluasi :
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif.
Tindak lanjut :
1. Menganjurkan klien memulai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab
marah, yaitu tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang terjadi, serta
akibat perilaku kekerasan.
2. Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala perilaku
kekerasan dan akibatnya yang belum diceritakan.
Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
13
Sesi 1 TAK
Stimilasi perilaku Kekerasan
Kemampuan Psikologi
Mempraktekkan
Nama Penyebab Tanda &
No. PK gejala Perilaku Akibat caramengontrol
klien Kekerasan PK PK dengan nafas
PK
dalam
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
14
II. Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik
Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dilakukan klien.
2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan
3. Klien dapat mendemontrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah
perilaku kekerasan.
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama membentuk segi empat
2. Ruangan nyaman dantenang.
Alat
1. Bantal
2. Sound musik
3. Papan tulis
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Permainan
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 1
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
a) Salam dari terapis kepada klien.
b) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi validasi
15
1. Klien Bersedia mengikuti TAK
2. Berpakaian rapi dan bersih
3. Peserta tidak diperbolehkan makan, minum atau merokok
selama pelaksanaan TAK
4. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin kepada terapi
5. Lama kegiatan 45 menit
6. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap kerja
Melakukan pemilihan peserta yang akan di lakukan tahap kerja
dengan permainan sederhana yaitu diputarkan musik, kemudian klien
memutar bola yang di pegang, bila musik di hentikan dan ada peserta TAK
yang masih memegang bola berarti dia adalah peserta yang terpilih untuk
dilakukan tahap kerja selanjutnya.
16
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika
stimulus penyebab perilaku kekerasan.
2. Menganjurkan klien malatih secara teratur cara yang telah
dipelajari.
3. Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi
sosial yang asertif.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Sesi 2:
Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan fisik
No
Nama klien Mempraktekkan cara fisik Mempraktekkancara
yang pertama fisik yang kedua
1.
2.
3.
4.
5.
17
PENUTUP
Penulis
18
DAFTAR PUSTAKA
Purba, dkk. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial
dan Gangguan Jiwa. Medan: USUPress
Stuart, G.W. (2008). Buku Saku keperawatan Jiwa (Edisi 5) . Jakarta. Buku
Kedokteran EGC
19