Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

PENYALURAN ENERGI UNTUK KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU


KEKERASAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh:

1. Asri Widia P
2. Hendra Yedi
3. Sarah Kusumah B
4. Shiddiq Permana S
5. Sintiya Kusuma D
6. Yudi Mulyana

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH BANDUNG

PRODI PROFESI KEPERAWATAN (NERS)

2018
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

PENYALURAN ENERGI UNTUK KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU


KEKERASAN

A. Topik

Terapi aktivitas kelompok penyaluran energi.

B. Latar Belakang

Perilaku destruktif- diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat
mengarah kepada kematian. Perilaku destruktif- diri langsung mencakup setiap
aktivitas bunuh diri(stuart, 2007).

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai
dimana seseorang melakukan tindakan- tindakan yang dapat membahayakan/
mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak lingkungan. Seseorang yang
mengalami masalah ini harus diberikan rencana dan tindakan yang sesuai sehingga
pola ekspresi kemarahannya dapat diubah menjadi bentuk yang bisa diterima atau
perilaku yang sesuai, yaitu ekspresi kemarahan langsung kepada sumber kemarahan
dengan tetap menghargai orang yang menjadi sumber kemarahan tersebut. Faktor
yang melatar belakangi terjadinya perilaku kekerasan merupakan dampak dari
berbagai pengalaman yang dialami tiap orang.

Manusia adalah makhluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain
disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan
interaksi sesama manusia. Kebutuhan sosial manusia meliputi rasa dimiliki oleh orang
lain, pengakuan dari orang lain, penghargaan orang lain, serta pernyataan diri.
Interaksi yang dilakukan tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh individu sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap
kemampuan individu untuk berinteraksi dengan orang.(Stuart & Sundeen, 2005)

Untuk mengatasi gangguan interaksi pada klien jiwa, terapi aktifitas kelompok
sering diperlukan dalam praktik keperawatan kesehatan jiwa karena merupakan
keterampilan terapeutik. Terapi aktivitas kelompok merupakan bagian dari terapi
modalitas yang berupaya meningkatkan psikotherapi dengan sejumlah klien dalam
waktu yang bersamaan (Keliat, 2004)

Menurut Keliat menyatakan ada dua manfaat dari terapi aktifitas kelompok ini
yaitu untuk memfasilitasi interaksi, mendorong sosialisasi dengan lingkungan
(hubungan dengan luar diri klien), meningkatkan stimulus realitas dan respon
individu, memotivasi dan mendorong fungsi kognitif dan afektif, meningkatkan rasa
yang dimiliki, meningkatkan rasa percaya diri, belajar cara baru dalam menyelesaikan
masalah
1. Gambaran Umum Klien dengan Resiko Perilaku Kekerasan

a. Definisi

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan


tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain. Sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana
seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik
yang tidak terkontrol (Yosep, 2009).

Suatu keadaan ketika individu mengalami perilaku yang secara fisik dapat
membahayakan bagi diri sendiri atau pun orang lain (Sheila L. Videbeck,
2008).

b. Gejala klinis

Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan


adalah sebagai berikut:
1) Fisik
 Muka merah dan tegang
 Mata melotot/ pandangan tajam
 Tangan mengepal
 Rahang mengatup
 Postur tubuh kaku
 Jalan mondar-mandir
2) Verbal
 Bicara kasar
 Suara tinggi, membentak atau berteriak
 Mengancam secara verbal atau fisik
 Mengumpat dengan kata-kata kotor
 Suara keras
 Ketus
3) Perilaku
 Melempar atau memukul benda/orang lain
 Menyerang orang lain
 Melukai diri sendiri/orang lain
 Merusak lingkungan
 Amuk/agresif
4) Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
5) Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6) Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang
lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
7) Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8) Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

c. Penyebab
Untuk menegaskan keterangan di atas, pada klien gangguan jiwa perilaku
kekerasan dapat disebabkan oleh gangguan harga diri rendah, yaitu penilaian
individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga diri rendah dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa
gagal mencapai keinginan.
d. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai
diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan
yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan.
e. Mekanisme koping
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya
ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk
melindungi diri antara lain : (Maramis, 1998).
1) Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di
mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue,
meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi
ketegangan akibat rasa marah.
2) Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan
sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu,
mencumbunya.
3) Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada
orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau
didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua
merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan
benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
4) Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang
yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut
dengan kasar.
5) Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada
mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun
marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena
menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan
dengan temannya.

2. Perlunya Terapi Aktivitas Kelompok Penyaluran Energi


Untuk mengatasi gangguan pada klien jiwa sering dilakukan terapi aktivitas
kelompok dalam praktek keperawatan kesehatan jiwa karena merupakan
ketrampilan terapeutik. Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi
modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok klien yang mengalami
masalah keperawatan yang sama. Adapun tujuan dari terapi aktivitas meliputi
terapeutik meliputi menggunakan kegiatan untuk memfasilitasi interaksi,
mendorong sosialisasikan dengan lingkungan, meningkatkan stimulus realitas dan
respon individu, meningkatkan rasa percaya diri. Sedangkan tujuan rehabilitaif
meliputi meningkatkan kemampuan ekspresi diri, empati, meningkatkan
ketrampilan social dan pola penyeselaikan masalah.
Untuk mengatasi gangguan emosi pada klien dengan resiko perilaku
kekerasan tersebut, terapi aktivitas kelompok sering digunakan dalam praktek
keperawatan kesehatan jiwa karena merupakan keterampilan terapeutik. Terapi
aktivitas kelompok merupakan bagian dari terapi modalitas yang berupaya
meningkatkan psikoterapi dengan sejumlah klien dalam waktu yang bersamaan.
Dengan therapy aktivitas kelompok ( TAK ) klien dengan gangguan perilaku
kekerasan dapat tertolong dalam hal mengontrol emosinya dan menyalurkan
energinya untuk kegiatan positif.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi aktifitas kelompok (TAK) penyaluran energy dengan
permainan memasukkan pensil dalam botol dan lomba kelereng, diharapkan
pasien dapat menjalin kerjasama dengan pasien lain dan mampu melatih
kesabaran dalam mengontrol emosi.
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu menyegarkan pikiran dengan permainan yang
menyenangkan.
b. Klien mampu melatih konsentrasi dan meminimalkan penggunaan
energy serta emosional untuk aktivitas.
c. Klien mampu mengeluarkan energinya untuk melakukan kegiatan
positif.
d. Klien mampu focus melakukan permainan yang diajarkan perawat dan
fasilitator.
e. Klien mampu menyelaraskan dan menyeimbangkan emosi dengan
melakukan kegiatan positif.

D. Seleksi Klien
1. Kriteria klien
Klien dengan perilaku kekerasan, dengan kriteria hasil :
a. Pasien kooperatif.
b. Pasien dapat diajak berkomunikasi.
c. Pasien dapat melakukan aktivitas.
d. Pasien yang mengikuti terapi aktivitas kelompok ini adalah tidak
mengalami perilaku agresif atau mengamuk, dalam keadaan tenang.
2. Jumlah peserta
Klien yang mengikuti terapi aktifitas kelompok berjumlah minimal 6 orang.
3. Nama klien dan ruangan
Adapaun nama-nama klien yang akan mengikuti terapi aktivitas kelompok ini
adalah :
a. _______________________________
b. _______________________________
c. _______________________________
d. _______________________________
e. _______________________________
f. _______________________________

4. Proses seleksi klien


a. Berdasarkan observasi perilaku sehari-hari klien yang dikelola oleh
perawatan
b. Berdasarkan informasi dan diskusi mengenai perilaku klien sehari-hari
serta kemungkinan dilakukan terapi aktivitas kelompok pada klien tersebut
dengan perawat ruangan.
c. Melakukan kontrak pada klien untuk mengikuti aktivitas yang akan
dilakukan.

E. Jadwal Kegiatan
1. Hari/Tanggal : Kamis, 31 Mei 2018
2. Tempat : R.Merak Rumah Sakit Jiwa Provinsi jawa Barat
3. Waktu : Pukul 09.00 – selesai.

F. Metode
1. Demonstrasi
2. Bermain

G. Media dan Alat


1. Tali rafia
2. Pensil
3. Kelereng
4. Sendok
5. Botol Aqua

H. Pengorganisasian
1. Susunan Pelaksana
a. Leader : Shiddiq Permana
Co. Leader : Sintya Kusuma Dewi
b. Fasilitator I : Hendra Yedi
c. Fasilitator II : Asri Widia pangestika
d. Fasilitator III : Yudi Mulyana
e. Observer : Sarah Kusumah
2. Uraian Tugas Pelaksana
a. Leader
Leader merupakan pimpinan dalam suatu tim dimana jalannya kegiatan
dipimpin oleh seorang leader. Adapun tugas-tugas leader dalam TAK ini
meliputi :
1) Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas kelompok
sebelum kegiatan dimulai.
2) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya.
3) Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan tertib.
4) Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok.
5) Menjelaskan permainan
b. Co leader
Merupakan seseorang yang membantu leader saat jalannya TAK, Apabila
leader mengalami blocing ataupun hal lain yang bersangkutan terhadap leader.
Adapaun tugas co leader dalam TAK ini meliputi :
1) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas
klien.
2) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.
3) Mengambil alih posisi leader jika leader blocking.
c. Observer
Merupakan seseorang yang mengobservasi kepada peserta dalam kegiatan
TAK
Tugas observer antara lain :
1) Mengobservasi jalannya permainan.
2) Mencatat perilaku verbal dan nonverbal dari klien selama
berlangsungnya permainan.
3) Mencatat keaktifan masing-masing anggota.
d. Fasilitator
Merupakan seseorang yang dapat memberikan motivasi kepada peserta dalam
kegiatan untuk kesuksesan jalannya kegiatan tersebut. Adapun tugas-tugas
fasilitator dalam kegiatan TAK ini meliputi :
1) Memfasilitasi klien yang kurang aktif.
2) Berperan sebagai role play bagi klien selama kegiatan.

I. Setting Tempat
1. Klien berbaris bersaf.
2. Denah pelaksanaan :

Keterangan :

: Leader

: Co leader

: Observer

: Fasilitator

: Pasien
J. Langkah Kegiatan

1. Persiapan :

a. Memilih klien dengan resiko perilaku kekerasan.

b. Membuat kontrak dengan klien.

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi :

Pada tahap ini terapis melakukan :

a. Memberi salam terapeutik dan memperkenalkan tim terapis.

b. Evaluasi/validasi : menanyakan perasaan klien saat ini.

c. Kontrak :

1) Menjelaskan tujuan kegiatan

2) Menjelaskan aturan main berikut :

 Setiap peserta wajib memperkenalkan diri.

 Peserta yang meninggalkan kelompok harus mendapat ijin dari


terapis.

 Lama kegiatan 30 menit.

 Setiap peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap Kerja

a. Tempatkan klien sesuai dengan denah pelaksanaan TAK.

b. Bagikan alat dan bahan untuk pelaksanaan TAK.

c. Jelaskan peraturan dan cara permainan TAK.

d. Demonstrasikan tentang cara permainan TAK.

e. Laksanakan TAK, 6 peserta.

f. Ambil dua peserta yang mampu menyelesaikan permainan terlebih


dahulu lalu mempertemukan kembali dengan pemenang permainan
selanjutnya (final) untuk menentukan juara 1.

4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi

1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Rencana Tindak Lanjut

1) Menganjurkan tiap anggota kelompok untuk selalu mengontrol emosi


dan selalu sabar dalam menghadapi setiap masalah.

2) Menganjurkan klien untuk belajar mengendalikan emosinya dengan


melakukan hal-hal positif.

c. Kontrak yang Akan Datang

1) Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang.

2) Menyepakati waktu dan tempat.

K. Program Antisipasi

1. Penanganan klien yang tidak aktif saat TAK

a. Memanggil klien.

b. Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan


perawat atau klien yang lain.

2. Bila klien meninggalkan TAK

a. Panggil nama klien.

b. Tanya alasan klien meninggalkan atau tidak mengikuti TAK.

c. Berikan penjelasan tentang tujuan TAK dan berikan penjelasan pada


klien bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu klien boleh
kembali lagi.

d. Berikan sanksi kepada klien jika klien keluar dari TAK tanpa seijin
perawat.

3. Bila ada klien yang ingin ikut

a. Beri penjelasan bahwa TAK ini ditujukan pada klien yang dipilih, jika
klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak mengikuti
permainan pada TAK tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L.M. (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktek Klinik. Yogyakarta : Graha
ilmu.

Kelliat, B.A. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Purba, dkk. (2008). Asuhan Keperawatan pda Klien dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan : USU Press.

Stuart dan Laraia. (2007). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. Edisi 6. St.
Louis : Mosby Year Book.

www.jiwasehat.com
Saya blm menemukan manfaat dari penyaluran energi. Mohon sumber yg mendukung
disertakan di latar belakang.

Anda mungkin juga menyukai