Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI

PELAKSANAAN PERILAKU KEKERASAN

Disusun Oleh:
Kelompok 6

Afriza Hanief Fatkhuri


Miski Fahmiatul M.
Purwatisari
Dewi Sanyati
Rr Tiyas Nurhayati
Ervina Hesti Utami
Muri Murdiana Agustin
Yunitia Aulianita
Devi Merry E

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXVI


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2015
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN
1. Pengertian
Perilaku kekerasan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain dan juga
lingkungan. Perilaku tersebut dilakukan agar dapat mengungkapkan perasaan kesal
atau marah yang tidak konstruktif. (Towsend,1998). Selain itu perilaku kekerasan
dapat diartikan sebagai keadaan dimana individu-individu beresiko menimbulkan
bahaya langsung bagi dirinya sendiri ataupun orang lain. (Carpenito, 2000) Jadi,
dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan yang dapat
membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan untuk dapat
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.
2. Penyebab
Perilaku kekerasan dapat disebabkan karena adanya gangguan konsep diri:
harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana
gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.(Carpenito,
2000)
3. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang
orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll. Sehingga klien dengan
perilaku kekerasan beresiko untuk mencederai diri orang lain dan lingkungan.
4. Tanda dan Gejala
Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara
tentang perilaku berikut ini :
a. Fisik
1) Muka marah dan tegang
2) Pandangan tajam
3) Mengatupkan rahang dengan kuat
4) Mengepalkan tangan
5) Postur tubuh kaku
6) Jalan mondar-mandir
b. Verbal
1) Bicara kasar dan ketus
2) Suara tinggi, menjerit atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
c. Perilaku
1) Melempar batu atau memukul benda/orang lain
2) Merusak barang atau benda
3) Tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan.
4) Mengamuk atau agresif
5) Melukai diri sendiri/orang lain
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel,
menyalahkan dan menuntut, ingin berkelahi dan mengamuk.
e. Intelektual
Mendominasi, meremehkan dan sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
meyinggung perasaan orang lain dan tidak perduli.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.
h. Perhatian
Mencuri, melarikan diri dan penyimpangan seksual.
5. Proses Marah

Ancaman terhadap kebutuhan

Stress

Cemas

Mengungkapkan secara verbal


Merasa kuat Merasa Tidak adekuat

Menantang Menjaga keutuhan orang lan


Menarik diri

Masalah tidak
selesai Lega
Marah tidak terungkap

Marah
Ketegangan menurun
berkepanjangan Marah pada diri sendiri

Marah pada Depresi Psikosomatis


orang lain

Muncul rasa
bermusuhan

Rasa Bermusuhan
menahun

Agresif
6. Perilaku yang Menyertai Perilaku Kekerasan
a. Menyerang atau Menghindar
Respons psikologi timbul karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi
terhadap sekresi ephineprin yang menyebabkan tekanan darah meningkat,
wajah merah, pupil melebar, mual, sekresi HCL meningkat, peristaltik
gaster menurun, pengeluaran urin dan saliva meningkat, konstipasi,
kewaspadaan meningkat disertai ketegangan otot, seperti rahang terkatup,
tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yg cepat.
b. Menyatakan Secara Asertif (Assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku
asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena
individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang
lain secara fisik maupun psikologis.
c. Memberontak (Acting Out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku
memberontak untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku Kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan.
7. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah mekanisme yang digunakan individu untuk
mengatasi segala bentuk perubahan yang terjadi. Mekanisme koping dikatakan
berhasil apabila individu tersebut mampu beradaptasi terhadap perubahan yang
terjadi. (Nursalam, dkk, 2007) Menurut Asmadi (2008), macam-macam
meknaisme koping untuk mengatasi perilaku kekerasan:
a. Sublimasi
Penyaluran rangsangan atau nafsu yang tidak tercapai ke dalam kegiatan lain
yang dapat diterima oleh masyarakat.
Sebagai contoh: individu yang melampiaskan kemarahannya pada obyek lain,
seperti memukul bantal dengan tujuan untuk mengurangi keteganggan akibat
kemarahannya.
b. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai kesusahannya atau keinginannya yang
kurang baik. Sebagai contoh: Wanita menyangkal memiliki perasaan terhadap
seorang pria, berbalik menuduh pria tersebut sedang merayunya.
c. Represi
Mencegah pikiran-pikiran yang kurang baik masuk dala alam sadar.
Sebagai contoh: individu sangat benci kepada orang tuanya. Akan tetapi
menurut pendidikan sejak kecil dari orang tuanya bahwa membenci
merupakan hal yang tidak baik, maka individu tersebut melupakan
kebenciannya.
d. Reaksi formasi
Mengembangkan pola sikap dan perilaku tertentu yang disadari, tetapi
berlawanan dengan perasaaan dan keinginannya.
Sebagai contoh: individu yang jatuh cinta terhadap seorang wanita, akan tetapi
saat ditanya oleh temannya, dia menjawab bahwa membenci wanita tersebut.
e. Displacement
Memindahkan perasaaan yang kurang menyenangkan dari seseorang atau
objek ke orang atau objek lain yang biasanya lebih kurang berbahaya.
Sebagai contoh: seorang anak yang mendapat hukuman dari kedua orang
tuanya karena memecahkan piring di dapur, kemudian anak tersebut
melampiaskannya dengan melemparkan buku-buku dikamarnya.
8. Perencanaan Pulang
Perencanaan pulang dilakukan sesegera mungkin setelah klien dirawat dan
diintegrasikan didalam proses perawatan . Hal ini dikarenakan perawatan rumah
sakit akan lebih bermakna apabila dapat dilanjutkan di rumah. Tujuan dari
perencanaan pulang tersebut meliputi:
a. Menyiapkan klien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial
b. Klien tidak menciderai diri, orang lain dan lingkungannya
c. klien tidak terisolaso sosial
d. menyelenggarakan proses pulang yang bertahap
(Keliat, 2005)
9. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas Klien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, dan penanggung jawab.
2) Keluhan utama dan alasan masuk
Keluhan utama atau alasan masuk ditanyakan pada keluarga/klien, apa
yang menyebabkan klien dan keluarga dating ke rumah sakit.
3) Faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri, penampilan peran dan identitas diri.
4) Faktor presipitasi
Faktor internal dan eksternal yaitu trauma dan ketegangan peran (transisi
peran : perkembangan, situasi, dan sehat sakit).
5) Aspek fisik
Mengukur dan mengobservasi TTV, ukur TB dan BB, aktivitas sehari-hari,
pola tidur, pola istirahat, rekreasi dan kaji fungsi organ tubuh bila ada
keluhan.
6) Aspek psikososial
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi.
Konsepdiri :
a) Citra tubuh : Persepsi klien terhadap tubuhnya.
b) Identitas diri : Status dan posisi klien sebelum di rawat
c) Peran diri : Tugas yang diemban dalam keluarga
d) Ideal diri : Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas
dll.
e) Hargadiri : Hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan
penghargaan orang lain terhadap dirinya.
Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok yang diikuti dalam masyarakat. Spiritual, mengenai nilai,
keyakinan dan kegiatan ibadah.
7) Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir, afek klien,
interaksi selama wawancara, persepsi klien,proses fikir, isi fikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan
penilaian dan daya tilik diri.
8)  Kebutuhan persiapan pulang
a) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan
membersihkan alat makan
b) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC
serta membersihkan dan merapikan pakaian
c) Mandi klien dan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien
d) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah
e) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah
minum obat.
9) Mekanisme koping
Bila diberikan pilihan dengan bantuan minimal klien dapat menyelesaikan
masalah dengan bantuan perawat atau keluarga.Mekanisme koping pada
HDR yaitu pertahanan jangka pendek dan jangka panjang  serta
penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri
dalam menghadapi  proses diri yang menyakinkan.
10) Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
11) Pengetahuan
Dapat di dapatkan melalui wawancaradengan klien kemudian tiap bagian
yang di miliki klien disimpulkan dalam masalah.
12)  Aspekmedik
Terapi yang diterima klien bisa berupa ECT, terapi lain seperti terapi
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi
okupasi, dan terapi lingkungan, TAK, serta rehabilitasi.(Khaidir Muhaj,
2009)

b. Pohon Masalah
Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

c. Analisa Data
Data Subjektif Data Objektif
- Klien mengatakan benci, marah dan kesal -  Mata dan wajah klien tampak memerah
pada seseorang -  Klien merusak dan melempar barang
- Klien suka membentak dan menyerang orang - Ekspresi marah saat membicarakan orang,
yang mengusiknya jika sedang kesal atau pandangan tajam.
marah. - Nada suara klien terdengar tinggi dan kasar.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan - Nafas pendek dan cepat
jiwa lainnya. - Wajah tegang
- berkeringat
d. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada perilaku kekerasan meliputi :
1. Perilaku kekerasan.
2. Isolasi sosial: menarik diri
3. Gangguan Konsep diri : harga diri rendah
Diagnosa Tujuan
Perilaku Tujuan umum :
kekerasan klien terhindar dari menciderai diri, orang lain dan lingkungan
Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
3. Klien dapatmengidentifikasi tanda – tanda perilaku
kekerasan
4. Klien dapat mengeidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam
berespon terhadap kemarahan
7. Klien mendapat dukungan dari keluarga

Isolasi sosial Tujuan Umum :


Klien dapat beriteraksi dengan orang lain
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungang saling percaya
2. Klien dapat menyadari penyebab isolasi sosial
3. Klien dapat mengenali keuntungan berhubungan dengan
orang lain
4. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
Gangguan konsep Tujuan Umum :
diri : Harga diri Klien dapat mengetahui kemampuan dan aspek positif yang
rendah dimiliki
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan salin percaya
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
4. Klien dapat melatih kegiatan yang telah dipilih
5. Klien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan
yang sudah dilatih

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATN PADA


Tn.U DENGAN MASALAH UTAMA PERILAKU KEKERASAN

A. Tindakan Keperawatan Untuk Pasien


1. Mengungkapkan perasaan klien ketika marah
2.
3. Mengungkapkan hal yang dilakuakan klien saat marah dan akibatnya
4. Mengenali tanda dan gejala ketika marah
5. Melatih cara mengontrol kemarahan dengan beberapa cara.
B. SP 1 : Membina hubungan saling percaya, indentifikasi penyebab perasaan
marah, randa dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan, akibat perilaku kekerasaan, certa cara mengontrol secara fisik I.
a. Orientasi
“Selamat pagi pak, assalamualaikum pak, perkenalkan pak saya Mahasiswa Ilmu
Keperawatan dari Universitas Diponegoro, semarang sini pak. Nama saya Devi
merry evendi, biasa dipanggil devi.”
“Hari ini saya dinas pagi dari pukul 07.00-14.00. Saya akan merawat bapak selama
dirumah sakit ini pak. Nama Bapak siapa pak? Biasanya dipanggil siapa?.”jadi
bapak namanya pak U, ya pak.”
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini?, “Masih ada perasaan kesal atau marah
pak?”
“Baiklah pak bagaimana kalau kita berbincang-bincang mengenai kenapa bapak
masuk ke rumah sakit, bagaimana perasaan bapak saat marah, bapak bersedia?
“Kira-kira kita berbicangnya sekitar 15 menit pak?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang pak? “
“Bagaimana kalau diluar sebelah sana pak, kayaknya sejuk disana pak, adem?”
b. Kerja
“Pak maaf sebelumnya kalau nanti pertanyaan saya ada yang membuat bapak tidak
enak, tapi saya janji pak semua cerita bapak akan saya jaga kerahasiaan pak.”
Terimaksih pak sudah bersedia.”
“ Apa yang menyebabkan bapak marah sebelum masuk kerumah sakit ini pak?
O….ada masalah dikeluarga. Kalau boleh tau masalah apa ya pak? Ooo..masalah
sama istri.”
“Apakah sebelumnya bapak pernah marah-marah?” Bapak tau penyebab kenapa
bapak marah-marah?
“Apakah penyebabnya sama atau berbeda pak?, Ooo..iya jadi ada 2 penyebab
bapak marah-marah, yang pertama karena anak bapak dijodohkan oleh istri bapak
dan kemudian ternyata anak bapak bercerai, dan yang kedua karena istri bapak
berselingkuh, maaf ya pak.”
“Pak saya mau tanya, apakah saat marah bapak merasa kesal, kemudian mata
melotot, dada bapak berdebar-debar, rahang terkatup rapat, tangan mengepal dan
suara bapak keras? O...jadi bapak saat marah suaranya keras ya pak, tangan
mengepal, dada berdebar dan kepala langsung pusing ya pak.”
“Saat bapak marah waktu itu, apa yang bapak lakukan? O….iya jadi bapak
membanting hp dan berteriak marah-marah ya pak.”
“Apakah dengan cara tersebut istri bapak mengakui kesalahannya atau justru istri
bapak takut dan tidak mau mengaku?” Iya, tentu tidak ya pak karena saat itukan
situasinya bapak sedang emosi pasti ibuknya tidak mau bercerita yang sebenarnya
terjadi.”
“Apa kerugian yang bapak dapatkan dengan marah, berteriak dan membanting hp?
“ Betul pak, istri bapak jadi takut, istri bapak tidak mau mengatakan sebenarnya
yang terjadi pada dirinya dengan laki-laki itu dan hpnya juga pecah ya pak.”
“ Menurut bapak adakah cara yang lain untuk mengungkapkan rasa marah, atau
cara mengontrol rasa marah?” O.. .jadi bapak belum tau ya pak.
“ Oleh karena itu saya akan mengajarkan beberapa cara untuk mengontrol rasa
marah pak, bagaimana pak mau belajar sama saya untuk mengungkapkan
kemarahan bapak dengan baik tanpa menimbulkan kerugian ? .”
“ Jadi ada beberapa cara pak untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya
adalah dengan cara fisik yaitu nafas dalam pak. Dengan cara ini bapak dapat
menyalurkan kemarahan.”
“ Pak untuk cara pertama begini, jika tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan
maka berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup
perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan.
“Ayo pak dicoba bareng sama saya, tarik nafas dari hidup, bagus pak…tahan dan
keluarkan udara melalui mulut, bah ini dapat dilakukan 5 kali. “Ya bagus sekali
pak, bapak sudah bisa melakukan. Bagaimana perasaanya pak?.”
“Bapak dapat melakukan latihan nafas dalam ini secara rutin setiap hari, sehingga
apabila sewaktu-waktu bapak marah, bapak sudah bisa mengontrol kemarahan
dengan cara yang tadi.”
c. Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setalah tadi kita berbincang-bincang tentang masalah
yang dialami bapak sampai bapak marah-marah?”
“ Jadi lebih tenang ya pak, jadi tadi ada 2 penyebab bapak marah, apa saja pak? .”
“iya betul pak jadi yang pertama masalah anak dan yang kedua masalah istri bapak
selingkuh ya pak.
“Apa yang bapak rasakan saat marah?” iya betul sekali jadi bapak berteriak marah-
marah, tangan mengepal, mata melotot.
“Apa yang bapak lakukan saat marah dan bertengkar sama istri?.” Iya betul jadi
bapak membanting hp dan berteriak sambil marah-marah dengan suara keras ya
pak.”
“Bapak masih ingat pak tadi akibatnya saat bapak mengungkapkan rasa marah
sama istri? “ Iya betul istri bapak tidak dapat menjelaskan kejadian sebenarnya dan
hp istri bapak pecah ya pak.”
“Baik bapak bagus sekali, bapak dapat menjelaskan tanda-gejala marah, penyebab
bapak marah, dan cara mengontrol marah dengan nafas dalam.”
“Sekarang kita buat jadwal latihannya ya pak, berapa kali bapak mau latihan napas
dalam?”. “ Ia jadi 5 kali ya pak? Jam berapa saja pak?
“O.. jadi pagi hari bangun tidur 2 kali, siang hari sebelum tidur 1 kali, sama sore
hari sebelum makan sore ya pak 2 kali. Bagus pak.”
“Bapak untuk pertemuan kita mungkin cukup sampai disini dulu, ini jam 09.00 ya
pak, mungkin kalau nanti sebelum tidur siang jam 1 kita latihan lagi untuk cara
yang lain gimana pak, bapak bersedia? Tempatnya di kamar istirahat gimana pak?
Terimaksih ya pak. Wassalammualaikum wr. wb.
C. SP 2 Pasien: latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2
1. Evaluasi latihan nafas dalam
2. Latihan cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
3. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua
a. Orientasi
“Assalammualikum pak U, bapak sesuai dengan janji saya pada pukul 13.00 ini
saya akan datang lagi untuk memberikan cara mengontrol kemarahan dengan cara
lain ya pak.”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?” adakah hal yang menyebabkan bapak marah
hari ini? Ooo.. tidak ya pak.
“Bapak mau mencoba lagi cara pertama mengontrol kemarahan? Oh iya silahkan
pak….”wah bagus pak, gimana pak setelah melakukan cara tersebut, Ooo…jadi
lebih tenang ya pak hatinya.”
“Baik pak sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan
kegiatan fisik untuk cara yang kedua.“
“Mau berapa lama pak? Bagaimana kalau 20 menit?”
“Dimana kita bicara? Bagaimana kalau diruang sini aja pak, nanti bapak bisa
praktek langsung pak?” kita mulai ya pak.”
b. Kerja
“kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-
debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan
bantal.”
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal ya pak, kebetulan kita
berbincangnya dikamar istirahat bapak ya pak. Jadi begini pak, jika bapak kesal
dan ingin marah, bapak langsung pergi ke kamar dan lampiaskan kemarahan
tersebut dengan memukul kasur atau bapak bisa mengambil bantal dan meremas
bantal itu.”
“Mari kita coba pak, pukul kasur dan meremas bantal. Ya bagus sekali bapak
melakukannya.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah, jadi bapak
dapat mengontrol kemarahan dengan cara tersebut pak.”
“Kemudian jangan lupa pak merapikan tempat tidur habis bapak pukul-pukul
tadi.”
“Cara ini bisa dikombinasikan dengan cara pertama pak, caranya begini, ketika
bapak merasa ingin marah bapak bisa langsung tarik nafas dalam dan setelah itu
langsung pukul-pukul kasur dan bantal.
c. Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah dengan cara
yang tadi pak? “
“Jadi ada beberapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi? Bagus
pak, benar sekali. Jadi kita sudah latihan 2 cara ya pak.”
“Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari Bapak. “Mau berapa
kali pak latihan pukul kasur dan bantal?” . “ Oh… bagus 2 kali ya pak, waktunya
kapan pak? Bagaimana kalau bangun tidur pagi yaitu pukul 05.00 dan mau tidur
pak, bapak biasanya tidur malamnya jam berapa? O…jam 20.00 pak jadi
latihannya bangun tidur pukul 05.00 dan mau tidur pukul 19.30 ya pak.”
“Sekarang kita buat jadwalnya ya pak untuk latihan nafas dalam dan memukul
kasur dan bantal.
“Bapak saya kira cukup pertamuan hari ini, saya mengucapkan terimakasih atas
kerjasamanya, semoga cara yang tadi kita praktekkan Bapak dapat mengontrol
dan mengendalikan kemarahan bapak.”
“Masih ada cara yang lain pak, gimana kalau besok kita latihan cara yang ketiga
pak, Bapak bersedia? Oke pak, “bagaimana kalau setelah makan pagi sekitar pukul
09.00, Bapak bersedia?, baik jadi besok kita bertemu lagi ya pak pukul 09.00.
sampai jumpa pak, saya pamit dulu. Wassalamualikum wr.wb.
D. SP 3 Pasien : latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:
1. Evaluasi jadwal harian untuk 2 cara fisik yang telah diajarkan
2. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
3. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
a. Orientasi
“Assalamualaikum pak U, bagaimana kabarnya hari ini?” wah luar baisa ya pak.
Pak U masih ingat sama saya ya pak, iya betul pak saya devi.
“Pak sesuai dengan janji saya kemarin saya akan memberikan cara ke tiga untuk
mengontrol atau melampiaskan kemarahan Bapak ya pak.”
“Oh..iya pak bagaimana pak, sudah melakukan latihan tarik nafas dalam dan pukul
kasur dan bantal pagi hari ini? oh iya bagus pak…berapa kali pak? Jadi seuai
jadwal ya pak bapak melakukan nafas dalam 2 kali dan memukul kasur dan bantal
1 kali, bagus pak.”
“Jadwalnya boleh saya lihat pak? “Nah begini pak tadikan bapak sudah melakukan
2 cara tadi ya pak, kolom yang disini bisa diisi pak, kalau latihan nafas dalam dan
memukul kasur dan bantal dilakukan sendiri di tulis M, artinya mandiri, kalau
diingatkan suster ditulis B, artinya dibantu atau diingatkan, jika bapak tidak
melakukan ditulis T, artinya bapak belum bisa melakukan.”
“ Bagaiaman kalau sekarang kita latihan cara ketiga yaitu latihan bicara dengan
baik untuk dapat meredam emosi atau mencegah marah begitu pak? Bapak
bersedia? Bapak maunya kita latihan cara ketiga ini dimana pak, diruang tamu
pak?.” “Iya jadi kita latihannya disini ya pak.” ”Bapak mau kita latihan cara ini
berapa lama pak? Bagaiamana kalau 15 menit? Bapak bersedia? ok,kita mulai ya
pak.”
b. Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah, kalau marah
sudah disalurkan melalui nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega,
maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya
pak:”
1. “Yang pertama Bapak dapat meminta dengan baik tanpa marah dengan nada
suara yang rendah serta tidak mengunakan kata-kata kasar.” “Kemarin bapak
bilang penyebab marahnya karena istri bapak berhubungan dengan laki-laki lain
tanpa sepengetahuan bapak dan ketika bapak tanya istri bapak tidak menjawab dan
tidak mau memberikan alasan.”
“Coba kalau Bapak bertanya dengan cara baik, biasanya Bapak memanggil istri
dengan sebutan apa pak?” “O..jadi nduk gitu ya pak.”
“ Misalnya seperti ini:”Nduk aku kok akhir-akhir iki curiga karo awakmu,
awakmu enek hubungan opo to nduk karo wong kuwi? Kok aku ngerti kowe
telponan terus karo wong kuwi terus wong kuwi kok nak nok warung enek peng 4
sedino, janjane enek opo? Opo awakmu wes ora tresno karo aku, aku kurang opo
nduk? Ngomong ae, nak aku ngerti salahku kan aku iso mareni, nak kowe gak
ngomong aku yo ora ngerti to nduk.”
“Nah misalnya seperti itu pak, coba bapak bisa mempratekkan pak? Iya bagus pak.
“Kalau dirumah sakit ini dapat dilakukan saat bapak meminta obat atau meminta
sesuatu kepada petugas yang sedang jaga”
2. “Sekarang menolak dengan baik pak, contoh di rumah sakit ini, jika ada yang
menyuruh dan Bapak tidak mau melakukannya misalnya Bapak sedang sibuk
dengan kegaitan yang lain atau bapak sudah merasa capek.“
“Misalnya seperti ini pak“ Maaf bu/ pak saya tidak bisa melakukannya karena
sedang sibuk ngepel atau menghitung baju pasien. Cara lain untuk menolak
misalnya “ maaf pak/bu saya tidak bisa melakukan karena saya rasa badan saya
sudah capek dari pagi kerja terus ngambil baju, nyuci sendok, nyapu dan lain-
lain.” Bapak bisa pak? Coba praktekkan pak” iya bagus pak.”
3. “Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal Bapak, misalnya dengan istri pak, bapak dapat mengatakan seperti
ini, “nduk aku kie kudu muring-muring nduk ngerti kelakoanmu karo wong lanang
kuwi, tak delok-delok kowe kok telfonan terus, guyon terus karo wong kuwi nak
nok warung, aku jujur kudu muring-muring nduk, piye nak mbok lereni olehmu
hubungan karo wong kuwi, awakmu ora pengen to nak misale aku emosi, mareni
tenan yo nduk”
“ Bapak bisa mencobanya pak? Ia pak bagus sekali pak.”
c. Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tadi pak tentang cara
mengontrol emosi dengan bicara yang baik?”O…senang ya pak.”
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
“Bagus sekali pak, sekarang mari kita masukkan ke dalam jadwal harian Bapak. “
“ Berapa kali sehari bapak mau latihan bicara yang baik? “Oke..jadi 2 kali ya pak
dalam sehari yaitu ketika pagi hari dan sore hari ya pak.”
“Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang
dll. Bagus nanti dicoba ya pak.”
“Bagaimana kalau nanti habis makan siang kita bertemu lagi pak ? saya masih
mempunyai cara lagi pak.”
“Bapak mau belajar bersama saya pak? Baik jadi bapak bersedia ya pak.” “Nanti
pukul 13.00 kita latihan mengatasi cara marah yaitu dengan cara beribadah, bapak
setuju? “ Mau dimana pak? “ O…diruangan ini ya pak.
“Baik pak untuk pertemuan kali ini cukup sampai disini, nanti kita ketemu lagi ya
pak, terimakasih atas kerja samanya pak, Wassalammualaikum wr. Wb.”
E. SP 4 : latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
1. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan
sosial/verbal
2. Latihan sholat/berdoa
3. Buat jadual latihan sholat/berdoa
a. Oreintasi
“Assalammualaikum pak, sesuai dengan janji saya, sekarang tepat pukul 13.00
saya datang kesini lagi pak.”
“Oh iya pak inikan dijadwal ada latihan tarik nafas dalam, pukul bantal dan bicara
baik untuk mengontrol emosi, bagaimana bapak sudah melakukan semua?“
“Bagus pak, bagaimana pak perasaanya setelah latihan ketiga cara tadi pak? “ O…
jadi lebih tenang ya pak, lebih rileks dan lebih bisa santai ya pak. Bagus pak jadi
cara yang kita pelajari berhasil ya pak. “
“Untuk sekarang kita latihan mencegah rasa marah dengan beribadah pak, kita
latihannya ditempat yang tadi bagaimana pak? Bersedia? oke pak.”
“Berapa lama bapak mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit pak?”
b. Kerja
“Bapak bisa menceritakan biasanya bapak melakukan kegiatan ibadahnya itu
seperti apa sehari-hari? jadi ada 3 ya pak, sholat, membaca al qur’an dan berzikir
ya pak.”
“Bapak mau mencoba yang mana pak dari ketiga kegiatan itu untuk mencegah
marah? Bagus jadi sholat ya pak.”
“Nah jadi begini pak, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan
tarik napas dalam. “Jika tidak reda marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika
tidak reda juga ambil air wudhu kemudian sholat.”
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba bapak sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau mencoba yang mana pak?
Bapak bisa menjelaskan caranya pak? Bagus sekali pak. Jadi bapak dapat
menerapkan cara ini ya pak.”
c. Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang
keempat ini pak? Senang ya pak punya banyak cara untuk mencegah kemarahan.”
“Jadi sudah berapa cara yang kita pelajari untuk mengontrol marah pak? Bagus,
betul sekali pak. Apa saja pak? Iya betul bagus sekali pak.”
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan Bapak. Mau berapa
kali pak, yang kita masukkan ke dalam jadwal. Jadi 2 kali sehari ya pak, sholat
duhur sama ashar, oke kita masukkan sholat yang sudah dipilih Bapak.”
“Coba bapak sebutkan lagi cara beribadah yang dapat dilakukan bila bapak merasa
marah.”
“ Setelah ini coba bapak lakukan jadwal sholat yang telah kita buat tadi.”
“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara kelima mengontrol
marah yaitu dengan patuh minum obat. Besok mau jam berapa pak? Oke jadi jam
09.00 pagi ya pak.
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk
mengontrol marah bapak, Bapak setuju? “
“Baik pak saya mau pamit dulu, terimakasih atas kerjasamanya ya pak, semoga
bermanfaat. Wassalamualaikum wr.wb.
F. SP 5 Pasien: latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat.
a. Orientasi
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu
lagi.”
“Bagaimana pak sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur dan
bantal, berbicara yang baik serta sholat? “O….sudah ya pak bagus, boleh saya
melihat jadwalnya pak? Wah dilakukan mandiri semua ya pak, bagus sekali pak.”
“Apa yang bapak rasakan setelah melakukan beberapa cara yang telah kita
pelajari? “O..bapak merasa senang, bapak merasa bisa lebih sabar dan tenang
dalam menghadapi masalah tanpa harus marah-marah.”
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang
benar untuk mengontrol rasa marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? bagaimana kalau ditempat kemarin
pak, diruang tamu? .”
“Berapa lama kita mau berbincang-bincang pak? bagaimana kalau 15 menit?
Okee..pak kita mulai sekarang ya pak.”
b. Kerja
“ Bapak sudah dapat obat dari dokter?
“Berapa macam obat yang bapak minum? Warnanya apa saja pak? Bagus..” jam
berapa biasanya bapak minum obat? Bagus pak.”
“Jadi ada tiga macam ya pak, yang warnanya orange namanya CPZ gunanya agar
pikiran tenang, dan yang satu ini namanya resperidone agar pikiran teratur,
mengendalikan proses fikir dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus bapak
minum sesuai anjuran dari dokter pak yaitu 2 kali dalam sehari, pertama pagi hari
pukul 07.00 dan yang kedua pukul 05.30, ini sesuai anjuran dokter pak.”
“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya bapak bisa mengisap es batu atau kalau tidak bapak bisa minum air
putih.”
“Bila mata merasa berkunag-kunang bapak sebaiknya beristirahat dan jangan
beraktivitas dahulu.”
“Nanti dirumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label dikotak obat
apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosisi yang harus diminum, jam
berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Kalau
disini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya.”
“Jangan pernah mengehentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter
ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obat kedalam jadwal ya pak.”
c. Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat
yang benar?”
“Coba bapak sebutkan lagi obat yang bapak minum? Bagaimana cara minum obat
yang benar?
“Nah sudah berapa cara kita belajar mengontrol marah pak? betul sekali ada 5 cara
ya pak. Bapak ingat apa saja pak? Bagus betul sekali pak.
“Sekarang kita tambahkan kegiatan minum obat dijadwal. Jangan lupa
dilaksanakan terus ya pak cara-cara yang sudah kita pelajari beberapa hari ini.
“Baik besok kita ketemu lagi untuk melihat sajauh mana bapak melaksanakan
kegiatan dan sejauh mana bapak dapat mengontrol perasaan marah”
“Kalau begitu cukup sampai disini ya pak untuk hari ini, semoga bermanfaat, saya
doakan semoga bapak cepat sembuh, segera berdamai sama istri, dan cepat pulang,
kumpul sama keluarga. Terimaksih pak, sampai jumpa, wassalammualikum
wr,wb.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk. 2003.Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr.


Amino Gondohutomo
Bulechek, Gloria M dkk. 2012. Nursing Interventions Classification (NIC), Six
Edition. USA: Mosby Inc.
Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Herdman, T. H. 2012. NANDA Nursing Diagnoses Definitions and classification
2012-2014. Oxford: Wiley-Blackwell.

Keliat Budi Anna, dkk.1998.Pusat Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : buku kedokteran
EGC

Keliat, Budi Anna. 2002. Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan. Jakarta: FIK UI

Keliat, Budi Anna. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Wijayanti, Y.D. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Studi Guide. Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro: Semarang

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai