Disusun Oleh:
Kelompok 6
Stress
Cemas
Masalah tidak
selesai Lega
Marah tidak terungkap
Marah
Ketegangan menurun
berkepanjangan Marah pada diri sendiri
Muncul rasa
bermusuhan
Rasa Bermusuhan
menahun
Agresif
6. Perilaku yang Menyertai Perilaku Kekerasan
a. Menyerang atau Menghindar
Respons psikologi timbul karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi
terhadap sekresi ephineprin yang menyebabkan tekanan darah meningkat,
wajah merah, pupil melebar, mual, sekresi HCL meningkat, peristaltik
gaster menurun, pengeluaran urin dan saliva meningkat, konstipasi,
kewaspadaan meningkat disertai ketegangan otot, seperti rahang terkatup,
tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yg cepat.
b. Menyatakan Secara Asertif (Assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku
asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena
individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang
lain secara fisik maupun psikologis.
c. Memberontak (Acting Out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku
memberontak untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku Kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan.
7. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah mekanisme yang digunakan individu untuk
mengatasi segala bentuk perubahan yang terjadi. Mekanisme koping dikatakan
berhasil apabila individu tersebut mampu beradaptasi terhadap perubahan yang
terjadi. (Nursalam, dkk, 2007) Menurut Asmadi (2008), macam-macam
meknaisme koping untuk mengatasi perilaku kekerasan:
a. Sublimasi
Penyaluran rangsangan atau nafsu yang tidak tercapai ke dalam kegiatan lain
yang dapat diterima oleh masyarakat.
Sebagai contoh: individu yang melampiaskan kemarahannya pada obyek lain,
seperti memukul bantal dengan tujuan untuk mengurangi keteganggan akibat
kemarahannya.
b. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai kesusahannya atau keinginannya yang
kurang baik. Sebagai contoh: Wanita menyangkal memiliki perasaan terhadap
seorang pria, berbalik menuduh pria tersebut sedang merayunya.
c. Represi
Mencegah pikiran-pikiran yang kurang baik masuk dala alam sadar.
Sebagai contoh: individu sangat benci kepada orang tuanya. Akan tetapi
menurut pendidikan sejak kecil dari orang tuanya bahwa membenci
merupakan hal yang tidak baik, maka individu tersebut melupakan
kebenciannya.
d. Reaksi formasi
Mengembangkan pola sikap dan perilaku tertentu yang disadari, tetapi
berlawanan dengan perasaaan dan keinginannya.
Sebagai contoh: individu yang jatuh cinta terhadap seorang wanita, akan tetapi
saat ditanya oleh temannya, dia menjawab bahwa membenci wanita tersebut.
e. Displacement
Memindahkan perasaaan yang kurang menyenangkan dari seseorang atau
objek ke orang atau objek lain yang biasanya lebih kurang berbahaya.
Sebagai contoh: seorang anak yang mendapat hukuman dari kedua orang
tuanya karena memecahkan piring di dapur, kemudian anak tersebut
melampiaskannya dengan melemparkan buku-buku dikamarnya.
8. Perencanaan Pulang
Perencanaan pulang dilakukan sesegera mungkin setelah klien dirawat dan
diintegrasikan didalam proses perawatan . Hal ini dikarenakan perawatan rumah
sakit akan lebih bermakna apabila dapat dilanjutkan di rumah. Tujuan dari
perencanaan pulang tersebut meliputi:
a. Menyiapkan klien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial
b. Klien tidak menciderai diri, orang lain dan lingkungannya
c. klien tidak terisolaso sosial
d. menyelenggarakan proses pulang yang bertahap
(Keliat, 2005)
9. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas Klien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, dan penanggung jawab.
2) Keluhan utama dan alasan masuk
Keluhan utama atau alasan masuk ditanyakan pada keluarga/klien, apa
yang menyebabkan klien dan keluarga dating ke rumah sakit.
3) Faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri, penampilan peran dan identitas diri.
4) Faktor presipitasi
Faktor internal dan eksternal yaitu trauma dan ketegangan peran (transisi
peran : perkembangan, situasi, dan sehat sakit).
5) Aspek fisik
Mengukur dan mengobservasi TTV, ukur TB dan BB, aktivitas sehari-hari,
pola tidur, pola istirahat, rekreasi dan kaji fungsi organ tubuh bila ada
keluhan.
6) Aspek psikososial
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi.
Konsepdiri :
a) Citra tubuh : Persepsi klien terhadap tubuhnya.
b) Identitas diri : Status dan posisi klien sebelum di rawat
c) Peran diri : Tugas yang diemban dalam keluarga
d) Ideal diri : Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas
dll.
e) Hargadiri : Hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan
penghargaan orang lain terhadap dirinya.
Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok yang diikuti dalam masyarakat. Spiritual, mengenai nilai,
keyakinan dan kegiatan ibadah.
7) Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir, afek klien,
interaksi selama wawancara, persepsi klien,proses fikir, isi fikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan
penilaian dan daya tilik diri.
8) Kebutuhan persiapan pulang
a) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan
membersihkan alat makan
b) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC
serta membersihkan dan merapikan pakaian
c) Mandi klien dan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien
d) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah
e) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah
minum obat.
9) Mekanisme koping
Bila diberikan pilihan dengan bantuan minimal klien dapat menyelesaikan
masalah dengan bantuan perawat atau keluarga.Mekanisme koping pada
HDR yaitu pertahanan jangka pendek dan jangka panjang serta
penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri
dalam menghadapi proses diri yang menyakinkan.
10) Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
11) Pengetahuan
Dapat di dapatkan melalui wawancaradengan klien kemudian tiap bagian
yang di miliki klien disimpulkan dalam masalah.
12) Aspekmedik
Terapi yang diterima klien bisa berupa ECT, terapi lain seperti terapi
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi
okupasi, dan terapi lingkungan, TAK, serta rehabilitasi.(Khaidir Muhaj,
2009)
b. Pohon Masalah
Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Perilaku kekerasan
c. Analisa Data
Data Subjektif Data Objektif
- Klien mengatakan benci, marah dan kesal - Mata dan wajah klien tampak memerah
pada seseorang - Klien merusak dan melempar barang
- Klien suka membentak dan menyerang orang - Ekspresi marah saat membicarakan orang,
yang mengusiknya jika sedang kesal atau pandangan tajam.
marah. - Nada suara klien terdengar tinggi dan kasar.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan - Nafas pendek dan cepat
jiwa lainnya. - Wajah tegang
- berkeringat
d. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada perilaku kekerasan meliputi :
1. Perilaku kekerasan.
2. Isolasi sosial: menarik diri
3. Gangguan Konsep diri : harga diri rendah
Diagnosa Tujuan
Perilaku Tujuan umum :
kekerasan klien terhindar dari menciderai diri, orang lain dan lingkungan
Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
3. Klien dapatmengidentifikasi tanda – tanda perilaku
kekerasan
4. Klien dapat mengeidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam
berespon terhadap kemarahan
7. Klien mendapat dukungan dari keluarga
Keliat Budi Anna, dkk.1998.Pusat Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : buku kedokteran
EGC
Keliat, Budi Anna. 2002. Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan. Jakarta: FIK UI
Keliat, Budi Anna. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Wijayanti, Y.D. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Studi Guide. Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro: Semarang