Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PERILAKU KEKERASAN (PK)


DI GRIYA CINTA KASIH JOMBANG

Disusun oleh:
Eka Ruzdatul Ummah
(201601126)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKes BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Jiwa II pada pasien


dengan “Perilaku Kekerasan” telah disetujui oleh pembimbing akademik dan
Pembimbing yayasan di Griya Cinta Kasih Jombang.

Telah disetujui pada:

Hari :

Tanggal :

Tempat :

Disetujui oleh:

Pembimbing Akademik Pembimbing


Yayasan

Imam Zainuri S.kep, Ns., M.kes. Aziz

NIK/NIP:

Ketua Yayasan GCK Jombang

Jami’in
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN (PK)

1. Definisi Perilaku Kekerasan (PK)

Perilaku Kekerasan merupakan respons terhadap stresor yang di hadapi oleh


seseorang yang ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan kekerasa, baik
pada diri sendiri maupun orang lain, secara verbal maupun non verbal, bertujuan
untuk melukai orang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 2000).

Perilaku Kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan


tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik diri sendiri, maupun orang
lain, sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah
berespon terhadap sesuatu stresor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol
(Yosep, 2007).

2. Proses Terjadinya Masalah


a. Etiologi
1. Factor predisposisi
A. Factor biologis
a) Neurologic factor
Beragam komponen seperti synap, neurotransmitter, dendrite,
axon terminalis yang mempunyai peran memfasilitasi atau
menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang mempengaruhi
sifat agresif.
b) Factor genetic
Adanya factor gen yang diturunkan dari orang tua dan dapat
menjadi potensi perilaku agresif.
c) Faktor biokimia
Seperti neurotransmitter di otak (epinephrine, norepinephrin,
dopamine asetilkonin dan serotin).Dimana hormone androgen
dan norepinephrin serta penurunan serotonin dan GABA pada
cairan cerebrospinal vertebra dapat menjadi factor predisposisi
terjadinya perilaku kekerasan.
d) Instinctual drive theory (teori dorongan naluri)
Menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
B. Factor psikologis
a) Teori Psikoanalisa
Teori ini menjelaskan bahwa adanya ketidakpuasan fase oral
antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapat kasih
sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup
cenderung mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan
setelah dewasasebagai kompensasi adanya ketidakpercayaan
pada lingkungan.
b) Imitation, Modeling, and Information Processing Theory
Menurut teori ini perilaku kekerasan biasa berkembang dalam
lingkungan yang monolelir kekerasan.Adanya contoh, model
dan perilaku yang ditiru dari media atau lingkungan sekitar
memungkinkan individu meniru perilaku tersebut.
c) Learning Theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap
lingkungan terdekatnya.Ia mengamati bagaimana respons ayah
saat menerima kekecewaan dan mengamati bagaimana respons
ibu saat marah atau sebaliknya. Ia juga belajar bahwa
agresivitas lingkungan sekitar menjadi peduli, bertanya,
menanggapi, dan menganggap bahwa dirinya eksis dan patut
untuk diperhitungkan.
d) Existensi Theory (teori ekstensi)
Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan dasar manusia
apabila kebutuhan tersebut tidak dapat di penuhi melalui
perilaku konstruksi maka individu akan memenuhi kebutuhan
melalui perilaku destruktif.
C. Factor Social Cultural
a) Social Environment Theory (teori lingkungan)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah, budaya tertutup dan membalas secara
diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti
terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah
perilaku kekerasan diterima.
b) Social Learning Theory (teori belajar sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun
melalui proses sosialisasi.
2. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan seringkali
berkaitan dengan:
A. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol
solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng
sekolah, perkelahian massal dan sebagainya.
B. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
C. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta
tidak kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
D. Ketidaksiapan membiasakan dialog untuk memecahkan masalah
cenderung melakukan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan menempatkan dirinya sebagai seorang dewasa.
E. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat,
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
F. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangn keluarga.

3. Penilaian terhadap stressor


Penilaian stress melibatkan makna dan pemahaman dampak dari
situasi stress bagi individu. Itu mencakup kognitif, afektif, fisiologis,
perilaku, dan respons sosial.Penilaian adalah evaluasi tentang
pentingnya sebuah peristiwa dalam kaitannya dengan kesejahteraan
seseorang. Stress mengansumsikan makna, intensitas, dan pentingnya
sebagai konsekuensi dari interpretasi yang unik dan makna yang
diberikan pada orang yang beresiko (Stuart & Laraia, 2005).
b. Rentang respon

Orang yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa


“ia” tidak setuju, merasa tidak anggap, tersinggung, meresa diremehkan.Rentang
respon kemarahan individu dimulai dari respon normal (asertif) sampai pada
respon yang tidak normal (maladaptif).

Respon Respon
Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Perilaku kekrasan

Keterangan:

1. Asertif: individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang


lain memberikan orang lain ketenangan.
2. Frustasi: individu gagal dalam mencapai tujuan kepuasan saaat marah dan
tidak dapat menemukan alternative.
3. Pasif: perilaku dimana seseorang tidak mampu mengungkapkan perasaan
sebagai suatu usaha dalam mempertahankan haknya.
4. Agresif: memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati
orang lain dengan memberi ancaman , serta member ancaman tanpa
melukai orang lain. Umumnya klien masih mampu untuk mengontrol
perilakunya untuk tidak melukai orang lain.
5. Kekerasan: disebut juga gaduh gelisah. Perilaku kekerasan ditandai dengan
menyentuh orang lain secara menakutkan, kemudian memberi kata-kata
ancaman disertai melukai
3. Patofisiologi

Ancaman terhadap kebutuhan

stress

cemas

Merasa tidak kuat(HDR)

Mengungkapkan secara verbal


Menarik diri

Menjaga keutuhan organ lain Mengingkari marah


Merasa kuat

Lega Marah tidak terungkap

Menantang

Ketegangan menurun Marah pada diri sendiri

Masalah tidak teratasi

Rasa marah teratasi Depresi

Marah berkepanjangan

Muncul rasa bermusuhan Marah pada orang lain


4. Manifestasi Klinis
Perawat dapat mengidentifikasikan dan mengobservasi tanda dan gejala
perilaku kekerasan:
1. Fisik
A. Muka merah dan tegang
B. Mata melotot/pandangan tajam
C. Tangan mengepal
D. Rahang mengatup
E. Postur tubuh kaku
F. Mengatupkan rahang dengan kuat
G. Jalan mondar-mandir
2. Verbal
A. Bicara kasar
B. Suara tinggi, membentak atau berteriak
C. Mengancam secara verbal atau fisik
D. Mengumpat dengan kata-kata kotor
E. Suara keras
F. Ketus
3. Perilaku
A. Melempar atau memukul benda/orang lain
B. Menyerang orang lain
C. Melukai diri sendiri/orang lain
D. Merusak lingkungan
E. Amuk/agresif
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan tugas, dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang
lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar.
7. Social
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

5. Konsep Asuhan Keperawatan


a.Pengkajian
1. Indentitas klien
Melakukan perkenala BHSP dan kontrak dengan klien tentang: nama
mahasiswa, nama pangilan lalu dilanjutkan melakukan pengkajian
dengan nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat
pertemuan, topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia
klien dan No RM, tanggal pengkajian dan sumber data yang didapat.
2. Alasan masuk
Penyebab klien atau keluarga datang, apa yang menyebabkan klien
melakukan kekerasan, apa yang klien lakukan dirumah, apa yang
sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah.
3. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana
hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau
melayani penganiayan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan,
kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal.Pada klien dengan
perilaku kekerasan faktor predisposis,faktor presipitasi klien dari
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, adanya riwayat
anggota keluarga yang gangguan jiwa dan riwayat penganiayaan.
4. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan dan tanyakan
apakah ada keluan fisik yang dirasan klien. Pada klien dengan
perilaku kekerasan TD meningkat, RR meningkat, nafas dangkal,
muka memerah dan tonus otot meningkat,dan dilatasi pupil
5. Psikososial
A. Genogram
Genogram menggambarkan klien dan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.Pada klien
perilaku kekerasan perlu dikaji pola asuh keluarga dalam
menghadapi klien.
B. Konsep diri
a) Gambaran diri
Tanyakan presepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai
dan bagian yang disukai.Klien dengan perilaku kekerasan
mengenai gambaran dirinya ialah pandangan tajam, tangan
mengepal dan muka memerah.
b) Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien
terhadap status posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau
perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis
kelaminnya dan posisinya.Klien dengan PK biasa identitas
dirinya moral yang kurang karena menunjukan pendedam,
pemarah, dan bermusuhan.
c) Ideal diri
Klien dengan PK jika kenyataannya tidak sesuai dengan
kenyataan maka ia cenderung menunjukan amarahnya, serta
untuk pengkajian PK mengenal ideal diri harus dilakukan
pengkajian yang berhubungan dengan harapan klien terhadap
keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga.
pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap lingkungan,
harapan klien terhadap penyakitnya bagaimana jika kenyataan
tidak sesuai dengan harapannya.
d) Harga diri
Harga diri yang dimiliki klien perilaku kekerasan ialah harga
diri rendah karenan penyebab awal klien PK marah yang tidak
menerima kenyataan dan memiliki sifat labil yang tidak
terkontrol beranggapan dirinya tidak berharga.
C. Hubungan sosial
Hubungan sosial pada perilaku kekerasaan terganggu karena
adanya resiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
serta memiliki amarah yang tidak dapat terkontrol, selanjutnya
dalam pengkajian dilakukan observasi mengenai adanya hubungan
kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat, keterlibatan
atau peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat, hambatan
dalam berhubungan dengan orang lain, minat dalam berinteraksi
dengan orang lain.
D. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan.
6. Status mental
A. Spiritual mental
a) Penampilan
Pada klien dengan perilaku kekerasan biasanya klien tidak
mampu merawat penampilanya, biasanya penampilan tidak
rapi, penggunaan pakian tidak sesuai, cara berpakian tidak
seperti biasanya, rambut kotor, rambut seperti tidak pernah
disisir, gigi kotor dan kuning, kuku panjang dan hitam.
b) Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru,
gagap sering terhenti/bloking, apatis, lambat, membisu, tidak
mampu memulai pembicaraan. Pada klien perilaku kekerasan
cara bicara klien kasar, suara tinggi, membentak, ketus,
berbicara dengan kata-kata kotor.
c) Aktivitas motorik
Agresif, menyerang diri sendiri orang lain maupun menyerang
objek yang ada disekitarnya. Klien perilaku kekerasan terlihat
tegang dan gelisah, muka merah, jalan mondar-mandir
d) Afek dan emosi
Untuk klien perilaku kekerasan efek dan emosinya labil, emosi
klien cepat berubah-ubah cenderung mudah mengamuk,
membanting barang-barang./melukai diri sendiri, orang lain
maupun objek sekitar dan berterik-teriak.
e) Interaksi selama wawancara
Klien perilaku kekerasaan selama interaksi wawancara
biasanya mudah marah, defensive banyak pendapatnya paling
benar, curiga, sinis, dan menolak dengan kasar.Bermusuhan
dengan kata-kata atau pandangan yang tidak bersahabat atau
tidak ramah. Curiga dengan menunjukan sikap atau peran tidak
percaya kepada pewawancara atau orang lain.
f) Persepsi/sensori
Pada klien perilaku kekerasan resiko untuk mengalami
persepsi sensori sebagai penyebabnya.
g) Proses pikir
1. Proses pikir (arus dan bentuk pikir)
Otistik (autisme): bentuk pemikiran yang bersifat fantasi
atau lamunan untuk memuaskan yang tidak dapat
dicapainya.
Hidup dalam pikirannya sendiri, hanya memuaskan
pemikirannya tanpa peduli sekitarnya, menandakan adanya
distorsi arus asosiasi dalam diri klien yang
dimanifestasikan dengan lumanan, fantasi waham dan
halusinasinya yang cenderung menyenangkan dirinya.
2. Isi pikir
Pada klien dengan perilaku kekerasaan klien memiliki
pemikiran yang curiga, dan tidak percaya kepada orang
lain dan merasa dirinya kurang aman.
h) Tingkat kesadaran
Tidak sadar, bingung, dan apatis.Terjadi disorientasi orang,
tempat, dan waktu.Klien perilaku kekerasan tingkat
kesadarannya bingung sendiri untuk menghadapi kenyataan
dan mengalami kegelisahan.
i) Memori
Klien dengan perilaku kekerasan masih dapat mengingat
kejadian jangka pendek maupun panjang.
j) Tingkat konsentrasi
Tingkat konsentrasi klien perilaku kekerasan mudah beralih
dari satu objek ke objek lainnya.Klien selalu menatap penuh
kecemasan tegang dan gelisa.
k) Kemampuan penilaian/pengambilan keputusan
Klien perilaku kekerasan tidak mampu mengambil keputusan
yang kostruktif dan adaptif.
l) Daya tilik
Mengingkari penyakit yang diderita.Klien tidak menyadari
gejala (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya yang merasa
tidak perlu minta pertolongan/klien menyangkal keadaan
penyakitnya.Menyalahkan hal-hal diluar dirinya yang
menyebabkan timbulnya penyakit atau masalahnya sekarang.
m) Mekanisme koping
Klien dengan HDR menghadapi suatu permasalahan, apakah
menggunakan cara-cara yang adaptif seperti bicara dengan
orang lain, mampu menyelesaikan masalah, teknik relaksasi,
aktivitas konstruktif, olah raga, dll atau kah mengunakan cara-
cara yang maladaptif seperti minum alkohol, merokok, reaksi
lambat/berlebihan, menghindar, mencederai, diri atau lainnya.

b. Pohon masalah
Resiko mencederai diri ( efek)

Perilaku kekerasan (core problem)

Gangguan harga diri: Harga diri sendah (cause)

Koping individu tidak efektif Koping keluarga tidak efektif

c. Diagnose Keperawatan

1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan


2. Perilaku kekerasan
3. Perubahan persepsi sensori: halusinasi
4. Gangguan harga diri: Harga Diri Rendah
5. Koping Individu tidak Efektif
d. Intervensi keperawatan

TUJUAN KH INTERVENSI
TUM: 1.1 Klien mau membalas 1. Beri salam/panggil nama
Klien tidak salam a. Sebutkan nama perawat
mencedari diri 1.2 Klien mau menjabat b. Jelaskan maksud
TUK: tangan hubungan interaksi
1. Klien dapat 1.3 Klien mau c. Jelaskan akan kontrak
membina menyebutkan nama yang akan dibuat
hubungan 1.4 Klien mau tersenyum d. Beri rasa aman dan sikap
saling 1.5 Klien mau kontak mata empati
percaya 1.6 Klien mau mengetahui e. Lakukan kontak singkat
nama perawat tapi sering
2. Klien dapat 2.1 Klien dapat 2.1 Berikan kesempatan untuk
mengidentifi mengungkapkan mengungkapkan
kasi perasaannya perasaannya
menyebabka 2.2 Klien dapat 2.2 Bantu klien untuk
n perilaku mengungkapkan mengungkapkan penyebab
kekerasan penyebab perasaan perasaan jengkel/kesal
jengkel/kesal (dari diri
sendiri)
3. Klien dapat 3.1 Klien dapat 3.1.1 Anjurkan klien
mengidentifi mengungkapkan mengungkapkan apa
kasi tanda perasaan jengkel/kesal yang dialami atau
dan gejala 3.2 Klien dapat dirasakan saat
perilaku menyimpulkan tanda marah/jengkel
kekerasaan dan gejala 3.1.2 Observasi tanda dan
jengkel/kesal yang gejala perilaku
dialaminya kekerasan pada klien.
3.2.1 Simpulkan perasaan
klien tamda dan gejala
jengkel/kesal yang akan
dialami
4. Klien dapat 4.1 Klien dapat 4.1.1 Anjurkan klien untuk
mengidentifi mengungkapkan mengungkapkan
kasi perilaku perilaku kekerasan perilaku kekerasan yang
kekerasan yang biasa dilakukan biasa dilakukan klien
yang biasa 4.2 Klien dapat bermain (verbal,pada orang lain,
dilakukan peran sesui perilaku pada lingkungan dan
kekerasan yang biasa pada diri sendiri)
dilakukan 4.2.1 Bantu klien bermain
4.3 Klien dapat peran sesuai dengan
mengetahui cara yang perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan untuk biasa dilakukan
menyelesaikan 4.3.1 Bicarakan dengan klien,
masalah apakah dengan cara
yang klien lakukan
masalahnya selesai.

5. Klien dapat 5.1 Klien dapat 5.1.1 Bicarakan


mengidentifi menjelaskan akibat akibat/kerugian dari
kasi akibat dari cara yang cara yang digunakan
perilaku digunakan klien: klien
kekerasan a. Akibat pada klien 5.1.2 Bersama klien
sendiri menyimpulkan akibat
b. Akibat pada orang dari cara yang
lain digunakan klien
c. Akinbat pada 5.1.3 Tanyakan kepada klien
lingkungan “apakah ia ingin
mempelajari cara baru
yang sehat

6. Klien dapat 6.1 Klien dapat 6.1.1 Diskusikan kegiatan


mendemostr menyebutkan contoh fisikyang biasannya
asikan cara pencegahan perilaku dilakukan klien
fisik untuk kekerasan secara fisik: 6.1.2 Beri pujian atas kegiatan
mencegah a. Tarik nafas dalam fisik klien yang biasa
perilaku b. Pukul kasur atau dilakukan
kekerasaan bantal 6.1.3 Diskusikan dua cara fisik
c. Kegiatan fisik lain yang paling mudah
6.2 Klien dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi cara mencegah perilaku
fisik untuk mencegah kekerasa, yaitu: tarik
perilaku kekerasan nafas dalam dan pukul
6.3 Klien mempunyai kasur serta bantal
jadwal untuk melatih 6.2.1 Diskusikan cara
cara pencegahan fisik melakukan nafas dalam
yang telah dipelajari bersama klien
sebelumnya. 6.2.2 Beri contoh klien
6.4 Klien mengevaluasi tentang cara menarik
kemampuan dalam nafas dalam
malakukan cara fisik 6.2.3 Minta klien mengikuti
sesuai dengan jadwal contoh yang diberikan
yang telah disusun. selama 5 kali
6.2.4 Beri pujian positif atas
kemampuan klien
mendemostrasikan cara
menarik nafas dalam
6.2.5 Tanyakn perasaan klien
setelah selesai
6.2.6 Anjurkan klien
menggunakan cara yang
dipelajari saat
marah/jengkel
6.2.7 Lakukan hal yang sama
dengan 6.2.1. sampai
6.2.6. untuk fisik lain
dipertemukan yang lain.
6.3.1 Diskusikan dengan klien
mengenai frekuensi
latihan yang akan
dilakukan sendiri oleh
klien
6.3.2 Susun jadwal kegiatan
untuk melatih cara yang
telah dipelajari
6.4.1 Klien mengevaluasi
pelaksanan latihan, cara
pencegahan perilaku
kekerasaan yang telah
dilakukan dengan
mengisi jadwal kegiatan
harian (self-evaluation)
6.4.2 Validasi kemampuan
kliendalam
melaksanakan latihan
6.4.3 Berikan pujian atas
keberhasilan klien
6.4.4 Tanyakan kepada klien
“apakah kegiatan cara
pencegahan perilaku
kekerasan dapat
mengurangi perasaan
marah”
7 Klien dapat 7.1 Klien dapat 1.1.1 Diskusikan cara bicara
mendemostr menyebutkan cara yang baik dengan klien
asikan cara bicara (verbal) yang Beri contoh cara bicara dengan
sosial untuk baik dalam mencegah baik:
mencegah perilaku kekerasan. a. Meminta dengan
perilaku a. Meminta dengan baik
kekerasan baik\ b. Menolak dengan
b. Menolak dengan baik
baik c. Mengungkapkan
c. Mengungkapkan perasaan dengan
perasaan dengan baik
baik 7.2.1 Meminta klien
7.2 Klien dapat mengikuti contoh cara
mendemostrasikan bicara yang baik.
cara verbal yang baik. a. Meminta dengan
7.3 Klien mempunyai baik “saya minta
jadwal untuk melatih uang untuk beli
cara bicara yang baik. makan
7.4 Klien melakukan b. Menolak dengan baik
evaluasi terhadap “maaf, saya tidak
kemampuan cara bisa melakukan
bicara yang sesuai karena ada kegiatan
dengan jadwal yang yang lain”.
telah disusun. c. Mengungkapkan
perasaan dengan baik
“saya kesal karena
permintaan saya
tidak dikabulkan”
disertai dengan suara
nada rendah.
7.2.2 Meminta klien
mengulang sendiri
7.2.3 Beri pujian atas
keberhasilan klien
7.3.1 Diskusikan dengan klien
tentang waktu dan
kondisi cara bicara yang
dapat dilatih diruangan,
misalnya: meminta obat,
baju, dll; menolak
ajakan merokok, tidur
tidak dapat pada
waktunya, menceritakan
kekesalan pada perawat.
7.3.2 Susun jadwal kegiatan
untuk melatih cara yang
telah dipelajari
7.4.1 Klien mengevaluasi
pelaksanaan cara bicara
yang baik dengan
mengisi jadwal kegiataan
(self-evaluation)
7.4.2 Validasi kemampuan
klien dalam
melaksanakan latihan .
7.4.3 Berikan pujian atas
keberhasilan klien
7.4.4 Tanyakan kepada klien
“bagaimana perasaan
imam setelah latihan
bicara yang baik?
Apakah keingianan
merah berkurang?”.
8 Klien dapat 8.1 Klien dapat 8.1.1 Diskusikan dengan klien
mendemostr menyebutkan cara kegiatan ibadah yang
asikan cara bicara (verbal) yang pernah dilakukan
sosial untuk baik dalam mencegah 8.1.2 Bantu klien menilai
mencegah perilaku kekerasan. kegiatan ibadah yang
perilaku a. Meminta dengan dapat dilakukan diruang
kekerasaan. baik perawat
b. Menolak dengan 8.1.3 Bangtu klien memilih
baik kegiatan ibadah yang
c. Mengungkapkan akan dilakukan
perasaan yang baik 8.2.1 Meminta klien
8.2 Klien dapat mendemostrasikan
mendemostrasikan kegiatan ibadah yang
cara verbal yang baik. dipilih
8.3 Klien mempunyai 8.2.2 Beri pujia atas
jadwal untuk melatih keberhasilan klien
cara bicara yang baik 8.2.3 Klien mengevaluasi
8.4 Klien melakukan pelaksanaan ibadah
evaluasi terhadap dengan mengisi jadwal
kemampuan cara kegiatan harian
bicara yang sesuai 8.3.1 Susun jadwal kegiatan
dengan jadwal yang untuk melatih kegiatan
telah disusun ibadah
8.4.1 Klien mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan
ibadah dengan megisi
jadwal kegiatan harian
8.4.2 Validasi kemampuan
klien dalam melakukan
validasi
8.4.3 Berikan pujian atas
keberhasilan klien
8.4.4 Tanyakan kepada klien”
bagaimana perasaan
imam setelah teratur
melaksanakan ibadah?
Apakah keinginan
merah berkurang?”.
9 Klien 9.1 Klien dapat 9.1.1 Diskusikan dengan klien
mendemostr menyebutkan jenis, tentang jenis obat yang
asikan dosis dan waktu diminumnya (nama,
kepatuhan minum obat serta warna, besarnya); waktu
minum obat manfaat dari obat itu minum obat (jika 3 kali:
untuk (prinsip 5 benar:benar pkl 07.00), 13.00, 19.00;
mencegah orang, dosis, waktu dan cara minum obat)
perilaku cara yang memberi). 9.1.2 Diskusikan dengan klien
kekerasan 9.2 Klien manfaat minum obat
mendemostrasikan secara teratur:
kepatuhan minum obat a. Beda perasaan
sesuai jadwal yang di sebelum minum obat
tetapkan. dan sesudah minum
9.3 Klien mengevaluasi obat
kemampuan dalam b. Jelaskan bahwa jenis
mematuhi minum obat. obat hanya boleh
diubah oleh dokter
c. Jelaskan mengenai
akibat minum obat
yang tidak teratur,
misalnya
penyakitnya kambuh.
9.2.1 Diskusikan tentang
proses minum obat:
a. Klien meminta
kepada perawat (jika
di RS) kepada
keluarga (jika di
Rumah)
b. Klien memeriksa
obat sesuai dosisnya
c. Klien meminum obat
pada waktu yang
tepat
9.2.2 Susun jadwal minum
obat bersama klien
9.3.1 Klien mengevaluasi
pelaksanaan minum obat
dengan mengisi jadwal
harian
9.3.2 Validasi pelaksanaan
minum obat klien
9.3.3 Beri pujian atas
keberhasilan klien
9.3.4 Tanyakan kepada
klien”bagaimana
perasaan imam dengan
minum obat secara
teratur? Apakah
keinginan untuk marah
berkurang?”.
10 Klien dapat 10.1 Klien yang 10.1.1 Anjurkan klien untuk
mengikuti mengikuti ikut TAK: stimulasi
TAK: TAK: stimulasi persepsi pencegahan
stimulasi prespsi pencegahan perilaku kekerasan
persepsi perilaku kekerasan 10.1.2 Klien mengikuti TAK:
pencegahan 10.2 Klien mempunyai stimulasi persepsi
perilaku jadwal, klien pencegahan perilaku
kekerasan malakukan evaluasi kekerasan (kegiatan
terhadap pelaksanaan mandiri)
TAK. 10.1.3 Diskusikan dengan klien
tentang selama TAK
10.1.4 Fasilitas klien untuk
mempraktikkan hasil
kegiatan TAK dan beri
pujian keberhasilannya.
10.2.1 Diskusikan dengan klien
tentang jadwal TAK
10.2.2 Masukan jadwal TAK
dalam jadwal kegiatan
harian
10.2.3 Beri pujian atas
kemampuan mengikuti
TAK.
10.2.4 Tanyakan klien:
bagaimana perasaan
setelah ikut TAK?”.
11 Klien 11.1 Keluarga dapat 11.1.1 Indentifikasi
mendapat mendemostrassikan kemampuan keluarga
dukungan cara merawat klien dalam merawat klien
keluarga sesuai dengan yang telah
dalam dilakukan keluarga
melakukan terhadap klien selama ini
cara 11.1.2 Jelaskan keuntungan
pencegahan peran serta keluarga
perilaku dalam merawat klien
kekerasan 11.1.3 Jelaskan cara-cara
merawat klien.
a. Terkait dengan cara
mengontrol perilaku
marah secara
kontruktif
b. Sikap dan cara
bicara
c. Membatu klien
mengenal penyebab
marah dan pelaksaan
cara pencegahan
perilaku kekerasan.
d. Implementasi
Dx. Kep. Pasien Keluarga
Perilaku SP 1 SP1
kekerasn Membina hubungan saling Memberikan penyuluhan
percaya, identifikasi penyebab kepada keluarga tentang
perasaan marah, tanda dan gejala cara merawat klien perilaku
yang dirasakan, perilaku yang kekerasan di rumah.
dilakukan, akibatnya serta
mengotrol secara fisik I.
SP2 SP 2
Latihan mengontrol perilaku Melatih keluarga melakukan
kekerasan secara fisik 2. cara-cara mengontrol
kemarahan.
SP3 SP 3
Latihan mengontrol perilaku Membuat perencanaan
kekerasan secara sosial/verbal pulang bersama keluarga.

SP4
Latihan mengontrol perilaku
kekerasan secara spiritual
SP5
Latihan mengontrol perilaku
dengan obat
e. Evaluasi
1. Pada klien
A. Klien mampu menyebutkan penyebab, tanda dan gejala
perilaku kekerasan, kemudian perilaku kekreasan yang biasa
dilakukan serta akibat dari perilaku kekerasan yang telah
dibuat.
B. Klien mampu menggunakan caramengontrol perilaku kekerasan
secara teratur jika kesal / jengkel (fisik, verbal, sosial, spiritual).
C. Klien menggunakan obat dengan benar.
D. Klien mampu melakukan kegiatan sehari – hari.
2. Pada keluarga
A. Keluarga mampu mencegah terjadinya perilaku kekerasan
B. Keluarga mampu menunjukan sikap yang mendukung dan
menghargai pasien.
C. Keluarga mampu memotivasi pasien dalam melakukan cara
mengontrol perilaku kekerasan.
D. Kelurga mampu mengidentifikasi perilaku pasien yang harus
dilaporkan kepada perawat. (Yusuf Ah, dkk 2015)
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Hakam, F. (2012). Askep dengan Gangguan Perilaku Kekerasan di Ruang


Abimanyu RSJD Surakarta. Naskah Publikasi Ilmiah, 3.

Harold I.Kaplan, B. J. (1998). Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta: Widya


Medika.

Lilik Ma'rifatul Azizah, I. Z. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa


Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai