Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

KEPERAWATAN JIWA “PERILAKU KEKERASAN”

DWI ISTUTIK

21.0604.0015

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2021
PERILAKU KEKERASAN
1.1. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang
lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman (Sari, 2015).

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang


yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku
kekerasan pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau
membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada
orang adalah tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau membunuh
orang lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak
lingkungan, melempar kaca, genting, dan semua yang ada di lingkungan.
Pasien yang dibawa ke rumah sakit jiwa sebagian besar akibat melakukan
kekerasan di rumah. Perawat harus jeli dalam melakukan pengkajian untuk
menggali penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan selama di rumah (AH,
Yusuf, Rizky Fitriyasari PK, 2015)

1.2. Rentang Respon Marah

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Keterangan:
Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.
Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan, tidak realitas/terhambat.
Pasif : Respons lanjutan yang pasien tidak mampu mengungkapkan
perasaan.
Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol. Amuk : Perilaku
destruktif yang tidak terkontrol.
1.3. Tanda dan Gejala Marah (Perilaku)
1.3.1. Emosi
a. Tidak adekuat
b. Tidak aman
c. Rasa terganggu
d. Marah (dendam)
e. Jengkel
1.3.2. Intelektual
a. Mendominasi
b. Bawel
c. Sarkasme
d. Berdebat
e. Meremehkan
1.3.3. Fisik
a. Muka merah
b. Pandangan tajam
c. Napas pendek
d. Keringat
e. Sakit fisik
f. Penyalahgunaan zat
g. Tekanan darah meningkat
h. Mata melotot
i. Tangan mengepal
j. Rahang mengatup
1.3.4. Spiritual
a. Kemahakuasaan
b. Kebijakan/kebenaran diri
c. Keraguan
d. Tidak bermoral
e. Kebejatan
f. Kreativitas terlambat
1.3.5. Sosial
a. Menarik diri
b. Pengasingan
c. Penolakan
d. Kekerasan
e. Ejekan
f. Humor
1.3.6. Perilaku
a. Melempar atau memukul benda atau orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri sendiri atau orang lain
d. Merusak lingkungan
e. Amuk
(AH, Yusuf, Rizky Fitriyasari PK, 2015); (Yosep, H.Iyus, Sutini, 2016)

1.4. Proses Terjadinya Marah


1.5. Proses Terjadinya Amuk
Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai
dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol,
yang individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan (Keliat,
1991 dalam (AH, Yusuf, Rizky Fitriyasari PK, 2015). Amuk adalah respons
marah terhadap adanya stres, rasa cemas, harga diri rendah, rasa bersalah, putus
asa, dan ketidakberdayaan. Respons marah dapat diekspresikan secara internal
atau eksternal. Secara internal dapat berupa perilaku yang tidak asertif dan
merusak diri, sedangkan secara eksternal dapat berupa perilaku destruktif agresif.
Respons marah dapat diungkapkan melalui tiga cara yaitu
a. mengungkapkan secara verbal
b. menekan
c. menantang
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan
katakata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain akan
memberikan kelegaan pada individu. Apabila perasaan marah diekspresikan
dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan karena ia merasa
kuat. Cara ini menimbulkan masalah yang berkepanjangan dan dapat
menimbulkan tingkah laku yang destruktif dan amuk. (AH, Yusuf, Rizky
Fitriyasari PK, 2015).

1.6. Asuhan Keperawatan


1.6.1. Faktor Predisposisi
a. Psikoanalisis Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif adalah merupakan
hasil dari dorongan insting (instinctual drives).
b. Psikologis Berdasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul sebagai hasil
dari peningkatan frustasi. Tujuan yang tidak tercapai dapat menyebabkan
frustasi berkepanjangan.
c. Biologis Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya agresivitas
sebagai berikut.
1) Sistem limbik Merupakan organ yang mengatur dorongan dasar dan
ekspresi emosi serta perilaku seperti makan, agresif, dan respons seksual.
Selain itu, mengatur sistem informasi dan memori.
2) Lobus temporal Organ yang berfungsi sebagai penyimpan memori dan
melakukan interpretasi pendengaran.
3) Lobus frontal Organ yang berfungsi sebagai bagian pemikiran yang logis,
serta pengelolaan emosi dan alasan berpikir.
4) Neurotransmiter Beberapa neurotransmiter yang berdampak pada
agresivitas adalah serotonin (5-HT), Dopamin, Norepineprin,
Acetylcholine, dan GABA.

d. Perilaku (behavioral)
1) Kerusakan organ otak, retardasi mental, dan gangguan belajar
mengakibatkan kegagalan kemampuan dalam berespons positif terhadap
frustasi.
2) Penekanan emosi berlebihan (over rejection) pada anak-anak atau godaan
(seduction) orang tua memengaruhi kepercayaan (trust) dan percaya diri
(self esteem) individu.
3) Perilaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan pada anak (child
abuse) atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga memengaruhi
penggunaan kekerasan sebagai koping.

Teori belajar sosial mengatakan bahwa perilaku kekerasan adalah hasil belajar
dari proses sosialisasi dari internal dan eksternal, yakni sebagai berikut.
a. Internal : penguatan yang diterima ketika melakukan kekerasan.
b. Eksternal : observasi panutan (role model), seperti orang tua, kelompok,
saudara, figur olahragawan atau artis, serta media elektronik (berita kekerasan,
perang, olahraga keras).
e. Sosial kultural
1) Norma Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Hal ini
mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang diterima atau tidak diterima
akan menimbulkan sanksi. Kadang kontrol sosial yang sangat ketat (strict)
dapat menghambat ekspresi marah yang sehat dan menyebabkan individu
memilih cara yang maladaptif lainnya.
2) Budaya asertif di masyarakat membantu individu untuk berespons terhadap
marah yang sehat. Faktor sosial yang dapat menyebabkan timbulnya
agresivitas atau perilaku kekerasan yang maladaptif antara lain sebagai
berikut.
a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup.
b. Status dalam perkawinan.
c. Hasil dari orang tua tunggal (single parent).
d. Pengangguran.
e. Ketidakmampuan mempertahankan hubungan interpersonal dan struktur
keluarga dalam sosial kultural.
1.6.2. Faktor Presipitasi
Semua faktor ancaman antara lain sebagai berikut.
1) Internal
a. Kelemahan.
b. Rasa percaya menurun.
c. Takut sakit.
d. Hilang kontrol.
2) Eksternal
a. Penganiayaan fisik.
b. Kehilangan orang yang dicintai.
c. Kritik
1.6.3. Diagnosis
Pohon Masalah

Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Perilaku kekerasan.

Gangguan konsep diri: harga diri rendah.


Diagnosis Keperawatan
1. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.
2. Resiko Perilaku kekerasan
1.6.4. Rencana Intervensi
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
c. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya.
d. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya.
e. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku
kekerasannya.
f. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,
spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
2. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya.
a. Mengucapkan salam terapeutik.
b. Berjabat tangan.
c. Menjelaskan tujuan interaksi.
d. Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien.
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan masa
lalu.
3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.
a. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik.
b. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis.
c. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial.
d. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual.
e. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual.
4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada
saat marah secara:
a. verbal,
b. terhadap orang lain,
c. terhadap diri sendiri,
d. terhadap lingkungan.
e. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya.
f. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
a) fisik, misalnya pukul kasur dan batal, tarik napas dalam;
b) obat;
c) sosial/verbal, misalnya menyatakan secara asertif rasa marahnya;
d) spiritual, misalnya sholat atau berdoa sesuai keyakinan pasien.
e) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, yaitu
latihan napas dalam dan pukul kasur/bantal, secara sosial/verbal,
secara spiritual, dan patuh minum obat.
f) Ikut sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi mengontrol perilaku kekerasan
1.7 Askep Berdasar SDKI SLKI SIKI
(PPNI, 2017a),(PPNI, 2017c),(PPNI, 2017b):
Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
Perilaku kekerasan Setelah dilakukan tindakan Manajemen pengendalian
berhubungan keperawatan selama 2x 24 marah
dengan jam diharapkan control diri O:
Ketidakmampuan meningkat dengan kriteria: 1. Identifikasi penyebab
mengendalikan 1. Verbalisasi ancaman dan pemicu marah
dorongan marah kepada orang lain 2. Monitor potensi
menurun dari 2 ke 4 agresi tidak
2. Perilaku menyerang konstruksif dan
menurun dari 2 ke 4 lakukan tindakan
3. Perilaku melukai diri sebelum agresi.
sendiri atau orang 3. Monitor kemajuan
lain menurun dari 2 dengan membuar
ke 4 grafik jika perlu
4. Perilaku agresif T:
menurun dari 2 ke 4 1. Gunakan pendekatan
5. Suara keras menurun yang tenang dan
dari 2ke 4 menyenangkan.
6. Bicara ketus 2. Fasilitasi
menurun dari 2 ke 4 mengekspresikan
marah
3. Cegah kerusakan fisik
akibat marah
4. Cegah aktivitas
pemicu agresi
5. Lakukan control
eksternal seperti
pengekangan time out
6. Dukung menerapkan
strategi pengendalian
marah
7. Berikan pengutan atas
keberhasilan
penerapan strategi
pengendalian marah
E:
1. Jelaskan makna,
fungsi,respon marah
2. Anjurkan meminta
bantuan perawat atau
keluarga
3. Ajarkan strategi untuk
mencegah ekspresi
marah yang
maladaptive
4. Ajarkan
memodifikasi
pengalaman
emosiyang kuat.
C:
1. Kolaborasi dalam
pemberian obat.
Resiko perilaku Setelah dilakukan tindakan Pencegahan perilaku
kekerasan keperawatan selama 2x 24 kekerasan
jam diharapkan control diri O:
meningkat dengan kriteria: 1. Monitor adanya
1. Verbalisasi ancaman benda yang
kepada orang lain berpotensi
menurun dari 2 ke 4 membahayakan
2. Perilaku menyerang 2. Monitor keamanan
menurun dari 2 ke 4 barang yang dibawa
3. Perilaku melukai diri pengunjung
sendiri atau orang 3. Monitor penggunaan
lain menurun dari 2 barang yang dapat
ke 4 membahayakan
4. Perilaku agresif T:
menurun dari 2 ke 4 1. Pertahankan
5. Suara keras menurun lingkungan bebas
dari 2ke 4 daru bahaya secara
6. Bicara ketus rutin
menurun dari 2 ke 4 2. Libatkan keluarga
dalam perawatan
E:
1. Anjurkan pengunjung
dan keluarga untuk
mendukung
keselamatan pasien
2. Latih cara
mengungkapkan
perasaan secara
asertif.
3. Latih mengurangi
kemarahan secara
verbal dan nonverbal.
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

(SP1)

Masalah : Risiko Perilaku Kekerasan pertemuan ke 1 (satu)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien Klien tenang, kooperatif dan klien mampu menjawab
semua pertanyaan.
2. Diagnosa keperawatan Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus Klien mampu membina hubungan saling percaya
4. Tindakan keperawatan SP 1: Membina hubungan salingg percaya dan
mengidentifikasi peenyebab marah
B. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. Fase Orientasi
1) salam terapeutik “Assalamualaikum, selamat pagi?”, “perkenalkan
saya perawat bachtiar, saya perawat yang bertugas di ruang bangau ini.
Nama mas siapa? Dan senang di panggil siapa?”
2) Evaluasi/validasi “Bagaimana perasaan mas saat ini? Apa masih ada
perasaan marah, jengkel?”
3) Kontrak “Baiklah, pagi ii kita akan berbincang-bincangmengenai
perasaan marah yang saat ini mas rasakan”. “mari kita bercakap-cakap
ke taman” “atau mas ingin ke tempat lain?”. “berapa lama mas mau
kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”.
2. Fase Kerja “Apa yang menyebabkan mas bisa marah, nah ceritakan apa
yang dirasakan mas saat marah?”, saat mas N marah apa ada perasaan
tegang, kesal, mengepal tangan, mondar mandir?”. “atau mungkin ada hal
lain yang dirasakan?”. “Apa ada tindakan saat mas N sedang marah seperti
memukul, membanting? “memukul saudara!”, “terus apakah setelah
melakukan tindakan tadi masalah yang dialami selesai? “tidak saya
menyesal dan akhirnya dibawa ke rumah sakit jiwa!”.
3. Terminasi
1) Evaluasi Subyektif “Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-
bincang tentang perasaan marah yang mas rasakan?”
2) Evaluasi Obyektif Setelah kita ngobroltadi, panjang lebar, coba mas
simpulkan pembicaraan tadi. “Coba mas jelaskan lagi kenapa mas bisa
marah” Kontrak yang akan datang
3) topik “Baik, mas bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi
tentang akibat dari perasaan marah yang mas rasakan?”
4) tempat “Dimana kita bisa berbincang-bincang lagi, bagaimana kalu
disini saja?”
5) waktu “Berapa lama kita akan berbincang, bagaimana kalau 15
menit?”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

(SP 2)

Masalah: Risiko Perilaku Kekerasan

A. PROSES KEPERWATAN
1. Kondisi Pasien
Klien sudah dapat membina hubunggan saling percaya dengan perawat b.
Klien dapat mengenal penyebab marah
2. Diagnosa keperawatan Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
1) Klien mampu mengidentifikasi tanda gejala perilaku kekerasan
2) Klien mampu mengidentifikasi yang biasa dilakukan
3) Klien mampu mengidentifikasi akibat perilaku marah
4. Tindakan keperawatan
SP 2: mengidentifikasi tanda gejala, perilaku kekerasan yang bisa
dilakukan dan akibat dari perilaku kekerasan.

B. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN

1. Orientasi
1) Salam terapeutik
“Selamay pagi, mas N? Masih ingat nama saya?”
2) valuasi/validasi
“Bagaimana perasaan mas N saar ini? Apakah ada penyebab marah
yang lain dan belum diceritakan kemarin?
3) Kontrak
“Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakakap-cakap
tentang perasaan mas N rasakan saat marah, yang bisa dilakukan saat
marah dan akibat dari tindakan yang telah dilakukan?. “seperti
kesepakatan kemarin kita bercakap-cakap di taman ya! Atau mungkin
mas N ingin tempat lain?. “mas N mau berapa lama kita bercakap-
cakap? 15 menit, baiklah”
2. Kerja
“Kemarin mas N sudah menceritakan penyebab marah, nah ceritakan apa
yang dirasakan mas N saat marah atau saat memukul saudara! Saat mas N
marah apakah ada perasaan tegang, kesal, mengepal tangan, mondar
mandir? Atau mungkin ada hal lain yang dirasakan?” “Apakah mas N
pernah melakukan tindakan lain selain memukul saudara saat marah?
Misalnya membanting piring, memecahkan kaca! Terus apakah setelah
malakukan tindakan tadi (memukul saudara dan memecahkan barang)
masalah yang dialami selesai?”
3. Terminasi
1) Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaannya setelah bercakap cakap tentang perasaan saat
marah dan yang bisa dilakukan saat marah dan akibatnya?”
2) Evaluasi obyektif
“Coba sebutkan kembali tindakan yang bisa dilakukan saat marah!
“Bagus...lagi, kalau akibatnya apa?”
3) Kontrak
1) Topik “Bagaimana kalau besok kita mulai belajar mengungkapkan
rasa marah yang sehat?”
2) Tempat “Dimana kita belajar marah yang sehat? O...diruang tamu
baiklah”
3) Waktu “Mas N ingin berapa lama kita belajar marah yang sehat?
O...15 menit baiklah!
4) Rencana tindak lanjut “nah karena mas N sudah tau tindakan yang
telah dilakukan maukah mas N belajar mengungkapkan rasa marah
yang sehat? Nanti suster ajari, bagaimana, bersedia?”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP 3)

Masalah: Risiko Perilaku Kekerasan

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien
Klien sudah mengetahui perasaan marah dan akibat tindakan yang
dilakukan saat marah, klien tenang dan kooperatif.
2. Diagnosa keperawatan Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
1) Memilih cara yang konstruktif
2) Mendemonstransikan sutu cara marah yang konstruntif
4. Tindakan keperawatan
SP: membantu klien menemukan cara yang konstruktif dalam
merespon kemarahan
B. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. Orientasi
1) Salam Terapiutik “Selamat pagi, mas N?
2) Evaluasi/validas “Bagaimana perasaan mas N saat ini?’
3) Kontrak “Pagi hari ini kita akan berlatih cara mengungkapkan
marah yang sehat, benar kan mas?”. “sesuai kesepakatan kemarin
kita akan berlatih diruangan kan mas?”. “berapa lama kita
bercakap-cakap ?”bagaimana kalau 15 menit?”
2. Kerja
“Menurut mas N, bagaimana cara mengngkapkan marah yang benar,
tertentunya tidak merugikan/ membahayakan orang lain?”.... yang
terus, bagus. Nah sekarang akan saya ajarkan satu persatu cara marah
yang sehat, langsung saya jelaskan!” “Ke 1 kita bisa ceritakan kepada
orang lain yang membuat kita kesal atau marah, misalnya dengan
mengatakan, saya marah dengan kamu!” maka hati kita akan sedikit
lega”. “Ke 2 dengan menarik nafas dalam saat marah/ jengkel sehingga
menjadi rileks. “Ke 3 dengan mengambil wudhuk lalu solat dan berdoa
agar diberi kesabaran, tujuan gar kita menjadi leih tenang” Yang
keempat dengan mengalihkan rasa marah/ jengkel kita dengan
aktivitas, misalnya dengan olahrga, membersihkan rumah,
membersihkan alat-alat rumah tangga seperti piring, gelas sehingga
energi kita menjadi berkurang dan dapat mengurangi ketegangan”
“Saya suda jelaskan empat cara marah yang sehat, ada yang belum
jelas?”. Nantik mas N bisa cobak memilikisalah satu cara untuk
dipraktikkan”.”mau yang menarik nafas dalam”baiklah ayo kita mulai,
coba ikut suster, tarik nafas melalui hidung, ya bagus, tahan sebentar
dan keluarkan/ tiup melalui mulut, ulangi sampai 5 kali”.” Nah kalau
suda merasa lega bisa mas N lanjutkan dngan olahraga, membersihkan
rumah atau kegiatan lain
3. Terminasi
1) Evaluasi Subyektif “Bagaimana perasaan setelah berlatih cara
marah yang sehat?”
2) Evaluasi Obyektif “Coba ulangi lagi cara menarik nafas yang
dalam yang sudah kita pelajari tadi”bagus!”
3) Kontrak
1) Topik “Bagaimana kalau keluarga datang kita bercakap-cakap
cara marah yang sehat?”
2) Tempat “Dimana kita belajar marah yang sehat? O.....diruang
tamu “
3) Waktu “Mau beapa lama?” bagaimana kalau 30 menit saja ?” d.
Rencana Tindak Lanjut “Tolong mas, nantik dicoba lagi cara yang
sudah saya ajarkan dan jangan lupa ikuti kegiatan diruangan ya!”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

(SP 4)

Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
1) Klien mengetahui cara mengungkapkan marah yang sehat b. Klien
dapat mempraktikkan apa yang diajarkan perawat
2. Diagnosa Keperawatan Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Kusus Klien dapat mengontrol perilaku marah
4. Tindakan Keperwatan
SP 4: membantu klien mengontrol marahnya dengan cara spiritual
B. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. Orintasi
1) Salam terapiutik “Selama pagi, mas N?
2) Evaluasi/validasi ”Bagaimana perasaan mas N saat ini ? apakah
sudah lebih rileks?”.
3) Kontrak “Seperti kesempatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-
cakap tentang mengontrol marah dengan cara spiritual bagi mas
N”.
2. kerja “Bagaimana cara mas N jika merasa jengkel/marah?”. :ya’
bagus”. “jadi begini ya mas, jika mas N merasa jengkel/marah, cara
menghadapinya yaitu dengan cara beribadah seperti sholat 5 waktu”.
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan setelah tahu tentang caraa mengontrol
marah/jengkel pada mas N?
1) Evaluasi obyektif “Coba sebutkan bagaimana cara mengontrol
marahnya dengaan cara spritual”.
2) Kontrak
a. Topik “Bagaimana kalau kapan-kapan kita berbincang lagi
tentang masalah mas N yang lain?”.
b. Tempat “Kita bercakap cakap ditempat ini lagi ya?
c. Waktu “Mau berapa lama?” bagaimana kalau 30 menit saja?”
d. rencana tindak lanjut “Jangan lupa rajin sholat 5 waktu yang
tepat ya mas N”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

(SP 5)

Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
1) Klien mengetahui cara mengungkapkan marah yang sehat
2) Klien dapat mempraktikkan apa yang diajarkan perawat
2. Diagnosa Keperawatan Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Kusus Klien dapat menggunakan obat dengan benar
4. Tindakan Keperwatan
SP 5: membantu klien minum obat secara teratur disertai penjelasan
guna minum obat dan akibat berhenti minum obat
B. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. Orintasi
1) Salam terapiutik “Selama pagi, mas N?
2) Evaluasi/validasi ”Bagaimana perasaan mas N saat ini ? apakah
sudah lebih rileks?”.
3) Kontrak “Seperti kesempatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-
cakap tentang penggunaan obat dan manfaatnya bagi mas N”.
2. kerja “Berapa jenis obat yang mas N minum tadi pagi?”. :ya’ bagus”.
“jadi begini ya mas, obat yang diminum tadi, ini obatnya saya
bawakan”. “saya jelaskan satu persatu ya mas yang ini namanya
Clozapine, gunanya agar mas N mudah untuk tidur sehingga mas N
bisa istirahat, minumnya 2x sehari pagi dan sore hari, paggi jam 07.00
dan sore jam 17.30. nanti ada efek sampingnya, efeknya mas N mudah
lemas
3. Terminasi
1) “Bagaimana perasaan setelah tahu tentang jenis dan manfaat obat
yang diminum mas N?
2) Evaluasi obyektif “Coba sebutkan kembali jenis obat yang sama
sama mas N, dan ambilkan yang namanya obat ... dan sebutkan
manfaatnya juga”.
3) Kontrak
4) Topik “Bagaimana kalau kapan-kapan kita berbincang lagi tentang
masalah mas N yang lain?”.
5) Tempat “Kita bercakap cakap ditempat ini lagi ya?
6) Waktu “Mau berapa lama?” bagaimana kalau 30 menit saja?” d.
rencana tindak lanjut “Janagan lupa obatnya diminum dengan dosis
dan wakttu yang tepat ya”.
DAFTAR PUSKTA

AH, Yusuf, Rizky Fitriyasari PK, H. E. N. (2015). BUKU AJAR KEPERAWATAN


KESEHATAN JIWA (F. Ganiajri, ed.). Jakarta Selatan: Salemba Medika.

PPNI. (2017a). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

PPNI. (2017b). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

PPNI. (2017c). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

Sari, K. (2015). PERILAKU KEKERASAN.

Yosep, H.Iyus, Sutini, T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (edisi 7; M.


Dandan Wildani, ed.). Bandung.

Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Trans Info MEdia.

Anda mungkin juga menyukai