Anda di halaman 1dari 28

Askep pada pasien dengan

Risiko Perilaku Kekerasan


Anggota kelompok:
1. Aliyah Adillah
2. Azkha Faizah Metra
3. Ewi Sari Daya
4. Niati Khaira
Defenisi Prilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang yang
diarahkan pada diri sendiri orang lain atau lingkungan. Perilaku kekerasan pada diri
sendiri dapat berbentuk melakai diri untuk bunuh diri atau membiarkan diri dalam
bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada orang lain adalah tindakan agresif
yang ditunjukkan untuk melukai atau membunuh orang lain. perilaku kekerasan pada
lingkungan dapat berupa perilaku merusak lingkungan melempar kaca gunting dan
semua yang ada di lingkungan.

Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang respon marah yang paling
maladaptif yaitu amuk marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai
respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart dan Sundeen,
1991). Amuk merupakan respon kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai
dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol yang
individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, 1991).
Rentang Respon Marah

Keterangan :

1. Asertif : kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.

2. Frustasi : kegagalan mencapai tujuan tidak realitas atau terhambat.

3. Pasif : respon lanjut yang pasien tidak mampu mengungkapkan perasaan.

4. Agresif : perilaku destruktif tapi masih terkontrol.

5. Amuk perilaku destruktif yang tidak terkontrol.


Perbandingan Perilaku
Gejala Atau Tanda Marah (Perilaku)
1. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman, merasa terganggu, marah atau
dendam, jengkel.
2. Intelektual
Mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan.
3.fisik
Muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, keringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat, TD meningkat.
4. Spiritual
Kemahakuasaan, kebijakan atau kebenaran diri, keraguan, tidak
bermoral, kebejatan, kreativitas terlambat.
5. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.
Proses Terjadinya Marah
Proses Terjadinya Amuk

Amuk merupakan respon kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai dengan
perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol yang individu
dapat merusak diri sendiri orang lain atau lingkungan (keliat, 1991). Amuk adalah respon
marah terhadap adanya stres, rasa cemas, harga diri rendah, rasa bersalah, putus asa dan
ketidakberdayaan.

Respon marah dapat diekspresikan secara internal atau eksternal. Secara internal dapat
berupa perilaku yang tidak efektif dan merusak diri, sedangkan secara eksternal dapat
berupa perilaku destruktif agresif. Respon marah dapat diungkapkan melalui tiga cara yaitu
(1) mengungkapkan secara verbal, (2) menekan, dan (3) menantang.
Pengkajian Keperawatan
Faktor predisposisi

1). Psikoanalisis

Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif adalah merupakan hasil dari dorongan insting.

2). Psikologis

Berdasarkan teori frustasi agresif. Agresivitas timbul sebagai hasil dari Peningkatan frustasi. Tujuan yang tidak tercapai dapat menyebabkan
frustasi berkepanjangan.

3). Biologis

Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya agresivitas sebagai berikut :

(a) Sistem limbik

Merupakan organ yang mengatur dorongan dasar dan ekspresi emosi serta perilaku seperti makan, agresif, dan respon seksual. Selain itu
mengatur sistem informasi dan memori.

(b). Lobus temporal Organ yang berfungsi sebagai penyimpan memori dan melakukan interpretasi pendengaran.

(c). Lobus frontal Organ yang berfungsi sebagai bagian pemikiran yang logis serta pengelolaan emosi dan alasan berpikir.

(d). Neurotransmiter beberapa neurontransmiter yang berdampak pada agresivitas adalah serotonin, depamin, neuropineprin, acetylcholin
dan GABA.
● 4). Perilaku

● (a). Kerusakan organ otak retardasi mental dan gangguan belajar mengakibatkan kegagalan kemampuan dalam
merespon positif terhadap prestasi

● (b). Penekanan emosi berlebihan pada anak-anak atau godaan orang tua mempengaruhi kepercayaan dan
percaya diri individu.

● (c). Perilaku kekerasan di usia muda baik korban kekerasan pada anak atau mengobservasi kekerasan dalam
keluarga mempengaruhi penggunaan kekerasan sebagai kopling.

● Teori belajar sosial mengatakan bahwa perilaku kekerasan adalah hasil belajar dari proses sosialisasi dari internal
dan eksternal yakni sebagai berikut :

● (a) Internal : penguatan yang diterima ketika melakukan kekerasan.

● (b) Eksternal : observasi panutan seperti orang tua kelompok saudara figur olahragawan atau artis serta Media
elektronik
● 5) Sosial kultural.

● (a) Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan hal ini mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang
diterima atau tidak diterima akan menimbulkan sanksi. Kadang kontrol sosial yang sangat ketat dapat menghambat
ekspresi marah yang sehat dan menyebabkan Individu memilih cara yang maladaptif lainnya.

● (b) Budaya asertif di masyarakat membantu individu untuk merespon terhadap marah yang sehat.

● Faktor sosial yang dapat menyebabkan timbulnya agresivitas atau perilaku kekerasan yang meledaptif antara lain
sebagai berikut :

● (a) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup.

● (b) Status dalam perkawinan.

● (c) Hasil dari orang tua tunggal (single parent).

● (d) Pengangguran.

● (e) Ketidakmampuan mempertahankan hubungan interpersonal dan struktur keluarga dalam sosial kultural.
1. Faktor presipitasi
Semua faktor ancaman antara lain sebagai berikut :
2. Internal
(a) kelemahan.
(b) rasa percaya menurut.
(c) takut sakit.
(d) hilang kontrol.
2) Eksternal
(a) penganiayaan fisik
(b) kehilangan orang yang dicintai
(c) kritik
Diagnosis
Pohon Masalah
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri, harga diri rendah.


Diagnosis Keperawatan
1). Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.

2). Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.

Rencana intervensi
Risiko perilaku kekerasan

Tindakan keperawatan untuk pasien

1). Tujuan

(a) pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

(b) pakaian dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

(c) pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.

(d) pasien dapat menyebut akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya.

(e) pasien dapat menyebutkan cara mencegah atau mengontrol perilaku kekerasannya.

(f) pasien dapat mencegah atau mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
2). Tindakan

(A) Bina hubungan saling percaya

(1) Mengucapkan salam terapeutik.

(2) Berjabat tangan.

(3) Menjelaskan tujuan interaksi.

(4) Membuat kontrak topik waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.

(B) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan masa lalu.

(C) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan

1. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik.

2. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis.

3. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial.

4. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual.

5. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual.


(D) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah secara :

1. Verbal.

2. Terhadap orang lain.

3. Terhadap diri sendiri.

4. Terhadap lingkungan.

(E) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya.

(F) Diskusikan bersama pasien secara mengontrol perilaku kekerasan secara :

1. Fisik misalkan pukul kasur dan bantal Tarik nafas dalam

2. Obat

3. Social/verbal misalnya menyatakan secara asertif rasa marahnya

4. Spiritual misalnya salat atau berdoa sesuai keyakinan pasien.

(G) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik yaitu latihan nafas dalam dan pukul kasur/bantal, secara sosial/verbal, secara
spiritual dan patuh minum obat.

(H) Ikut sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi mengontrol perilaku kesehatan.
Tindakan keperawatan untuk keluarga

(1). Tujuan

Keluarga dapat merawat pasien di rumah

(2). Tindakan

(a) diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.

(b) diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab, tanda, dan gejala, serta perilaku yang muncul dan akibat dari
perilaku tersebut).

(c) diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar dan memukul
benda/orang lain.

(d) melatih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan :

1. anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat.

2. ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat

3. diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan.

(e) buat perencanaan pulang bersama keluarga.


Strategi Penahanan

Strategi preventif Strategi antisipasi Strategi penahanan

Strategi preventif : Strategi antisipasi :


Strategi penahanan :

•kesadaran diri •komunikasi


•manajemen krisis

•pendidikan pasien •perubahan lingkungan


•pengasingan

•latihan asertif •perilaku


•pengendalian/pengekangan
•psikofarmakologi
Manajemen krisis

1. Identifikasi pemimpin tim krisis.

2. Susun atau kumpulkan tim krisis.

3. Beritahu petugas keamanan yang diperlukan.

4. Pindahkan semua pasien dari area tersebut.

5. Siapkan atau dapatkan alat pengekang.

6. Susun strategi dan beritahu anggota Lain.

7. Tugas penanganan pasien secara fisik.

8. Jelaskan semua tindakan pada pasien. " _kami harus mengontrol Tono, karena perilaku Tono berbahaya pada Tono dan orang lain. Jika Tono
sudah dapat mengontrol perilakunya, kami akan lepaskan"._

9. Ikat atau kekang pasien sesuai instruksi pemimpin.

10. Berikan obat psikofarmaka sesuai instruksi.

11. Jaga tetap kalem dan konsisten.

12. Evaluasi tindakan dengan tim.

13. Jelaskan kejadian pada pasien lain dan staf seperlunya.

14. Secara bertahap integrasikan pasien pada lingkungan.


Pengasingan

Pengasingan dilakukan untuk memisahkan pasien dari orang lain di tempat yang aman dan cocok untuk tindakan
keperawatan. Tujuannya adalah melindungi pasien, orang lain dan staf dari bahaya. Hal ini legal jika dilakukan secara
terapeutik dan etis. Prinsip pengasingan antara lain sebagai berikut :

1. Pembatasan gerak

(a) aman dari mencederai diri.

(b) lingkungan aman dari perilaku pasien

2. Isolasi

(a) pasien butuh Untuk jauh dari orang lain contohnya paranoid.

(b) area terbatas untuk adaptasi ditingkatkan secara bertahap.

3.Pembatasan input sensoris.

Ruangan yang sepi akan mengurangi stimulus.


Pengekangan
Tujuan dari pengekangan adalah mengurangi gerakan fisik pasien, serta melindungi pasien dan
orang lain dari cedera. Indikasi antara lain sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan mengontrol perilaku.
2. Perilaku tidak dapat dikontrol oleh obat atau teknik psikososial.
3. Hiperaktif dan agitasi.
Prosedur melaksanakan pengekangan antara lain sebagai berikut :
1. Jelaskan pada pasien alasan pengekangan.
2. Lakukan dengan hati-hati dan tidak melukai.
3. Adanya perawat yang ditugaskan untuk mengontrol tanda vital sirkulasi dan membuka
ikatan untuk latihan gerak.
4. Penuhi kebutuhan fisik yaitu makan minum eliminasi dan perawatan diri.
Evaluasi
● 1.pada pasien
● a). pasien mampu menyebutkan penyebab tanda dan gejala perilaku kekerasan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan serta akibat
dari perilaku kekerasan yang dilakukan.
● b). pasien mampu menggunakan cara mengontrol perilaku kekerasan secara teratur sesuai jadwal, yang meliputi :
● (1) secara fisik.
● (2) secara sosial verbal.
● (3) secara spiritual.
● (4) terapi psiko farmaka.
● 2. Pada keluarga
● a) keluarga mampu mencegah terjadinya perilaku kekerasan.
● b) keluarga mampu menunjukkan sikap yang mendukung dan menghargai pasien.
● c) keluarga mampu memotivasi pasien dalam melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan.
● d) keluarga mampu mengidentifikasi perilaku pasien yang harus dilaporkan pada perawat Pengekangan
SP TK RISIKO PERILAKU KEKERASAN
1. Kondisi klien:
Data Subjektif:
Klien mengatakan marah atau kesal pada seseorang , klien suka membentak dan
menyerang orang yang membuat nya marah atau kesal.

Data Objektif
• Klien tampak melotot dengan pandangan tajam
• Postur tubuh klien tampak kaku
• Klien tampak mengepalkan tangan dengan rahang mengatup

2. Diagnosa keperawatan :Risiko Perilaku Kekerasan


Strategi pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a.) Salam Teraupetik
“Assalamualaikum, Selamat pagi buk, perkenalkan nama saya Adelfhie, bisa dipanggil delfi.
Saya mahasiswa dari Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Bangkinang yang sedang praktek
disini . Boleh saya tau nama ibuk siapa? Senang dipanggil apa buk?”

b.) Evaluasi / Validasi


“Bagaimana perasaan ibuk sinta pagi hari ini? Kalau perasaan saya sedang senang, karena hari ini
dapat bertemu dengan ibuk.”
“Hari ini ibuk senang tidak? bisa bertemu dengan saya?”
c.) Kontrak
Topik : “ Buk, bagaimana kalau hari ini kita mengobrol sebentar, Apakah ibuk mau? Nanti ibuk juga
dapat bercerita kepada saya apa penyebab marah yang ibuk rasakan saat ini, saya akan
mendengarkannya dengan baik.”
Waktu : “ibuk mau mengobrol berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit? Agar ibuk bisa bercerita
dengan santai dan nyaman.”
Tempat : “ibuk ingin mengobrol dimana? Ditaman rumah sakit? Oke baik buk”
2. Fase Kerja
“Baik buk, saya ingin bertanya ni buk, apa yang menyebabkan ibuk bisa marah dan apa yang ibuk
rasakan ketika marah? saat ibuk marah apa ada perasaan tegang, kesal, mengepal tangan, mondar
mandir?. atau mungkin ada hal lain yang dirasakan?”.
“Apa ada tindakan saat buk sinta sedang marah seperti memukul, membanting, atau memukul
saudara?, terus apakah setelah melakukan tindakan tadi masalah yang dialami selesai?”
“Baiklah buk , saya akan memberikan ibuk solusi agar ibuk tidak mudah melakukan Tindakan seperti
ini lagi, Pada saat ibuk sedang marah sebisa mungkin ibuk tarik nafas dalam dan mencoba untuk
menenangkan diri ya buk”
.” Apakah ibuk bisa memperagakan apa yang saya bilang tadi buk?”
“Baiklah buk bagus sekali”
3. Fase Terminasi
a) Evaluasi Respon Klien Terhadap Tindakan Keperawatan
Evaluasi Subjektif :
“Bagaimana perasaan ibuk setelah kita mengobrol tadi buk?”

Evaluasi Objektif :
“ Apakah ibuk bisa mengulangi apa yang kita praktekkan tadi buk?”

b) Rencana Tindak Lanjut :


“Bagaimana kalau besok kita mulai belajar mengungkapkan rasa marah yang sehat?”
c) Kontrak Yang Akan Datang :
Topik :
“Baiklah buk, saya rasa cukup perbincangan kita untuk pertemuan kali ini ya buk, besok kita bertemu
lagi untuk berlatih cara mengungkapkan emosi yang sehat dan baik ya buk”

Waktu :
“Enaknya besok mau berlatih jam berapa buk sinta? Ibuk bisanya jam berapa? Bagaimana kalau di
jam yang sama seperti hari ini?”

Tempat :
“Ibuk besok ingin bercakap-cakap dimana? Bagaimana kalau ditaman ini saja, ibuk mau?”
“Baik terima kasih buk untuk waktunya sampai bertemu besok ya buk, Assalamu’alaikum”
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai