Anda di halaman 1dari 18

KONSEP RISIKO PERILAKU KEKERASAN

1. PENGERTIAN
Menurut Berkowitz (1993), perilaku kekerasan adalah perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis, sedangkan menurut Citrome dan
Volavka (2002, dalam Mohr, 2006) perilaku kekerasan adalah respon dan perilaku
manusia untuk merusak dan berkonotasi sebagai agresif fisik yang dilakukan oleh
seseorang terhadap orang lain dan atau sesuatu.

Stuart dan Laraia (2005), menyatakan bahwa perilaku kekerasan adalah hasil dari marah
yang ekstrim (kemarahan) atau ketakutan (panik) sebagai respon terhadap perasaan
terancam, baik berupa ancaman serangan fisik atau konsep diri. Perasaan terancam ini
dapat berasal dari stresor eksternal (penyerangan fisik, kehilangan orang berarti dan
kritikan dari orang lain) dan internal (perasaan gagal di tempat kerja, perasaan tidak
mendapatkan kasih sayang dan ketakutan penyakit fisik).
Menurut Keliat, dkk, perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Keliat, dkk, 2011).

Risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku yang memperlihatkan individu tersebut


dapat mengancam secara fisik, emosional dan atau seksual kepada orang lain (Herdman,
2012)

Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku kekerasan merupakan:


a) Respons emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan
dirasakan sebagai ancaman (diejek/dihina).
b) Ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan (kecewa, keinginan
tidak tercapai, tidak puas).
c) Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan.
2. PROSES TERJADINYA PERILAKU KEKERASAN
Proses terjadinya perilaku kekerasan pada pasien akan dijelaskan dengan menggunakan
konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari faktor predisposisi dan presipitasi,
a. FaktorPredisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan, meliputi :
1) FaktorBiologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter mengalami
gangguan jiwa, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan
NAPZA.

2) FaktorPsikologis
Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis terhadap stimulus
eksternal, internal maupun lingkungan. Perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil
dari akumulasi frustrasi. Frustrasi terjadi apabila keinginan individu untuk
mencapai sesuatu menemui kegagalan atau terhambat, seperti kesehatan fisik yang
terganggu, hubungan social yang terganggu. Salah satu kebutuhan manusia adalah
“berperilaku”, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui
berperilaku konstruktif, maka yang akan muncul adalah individu tersebut
berperilaku destruktif.
3) FaktorSosiokultural
Fungsi dan hubungan sosial yang terganggu disertai lingkungan sosial yang
mengancam kebutuhan individu, yang mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mempengaruhi individu untuk
berespon asertif atau agresif.Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung
melalui proses sosialisasi (social learning theory), merupakan proses meniru dari
lingkungan yang menggunakan perilaku kekerasan sebagai cara menyelesaikan
masalah.

b. FaktorPresipitasi
Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan pada setiap individu
bersifat unik, berbeda satu orang dengan orang yang lain.Stresor tersebut dapat
merupakan penyebab yang bersifat faktor eksternal maupun internal dari individu.
Faktor internal meliputi keinginan yang tidak terpenuhi, perasaan kehilangan dan
kegagalan akan kehidupan (pekerjaan, pendidikan, dan kehilangan orang yang
dicintai), kekhawatiran terhadap penyakit fisik.

Faktor eksternal meliputi kegiatan atau kejadian sosial yang berubah seperti serangan
fisik atau tindakan kekerasan, kritikan yang menghina, lingkungan yang terlalu ribut,
atau putusnya hubungan sosial/kerja/sekolah.

3. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan pasien dan didukung
dengan hasil observasi.
a. Data Subjektif:
1) Ungkapanberupaancaman
2) Ungkapan kata-kata kasar
3) Ungkapaninginmemukul/ melukai
b. Data Objektif:
a. Wajah memerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Bicara kasar
f. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
g. Mondar mandir
h. Melempar atau memukul benda/orang lain

PROSES KEPERAWATAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN

1. PENGKAJIAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN


Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan keluarga
(pelaku rawat).
Tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan dapat ditemukan dengan wawancara melalui
pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa penyebab perasaan marah?
b. Apa yang dirasakan saat terjadi kejadian/penyebab marah?
c. Apa yang dilakukan saat marah?
d. Apa akibat dari cara marah yang dilakukan?
e. Apakah dengan cara yang digunakan penyebab marah hilang?
Tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan yang dapat ditemukan melalui observasiadalah
sebagai berikut:
a. Wajah memerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Bicara kasar
f. Mondar mandir
g. Nada suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Melempar atau memukul benda/orang lain

2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN

Langkah berikutnya adalah merumuskan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan


dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala yang diperoleh pada pengkajian. Berdasarkan
data-data tersebutdapatditegakkan diagnosis keperawatan:

RisikoPerilakuKekerasan

3. TINDAKAN KEPERAWATAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN

Tindakan keperawatan untuk mengatasi risiko perilaku kekerasan, dilakukan terhadap


pasien dan keluarga (pelaku rawat). Saat melakukan pelayanan di Puskesmas dan
kunjungan rumah, perawat menemui keluarga (pelaku rawat) terlebih dahulu sebelum
menemui pasien. Bersama keluarga (pelaku rawat), perawat mengidentifikasi masalah
yang dialami pasien dan keluarga (pelaku rawat). Setelah itu, perawat menemui pasien
untuk melakukan pengkajian dan melatih satu cara untuk mengatasi masalah yang dialami
pasien.

Jika pasien telah mendapatkan terapi psikofarmaka, maka hal pertama yang dilatih
perawat adalah tentang pentingnya kepatuhan minum obat. Setelah perawat selesai
melatih pasien, maka perawat kembali menemui keluarga (pelaku rawat) dan melatih
keluarga (pelaku rawat) untuk merawat pasien, serta menyampaikan hasil tindakan yang
telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu keluarga lakukan yaitu untuk
mengingatkan pasien melatih kemampuan mengatasi masalah yang telah diajarkan oleh
perawat.
Tindakan keperawatan untuk pasien dan keluarga dilakukan pada setiap pertemuan,
minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai pasien dan keluarga mampu
mengatasi resiko perilaku kekerasan.
a. Tindakan Keperawatan untukPasien Risiko Perilaku Kekerasan
Tujuan: Pasien mampu:
1) Membina hubungan saling percaya
2) Menjelaskan penyebab marah
3) Menjelaskan perasaan saat terjadinya marah/perilaku kekerasan
4) Menjelaskan perilaku yang dilakukan saat marah
5) Menyebutkan cara mengontrol rasa marah/perilaku kekerasan
6) Melatih kegiatan fisik dalam menyalurkan kemarahan
7) Memakan obat secara teratur
8) Melatih bicara yang baik saat marah
9) Melatih kegiatan ibadah untuk mengendalikan rasa marah

Tindakan Keperawatan
1) Membina hubungan saling percaya
Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka membina hubungan saling
percaya adalah:
a) Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
b) Perkenalkan diri : nama, nama panggilan yang Perawat sukai, serta
tanyakan nama dan nama panggilan pasien yang disukai
c) Tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
d) Buat kontrak asuhan : apa yang Perawat akan lakukan bersama pasien,
berapa lama akan dikerjakan dan tempatnya dimana
e) Jelaskan bahwa Perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan terapi
f) Tunjukkan sikap empati
g) Penuhi kebutuhan dasar pasien
2) Diskusikan bersama pasien penyebab rasa marah yang menyebabkan perilaku
kekerasan saat ini dan yang lalu.
3) Diskusikan tanda-tanda pada pasien jika terjadi perilaku kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat
marah secara:
(1) Verbal
(2) terhadap orang lain
(3) terhadap diri sendiri
(4) terhadap lingkungan
5) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6) Latih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
(1) Fisik:tarik nafas dalam, pukul kasur dan batal.
(2) Patuh minum obat
(3) Sosial/verbal: bicara yang baik: meminta, menolak dan
mengungkapkan perasaan
(4) Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien

Tindakan keperawatan terhadap pasien dapat dilakukan minimal empat kali


pertemuan dan dilanjutkan sampai pasien dan keluarga dapat
mengontrol/mengendalikan perilaku kekerasan. Pada masing-masing pertemuan
dilakukan tindakan keperawatan berdasarkan strategi pelaksanaan (SP) sebagai
berikut:

SP 1 Pasien: pengkajian dan latihan nafas dalam dan memukul kasur atau
bantal
Identifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat
perilaku kekerasan yang dilakukan; jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan:
fisik, obat, verbal, spiritual; latihan cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal; masukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan fisik.

Orientasi:
“Assalamuallaikum pak, perkenalkan nama saya ...................., saya senang
dipanggil suster ...................., dari puskesmas Matraman. Nama bapak siapa?
Senangnya dipanggil apa?”
“Tadi saya sudah bertemu dengan ibu dan sekarang saya ingin bercakap-cakap
dengan bapak”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini? Masih ada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang penyebab bapak marah,
dan bagaimana cara mengontrol rasa marah bapak. Berapa lama bapak mau kita
berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit? Setuju pak? Dimana sebaiknya
kita duduk untuk berbincang-bincang, pak?”

Kerja:
“Apa yang menyebabkan bapak marah? Apalagi penyebab yang lain? Samakah
dengan yang sekarang? O..iya, jadi ada 2 penyebab marah bapak. Pada saat
penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke rumah dan istri belum
menyediakan makanan, apa yang bapak rasakan?” (tunggu responpasien).
“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal? Setelah itu apa yang bapak
lakukan? O..iya, jadi bapak memukul istri bapak dan memecahkan piring, apakah
dengan cara ini makanan terhidang? Iya, tentu tidak.Apa kerugian cara yang bapak
lakukan? Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-piring pecah. Menurut bapak adakah
cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan
dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”

“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan
fisik. Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal,
berdebar-debar, mata melotot, bapak dapat melakukan: tarik nafas dalam dan pukul
kasur dan bantal. Mari kita coba latihan tarik nafas dalam: berdiri, lalu tarik nafas
dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut
seperti mengeluarkan kemarahan.
Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus, tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan
5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya”.

“Mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Dimana kamar bapak? Jadi kalau
nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan
tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur
dan bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”.

“Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan
memukul kasur dan bantal serta tarik nafas dalam? Baik pak ini jadwalnya, kapan
bapak mau latihan tarik nafas dalam dan memukul bantal atau kasur. Jika bapak
melakukannya coret disini ya pak”

Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bincang-bincang tentang perasaan marah
dan tadi latihan cara menyalurkan marah?”
”Iya jadi ada 2 penyebab yang membuat bapak marah ........ (sebutkan) dan bapak
rasakan ..... (sebutkan) dan yang bapak lakukan .... (sebutkan) serta akibatnya .........
(sebutkan).
“Berapa tadi cara mengontrol marah jika perasaan marah bapak muncul?Baiklah
bapak sudah memasukkan kedua cara tadi ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari
bapak.. jadi kalau ada keinginan marah, gunakan kedua cara tadi ya pak”.
“Seminggu lagi saya akan kembali dan kita latih cara mengontrol marah dengan
patuh minum obat. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa”
SP2 Pasien : latihan patuh minum obat
Evaluasi tanda dan gejala perilaku kekerasan, validasi kemampuan melakukan tarik
nafas dalam dan pukul kasur dan bantal, tanyakan manfaatnya dan beri pujian, latih
cara mengontrol perilaku kekerasan dengan obat (jelaskan 6 benar: benar nama, benar
jenis, benar dosis, benar waktu, benar cara, kontinuitas minum obat dan dampak jika
tidak kontinu minum obat), masukkan pada jadwal kegiatan latihan fisik dan minum
obat.

Orientasi:
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya minggu yang lalu sekarang saya
datang lagi. Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam dan pukul
kasur bantal? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Coba
kita lihat jadwalkegiatannya”.
“Apakah selama kita tidak bertemu ada hal yang membuat bapak marah?”
“Apa yang bapak lakukan untuk mengatasinya? Hasilnya bagaimana pak?”
“Wah, bagus sekali, bapak telah menerapkan cara mengontrol marah dengan cara
tarik nafas dalam dan ternyata perasaan marahnya jadi terkontrol”
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara tentang pentingnya minum obat dan latihan
tentang cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah? Dimana
enaknya kita berbincang-bincang? Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang
tentang hal tersebut? Sekarang saya akan jelaskan tentang pentingnya minum obat”.

Kerja:
“Bapak sudah dapat obat dari dokter puskesmas? Pak ini obatnya, bapak perlu
minum obat ini secara teratur agar pikirannya jadi tenang, dan tidurnya juga
menjadi nyenyak. Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya
CPZ, yang warna putih ini namanya THP, dan yang merah jambu ini namanya HLP
semuanya ini harus bapak minum 3 kali sehari yaitu jam 7 pagi, jam 1 siang, dan
jam 7malam”. “Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk
membantu mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es batu. Bila bapak merasa mata
berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu. Jangan
pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak”

“Sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label yang menempel di bungkus obat,
apakah benar nama bapak tertulis disitu. Selain itu bapak perlu memperhatikan jenis
obatnya, berapa dosis, satu atau dua butir obat yang harus diminum, jam berapa saja
obatnya harus diminum, dan cara minum obatnya. Bapak perlu secara teratur minum
obat dan tidak menghentikannya tanpa konsultasi dengan dokter. Sekarang kita
masukkan waktu minum obatnya kedalam jadwal ya pak”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol
perasaan marah dengan cara minum obat yang benar?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara minum obat yang benar”
“Bagus!Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita
pelajari? ........Betul ! sudah ada 2 cara ya pak. “Jadwal minum obat telah kita buat
tadi. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”.
“Baik, seminggu lagi saya kembali untuk melihat sejauhmana bapak melaksanakan
kegiatan latihan fisik dan minum obat dengan teratur . Serta apakah hal tersebut
dapat mencegah rasa marah. Saya juga akan melatih bapak cara mengontrol
perasaan marah dengan cara bicara yang baik. Bapak mau jam berapa? Sampai
jumpa”

SP 3 Pasien : latihan cara sosial atau verbal


Evaluasi tanda dan gejala perilaku kekerasan, validasi kemampuan pasien melakukan
tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal, makan obat dengan patuh dan benar,
tanyakan manfaatnya dan beri pujian, latih cara mengontrol perilaku kekerasan secara
verbal (tiga cara, yaitu: mengungkapkan, meminta, menolak dengan benar), masukkan
pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat, dan verbal .

Orientasi:
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya seminggu yang lalu sekarang saya
datang lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal?
Bagaimana dengan minum obatnya sesuaikah dengan jadwalnya? Apa yang
dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur dan obatnya diminum?”
“Apakah selama kita tidak bertemu ada hal yang membuat bapak merasa kesal?”
“Apa yang bapak lakukan untuk mengatasinya?”
“Lalu...bagaimana hasilnya pak?”
“Bagus sekali, marah bapak menjadi reda setelah dialihkan dengan memukul bantal”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara yang baik bila sedang marah?
Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?”

Kerja:

“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga caranya
pak, yaitu :
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar, misalnya: ‘Bu, tolong ambilkan saya air minum
itu’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada
kerjaan’.
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat
kesal, bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’
“Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
“Sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali bapak dalam sehari mau
latihan bicara yang baik ?”
“Bisa kita buat jadwalnya? Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari,
misalnya meminta makan, minta obat atau minta uang, dll. Begitu juga dengan
latihan tarik nafas dalam, latihan pukul bantal/kasur, dan jadwal minum obat tetap
dilanjutkan seperti jadwal sebelumnya”
Terminasi:

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol


marah dengan bicara yang baik?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
“Bagus sekali, jangan lupa bapak latihan sesuai jadwal yang telah dibuat tadi, yaitu
meminta, menolak, dan mengungkapkan perasaan dengan cara baik. Juga latihan
tarik nafas dalam, latihan pukul bantal/kasur, dan jadwal minum obat bapak tetap
lakukan sesuai jadwal ya…”
“Seminggu lagi saya akan kembali mengunjungi bapak ya! Bagaimana kalau
waktunya seperti sekarang ini saja, bapak setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak
yaitu dengan cara ibadah, bapak setuju?”

SP 4 Pasien : latihan cara spiritual


Evaluasi tanda dan gejala perilaku kekerasan, validasi kemampuan pasien melakukan
tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal, makan obat dengan benar dan patuh, bicara
yang baik, tanyakan manfaatnya, beri pujian, latih mengontrol marah dengan cara
spiritual (2 kegiatan), masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat,
verbal dan spiritual.

Orientasi:
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya seminggu yang lalu sekarang saya
datang lagi. Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur
bantal dan bicara yang baik? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara
teratur? Bagaiamana obatnya, diminum teratur?”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mengontrol marah bapak
yaitu dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang cara ibadah?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?”

Kerja:

“Coba bapak ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan” “Bagus”
“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik nafas dalam.
Jika tidak reda juga marahnya, rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil
air wudhu kemudian sholat” (sesuai waktu ibadah sholat).
“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa
marah. Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan atau
ditambah dengan Dzikir”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan bapak.
Jam berapa bapak akan sholat?Baik kita masukkan sholat ....... dan ........
dzikir(sesuai kesepakatan pasien).

Terminasi:

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang keempat
ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus! Coba bapak
ulangi kembali cara mengontrol perasaan marah dengan cara spiritual atau ibadah”.
“Bagus sekali pak! Saya harap bapak melakukan latihan sesuai dengan jadwal yang
telah diisi tadi dan menerapkan cara mengontrol perasaan marah jika bapak merasa
ingin marah. Obatnya juga tetap diminum sesuai jadwal”

“Minggu depan saya akan datang lagi, nanti kita bicarakan apakah empat cara
mengontrol rasa marah, yaitu dengan cara fisik: menarik nafas dalam dan memukul
kasur atau bantal, patuh minum obat yang sudah bapak dapat dari puskesmas, cara
bicara yang baik, serta ibadah secara teratur dapat mengontrol perasaan marah
bapak?Saya akan lihat kemampuan bapak dalam melakukan kegiatan yang sudah
dibuat dalam jadwal ini, dan bagaimana perasaan bapak setelah melakukannya. Mau
jam berapa pak? Apakah seperti sekarang saja? Bagaimana kalau jam 10 ya?”

b. Tindakan keperawatan untuk keluarga pasien risiko perilaku kekerasan


Tujuan: Keluargamampu:
1) Mengenal masalah risiko perilaku kekerasan
2) Memutuskan untuk melakukan perawatan pada pasien risiko perilaku kekerasan
3) Merawat pasien risiko perilaku kekerasandengan mengajarkan dan mendampingi
pasien melakukan kegiatan fisik, bicara yang baik, minum obat teratur dan spiritual
4) Memodifikasi lingkungan yang konsusif agar pasien mampu mengontrol perilaku
kekerasan dan mengurangi stresor yang menimbulkan perilaku kekerasan
5) Mengenal tanda kekambuhan, dan mencari pelayanan kesehatan

Keluarga dapat meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan


pasien risiko perilaku kekerasan mengatasi masalahnya dapat meningkat.
2) Tindakan keperawatan kepada keluarga (pelaku rawat) :
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien.
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya perilaku
kekerasan/ risiko perilaku kekerasan.
3) Melatih keluarga cara merawat risiko perilaku kekerasan.
4) Membimbing keluarga merawat risiko perilaku kekerasan.
5) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang
mendukung pasien untuk mengontrol emosinya.
6) Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan
segera ke fasilitas pelayanan kesehatan
7) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.

Latihan 5 untuk keluarga : cara merawat pasien dan latihan fisik 1

Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien, jelaskan pengertian, tanda
dan gejala, dan proses terjadinya perilaku kekerasan (gunakan booklet), jelaskan cara
merawat perilaku kekerasan, latih satu cara merawat perilaku kekerasan: fisik 1,2,
anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian.

Orientasi:

“Assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya suster .............., ibu bisa memanggil
saya suster ....................... Saya perawat dari puskesmas Matraman, saya sedang
melakukan kunjungan rumah. Nama ibu siapa, senangnya dipanggil apa?” Saya
mendapat informasi dari kader kesehatan bahwa ibu sedang kebingungan dengan
suami ibu yang marah-marah.”(Jika perawat belum pernah bertemu keluarga pasien)

“Bisa kita berbincang-bincang sekarang tentang apa yang menyebabkan bapak


marah, tanda-tandanya dan cara mengatasinya?”
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”
“Sekarang sekitar 10 menit saja dulu, setelah itu saya akan menemui bapak untuk
menanyakan tentang hal yang dialaminya serta melatih bapak mengatasi masalahnya.
Kemudian saya kembali akan menemui ibu”
“Tujuan pertemuan ini adalah agar ibu mengenal masalah yang dialami bapak dan
dapat berlatih cara merawat bapak”
“Dimana sebaiknya kita berbincang-bincang, bu?”

Kerja:
“Coba ibu ceritakan apa yang ibu rasakan dalam merawat bapak?”
“Banyak hal yang dapat membuat seseorang marah seperti yang terjadi pada bapak,
apa yang telah keluarga lakukan untuk mengatasinya?”
“Oo… keluarga selama ini berusaha mengalah. Bu, marah adalah suatu perasaan
yang wajar tapi bila tidak disalurkan dengan benar akan membahayakan dirinya
sendiri, orang lain dan lingkungan”.
“Bisakah ibu cerita apa saja yang biasanya membuat bapak marah? Bagaimana
perilaku yang ibu lihat? Apakah wajah suami ibu tampak tegang dan merah, lalu
kelihatan gelisah, dan bicaranya kasar? Itu artinya suami ibu sedang marah, dan
biasanya setelah itu apakah ia akan melampiaskannya dengan membanting-banting
perabot rumah tangga?”
“Baik bu, sekarang saya akan menemui bapak, setelah itu saya akan kembali
menemui ibu”

(Percakapan dihentikan dulu, perawat menemui pasien, setelah melatih pasien,


perawat kembali melanjutkan percakapan dengan keluarga)

(percakapan lanjutan………)

“Saya telah berbicara dengan suami ibu. Suami ibu mengatakan yang menyebabkan
ia marah dan mengamuk adalah jika ia direndahkan. Yang dialami bapak adalah
ketidakmampuan mengontrol perasaan marahnya atau sering disebut dengan risiko
perilaku kekerasan. Hal ini dapat diatasi dengan cara melatih bapak mengontrol
perasaan marahnya. Ini ada booklet tentang cara membantu bapak mengatasi
masalahnya. Mari kita lihat sama-sama”

“Perilaku kekerasan atau amuk merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang
dialami. Bentuk perilakunya berupa marah-marah dengan kata-kata kasar dan keras,
merusak perabotan rumah tangga, hingga upaya menciderai orang lain maupun diri
sendiri. Nah…kalau pada bapak sendiri, tanda-tanda yang mana saja yang ibu
temukan?”

“Bila hal tersebut terjadi sebaiknya ibu tetap tenang, bicara lembut tapi tegas, jangan
lupa jaga jarak dan jauhkan benda-benda tajam darisekitar bapak seperti gelas, pisau.
Jauhkan juga anak-anak kecil dari bapak.”

“Kondisi yang dihadapi keluarga bisa berupa saat pasien sedang amuk, pasien telah
mereda amuknya, atau pasien akan mengamuk. Pada kondisi pasien akan mengamuk,
keluarga dapat membantu pasien agar tidak sampai mengamuk, dengan cara
mengingatkan untuk melakukan cara mengontrol marah yang telah diajarkan
perawat”
“Saya sudah mengajarkan bapak bagaimana cara mengontrol rasa marahnya, yaitu
dengan cara fisik: tarik nafas dalam dan pukul bantal/kasur, dan sudah dibuat dalam
jadwal kegiatan harian bapak. Jadi selain ibu sudah mengetahui apa itu marah, saya
akan mengajarkan juga kepada ibu latihan fisik, yaitu cara 1 dan 2 agar ibu dapat
mengingatkan bapak untuk melakukannya ketika bapak mulai marah-marah”
“Baik sekali ibu sudah mengerti dan tahu caranya, ibu nanti membantu bapak untuk
melakukannya sesuai jadwal yang sudah dibuat ya”
“Kalau bapak bisa melakukan latihannya dengan baik jangan lupa dipuji ya bu”.

Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat bapak?”
“Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak”
“Bagaimana latihan tarik nafas dalam dan pukul bantal atau kasur?”
“Setelah ini coba ibu ingatkan jadwal yang telah dibuat untuk bapak latihan cara fisik
ya bu”
“Minggu depan kita ketemu lagi dan akan melihat kemampuan bapak dalam
melakukan kegiatan sesuai jadwal serta saya akan menjelaskan cara yang kedua
mengontrol marah bapak, yaitu dengan cara patuh minum obat”

Latihan 6 untuk keluarga : latihan cara memberi minum obat


Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala perilaku kekerasan pasien,
validasi kemampuan keluarga dalam merawat/melatih pasien cara fisik1 dan 2, beri
pujian, jelaskan 6 benar cara memberikan obat, latih cara memberikan membimbing
minum obat, anjurkan membantu pasien melakukan kegiatan/latihan sesuai jadwal
dan memberi pujian.

Orientasi:
“Assalamualaikum Ibu, sesuai dengan janji saya seminggu yang lalu sekarang saya
datang lagi. Bagaimana perasaan ibu hari ini? Bagaimana bapak, apakah sudah
melakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur bantal? Apa yang ibu lihat setelah
bapak melakukan latihan secara teratur? Coba kita lihat daftar kegiatan bapak”.

(Percakapan dihentikan dulu, perawat dan keluarga menemui pasien, setelah melatih
pasien, perawat kembali melanjutkan percakapan dengan keluarga)

(percakapan lanjutan………)

Kerja:
“Suami ibu sudah mendapat obat dari dokterpuskesmas dan bapak harus minum obat
ini secara teratur agar pikirannya jadi tenang, sehingga tidurnya juga tenang. Obatnya
ada tiga macam ya bu, yang warnanya oranyenamanya CPZ, yang putih ini namanya
THP, dan yang merah jambu ini namanya HLP semuanya ini harus diminum bapak 3
kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”.

“Bila nanti setelah minum obat bapak mengeluh mulutnya terasa kering, untuk
membantu mengatasinya bapak bisa diberikan es batu untuk diisap-isap. Bila bapak
mengeluh matanya berkunang-kunang, sebaiknya bapak disuruh istirahat dan jangan
beraktivitas dulu”
“Sebelum minum obat ini, ibu bantu bapak untuk melihat dulu label di bungkus obat
apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam
berapa saja bapak harus minum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar?”
“Jangan pernah menghentikan minum obat bapak, sebelum berkonsultasi dengan
dokter ya bu”

Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang
benar untuk mengontrol perasaan marah bapak?”
“Coba ibu sebutkan kembali cara minum obat yang benar”
“Bagus sekali, bu!”
“Baiklah bu, kita sudah bicara tentang cara mengontrol perasaan marah yang terjadi
pada suami ibu yaitu cara fisik dan patuh minum obat. Jangan lupa ibu untuk
mengingatkan bapak agar dapat melaksanakannya dengan teratur ya”.
“Bu, seminggu lagisaya kembali untuk melihat sejauhmana bapak melaksanakan
kegiatan dan apakah dapat mencegah rasa marah bapak. Serta kita akan melanjutkan
bincang-bincang tentang cara mengontrol marah yang ke 3 yaitu cara sosial atau
verbal.Sampai jumpa”

Latihan 7 untuk keluarga : latihan cara sosial atau verbal


Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala perilaku kekerasan pasien,
validasi kemampuan keluarga dalam merawat/melatih pasien fisik1,2, memberikan
obat, beri pujian, jelaskan mengontrol rasa marah dengan cara verbal atau sosial
(meminta, menolak, mengungkapkan perasaan), latih cara verbal/sosial, anjurkan
membantu pasien melakukan kegiatan/latihan sesuai jadwal dan memberi pujian.

Orientasi:
“Assalamualaikum Ibu, sesuai dengan janji saya seminggu yang lalu sekarang saya
datang lagi. Bagaimana bu, apakah bapak sudah melakukan latihan tarik nafas dalam
dan pukul kasur bantal? Bagaimana dengan minum obatnya? Apa yang ibu lihat
setelah bapak melakukan latihan tersebut secara teratur? Bagaimana kalau sekarang
kita melanjutkan bincang-bincang tentang cara mengontrol marah yang juga sudah
diajarkan kepada bapak yaitu dengan cara bicara yang baik bila sedang marah?
Dimana sebaiknya kita berbincang-bincang tentang hal tersebut? Berapa lama ibu
bersedia bicara-bicara tentang mengontrol marah dengan cara verbal atau sosial?”

Kerja:
“Baik Bu, hari ini bapak akan berlatih bagaimana cara bicara yang baik yang dapat
mengontrol perasaan marah”.

“Sekarang saya akan menjelaskan tentang cara bicara yang baikbila bapak sedang
marah. Ada tiga caranya yaitu:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar, misalnya: “Bu, tolong ambilkan saya air minum
itu”.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan tidak ingin melakukannya,
katakan: “Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada pekerjaan”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal
dapat mengatakan: “Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu”
“Sekarang, kita temui bapak bu ya...”

(Perawat bersama keluarga melatih cara mengontrol marah dengan cara bicara yang
baik)

(percakapan lanjutan setelah melatih pasien cara bicara yang baik………)

“Demikian bu yang sudah diajarkan kepada bapak dalam mengatasi perasaan


kesalnya. Tadi bapak mengatakan akan berlatih cara bicara yang baik sesuai dengan
jadwal yang telah disepakati tadi. Ibu dapat membantu bapak mengatasi masalahnya
dengan memberikan pujian setelah bapak melakukan latihan sesuai jadwal dan
membantu mengingatkan bapak jika ia lupa melakukan kegiatannya. Begitu juga
dengan jadwal latihan tarik nafas dalam dan jadwal minum obatnya…tetap ibu pantau
ya”
“Bagaimana bu…. ada yang ingin ditanyakan atau disampaikan?”

Terminasi:
“Bagaimana perasaannya bu setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol
marah dengan bicara yang baik?”
“Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah saya jelaskan tadi”
“Bagus sekali, sekarang mari kita lihat dalam jadwal kegiatan bapak. “Berapa kali
disini bapak latihan bicara yang baik?Jika bapak melakukannya jangan lupa dipuji ya
bu”
“Seminggu lagi saya akan kembali mengunjungi ibu ya?”
“Bagaimana kalau waktunya seperti sekarang ini saja, bagaimana bu setuju? Nanti
kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah yang terjadi pada
bapak yaitu dengan cara ibadah”.

Latihan 8 untuk keluarga : latihan cara spritual


Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala perilaku kekerasan pasien,
validasi kemampuan keluarga merawat/melatih pasien cara fisik 1 dan 2;kepatuhan
minum obat dan cara verbal/sosial; beri pujian; jelaskan mengontrol rasa marah
dengan cara spiritual; latih cara spiritual; jelaskan follow up ke Puskesmas; tanda
kambuh, identifikasi kendala atau kesulitan dalam melakukan kegiatan dan jelaskan
cara mengontrol rasa marah pasien jika sudah terjadi perilaku merusak diri dan atau
lingkungan;latih cara pengekangandan proses rujukan; anjurkan membantu pasien
melakukan kegiatan/latihan sesuai jadwal dan memberi pujian.

Orientasi:
“Assalamualaikum Ibu, sesuai dengan janji saya minggu yang lalu sekarang saya
datang lagi”
“Bagaimana kabarnya bu, apakah bapaksudah melakukan kegiatan sesuai jadwal
seperti latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal?Bagaimana dengan minum
obatnya? Juga apakah melakukan latihan cara bicara yang baik dengan cara
mengungkapkan, meminta atau menolak dengan benar?”
“Mari kita lihat jadwal bapak, bagus ibu sudah membantu bapak untuk melakukannya.
Bagaimana keadaan bapak setelah teratur minum obat dan melakukan latihan nafas
dalam, atau pukul bantal? Sudahkah bapak melakukan cara bicara yang benar jika
marah? Bagaimana hasilnya? Baik, sudah banyak perubahan yang terjadi ya bu”
“Bagaimana kalau sekarang kita melanjutkan bincang-bincang tentang cara
mengontrol marah yang keempat yaitu dengan cara spiritual? Setelah itu kita sama-
sama menemui bapak untuk melatih cara mengontrol marah dengan cara spiritual.
Dimana bu? Waktunya 20 menit bu ya?”
Kerja:
“Ibu coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan oleh suami ibu?”
“Nah, kalau ibu melihat bapak sedang marah dan mencoba langsung duduk dan tarik
nafas dalam. Jika belum reda juga marahnya sarankan bapak untuk merebahkan badan
agar rileks. Jika tidak reda juga, ajak bapak untuk ambil air wudhu kemudian sholat,
bisa berjamaah dengan ibu”.

(Perawat bersama keluarga melatih cara mengontrol marah dengan cara spiritual)

(percakapan lanjutan setelah melatih pasien mengontrol emosi dengan cara


spiritual………)
“Jadi selain Bapak sudah diajarkan cara fisik 1 dan 2, yaitu tarik nafas dan pukul
kasur atau bantal, patuh minum obat, dan mengungkapkan secara verbal, juga bisa
melakukan sholat secara teratur dan bisa juga cara ibadah yang lain seperti dzikir
untuk meredakan kemarahannya”.
“Nanti ibu pantau dan ingatkan jadwal latihannya ya bu !...”

“Bu, seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya bahwa marah adalah suatu
perasaan yang wajar tapi bila tidak disalurkan dengan benar akan membahayakan
dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan, sehingga kita sudah membahas bagaimana
cara-cara mengatasinya”.
“Jika bapak tidak lagi mau minum obat sesuai jadwal, ibu perlu segera membawa
bapak ke Puskesmas, sekalipun belum jadwalnya untuk kontrol. Bila bapak suatu saat
terlihat marah dan mengamuk dan tidak bisa lagi diingatkan untuk mengontrol marah
seperti yang telah diajarkan, maka segera bawa ke puskesmas, setelah sebelumnya
diikat dulu (ajarkan caranya pada keluarga). Jangan lupa minta bantuan orang lain saat
mengikat bapak ya bu, lakukan dengan tidak menyakiti bapak dan dijelaskan alasan
mengikat yaitu agar bapak tidak menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan”

“Nah bu, kita sudah bincang-bincang tentang apa yang harus suami ibu lakukan bila
tanda-tanda kemarahan itu muncul. Ibu bisa bantu bapak dengan cara mengingatkan
jadwal latihan cara mengontrol marah yang sudah dibuat yaitu secara fisik, verbal,
spiritual dan minum obat teratur”.

“Jika bapak marah sudah sampai memukul atau merusak barang segera hubungi saya
di puskesmasatau di nomor ini 0814xxxxxxx, karena dalam kondisi seperti itu bapak
sudah butuh bantuan lebih lanjut. Jika nanti kondisi bapak tidak dapat diatasi di
puskesmas, maka kami akan merujuk ke Rumah Sakit Umum yang memiliki fasilitas
pelayanan kesehatan jiwa atau langsung ke Rumah Sakit Jiwa”.

Terminasi:
“Bagaimana bu perasaannya setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang keempat
ini?”

“Coba ibu sebutkan kembali kondisi-kondisi bapak yang perlu segera dilaporkan?”
“Ya… bagus sekali”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang dapat dilakukan oleh suami ibu?”
“Bagus. Mari kita lihat jadwal kegiatan bapak, jam berapa bapak akan sholat? Sudah
bagus ya Bu. Jangan lupa ibu memujinya, jika bapak melakukann ibadah sesuai
jadwal”
“Selasa depan saya akan datang, nanti kita bicarakan kemampuan bapak yang telah
dilatih selama ini dan apakah bapak (suami ibu) sudah mampumengontrol rasa
marahnya, bersedia jam berapa Bu? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?”

Anda mungkin juga menyukai