Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

Nama : Khaira Ummah


NIM : I1031181047

1. Definisi
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap streesor yang dihadapi oleh
seseorang, respon ini dapat menimbulkan kerugian baik kepada diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan. Seseorang yang mengalami perilaku kekerasan sering menunjukan
perubahan perilaku seperti mengancam, gaduh, tidak bisa diam, mondar-mandir, gelisah,
intonasi suara keras, ekspresi tegang, bicara dengan semangat, agresif, nada suara tinggi
dan bergembira secara berlebihan. Pada seseorang yang mengalami resiko perilaku
kekerasan mengalami perubahan adanya penurunan kemampuan dalam memecahkan
masalah, orientasi terhadap waktu, tempat dan orang serta gelisah (Pardede et al., 2020).
Risiko mencederai merupakan suatu tindakan yang memungkinkan dapat melukai atau
membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sehingga masalah yang terjadi pada
pasien parilaku kekerasan akan melibatkan keluarga (Suryenti, 2017).
Perilaku kekerasan adalah salah satu respon terhadap stressor yang dihadapi oleh
seseorang yang dihadapi oleh seeorang yang di tunjukan dengan perilaku kekerasan baik
pada diri sediri maupun orang lain dan lingkungan baik secara verbal maupun non-verbal.
Bentuk perilaku kekerasan yang dilakukan bisa amuk, bermusuhan yang berpotensi
melukai, merusak baik fisik maupun kata-kata (Wardana et al., 2020).
Menurut (Keliat et al., 2015), perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Riisiko perilaku
kekerasan merupakan perilaku yang diperlihatkan oleh individu. Bentuk ancaman bisa
fisik, emosional atau seksual yang ditujukan kepada orang lain sehingga dapat disimpulkan
bahwa perilaku kekerasan merupakan :
a. Respons emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan
dirasakan sebagai ancaman (diejek/dihina).
b. Ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan (kecewa, keinginan
tidak tercapai, tidak puas).
c. Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan.
2. Etiologi, Faktor Predisposisi dan Presipitasi
Proses terjadinya perilaku kekerasan pada pasien akan dijelaskan dengan menggunakan
konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi faktor predisposisi dan presipitasi.
a. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan, meliputi:
1) Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter yaitu adanya
anggota keluarga yang sering memperlihatkan atau melakukan perilaku kekerasan,
adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, adanyan riwayat penyakit
atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA (narkoti, psikotropika dan zat
aditif lainnya).
2) Faktor Psikologis
Pengalaman marah merupakan respon psikologis terhadap stimulus eksternal,
internal maupun lingkungan.Perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi
frustrasi.Frustrasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu
menemui kegagalan atau terhambat.Salah satu kebutuhan manusia adalah
“berperilaku”, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui berperilaku
konstruktif, maka yang akan muncul adalah individu tersebut berperilaku destruktif.
3) Faktor Sosiokultural
Teori lingkungan sosial (social environment theory)menyatakan bahwa lingkungan
sosial sangat mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah.Norma
budaya dapat mendukung individu untuk berespon asertif atau agresif.Perilaku
kekerasan dapat dipelajari secara langsung melalui proses sosialisasi (social learning
theory).
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat unik, berbeda
satu orang dengan yang lain.Stresor tersebut dapat merupakan penyebab yang brasal
dari dari dalam maupun luar individu.
Faktor dari dalam individu meliputi kehilangan relasi atau hubungan dengan orang
yang dicintai atau berarti (putus pacar, perceraian, kematian), kehilangan rasa cinta,
kekhawatiran terhadap penyakit fisik, dll. Sedangkan faktor luar individu meliputi
serangan terhadap fisik, lingkungan yang terlalu ribut, kritikan yang mengarah pada
penghinaan, tindakan kekerasan.
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan pasien dan didukung
dengan hasil observasi.
a. Data Subjektif:
1) Ungkapan berupa ancaman
2) Ungkapan kata-kata kasar
3) Ungkapan ingin memukul/ melukai
b. Data Objektif:
1) Wajah memerah dan tegang
2) Pandangan tajam
3) Mengatupkan rahang dengan kuat
4) Mengepalkan tangan
5) Bicara kasar
6) Suara tinggi, menjerit atau berteriak
7) Mondar mandir
8) Melempar atau memukul benda/orang lain
4. Pengkajian dan Pohon Masalah
A. Pengkajian Keperawatan Jiwa yang Dikaji
Hal-hal yang dikaji dalam mengatasi perilaku kekerasan antara lain :
1) Identitas klien
2) Identitas keluarga klien
3) Data demografi
4) Alasan masuk
5) Faktor predisposisi
6) Faktor presipitasi
7) Pemeriksaan fisik
8) Pengkajian data psikososial
9) Genogram
10) Pengkajian status mental
11) Kebutuhan persiapan pulang
12) Mekanisme koping
13) Masalah psikososial dan lingkungan
14) Pengkajian tingkat pengetahuan
B. Pohon Masalah (gambar pohon masalah)

5. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Fitria, 2010) masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan
gangguan yang ada pada pohon masalah yaitu sebagai berikut:
1. Gangguan konsep diri (harga diri rendah)
2. Perilaku kekerasan
3. Resiko tinggi menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
4. Risiko bunuh diri
6. Rencana Tindakan Keperawatan
Jika pasien telah mendapatkan terapi psikofarmaka (obat), maka hal pertama yang
harus dilatih perawat adalah pentingnya kepatuhan minum obat. Setelah perawat selesai
melatih pasien, perawat menemui keluarga untuk melatih cara merawat pasien. Selanjutnya
perawat menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang
perlu keluarga yaitu untuk mengingatkan pasien melatih kemampuan mengatasi masalah
yang telah diajarkan oleh perawat.
a. Tindakan Keperawatan untuk Pasien Risiko Perilaku Kekerasan antara lain:
1) Membina hubungan saling percaya
2) Mendiskusikan penyebab marah/perilaku kekerasan
3) Mendiskusikan tanda-tanda pada pasien bila terjadi perilaku kekerasan
4) Mendiskusikan dengan pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat
marah
5) Mendiskusikan dengan pasien akibat perilakunya
6) Melatih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan
b. Tindakan keperawatan kepada keluarga :
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien.
2) Menjelaskan pengertian, tAnda dan gejala, dan proses terjadinya perilaku
3) kekerasan/ risiko perilaku kekerasan.
4) Melatih keluarga cara merawat risiko perilaku kekerasan.
5) Membimbing keluarga merawat risiko perilaku kekerasan.
6) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung
7) pasien untuk mengontrol emosinya.
8) Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera
9) ke fasilitas pelayanan kesehatan
10) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.

7. Referensi Laporan Pendahuluan


Fitria. (2010). Prinsip Dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika. Jurnal Care.
Keliat et al. (2015). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic Course). E-Journal
Keperawatan (EKP).
Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Hulu, E. P. (2020). Efektivitas Behaviour Therapy Terhadap
Risiko Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
Muhammad Ildrem Provsu Medan. Jurnal Mutiara Ners, 3(1), 8–14.
Suryenti, V. (2017). Dukungan Dan Beban Keluarga Dengan Kemampuan Keluarga Merawat
Pasien Resiko Perilaku Kekerasan Di Klinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi Tahun
2017. Jurnal Psikologi Jambi, 2(2), 39–46. https://www.online-
journal.unja.ac.id/jpj/article/view/4795
Wardana, G. H., Kio, A. L., & Arimbawa, A. A. G. R. (2020). Hubungan Dukungan Keluarga
terhadap Tingkat Kekambuhan Klien dengan Resiko Perilaku Kekerasan. Caring: Jurnal ….

Anda mungkin juga menyukai