Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan bagian integral dari kesehatan dan merupakan


kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental, dan sosial individu
secara optimal dan selaras dengan perkembangan orang lain.

Data riset kesehatan dasar (riskesdas) 2013 menunjjukan 15-30%


penduduk indonesia mengalami gangguan kejiwaan, termasuk gangguan
kecemasan dan depresi berat. Memang data tersebut jadi data dasar yang
menggambarkan persoalan gangguan jiwa di indonesia. Yang ditemukan 15-30%
persoalan jiwa dimasyarakat itu kita sebut gangguan yanng nyata mudah dan jelas
dikenal masyarakat.

Manusia mengalami dua masalah, yaitu secara fisik dan psikis. Masalah
fisik biasanya kita sebut sakit fisik sakit badan : badan meriang, badan demam,
sesak nafas atau asma, kolestrol naik, tekanan darah tinggi, gula darah tinggi,
stroke, jantung dan lain-lain. Sedangkan maslah psikisnya disebut gangguan jiwa
contohnya : skizofrenia, depresi, gangguan kecemasan, ganngguan asietas phobik,
retaardasi mental, hiperaktiv, demensia, insomnia dan lain-lain.

Perilaku kekerasan dapat dibagi dua : menjadi perilaku kekerasan secara fisik
dan verbal ( ketner et al, 2010). Berbagai upaya telah dilakukan untuk
menanngani perilaku kekerasan pada klien skizofrenia upaya yang dilakukan
untuk mengatasi perilaku kekerasan adalah dengan pemberian psikofarmaka,
psikoterapi, dan modifikasi lingkungan.

Kekerasan muncul akibat adanya pelanggaran yang disertai dengan


hukuman terutama hukuman fisik. Juga dapat disebabkan karena prustasi takut,

1
memanifulasi atau intimidasi. Prilaku kekerasan merupakann hasil konflik
emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga
menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan ketergantungan
pada porang lain.

Peran perawat dalam pelayanan kesehatan jiwa memberikan penyuluhan


sehat jiwa, mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan, kemiskinan, dan
pendidikan. Memberikan pendidikan dalam kondisi normal, pertumbuhan dan
perkembangan dan pendidikan seks.melakukan rujukan yang sesuai sebelum
terjadi gangguan jiwa membantu klien dirumahsakit umum untuk menghindari
masalah psikiatri bersama keluarga untuk memberikan dukungan pada
anggotanya untuk meningkatkan fungsi kelompok aktivitas dalam kegiatan
masyarakat atau politik yang berkaitan dengan kesehatan jiwa.

1.2 Ruang Lingkup


Ruang lingkup dalam penulisan makalah ini dibatasi pada asuhan keperawatan
dengan perilaku kekerasan pada Ny.S diruangan Arimbi Rumah Sakit Jiwa Prof.
Dr. Soerojo Magelang mulai tanggal 23 juli – 04 agustus 2018.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah membahas kasus ini mampu memahami asuhan keperawatan pada
pasien resiko perilaku kekerasan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahsiswa mampu :

1.3.2.1 Mampu melakukan pengkajian pada Ny.S dengan risiko perilaku


kekerasan diruang Arimbi RSJ Prof dr.Soerojo Magelang
1.3.2.2 Menetapkan diagnose keperawatan berdasarkan data yang dikaji
pada Ny.S
1.3.2.3 Melakukan tindakan keperawatan pada Ny.S

2
1.3.2.4 Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga Ny.S
1.3.2.5 Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam
menangani masalah perilaku kekerasan pada Ny.S
1.3.2.6 Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan
perilaku kekerasan pada Ny.S

1.4 Metode Penulisan


Penulisan laporan ini penulis menggunakan metode yaitu :
1.4.1 Wawancara
Tanya jawab langsung pada klien maupun keluarga untuk memperoleh
data subjektiv.
1.4.2 Observasi
Mengamati klien untuk memperoleh data yang dapat dilihat secara
objektiv, melihat sikap dan perilaku klien, untuk mengumpulkan data
secara pengkajian.
1.4.3 Studi Dokumentasi
Data yang diperoleh dari status klien yang meliputi catatan medik,
catatan keperawatan yang berhubungan dengan klien.
1.4.4 Studi Keperpustakaan
Memperoleh teori dengan cara membaca data yang mempelajari buku-
buku yang bersifat ilmiah yang berhubungan dengan karya tulis.

1.5 Sistematika Penulisan


Bab I pendahuluan meliputi : Latar belakang, ruang lingkup tujuan, penulisan
dan sistematika penulisan, Bab II : Landasan teoritis : Meliputi teori medis yaitu
pengertian resiko perilaku kekerasan, etiologi, tanda dan gejala, akibat, pohon
masalah. Teori keperawatan yaitu diagnosa keperawatan dan rencana asuhan
keperawatan, Bab III : hasil pengkajian, analisa data, pohon masalah, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan implementasi dan evaluasi, Bab IVpenutup.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk prilaku yang
bertujuan untuk melakai seseorang secara fisik maupun psiologis. Kemarahan
adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang
dirasakan sebagai ancaman (keliat, 1996).

Perilaku kekerasan terjadi karena penilaian yang salah terhadap situasi yang
diterima oleh seseorang yang menyebabkan kemarahan, karena perilaku
kekerasan merupakan hasil dari marah yang ekstrem (kemarahan) atau ketakutan
(panik) sebagai respon terhadap perasaan terancam (Stuart & Laraia, 2005).

Perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan secara fisik (mencederai diri


sendiri, peningkatan mobilitas tubuh), psikologis (emosional, marah, mudah
tersinggung, dan menentang), spiritual (merasa dirinya sangat berkuasa, tidak
bermoral). Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari gangguan
skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen (Purba dkk, 2008).

2.2 Etiologi
2.2.1 Faktor predisposisi (faktor pendukung)
2.2.2.1 Faktor biologis ( Riyadi dan Purwanto 2009 )
a. Instictual drive teori (teori golongan naluri)
Menyatakan bahwa prilaku kekerasan di sebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.
b. Psychosomatic (teori psilaosomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis terhadap
stimulus eksternal, internal maupun lingkungan

4
2.2.2.2 Faktor psikologis
a. Teori agresif-frustasi
Teori ini merupakan prilaku kekerasan yang terjadi sebagai hasil
dari akumulasi frustasi yang mendorong individu untuk berprilaku
agresif.
b. Teori Perilaku
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila
tersedia fasilitas/situasi yang mendukung.
c. Teori Eksistensi
Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi melalui berprilaku
konstruktif maka individu akan memenuhinya melalui berprilaku
destruktif.
2.2.2.3 Faktor sosial – kultural
a. Teori lingkungan sosial
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah.
b. Teori belajar-sosial
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun
melalui proses sosialisasi

2.2.3 Faktor presipitasi


Stressor yang menerusan perilaku kekerasan tersebut dapat disebabkan
dari luar (serangan fisik, kehilangan, kematian dan lain lain), maupun
dalam (putus hubungan dengan orang yang berarti, kehilangan rasa cinta,
takut terhadap penyakit fisik, dan lain lain) selain itu lingkungan yang
terlalu ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, tindakan
kekerasan dapat memicu kekerasan.

5
2.3 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala menurut pendidikan keperawatan jiwa menurut ( sutejo 2007) :
2.3.1 Data mayor:
Subjektif :
- ungkapan berupa ancaman
- ungkapan kata-kata kasar
- ungkapan ingin memukul atau melukai
- mengatakan pernah melakukan tindak kekerasan
- informasi dari keluarga tindak kekerasan yang dilakukan oleh pasien

objektif :

- wajah memerah dan tegang


- pandangan tajam
- mengepalkan tangan
- bicara kasar
- suara tinggi atau berteriak
- mondar-mandir
- melempar atau memukul benda atau orang lain
- ada tanda perilaku kekerasan pada tubuh

2.3.2 Data minor:


Subjektif :
- Mengatakan ada yang mengejek
- Mengancam
- Mendengar suara yang menjelekan
- Merasa orang lain mengancam dirinya

6
Objektif :

- Menjauh dari orang lain

2.4 Akibat
Akibat pasien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko
tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mecederai suatu
tindakan yang kemungkinan dapat melukai atau membahayakan diri, orang
lain dan lingkungan (Prabowo Eko, 2014 hal 143)

2.5 Pohon Masalah


Pohon masalah menurut Prabowo Eko, 2014 hal 143 konsep dan aplikasi
asuhan keperawatan jiwa

Risiko Mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Resiko Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah


Sumber : kusumawati.2017

7
2.6 Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul menurut Yosep, Iyus., 2007
hal 164 pada buku pendidikan keperawatan jiwa:
2.6.1 Resiko mencederai diri sendiri dan lingkungan
2.6.2 Perilaku kekerasan
2.6.3 Koping individu tidak efektif
2.6.4 Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

2.7 Rencana Asuhan Keperawatan


Menurut Fitria (2010) hal 101 keperawatan jiwa konsep dan kerangka kerja
asuhan keperawatan jiwa : rencana tindakan keperawatan yang digunakan
untuk diagnosa resiko prilaku kekerasan yaitu:
2.7.1 Tindakan keperawatan untuk klien
2.7.1.1 Tujuan
a. Klien dapat mengidentifikasi penyebab resiko prilaku
kekerasan
b. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda resiko prilaku
kekerasan
c. Klien dapat menyebutkan akibat resiko prilaku kekerasan
d. Klien dapat mnyebutkan cara mengontrol resiko prilaku
kekerasan
e. Klien dapat mengontrol resiko prilaku kekerasannya
secara fisik, terapi psikofarmaka, sosial dan spiritual.

2.7.2 Tindakan
2.7.2.1 Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu di
pertimbangkan agar klien merasa aman dan nyaman saat

8
berinteraksi dengan terapis. Tindakan yang harus terapis
lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya
adalah mengucapkan salam terapeutik, berjabat tangan,
menjelaskan tujuan interaksi, serta membuat kontrak topik,
waktu, dan tempat setiap kali bertemu klien.
2.7.2.2 Diskusikan bersama klien penyebab resiko prilaku
kekerasan yang terjadi di masa lalu dan masa kini.
2.7.2.3 Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab resiko
perilaku kekerasan. Diskusikan bersama klien mengenai
tanda dan gejala perilaku kekerasan, baik kekerasan fisik,
fisiologis, sosial, spiritual maupun intelektual.
2.7.2.4 Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang
biasa dilakukan pada saat marah baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan.
2.7.2.5 Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan dari
perilaku marahnya. Diskusikan bersama klien cara
mengontrol perilaku kekerasan baik secara fisik (pukul
kasur atau bantal serta tarik nafas dalam), obat-obatan,
sosial atau verbal (dengan mengungkapkan kemarahannya
secara asertif) atau pun spritual (sholat atau berdoa sesuai
keyakinan klien).
2.7.2.6 Penanganan
- TAK
Ikut sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi mengontrol perilaku kekerasan
- Farmakologi
Pelatihan pasien minum obat secara teratur dengan prinsip
5 benar disertsi penjelasan guna obat dan akibat berhenti
minum obat. Susun jadwal minum obat secara teratur

9
2.3.1 Tindakan keperawatan untuk keluarga
2.3.1.1 Tujuan
Keluarga dapat merawat klien dirumah
a. Tindakan
1) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan
meliputi penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul,
serta akibat dari perilaku tersebut.
2) Latih keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan
perilaku kekerasan.
3) Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien agar
melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat
4) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada klien bila
anggota keluarga dapat melakukan kegiatan tersebut secara
tepat
5) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus klien
menunjukan gejala-gejala perilaku kekerasan.
6) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi klien yang perlu
segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau
memukul benda atau orang lain.

2.3.2 Penanganan
2.3.2.1 TAK
ikut sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi mengontrol perilaku kekerasan.
2.3.2.2 Farmakologi
Pelatihan pasien minum obat secara teratur dengan prinsip
5 benar disertsi penjelasan guna obat dan akibat berhenti
minum obat. Susun jadwal minumobat secara teratur

10
BAB III

KASUS

3.1.1 Identitas klien


Inisial klien : Ny. S
Umur : 23 tahun
Tanggal pengkajian : 24-07-2018
No. RM : 00118498

3.1.2 Identitas penanggung jawab


Nama : Ny. D
Umur : 42 tahun
Alamat : Magelang
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan klien : Ibu Kandung

3.1.3 Alasan masuk


Klien datang ke RSJ Magelang pada tanggal 22 juli 2018 pukul 13.00
WIB diantar keluarga nya, keluarga klien mengatakan sudah 3 hari
klien membuat resah dilingkungan rumahnya, klien membanting-
banting mik/sound sistem masjid dan klien mengatakan dirinya
dikucilkan dirumahnya. Keluarga klien sudah mencoba untuk
menenangkan tetapi klien tetap tidak bisa mengontrol emosinya
akhirnya klien dibawa ke RSJ oleh keluarganya.

11
3.1.4 Faktor predisposisi
Klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalunya 1 kali pada
tahun 2017 dibawa ke RSJ magelang karena suka marah-marah dan
pengobatan sebelumnya tidak berhasil karena putus obat dari bulan
Januari 2018. Klien tidak mengalami aniyaya fisik, pelaku kekerasan,
aniyaya seksual dan tindakan kriminal. Klien mengalami penolakan
dilingkungan masyarakat karean sering dikucilkan pada usia 22 tahun.
Di anggota keluarganya ada yang memiliki gangguan jiwa yaitu
sepupunya tetapi tidak terkaji.

3.1.5 Faktor presipitasi


Klien mengatakan pernah dirawat 1x di RSJ Prof dr. soerojo
magelang selama 6 bulan tetapi tidak berhasil karena putus obat dari
bulan januari.
3.1.6 Pemeriksaan fisik
1. TTV TD : 130/70 Nadi : 80x/mnt S: 37 o C P: 20x/mnt
2. Ukur TB : 153 cm BB: 55 kg
3. Keluhan fisik : klien tidak bisa tidur dan mondar mandir
3.1.7 Psikososial
1. Genogram (3 Generasi)

c
c

c c c c c c
c c

v c c c c
c

12
Ket. v
: Perempuan
c : Laki-laki
: keluarga yang menderita gangguan jiwa
: klien
v
2.c Konsep diri
a. Citra tubuh
Klien bersyukur mempunyai anggota tubuh yang lengkap
bagian anggota tubuh yang disukai klien adalah bagian rambut,
klien suka sekali kalau rambutnya dikepang.
b. Identitas
Klien mengatakan bahwa klien seorang anak yang ke3 dari 6
bersaudara dan klien adalah seorang perempuan mahasiswa
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Magelang. Klien
merasa puas sebagai mahasiswa fakultas hukum karena klien
bercita-cita sebagai konsultan hukum.
c. Peran
Klien berperan sebagai seorang anak perempuan dan klien
mengatakan sangat sedih karena jauh dengan bundanya.
d. Ideal diri
Harapan dan cita citanya menjadi konsultan hukum klien juga
mengatakan ingin cepat pulang agar bisa berkumpul dengan
keluarganya, klien sangat rindu terutama kepada bundanya,
klien berharap agar penyakinya sekarang tidak kambuh lagi.
e. Harga diri
Klien mempunyai hambatan dalam berhubungan orang lain
yaitu klien lebih suka menyendiri karena klien dikucilkan
dilingkungannya. Lingkungan sekitar orang lain menilai pada
dirinya mudah marah dan merusak lingkungan.

13
3. Hubungan sosial
Menurut klien orang yang paling dekat dengannya adalah
bundanya, klien mengatakan jarang melakukan kegiatan diluar
rumah karena dia merasa dikucilkan,
Hambatannya klien tidak suka berhubungan dengan orang lain
Karena klien mudah tersinggung.
4. Spiritual
Klien menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa, klien
beragama islam, klien yakin dan ikhlas bahwa sakit yang
dialaminya merupakan takdir dari Allah SWT, klien juga
melakukan sholat 5 waktu.
5. Status mental
a. Penampilan
Penampilan klien cukup rapi, dengan rambut dikepang, warna
rambut hitam, kulit putih, baju cukup rapih dan bersih
b. Pembicaraan
Klien berbicara jelas sesuai pertanyaan dan klien mampu
memulai percakapan bicara dengan sedikit keras dan ketus dan
berbicara cepat
c. Aktifitas motorik
Aktifitas motorik klien agitas karena Klien tidak duduk tenang
ketika ketika rindu bundanya, jalan mondar mandir, klien
terlihat kadang menyendiri
d. Alam perasaan
Klien mengatakan kesal, mudah tersinggung
e. Afek
Afek klien tumpul karena hanya bereaksi bila ada stimulus
seperti jika dinasehati klien marah/ mudah tersinggung.

14
f. Interaksi selama wawancara
Selama wawancara kontrak mata klien kurang kadang beralih,
ekspresi wajah sedikit marah
g. Persepsi halusinasi
Tidak mengalami halusinasi
h. Proses pikir
Klien mengalami proses pikir sirkumstansial, pembicaraan yang
berbelit-belit tetapi sampai pada tujuan
i. Isi pikir
Isi pikir klien obsesi karena klien selalu memikirkan ingin cepat
pulang
j. Tingkat kesadaran
Tingakat kesadaran klien bingung karena klien terlihat kesal
k. Memori
a. Gangguan daya ingat jangka panjang : klien dapat
menyebutkan teman-teman SD yaitu marissa, aliyah,
gurunya bu ayla
b. Gangguan jangka pendek : bias menyebutkan makan tadi
yaitu tempe, nasi, sayur labu
c. Gangguan daya ingat saat ini : klien dapat mengingat menu
makanan tadi pagi yaitu dengan nasi, tempe, lauk
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien tidak mampu berkonsentrasi karena ketika diajak ngobrol
pertanyaan nya harus diulang-ulang, klien mempu berhitung
contohnya 100+50 hasilnya 150
m. Kemampuan penilaian
Gangguan penilaian ringan karena dapat mengambil keputusan
sederhana dengan bantuan orang lain contohnya klien lebih
memilih sholat dulu karena jadwal makannya jam setengah 1

15
n. Daya tarik diri
Klien menyadari penyakit yang dialami sekarang

4. Kebutuhan persiapan pulang


1. Makan
Klien makan 3x sehari (pagi,siang,sore) dengan porsi sayur,nasi,
lauk serta buah, klien mampu membantu menyiapkan makanan
sendiri dan merapikan dengan mandiri tanpa dibantu
2. BAB/BAK
Klien tidak membutuhkan bantuan perawat
3. Mandi
Klien melakukan sendiri tidak dibantu perawat dan temannya.
Berpakaian/ berhias
Klien mandi 2 kali sehari, klien bisa mandi sendiri. Klien
membutuhkan bantuan untuk berhias seperti merapikan rambutnya
klien suka rambutnya dikepang kebelakang agar terlihat
cantik,klien bias berpakaina sendiri dengan rapih dan benar.
4. Istirahat/tidur
Klien tidur 5 jam, terkadang sulit tidur pada malam hari, klien juga
jarang tidur di siang hari, jika siang hari hanya tiduran dikamarnya
terkadang kalau siang klien beraktivitas membaca dan menulis
5. Penggunaan obat
Klien tidak membutuhkan bantuan untuk meminum obat dan tidak
perlu dingatkan hanya perlu diatasi ssat meminum obat
6. Pemeliharaan kesehatan
Klien merawat dirinya dengan baik dan membutuhkan perawatan
lanjutan

16
7. Aktivitas didalam rumah
Klien melakukan apapun seperti menyapu, mengepel, mencuci
piring
8. Aktivitas diluar rumah
Klien tidak pernah melakukan kegiatan diluar rumah seperti
bermain dengan teman-temannya

5. Mekanisme koping
Jika klien ada masalah klien selalu menulis masalahnya dibuku diary dan suka
bercerita kepada bundanya

6. Masalah psikososial dan lingkungan


1. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien memiliki masalah dengan melakukan kegiatan TAK, klien
mengatakan lingkungan nya tidak memdukungnya dan klien
mudah tersinggung
2. Masalah berbuhungan dengan lingkungannya
Klien merasa di kucilkan dilingkungan nya sudah 3 hari bikin
resah sekitar lingkungan nya yaitu klien ingin banting banting
sound dekat masjid
3. Masalah dengan pendidikan
Klien mengatakan mahasiswa UMM (hukum ekonomi syariah)
4. Masalah dengan pekerjaan
Klien belum pernah bekerja
5. Masalah dengan perumahan
Berdasarkan data klien sering menggangu lingkungan nya

17
7. Kurang pemgetahuan tentang

Klien tidak paham tentang sakit yang diderita, klien juga belum pahan
tentang penyebab klien dimasukkan ke rsj, klien hanya mengetahui bahwa
klien sekarang sedang sakit tetapi klien tahu tentang cara mengontrol
marahnya, klien juga tahu 5 benar obat. Tetapi klien belum bias mengontrol
marahnya dengan tepat dan klien tidak tahu kegunaan obat yang diminumnya.

8. Aspek medik
Diagnosa Medik : F 25.2 (Kelainan Skizoafektif)
Terapi Medik : Risperidone 2mg/12 jam
Alprazolam 0,5/12 jam
Clozapine 2x25mg/12jam

18
3.1.8 Analisa data

Hari Paraf
/tanggal Data Fokus Masalah
/waktu
Selasa, Ds : klien mengatakan Resiko perilaku kekerasan
24 juli “saya marah karena dikucilkan oleh
2018 masyarakat”
09.00 “klien tidak suka dengan keramaian”
WIB Do :
-klien terlihat bingung
-kontak mata mudah teralih
-Nada suara agak tinggi dan ketus

Selasa, Ds : klien mengatakan kalau ingin Resiko mencederai diri sendiri,


24 juli marah membanting sound masjid orang lain dan lingkungan
2018 Do:
09.00 -pandangan tajam
WIB -nada ketus

Selasa, Ds : klien mengatakan Gangguan konsep diri : harga diri


24 juli “merasa dikucilkan dirumahnya” rendah
2018 “lingkungannya tidak mendukung”
09.00 Do:
WIB -klien terlihat sedih
-klien mampu memulai pembicaraan

3.1.9 Pohon masalah

19
Risiko Mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

3.1.10 Diagnosa keperawatan


1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Risiko Mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

20
3.1.11 Rencana keperawatan

Tgl No Dx Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi


Keperawatan
1 Risiko TUM: klien dapat
perilaku mengontrol perilaku
kekerasan kekerasan

TUK:
1. Klien dapat 1. Klien dapat menunjukan 1. Bina hubungan saling percaya dengan :
membina tanda tanda percaya - Beri salam setiap berinteraksi.
hubungan pada perawat - Perkenalkan nama, nama panggilan
saling percaya - Wajah cerah, perawat dan tujuan perawat berinteraksi
tersenyum - Tanyakan nama dan panggilnama
- Mau berkenalan kesukaan klien
- Ada kontak mata - Tunjukkan sikap empati, jujur menepati
- Bersedia janji setiap kali berinteraksi.
menceritakan - Tanyakan perasaan klien dan masalah
perasaan. yang dihadapi klien
- Buat kontrak interaski yang jelas
- Dengarkan dengan penuh perhatian
ungkapan perasaan klien

2. Klien dapat 2.klien mampu 2. Bantu klien mengungkapkan perasaan


mengidentifik menceritakan penyebab marahnya :
asi penyebab perilaku kekerasan yang - Motivasi klien untuk menceritakan

21
kekerasan dilakukannya penyebab rasa kesal atau jengkelnya
yang - menceritakan - Dengarkam tanpa menyela atau memberi
dilakukannya penyebab jengkel/kesal penilaian setiap ungkapan perasaan
baik dari diri sendiri
maupun lingkungannya
3. Klien dapat 3.kliien mampu 3.Bantu klien mengungkapan tanda –
mengidentifik menceritakan tanda- tanda perilaku kekerasan yang
asi tanda- tanda saat terjadi dialaminya:
tanda perilaku perilaku kekerasan - Motivasi klien menceritakan kondisi fisik
kekerasan - Tanda fisik: mata (tanda – tanda emosional) saat terjadinya
merah, tangan perilaku kekerasan
mengepal, ekspreso - Motivasi klien menceritakan kondisi
tegang, dan lain lain hubungan dengan orang lain (tanda- tanda
- Tanda emosional: social) saat terjadinya perilaku kekerasan
perasaan marah, jengkel,
bicara kasar
- Tanda social:
bermusuhan yang
dialami saat terjadi
perilaku kekerasan

4. Klien dapat 4.Klien mampu 4. Diskusikan dengan klien perilaku kekerasaan


mengidentifik menjelaskan yang dilakukannya selama ini:
asi jenis - Jenis-jenis ekspresi
perilaku - Motivasi klien menceritakan jenis – jenis
kemarahan yang selama
kekerasan tindak kekerasaan yang selama ini pernah

22
yang pernah ini telah dilakukanya dilakukannya
dialami - Perasaannya saat - Motivasi klein menceritakan perasaan
melakukan kekerasan klien setelah tindak kekerasaan tersebut
- Efektivitas cara yang terjadi
dipakai dalam - Diskusikan apakah dengan tindak
menyelesaikan masalah kekerasaan yang dialami teratasi

5. Klien dapat 5.Klien mampu 5.diskusikan dengan klien akibat negative


mengidentifik menjelaskan akibat (kerugian) cara yang dilakukan pada :
asi akibat tindak kekerasan yang - Diri sendiri
perilaku dilakukannya - Orang lain /keluarga
krekerasan - Diri sendiri: luka, - Lingkungan
dijauhi teman, dll
- Orang lain/keluarga:
luka, tersinggung,
ketakutan, dll
- Lingkungan: barang
atau benda rusak dll

6. Klien dapat 6.Klien mampu 6. diskusikan dengan klien :


mengidentifik menjelaskan cara-cara - Cara fisik : nafas dalam,pukul bantal atau
asi cara sehat mengungkapkan kasur, olah raga
konstruktif marah - Verbal : mengungkanpkan bahwa dirinya
dalam sedang kesal kepada orang lain
mengungkapk - Social : latihan asertif dengan orang lain
an kemarahan - Spiritual : sembayang /doa,zikir,
meditasidsb.
-

23
7. Klien dapat 7.Klien mampu 7.1 diskusikan cara yang mungkin dipilih dan
mendemonstr memperagakan cara anjurkan klien memilih cara yang mungkin untuk
asikan cara mengontrol perilaku mengungkapkan kemarahan .
mengontrol kekerasan
perilaku 7.2 latihan klien memperagankan cara yang pilih
- Fisik: tarik nafas
kekerasan dalam, memukul - Peragakan cara melaksanakan cara yang
bantal/kasur dipilih
- Verbal: - Jelaskan manfaat cara tersebut
mengungkapkan - Beri penguatan pada klien,perbaikin cara
perasaan kesal/jengkel yang masih belum sempurna
pada orang lain tanpa 7.3 anjurkan klien menggunakan cara yang sudah
menyakiti dilatih saat marah/jengkel
- Spiritual: zikir/doa,
meditasi sesuai agama

8. Klien 8. keluarga mampu: 8.1 diskusikan pentingnya peran serta keluarga


mendapat - Menjelaskan cara merawat sebagai pendukung klien untuk mengatasi
dukungan klien dengan perilaku kekerasanperilaku kekerasaan
keluarga - Mengungkapkan rasa puas 8.2 diskusikan pontesi keluarga untuk
untuk dalam merawat kien ,\membantu klien mengatasi perilaku kekerasaan
mengontrol 8.3 jelaskan pengertian,penyebab,akibat dan cara
perilaku
9.1.Klen mampu merawat klien perilaku kekerasaan yang dapat
kekerasan
menjelaskan: dilaksanakan oleh keluarga
- Manfaat minum obat 84. peragakan cara merawat klien (menangano
9. Klien - Kerugian tidak perilaku kekerasaan)
menggunakan minum obat 8.5 beri kesempatan keluarga untuk
obat sesuai - Nama obat memeperagakan ulang

24
program yang - Bentuk dan warna 8.6 beri pujian kepada keluarga setelah peragaan
ditetapkan obat 8.7 tanyakan perasaaan keluarga setelah mencoba
- Dosis yang cara yang dilatihkan.
diberikan kepadanya
- Waktu pemakaian
- Cara pemakaian 9.1jelaskan manfaat menggunakan obat secara
- Efek yang dirasakan teratur dan kerugian jika tidak menggunakan obat
9.2.Klien mampu
menggunakan obat 9.2 jelaskan kepada klien
sesuai program - Jenis obat ( nama, warna dan bentuk obat)
- Dosis yang tepat untukklien
- Waktu pemkaian
- Efek yang akan dirasakan klien
9.3 anjurkan klien
- Minta dan menggunakan obat tepat waktu
- Lapor ke perawat /dokter jika mengalami
efek yang tidak biasa
- Beri pujian terhadap kedisiplinan klien
menggunakan obat

25
3.1.12 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI (SOAP)

Hari/tanggal Masalah Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf


Selasa, RPK SP 1 S : klien mengatakan
24 juli 2018 1. Mengidentifikasi 1. “saya marah karena merasa
09.30 WIB penyebab PK dikucilkan oleh masyarakat
2. Mengidentifiksi ”
tanda dan gejala 2. “tidak suka dengan
PK keramaian dan tidak suka
3. Mengidentifikasi diatur oleh orang lain”
PK yang
dilakukan 3. “lingkungan tidak
4. Mengidentifikasi menerima saya”
akibat PK
5. Menjelaskan 4. “saya ingin marah-marah”
cara mengontrol
perilaku 5. “Dengan menarik nafas
kekerasan san
dalaam dalaam hitungan
fisik 1. Tarik
nafas dalam 2. ke3 keluarkan lewat mulut”
Pukul
bantal/kasur 6. “saya belum bisa
6. Melatih klien mempraktekkan sendiri”
cara mengontrol
PK dengan cara 7. “saya menulis sendiri”
fisik 1.tarik nafas
O:
dalam 2. Pukul
bantal/kasur - klien belum kooperatif
7. Melatih klien - klien terlihat cemas
memasukkan - ekspresi wajah tegang
latihan fisik - nada bicara tinggi
nafas dalam dan - mondar-mandir
pukul
- Belum bisa mengontrol
kasur/bantal ke
dalam jadwal marahnya
kgiatan harian A: SP 1 belum kompeten
P : Ulangi SP 1 cara menyalurkan

26
energi menarik nafas dalam :
1. Menjelaskan cara mengontrol
oerilaku kekerasan san fisik 1.
Tarik nafas dalam 2. Pukul
bantal/kasur
2. Mrlatih klien cara mengontrol
PK dengan cara fisik 1.tarik
nafas dalam 2. Pukul
bantal/kasur

Hari/tanggal Masalah Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf


Rabu, RPK SP 1 S : klien mengatakan
25 juli 2018 1. Menjelaskan cara 1. “Klau saya marah tarik nafas
09.00 WIB mengontrol dalam dan ucapkan
oerilaku kekerasan astagfirullah hal azim tapi
san fisik 1. Tarik kadang-kadang”
nafas dalam 2. 2. “saya lupa caranya bagaimana”
Pukul bantal/kasur
2. Melatih klien cara O:
mengontrol PK
dengan cara fisik - klien belum kooperatif
1.tarik nafas dalam - klien terlihat cemas
2. Pukul - kontak mata mudah teralih
bantal/kasur
A: SP 1 belum kompeten
P : Ulangi SP 1 cara menyalurkan
energi menarik nafas dalam :
1. Menjelaskan cara mengontrol
oerilaku kekerasan san fisik 1.
Tarik nafas dalam 2. Pukul
bantal/kasur
2. Melatih klien cara mengontrol
PK dengan cara fisik 1.tarik
nafas dalam 2. Pukul
bantal/kasur

27
Hari/tanggal Masalah Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf
Kamis, RPK SP 1 S : klien mengatakan
26 juli 2018 1. Menjelaskan 1. “Klau saya marah tarik nafas
09.30 WIB cara dalam dan ucapkan
mengontrol astagfirullah hal azim tapi
oerilaku kadang-kadang”
kekerasan san 2. “saya lupa caranya”
fisik 1. Tarik
nafas dalam 2. O : klien belum kooperatif
Pukul
bantal/kasur - klien terlihat tegang
2. Menjelaskan - Nada suara keras
klien cara A: SP 1 belum kompeten
mengontrol PK
dengan cara P : Ulangi SP 1 cara menyalurkan
fisik 1.tarik energy :
nafas dalam 2.
Pukul 1. Menjelaskan cara mengontrol
bantal/kasur oerilaku kekerasan san fisik 1.
Tarik nafas dalam 2. Pukul
bantal/kasur
2. Melatih klien cara mengontrol
PK dengan cara fisik 1.tarik
nafas dalam 2. Pukul
bantal/kasur

28
Hari/tanggal Masalah Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf
jumat, RPK SP 1 S : klien mengatakan
27 juli 2018 1. Menjelaskan 1. “Klau saya marah tarik nafas
09.00 WIB cara mengontrol dalam dan ucapkan
oerilaku astagfirullah hal azim tapi
kekerasan san kadang-kadang”
fisik 1. Tarik
nafas dalam 2. 2. “saya bisa tarik nafas dalam
Pukul dan pukul bantal/kasur
bantal/kasur
2. Melatih
jelaskan klien O:
cara mengontrol -klien terlihat tenang
PK dengan cara
fisik 1.tarik -nada suara keras
nafas dalam 2.
Pukul A: SP 1 sudah kompeten
bantal/kasur P : lanjutkan sp 2 dengan cara
meminum obat teratur

29
BAB IV

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Kekerasan (Violence) merupakan suatu bentuk perilaku agresif


(agresif behavior) yang menyebabkan atau di maksudkan untuk menyebabkan
penderitaan atau menyakiti orang lain, termasuk terhadap hewan atau benda-
benda. Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (keliat, 1996).
Penyebab terjadinya perilaku kekerasan disebabkan oleh dua faktor
yaitu faktor predisposisi dan presipitasi. Faktor predisposisi yaitu faktor
pendukung terjadinya perilaku kekerasan, meliputi biologis, psikologis,
sosial-kultural, belajar-sosial. Faktor presipitasi merupakan faktor pencetus
baik dari luar maupun dalam.
Tanda dan gejala perilaku kekerasan menurut Abdul Muhith, 2015
yaitu muka merah dan tegang, pandangan tajam, mengatupkan rahang dengan
kuat, mengepalkan tangan, berjalan mondar mandir, bicara kasar, suara tinggi,
menjerit atau berteriak, menganca secara verbal atau fisik, merusak barang
atau benda, tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol prilaku
kekerasan.
Akibat pasien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko
tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mecederai suatu
tindakan yang kemungkinan dapat melukai atau membahayakan diri, orang
lain dan lingkungan.

30
5.2 SARAN

Dalam penulisan laporan asuhan keperawatan jiwa ini kami menyadari


bahwa masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, untuk itu kami sangat
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca untuk membuat laporan asuhan
keperawata jiwa ini menjadi lebih baik.

31

Anda mungkin juga menyukai