Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa menurut UU No 3 tahun 1996 kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosinal yang optimal dari seseorang dan
perkembangannya itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Dari berbagai penyelidikan
dapat dikatakan bahwa gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan – keadaan yang tidak
normal, baik berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental ( Farida, 2010).
Individu yang tidak mampu mempertahankan hubungan interpersonal yang positif dapat
mengakibatkan reaksi yang negative dan dapata mengakibatkan terjadinya gangguan dalam
kehidupan sehari – hari, sehingga dapat menurunkan produktivitas individu tersebut, hal ini
dapat mengakibatkan munculnya gejala gangguan kesadaran dan gangguan perhatian, kumpulan
tanda dan gejala tersebut disebut gangguan psikiatri atau gangguan jiwa (Hidayati, 2012).
Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan
pikiran, persepsi, dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri
sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan. Pengertian seseorang tentang penyakit
gangguan jiwa berasal dari apa yang diyakini sebagai faktor penyebabnya yang berhubungan
dengan biopsikosoial (Stuart&Sundeen dalam Tiur, 2006).
Salah satu masalah dari gangguan jiwa yang menjadi penyebab penderita di bawa ke
rumah sakit adalah perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang
ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut. Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari gangguan
skizofrenia. Skizofrenia sebagai penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi klien, cara
berfikir, bahasa, emosi, dan perilaku social. Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional
dengan gangguan utama pada proses piker serta keretakan maupun perpecahan antara proses
piker, afek/emosi, dan psikomotor, terutama karena perilaku kekerasan, waham, dan halusinasi
(Direja, 2011).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai
marah dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol (Hartono, 2010). Marah merupakan perasaan
jengkel yang ditimbulkan sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak
terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Yosep, 2010).
Berdasarkan pernyataan di atas penulis tertarik untuk membuat asuhan keperawatan jiwa
pada klien dengan gangguan jiwa perilaku kekerasan dengan harapan setelah pemantauan dan
asuhan kepada klien maka masalah yang sedang dialami dapat teratasi atau berkurang.
1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui asuhan keperawatan jiwa
pada klien dengan gangguan jiwa perilaku kekerasan di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa
II Cipayung.

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan jiwa pada klien gangguan jiwa perilaku
kekerasan di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa II Cipayung.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
 Melakukan pengkajian keperawatan pada klien gangguan jiwa perilaku kekerasan
 Merumuskan diagnsa keperawatan pada klien gangguan jiwa perilaku kekerasan
 Menetapkan rencana keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa perilaku
kekerasan
 Mengimplementasikan rencana keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa
perilaku kekerasan
 Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa perilaku
kekerasan

D. MANFAAT PENULISAN
Dengan tercapainya tujuan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Bagi Pasien diharapkan dengan adanya praktik klinik keperawatan jiwa ini pasien dengan
perilaku kekerasan dapat mengalami kesembuhan dengan menerapkan prosedur
mengontrol perilaku kekerasan.
2. Bagi Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa II Cipayung sebagai bahan bacaan dan
sebagai sumber informasi mengenai gangguan jiwa dengan perilaku kekerasan
3. Bagi Penulis memberikan gambaran mengenai asuhan keperawatan jiwa pada klien
dengan gangguan jiwa perilaku kekerasan

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut
(Jenny, Purba, Mahnum, & Daulay, 2008). Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan
dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada
diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai
amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Farida & Yudi, 2011). Resiko perilaku
kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan
untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol (Yosep, 2007). Resiko
mencederai diri yaitu suatu kegiatan yang dapat menimbulkan kematian baik secara
langsung maupun tidak langsung yang sebenarnya dapat dicegah (Depkes, 2007).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan yaitu
ungkapan perasaan marah yang mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana individu bisa
berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan.

B. PENYEBAB
Menurut Direja (2011) faktor-faktor yang menyebabkan perilaku kekerasan pada
pasien gangguan jiwa antara lain
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor psikologis
1) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami
hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi perilaku kekerasan.
2) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang
tidak menyenangkan.
3) Rasa frustasi.
4) Adanya kekerasan dalam rumah, keluarga, atau lingkungan.
5) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya kepuasan
dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat
konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat memberikan kekuatan
dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri serta memberikan arti dalam
3
kehidupannya. Teori lainnya berasumsi bahwa perilaku agresif dan tindak
kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan.
6) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang dipelajari,
individu yang memiliki pengaruh biologik dipengaruhi oleh contoh peran
eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi biologik.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya secara agresif
sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori menurut Bandura
bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Faktor ini dapat
dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan
penguatan maka semakin besar kemungkinan terjadi. Budaya juga dapat
mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu
mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat
diterima.
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku
kekerasan sebagai cara penyelesaiannya masalah perilaku kekerasan merupakan
faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.
c. Faktor biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya stimulus elektris ringan
pada hipotalamus (pada sistem limbik) ternyata menimbulkan perilaku agresif,
dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus
frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk interpretasi indra
penciuman dan memori) akan menimbulkan mata terbuka lebar, pupil berdilatasi,
dan hendak menyerang objek yang ada di sekitarnya.
Selain itu berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut
a) Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis mempunyai
implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik
sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan
respon agresif.
b) Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996) menyatakan
bahwa berbagai neurotransmitter (epinefrin, norepinefrin, dopamine,
asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi dan
menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon androgen dan norepinefrin
serta penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan serebrospinal
merupakan faktor predisposisi penting yang menyebabkan timbulnya perilaku
agresif pada seseorang.
4
c) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat kaitannya
dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang umumnya
dimiliki oleh penghuni penjara tindak kriminal (narapidana)
d) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus temporal)
trauma otak, apenyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus temporal) terbukti
berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa
injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.
a. Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh dengan
agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi
Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa terancam
baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari
lingkungan.
c. Lingkungan
Panas, padat, dan bising.
Menurut Shives (1998) dalam Fitria (2009), hal-hal yang dapat menimbulkan
perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai berikut.
a. Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
b. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.
c. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya
dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa.
d. Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan obat dan
alkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa frustasi.
e. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Direja (2011) tanda dan gejala yang terjadi pada perilaku kekerasan terdiri
dari :
1. Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah
dan tegang, serta postur tubuh kaku.

5
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar,
ketus.
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif.
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang mengeluarkan
kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan
kreativitas terhambat.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
8. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual

D. AKIBAT
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri,
orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan
dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan

E. PENATALAKSANAAN
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:
1. Medis
a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.
b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.
c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan menenangkan
hiperaktivitas.
d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila mengarah pada
keadaan amuk.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
6
d. Pendidikan kesehatan

F. POHON MASALAH
Resiko tinggi menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

Perilaku
Kekerasan

Harga diri rendah


G. MASALAH KEPERAWATAN
1. Perilaku Kekerasan
2. Resiko tinggi menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
3. Harga diri rendah

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Keliat (2014) data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi
atau wawancara tentang perilaku berikut :
a. Muka merah dan tegang
b. Padangan tajam
c. Mengarupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar – mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda/orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah atau mengontrol perilaku
kekerasan
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Keliat (2014) daftar masalah yang mungkin muncul pada perilaku
kekerasan, yaitu :
a. Perilaku kekerasan
b. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
c. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
7
d. Harga diri rendah
e. Isolasi social
f. Berduka disfungsional
g. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
h. Koping keluarga inefektif
3. Rencana Keperawatan
Menurut Fitria (2010) strategi pelaksanaan tindakan keperawatan dengan
diagnosa keperawatan perilaku kekerasan
a. SP 1 pasien
Membina hubungan saling percaya, pengkajian perilaku kekerasan dan
mengajarkan cara menyalurkan rasa marah.
b. SP 2 pasien
Mengontrol perilaku kekerasan secara fisik

c. SP 3 pasien
Mengontrol perilaku kekerasan secara social/verbal
d. SP 4 pasien
Mengontrol perilaku kekerasan dengan spiritual
e. SP 5 pasien
Mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana
tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh klien saat ini. Dokumentasi semua
tindakan yang telah dilaksanakan beserta respon klien.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai tindakan keperawatan
pada klien. Evaluasi dilakukan terus – menerus pada respon klien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi menjadi
dua, yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan setiap selesai melaksanakan
tindakan, evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon
klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan. Evaluasi dilakukan
dengan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir.
Adapun hasil tindakan yang ingin dicapai pada pasien dengan perilaku kekerasan
antara lain :
a. Klien dapat mengontrol atau mengendalikan perilaku kekerasan
b. Klien dapat membina hubungan saling percaya
8
c. Klien dapat mengenal penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya
d. Klien dapat mengindetifikasi tanda – tanda perilaku kekerasan
e. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang pernah dilakukan
f. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
g. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan
kemarahan
h. Klien mendapatkan dukungan dari keluarga untuk mengontrol perilaku
kekerasan
i. Klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan
(Fitria, 2010).

9
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas Klien
Klien (WBS) bernama Ny. R umur 37 tahun status perkawinan bercerai agama islam
suku bangsa betawi pendidikan SD alamat Tanjung Priuk, klien masuk pada tanggal 10
maret 2018
2. Alasan Masuk
Klien (WBS) mengatakan pernah di rawat di RSJ Grogol sebelumnya selama 2 tahun,
klien (WBS) mengatakan melarikan diri dari RSJ Grogol, klien tinggal dikolong
jembatan ketika melarikan diri dari RSJ Grogol. klien mengatakan dibawa kembali ke
Panti Bina Laras Harapan Sentosa 2 ini oleh Satpol PP ketika mengamen di lampu
merah. Dari data yang didapat penulis pada saat pengkajian tanggal 10, September 2019
adalah keluhan utama klien saat ini klien mengatakan klien benci atau kesal pada
seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya dan
membohonginya.
3. Faktor Predisposisi
Klien (WBS) sebenarnya menunjukkan gangguan jiwa, Sebenarnya factor yang
menyebabkan klien (WBS) mengalami gangguan jiwa akibat faktor psikologis. Stress
yang terus menerus sehingga menjadi cemas berat akibat kegagalan dalam hidup.
Sebelumnya klien (WBS) pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu tahun 2016,
dan klien (WBS) pernah ada pengobatan di RSJ Grogol, klien (WBS) pernah ada
kekerasan di keluarga, aniaya fisik ada, tidak pernah melakukan tindakan kriminal,
keluarga juga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Pengalaman masa lalu yang
tidak menyenangkan yaitu klien (WBS) mengatakan waktu ia kecil pernah dipukuli
oleh ayahnya, dan orang tua klien bercerai pada saat klien berumur 8 tahun klien ikut
dengan ayah, ibu tiri, bibi, paman dan keponakan. Pada tahun 2006 klien menikah dan
cerai pada tahun 2014. Klien mempunyai 1 orang anak. Pada saat bercerai dengan
suami klien klien bekerja di WTC Mangga Dua , klien suka kediskotik dan suka pulang
malam sehingga klien dipukuli dan disiram air panas oleh bibi klien, klien pernah
dikurung dikamar. Ketika klien sudah tidak bekerja klien hanya dirumah dan meminta
uang kepada ayah klien. Klien mengatakan pernah melempar ayah klien dengan batu
dan memukul ayah klien, sampai ayah klien membawa klien ke RSJ Grogol. Klien
mengatakan kesal dan benci pada orang-orang, klien mengatakan suka marah-marah

10
kepada orang yang mengusiknya, klien mengatakan kesal jika ada orang yang berbicara
dengan nada keras
Masalah keperawatan : - Resiko Perilaku Kekerasan
- Mekanisme Koping keluarga inefektif
- Berduka disfungsional
4. Pemeriksaan Fisik
Pada saat dilakukan pengkajian fisik didapatkan tekanan darah 130/80 mmhg.Nadi 80
x /menit. Suhu 36,50C. Respirasi 20 x/menit. Tinggi Badan 150 cm. Berat Badan 50 kg.
Saat pengkajian keluhan fisik klien mengatakan nyeri pada tangan kanannya karena
bekas berkelahi dengan teman di panti.
Masalah keperawatan: resiko mencederai orang lain/lingkungan
5. Psikososial
a. Genogram

X X X X

Keterangan :
: laki – laki
: perempuan
: Ny. R
X : laki – laki meninggal

X
: perempuan meninggal
------- : garis satu atap atau tinggal satu rumah
Klien (WBS) anak ke dua dari tiga bersaudara, klien (WBS) mempunyai satu adik
dan satu kakak, di dalam keluarga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa, klien
(WBS) tinggal dengan kedua orang tuannya dan adik serta kakaknya. Hubungan
komunikasi dengan kedua orang kakanya baik dan harmonis.
b. Konsep Diri
1. Gambar Diri
Klien (WBS) mengatakan tubuh yang di sukainya adalah hidung, karena hidungnya
mancung dan klien juga mengatakan bagian tubuh yang tidak disukainya adalah
kaki, karena bagin tubuh kakinya jelek.
11
2. Identitas Diri
Klien (WBS) menyadari bahwa dirinya seorang laki-laki, klien (WBS) dapat
menyebutkan identitas dirinya yang jelas yaitu nama, usia, agama dan alamat.
3. Peran
Klien (WBS) mengatakan dirumahnya berperan sebagai seorang perempuan dan
sbagai seorang anak, klien (WBS) tidak bekerja. Di Panti Sosial sebagai pasien
4. Ideal Diri
Klien (WBS) mengatakan ingin cepat pulang dan bertemu orang tuanya
khususnya ibunya yang ada dikarawang untuk meminta maaf karena tidak bisa
membahagiakannya
5. Harga Diri
Klien mengatakan hubungan dengan keluarga dan orang lain baik –baik saja dan
tidak merasa malu berteman.
Masalah keperawatan : tidak ada
c. Hubungan Sosial
1. Orang Yang Berarti
Klien (WBS) mengatakan orang yang sangat paling berarti bagi klien (WBS)
adalah ibunya.
2. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien (WBS) mengatakan saat berada dipanti mengikuti kegiatan silabi.
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien (WBS) mengatakan tidak memiliki hambatan berhubungan dengan orang
lain, tetapi klien suka merasa kesal pada orang lain yang suka berbicara dengan
nada keras kepada dirinya.
Masalah Keperawatan : resiko mencederai orang lain/lingkungan
d. Spiritual
1. Nilai dan Keyakinan
Klien (WBS) mengatakan ia percaya dengan Allah SWT, dan keyakinannya saat
ini adalah agama Islam, dan klien (WBS) percaya terhadap perintah dan larangan
dari Allah SWT.
2. Kegiatan Ibadah
Kegiatan ibadah klien (WBS) di Panti Bina Laras setiap hari senin, klien
mengatakan jarang mengikuti pengajian.
6. Status Mental
a. Penampilan
Badan klien (WBS) terlihat bersih, rambut klien (WBS) tampak bersih karna
mencuci rambut dengan shampo, gigi klien (WBS) tampak bersih karena klien

12
(WBS) gosok gigi, kuku jari klien (WBS) tampak bersih. Klien menggunakan
pakaian yang sesuai
Masalah keperawatan : Tidak ada
b. Pembicaraan
Klien (WBS) mau bicara. Bicara klien (WBS) sesuai dan cepat. Klien mampu
berbicara dengan baik
Masalah keperawatan : tidak ada
c. Aktifitas Motorik
Aktifitas klien (WBS) saat pengkajian adalah klien (WBS) bisa melakukan aktifitas
seperti makan, mandi secara mandiri dan klien tidak ada gangguan motorik
Masalah keperawatan : tidak ada
d. Alam Perasaan
Perasaan klien (WBS) sedih, klien mengatakan ingin bertemu ibu nya
e. Afek
Afek klien (WBS) baik, klien mampu berekspresi saat berkomunikasi
Masalah keperawatan : tidak ada
f. Interaksi selama wawancara
Klien (WBS) mau di ajak bicara, klien kooperatif saat diajak komunikasi
Masalah keperawatan : tidak ada
g. Persepsi
Klien (WBS) mengatakan kapan klien (WBS) bisa pulang ke rumah, sekarang klien
(WBS) merasa sudah sembuh tetapi kenapa klien (WBS) belum bisa pulang.
Masalah keperawatan : Tidak ada
h. Proses Fikir
Pada saat wawancara dengan klien (WBS), klien (WBS) kooperatif, dapat merespon
dengan baik
Masalah keperawatan : tidak ada.
i. Isi Fikir
Pada saat wawancara dengan klien (WBS) tidak di temukan gangguan proses
pikir;waham.
Masalah keperawatan : tidak ada.
j. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien (WBS) baik dan sadar penuh, klien (WBS) dapat
berorientasi terhadap waktu, orang lain dan klien (WBS) mampu mengingat tempat
di mana saat ini klien (WBS) di rawat.
Masalah keperawatan : tidak ada.

13
k. Memori
Klien (WBS) masih dapat mengingat kejadian-kejadian atau masalah yang sudah
berlangsung lama terbukti dengan klien (WBS) dapat menjelaskan masalah yang
dihadapi dan alasan klien (WBS) masuk panti Bina Laras Harapan sentosa 2
Cipayung.
Masalah keperawatan : tidak ada.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien (WBS) masih bisa dan mampu berkonsentrasi dalam berhitung dengan
sederhana. Klien (WBS) dapat berorientasi dengan baik
Masalah keperawatan : tidak ada.
m. Kemampuan menilai
Kemampuan menilai ringan terbukti dengan klien (WBS) dapat mengambil
keputusan yang sederhana seperti, cuci tangan dahulu sebelum makan, pagi-pagi
harus mandi.
Masalah keperawatan : tidak ada.
n. Daya titik diri
klien (WBS) dapat menyebutkan sekarang berada di Panti Bina Laras Harapan
Sentosa 2 Cipayung dan mengerti bahwa saat ini klien (WBS) sedang sakit serta
klien (WBS) sekarang masih dalam proses pengobatan. Klien (WBS) mengatakan
bahwa klien (WBS) perlu minum obat untuk proses kesembuhan.
Masalah keperawatan : tidak ada.
7. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Makan
Dalam sehari klien (WBS) makan 3x sehari, pagi, siang, sore porsi yang di sajikan
selalu habis . Klien (WBS) dapat memenuhi kebutuhan makan secara mandiri dan
klien (WBS) dapat minum obat sendiri tanpa bantuan orang lain.
b. BAB/BAK
Klien (WBS) dapat mengatakan BAB 1x/hari BAK 5x/hari secara mandiri. Klien
(WBS) mampu melakukannya sendiri dikamar mandi tanpa bantuan orang lain dan
klien (WBS) dapat membersihkannya sendiri BAK dan BAB.
c. Mandi
Klien (WBS) hanya mandi 1x sehari diwaktu pagi, dan klien mampu
melakukannya secara mandiri dan dan tidak di perintah, tidak menggunakan
sabun, sikat gigi, tidak menggunakan odol dan jarang menggunakan shampo.
d. Berpakaian dan berhias
Klien (WBS) mampu berpakaian dan berhias tanpa bantuan perawat.

14
e. Istirahat dan Tidur
Klien (WBS tidur siang kurang lebih dari 2 jam dari pukul 14.00 sampai dengan
pukul 16.00 WIB, dan tidur malam dari pukul 21.00 sampai dengan pukul 06.00
dan kebiasaan sebelum dan sesudah tidur klien (WBS) selalu berdoa agar cepat
pulang.
f. Penggunaan obat
Klien (WBS) minum obat sesuai dengan program pengobatan, klien (WBS)
langsung minum obat.
Klien (WBS) mengatakan kurang mengetahui tentang manfaat, jenis obat, dalam
penggunaan obat klien (WBS) masih dibantu oleh perawat.
g. Pemeliharaan Kesehatan
Klien (WBS) masih memerlukan perawatan dan harus minum obat secara teratur.
h. Kegiatan di Dalam Rumah
Klien (WBS) mengatakan sejak sakit jarang melakukan kegiatan, sebelum sakit
klien mengatakan sering membantu ibunya berjualan dirumah.
i. Kegiatan di Luar Rumah
Klien (WBS) semenjak sakit tidak pernah melakukan kegiatan.
Masalah Keperawatan: Tidak ada
8. Mekanisme Koping
Mekanisme yang digunakan klien(WBS) adalah adaptif dan maladaptif, klien (WBS)
mau berbicara dengan orang lain, mampu menyelesaikan masalah, teknik relaksasi,
aktivitas konstruktif, dan berolahraga. Sedangkan mekanisme koping maladaptive
seperti minum alkohol, menciderai diri. Klien mengatakan suka berkelahi dengan
temannya.
Masalah keperawatan : resiko menciderai diri sendiri dan orang lain
9. Masalah Psikososial dan Lingkungan
a. Masalah Psikososial dukungan kelompok
Klien (WBS) mengatakan keluarganya baik-baik terhadap dirinya, tetapi klien
(WBS) merasa sedih ingin bertemu ibu nya.
b. Masalah berhubungan dengan dengan lingkungan.
Klien (WBS) mengatakan sebelum sakit tidak bermasalah dengan lingkungan.
c. Masalah dengan pendidikan
Klien (WBS) mengatakan sekolah sampai SD.
d. Masalah dengan pekerjaan
Klien (WBS) mengatakan pernah bekerja di WTC.
e. Masalah dengan perumahan
Klien (WBS) mengatakan dirinya pernah mengalami kekerasan.

15
f. Masalah dengan Pelayanan Kesehatan
Klien (WBS) mengatakan tidak pernah berobat dan tidak tahu tentang ilmu
kesehatan
g. Masalah dengan dukungan lingkungan
Klien (WBS) mengatakan dirinya pernah mengalami kekerasan.
10. Pengetahuan kurang tentang
Pengetahuan klien (WBS) kurang tentang pertahanan pada diri nya.
11. Aspek Medik
a. Diagnosa medik : Skizofenia
b. Terapi medik:
-Respiperidone 25 mg 2 x 2 mg
-Triheksifenidil 25 mg 2 x 2 mg
-CPZ : 1 x 100 mg
-THP : 2 mg 1 x 1
12. Daftar Masalah Keperawatan
a. Perilaku kekerasan
b. Resiko mencederai diri, orang lain/lingkungan
c. Berduka Fungsional

13. Analisa data


No Data Masalah keperawatan
1. DS : Peilaku kekerasan
 Klien mengatakatan rasa marah timbul saat
bangun tidur
 Klien mengatakan ingin memukul temannya
ketika dirinya marah
 Klien mengatakan membanting gelas saat
marah
DO
 wajah klien tampak kesal
 wajah klien nampak merah
 mata klien melotot
 klien tampak mempraktekan jika dia marah
dengan cara memukul teman
 klien tampak mengepal tangannya jika marah
 klien tampak belum bisa mengontrol marah

16
2. DS : Resiko mencederai diri,
 klien mengatakan pernah memukul orang lain dan
ayahnya dengan batu lingkungan
 klien mengatakan pernah memukul
temannya dipanti
 klien mengatakan kadang memecahkan
gelas ketika marah
DO :
 tangan klien tampak mengepal
 wajah klien tampak merah
3. DS : Berduka disfungsional
 klien mengatakan pernah ditinggal
suaminya
 klien mengatakan orang tuanya telah
berpisah
 klien sering dipukul oleh bibinya ketika
pulang malam
DO :
 klien nampak sedih

14. Pohon Masalah

Risiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan
( Core Problem )
Penatalaksanaan Regimen
Terapetik

Koping klg berduka disfungsional


In Efektif

17
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perilaku kekerasan
2. Resiko mencederai diri, orang lain/lingkungan
3. Berduka disfungsional

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Perilaku kekerasan.
DS :
 Klien mengatakatan rasa marah timbul saat bangun tidur
 Klien mengatakan ingin memukul temannya ketika dirinya marah
 Klien mengatakan membanting gelas saat marah
DO
 Wajah klien tampak kesal
 Wajah klien tampak merah
 mata klien melotot
 klien tampak mempraktekan jika dia marah dengan cara memukul teman
 klien tampak mengepal tangannya jika marah
 klien tampak belum bisa mengontrol marah
Tujuan umum:klien dapat mengontrol perilaku kekerasan yang dialaminya.
Tujuan Khusus 1 :Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria Evaluasi :Setelah2 x pertemuan selama 10 menit Klien dapat menunjukan tanda-
tanda percaya kepada perawat, ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada
kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien
mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi
klien.
Rencana Tindakan :Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsif
komunikasi terapeutik : sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal,
perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan, tanyakan nama
lengkap dan nama panggilan yang disukai klien, Buat kontrak yang jelas, tunjukan sikap
jujur dan menepati janji setiap kali interaksi, tunjukan sikap empati dan menerima
apaadanya, beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien, tanyakan
peerasaan dan masalah yang dihadapi klien, dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi
perasaan klien.
Tujuan Khusus 2 :
1. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab PK
2. Pasien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala PK
3. Pasien dapat mengidentifikasi PK yang dilakukan

18
4. Pasien dapat mengidentifikasi akibat PK
5. Pasien dapat menyebutkan cara mengontrol PK
6. Pasien dapat mempraktekkan latihan cara fisik I : nafas dalam
7. Pasien dapat memasukkan dalam kegiatan harian
Kriteria Evaluasi : Setelah 3 x pertemuan selama 15 menit Klien dapat menyebutkan
waktu, isi, frekuensi timbul, situasi dan kondisi yang menimbulkan perilaku kekerasan
dan klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap amarahnya.
Rencana tindakan :
1. Mengidentifikasi penyebab PK
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK
3. Mengidentifikasi PK yang dilakukan
4. Mengidentifikasi akibat PK
5. Menyebutkan cara mengontrol PK
6. Membantu pasien mempraktekkan latihan cara fisik I : nafas dalam
7. Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian
Tujuan Khusus 3 :
1. Pasien dapat mengikuti latihan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasan secara
fisik
2. Pasien dapat mengikuti latihan cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke 2:
pukul kasur dan bantal
3. Pasien dan perawat dapat menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua
Kriteria Evaluasi : Setelah 3 x pertemuan selama 15 menit Klien dapat menyebutkan
tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan perilaku kekerasan nya,
menyebutkan cara baru, memilih cara baru mengatasi perilaku kekerasannya, mengikuti
aktivitas kelompok.
Rencana Tindakan :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik II : pukul bantal / kasur untuk
meluapkan kekesalannya
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Tujuan Khusus 4 :klien mampu mengungkapkan marahnya secara asertif
Kriteria Hasil :Setelah 2 x pertemuan selama 15 menit, Klien dapat menyebutkan
tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan perilaku kekerasan nya,
menyebutkan cara baru, memilih cara baru mengatasi perilaku kekerasannya, mengikuti
aktivitas kelompok.
Rencana Tindakan :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

19
2.Melatih pasien mengontrol PK dengan cara verbal: meminta/ menolak/ mengungkapkan
dengan asertif
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Tujuan Khusus 5 : Pasien dapat mencegah/mengendalikan marahnya secara spiritual.
Kriteria evaluasi :Setelah 1 x pertemuan selama 10 menit, klien mampu memahami cara
berdoa dan menenangkan diri sesuai dengan agamanya saat ia merasa sedang marah
Rencana tindakan :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara spiritual
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian
Tujuan khusus 6: Pasien dapat mencegah/mengendalikan PKnya dengan terapi
psikofarmaka.
Kriteria evaluasi: setelah 2x pertemuan selama 5 menit, Klien dapat menyebutkan
manfaat, dosis, efek samping obat, klien mendemontrasikan penggunaan obat dengan
benar, klein dapat menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter.
Rencana tindakan:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Menjelaskan cara mengontrol PK dengan memanfaatkan/minum obat
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Tindakan keperawatan yang di lakukan pada hari rabu 11-09-2019
Implementasi dilakukan pada Ny.R dikelas N6 panti bina laras sentosa harapan 2, pada
tanggal 11 september 2019 melakukan tindakan keperawatan yaitu mengindentifikasi penyebab
perilaku kekerasan dengan hasil klien mampu mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
klien, dan mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan dengan hasil klien dapat
mengetahui tanda dan gejala perilaku kekerasan, dan mengidentifikasi perilaku kekerasan yang
dilakukan klien dengan hasil klien tahu perilaku kekerasan apa yang dilakukan klien, dan
mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan dengan hasil klien dapat mengetahui akibat perilaku
kekerasan yang di alaminya, dan menyebutkan cara mengontrol pk dengan hasil klien
menganjurkan klien cara mengontrol perilaku kekerasan.
Lalu pada tanggal 12-september-2019 melakukan tindakan keperawatan mempraktekan
latihan cara fisik yaitu nafas dalam dengan hasil mengajarkan klien melakuka cara fisik yaitu
nafas dalam, dan menganjurkan kien memasukkan ke dalam jadwl kegiatan dengan hasil klien
klien memasukan je dalam jadwal kegiatan harian.
Lalu pada tanggal 13-september-2019 melalukan tindakan keperawatan mengevaluasi
jadwal kegiatan harian klien dengan hasil menganjurkan klien mengevaluasi jadwal kegiatan
harian, dan melatih mengontrol pk yaitu memukul bantal/kasur dengan hasil mengajarjan klien
20
memukul bantal, dan menganjurkan klien memasukan kembali ke dalam jadwal kegiatan harian
dengan hasil klien mampu meemasukan ke dalam jadwal kegiatan harian.
Lalu pada tanggal 16-september-2019 melakukan tindakan keperawatan mengevaluasi
jadwal kegiatan harian, melatih cara verbal, dan memasukkan kedalam jadwl harian dengan hasil
klien mampu berlatih mengontrol marah secara verbal dan memasukkan kedalam jadwal harian.
Lalu pada tanggal 18-september-2019 melakukan tindakan keperawatan mengevaluasi
jadwal kegiatan harian dan melatih cara spiritual beristigfar dan memasukkan kegiatan kedalam
jadwal kegiatan harian dengan hasil klien mampu berlatih mengontrol marah dengan cara
beristigfar dan memasukan jadwal kegiatan harian.

E. CATATAN PERKEMBANGAN
Setelah dilakukan tindakan keperawatan hasil evaluasi di lakukan pada tanggal 11-
september-2019 dengan menggunakan metode SOAP DX1: klien mengatakan ketikan marah
ingin membanting gelas, klien mengatakan ketika marah ingin memukul temannya, klien juga
mengatakan ketika marah berteriak kasar dengan kencang. Klien tampak melotot saat marah,
klien tampak mengepalkan tangan, klien tampal ingin memukul teman. Klien belum tau latihan
fisik 1: nafas dalam SP1 TUK 6 belum ttercapai. Dan lanjutkan tuk 6, ulangi sampai klien
mengerti.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan hasil evaluasi dilalkukan pada tanggal 12-
september-2019 dengan menggunakan metode SOAP DX1 : klien mengatakan marahnya timbul
saat bangun, klien mengatakan marah saat dibohongi teman, klien mengatakan sudah bias
melakukan nafas dalam. Klien tampak ada kontak saat komunikasi. Klien sudah tau respon cara
mengontrol marah 1: nafas dalam Tuk 6 Tercapai. Dan melanjutkan SP 2 TUK 1-2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan hasil evaluasi yang dilakukan pada tanggal 13-
september-2019 dengan menggunakan metode SOAP Dx1: klien mengatakan sering lupa caa
mengontrol marah, klien tampak bingung ketika disuru untukn mengulangi, cara mengontrol
marah: memukul bantal/kasur. Klien belum bias mengontrol marah SP2 tuk 1-2 belum tercapai,
ulangi tuk 2 latihan cara fisik 2: memukul bantal/Kasur
Setelah dilakukan tindakan keperawatan hasil evaluasi dilakukan pada tanggal 16
september 2019 dengan menggunakan metode /SOAP dx1: klien megatakan sudah bias
melakukan mengontrol marah dengan cara memukul kasur, klien tampak mempraktekan yang
sudsh di ajarkan. Klien sudah mampu mengontrol marah dengan cara memukul bantal/kasur sp 2
tuk 2 tercapai, melanjutkan sp 3 tuk 1,2
Setelah dilakukan keperawatan hasil evaluasi dilakukan paada tanggal 16 septermber
2019 dengan menggunakan metode SOAP dx1: klien mengatakan sudah bias melakukan
mengontrol marah dengan cara verbal, klien tampak mempraktekan, klien tampak tenang, klien
mampu mengontrol marah secara asertif Sp 3 tuk 1,2,3 tercapai, melanjutkan sp 4 tuk 1

21
Setelak dilakukan tindakan keperawatan hasil evaluasi dilakukan pada tanggal 17 september
2019 dengan menggunakan metode SOAP dx1: kliem mengatakn sudah berlatih menghardik
sesuai jadwal harian, klien tampak mengikuti intruksi, klien menuliskan jadwal kegiatan harian
di kertas, sp 4 tuk 1 tercapai, lanjutkan tuk 2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan hasil evaluasi dilakukan pada tanggal 18
september 2019 dengan menggunakan metode SOAP dx1: klien mengatakan sudah melakukan
cara mengontrol marah yang sudah di ajarkan, klien tampak mengikuti intruksi, sp 4 tuk 2
tercapai klien mampu mengontrol marah lewat istigfar. Melanjutkan tuk 3.
Setelah dilakukan tindakan keperaeatan hasil ealuasi pada tanggal 19 september 2019
dengan menggunakan metode SOAP dx 1: klien mengatakan lebih tenang, klien mengataka
marahnya berkurang, klien membuat jadwal kegiatan harian di kertas. Klien mampu menuliskan
jadwal kegiatan harian SP 4 tuk 1-3 tercapai. Melanjutkan sp 5 tuk 1 mengevaluasi jadwal
kegiatan harian.

22
BAB IV
PENUTUP

A. SIMPULAN
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan dari tanggal 10 – 19 September
20119, maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengkajian yang didukung dari kelengkapan
data dan status klien, serta sikap klien yang kooperatif dapat memudahkan dalam melakukan
pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada Ny. R didapatkan data subyektif dan obyektif. Dari
data subyektif klien mengatakan marah muncul ketika bangun tidur, klien mengatakan dulu
pernah disiram air panas oleh bibinya, klien mengatakan ingin memukul temannya ketika
disenggol, klien mengatakan pernah memukul ayahnya dengan batu, klien mengatakan
pernah dirawat di RSJ Grogol namun kabur dan ditangkap Satpol PP, klien mengatakan
ketika marah hanya memukulkan tangan ke kaca, klien mengatakan pernah ditangkap di
diskotik, klien mengatakan sangat marah saat suami menikah lagi, klien mengatakan kangen
dengan ibu kandungnya, klien mengatakan orangtuanya pisah sejak klien berumur 8 tahun,
klien mengatakan sering dipukul oleh bibinya karena pulang malam, klien mengatakan dulu
ditinggal oleh suami, klien mengatakan membanting gelas ketika marah. Data obyektif klien
tampak mempraktikkan jika marah dengan cara memukul temannya, klien tampak
mengepalkan tangan jika marah, klien tampak belum bisa mengontrol marah, TD 130/80
mmHg, S 36,5ºC, N 80 x/menit, RR 20 x/menit, TB 165 cm, BB 60 kg.
Diagnosa keperawatan yang muncul saat dilakukan pengkajian pada Ny. R adalah
perilaku kekerasan, resiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan, dan berduka
disfungsional. Namun, penulis hanya memfokuskan pada diagnosa pertama sebagai core
problem, yaitu perilaku kekerasan.
Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan penulis pada Ny. R pada prinsipnya
sama dengan teori karena didukung oleh literature pustaka sehingga memudahkan penulis
dalam membuat perencanaan yaitu sesuai dengan strategi pelaksanaan yang ada pada
Perilaku Kekerasan.

Implementasi yang dilakukan pada Ny. R sesuai dengan rencana tindakan yang sudah
dibuat sehingga klien mampu melakukannya sampai SP 4 TUK 3.
Evaluasi yang dicapai selama tujuh hari masalah teratasi.

23
B. SARAN
1. Bagi Rumah Sakit/Panti
Diharapkan Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 2 Cipayung dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan klien
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat menjadi referensi bacaan dan menambah ilmu
pengetahuan bagi pembaca.
3. Bagi Penulis Selanjutnya
Penulis berharap bisa lebih banyak lagi dalam mempelajari literature Asuhan
Keperawatan dengan Perilaku Kekerasan sehingga mampu memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan referensi yang ada.

24
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI. 2007. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Magelang: RSJ Prof. Dr. Soeroyo
Magelang.

Direja, A. H. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Dwi, A. S., & Prihantini, E. 2014. Keefektifan Penggunaan Restrain terhadap Penurunan
Perilaku Kekerasan pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan , 138-
139.

Farida, K., & Yudi, H. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Fitria, N. 2010. Prinsip Dasar dan aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.

Jenny, M., Purba, S. E., Mahnum, L. N., & Daulay, W. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

Keliat, D. B. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Undang-Undang No.18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa

Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa (Cetakan 1). Bandung: PT Refika Aditama.

25
26

Anda mungkin juga menyukai