Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA
“RESIKO PERILAKU KEKERASAN”

Disusun Oleh:
TRIO RONALDO

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. PENGERTIAN

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai
atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut (Jenny, Purba, Mahnum, & Daulay, 2008).

Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan


tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain (Yosep, 2007).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain,
disertai amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Farida & Yudi, 2011).
Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan
merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol
(Yosep, 2007). Resiko mencederai diri yaitu suatu kegiatan yang dapat menimbulkan
kematian baik secara langsung maupun tidak langsung yang sebenarnya dapat dicegah
(Depkes, 2007).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan
yaitu ungkapan perasaan marah yang mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana
individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat
membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

B. PENYEBAB

Menurut Direja (2011) faktor-faktor yang menyebabkan perilaku kekerasan pada


pasien gangguan jiwa antara lain
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor psikologis
1) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami
hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi perilaku
kekerasan.
2) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang
tidak menyenangkan.
3) Rasa frustasi.
4) Adanya kekerasan dalam rumah, keluarga, atau lingkungan.
5) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego
dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat
memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri
serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya berasumsi
bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga
diri pelaku tindak kekerasan.
6) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik dipengaruhi oleh
contoh peran eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi
biologik.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya secara
agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori menurut
Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Faktor
ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering
mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan terjadi. Budaya
juga dapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu
mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat
diterima.
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku
kekerasan sebagai cara penyelesaiannya masalah perilaku kekerasan
merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.
c. Faktor biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya stimulus elektris ringan
pada hipotalamus (pada sistem limbik) ternyata menimbulkan perilaku agresif,
dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus
frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk interpretasi
indra penciuman dan memori) akan menimbulkan mata terbuka lebar, pupil
berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada di sekitarnya.
Selain itu berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut
a) Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku bermusuhan dan respon agresif.
b) Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996)
menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epinefrin, norepinefrin,
dopamine, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi
dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon androgen dan
norepinefrin serta penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan
serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting yang menyebabkan
timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
c) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitannya dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang
umumnya dimiliki oleh penghuni penjara tindak kriminal (narapidana)
d) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus
temporal) trauma otak, apenyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus
temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa
injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.
a. Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi
Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa
terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal
dari lingkungan.
c. Lingkungan
Panas, padat, dan bising.

Menurut Shives (1998) dalam Fitria (2009), hal-hal yang dapat menimbulkan
perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai berikut.
a. Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
b. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.
c. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya
dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa.
d. Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan obat
dan alkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa
frustasi.
e. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

C. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Direja (2011) tanda dan gejala yang terjadi pada perilaku
kekerasanterdiri dari :
1. Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras,
kasar, ketus.
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif.
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan
kreativitas terhambat.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
8. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual

D. AKIBAT

Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai


diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang
kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan

E. PENATALAKSANAAN
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:

1. Medis

a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.

b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.

c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan menenangkan


hiperaktivitas.

d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila mengarah


pada keadaan amuk.

2. Penatalaksanaan keperawatan

a. Psikoterapeutik

b. Lingkungan terapieutik

c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)

d. Pendidikan kesehatan
F. POHON MASALAH

Resiko Tinggi Mencederai, Orang Lain, dan Lingkungan

Perilaku Kekerasan PPS : Halusinasi

Regimen Terapeutik
Inefektif

Harga Diri Rendah Isolasi Sosial :


Kronis Menarik Diri

Koping Keluarga
Tidak Efektif Berduka Disfungsional

Gambar 2.2 Pohon Masalah Perilaku Kekerasan

Sumber : (Fitria, 2010)


G. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Menurut Keliat (2014) data perilaku kekerasan dapat diperolah melalui
observasi atau wawancara tentang perilaku berikut ini:
a. Muk amerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengarupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda /orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah atau mengontrol perilaku
kekerasan.

2. Daftar Masalah
Menurut Keliat (2014) daftar masalah yang mungkin muncul pada perilaku
kekerasan yaitu :
a. Perilaku Kekerasan.
b. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
c. Perubahan persepsi sensori: halusinasi.
d. Harga diri rendah kronis.
e. Isolasi sosial.
f. Berduka disfungsional.
g. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif.
h. Koping keluarga inefektif.

3.Diagnosa

a. Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan perilaku
kekerasan.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
RESIKO MENCEDERAI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN BERHUBUNGAN
DENGAN PERILAKU KEKERASAN

Nama Klien :
Diagnosa Medis :
Ruang :
Nomoe CM :

Diagnosa Perencanaan Inrervensi Rasional


Keperawatan Tujuan Kriteria
Evaluasi
1 2 3 4 5
Resiko menciderai TUM
diri sendiri dan Klien dapat
orang lain melanjutkan
berhubungan hubungan peran
dengan perilaku sesuai dengan
kekerasan. tanggung jawab
TUK : Setelah 1 x
1. Klien dapat interaksi 1.1.1 Beri  Hubungan
membina 1.1. Klien mau salam/panggi saling percaya
hubungan membalas l nama klien merupakan
saling salam 1.1.2 Sebutkan landasan
percaya 1.2. klien mau nama untama untuk
menjabat perawat hubungan
tangan sambil jabat selanjutnya
1.3. Klien mau tangan
menyebutk 1.1.3 Jelaskan
an nama maksud
1.4. Klien mau hubungan
tersenyum interaksi
1.5. klien mau 1.1.4 Jelaskan
kontak tentang
mata kontrak yang
1.6. klien akan dibuat
mengetahu 1.1.5 Beri rasa
i nama aman dan
perawat sikap empati
1.7. menyediak 1.1.6 Lakukan
an waktu kontrak
untuk singkat tapi
kontrak sering
Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan
2. Klien dapat Setelah 2 kli interaksi dengan perawat, 2.1.1 Beri kesempatan untuk
mengidentifikasi diharapkan ; mengungkapkan perasannya
perubahan perilaku 2.1. Klien dapat mengungkapkan 2.1.2 Bantu klien untuk mengungkapkan
kekerasa perasaannya penyebab jengkel /kesal
2.2. Klien dapat mengungkapkan
penyebab perasaan jengkel /kesal
(dari diri sendiri, dari
lingkunga/orang lain)
3. Klien dapat Setelah 2 kli interaksi dengan perawat, 3.1.1 Anjurkan klien mengungkapkan
mengidentifikasikan diharapkan ; yang dialami saat marah/jengkel
tanda-tanda perilaku
3.1. Klien dapat mengungkapkan 3.1.2 Observasi tanda perilaku
kekerasan persaan saat marah / jengkel kekerasan pada klien
3.2. Klien dapat menyimpulkan tanda- 3.2.1 Simpulkan bersama klien tanda-
tanda jengkel/kesal yang dialami tanda jengkel yang dialami klien

4. Klien dapat Pada pertemuan ke 3 : 4.1.1 Anjurkan klien untuk


mengidentifikasi 4.1.Kien dapat mengungkapkan mengungkapkan perilaku
perilaku kekerasan perilaku kekerasan yang biasa kekrasan yang biasa dilakukan
yang biasa dilakukan dilakukan klien
4.2.Klien dapat bermain peran dengan 4.2.1 Bantu klien bermain peran sesuai
perilaku kekerasan yang biasa denga perilaku kekerasan yang
dilakukan. biasa dilakukan
4.3.Klien dapat mengetahui cara yang 4.3.1 Bicarakan dengan klien apakah
biasa dapat menyelsaikan maslah dengan cara yang klien lakukan
atau tidak. masalahnya selesai?
Dx Tujuan Kriteria Tindakan Rasionalisasi
Evaluasi
5. Kien dapat Setelah 3 x 5.1.1 Bicarakan akibat/kerugian  Membantu klien
mengidentifi interaksi dari cara yang dilakukan untuk menilai
kasi akibat 5.1.Klien klien perilaku kekerasan
perilaku dapat 5.1.2 Bersama klien yang dilakukannya
kekerasan menjelask menyimpulkan akibat  Dengan mengetahui
an akibat cara yang digunakan oleh akibat perilaku
dari cara klien kekerasan
yang 5.1.3 Tanyakan pada klien diharapkan klien
digunakan apakah dia ingin dapat merubah
klien mempelajari cara baru perilaku deskruptif
yang sehat menjadi konstruktif
 Agar klien dapat
mempelajari cara
yang klien
konstruktif
6. Klien dapat Setelah 4x 6.1.1 Tanyakan pada klien  Dengan
mengidentifi interaksi apakah ia ingin mengidentifikasi
kasi cara 6.1 Klien dapat mempelajari cara baru cara yang
konstruksi melakukan yang sehat konstruktif dalam
dalam cara 6.1.2 Berikan pujian bila klien merespon
merespon berespon mengetahui cara lain yang terhadap
terhadap terhadap sehat kemarahan dapat
kemarahan kemarahan 6.1.3 Diskusikan dengan klien membantu klien
secara cara lain yang sehat : menemukan cara
konstruktif a. Secara fisik tarik nafas yang baik untuk
tarik nafas dalam jika mengurangi
sedang kesal/memukul kejengkelannya
bantal kasur atau olahraga sehingga klien
atau pekerjan yang tidak stress lagi
memerlukan tenaga  Reinforcement
b. Secara verbal katakana positifsdapat
bahwa anda sedang memotivasi klien
kesal/jengkel (saya kesal dan meningkatkan
anda berkata seperti itu, harga dirinya
saya marah karena mama  Berdiskusi
tidak memenuhi keinginan dengan klien
saya) untuk memilih
c. Secara social lakukan carayang lain
dalam kelompok cara-cara sesuai dengan
marah yang sehat : latihan kemampuan klien
asumtif, latihan
manajemen, perilaku
kekerasan
d. Secara spritual anjurkan
klien sembahyang,
berdoa/ibadah lain :
meminta kepada Tuhan
untuk diberi kesabaran.
Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Rasionalisasi
7. Klien dapat Setelah pertemuan 4 7.1.1 Bantu klien  Memberikan
mendemostrasik dengan perawat, memilih cara yang stimulasi
an cara klien dapat: paling tepat untuk kepada klien
mengontrol 7.1. mendemontrasika klien untuk menilai
kekerasan n cara respon perilaku
mengontrol 7.1.2 Bantu klien kekerasan
perilaku menngidentifikasi secara cepat
kekerasan manfaat cara yang
o Fisik tarik dipilih  Membantu
nafas dalam, klien dalam
olah raga, 7.1.3 Bantu klien untuk membuat
menyiram menstimulasi cara keputusan
tanaman tersebut (role terhadap cara
o Verbal : play) yang tepat
mengatakann dipilihnya
ya secara 7.1.4 Beri dengan melihat
langsung reinforcementposi manfaat
dengan tidak tif atau
menyakiti keberhasilan klien  Agar klien
o Spritual : menstimulasi cara mengetahui
Sembahyang, tersebut cara marah
berdoa, atau yang
ibadah klien 7.1.5 Anjurkan klien konstruktif
untuk
menggunakan  Pujian dapat
cara yang telah meningkatkan
dipelajari saat motivasi dan
jengkel atau harga diri klien
marah

 Agar klien
dapat
melaksanakan
cara yang dapat
dipihnya jika ia
sedang kesal
/jengkel
D Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Rasional
x
8. Klien SEtelah 2 kali interaksi 8.1.1 Identifikasi kemampuan keluarga  Kema
mendapatkan 8.1. Keluraga klien merawat klien dari sikap apa yangtelah meng
dukungan dapat : dilakukan keluarga terhadap klien selama mem
keluarga dalam o Menyebutkan cara ini melak
mengontrol merawat klien perila
perilaku yang berperilaku 8.1.2 Jelaskan peran serta keluarga dalam
kekerasan kekerasan merawat klien.  Meni
o Mengungkapkan kelua
rasa puas dalam 8.1.3 Jelaskan cara-cara merawat klien : klien
merawat klien  Terka : dengan cara mengnontrol dalam
perilaku marah secara konstruktif
 Sikap tenang, bicaratenagdan jelas  Agar
 Membantu klien mengenal penyebab klien
marah
 Agar
8.1.4 Bantu keluar mendemonstrasikan cara cara
merawat klien demo
secar
8.1.5 Bantu keluarga menngungkapkan
perasaannya setelah melakukan  Meng
demonstrasi kelua
demo
Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Rasionalisasi
9. Klien dapat Setelah 5 kali 91.1 Jelaskan  Klien dan keluarga
menggunakan interaksi, klien obat-obat dapat mengetahui
obat-obatan dapat; yang nama-nama obat
yang diminum 9.1 Menyebutkan dimunum yang diminum oleh
dan obat-obatan yang klien pada klien
kegunaannya diminum dan klien dan
(jenis, waktu, kegunannya keluarga  Klien dan keluarga
dosis dan (jenis,waktu, dapat mengetahui
efek) efek). 9.1.2 Diskusikan kegunaan obat yang
manfaatminu dikonsumsi klien
9.2 Klien dapat m obatdan
minum obat kerugian  Klien dan keluarga
sesuai program berhenti mengetahui prinsip
pengobatan minum benar agar tidak
obattanpa terjadi kesalahan
seijin dokter dalam
mengkonsumsi obat
9.2.1 Jelaskan
prinsip benar  Klien dapat memiliki
minum obat, kesadaran
baca nomor pentingnya minum
yang tertera obatdan bersedia
pada botol minum obat dengan
obat, dosis kesadaran sendiri
obat, waktu
dan cara  Mengetahui efek
minum) samping sendiri
sedini mungkin
9.2.2 Ajarkan klien sehingga tindakan
minta obat dapat dilakukan
dan minum sesegera mugkin
tepatwaktu untuk menghidari
komplikasi
9.2.3 Anjurkan
klien  Reinforcement
melaporkan positifdapat
pada memotivasi keluarga
perawatatau dan klien serta dapat
dokter jika meningkatkan harga
merasakan diri
efek yang
tidak
menyenangka
n

9.2.4 Beri pujian


jika klien
minum
obatdengan
benar
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI. 2007. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Magelang: RSJ Prof. Dr. Soeroyo
Magelang.

Direja, A. H. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Dwi, A. S., & Prihantini, E. 2014. Keefektifan Penggunaan Restrain terhadap Penurunan
Perilaku Kekerasan pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan , 138-139.

Farida, K., & Yudi, H. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Fitria, N. 2010. Prinsip Dasar dan aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.

Jenny, M., Purba, S. E., Mahnum, L. N., & Daulay, W. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

Keliat, D. B. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Undang-Undang No.18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa

Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa (Cetakan 1). Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai